Sie sind auf Seite 1von 44

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah

Salah satu usaha untuk mengharumkan nama bangsa dan negara

adalah melalui olahraga. Oleh karena itu pendidikan dan pembinaan olahraga

harus terus ditingkatkan sesuai dengan tujuan pendidikan olahraga yaitu

pembinaan dan peningkatan pengembangan olahraga diarahkan kepada

terbentuknya manusia yang siap fisik dan mental serta berprestasi. Sebab

keberhasilan suatu bangsa di dalam pembangunan tergantung pula pada

kesanggupan fisik dan mental manusianya.

Dewasa ini semakin banyak orang yang melakukan olahraga sesuai

dengan kesenangannya masing-masing. Salah satu tujuannya adalah untuk

meningkatkan taraf kesegaran jasmaninya. Namun demikian, kegemaran

masyarakat dalam berolahraga hanya tertuju pada cabang-cabang olahraga

tertentu saja, seperti sepakbola, bolavoli, sepaktakraw dan lain sebagainya.

Lain halnya dengan cabang olahraga anggar, dimana kehadirannya

kurang mendapat respon dari masyarakat, dengan kata lain bahwa

masyarakat kurang gemar dalam melakukan cabang olahraga anggar. Akan

tetapi antara kenyataan dan harapan tidaklah sejalan, dimana penggemar

cabang olahraga anggar sangatlah minim namun dilain sisi prestasi yang

dicapai atlit-atlit kita sudah dapat dikatakan menggembirakan. Terbukti dengan


2

hasil yang dicapai diberbagai turnamen, baik tingkat nasional maupun

Internasional.

Kurangnya peminat olahraga anggar disebabkan karena masih banyak

yang belum menyadari dan mengetahui tentang olahraga anggar itu sendiri

secara luas, bahwa olahraga anggar jika dilakukan secara bertahap dan

teratur serta berpedoman pada prinsip-prinsip latihan, disamping berguna bagi

diri sendiri yakni dapat meningkatkan kesegaran jasmani, juga berguna untuk

pencapaian prestasi yang dapat membawa keharuman nama bangsa dan

negara.

Cabang olahraga anggar dalam perkembangan dan pembinaannya

untuk mencapai prestasi yang tinggi ditentukan oleh berbagai faktor yang

saling terkait, disamping faktor atlet itu sendiri maupun faktor kondisi fisik,

teknik, taktik serta mental, juga dipengaruhi oleh tersedianya pelatih yang

baik, fasilitas dan alat yang baik dan bermutu, organisasi yang baik dan efektif

serta adanya suasana dorongan dari masyarakat dan pemerintah.

Perkembangan cabang olahraga anggar di Indonesia umumnya dan

Sulawesi Selatan khususnya masih sangat minim, hal ini disebabkan karena

kurangnya minat masyarakat untuk mengenal olahraga anggar, disamping

sarana dan prasarana yang masih kurang memadai seperti tidak adanya

tempat khusus untuk melakukan latihan anggar serta mahalnya peralatan-

peralatan yang digunakan, mulai dari senjata, masker, baju anggar, plastron,

kaus tangan kulit, serta sepatu dan tas khusus anggar.


3

Meskipun atlet anggar masih tergolong kurang, namun demikian

tidaklah menjadi hambatan untuk meraih prestasi yang maksimal. Karena

dengan keikut sertaan atlet-atlet kita khususnya di Sulawesi Selatan pada

setiap event nasional maupun internasional masih dapat meraih medali dan

mendapat tempat yang terhormat, baik di tingkat PON maupun dikejuaraan

ASIA lainnya.

Dalam permainan anggar, dikenal beberapa rangkaian gerakan seperti

langkah maju, langkah mundur, lompat kebelakang, ketepatan tusukan atau

serangan serta tangkisan satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh dan

delapan. Namun yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini

adalah ketepatan serangan.

Ketepatan serangan dalam permainan anggar sangatlah penting,

karena serangan yang dilakukan merupakan jalan untuk memperoleh angka.

Ketepatan serangan yang dimaksud adalah ketepatan serangan jenis senjata

floret. Serangan yang benar untuk memperoleh angka adalah serangan yang

mengenai sasaran yang sah. Pada dasarnya bahwa daerah sasaran serangan

yang sah pada permainan anggar jenis senjata floret adalah pangkal bahu

bagian atas sampai daerah pinggang, sehingga untuk memperoleh angka

pada jenis senjata floret ini, maka senjata harus ditusukkan kebadan lawan

pada daerah sasaran tersebut. Olehnya itu teknik gerakan serangan dengan

senjata floret harus betul-betul dikuasai oleh seorang pemain anggar secara
4

tepat dan efektif, karena hal tersebut dapat menunjang dalam mencapai

prestasi yang optimal.

Perlu disadari bahwa teknik gerakan serangan yang baik dapat dicapai

apabila ditunjang oleh berbagai faktor, diantaranya adalah faktor kemampuan

fisik, sehingga diduga bahwa dengan kemampuan fisik yang baik maka dapat

meningkatkan penguasaan ketepatan serangan yang baik pula. Kemampuan

fisik yang dimaksud adalah unsur fisik keseimbangan dan kecepatan yang

merupakan objek dalam penelitian ini.

Kemampuan fisik yang memadai mutlak harus dimiliki oleh setiap atlet

agar dapat berprestasi pada cabang olahraga yang digelutinya. Menurut

Soekarman (1988:37) :

Kondisi fisik yang tinggi hanya dapat dicapai melalui latihan keras, dan
cara latihannya tidak cukup dengan berlatih olahraga itu saja tetapi
harus dipersiapkan secara khusus yang sesuai dengan masing-
masing cabang olahraga yang digelutinya. Kekuatan, kecepatan, daya
tahan, adalah tiga diantara kebutuhan fisik yang diperlukan oleh
olahragawan.

Berdasarkan pengalaman penulis sebagai seorang atlet anggar bahwa

kecepatan merupakan salah satu unsur fisik yang sangat dibutuhkan pada

permainan anggar dalam hal melakukan serangan, karena untuk mencapai

kecepatan serangan yang optimal maka kecepatan gerakan dalam hal ini

kecepatan gerak tangan sangat menunjang sebagai gerakan awal yang dapat

menentukan gerakan selanjutnya. Hal ini penting karena pemain yang lebih

cepat melakukan serangan dengan tepat pada daerah sasaran yang sah
5

dalam suatu pertandingan, maka dialah yang berhak memperoleh

angka/point.

Di samping unsur fisik kecepatan, begitu pula halnya dengan

keseimbangan badan merupakan faktor yang dapat menunjang dalam

pelaksanaan serangan. Karena dengan keseimbangan badan yang baik dapat

membantu si atlet untuk menjaga dan mempertahankan letak titik berat

badannya pada saat melakukan serangan, sehingga dalam melakukan

serangan posisi tubuh tetap dalam keadaan stabil serta tidak mudah goyah

dan hal ini dapat menunjang ketepatan serangan.

Sejalan dengan penjelasan tersebut, sehingga diduga bahwa unsur fisik

keseimbangan tubuh dan kecepatan memiliki hubungan yang erat dengan

ketepatan serangan dalam permainan anggar jenis senjata floret.

Hal-hal yang dikemukakan di atas merupakan dasar pemikiran penulis

yang dikembangkan berdasarkan berbagai faktor yang dapat menunjang

ketepatan serangan dalam permainan anggar jenis senjata floret. Atas dasar

pemikiran tersebut sehingga penulis bermaksud untuk mengetahui secara

pasti melalui prosedur ilmiah dengan mengangkat judul Studi analisis

keseimbangan badan dan kecepatan dengan ketepatan serangan dalam

olahraga anggar jenis senjata floret.

Penelitian ini akan diterapkan pada mahasiswa FIK UNM Makassar

sebagai sampel. Hal ini dimaksudkan berdasarkan pertimbangan bahwa

kelompok sampel tersebut rata-rata sebaya serta telah mendapat mata kuliah
6

olahraga anggar, sehingga memungkinkan untuk mendapatkan data penelitian

yang lebih terandalkan kebenarannya.

B. Perumusan masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas,

maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah ada hubungan keseimbangan badan dengan ketepatan serangan

dalam olahraga anggar jenis senjata floret.

2. Apakah ada hubungan kecepatan dengan ketepatan serangan dalam

olahraga anggar jenis senjata floret.

3. Apakah ada hubungan keseimbangan badan dan kecepatan dengan

ketepatan serangan dalam olahraga anggar jenis senjata floret.

C. Tujuan penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui apakah ada hubungan keseimbangan badan dengan

ketepatan serangan dalam olahraga anggar jenis senjata floret.

2. Untuk mengetahui apakah ada hubungan kecepatan dengan ketepatan

serangan dalam olahraga anggar jenis senjata floret.

3. Untuk mengetahui apakah ada hubungan keseimbangan badan dan

kecepatan dengan ketepatan serangan dalam olahraga anggar jenis

senjata floret.
7

D. Manfaat hasil penelitian

Bila hasil yang dicapai dalam penelitian ini cukup terandalkan, maka

diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut :

1. Dapat lebih memperkaya khasanah ilmu pengetahuan khususnya

dibidang keolahragaan, tentang hubungan keseimbangan badan dan

kecepatan dengan ketepatan serangan dalam olahraga anggar jenis

senjata floret.

2. Sebagai bahan perbandingan bagi pembina maupun pelatih olahraga

anggar, bahwa unsur fisik keseimbangan badan dan kecepatan dapat

dijadikan sebagai salah satu pedoman dalam memilih maupun untuk

meningkatkan prestasi atlet anggar yang dibinanya.

3. Sebagai bahan informasi bagi mahasiswa yang berminat melakukan

penelitian selanjutnya dengan melibatkan variabel lain dengan populasi

yang lebih luas.


8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR

DAN HIPOTESIS

A. Tinjauan pustaka

Tinjauan pustaka merupakan kerangka acuan atau sebagai dasar yang

menjadi landasan dalam melakukan suatu penelitian. Teori-teori yang

dikemukakan merupakan pernyataan dasar yang diharapkan menjadi

pedoman dalam memecahkan dan menemukan jawaban permasalahan

penelitian serta diharapkan dapat menunjang kerangka berfikir maupun

perumusan hipotesis. Dengan demikiam maka bagian ini akan membahas

tentang konsep-konsep yang berkaitan dengan penelitian ini yaitu sebagai

berikut :

1. Olahraga anggar

Anggar adalah cabang olahraga yang sudah sangat tua. Boleh

dikatakan bahwa sejak adanya manusia di dunia ini olahraga anggar sudah

dikenal, terutama setelah adanya kelompok-kelompok atau golongan-

golongan di dalam masyarakat yang satu sama lainnya mempunyai

kepentingan/kebutuhan untuk mempertahankan kehidupan sehari-hari.

Sehingga untuk memperoleh benda-benda tersebut memerlukan

perjuangan/usaha-usaha yang sering disertai dengan adanya pertumpahan

darah.
9

Olahraga anggar pada jaman dahulu kala hanya diperuntukkan bagi

bangsawan atau kesatria-kesatria saja yang menyebabkan namanya juga

disebut olahraga kesatria. Sebabnya olahraga anggar ini hanya dikhususkan

bagi bangsawan saja tentu kita semua dapat mengerti, karena tanpa

keahlian-keahlian tersebut maka golongan bangsawan ini tak dapat

mempertahankan wibawanya atau kekuasaannya.

a. Anggar dengan senjata floret

Dalam permainan anggar ada beberapa jenis senjata yang

dipergunakan yakni senjata floret, degen, dan sabel. Ketiga jenis senjata ini

khususnya senjata floret mempunyai peraturan-peraturan serta teknik dasar

bermain dan perkenaan yang sah pada sasaran.

Salah satu hal yang juga sangat penting dalam permainan anggar

adalah cara memegang senjata khususnya dalam jenis senjata floret. Dalam

permainan anggar cara memegang senjata merupakan hal yang sangat

menentukan dalam melaksanakan serangan, pukulan dan tangkisan.

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Roger Crosnier (1951:23) bahwa The

grip is the correct manner in which the sward should be held, it must be

conduccive to ease in the wielding of the wespon and to all movement of

finggers wrist and sword arm.

Berdasarkan pendapat tersebut bahwa cara memegang grip dalam

permainan anggar sangat berperan agar dengan mudah menggerakkan jari-

jari pergelangan tangan. Ditinjau dari segi kemungkinan gerak untuk


10

menggerakkan jari-jari tangan, lengan dan pergelangan tangan dengan

mudah. Kemudian hal ini diperkuat sebagaimana yang dikatakan oleh

Warsimin dan A.M. Soenarjo (1966:41) sebagai berikut :

Segala gerakan dari floret ini, terutama digerakkan oleh ibu jari dan
telunjuk, sedangkan jari-jari yang lain hanyalah membantu dalam
menjalankan gerakan-gerakan ini agar dapat menahan pegangan
supaya floret tidak jatuh pada waktu senjata tersebut dipukul oleh
lawan ataupun waktu mengadakan tangkisan.

Jadi pada dasarnya cara memegang senjata itu dengan ibu jari dan jari

telunjuk dimana ibu jari tangan yang memegang senjata sedikit dibengkokkan

dan diletakkan di atas bagian pegangan yang melengkung dekat pada jari

telunjuk pada kedua ruas ujung jari sehingga jari tangan yang lain

dibengkokkan dan ikut memegang senjata pada pegangan grip sedemikian

rupa dan ujung bawah pegangan menempel pada pergelangan tangan

dengan tidak menghambat luasnya gerakan pergelangan tangan.

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Charles A. Selberg (1975:24) bahwa

the hand is relaxed with the pommel resting gently foll be held like a bird,

strongly enough to keep it in hand, but not strongly enough to cause injury.

Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan dalam

memegang senjata dimana untuk menghilangkan ketegangan (rileks) dalam

gerakan tangan, maka senjata dipegang dengan posisi tersebut di sebelah

atas dengan seenaknya atau tidak terlalu keras menggenggam dengan

merapatkan jari-jari tangan, akan tetapi pada saat memukul atau menyerang

pegangan harus kuat. Untuk menjadikan pegangan kuat, maka pemain harus
11

sering melatih dan membiasakan menggerakkan senjata floret ini agar dapat

menguasai ujung dari senjata tersebut sehingga mudah dan terarah dalam

melakukan tusukan yang diinginkan.

Untuk lebih jelasnya cara memegang senjata tersebut dapat dilihat

pada gambar sebagai berikut :

Gambar 1. Cara memegang senjata


Sumber : Charles A. Selberg (1975:23)

b. Serangan

Serangan dalam permainan anggar floret dilakukan dengan tujuan

untuk memperoleh angka kemenangan terhadap lawan dengan melalui


12

tusukan-tusukan. Serangan-serangan ini dapat dibagi atas beberapa jenis

sebagai berikut :

1) Serangan tunggal, yaitu serangan yang dilakukan dengan satu gerakan

dari sikap bersedia langsung menyerang lawan.

a) Serangan langsung sederhana, yaitu serangan yang dilakukan dari

sikap bersedia ke arah bidang perkenaan lawan yang terbuka. Jadi

tidak dilakukan waktu senjata berhubungan dengan masing-masing

menutup bidang perkenaannya.

b) Serangan sederhana tidak langsung, yaitu serangan yang dilakukan

waktu senjata kita dan lawan berhubungan dengan masing-masing

menutup garis/bidang perkenaannya. Serangan ini terbagi lagi atas :

(1) Serangan melalui bawah senjata lawan, yaitu serangan dalam

kedua senjata berhubungan dengan ujung senjata disebelah atas,

yang jatuh dibidang atas pula.

(2) Serangan melalui atas senjata lawan, bisa dilakukan dalam dua

posisi yaitu senjata berhubungan dengan ujung sebelah atas kita

pindahkan senjata kita melalui atas senjata lawan dan serangan

ditujukan pada bidang atas lawan. Dan senjata berhubungan

dengan ujung sebelah bawah, kita pindahkan senjata kita melalui

atas senjata lawan dan serangan dijatuhkan pada bidang bawah

lawan.
13

(3) Serangan kebawah, yaitu posisi senjata berhubungan dengan

ujung disebelah atas, kemudian serangan ditujukan pada bidang

bawah lengan.

(4) Serangan keatas, yaitu posisi senjata berhubungan dengan ujung

sebelah bawah, kemudian serangan ditujukan kebidang atas

lawan.

2) Serangan tersusun, yaitu serangan-serangan yang dilakukan dengan

didahului gerakan-gerakan atau serangan-serangan pendahuluan berupa;

menekan senjata lawan, menekan menggilincir, memukul senjata lawan,

memukul menggilincir senjata lawan, mengikat senjata lawan, dan

serangan-serangan tipuan. Maksudnya adalah untuk membuka bidang

perkenaan lawan sehingga dengan demikian kita dapat menyerang

dengan bebas.

3) Serangan berulang, yaitu serangan yang dilakukan dua kali berturut-turut

karena lawan terlambat/tidak membuat serangan pembalasan sesudah

melakukan tangkisan. Di dalam melakukan serangan berulang ini

dilakukan dengan tiga cara yaitu :

a) Remise, yaitu serangan yang kedua dilakukan dan diarahkan pada

garis bidang yang sama.

b) Redoublement, yaitu serangan kedua dilakukan dan diarahkan pada

garis bidang yang lain.


14

c) Reprise, yaitu serangan kedua dilakukan dengan kembali kesikap

bersedia lebih dahulu.

4) Serangan sambil berlari, yaitu serangan yang dilakukan dengan sambil

berlari mendekati lawan atau sambil meloncat ke depan dengan badan

dicondongkan ke depan kemudian serangan ini dapat dilakukan dalam

bentuk tunggal atau dalam bentuk tersusun.

5) Serangan awal, yaitu serangan yang dilakukan waktu lawan sementara

membuat persiapan untuk menyerang.

6) Serangan tempo, yaitu serangan yang dilakukan pada waktu lawan

melakukan serangan sebagai berikut :

a) Pada waktu lawan melakukan gerakan kita ikut menyerang sambil

menutup bidang perkenaan yang diserang lawan, jadi sambil

menangkis kita mengadakan serangan juga.

b) Pada waktu lawan menyerang, kita ikut menyerang sambil membuat

gerakan-gerakan menghindarkan diri dari serangan lawan seperti

gerakan ke samping, tunduk, mundur, loncat dan lain-lain. Kemudian

pada waktu melakukan serangan tempo ini tidak boleh sama sekali

terjadi perkenaan yang bersamaan, tetapi perkenaan itu harus nyata

benar perbedaan waktu perkenaannya. Serangan tempo yang paling

sempurna ialah sipenyerang/lawan sama sekali tidak mengenai kita.

Untuk lebih jelasnya salah satu contoh sikap melakukan serangan

dapat dilihat pada gambar sebagai berikut :


15

Gambar 2. Salah satu sikap melakukan serangan


Sumber : Charles A. Selberg (1975:71)

Penyerangan dalam permainan anggar jenis senjata floret adalah

suatu usaha yang dilakukan dengan senjata untuk melakukan tusukan

dengan mengenai bidang perkenaan atau sasaran yang sah. Penyerangan

dalam anggar floret dilakukan apabila lawan tidak dapat dijangkau hanya

dengan meluruskan tangan, atau lawan jauh dari kita. Penyerangan ini dapat

dilakukan dengan memukul senjata lawan terlebih dahulu dan juga dapat

dilakukan dengan suatu rangkaian serangan langsung tanpa dengan pukulan

terlebih dahulu. Apabila serangan itu datang dari lawan, maka tindakan yang

harus dilakukan adalah menangkis atau memukul senjata lawan sehingga

hak serang dari lawan hilang.

Pada permulaan pertandingan kita maupun lawan, masing-masing

mempunyai hak menyerang pada saat bertanding, jika ada kemungkinan


16

secara bersama-sama mengadakan penyerangan, maka hal ini dinamakan

penyerangan bersama dan keduanya mengenai sasaran maka keputusannya

ialah bahwa pertandingan harus dimulai lagi dengan pandangan bahwa

kedua-duanya tidak ada yang kena. Sedangkan apabila dalam penyerangan

bersama hanya satu pihak yang kena, maka perkenaan tersebut dianggap

sah apabila mengenai sasaran yang telah ditentukan. Jadi pada dasarnya

hak serang ini merupakan hak seorang atlit baik dengan cara memukul,

menekan maupun harus terlebih dahulu mengambil alih sehingga berbalik

hak serang tersebut.

Serangan pembalasan atau menyusul (reposte) dalam permainan

anggar floret yaitu serangan yang dilakukan setelah melakukan penangkisan.

Serangan pembalasan ini dapat dilakukan dalam beberapa cara yaitu :

1) Reposte tunggal atau sederhana, yaitu serangan pembalasan yang

dilakukan langsung ke sasaran bidang perkenaan lawan setelah

menangkis.

2) Reposte tersusun, yaitu serangan pembalasan yang dilakukan setelah

menangkis, kemudian membuat gerakan tipuan ke satu bidang perkenaan

lalu memindahkan serangan tersebut ke bidang perkenaan yang lain.

3) Reposte dengan kehilangan waktu (reposte with tost time), yaitu serangan

dilakukan secara tidak langsung pada bidang perkenaan yang

direncanakan seperti pada serangan pembalasan tunggal atau

sederhana.
17

c. Ketepatan tusukan atau bidang sasaran

Yang dimaksud dengan ketepatan tusukan atau bidang sasaran

adalah bagian dari badan yang boleh ditusuk dengan sah (touche). Untuk

jenis senjata floret ini yang termasuk bidang sasarannya adalah bagian

depan badan dari leher sampai persilangan bawah dari paha sampai garis

lurus antara kedua pangkal paha. Di samping itu harus diperhatikan juga

perbedaan bidang sasaran bagian depan dan bagian belakang badan batas

bawah adalah garis lurus yang dapat ditarik dari pangkal paha kiri ke pangkal

paha kanan. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Marvin

Nelson (1975:27) bahwa :

The surface covered is that between the top of the colar and the lines
of the groin in front, and the back and sides, down to a horizontal line
across the top of the hip bones. At the soulder, it reaches the seam of
the sleeve which should pass over the humerus bone. The bib of the
mask is off-target; howeever, its length is regulated.

Terjemahan bebasnya adalah permukaan yang dilindungi adalah

antara ujung lengkungan pada leher baju dan garis sepanjang lipatan

pangkal paha di depan, dibelakang dan samping, sepanjang garis datar

sampai pada ujung tulang pinggang pemain. Pada bagian yang dilindungi

sepanjang jahitan pada lengan baju yang mana melewati tulang belikat

pemain. Adapun masker pemain tidak masuk dalam target penyerangan

lawan bagaimanapun panjang (pedang anggar) sudah terukur/diukur.

Hal serupa juga dikatakan oleh Charles A. Selberg (1975:41) sebagai

berikut :
18

When in the guard position the fencers foil blade should define the
four lines of defences in the target area. For example, when the oil
is held in the traditional guard of centre position, it will create four
specific areas of the target which must be protected from attack.

Berdasarkan pendapat tersebut di atas, dapatlah dikatakan bahwa

posisi pertahanan pada permainan anggar harus bisa menjadi pertahanan

pemain, utamanya dalam garis pertahanan di dalam sasaran yang telah

ditargetkan. Sebagai contoh, saat akan mengalahkan serangan lawan yang

dilakukan dalam posisi pertahanan tradisional pada posisi dasar akan

terbentuk 4 area sasaran yang spesifik pada sasaran yang mana harus

dilindungi dari serangan lawan.

Pada dasarnya, bidang perkenaan yang sah pada jenis senjata floret

terbatas pada badan saja yaitu untuk bagian depan badan mulai dari ujung

atas dari tulang pinggang ke bawah mengikuti lekuk antara paha dan perut

yang bersatu di atas tulang kemaluan. Dan batas bagian belakang badan

yaitu, garis mendatar yang menghubungkan kedua ujung pinggang. Bagian

atas sampai ke leher jas anggar kira-kira 6 cm dari ujung tulang selangka dan

batas pada jahitan yang menghubungkan lengan jas anggar dengan badan.

Sedangkan untuk pertandingan dengan alat listrik telah disiapkan pakaian

khusus dari metalik (metalik jaket) yang disesuaikan dengan besarnya

pemakai.

Untuk lebih jelasnya bidang sasaran atau ketepatan tusukan yang sah

tersebut dapat dilihat pada gambar sebagai berikut :


19

Gambar 3. Bidang sasaran


Sumber : Charles A. Selberg (1975:42)

Jadi jelaslah bahwa lengan, kaki dan kepala tidak termasuk bidang

sasaran, berarti bahwa kalau tusukan kita mengenai tangan , maka tusukan

tersebut tidak dianggap sah atau dengan kata lain tusukan tersebut dianggap

tidak mengenai sasaran.

2. Keseimbangan badan

Keseimbangan merupakan kemampuan seseorang mempertahankan

sistem tubuh baik dalam posisi gerak dinamis yang mana keseimbangan juga

merupakan hal yang sangat penting di dalam melakukan suatu gerakan

karena dengan keseimbangan yang baik, maka seseorang mampu

mengkoordinasikan gerakan-gerakan dan dalam beberapa ketangkasan

unsur kelincahan, seperti yang dikemukakan oleh Harsono (1988:224)


20

bahwa Keseimbangan berhubungan dengan koordinasi diri, dan dalam

beberapa keterampilan, juga dengan agilitas. Dengan demikian untuk

menjaga keseimbangan dalam melakukan kegiatan jasmani, maka gerakan-

gerakan yang dilakukan perlu dikoordinasikan dengan baik sebagai usaha

untuk mengontrol semua gerakan.

Menurut Muchammad Sajoto (1988:58) tentang kemampuan

menguasai letak titik berat badan yang lebih dikenal dengan istilah

keseimbangan bahwa :

Kesimbangan atau balance adalah kemampuan seseorang


mengendalikan organ-organ syaraf ototnya selama melakukan
gerakan-gerakan yang cepat dengan perubahan letak titik berat
badan yang cepat pula baik dalam keadaan statis maupun lebih-lebih
dalam keadaan gerak dinamis.

Lebih lanjut Harsono (1988:223) mengemukakan bahwa

keseimbangan atau balance adalah Kemampuan untuk mempertahankan

sistem neuromuscular kita dalam kondisi statis, atau mengontrol sistem

neuromuscular tersebut dalam suatu posisi atau sikap yang efisien selagi kita

bergerak.

Adapun keseimbangan terbagi dua jenis, menurut Muchammad Sajoto

(1988:54) yaitu :

1. Keseimbangan statis adalah kemampuan tubuh dalam


mempertahankan keseimbangan dalam posisi tetap.
2. Keseimbangan dinamis adalah kemampuan tubuh
mempertahankan keseimbangan pada waktu melakukan gerakan
dari suatu posisi ke posisi yang lain.
21

Lasimnya olahraga banyak yang mengharuskan olahragawan (atlet)

memacu kecepatan dalam waktu singkat dari posisi diam. Apabila hal ini

diperlukan, olahragawan sedapatnya menempatkan posisi tubuhnya dalam

posisi bergerak sehingga mudah kehilangan keseimbangan, untuk kemudian

memilih gerakan yang baru. Sebagai contoh pada saat melakukan tangkisan

dan serangan dalam permainan anggar sedapatnya ia dapat bergerak

dengan cepat menangkis serangan lawan atau melompat kebelakang dan

secepat itu pula kembali melakukan serangan balik dengan gerakan-gerakan

yang dapat mengecoh lawan sehingga serangan dapat mengenai daerah

sasaran pada lawan, artinya ketika atlet bergerak atau bertindak, secepatnya

pula dapat menimbang untung ruginya apabila menempatkan posisi

badannya yang tidak seimbang dibandingkan dengan posisi badan yang lebih

seimbang guna lebih mengefektifkan gerakan.

Barrow yang dikutip oleh M. Kasmad Yahya (1994:36) mendefinisikan

keseimbangan sebagai berikut :

Keseimbangan atau balance diartikan sebagai kemampuan untuk


mempertahankan sistem neuromuscular tubuh dalam kondisi statis,
atau mengontrol sistem neuromuscular dalam suatu posisi atau sikap
yang efisien sementara bergerak.

Kajian keseimbangan dalam posisi badan pada saat bergerak oleh

Mohammad Sajoto (1988:54) memberikan pengertian keseimbangan sebagai

Kemampuan tubuh untuk mempertahankan posisi. Mempertahankan posisi

badan dalam berbagai situasi memerlukan kemampuan tersendiri oleh atlet.


22

Situasi dan kondisi keseimbangan oleh Rahantoknam (1988:126)

mengemukakan :

1) Keseimbangan statis (static balance adalah keseimbangan


mengacu pada kecakapan mempertahankan posisi badan dalam
posisi diam.
2) Keseimbangan dinamis (dinamic balance) adalah keseimbangan
yang memacu kepada posisi badan bergerak.
3) keseimbangan rotasi (rotation balance) adalah keseimbangan
yang mengacu kepada kecakapan untuk mempertahankan
keseimbangan badan pada suatu sumbu dan berhubungan
dengan kecepatan untuk memperoleh kembali stimulasi yang
diproduksikan oleh aparatus vertibular dalam gerakan memutar.

Dari berbagai pengertian tentang keseimbangan di atas, maka dapat

dikatakan bahwa keseimbangan merupakan kemampuan seseorang

mengendalikan organ-organ syaraf otot untuk menahan beban atau tahanan

yang dilakukan di dalam beraktivitas baik secara statis maupun dinamis,

seperti pada saat melakukan serangan dalam permainan anggar, di sini

dibutuhkan keseimbangan yang tinggi untuk meletakkan titik berat yang

sekecil mungkin agar serangan yang dilakukan dapat terkontrol dengan baik

sesuai dengan yang diinginkan, serta dapat dengan mudah dalam

menentukan maupun melakukan gerakan selanjutnya, seperti melakukan

tangkisan ataupun gerakan melompat kebelakang.

3. Kecepatan

Penggunaan istilah kecepatan lazimnnya dipergunakan untuk

menyatakan tentang kemampuan perpindahan sebuah benda. Dalam

berbagai cabang olahraga yang melibatkan unsur kemampuan fisik,


23

kecepatan merupakan unsur yang sangat dibutuhkan serta merupakan

komponen kondisi fisik yang esensial, misalnya terhadap kemampuan

melakukan lari cepat dalam olahraga tradisional permainan hadang.

Mochamad Sajoto (l988:l7) mendefinisikan tentang kecepatan sebagai

berikut :

Kecepatan adalah kemampuan seseorang untuk mengerjakan


gerakan berkesinambungan dalam bentuk yang sama dalam waktu
yang sesingkat-singkatnya. Seperti dalam lari, pukulan dalam tinju,
balap sepeda dan panahan.

Selanjutnya menurut Harsono (l988:24) bahwa :

Kecepatan adalah kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan


yang sejenis secara berturut-turut di dalam waktu yang sesingkat-
singkatnya atau kemampuan untuk menempuh suatu jarak dalam
waktu yang sesingkat-singkatnya.

Dari batasan tersebut di atas ada dua hal yang menjadi perhatian

utama dalam melakukan aktivitas gerak cepat yaitu antara tempat dan waktu.

Dimana seseorang akan lebih cepat bergerak dan berpindah dari tempat yang

satu ke tempat yang lain.

Tentang kualitas kecepatan, Nossek (l982:l82) membagi dalam tiga

bagian yaitu :

1. Sprinting of speed

2. Reaction of speed

3. Speed of movement

Arti terjemahan bebasnya adalah :

a. Kecepatan bergerak ke depan/sprint


24

b. Kecepatan reaksi

c. Kecepatan bergerak

Kecepatan sprint (sprinting of speed) adalah kemampuan organisme

atlit bergerak ke depan dengan kekuatan dan kecepatan maksimal untuk

mencapai hasil yang sebaik-baiknya. Kecepatan reaksi (reaction of speed)

adalah kemampuan organisme atlit untuk menjawab ransangan secepat

mungkin dalam mencapai hasil sebaik-baiknya. Kecepatan bergerak (speed of

movement) adalah kemampuan organisme atlit untuk bergerak secepat

mungkin dalam satu gerak yang tidak terputus.

Faktor-faktor tersebut juga berbeda-beda, kecepatan sprint misalnya,

ini banyak ditentukan oleh kekuatan otot dan persendian, kekuatan otot

tungkai dan persendian pada pergelangan kaki yang lebih utama sebab untuk

melakukan gerakan ini kemampuan kerja otot secara maksimal dengan

mudah dapat memindahkan gerak badan ke tempat lain dengan cepat.

Kecepatan reaksi ditentukan oleh berat ringannya hambatan pada saat

itu untuk beraksi serta kemampuan untuk menerima ransangan melalui panca

indra. Kecepatan reaksi merupakan perbedaan waktu antara aksi fisik dengan

ransangan yang dikirimkan oleh sistem syaraf dari otot. Semakin singkat

waktu yang dicapai berarti semakin tinggi pula tingkat reaksinya. Dengan

alasan bahwa seorang atlit harus dapat memberikan keputusan berupa

tindakan segera mungkin atas kesempatan yang terjadi pada waktu yang

sama. Sedangkan kecepatan bergerak adalah kemampuan anggota-anggota


25

tubuh tertentu untuk melakukan aksinya dengan waktu yang sesingkat-

singkatnya. Kecepatan bergerak banyak ditentukan oleh kekuatan otot dan

persendian, kekuatan otot lengan dan otot tungkai serta persendian pada

pergelangan kaki dan lengan yang lebih utama sebab untuk melakukan

gerakan ini kemampuan kerja otot secara maksimal dengan mudah dapat

memindahkan gerak badan ke tempat lain dengan cepat. Kecepatan bergerak

ini dapat dilihat ketika seseorang melakukan lemparan, memukul dan

melompat.

Nossek (1982) yang dikutif oleh Abraham Razak (l993:48) mengatakan

bahwa kecepatan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti yang digambarkan

berikut ini :

Proses mobilitas Kekuatan Kecepatan


saraf Dan Ketahanan

Ransangan Kecepatan Tekhnik


Olahraga

Kelentukan
Kontraksi otot Kemauan
Redaksi`

Kapasitas Kontraksi `
Dan Peregangan Otot

Koordinasi Otot antara


Sinergis dan Antagonis

Gambar 4. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan


Sumber : Nossek (l982:108)
26

Dengan melihat fakto-faktor tersebut, maka upaya pengembangan juga

harus senantiasa memperhatikan faktor-faktor itu, namun harus tetap diingat

adalah tidak mengabaikan faktor skill. Bagaimanapun juga kecepatan sangat

dipengaruhi oleh kemampuan atlit itu sendiri.

Tuntutan kecepatan dalam permainan anggar terutama dalam hal

serangan adalah sesuatu yang harus dimiliki oleh setiap atlet agar dapat

melakukan serangan dengan baik dalam usaha untuk memperoleh angka.

Dalam situasi permainan anggar, atlet tidak hanya selalu dituntut untuk

melakukan tangkisan ataupun menghindar dengan cepat, akan tetapi

senantiasa harus melakukan serangan-serangan yang cepat disertai dengan

gerakan-gerakan tipuan yang dapat mengecoh gerakan lawan sehingga

serangan yang dilakukan dapat dengan mudah mengenai daerah sasaran

pada lawan.

Serangan-serangan yang cepat dalam suatu permainan anggar

merupakan hal yang sangat penting, oleh karena pemain yang lebih dahulu

melakukan serangan dan mengenai daerah sasaran yang sah maka dialah

yang berhak memperoleh angka.

Dengan demikian untuk dapat mencapai kemampuan yang optimal

dalam melakukan serangan, maka di samping perlu meningkatkan

keseimbangan tubuhnya, perlu pula meningkatkan kecepatannya terutama

kecepatan tangannya yang akan melakukan tusukan-tusukan pada daerah

sasaran badan lawan.


27

B. Kerangka berfikir

Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah diuraikan, maka kerangka

berfikir yang merupakan dasar dalam merumuskan hipotesis dapat

dikemukakan sebagai berikut :

1. Jika seseorang memiliki keseimbangan tubuh yang baik, maka dapat

diprediksikan bahwa akan baik pula kemampuannya melakukan

ketepatan serangan dalam permainan anggar.

2. Jika seseorang memiliki kecepatan yang baik, maka dapat diprediksikan

bahwa kemampuannya melakukan ketepatan serangan dalam permainan

anggar akan baik pula.

3. Jika seseorang memiliki keseimbangan tubuh yang baik dan kecepatan

yang baik pula, maka ada kecenderungan terdapat hubungan yang erat

dengan kemampuannya melakukan ketepatan serangan dalam

permainan anggar.

C. Hipotesis

Berdasarkan kerangka berfikir, maka hipotesis yang merupakan

jawaban sementara terhadap permasalahan dalam penelitian ini dapat

disusun sebagai berikut :

1. Ada hubungan keseimbangan tubuh dengan ketepatan serangan dalam

olahraga anggar jenis senjata floret.

2. Ada hubungan keseimbangan tubuh dengan ketepatan serangan dalam

olahraga anggar jenis senjata floret.


28

3. Ada hubungan keseimbangan tubuh dan kecepatan terhadap ketepatan

serangan dalam olahraga anggar jenis senjata floret.

Hipotesis statistik yang diuji :

1. H0 : 1 = 0

H1 : 1 0

2. H0 : 2 = 0

H1 : 2 0

3. H0 : 1.2 = 0

H1 : 1.2 0
29

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Dalam sub bab ini akan dikemukakan hal-hal yang berkaitan dengan

pelaksanaan penelitian, yakni; variabel dan desain penelitian, definisi

operasional variabel, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, dan

teknik analisis data.

A. Variabel dan desain penelitian

1. Variabel penelitian

Dalam penelitian ini ada dua variabel utama yang terlibat yakni

variabel bebas dan variabel terikat. Kedua variabel tersebut akan

diidentifikasikan ke dalam penelitian ini sebagai berikut :

a. Variabel bebas yaitu :

- Keseimbangan badan (X1)

- Kecepatan (X2)

b. Variabel terikat yaitu :

- Ketepatan serangan (Y)

2. Desain penelitian

Penelitian ini adalah jenis penelitian yang bersifat deskriptif. Adapun

model desain penelitian yang digunakan secara sederhana dapat

digambarkan sebagai berikut :


30

X1

X2

Gambar 5. Model desain penelitian.

Keterangan :

X1 = Keseimbangan tubuh
X2 = Kecepatan
Y = Ketepatan serangan

B. Definisi operasional variabel.

Definisi operasional variabel dimaksudkan untuk menjelaskan variabel

secara operasional serta untuk menghindari terjadinya kesalah pahaman

atau pengertian yang keliru tentang konsep variabel yang terlibat dalam

penelitian ini. Batasan-batasan dan ruang lingkup kajian variabel-variabel

yang terlibat, secara operasional akan dikemukakan sebagai berikut :

1. Keseimbangan badan

Keseimbangan badan yang dimaksud adalah kemampuan seseorang

mempertahankan posisi tubuhnya atau kemampuan mengendalikan organ-


31

organ syaraf otot untuk menahan beban atau tahanan yang dilakukan di

dalam beraktivitas baik secara statis maupun dinamis. Dalam penelitian ini

tes keseimbangan badan yang digunakan adalah tes berdiri pada satu kaki

dalam keadaan jinjit. Tentang tata cara pelaksanaannya akan dijelaskan pada

halaman selanjutnya.

2. Kecepatan

Kecepatan yang dimaksud adalah kemampuan seseorang melakukan

gerakan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Tes yang digunakan untuk

mengetahui kecepatan tersebut adalah tes kecepatan serangan selama 10

detik. Mengenai cara pelaksanaan tes ini akan dijelaskan pada halaman

selanjutnya.

3. Ketepatan serangan

Ketepatan serangan yang dimaksud adalah kemampuan seseorang

melakukan serangan ke arah bidang sasaran secara cepat dan tepat dalam

permainan anggar dengan menggunakan senjata floret. Mengenai cara

dalam melakukan tes ketepatan serangan ini akan diuraikan pada halaman

selanjutnya.

C. Populasi dan sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan individu yang akan dijadikan sebagai

objek dalam suatu penelitian. Yang menjadi populasi dalam penelitian ini

adalah seluruh mahasiswa FIK UNM Makassar.


32

Penelitian ini tidak menggunakan seluruh populasi dalam

penyelidikannya, sehingga untuk memperoleh hasil yang menggambarkan

keadaan populasi secara keseluruhan maka penyederhanaan terhadap

populasi perlu dilakukan lebih cermat. Hal tersebut dimaksudkan untuk

menghindari berbagai kelemahan yang mungkin berpengaruh terhadap

tingkat generalisasi yang terjadi.

Penyederhanaan populasi dilakukan untuk memperoleh karakteristik

populasi yang sama, untuk itu kontrol terhadap kesamaan-kesamaan sifat

didahulukan, seperti; umur yang relatif sebaya dan sama-sama telah

mendapatkan mata kuliah anggar.

2. Sampel

Sampel adalah sebahagian dari individu yang mewakili populasi. Oleh

karena populasi dalam penelitian ini cukup banyak, sehingga perlu dibatasi

dengan melakukan pemilihan sampel yang didasarkan atas sifat-sifat yang

sama atau hampir sama serta refresentatif dapat mewakili mahasiswa FIK

UNM Makassar. Hal tersebut penting, oleh karena kejadian yang dicapai

dalam sampel yang dipilih akan digeneralisasikan terhadap seluruh populasi

dan bahkan dapat terjadi generalisasi lebih luas pada populasi-populasi yang

tidak terbatas dengan karakteristik sejenis.

Penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menentukan

jurusan dan angkatan yang akan mewakili mahasiswa FIK UNM Makassar.

Hal tersebut dilakukan secara sengaja (purposive) yakni; jurusan


33

Penjaskesrek angkatan 1999/2000 dan angkatan 2000/2001 serta jurusan

Pendidikan Kepelatihan angkatan 1999/2000 dan angkatan 2000/2001,

dengan pertimbangan bahwa usia yang relatif sebaya serta sama-sama telah

mendapatkan mata kuliah anggar.

Selanjutnya menentukan jumlah banyaknya mahasiswa yang akan

digunakan dalam penelitian sebagai wakil dari mahasiswa FIK UNM

Makassar secara keseluruhan. Hal tersebut dilakukan secara purposive

random sampling melalui undian, sehingga diperoleh jumlah sampel

sebanyak 100 orang mahasiswa FIK UNM Makassar.

D. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data merupakan suatu cara yang digunakan

untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian. Data-data yang akan

dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi; data keseimbangan tubuh, data

kecepatan, dan data ketepatan serangan dalam olahraga anggar.

Mengenai tata cara pelaksanaan tesnya akan diuraikan satu persatu

sebagai berikut :

1. Tes keseimbangan badan

Tes keseimbangan badan yang digunakan adalah tes berdiri pada satu

kaki dalam keadaan jinjit.

a. Alat dan perlengkapan :

1) Stopwatch

2) Formulir tes
34

3) Alat tulis menulis

b. Pelaksanaan tes :

Testee berdiri pada tempat yang telah ditentukan, kedua tangannya

masing-masing direntangkan kesamping, dan salah satu kaki diangkat

setinggi lutut sedang kaki yang lain sebagai kaki tumpu, pandangan lurus

ke depan, kemudian kaki tumpu melakukan jinjit. Stopwatch dijalankan

bersamaan dengan testee melakukan jinjit dan dihentikan setelah testee

tidak mampu lagi mempertahankan posisinya.

c. Penilaian :

Hasil yang dicatat adalah waktu jinjit yang terbaik dari tiga kali

pelaksanaan tes.

2. Tes kecepatan

Tes kecepatan yang digunakan adalah tes kecepatan serangan

selama 10 detik.

a. Alat dan perlengkapan :

1) Stopwatch

2) Senjata anggar

3) Bidang sasaran

4) Formulir tes dan alat tulis menulis

b. Pelaksanaan tes :

Testee berdiri pada tempat yang telah ditentukan dalam posisi sedia.

Setelah aba-aba Ya diberikan, testee dengan cepat melakukan serangan


35

ke arah sasaran dan dengan gerakan yang cepat pula testee kembali pada

posisi sedia, kemudian testee kembali lagi melakukan serangan. Begitu

seterusnya gerakan ini dilakukan secara berulang-ulang dengan secepat

mungkin selama 10 detik. Bersamaan dengan aba-aba Ya stopwatch

dijalankan dan dihentikan setelah mencapai waktu 10 detik dan bersamaan

pula testee berhenti melakukan serangan. Testee diberikan kesempatan

melakukan tes sebanyak tiga kali.

c. Penilaian :

Hasil yang dicatat adalah berapa kali testee mampu melakukan serangan

selama 10 detik, yang terbaik dari tiga kali pelaksanaan tes.

3. Tes ketepatan serangan

a. Alat dan perlengkapan :

1) Senjata anggar jenis senjata floret

2) Patung anggar

3) Bidang sasaran berbentuk segi empat

4) Meteran

5) Formulir tes dan alat tulis menulis

b. Pelaksanaan tes :

Testee berdiri ditempat yang telah ditentukan menghadap kearah sasaran

dalam posisi siap untuk melakukan serangan. Setelah aba-aba diberikan

testee segera melakukan serangan dengan menusukkan senjatanya

kedaerah sasaran dengan secepat mungkin. Tusukan diusahakan pada


36

angka yang tertinggi. Pelaksanaan serangan dilakukan sebanyak 10 kali

tusukan. Testee diberi kesempatan melakukan tes dua kali.

c. Penilaian :

Hasil yang dicatat adalah jumlah nilai sasaran yang diperoleh testee

dalam melakukan serangan sebanyak 10 kali, yang terbaik dari dua kali

melakukan tes.

4. Pelaksanaan penelitian.

a. Prosedur penelitian :

1) Menyusun proposal penelitian

2) Mengikuti seminar proposal

3) Penerbitan surat keputusan Dosen Pembimbingan

4) Surat keterangan seminar proposal

5) Mengurus surat-surat izin penelitian

6) Mengurus surat tugas Dosen Pembimbing

7) Mempersiapkan alat-alat yang akan digunakan dalam penelitian

8) Mempersiapkan sampel penelitian dan mengisi formulir tes

9) Mempersiapkan tenaga pembantu dalam pelaksanaan penelitian.

10) Memberikan pengarahan secara singkat pada sampel mengenai

tujuan penelitian dan cara-cara melakukan tes.

11) Mengadakan tes dan pengukuran terhadap variabel.


37

b. Waktu penelitian :

Penelitian ini dilaksanakan mulai pada tanggal 8 Mei 2003 sampai pada

tanggal 10 Mei 2003.

c. Tempat penelitian :

Pelaksanaan penelitian ini seluruhnya dilakukan di lapangan olahraga FIK

UNM Makassar.

E. Teknik analisis data

Setelah seluruh data penelitian terkumpul yakni data keseimbangan

badan, data kecepatan dan data ketepatan serangan, maka untuk menguji

kebenaran dari hipotesis yang diajukan, maka data tersebut perlu dianalisis

secara statistik dengan menggunakan analisis koefisien korelasi product

moment dan analisis korelasi ganda.

Adapun rumus-rumus statistik yang akan digunakan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Untuk analisis statistik deskriptif yang meliputi : total nilai ( X ), total nilai

kuadrat ( X2 ), rata-rata ( X ) dan standar deviasi (Sd) akan dianalisis

secara langsung dengan bantuan kalkulator fx 3600 Pv.

2. Menentukan T-Score data dengan rumus :

(X-M)
T = 50 + 10
Sd

(Sukarjo, S. Nurhasan, 1992:126).


38

Keterangan :

T = T-Score (nilai transfer)

X = Nilai individu per item tes

M = Nilai rata-rata item tes

Sd = Standar deviasi item tes

3. Pengujian normalitas data dengan menggunakan Chi Kuadrat dengan

rumus :

(fo-fh)2
=
2

fh

(Suharsimi Arikunto, 1996:254)

Taraf signifikan yang digunakan adalah 5% dengan pengujian nilai Chi

Kuadrat adalah :

a. Jika nilai 20 < 2t maka H0 diterima, berarti data berdistribusi

normal.

b. Jika nilai 20 > 2t maka H0 ditolak, berarti data tidak berdistribusi

normal.

4. Untuk pengujian hipotesis 1 dan 2 digunakan analisis koefesien korelasi

product moment dengan rumus :

NXY -(X)(Y)
rXY =
[NX2 (X)2][NY2 (Y)2]

(Suharsimi Arikunto, 1996:254)


39

Taraf signifikan yang digunakan adalah 5% dengan pengujian nilai r

adalah :

a. Jika nilai r observasi (r0) < r tabel (rt), maka H0 diterima dan H1

ditolak, berarti tidak ada hubungan yang signifikan.

b. Jika nilai r observasi (r0) > r tabel (rt), maka H0 ditolak dan H1

diterima, berarti ada hubungan yang signifikan.

5. Untuk pengujian hipotesis 3 digunakan analisis korelasi ganda dengan

rumus :

r 2 Y 1 r 2 Y 2 2rY 1 .rY 2 .r1.2


Ry1.2 =
1 r 21.2

(Sutrisno Hadi, 1990:25)

Nilai pengujian korelasi ganda pada taraf signifikan 5 % adalah :

a. Jika R observasi < R tabel maka Ho diterima dan H 1 ditolak, berarti

tidak ada hubungan yang signifikan.

b. Jika R observasi > R tabel maka Ho ditolak dan H 1 diterima, berarti

ada hubungan yang signifikan.

6. Untuk pengujian keberartian korelasi ganda digunakan analisis uji F

regresi dengan rumus :

R/k
40

F=
(1-R)/(n-k-1)

(Sudjana, 1992:385)

Taraf signifikan yang digunakan 5% dengan pengujian nilai F adalah :

a. Jika nilai F hitung < F tabel maka H 0 diterima dan H1 ditolak, berarti

tidak ada hubungan yang signifikan.

b. Jika nilai F hitung > F tabel maka H 0 ditolak dan H1 diterima, berarti

ada hubungan yang signifikan.


41

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto SuharsimI. 1996. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek.


Penerbit PT. Rineka Cipta, Jakarta.

Barrow. 1971. A. practical aproch to measurement in physical education.


Lea Febiger, Philadelphya.

Bulletin majalah-majalah anggar. Tahun 1993.

Crosnier Roger. 1951. Fencing with the foil, instruction and technique,
faber and faber limited 24 russell square. London, W.C.I.

Hadi Sutrisno. 1990. Analisis regresi. Penerbitan Andi offset, Yokyakarta.

Harsono. 1988. Coachong dan aspek-aspek psikologis dalam coaching.


Depdikbud P2LPTK, Jakarta.

Kuhajda. 1970. Fencing skill test.

Nelson Marvin. 1975. Winning fencing. Publishing by the brilish fencing


association.

Nossek. 1982. General theory of training. Pan Afrikan Ltd. Logos.

Nur Jacob dan Kahar Tato. 1995. Pedoman permainan dan peraturan
permainan anggar. Diktat FIK UNM Makassar.

Rahantoknam B.E. 1988. Belajar motorik. Depdikbud Dirjen Dikti, Jakarta.

Rasak Abraham. 1993. Perbandingan pengaruh latihan pliometrik dengan


latihan kekuatan dan kecepatan terhadap daya ledak. Program
Pascasarjana UNAIR, Surabaya.

Sajoto M. 1988. Pembinaan kondisi fisik dalam olahraga. Depdikbud


Dirjen Dikti, Jakarta.

Selberg Charles A. 1975. Foil. University of California, Santa Croz.

Soekarman. 1988. Dasar olahraga untuk pembina, pelatih dan atlet. Inti
idayu Press, Jakarta.
42

Soenarjo A.M. dan Warsimin. 1966. Pelajaran anggar floret. Tarsito


Bandung, Bandung.

Sudjana. 1992. Motoda statistika. Penerbit Tarsito, Bandung.

Sukarjo S. Nurhasan. 1992. Evaluasi pengajaran dan kesehatan, Jakarta.

Yahya Kasmad M. 1986. Struktur dan rambu-rambu penulisan thesis.


Makalah seminar ilmiah FIK UNM Makassar.

. 1994. Belajar gerak (suatu kajian belajar keterampilan


gerak). FIK UNM Makassar.
43

RIWAYAT HIDUP

HAERUDDIN, dilahirkan pada tanggal 14 Mei 1980

di sebuah desa kecil dan bersahaja, yakni Arallae

Kec. Kahu Kab. Bone. Anak kelima dari lima

bersaudara, pasangan Anwar Bulla dan Andi Sitti

Hafsa.

Jenjang pendidikan yang telah ditempuh :

1. Masuk jenjang pendidikan dasar pada tahun 1987 dan tamat tahun 1993

di SDN Inpres 10/73 Labuaja Kab. Bone.

2. Pada tahun yang sama (1993) melanjutkan pendidikan di SMPN 2

Salomekko Kab. Bone dan akhirnya tamat tahun 1996.

3. Pada tahun yang sama (1996) melanjutkan pendidikan di SMUN 1 Kahu

Kab. Bone dan akhirnya mampu menyelesaikan studi jurusan Ilmu

Pengetahuan Sosial pada tahun 1999.

4. Pada tahun yang sama (1999) mendaftarkan diri diperguruan tinggi negeri

tepatnya di UNM melalui jalur UMPTN dan sekarang dikenal SPMB,

dengan pilihan jurusan Penjaskesrek dan Ekonomi dan berhasil lulus di

jurusan Penjaskesrek program studi (S1) di FIK UNM.

Selama menjadi mahasiswa, penulis juga aktif pada kegiatan-kegiatan

organisasi di kampus diantaranya :

1. Sebagai anggota HIMA Penjaskesrek periode 2001/2002.


44

2. Sebagai ketua III HIMA Penajskesrek periode 2002/2003.

Di samping itu penulis juga pernah mengikuti kejuaraan-kejuaraan anggar

diantaranya :

1. Kejuaraan IPASS Makassar 2002.

2. Kejurnas Anggar wilayah timur tahun 2002 di Surabaya.

3. Kejurnas Anggar tahun 2002 di Bandung.

Das könnte Ihnen auch gefallen