Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
A. Kompetensi Inti
KI 3. Memahami, menerapkan dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, dan
prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi,
seni, budaya, dan humaniora dalam wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian dalam bidang
kerja yang spesifik untuk memecahkan masalah.
KI 4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan
mampu melaksanakan tugas spesifik di bawah pengawasan langsung.
D. Materi Pembelajaran
1. Budi Utomo
2. Serekat Islam
F. KegiatanPembelajaran
1. Pendahuluan/KegiatanAwal (15menit)
Guru mengkondisikan kelas, dan memulai pembelajaran dengan membaca doa
dan mengucapkan salam
Guru melakukan apersepsi dengan sedikit mereview materi sebelumnya dan
memberi gambaran materi yang akan dibahas dalam pertemuan saat ini.
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan model pembelajaran yang
digunakan
Guru bersama siswa membagi kelas dalam 4 kelompok
Siswa menempatkan diri berdasarkan kelompoknya masing-masing yang telah
dibagi oleh guru
Verification (Mengasosiasikan)
Guru meminta tiap-tiap kelompok saling menukar pekerjaannya dan mengoreksi
hasil diskusi kelompok lain tersebut. Jika ada koreksi diminta untuk
menuliskannya dikertas itu.
Masing-masing kelompok mendiskusikan hasil kerja kelompok lain yang mereka
peroleh. Jika ada koreksi dapat ditulis catatan pada kertas itu.
Generalization (Mengomunikasikan)
Guru meminta peserta didik untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya.
Peserta didik mempresentasikan hasil diskusi
Kelompok yang tidak presentasi boleh mengajukan pertanyaan atau opini mereka
dan akan ditanggapi oleh kelompok yang presentasi.
Guru memberikan klarifikasi dan penguatan dari jawaban kelompok yang
presentasi
Kelompok yang presentasi memperbaiki hasil diskusinya sesuai dengan masukan
dari guru
Guru dan peserta didik secara bersama bersama menyampaikan kesimpulan dari
materi yang dipelajari
Indikator 4.1.1 : Membuat laporan tertulis secara kelompok tentang persamaan dan
perbedaan strategi pergerakan nasional dan menyajikan di depan kelas
RUBRIK OBSERVASI
KEGIATAN DISKUSI KELOMPOK
Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia Tahun Pelajaran : 2017/2018
Nama Sekolah : SMK N 2 DEPOK Waktu Pengamatan :
Kelas / Semester : XII / 1
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
Keterangan :
Nilai = Jumlah skor dibagi 4
a. Keterampilan mengomunikasikan adalah kemampuan peserta didik untuk mengungkapkan atau
menyampaikan ide atau gagasan dengan bahasa lisan yang efektif.
b. Keterampilan mendengarkan dipahami sebagai kemampuan peserta didik untuk tidak menyela,
memotong, atau menginterupsi pembicaraan seseorang ketika sedang mengungkapkan
gagasannya.
c. Kemampuan berargumentasi menunjukkan kemampuan peserta didik dalam mengemukakan
argumentasi logis ketika ada pihak yang bertanya atau mempertanyakan gagasannya.
d. Kemampuan berkontribusi dimaksudkan sebagai kemampuan peserta didik memberikan
gagasan-gagasan yang mendukung atau mengarah ke penarikan kesimpulan termasuk di
dalamnya menghargai perbedaan pendapat.
e. Kriteria Penilaian
Nilai rentang antara 0 100
Skor rentang antara 0 100
91 100 = 4 (Sangat Baik) 75 80 = 2 (Cukup)
81 90 = 3 (Baik) 0 - 74 = 1 (Kurang)
RUBRIK OBSERVASI
KEGIATAN PRESENTASI
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Keterangan :
Nilai = skor dibagi 4
a. Keterampilan menjelaskan adalah kemampuan menyampaikan hasil observasi dan diskusi secara
meyakinkan.
b. Keterampilan memvisualisasikan berkaitan dengan kemampuan peserta didik untuk membuat
atau mengemas informasi seunik mungkin, semenarik mungkin, atau sekreatif mungkin.
c. Keterampilan merespon adalah kemampuan peserta didik menyampaikan tanggapan atas
pertanyaan, bantahan, sanggahan dari pihak lain secara empatik.
f. Kriteria Penilaian
Nilai rentang antara 0 100
91 100 = 4 (Sangat Baik) 75 80 = 2 (cukup)
81 90 = 3 (Baik) 0 - 74 = 1 (Kurang)
Instrumen Portofolio
IPK 4.10.2 : Membuat biografi tokoh-tokoh organisasi Budi Utomo dan Serekat Islam
Soal : buatlah biografi tokoh-tokoh Organisasi Budi Utomo dan Serekat Islam
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Nilai = Jumlah skor dibagi 4
Keterangan :
a. Kegiatan mengamati dalam hal ini dipahami sebagai cara peserta didik mengumpulkan informasi
faktual dengan memanfaatkan indera penglihat, pembau, pendengar, pengecap dan peraba. Maka
secara keseluruhan yang dinilai adalah HASIL pengamatan (berupa informasi) bukan CARA
mengamati.
b. Relevansi, kelengkapan, dan kebahasaan diperlakukan sebagai indikator penilaian kegiatan
mengamati.
Relevansi merujuk pada ketepatan atau keterhubungan fakta yang diamati dengan informasi yang
dibutuhkan untuk mencapai tujuan Kompetensi Dasar/Tujuan Pembelajaran (TP).
Kelengkapan dalam arti semakin banyak komponen fakta yang terliput atau semakin sedikit sisa
(residu) fakta yang tertinggal.
Kebahasaan menunjukan bagaimana peserta didik mendeskripsikan fakta-fakta yang
dikumpulkan dalam bahasa tulis yang efektif (tata kata atau tata kalimat yang benar dan mudah
dipahami).
g. Kriteria Penilaian
Skor rentang antara 0 100
91 100 = 4 (Sangat Baik) 75 80 = 2 (cukup)
81 90 = 3 (Baik) 0 - 74 = 1 (Kurang)
3. Pembelajaran Remedial danPengayaan
Remedial dilakukan untuk peserta didik yang tidak mencapai KKM, setelah ada
evaluasi pembelajaran
Soal :
1. Jelaskanlah perbedaan antara konflik dan pergolakan daerah secara ideologi,
kepentingan, dan sistem pemerintahan pada tahun 1948-1965
2. Sebutkanlah contoh-contoh konflik dan pergolakan daerah yang berkaitan
ideologi, kepentingan, dan sistem pemerintahan pada tahun 1948-1965
Pengayaan diberikan bagi peserta didik yang capaiannya sudah melebihi KKM.
Materi pengayaan diarahkan pada analisis konflik dan pergolakan daerah yang
masih terjadi saat ini seperti OPM, Teroris, dan GAM.
H. Media/alat, Bahan, danSumberBelajar
1. Media/Alat
Komputer/Laptop
LCD/Proyektor
Buku siswa
2. Bahan
Materi pembelajaran KD 3.2 dan KD 4.2
3. SumberBelajar
Guru
Bukusiswa
Internet
Materi Ajar :
1. Budi Utomo
Dilatarbelakangi kondisi ekonomi yang buruk di Jawa, dr. Wahidin Sudiro Husodo pada
tahun 1906-1907 berkeliling pulau jawa, untuk memberikan penerangan tentang cita-citanya
kepada para pegawai Belanda dan dalam berusaha mencari dana untuk beasiswa bagi pelajar
Indonesia yang kurang mampu tapi cakap, dr. wahidin berkeinginan untuk mendirikan badan
pendidikan yang di sebut Studifonds. Usaha dr. Wahidin tidak mendapatkan tanggapan yang
positif dari pegawai pemerintahan Belanda. Namun usahanya mendapat respon dari para
pelajar. Usaha beliaulah yang merupakan pendorong bagi pelajar, untuk mendirikan
organisasi.
Organisasi Budi Utomo berdiri tanggal 20 Mei 1908 oleh para mahasiswa Sekolah
Kedokteran (STOVIA) di Jakarta, yaitu Sutomo, Suraji, Gunawan Mangunkusumo. Budi
Utomo (BU) ini sejak awal sudah menetapkan bidang pendidikan sebagai pusat perhatiannya,
dengan wilayah Jawa dan Madura sebagai sasaran. Pro dan kontra selalu mewarnai dalam
kehidupan berorganisasi, tak terkecuali BU. Yang kontra mendirikan organisasi tandingan
Regent Bond, yang anggota-anggotanya berasal dari kalangan bupati penganut status quo
yang tidak menginginkan perubahan. Sedang yang pro, antara lain Tirto Kusumo, merupakan
kalangan muda yang berpikiran maju.
Pada kongres BU yang diselenggarakan pada 3-5 Oktober 1908, Tirto Kusumo diangkat
menjadi Ketua Pengurus Besar. Dalam kongres ini etnonasionalisasi semakin bertambah
besar. Selain itu, dalam kongres tersebut juga timbul dua kelompok, yaitu kelompok pertama
diwakili olah golongan pemuda yang merupakan minoritas yang cenderung menempuh jalan
politik dalam menghadapi pemerintah kolonial. Adapun kelompok kedua merupakan
golongan mayoritas diwakili oleh golongan tua yang menempuh perjuangan dengan cara
lama, yaitu sosiokultural.
Golongan minoritas yang berpandangan maju dalam organisasi ini dipelopori oleh Dr. Tjipto
Mangunkusumo. Dia ingin Budi Utomo bukan hanya sebagai organisasi yang mementingkan
rakyat, melainkan organisasi yang memiliki jaringan di seluruh Indonesia. Sementara itu,
golongan tua menginginkan dibentuknya Dewan Pimpinan yang didominasi oleh golongan
tua. Golongan ini juga mendukung pendidikan yang luas bagi kaum priyayi dan mendorong
kegiatan pengusaha Jawa. Tjipto terpilih sebagai salah satu anggota dewan. Namun, pada
1909 ia mengundurkan diri dan bergabung dengan Indische Partiij.
Pada tahun 1914 terjadi peristiwa besar yakni Perang Dunia I, pada saat itulah BU
memikirkan bagaimana mempertahankan Indonesia dari serangan luar. Dalam rapat
umumnya di Bandung pada 5-6 Agustus 1915 ditetapkan mosi yang menegaskan pelu adanya
milisi yang harus diputuskan dalam parlemen. Menurut BU, untuk tujuan itu harus dibentuk
dewan perwakilan rakyat terlebih dahulu. Untuk tujuan itu, BU ikut dalam dalam komite
Indie Weber yang dalam rapat-rapatnya diusulkan untuk membentuk Dewan rakyat
(Volksraad). Dengan sikap BU yang moderat, ternyata usulan dibentuknya Dewan
Perwakilan Rakyat dapat terealisasi pada tahun 1918, atau ketika Perang Dunia I berakhir, hal
ini menunjukkan bahwa Belanda memandang BU tidak berbahaya bagi Belanda. Bulan April
1931 BU melakukan terobosan besar dengan mengubah anggaran dasarnya, yang salah satu
poinnya adalah membuka diri bagi semua golongan bangsa Indonesia, tidak hanya terbatas
pada orang Jawa. Pada kongres itu diputuskan bahwa BU harus bekerja sama dengan
oraganisasi-organisasi lain yang bersifat kooperatif.
2. Serekat Islam
Rintisan lahirnya Sarekat Islam sebenarnya telah dimulai sejak tahun 1909 oleh R.M.
Tirtoadisuryo di Batavia (Jakarta). Ia telah mendirikan Sarekat Dagang Islam (SDI) di
Batavia dan Bogor. Pada tahun 1911, para pedagang batik di kota Surakarta juga mendirikan
SDI yang dipimpin oleh Haji Samanhudi. Tujuan pembentukan SDI adalah memperkuat
usaha, dagang golongan pribumi agar mampu bersaing dengan para pedagang Cina.
Lahirnya SDI mendapat sambutan hangat dari para pedagang pribumi sehingga jumlah
anggota dan cabangnya makin banyak. Melihat perkembangannya yang pesat, Haji
Samanhudi ingin organisasinya berbadan hukum. Atas saran Umar Said, nama Sarekat
Dagang Islam diubah namanya menjadi Sarekat Islam (SI) agar lebih luas ruang gerak
organisasinya. Haji Samanhudi menyetujui usul itu sehingga pada tanggal 10 September
1912, SDI secara resmi berganti nama menjadi Sarekat Islam (SI). Sarekat Islam mengalami
perkembangan yang sangat pesat. Buktinya dalam tahun 1914 telah berdiri 56 cabang SI yang
berbadan hukum dan pada tahun 1916 menjadi 80 cabang SI yang berbadan hukum dengan
jumlah anggota 360.000 orang. Dengan makin banyak cabang SI yang berdiri, H.O.S
Cokroaminoto mendirikan Central Sarekat Islam (CSI) yang anggotanya adalah cabang-
cabang SI di daerah-daerah.
Sarekat Islam mengadakan kongres pertama di Surabaya pada tanggal 20 Januari 1913.
Kongres itu menetapkan bahwa SI bukanlah partai politik. SI tidak akan melawan pemerintah
Hindia Belanda, serta Surabaya ditetapkan menjadi pusat SI. Pernyataan demikian itu,
sebenarnya hanyalah di atas kertas. Hal itu di maksudkan agar tidak dicurigai oleh
pemerintah kolonial Belanda. Pada praktiknya, SI sering membahas masalah-masalah politik.
SI memper-juangkan nasib rakyat, mendesak pemerintah agar membentuk volksraad, dan
menyebar luaskan cita-cita mencapai pemerintahan sendiri. Kongres kedua SI
diselenggarakan di Surakarta. Kongres menegaskan bahwa SI hanya untuk rakyat biasa,
pegawai pangreh praja tidak diperbolehkan menjadi anggota. Pegawai pangreh praja dilarang
menjadi anggota karena dikhawatirkan mereka tidak akan berani menyuarakan aspirasi dan
memperjuangkan nasib rakyat, bahkan bisa jadi mereka akan memata-matai SI.
Setelah Central Sarekat Islam berhasil dibentuk di Surabaya (16 Maret 1916), SI segera
mengadakan kongres ketiga di Bandung pada tanggal 17-24 Juni 1916. Kongres itu
disebutnya sebagai Kongres Nasional Sarekat Islam.. Pada tahun 1917, SI mengadakan
kongres keempat di Batavia. Dalam kongres itu, SI kembali menegaskan tujuan pembentukan
organisasinya, yaitu ingin memperoleh pemerintahan sendiri (kemerdekaan). Dalam kongres
itu, SI juga mendesak agar pemerintah membentuk volksraad. SI mencalonkan H.O.S.
Cokroaminoto dan Abdul Muis sebagai wakil yang akan duduk dalam volksraad. Sehubungan
dengan keadaan itu, pada tahun 1921, CSI menerapkan disiplin organisasi dengan melarang
anggotanya untuk merangkap menjadi anggota organisasi lain. Akibatnya, Semaun beserta
pengikutnya dipecat dari SI. Pacta tahun 1923, lewat kongresnya di Madiun (17-20 Februari
1923), SI mengubah namanya menjadi Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII). SI Merah
pimpinan Semaun juga mengubah namanya menjadi Sarekat Rakyat yang kemudian
bergabung dengan Partai Komunis Indonesia pada tahun 1923.