Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
TEORI
1. Definisi
Empati yaitu kemampuan untuk mengidentifikasi dengan dan merasa orang lain
kekhawatiran-adalah dasar dari kecerdasan moral. kebajikan moral pertama ini adalah apa
yang peka anak-anak kita untuk sudut pandang yang berbeda dan meningkatkan kesadaran
mereka tentang ide dan pendapat orang lain. Empati adalah apa yang meningkatkan
kemanusiaan, kesopanan, dan moralitas. Empati adalah emosi yang memberitahu anak untuk
penderitaan orang lain dan membangkitkan hati nuraninya. Ini adalah apa yang
menggerakkan anak-anak untuk menjadi toleran dan penuh kasih, untuk memahami
kebutuhan orang lain, untuk cukup peduli untuk membantu mereka yang terluka atau
bermasalah. Seorang anak yang belajar empati akan jauh lebih memahami dan peduli, dan
biasanya akan lebih mahir dalam menangani kemarahan.
Anak-anak kita sering terkena dunia meresahkan kekerasan, obat-obatan, kekejaman,
dan ketidaksopanan; empati mungkin penawar terbaik. Dengan belajar untuk menunjukkan
empati kepada orang lain, anak-anak kita dapat membantu menciptakan lebih toleran, dunia
yang damai. Bab ini menunjukkan Anda terbukti cara untuk membangun empati pada anak
Anda sehingga ia akan mengembangkan kebajikan yang meletakkan dasar penting untuk non-
kekerasan dan untuk melakukan apa yang benar karena dia merasa dalam hatinya.
Empati berasal kata pathos (dalam bahasa Yunani) yang berarti perasaan yang
mendalam. Empati pada awalanya di gunakan untuk menggambarkan suatu pengalaman
estetika ke dalam bagian bentuk kesenian. Empati berbeda dengan simpati. Perasaan simpati
sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari yang menggambarkan perasaan seseorang
kepada orang lain. Beda antara empati dan simpati adalah, bahwa simpati lebih memusatkan
perhatian pada perasaan diri sendiri bagi orang lain, sementara itu perasaan orang lain atau
lawan bicaranya kurang diperhatikan. Sedangkan empati lebih memusatkan perasaanya pada
kondisi orang lain atau lawan bicaranya. Empati juga hubungan dengan bagaimana orang lain
merasakan diri saya, baik masalah saya maupun lingkungan saya.
Istilah empati pertama kali digunakan oleh Carl Rogers (dalam Pangribuan, 1998)
seorang tokoh psikologi humanistic. Istilah-istilah seperti kehangatan (warmth), kepedulain
(compassion), rasa hormat (respect), penghargaan positif tanpa syarat (unconditional positive
regard), ketulusan (genuineness), dan pemahaman (understanding) di dalam teorinya banyak
digunakan oleh para peneliti. Istilah-istilah tersbut digunakan untuk mengkomunikasikan
pemahaman terhadap perasaan, pikiran, dan motif-motif orang lain.
Kata empati mengandung makna bahwa seseorang mencoba untuk mengerti keadaan
orang lain sebagaimana orang tersebut mengertinya dan menyampaikan pengertian itu
kepadanya (Hansen, dkk, 1982). Empati berarti masuk ke dalam diri seseorang dan melihat
keadaan diri sisi orang tersebut, seolah-olah ia dalah orang itu. Menurut Dahlan, seseorrang
dikatakan memiliki empati jika ia dapat menghayati keadaan perasaan orang lain serta dapat
melihat keadaan luar menurut pola acuan orang tersebut, dan mengkomunikasikan
penghayatannya bahwa dirinya memahami perasaan, tingkah laku, dan pengalaman orang
tersebut secara pribadi (Pangaribuan, 1993).
Carkhluff mengartikan empati sebagai kemampuan untuk mengenal, mengerti dan
merasakan perasaan orang lain dengan ungkapan verbal dan perilaku, dan
mengkomunikasikan pemahaman tersebut kepada orang lain. Empati merupakan dimensi
yang penting dalam proses pemberian bantuan. Brammer mengertiakan empati sebagai cara
seseorang untuk memahami persepsi orang lain dari kerangka intelnya. Sedangkan menurut
Rogers empati merupakan cara mempersepsikan kerangka internal dari referensi orang lain
dengan keakuratan dan komponen emosional, seolah-olah seseorang menjadi orang lain,
tetapi masih menyadari kondisinya yang seolah-olah tadi (Pangaribudi, 1998). Empati
dikatakan akurat jika pemahaman individu terhadap keadaan orang lain benar, dalam arti
sesuai dengan penghayatan oaring yang benar empati.
Berempati tidak hanya dilakukan dalam memahami perasaan orang lain semata, tetapi
harus dinyatakan secara verbal dan dalam bentuk tingkah laku. Tiga tahap dalam berempati
menurut Garda, dkk., (1991) adalah:
Tahap pertama, mendengarkan dengan seksama apa yang diceritakan orang lain, bagaimana
perasaannya, apa yang terjadi pada dirinya.
Tahap kedua, menyusun kata-kata yang sesuai untuk menggambarkan perasaan dan situasi
orang tersebut.
Tahap ketiga, menggunakan susunan kata-kata tersebut untuk mengenai orang lain dan
berusaha memahami perasaan serta situasinya.
2. Aspek-aspek Empati
Baron dan Byrne (2005: 111) menyatakan bahwa dalam empati juga terdapat aspekaspek,
yaitu:
a. Kognitif
Individu yang memiliki kemampuan empati dapat memahami apa yang orang lain
rasakan dan mengapa hal tersebut dapat terjadi pada orang tersebut.
b. Afektif
Individu yang berempati merasakan apa yang orang lain rasakan.
Batson dan Coke (Watson, 1984: 290) menyatakan bahwa di dalam empati juga terdapat
aspek-aspek:
Kehangatan
Kehangatan merupakan suatu perasaan yang dimiliki seseorang untuk bersikap hangat
terhadap orang lain.
Kelembutan
Kelembutan merupakan suatu perasaan yang dimiliki seseorang untuk bersikap
maupun bertutur kata lemah lembut terhadap orang lain.
Peduli
Peduli merupakan suatu sikap yang dimiliki seseorang untuk memberikan perhatian
terhadap sesama maupun lingkungan sekitarnya.
Kasihan
Kasihan merupakan suatu perasaan yang dimiliki seseorang untuk bersikap iba atau
belas kasih terhadap orang lain.
3. Indikator
Davis (dalam Dewi, 2013) mengelompokkan indicator menjadi 3 bagian, yaitu:
a. Perhatian (Emphatic Concern)
Cerminan dari perasaan kehangatan yang erat kaitannya dengan kepekaan dan kepedulian
terhadap orang lain, termasuk perasaan simpati yang berorientasi pada orang lain dan
perhatian terhadap kemalangan orang lain.
b. Pengambilan Perspektif (Perspective Taking)
Kecenderungan untuk mengambil sudut pandang psikologis orang lain secara spontan.
Pengambilan perspektif berhubungan dengan reaksi emosional dan perilaku menolong pada
remaja, meliputi proses self identification dan self positioning.
c. Fantasi (Fantasy)
Kemampuan untuk mengubah diri secara imajinatif dalam mengalami perasaan dan tindakan
dari orang lain di sekitarnya. Fantasi sangat mempengaruhi intensitas empati seseorang,
contoh konkritnya seperti meminta orang lain menceritakan runut permasalahan sebagai
media problem solving masalah tersebut.