Sie sind auf Seite 1von 5

AP CARIES DENTIS

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)


Pokok Bahasan : Caries Dentis

Sasaran : Masyarakat Sekitar Puskesmas Belimbing

Penyuluh : Mahasiswa STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG

Waktu : 08.00 Selesai

Hari/tanggal : Kamis, 27 Juni 2013

Tempat : Puskesmas Belimbing

A. Pengorganisasian

Penanggung jawab : Widya Lestari.,S.SiT.,M.Keb

Penyaji : Nova Febrianti Yusuf

Moderator : Nur Annisa

Anggota : Nanda Nurli Agus

Noviella Indienty

Novita Sari. S

B. Latar Belakang

Upaya kesehatan gigi perlu ditinjau dari aspek lingkungan, pengetahuan, pendidikan,

kesadaran masyarakat dan penanganan kesehatan gigi termasuk pencegahan dan perawatan.

Namun sebagian besar orang masih mengabaikan kondisi kesehatan gigi secara

keseluruhan. Perawatan gigi dianggap tidak terlalu penting, padahal manfaatnya sangat

vital dalam menunjang kesehatan dan penampilan (Pratiwi, 2007).

Mulut bukan sekedar untuk pintu masuknya makanan dan minuman, tetapi fungsi

mulut lebih dari itu dan tidak banyak orang mengetahui. Mulut merupakan bagian yang

penting dari tubuh kita dan dapat dikatakan bahwa mulut adalah cermin dari kesehatan gigi
karena banyak penyakit umum. Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Dokter Gigi

Indonesia (PDGI), drg H Emmyr F Moeis, MARS mengatakan, kondisi gigi dan mulut bisa

mengungkapkan gejala-gejala awal penyakit berbahaya bahkan sampai memprediksi

kelahiran prematur.

Berdasarkan alasan-alasan diatas, penulis tertarik untuk meneliti suatu permasalahan

yaitu hubungan pengetahuan tentang penyakit gigi dan mulut terhadap gejala awal penyakit

yang berbahaya.

C. Tujuan Instruksional Umum (TIU)

Peserta dapat mengenal apa itu Karies Gigi ?

D. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)

1. Peserta dapat mengetahui pengetian dari Karies Gigi


2. Peserta dapat memahami penyebab dari Karies Gigi
3. Peserta dapat mengetahui tanda dan gejala dari Karies Gigi
4. Peserta dapat mengetahui pencegahan dan prinsip perawatan Karies Gigi
E. Garis Besar Materi

1. Defenisi Karies Gigi


2. Etiologi Karies Gigi
3. Mekanisme klinis Karies Gigi
4. Gejala Karies Gigi
5. Penatalaksanaan Karies Gigi
6. Pencegahan Karies Gigi
F. Metode

1. Ceramah

2. Diskusi

G. Media

1. Materi (terlampir)

2. Leaflet

3. Kamera untuk dokumentasi

H. Proses Kegiatan Penyuluhan

No. Waktu Kegiatan Penyuluhan Respon Peserta


1. Pembukaan
2. Menyampaikan salam
1. 5 Menit 3. Menyampaikan tujuan
4. Membalas salam
5. Memperhatikan

1. Menyampaikan materi
2. Memberikan penjelasan
3. Memberikan kesempatan peserta
bertanya tentang materi yang disajikan
2. 30 Menit
4. Menjawab pertanyaan dari peserta.
5. Menyimak dan memperhatikan
6. Bertanya
7. Memperhatikan

3. 10 Menit Evaluasi selama proses Menjawab secara lisan

1. Penutup
2. Kesimpulan
4. 10 menit 3. salam
1. Memperhatikan
2. Memberi salam

1. I. SETTING TEMPAT

1
2

2
2
2

2 KET:
2 1. Mahasiswa
2. Audience
J. REFERENSI
1. A. DEFINISI
1. 1. Pengertian Karies Gigi
Karies adalah suatu penyakit jaringan keras gigi yaitu email, dentin dan cementum yang disebabkan oleh aktivitas jazad
renik terhadap suatu jenis karbohidrat yang dapat diragikan. Tandanya adalah adanya demineralisasi jaringan keras gigi yang
kemudian diikuti oleh kerusakan bahan organiknya (Kidd & Bechal, 1992). Karies merupakan proses demineralisasi yang
disebabkan oleh suatu interaksi antara (produk-produk) seperti: mikroorganisme, ludah, bagian-bagian yang berasal dari
makanan dan email (Houwink & Winchel, 2000).

1. 2. Proses Terjadinya Karies Gigi


Proses terjadinya karies gigi dimulai dengan adanya plaque di permukaan gigi, sukrosa (gula) dari sisa makanan dan bakteri
berproses menempel pada waktu tertentu yang berubah menjadi asam laktat yang akan menurunkan pH mulut menjadi kritis
(5,5) dan akan menyebabkan demineralisasi email berlanjut menjadi karies gigi. Secara perlahan-lahan demineralisasi
interna berjalan ke arah dentin melalui lubang fokus tetapi belum sampai kavitasi (pembentukan lubang).

Kavitasi baru timbul bila dentin terlibat dalam proses tersebut. Namun kadang-kadang begitu banyak mineral hilang dari inti
lesi sehingga permukaan mudah rusak secara mekanis, yang menghasilkan kavitasi yang makrokopis dapat dilihat. Pada
karies dentin yang baru mulai terlihat hanya lapisan keempat (lapisan transparan, terdiri dari tulang dentin sklerotik,
kemungkinan membentuk rintangan terhadap mikroorganisme dan enzimnya) dan lapisan kelima (lapisan opak/tidak tembus
penglihatan, di dalam tubuli terdapat lemak yang mungkin merupakan gejala degenerasi cabang-cabang odontoblast). Baru
setelah terjadi kavitasi, bakteri akan menembus tulang gigi. Pada proses karies yang amat dalam, tidak terdapat lapisan-
lapisan tiga (lapisan demineralisasi, suatu daerah sempit, dimana dentin partibular diserang), lapisan empat dan lapisan lima.

Akumulasi plak pada permukaan gigi utuh dalam dua sampai tiga minggu menyebabkan terjadinya bercak putih. Waktu
terjadinya bercak putih menjadi kavitasi tergantung pada umur, pada anak-anak 1,5 tahun dengan kisaran 6 bulan ke atas dan
ke bawah, pada umur 15 tahun, 2 tahun dan pada umur 21-24 tahun, hampir tiga tahun. Tentu saja terdapat perbedaan
individual. Sekarang ini karena banyak pemakaian flourida, kavitasi akan berjalan lebih lambat daripada dahulu.

Pada anak-anak, kerusakan berjalan lebih cepat dibanding orang tua, hal ini disebabkan:
1) Email gigi yang baru erupsi lebih mudah diserang selama belum selesai maturasi setelah erupsi (meneruskan
mineralisasi dan pengambilan flourida) yang berlangsung terutama 1 tahun setelah erupsi.

2) Remineralisasi yang tidak memadai pada anak-anak, bukan karena perbedaan fisiologis, tetapi sebagai akibat pola
makannya (sering makan makanan kecil).

3) Lebar tubuli pada anak-anak mungkin menyokong terjadinya sklerotisasi yang tidak memadai.
4) Diet yang buruk dibandingkan dengan orang dewasa, pada anak-anak terdapat jumlah ludah dari kapasitas buffer yang
lebih kecil, diperkuat oleh aktivitas proteolitik yang lebih besar di dalam mulut.

1. B. ETIOLOGI
Keberadaan bakteri dalam mulut merupakan suatu hal yang normal. Bakteri dapat mengubah semua makanan, terutama gula,
menjadi asam. Bakteri, asam, sisa makanan, dan ludah akan membentuk lapisan lengket yang melekat pada permukaan gigi.
Lapisan lengket inilah yang disebut plak. Plak akan terbentuk 20 menit setelah makan. Zat asam dalam plak akan
menyebabkan jaringan keras gigi larut dan terjadilah karies. Bakteri yang paling berperan dalam menyebabkan karies adalah
Streptococcus mutans.

1. C. GEJALA
Karies ditandai dengan adanya lubang pada jaringan keras gigi, dapat berwarna coklat atau hitam. Gigi berlubang biasanya
tidak terasa sakit sampai lubang tersebut bertambah besar dan mengenai

persyarafan dari gigi tersebut. Pada karies yang cukup dalam, biasanya keluhan yang sering dirasakan pasien adalah rasa
ngilu bila gigi terkena rangsang panas, dingin, atau manis. Bila dibiarkan, karies akan bertambah besar dan dapat mencapai
kamar pulpa, yaitu rongga dalam gigi yang berisi jaringan syaraf dan pembuluh darah. Bila sudah mencapai kamar pulpa,
akan terjadi proses peradangan yang menyebabkan rasa sakit yang berdenyut. Lama kelamaan, infeksi bakteri dapat
menyebabkan kematian jaringan dalam kamar pulpa dan infeksi dapat menjalar ke jaringan tulang penyangga gigi, sehingga
dapat terjadi abses.

1. D. PENATALAKSANAAN
Biasanya perawatan yang diberikan adalah pembersihan jaringan gigi yang terkena karies dan penambalan (restorasi). Bahan
tambal yang digunakan dapat bermacam-macam, misalnya resin komposit (penambalan dengan sinar dan bahannya sewarna
gigi), glass ionomer cement, kompomer, atau amalgam (sudah mulai jarang digunakan).

Pada lubang gigi yang besar dibutuhkan restorasi yang lebih kuat, biasanya digunakan inlay atau onlay, bahkan mungkin
mahkota tiruan. Pada karies yang sudah mengenai jaringan pulpa, perlu dilakukan perawatan saluran syaraf. Bila kerusakan
sudah terlalu luas dan gigi tidak dapat diperbaiki lagi, maka harus dilakukan pencabutan.

1. E. PENCEGAHAN
Menjaga kebersihan mulut adalah merupakan cara terbaik untuk mencegah terjadinya penyakit-penyakit dalam mulut,
seperti: karies gigi dan radang gusi. Kedua penyakit tersebut merupakan penyakit yang paling sering ditemukan dalam
mulut, penyebab utama penyakit tersebut adalah plaque. Beberapa cara pencegahan karies gigi antara lain:

a) Sikat gigi dengan pasta gigi berfluoride dua kali sehari, pada pagi hari

b) setelah sarapan dan malam hari sebelum tidur.

c) Lakukan flossing sekali dalam sehari untuk mengangkat plak dan sisa

d) makanan yang tersangkut di antara celah gigi-geligi.

e) Hindari makanan yang terlalu manis dan lengket, juga kurangi minum

f) minuman yang manis seperti soda.

g) Lakukan kunjungan rutin ke dokter gigi tiap 6 bulan sekali.

h) Perhatikan diet pada ibu hamil dan pastikan kelengkapan asupan

i) nutrisi, karena pembentukan benih gigi dimulai pada awal trimester kedua.
j) Penggunaan fluoride baik secara lokal maupun sistemik.

Plaque control
Plaque control merupakan cara menghilangkan plaque dan mencegah akumulasinya. Tindakan tersebut merupakan tingkatan
utama dalam mencegah terjadinya karies dan radang gusi. Menurut Wirayuni (2003), ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam pelaksanaan plaque control, antara lain:

1. Scalling
Scalling yaitu tindakan membersihkan karang gigi pada semua permukaan gigi dan pemolesan terhadap semua permukaan
gigi.

1. Penggunaan dental floss (benang gigi)


Dental floss ada yang berlilin ada pula yang tidak yang terbuat dari nilon. Floss ini digunakan untuk menghilangkan plaque
dan memoles daerah interproximal (celah di antara dua gigi), serta membersihkan sisa makanan yang tertinggal di bawah
titik kontak.

1. Diet
Diet merupakan makanan yang dikonsumsi setiap hari dalam jumlah dan jangka waktu tertentu. Hendaknya dihindari
makanan yang mengandung karbohidrat seperti: dodol, gula, permen, demikian pula makanan yang lengket hendaknya
dihindari. Adapun yang disarankan dalam plaque control adalah makanan yang banyak mengandung serat dan air. Jenis
makanan ini memiliki efek self cleansing yang baik serta vitamin yang terkandung di dalamnya memberikan daya tahan pada
jaringan penyangga gigi.

1. Kontrol secara periodik


Kontrol dilakukan setiap 6 bulan sekali untuk mengetahui kelainan dan penyakit gigi dan mulut secara dini.

1. Fluoridasi
Fluor adalah suatu bahan mineral yang digunakan oleh manusia sebagai bahan yang dapat membuat lapisan email tahan
terhadap asam. Menurut YKGI (1999), penggunaan fluor ada dua macam yaitu secara sistemik dan lokal. Secara sistemik
dapat dilakukan melalui air minum mengandung kadar fluor yang cukup, sehingga fluor dapat diserap oleh tubuh. Secara
lokal dapat dilakukan dengan diteteskan/dioleskan pada gigi, kumur-kumur dengan larutan fluor dan diletakkan pada gigi
dengan menggunakan sendok cetak.

1. Menyikat gigi
Menyikat gigi dalah cara yang dikenal umum oleh masyarakat untuk menjaga kebersihan gigi dan mulut dengan maksud
agar terhindar dari penyakit gigi dan mulut. Menurut Manson dan Elley (1993), menyikat gigi sebaiknya dilakukan dengan
cara sistematis supaya tidak ada gigi yang terlampaui, yaitu mulai dari posterior ke anterior dan berakhir pada bagian
posterior sisi lainnya.

Beberapa alat dan bahan yang digunakan dalam menyikat gigi yang baik, antara lain:

1) Sikat gigi
Sikat gigi yang baik adalah sikat gigi yang mempunyai ciri-ciri, seperti: bulu-bulu sikat lunak dan tumpul, sehingga tidak
melukai jaringan lunak dalam mulut. Ukuran sikat gigi diperkirakan dapat menjangkau seluruh permukaan gigi atau
disesuaikan dengan ukuran mulut. Dalam memilih sikat gigi, yang harus diperhatikan adalah kondisi bulu sikat. Pilihlah bulu
sikat yang terbuat dari nilon karena sifatnya yang elastis (Budiman, 2009).

2) Pasta gigi
Pasta gigi yang baik adalah pasta gigi yang mengandung fluor, karena fluor akan bereaksi dengan email gigi dan membuat
email lebih tahan terhadap serangan asam. Pasta gigi yang mengandung fluor apabila digunakan secara teratur akan dapat
mencegah kerusakan gigi. Pasta gigi mengandung bahan abrasif ringan seperti kalsium karbonat dan dikalsium fosfat, tetapi
baru sedikit bukti-bukti yang menunjukkan bahwa penggunaan pasta gigi dapat meningkatkan efisiensi pembersihan plaque.
Pasta gigi yang mengandung fluorida ternyata sudah terbukti dapat meningkatkan absorpsi ion fluor pada permukaan gigi
yang akan menghambat kolonisasi bakteri dari permukaan gigi. Beberapa pasta gigi tentu juga mengandung bahan-bahan
kimia seperti formaldehid atau strongsium clorida, yang dapat membantu mengurangi sensitivitas dari akar gigi yang terbuka
akibat resesi gingiva (Manson dan Eley, 1993).

3) Alat bantu menyikat gigi


Menurut Manson dan Elley (1993), beberapa alat bantu yang digunakan untuk membersihkan gigi adalah: benang gigi, tusuk
gigi, dan sikat sela-sela gigi. Penggunaan benang gigi akan membantu menghilangkan plaque dan sisa-sisa makanan yang
berada di sela-sela gigi dan di bawah gusi. Daerah-daerah tersebut sulit dibersihkan dengan sikat gigi.

4) Waktu menyikat gigi


Waktu menyikat gigi yang tepat adalah pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur. Waktu tidur produksi air liur
berkurang sehingga menimbulkan suasana asam di mulut. Sisa-sisa makanan pada gigi jika tidak dibersihkan, maka mulut
semakin asam dan kumanpun akan tumbuh subur membuat lubang pada gigi. Sifat asam ini bisa dicegah dengan menyikat
gigi (Budiman, 2009).

5) Teknik menyikat gigi


Menurut Depkes RI (1996), teknik menyikat gigi adalah:

1. Sikatlah semua permukaan gigi atas dan bawah dengan gerakan maju mundur dan pendek-pendek atau atas bawah,
sedikitnya delapan kali gerakan setiap permukaan gigi.
2. Permukaan gigi yang menghadap ke bibir disikat dengan gerakan naik turun.
3. Permukaan gigi yang menghadap ke pipi disikat dengan gerakan naik turun agak memutar.
4. Permukaan gigi yang digunakan untuk mengunyah disikat dengan gerakan maju mundur.
5. Permukaan gigi yang menghadap ke langit-langit atau lidah disikat dengan gerakan dari arah gusi ke permukaan gigi.
6. Setelah permukaan gigi selesai disikat, berkumur satu kali saja agar sisa fluor masih ada pada gigi.
7. Sikat gigi dibersihkan di bawah air mengalir air dan disimpan dengan posisi kepala sikat gigi berada di atas.

Das könnte Ihnen auch gefallen

  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokument1 Seite
    Daftar Pustaka
    leafleat diet pasien hemodialisa
    Noch keine Bewertungen
  • Sap PHBS
    Sap PHBS
    Dokument4 Seiten
    Sap PHBS
    leafleat diet pasien hemodialisa
    Noch keine Bewertungen
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokument2 Seiten
    Daftar Pustaka
    leafleat diet pasien hemodialisa
    Noch keine Bewertungen
  • Sap Diare Gea
    Sap Diare Gea
    Dokument10 Seiten
    Sap Diare Gea
    leafleat diet pasien hemodialisa
    Noch keine Bewertungen
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokument1 Seite
    Daftar Pustaka
    leafleat diet pasien hemodialisa
    Noch keine Bewertungen
  • Asuhan Keperawatan Aplikasi NANDA
    Asuhan Keperawatan Aplikasi NANDA
    Dokument7 Seiten
    Asuhan Keperawatan Aplikasi NANDA
    leafleat diet pasien hemodialisa
    Noch keine Bewertungen
  • Leaflet Karies Gigi
    Leaflet Karies Gigi
    Dokument2 Seiten
    Leaflet Karies Gigi
    leafleat diet pasien hemodialisa
    Noch keine Bewertungen