Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
PENDAHULUAN
3. Perilaku
Faktor perilaku mempunyai pengaruh yang besar terhadap status kesehatan
individu maupun masyarakat. Perilaku manusia merupakan hasil dari
segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya
yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan tindakan. Perilaku
kesehatan dapat dirumuskan sebagai suatu respon seseorang terhadap
stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit atau penyakit., sistem
pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman, serta lingkungan
(Notoatmodjo, 2003). Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat
diklasifikasikan menjadi 3 kelompok:
a. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintenance)
Perilaku ini merupakan usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau
menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan
bilaman sakit.
a. Perilaku pencarian atau penggunaan sistem atau fasilitas kesehatan
(perilaku pencarian pengobatan / health seeking behavior)
Perilaku ini menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat
menderita penyakit dan atau kecelakaan.
b. Perilaku kesehatan lingkungan
Perilaku ini apabila seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan
fisik maupun sosial budaya, dan lainnya.
Cara mengukur indikator perilaku atau praktik yang paling akurat
adalah melalui pengamatan atau observasi. Namun dapat juga dilakukan
melalui wawancara dengan pendekatan recall atau mengingat kembali
perilaku yang telah dilakukan oleh responden beberapa waktu yang lalu.
Adapun beberapa perilaku yang menjadi faktor risiko diare :
a. Mencuci tangan
Mencuci tangan memakai sabun merupakan aktivitas yang selama ini
dianggap biasa-biasa saja oleh kebanyakan orang. Banyak yang tidak
tahu bahwa mencuci tangan memakai sabun sebenarnya sangat besar
manfaatnya. Salah satu studi World Health Organisation (WHO)
menyatakan praktek cuci tangan dengan sabun dapat mengurangi
prevalensi diare sampai 40%.
Cuci tangan efektif mencegah penyakit dengan catatan dilakukan
secara benar. Mencuci tangan yang benar harus menggunakan sabun
dan di bawah air yang mengalir. Menurut Departemen Kesehatan
(2009) langkah-langkah teknik mencuci tangan yang benar adalah
sebagai berikut,:
1. Basahi tangan dengan air di bawah kran atau air mengalir.
2. Ambil sabun cair secukupnya untuk seluruh tangan.
3. Gosokkan kedua telapak tangan. Gosokkan sampai ke ujung jari.
4. Telapak tangan kanan menggosok punggung tangan kiri (atau
sebaliknya) dengan jari-jari saling mengunci (berselang-seling)
antara tangan kanan dan kiri. Gosok sela-sela jari tersebut. Lakukan
sebaliknya.
5. Letakkan punggung jari satu dengan punggung jari lainnya dan saling
mengunci.
6. Usapkan ibu jari tangan kanan dengan telapak kiri dengan gerakan
berputar. Lakukan hal yang sama dengan ibu jari tangan kiri.
7. Gosok telapak tangan dengan punggung jari tangan satunya dengan
gerakan ke depan, ke belakang dan berputar. Lakukan sebaliknya.
8. Pegang pergelangan tangan kanan dengan tangan kiri dan lakukan
gerakan memutar. Lakukan pula untuk tangan kiri.
9. Bersihkan sabun dari kedua tangan dengan air mengalir.
10.Keringkan tangan dengan menggunakan tissue dan bila
menggunakan kran, tutup kran dengan tissue.
Kebiasaan mencuci tangan dapat mencegah terjadinya diare pada
balita. Seorang ibu atau anggota keluarga harus membiasakan mencuci
tangan dengan benar sebelum dan setelah melakukan kegiatan di bawah
ini, sesuai dengan Departemen Kesehatan (2009) :
Setiap kali tangan kita kotor (setelah memegang uang, memegang
binatang, berkebun, dll).
Setelah buang air besar
Setelah menceboki bayi atau anak
Sebelum makan dan menyuapi anak
Sebelum memegang makanan
Sebelum menyusui bayi
1.Umur
Karakteristi
k Responden 2.Pendidikan terakhir
3.Pekerjaan
1.Pengetahuan tentang
Ibu Aspek diare Diare
Balita Pengetahuan Balita
4.4.1 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki balita, dengan
persyaratan sebagai berikut :
Kriteria Inklusi:
1. Ibu yang memiliki balita (usia 1-5 tahun) yang berdomisili di Desa Bungaya
Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali dan bersedia
menjadi responden.
Kriteria Eksklusi:
1. Tidak mampu diwawancarai disebabkan kondisi medis umum yang berat.
2. Menolak untuk mengikuti penelitian ini.
()
=
(, ) (, , )
= = , ~
(, )
Karena populasi ibu yang memiliki balita di Bungaya kurang dari 10.000,
dilakukan koreksi jumlah sampel menggunakan formula:
= = =
+ ()
+ ()
>41 3 6
SMA/sederajat 4 8
Universitas
3 Tidak bekerja 8 16
Bekerja 42 84
5.2 Kejadian Diare
Dari wawancara terhadap responden diperoleh informasi bahwa 78%
responden mengatakan balitanya pernah mengalami diare, dimana dalam
kurun waktu 2 tahun sampai 6 bulan terakhir didapatkan kasus terbanyak
balita mengalami diare.
Total 39 11 50
Dari hasil penelitian ini diperoleh bahwa pengetahuan ibu balita
mengenai diare memiliki kecenderungan terhadap kejadian diare pada balita.
Dimana ibu dengan pengetahuan yang kurang, balitanya lebih banyak yang
pernah mengalami diare dibandingkan dengan ibu yang memiliki
pengetahuan yang cukup. Hampir seluruh ibu yang memiliki pengetahuan
kurang balitanya pernah mengalami diare.
Total 39 11 50
Namun dari penelitian ternyata tetap didapatkan ibu yang memiliki balita
yang pernah menderita diare walaupun sikap ke seluruh responden termasuk
kategori baik.
Responden dalam penelitian ini adalah ibu balita. Ibu adalah sosok yang merawat
balita mulai sejak lahir hingga dewasa. Setelah kami melakukan penelitian dan
proses pengolahan data kami mendapatkan data bahwa lebih banyak ibu balita
yang menjadi responden anaknya pernah menderita diare. Jumlah 78% merupakan
angka yang cukup besar dan bermakna, dimana hal ini menunjukkan bahwa faktor
risiko diare masih sangat tinggi di wilayah Desa Bungaya. Jika dibandingkan
dengan angka perkiraan kejadian diare yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan
sebanyak 42,3 % jumlah penduduk. Tingginya kejadian diare ini perlu ditanggapi
dengan menganalisis faktor-faktor risiko diare yang terdapat di Desa Bungaya.
Pada penelitian ini kami mengkaji faktor resiko diare yang meliputi faktor
pengetahuan, sikap dan perilaku ibu balita.
7.1 Simpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan gambaran pengetahuan,
sikap dan perilaku ibu balita mengenai diare di Desa Bungaya, Karangasem
adalah sebagai berikut:
1. Dari 50 responden, didapatkan bahwa lebih banyak ibu yang balitanya
pernah mengalami diare, yaitu 78%.
2. Seluruh responden mempunyai sikap yang mendukung (baik) dalam
menanggapi permasalahan seputar diare, perilaku BAB, perilaku cuci yang
diberikan.
3. Sebesar 64% responden telah memiliki perilaku baik dimana responden
buang air besar pada tempatnya secara tepat dan benar sehingga mencegah
terjadinya penularan diare. Dari jumlah tersebut terdapat kecendrungan
lebih sedikit balita yang pernah menderita diare.
4. Persentase responden yang melakukan perilaku mencuci tangan dengan
benar adalah 36%. Dari hasil ini terdapat kecenderungan bahwa lebih
sedikit ibu balita yang melakukan cuci tangan dengan benar.
5. Dari hasil wawancara ditemukan lebih banyak responden yang memasak
air hingga mendidih untuk keperluan minum sehari-hari. Tidak terdapat
kecenderungan bahwa memasak air sebagai faktor resiko terjadinya diare
pada balita.
7.2 Saran
Adapun saran yang dapat kami ajukan adalah sebagai berikut:
1. Puskesmas Bebandem perlu melakukan penyuluhan yang lebih intensif
tentang diare dan perilaku hidup bersih dan sehat terutama cara
mencuci tangan dengan benar karena sebagian besar masyarakatnya
masih belum mengetahui dengan baik.
2. Puskesmas Bebandem perlu meningkatkan intervensi mengenai
penggunaan jamban sehat, untuk menanggulangi peningkatan kejadian
diare di masyarakat Bebandem, mengingat masih ada keluarga yang
tidak memiliki jamban keluarga.