Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
PENDAHULUAN
Kebijakan rencana dan penataan kembali kawasan pantai utara Jakarta yang telah digagas
sejak tahun 1990 terus mengalami penyempurnaa. Konsep penataan kembali pantura Jakarta yang
mencakup konsep reklamasi pulau dan konsep revitalisasi pantai lama dimuat di dalam keputusan
presiden No 52 tahun 1995 tentang Reklamasi Kawasan Pantura Jakarta telah diakomondasi ke
dalam peraturan presiden No 54 tahun 2008 tentang penataan ruang kawasan Jabodetabekpunjur.
Arahan tata ruang di dalam peraturan presiden tersebit dijanarkam dalam Peraturan Daeraj
Provinsi DKI Jakarta no 1 tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi DKI Jakarta
2030.
Bersamaan dengan proses finalisai RTRW DKI Jakarta 2030, pemerintah pusat, pemerintah
DKI Jakarta bersama pemeirntah kerajaan belanda mengkaji JakartaCoastal Defende Study yakni
kajian penyelamatan ekosistem Jakarta akibat naiknya muka air laut dan turunnya permukaan
tanah dikawasan pantura, dengan demikian dapat dikatakan bahwa reklamasi pulau di pantai utara
Jakarta mengakomondasi prinsip perlindungan pantai merupakan rangkaian program
penyelamatan ekosistem Jakarta.
1. Reklamasi pantai utara adalah kegiatan penimbunan dan pengeringan laut dibagian
perairan laut Jakarta.
2. Kawasan pantai utara Jakarta adalah sebagian wilayah administrasi kotamadya Jakarta
utara yang meliputi areal daratan pantai utara Jakarta yang ada dan areal rreklamasi pantai
utara Jakarta.
Walaupun PT. Kapuk Naga Indah sudah memperoleh izin membangun prasaeana dan
rekomendasi AMDAL, tetapi karena belum memperoleh izin melaksanakan reklamasi, maka PT.
Kapuk Naga Indah belum melakukan kegiatan fisi reklamasi tetapi lebih berorientasi pada
penyempurnaan berbagai konsep, melaksanakan kegiatan restorasi ekosistem mangrove dan CSR
bagi keluarga nelayan di kamal muara. Selain itu amdal reklamasi pulau kapuk naga indah ini juga
mempertimbangkan beberapa kajian yang diselenggarakan yakni:
a) Kajian lingkungan hidup strategis pantai utara Jakarta yang dilakukan oleh BPLHD tahun
2009
b) Kajian lingkungan hidup tekuk Jakarta tiga provinsi yang dilaksanakan oleh bapeda
provinsi DKI Jakarta bersama kementrian lingkungan hidup tahun 2010
c) Penyiapan data dan analisa dalam rangka penyusunan Raperda RTR kawasan strategis
pantura oleh Bappeda Provinsi DKI Jakarta tahun 2010
Peraturan yang digunakan pada penyusunan yaitu:
a. Peraturan pemerintah republik indonesa nomor 27 tahun 2012 tentang izin lingkungan.
b. Peraturann presiden nomor 54 tahun 2008 tentang penataan ruang kawasan
Jabodetabekpunjur sebagai acuan pelaksanaan reklamasi.
c. Peraturan mentri lingkungan hidup nomor 05 tahun 2012 tenteng jenis rencana usaha
dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi AMDAL
d. Peraturan daerah nomor 01 tahun 2012 tentang rencana tata ruang wilayah (RTRW)
provinsi DKI Jakarta tahun 2030.
b. Kebisingan
Kegiatan pemancangan saat pembangunan jembatan penghubung dari perumahan pantai
indah kapuk ke pulau reklamasi merupakan sumber bising yang cukup tinggi, tingkat
kebisingan pada jarak 10 m dari sumber dapat mencapai 85 dBA. Disekitar lokasi pada jarak
30 m terdapat pasar fresh market, sedangkan perumahan terletak relative jauh lebih dari
500m (permodelan rambatan bising menunjukan pada jarak 30 m tingkat kebisingan akan
mencapai 52 dBA).
Hasil pemantauan menunjukan tingkat kebisingan disekitae fresh market adakah 50 dBA,
dengan demikian saat kegiatan pemancangan jembatan penghubung tingkat ebisingan di
sekitar fresh market akan mencapai 54,1 dBA. Tingkat kebisingan ini memenuhi baku mutu
sesuai KepMenLH No. 48 Tahun 1996 sebesar 70 dBA bagi peruntukan perdagangan dan jasa.
Dampak yang akan terjadi intensitasnya rendah, persebarannya terbatas di sekitar lokasu
kegiatan, bersifat sementara selama tahap konstruksi sehingga tergolong dampak negatif tidak
penting.
d. Mangrove
Aktifitas buruh konstruksi proyek akan menghasilkan sampah dan kegiatan selama
pengurugan/reklamasi berdasarkan hasil pengamatan vegetasi dihutan lindung angke-kapuk
muara angke yang letaknya memanjang sejajar pantai sepanjang 1 km dengan lebar 50 meter
tercatat total tumbuhan sebnya 36 jenis, 32 marga dan 27 suku. Jenis tersebut terdiri dari 9
jenis mangrove sejati dan 27 jenis mangrove ikutan, apabila dibandingkan dengan hasil survey
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ecodata pada tahun 2004 tercatat jumlah total
tumbuh sebanyak 41 jenis atas dasar ini jumlah total jenis tumbuhan yang diamati pada
penelitian adalah sebanyak 87,8% dan mengalami penurunan sebanyak 12,2% bila
dibndingkan dengan jumlah total jenis tumbuhan pada tahun 2004 pada lokasi yang sama.
Penurunan jumlah jenis mangrove dihutan lindung angke-kapuk tersebut saat ini terutama
disebabkan oleh kerusakan/gangguan habitat mangrove akibat timbunan sampah yang saar ini
mencapai kedalaman 2m (IPB, bohor 2007) sampah yang ada tersebar sepanjang garis pantai
( 2 km) dengan lebar antara 15 hingga 50 m (Fakultas Biologi Unas 2006) dan juga kegiatan
reklamasi yang akan mengakibatkan berubahnya siklus air laut di sekitar proyek sehingga akan
mengakibatkan pH di sekitar perairan Hutan Lindung Angke yang akan berdampak terhadap
kehidupan mangrove. Selain itu dampak kegiatan reklamasi terhadap mangrove juga dapat
diakibatkan oleh terjadinya abrasi den sedimentasi yang dapat berpengaruh terhadap
keberadaan mangrove (dampak sekunder).
Sumber Dampak
Kegiatan pengurugan dan mobilisasi peralatan, bahan dan pekerja yang memngakibatkan
terjadinya emisi dari kendaraan yang melintasi perumahan penduduk menuju lokasi proyek
reklamasi.