Sie sind auf Seite 1von 6

BAWANG TIWAI

Dalam ilmu taksonomi, berikut adalah klasifikasi dari bawang dayak (Eleutherine
americana Merr.) (Galingging, 2007) :
Divisi : Magnoliophyta
Class : Liliopsida
Ordo : Liliales
Family : Iridaceae
Genus : Eleutherine
Spesies : (Eleutherine americana Merr.)

Umbi bawang Tiwai telah di gunakan secara tradisional sebagai obat kanker
payudara, sedang daunnya bermanfaat sebagai pelancar air susu ibu (ASI) (Nawawi,
2010). Bawang sabrang (Eleutherine americana (L.) Merr.) dikenal juga dengan nama
bawang dayak atau bawang hantu atau bawang tiwai, merupakan tumbuhan khas
Kalimantan. Tumbuhan ini secara turun temurun telah dipergunakan oleh masyarakat
Dayak sebagai tumbuhan obat yaitu obat berbagai jenis penyakit seperti kanker
payudara, obat penurun darah tinggi (hipertensi), penyakit kencing manis (diabetes
mellitus), penurun kolesterol, obat jerawat dan bisul, kanker usus, mencegah stroke
(Galingging, 2009); penyakit weil, disentri, disuria dan radang usus (Nawawi, 2010).
Penggunaan bawang tiwai dapat digunakan dalam bentuk segar, simplisia, manisan
dan dalam bentuk bubuk (powder) (Galingging, 2009). Secara empiris di beberapa
masyarakat dayak bawang tiwai digunakan masyarakat sebagai obat jerawat dan bisul
dengan cara membalurkannya pada jerawat atau bisul setelah sebelumnya ditumbuk
dan dihaluskan. Sejauh ini pengelolaan umbi bawang tiwai ke dalam bentuk sediaan
jadi masih sedikit, pengelolaan umbi bawang tiwai yang marak akhir-akhir ini hanya
terbatas pada sediaan instan saja. Padahal, menurut penelitian penelitian sebelumnya
terhadap Eleutherine sp. yakni sebagai antimelanogenesis dan antifungal (Arung,
2009); antidermatofit (Kusuma, 2010) ; serta pengujian ekstrak etanol, fraksi dan
isolat murni terhadap bakteri Staphylococcus epidemidis (Ifesan, et al., 2009).
Penelitian Ifesan (2009) menunjukkan efektivitas terhadap bakteri Stapphylococcus
epidermidis, hal ini membuktikan pengalaman empiris di beberapa masyarakat dayak
yang menggunakan bawang tiwai sebagai obat jerawat dan bisul. Oleh sebab itu pada
penelitian ini dibuat krim anti acne (anti jerawat) sebagai alternatif krim jerawat yang
alami dan berguna untuk meningkatkan nilai ekonomis dari umbi bawang tiwai itu
sendiri. Tipe krim yang dibuat adalah tipe minyak dalam air (M/A). Tipe krim minyak
dalam air mengandung kadar air yang lebih tinggi sehingga bila dioleskan pada kulit
air tersebut akan menguap dan memberikan rasa dingin pada kulit.

Referensi :
Nawawi A., Rachmawati W., dan Aryadi, A. 2010. Isolasi dan Identifikasi
Senyawa Kuinon dari Simplisia Umbi Bawang Sabrang (Eleu the rine ame ricana
Merr.). Diambil dari: www.bawang%20tiwai/penelitian-obat-bahanalam-aper
%20mahasiswa%20ITB.html.
Galingging RY. 2009. Bawang Dayak (Eleutherine palmifolia) Sebagai Tanaman
Obat Multifungsi. Ponti anak : BPTP Kalimantan Tengah. Halaman: 9-12.
Ifesan BO., Siri pongvutikorn S., dan Voravuthikunchai S.P. 2009. Application of
Eleutherine americana Crude Extract in Homemade Salad Dressing. J Fod Prot. 7(3):
650-655.
Kusuma IW., Arung E. T., Rosamah E., Purwatiningsih S., Kuspradini H., Syafriz
al, Astuti J., Kim Y., dan Shimizu K. 2010. Antidermatophyte and Antimelanogenesis
Compound From Eleutherine Americana grown in Indonesia. J Nat Med. 64: 223-226.
Arung E.T., Kusuma I.W., Christy E.O., Shimizu, K., dan Kondo, R. (2009).
Evaluation of Medicinal Plants From Central Kalimantan for Antimelanogenesis. J
Nat Med. 63: 473-480.
Bulbus tanaman bawang dayak dimanfaatkan sebagai obat kanker payudara oleh
masyarakat lokal Kalimantan, selain juga dapat digunakan untuk mengatasi gangguan
jantung, meningkatkan daya tahan tubuh, sebagai antiinflamasi, antitumor serta dapat
menghentikan pendarahan (Saptowalyono, 2007). Beberapa penelitian tentang
bawang dayak telah dilakukan antara lain bulbus tanaman genus Eleutherine. Bulbus
tanaman Eleutherine bulbosa dan Eleutherine americana diketahui mengandung
senyawa metabolit sekunder golongan naftokuinon (elecanacin, eleutherin, eleutherol,
eleutherinon) (Alves et al.,2003).
Banyak senyawa turunan naftokuinon diketahui memiliki bioaktivitas sebagai
antikanker maupun antioksidan, selain itu bersifat sangat toksik, umumnya digunakan
sebagai antimikrobia, antifungal, antiviral dan antiparasit (Babula et al., 2005).
Prospek bawang sabrang atau bawang dayak sebagai tanaman obat untuk skala
industri sangat besar, namun belum lengkapnya informasi mengenai teknik budidaya
tumbuhan ini menghambat penggunaanya sebagai bahan obat modern (Anggraini,
2014).
Seiring dengan meningkatnya permintaan dan kebutuhan akan bahan tanaman
bawang dayak, maka perlu dilakukan upaya perbanyakan tanaman dalam jumlah
besar dan dalam waktu yang relatif singkat. Penyediaan bibit unggul yang
menghasilkan tanaman dengan kualitas yang baik merupakan salah satu faktor
pendukung keberhasilan pengembangan bawang dayak. Perbanyakan tanaman secara
konvensional masih dibatasi oleh kemampuan tanaman untuk menghasilkan bibit baru
dalam jumlah banyak, seragam dan dalam waktu yang relatif singkat. Sampai saat ini
bibit bawang dayak diperbanyak dengan umbi. Usaha perbanyakan tanaman bawang
dayak menggunakan umbi memiliki kendala, yaitu pada penggunaan umbi untuk
perbanyakan tanaman dalam jumlah banyak akan mengurangi jumlah umbi yang
dapat diolah menjadi bahan baku obat. (Lizawati et al., 2009).
Menurut Wattimena (1986), pengembangan dan peningkatan produksi
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya penyediaan bibit yang berkualitas.
Bawang dayak dapat diperbanyak secara vegetatif maupun generatif. Teknik
perbanyakan yang sering dilakukan petani adalah dengan menggunakan umbi. Hal ini
dikarenakan sulitnya mendapatkan bibit dari biji botani (True Shallot Seed atau TSS).
Biji bawang dayak tidak dapat disimpan terlalu lama karena akan kehilangan
vigoritasnya serta kemampuan biji semakin lemah (Putrasamedja, 1995).
Morfologi
a. Daun
Tanaman bawang dayak mempunyai daun berbentuk pita, ujung dan pangkal runcing
warna hijau rata (Backer, 1965; Heyne, 1987). Daunnya ada dua macam, yaitu yang
sempurna berbentuk pita dengan ujungnya runcing, sedang daun-daun lainnya
berbentuk menyerupai batang. Letak daun berpasangan dengan komposisi daun
bersirip ganda. Tipe pertulangan daun sejajar dengan tepi daun rata dan bentuk daun
berbentuk pita berbentuk garis (Kloppenburg, 1988). Daun bawang dayak merupakan
tipe daun tunggal seperti pita dengan ujung dan pangkal runcing tepi rata atau tidak
bergerigi berwarna hijau (Galingging, 2007).

b. Umbi
Tanaman bawang dayak berupa terna semusim yang merumpun sangat kuat. Tanaman
ini merupakan rumpun-rumpun besar, dan memiliki tinggi 20-50 cm. Umbi dibawah
tanah berbentuk bulat telur memanjang dan berwarna merah (Backer, 1965; Heyne,
1987). Umbi pada tumbuhan bawang dayak umumnya berbentuk lonjong, bulat telur,
tidak berbau sama sekali. Umbi dapat dikonsumsi setelah usia 6 bulan, dengan tinggi
20 - 40 cm, lebar 1,5 - 3 cm.

DAUN MANGGIS
Manggis (Garcinia mangostana L.) termasuk tanaman pohon yang berasal dari
hutan tropis di kawasan Asia Tenggara. Tinggi pohon mencapai 7 25 meter. Batang
tanaman manggis berbentuk pohon berkayu. Kulit batangnya tidak rata dan berwarna
kecoklat-coklatan. Daun manggis berbentuk bulat telur sampai bulat-panjang,
tumbuhnya tunggal dan bertangkai pendek sekali (Cronquist, 1981). Buahnya disebut
manggis, dengan kulit buah berwarna merah keunguan ketika matang, meskipun ada
pula varian yang kulitnya berwarna merah. Sistematika buah manggis adalah sebagai
berikut :
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Dilleniidae
Bangsa : Theales
Suku : Clusiaceae
Marga : Garcinia
Jenis : Garcinia mangostana
(Cronquist, 1981).
Daun manggis berbentuk bulat-telur sampai bulat-panjang, tumbuhnya tunggal
dan bertangkai pendek sekali tanpa daun penumpu. Struktur helai daun tebal dengan
permukaan sebelah atas berwarna hijau-mengkilap, sedangkan permukaan bawah
warnanya kekuning-kuningan.Buah manggis berbentuk bangun bola dengan diameter
3,5 7 cm. Kulit buah manggis memiliki warna hijau muda hingga ungu gelap,
sedangkan warna daging buahnya putih. Sewaktu masih muda permukaan kulit buah
berwarna hijau, namun setelah matang berubah menjadi ungu kemerah-merahan atau
merah muda. Kulit buah manggis ukurannya tebal mencapai proporsi sepertiga bagian
dari buahnya (Cronquist, 1981).
Beberapa penelitian telah membuktikan aktivitas farmakologi dari senyawa yang
dikandung kulit buah manggis, diantaranya sebagai antioksi dan, antikanker, anti-
inflamasi, antialergi, antibakteri, antifungi, antivirus, serta antimalaria (Chaverri et al.,
2008).

REFERENSI :
Chaverri, J. P., N. C. Rodriguez, M. O. Ibarra, and J. M. P. Rojas. 2008.
Medicinal Properties of Mangosteen (Garcinia mangostana). Food and Chem.
Toxicol., 46: 32273239.

Das könnte Ihnen auch gefallen