Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Disusun oleh :
Shofa Muminah
PEMBIMBING :
1
BAB 1
PENDAHULUAN
anestesi dietil eter untuk menghilangkan nyeri selama operasi. Di jerman tahun
dan ether melalui intravena, tujuh tahun kemudian, elisabeth brendenfeld dari
diperkenalkan di klinis pada tahun 1934, Thiopental menjadi Gold Standard dari
bentuk intravena, namun obat anestesi intravena yang ideal belum bisa ditemukan.
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
yaitu blok mental, refleks, sensoris dan motorik. Atau trias A (3A) dalam anestesi
yaitu :
1. Amnesia
2. Arefleksia otonomik
3. Analgesik
1. Induksi anestesia
3
2.3 Keuntungan dan kekurangan anestesi intravena
3. Anestesi yang mudah dan tidak memerlukan alat-alat atau mesin yang
khusus
Kekurangan dari penggunaan anestesi intravena :
1. Diantara kekurangannya paling menonjol induksi yang cepat (kadang-
1. Propofol
Merupakan derivat fenol yang banyak digunakan sebagai anestesia
intravena dan lebih dikenal dengan nama dagang diprivan. Pertama kali
digunakan dalam praktek anestesi pada tahun 1977 sebagai obat induksi.
Propofol (diprivan, recofol) dikemas dalam cairan emulsi lemak
4
b. Farmakokinetik
Digunakan secara intravena dan bersifat lipofilik dimana 98% terikat
protein plasma, eliminasi dari obat ini terjadi di hepar menjadi suatu
menyebabkan sedasi (rata-rata 30-45 detik) dan kecepatan untuk pulih juga
bersifat hipnotik murni tanpa disertai efek analgetik ataupun relaksasi otot.
c. Farmakodinamik
1. Pada sistem saraf pusat
Dosis induksi menyebabkan pasien tidak sadar, dimana dalam dosis
analgetik.
dan pembuluh darah dimana tekanan dapat turun sekali disertai dengan
5
e. Efek samping
1. Dapat menyebabkan nyeri selama pemberian pada 50%-75%
2. Gejala mual dan muntah juga seringkali ditemui pada pasien setelah
2. Tiopenton
tiopentol dapat mencapai otak dengan cepat dan memiliki onset yang cepat
dan kesadaran kembali seperti semula. Dosis yang banyak atau dengan
kesadaran.
a. Mekanisme kerja
polisinap komplek dari saraf dan pusat regulasi, yang beberapa terletak
6
dibatang otak yang mampu mengontrol beberapa fungsi vital termasuk
kesadaran.
b. Farmakokinetik
1. absorbsi
intravena untuk induksi anestesi umum pada orang dewasa dan anak
anak.
2. Distribusi
3. Metabolisme
4. Ekskresi
c. Farmakodinamik
7
Dapat menyebabkan hilangnya kesadaran tetapi menimbulkan
2. Mata
3. Sistem kardiovaskuler
bersifat ringan akan pulih normal dalam beberapa menit tetapi bila
tekanan darah juga dapat terjadi oleh karena efek depresi langsung
8
4. Sistem pernafasan
menyebabkan bronkospasme.
d. Dosis
e. Efek samping
3. Ketamin
Ketamin pertama kali disintesis tahun 1962, dimana awalnya obat ini
yang lebih sering menyebabkan halusinasi dan kejang. Obat ini pertama
9
Ketamin kurang digemari untuk induksi anastesia, karena sering
mimpi buruk.
persepsi dan mimpi gembira yang mengikuti anesthesia, dan sering disebut
a. Mekanisme kerja
b. Farmakokinetik
1. Absorbsi
intramuskular
2. Distribusi
10
3. Metabolisme
4. Ekskresi
ginjal.
c. Farmakodinamik
2. Mata
11
Menimbulkan lakrimasi, nistagmus dan kelopak mata terbuka
3. Sistem kardiovaskuler
4. Sistem pernafasan
asma.
anak. Ketamin bersifat larut air sehingga dapat diberikan secara I.V
mg/Kgbb I.M , untuk dosis sedatif lebih rendah yaitu 0,2 mg/KgBB
dosis setengah dari dosis awal sampai operasi selesai. Dosis obat untuk
12
menimbulkan efek sedasi atau analgesic adalah 0,2 0,8 mg/kg IV
e. Efek samping
halusinasi dan mimpi buruk juga terjadi pasca operasi, pada otot dapat
menimbulkan efek mioklonus pada otot rangka selain itu ketamin juga
4. Opioid
Obat opium didapat dari ekstrak biji buah poppy papaverum somniferum,
dan kata opium berasal dari bahasa yunani yang berarti getah.
sering digunakan dalam general anestesi. efek utamanya adalah analgetik. Dalam
dosis yang besar opioid kadang digunakan dalam operasi kardiak. Opioid berbeda
a. Mekanisme kerja
Opioid berikatan pada reseptor spesifik yang terletak pada system saraf
pusat dan jaringan lain. Walaupun opioid menimbulkan sedikit efek sedasi,
13
respon postsinaptik terhadap neurotransmitter ekstatori (seperti asetilkolin)
b. Farmakokinetik
1. Absorbsi
analgesia dan sedasi pada anak-anak (15-20 g/Kg) dan dewasa (200-
800 g).
2. Distribusi
otak, sehingga onset kerja lambat dan durasi kerja juga Iebih panjang.
3. Metabolisme
aliran darah hepar. Produk akhir berupa bentuk yang tidak aktif.
4. Ekskresi
14
diekskresikan lewat urine dalam bentuk metabolit aktif, remifentanil
c. Farmakodinamik
1. Sistem kardiovaskuler
2. Sistem pernafasan
kelenturan otot nafas, opioid juga bisa merangsang refleks batuk pada
dosis tertentu.
3. Sistem gastrointestinal
4. Endokrin
15
Fentanil mampu menekan respon sistem hormonal dan metabolik
BAB 3
KESIMPULAN
Obat anestesi intravena adalah obat anestesi yang diberikan melalui jalur
intravena, baik obat yang berkhasiat hipnotik atau analgetik maupun pelumpuh
otot. Setelah berada didalam pembuluh darah vena, obatobat ini akan diedarkan
ke seluruh jaringan tubuh melalui sirkulasi umum, selanjutnya akan menuju target
farmakodinamiknya masing-masing.
16
Daftar Pustaka
2. Wim de Jong, 2009. Buku Ajar Ilmu Bedah, penerbit buku kedokteran
EGC, Jakarta.
3. Tony H., 1998. Anestesi Umum dalam Farmakologi dan Terapi, edisi IV.
17