Sie sind auf Seite 1von 12

Jurnal Geospasial Indonesia Teknik Geodesi dan Geomatika

ISSN 2222-2863 (Online) Universitas Gadjah Mada


Vol X, No.X, Tahun http://journal.geodesi.ugm.ac.id

Pemodelan 3D Kawasan Zona 2 Taman Wisata Candi Ratu Boko


dari Data Pengukuran Terestris Menggunakan Total Station
Fauzi Antoni a,*, Dedi Atunggal S.P. b, Bilal Maruf c
a,*Alumni Departemen Teknik Geodesi FT-UGM ()

Jln. Grafika No. 2 Yogyakarta, Telp. +062-274-520226, Email: geodesi@ugm.ac.id


b,c Staf Pengajar Departemen Teknik Geodesi FT-UGM

Diterima: ; Dipublikasikan:
_____________________________________________________________________________________

Abstract
Regional planning and development is required in the tourism sites management, including in the zone 2
of Ratu Boko Temple. In practice, regional planning and development is commonly conducted by using a
large-scale maps. In parallel with advances in technology, 3D models can also be used to support regional
planning and development. A 3D model can gives a more realistic view of the modeled object, therefore it
helps planners in interpreting topographical surfaces, objects that are above the topographic surface, and
etc. Planners may utilize a 3D models to study the area where the regional planning and development will
be carried out. The objective of this project is to produce a 3D model of zone 2 of Ratu Boko Temple by
using Total Stations data. A 3D models required to support the regional planning and development in
tourism sites management. The 3D modeling is carried out by using AutoCAD Civil 3D Student Version
software. The data used in this project are the secondary data from the topographic survey of zone 2
regional situation Ratu Boko Temple, and primary data of building heights acquired from field
measurement by using Total Station by reflectorless. The developed of regional 3D model consist of Digital
Terrain Model (DTM), 3D models utility network and landscape elements. The region of DTM made using
Triangular Irregular Network (TIN) methods. A 3D model of the utility network and 3D model of landscape
elements are made based on Level of Detail (LOD) 02. Three-dimensional model symbols is used to present
the three-dimensional models element.
Keywords: Ratu Boko Temple, 3D model, DTM, landscape elements
_____________________________________________________________________________________
Pendahuluan Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan
Ratu Boko (Rahmat, 2013).
Latar Belakang
Wilayah Candi Ratu Boko memerlukan data
Pekerjaan perencanaan maupun pengembangan spasial untuk mempermudah pihak pengelola
kawasan diperlukan dalam pengelolaan lokasi dalam hal perencanaan dan perawatan,
wisata, salah satunya di Taman Wisata Candi khususnya di wilayah zona 2. Salah satu data
Ratu Boko. Situs Candi Ratu Boko merupakan spasial yang sering digunakan dalam kegiatan
peninggalan peradaban masa lalu dan menjadi perencanaan adalah peta situasi skala besar. Peta
bagian dari cagar budaya yang perlu terus situasi skala besar digunakan untuk memberikan
dipelihara. Pengelolaan wilayah taman wisata informasi spasial mengenai objek-objek di
Candi Ratu Boko dibagi menjadi dua zona kawasan zona 2 yang berkaitan dengan penataan
pengelolaan, yaitu zona 1 dan zona 2. Wilayah ruang kawasan candi. Pembuatan model 3D
zona 1 yang merupakan zona inti yang kawasan zona 2 dapat memberikan gambaran
diperuntukkan bagi perlindungan dan terrain pada suatu luasan daerah. Selain itu
pemeliharaan kelestarian lingkungan fisik candi model 3D dapat menunjukkan rancangan atau
yang dikelola oleh Balai Pelestarian Peninggalan hasil dari pembangunan yang sudah dilakukan
Purbakala (BP3). Zona ini tidak diperkenankan berupa tampilan 3D yang lebih realistis dan
melakukan aktifitas pembangunan sama sekali. menarik jika dibandingkan dengan tampilan
Sedangkan wilayah zona 2 merupakan kawasan secara dua dimensi. Model 3D mempermudah
yang digunakan untuk menunjang kegiatan pengguna peta dalam melakukan interpretasi
kepariwisataan tetapi tetap sejalan dengan kondisi lanskap kawasan situs Candi Ratu Boko,
prinsip konservasi dimana diperkenankan daripada membaca model dua dimensi. Data
melakukan aktifitas pembangunan secara masukan yang berasal dari data pengukuran peta
terbatas. Kawasan zona 2 dikelola oleh PT. situasi, kemudian diproses menjadi hasil model

www.jgi.ac.id | 1
Jurnal Geospasial Indonesia Teknik Geodesi dan Geomatika
ISSN 2222-2863 (Online) Universitas Gadjah Mada
Vol X, No.X, Tahun http://journal.geodesi.ugm.ac.id

objek 3D. Pembuatan model 3D tersebut melalui 2. Melakukan editing data koordinat detil dari
proses editing pada bentuk model 3D yang tidak hasil pengukuran situasi di kawasan zona 2
sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Candi Ratu Boko.
Informasi mengenai data spasial dalam bentuk 3. Pembuatan Digital Terrain Model (DTM)
peta banyak dimanfaatkan pada pekerjaan kawasan zona 2 Candi Ratu Boko
perencanaan dan pembangunan sebagai data menggunakan metode Triangular Irregular
pendukung. Saat ini planner dapat Networks (TIN).
memanfaatkan visualisasi 3D untuk memberikan
gambaran terrain beserta objek yang terdapat di 4. Pembuatan model 3D utilitas dan elemen
kawasan zona 2. Nilai garis kontur pada peta dua lanskap yang berada di kawasan zona 2
dimensi ditampilkan dalam bentuk 3D yang Candi Ratu Boko.
menyerupai keadaan yang sebenarnya. 5. Evaluasi hasil pembuatan DTM serta model
Penelitian ini dilakukan untuk membuat model 3D utilitas dan elemen lanskap.
3D kawasan zona 2 Candi Ratu Boko. Model 6. Penggabungan DTM dengan model 3D
yang disajikan berupa kenampakan lanskap yang utilitas dan elemen lanskap.
dibutuhkan oleh planner untuk mendukung
informasi yang diperlukan meliputi perencanaan
maupun pengelolaan wilayah. Model 3D yang Tujuan
dibuat berupa kondisi topografi, bangunan, dan Tujuan dari penelitian ini adalah didapatnya
utilitas beserta elemen lanskap yang dibuat dari model 3D kawasan zona 2 Candi Ratu Boko yang
data pengukuran terestris. Gambaran objek di meliputi DTM, model 3D utilitas dan model 3D
lapangan dalam bentuk model 3D diharapkan elemen lanskap yang dibuat dari data pengukuran
memberi manfaat untuk kegiatan perencanaan terestris menggunakan Total Station.
dan pengembangan kawasan. Pembuatan model
3D kawasan Candi Ratu Boko juga mampu
memberikan gambaran fasilitas dan infrastruktur Manfaat
yang sudah ada sebelumnya, serta memudahkan Manfaat dari penelitian ini adalah:
kegiatan perawatan, pembangunan, dan
keperluan lainnya yang berkaitan. Penggunaan 1. Membantu perencana dalam pekerjaan
data terestris bertujuan untuk memberikan data perencanaan, pemeliharaan, dan
posisi dalam bentuk koordinat (X, Y) serta nilai pengembangan kawasan di kawasan zona 2
ketinggian (Z) dari pengukuran menggunakan Candi Ratu Boko.
Total Station. Pengukuran secara terestris 2. Membantu perencana dalam menyajikan
menghasilkan titik koordinat sesuai dengan informasi kawasan zona 2 Candi Ratu Boko
posisi di lapangan, sehingga model digital yang secara model 3D.
dihasilkan dapat digunakan dalam kegiatan 3. Melengkapi informasi topografi, lanskap,
engineering untuk perencanaan dan dapat dan utilitas pada peta dua dimensi yang
diterima sebagai referensi informasi pekerjaan. sudah ada sebelumnya.
Hasil akhir kegiatan ini dapat menjadi dasar dan
pertimbangan bagi pihak pengelola kawasan
candi untuk menentukan kebijakan yang Landasan Teori
berkaitan dengan pengelolaan zona 2 Candi Ratu
Pemetaan Situasi Skala Besar
Boko.
Pemetaan situasi merupakan suatu metode untuk
menentukan posisi tanda-tanda buatan manusia
Lingkup Kegiatan maupun alami di atas permukaan tanah. Peta
Lingkup kegiatan yang dilaksanakan pada situasi skala besar memberikan informasi
penelitian ini meliputi: mengenai gambaran permukaan bumi beserta
detilnya (jalan, sungai, jembatan, rumah, dan
1. Pengumpulan data sekunder berupa data sebagainya) yang disajikan dalam bidang datar.
koordinat detil dari hasil pengukuran situasi Kenampakan topografi secara vertikal dapat
dan data primer melalui pengukuran direpresentasikan menggunakan garis kontur
ketinggian bangunan menggunakan Total pada peta. Garis kontur merupakan garis khayal
Station secara reflectorless di kawasan zona di lapangan yang menghubungkan beberapa titik
2 Candi Ratu Boko. dengan ketinggian yang sama (Basuki, 2006).

www.jgi.ac.id | 2
Jurnal Geospasial Indonesia Teknik Geodesi dan Geomatika
ISSN 2222-2863 (Online) Universitas Gadjah Mada
Vol X, No.X, Tahun http://journal.geodesi.ugm.ac.id

Pengadaan kerangka kontrol pemetaan dkk., 2005). DTM hanya merepresentasikan


merupakan tahapan awal yang dilakukan dalam permukaan tanah saja tanpa memperhatikan
kegiatan pemetaan situasi. Adapun kerangka obyek diatasnya. Pembuatan DTM pada
kontrol pemetaan terbagi atas dua macam yaitu: umumnya dilakukan dalam beberapa tahap yaitu;
kerangka kontrol horizontal dan kerangka akuisisi data, pengolahan, representasi dan
kontrol vertikal. Penentuan posisi dari titik-titik validasi atau kontrol kualitas (Li dkk., 2005).
detil dilakukan dengan mengikatkan pada titik- 1. Akuisisi Data DTM. DTM dibuat
titik kerangka pemetaan yang terdekat dan telah berdasarkan informasi topografi yang dapat
diukur sebelumnya. diperoleh dengan; foto udara, radiometer
berbasis satelit atau pencitraan optik, radar
interferometri atau yang disebut
Pemodelan 3D
Interferometric Synthetic Aperture Radar
Pemodelan obyek 3D merupakan pekerjaan (InSAR), Light Detection and Ranging
dengan menggunakan perangkat lunak khusus (LIDAR), digitalisasi kartografi dan juga
untuk proses penggambaran obyek alami survei terestris. Fotogrametri, penginderaan
maupun buatan yang ada di dunia nyata jauh, InSAR dan digitalisasi kartografi
(misalnya: gedung, jembatan atau bukit) menjadi digunakan untuk menghasilkan DTM untuk
bentuk yang dapat direpresentasikan secara resolusi rendah dan menengah. LIDAR,
matematis di layar komputer untuk tujuan survei klasik dan GPS digunakan untuk
penyimpanan informasi dan analisis (Aditya, menghasilkan DTM dengan resolusi
2012). Model 3D yang dimaksud berupa menengah dan tinggi.
kumpulan geometri yang terdiri atas titik-titik X,
2. Pengolahan Data DTM. Pengolahan DTM
Y, Z pada ruang 3D yang diperoleh secara
dapat dilakukan dengan menggunakan
otomatis maupun manual.
Triangular Irregular Network (TIN) dan
Pemodelan 3D dibagi menjadi dua kategori jaringan segiempat atau grid. Penggunaan
model 3D yang digunakan, yaitu model 3D solid jaringan segitiga (jaringan TIN) dan jaringan
(volumetrik) dan poligon (cangkang). segiempat (grid) merupakan dasar
Pembentukan geometri 3D pada objek yang pembuatan DTM yang paling umum
dimodelkan merupakan unsur paling krusial. digunakan saat ini. TIN adalah salah satu
Geometri model 3D yang terbentuk akan algoritma yang digunakan untuk
memberikan kesan bentuk objek yang pembentukan DTM dan penarikan garis
sebenarnya (Gambar 1). kontur (Gambar 2). TIN merupakan
algoritma yang berdasar pada jaringan
segitiga yang menghubungkan tiga titik
(Wilson dan Gallant, 2000).

Gambar 2. Struktur data TIN (Li dkk., 2005).

Model Kartografi 3D
Model kartografi 3D adalah seni memodelkan
Gambar 1. Contoh objek pada pemodelan 3D
atau membentuk model 3D dari unsur-unsur
(Aditya, 2012). yang terdapat di dunia nyata dengan tujuan
menghasilkan peta berkualitas tinggi (Terriblini,
1999). Setiap objek di kenyataan memiliki
Digital Terrain Model (DTM) bentuk 3D. Beberapa objek memiliki bentuk
dominan yang mempengaruhi kartografer dalam
Penggambaran bentuk permukaan tanah kini
menyajikannya di peta. Pembuatan simbol pada
dapat disajikan dalam bentuk digital yaitu
peta dapat mengacu pada variabel tampak.
menggunakan Digital Terrain Model (DTM).
Pemodelan kawasan menggunakan elemen-
DTM adalah representasi bentuk permukaan
elemen pada variabel tampak dalam
tanah yang tersusun dari sejumlah titik yang
menampilkan simbol 3D terhadap objek
diketahui nilai koordinat X, Y, dan Z dalam suatu
topografi (Gambar 3). Presentasi simbol 3D
bidang koordinat yang dapat berubah-ubah (Li
diperoleh elemen grafis dasar dua dimensi (titik,

www.jgi.ac.id | 3
Jurnal Geospasial Indonesia Teknik Geodesi dan Geomatika
ISSN 2222-2863 (Online) Universitas Gadjah Mada
Vol X, No.X, Tahun http://journal.geodesi.ugm.ac.id

garis, dan luasan) yang dilengkapi dengan 5. Level of Detail 04. LoD 04 meliputi
volume (Petrovic, 2003). pekerjaan untuk membuat model bangunan
3D menjadi lebih detil dari LoD 03 dengan
memberikan detil interior bangunan. LoD 04
merupakan tingkatan paling tinggi dalam
menyajikan model 3D karena pada tahap ini
model bangunan 3D memiliki detil pada
interior.

Sistem dan Jenis Jaringan Perpipaan


Pipa adalah saluran tertutup yang digunakan
untuk mengalirkan fluida, sedangkan sistem
perpipaan merupakan rangkaian pipa yang
menghubungkan antar fasilitas pengguna air
bersih. Menurut (Immanuel dan Indrawan, 2014)
Gambar 3. Hubungan antara variabel tampak pada jenis jaringan pemipaan dibedakan menjadi
simbol dua dimensi dan 3D (Riyadi dkk., 2012). sistem jaringan pemipaan seri, sistem jaringan
pemipaan bercabang (branch), sistem jaringan
pemipaan tertutup (loop), dan sistem jaringan
Level of Detail (LoD) pada Model Bangunan 3D pemipaan kombinasi.
LoD adalah tahapan dalam pembuatan model 3D 1. Sistem jaringan pemipaan seri. Sistem
beserta model situasi yang menunjukkan jaringan pemipaan seri adalah jaringan pipa
perkembangan yang didapat selama proses tanpa cabang atau pun loop. Jaringan ini
pembuatan model 3D dengan memperhatikan memiliki satu sumber, satu ujung dan node
tingkat kedetilan objek yang dimodelkan yang menyambung dua pipa yang berada
(Biljecki, 2013). dalam satu jalur.
1. Level of Detail 00. LoD 00 meliputi kegiatan 2. Sistem jaringan pemipaan bercabang.
digitasi pada layar komputer dengan Sistem jaringan pemipaan bercabang
memberikan nilai secara langsung pada merupakan jaringan susunan seri yang
setiap objek yang didigitasi. Data hasil memiliki satu sumber namun terdiri atas
digitasi menghasilkan data planimetris banyak cabang. Sistem jaringan ini
dalam bentuk dua dimensi yang tidak memiliki jangkauan yang luas untuk
memiliki nilai ketinggian yang kemudian memenuhi kebutuhan air namun investasi
diproses lebih lanjut. yang dikeluarkan tidak terlalu besar.
2. Level of Detail 01. LoD 01 meliputi kegiatan 3. Sistem jaringan pemipaan tertutup (loop).
pembuatan model 3D pada objek-objek yang Sistem jaringan pemipaan tertutup (loop)
sudah memiliki nilai ketinggian. Data ini merupakan sistem yang jaringannya saling
merupakan objek yang sebelumnya dibuat terhubung yang terdiri atas node-node yang
dalam bentuk dua dimensi yang kemudian menerima aliran air lebih dari satu bagian.
diberi nilai ketinggian sehingga data akan 4. Sistem jaringan pemipaan kombinasi.
terlihat seperti balok-balok. Sistem perpipan kombinasi merupakan
3. Level of Detail 02. LoD 02 meliput sistem jaringan pemipaan yang umum
pekerjaan untuk menambah tingkat digunakan untuk daerah yang luas. Sistem
kedetilan pada objek 3D. Objek diberi detil ini merupakan gabungan antara sistem
atap untuk menambah tingkat kedetilan dengan jaringan bercabang dan loop.
bangunan sehingga bagian atas bangunan
tidak lagi datar.
Elemen Lanskap
4. Level of Detail 03. LoD 03 meliputi kegiatan
untuk membuat objek bangunan 3D dengan Lanskap adalah adalah bagian dari kawasan
tingkat kedetilan lebih tinggi dari LoD 02, lahan yang dibangun atau dibuat oleh manusia di
yaitu menunjukkan eksterior pada setiap sisi luar bangunan, jalan, utilitas dan sampai ke alam
bangunan. Eksterior dapat ditunjukkan bebas, yang dirancang terutama sebagai ruang
dengan adanya jendela, pintu, beranda, atau untuk tempat tinggal manusia (Handayani,
komponen eksterior lainnya. 2014). Elemen-elemen pendukung lanskap dapat

www.jgi.ac.id | 4
Jurnal Geospasial Indonesia Teknik Geodesi dan Geomatika
ISSN 2222-2863 (Online) Universitas Gadjah Mada
Vol X, No.X, Tahun http://journal.geodesi.ugm.ac.id

dibedakan atas dua macam, yaitu: elemen lunak 3. 3D Hidden. Menampilkan objek
dan elemen keras. Elemen lunak adalah elemen menggunakan representasi 3D Wireframe
pendukung yang biasanya merupakan vegetasi. dan garis yang tersembunyi untuk
Sedangkan elemen keras adalah unsur tidak menunjukkan sisi belakang objek.
hidup dalam lanskap yang keberadaannya dapat 4. Realistic. Menghasilkan objek 3D dengan
meningkatkan kualitas dan fungsi dari lanskap sisi objek yang solid dan kerangka objek
tersebut seperti: yang halus. Setiap kerangka objek
1. Jalan setapak. Jalan setapak dibuat terutama ditampilkan secara halus sehingga objek
pada lanskap yang luas untuk penghubung terlihat lebih nyata. Sisi objek dapat diberi
antar bagian atau sebagai jalur sirkulasi. warna sesuai dengan penggunaan.
2. Kolam. Kolam dibuat dalam rangka 5. Conceptual. Menghasilkan objek solid dan
menunjang fungsi bangunan atau kerangka objek yang halus. Terdapat transisi
merupakan bagian lanskap yang memiliki antara gelap ke terang pada setiap sisinya.
nilai estetika tersendiri. Efek dari transisi tersebut menyebabkan
3. Tebing buatan. Tebing ini dibuat untuk terlihat kurang realistis, tetapi bisa membuat
memberi kesan alami. rincian model lebih mudah untuk melihat.

4. Pagar. Pagar berfungsi untuk membatasi


lahan pribadi dari lahan lain (tetangga, jalan
umum atau lingkungan lain).
5. Gazebo. Gazebo adalah bangunan
peneduh/rumah kecil yang terdapat di suatu
lanskap untuk tempat istirahat dan
menikmati suasana sekitar.
6. Bangku taman. Bangku taman adalah
bangku panjang yang disatukan dengan
tempat duduknya dan ditempatkan di gazebo
atau tempat-tempat teduh.
7. Lampu taman. Lampu taman merupakan
salah satu elemen utama sebuah lanskap Gambar 4. Jenis visualisasi 3D pada Autocad
untuk menunjang suasana di malam hari. (sumber: https://knowledge.autodesk.com/support).
8. Bangunan gedung. Lanskap biasanya dibuat
untuk menunjang penampilan suatu
bangunan, termasuk bangunan gedung. Pelaksanaan
Data

Visualisasi 3D pada AutoCAD Civil 3D Bahan yang diperlukan untuk mendukung


terlaksananya penelitian ini diklasifikasi menjadi
Jenis visualisasi 3D pada Autocad merupakan
dua jenis data sebagai berikut:
kumpulan pengaturan untuk memberikan kesan
3D pada desain. Pada prinsipnya, pemilihan jenis 1. Data sekunder yang diperoleh dari Laporan
visualisasi 3D berdasarkan beberapa variabel. Pekerjaan Penyempurnaan Pemetaan
Variabel yang dimaksud antara lain mengatur Kawasan Taman Wisata Candi Borobudur,
kehalusan, warna polyline pada permukaan Prambanan Dan Ratu Boko yang
objek, warna permukaan dan garis objek, serta dilaksanakan oleh PT. (Persero) Taman
variabel lainnya. Terdapat lima jenis visualisasi Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan
3D seperti pada Gambar 4 yang umum Ratu Boko pada tahun 2015.
digunakan pada Autocad (Anonim, 2010), yaitu: a. Data pengukuran detil situasi di
1. 2D Wireframe. Menampilkan objek kawasan zona 2 Candi Ratu Boko pada
menggunakan garis dan kurva untuk 7 s.d. 20 Januari 2015.
menyajikan batas suatu objek. b. Data pengukuran jaringan pipa di
2. 3D Wireframe. Menampilkan objek kawasan zona 2 Candi Ratu Boko yang
menggunakan garis dan kurva untuk dilakukan pada 26 November 2015.
menyajikan batas suatu objek yang memiliki c. Peta situasi kawasan zona 2 Candi Ratu
ketinggian. Boko pada skala 1:250.

www.jgi.ac.id | 5
Jurnal Geospasial Indonesia Teknik Geodesi dan Geomatika
ISSN 2222-2863 (Online) Universitas Gadjah Mada
Vol X, No.X, Tahun http://journal.geodesi.ugm.ac.id

2. Data primer yang digunakan adalah data perangkat lunak pada laptop untuk keperluan
hasil pengukuran atap bangunan di kawasan pengolahan data. Seluruh data terestris didapat
zona 2 Candi Ratu Boko menggunakan melalui survei yang dilakukan di wilayah Candi
Total Station secara reflectorless. Ratu Boko dengan pengukuran menggunakan
Total Station.

Peralatan
Akuisisi Data Ketinggian Bangunan
Peralatan yang digunakan dalam pelaksanaan
kegiatan ini meliputi: Data tinggi bangunan didapat dengan melakukan
1. Perangkat keras yang terdiri atas : pengukuran menggunakan Total Station secara
reflectorless pada bagian atas bangunan untuk
a. Satu unit Total Station Trimble M3. mengetahui nilai ketinggian (z koordinat). Tahap
b. Notebook ASUS A46C. awal dalam pengukuran tinggi bangunan adalah
2. Perangkat lunak yang digunakan yaitu menentukan koordinat titik kontrol yang
AutoCAD Civil 3D 2015 Stident Version. digunakan tempat berdiri alat Total Station. Titik
kontrol yang digunakan untuk pengukuran
situasi kawasan Candi Ratu Boko sudah hilang
Tahapan pelaksanaan ketika melakukan pengukuran tinggi bangunan.
Diagram alir penelitian ini dijelaskan seperti Pengukuran tinggi bangunan dilakukan dengan
pada Gambar 5. cara membidik bagian bawah atap bangunan
(Gambar 6). Bangunan yang memiliki bentuk
atap datar, posisi bidik pengambilan data
diarahkan pada bagian paling atas bangunan
(atap bangunan yang datar). Pemanfaatan
reflectorless untuk akuisisi data ketinggian
bangunan karena posisi bagian atas bangunan
yang tinggi sehingga sulit dijangkau dengan
prisma reflektor.

Gambar 6. Akuisisi data bangunan menggunakan TS


secara reflectorless.
Informasi tinggi bangunan diperoleh melalui
perhitungan selisih dua koordinat ketinggian
pada posisi yang sama. Kedua koordinat
Gambar 5. Diagram alir pelaksanaan. tersebuat adalah koordinat dasar bangunan dari
data sekunder dan koordinat atap bangnan dari
data primer. Perhitungan informasi ketinggian
Persiapan
tersebut dilakukan menggunakan rumus:
Tahap awal merupakan persiapan yang perlu = ................................. (1)
dilakukan dalam kegiatan ini adalah menyiapkan
peralatan yang diperlukan untuk pengambilan Keterangan:
data situasi beserta utilitas dan elemen lanskap = Tinggi bangunan
yang terdapat di atas permukaan tanah untuk = Ketinggian atap bangunan
= Ketinggian dasar bangunan
pembuatan model 3D, serta mempersiapkan

www.jgi.ac.id | 6
Jurnal Geospasial Indonesia Teknik Geodesi dan Geomatika
ISSN 2222-2863 (Online) Universitas Gadjah Mada
Vol X, No.X, Tahun http://journal.geodesi.ugm.ac.id

Editing Data Koordinat Pembuatan boundary DTM.


Proses editing data koorinat yang dikerjakan Pembuatan boundary atau batas bidang pada
pada Microsoft Excel untuk memilih, memilah, DTM dilakukan berdasarkan titik-titik batas dan
dan merubah format raw data koordinat. pagar kawasan yang diukur di lapangan. Bentuk
Pemilihan data bertujuan untuk melakukan boundary dibuat melalui digitasi di Autocad Civil
seleksi terhadap data yang tidak memberikan 3D menggunakan 3D polyline dengan
informasi koordinat dengan benar. Tahap penghubungkan titik-titik batas dan pagar.
selanjutnya memilah data yang digunakan untuk Evaluasi kualitas DTM.
membentuk DTM. Proses merapikan data
koordinat dilakukan menggunakan Microsoft Pengujian bentuk DTM dilakukan secara visual
Excel untuk menyamakan susunan kolom dengan membandingkan bentuk DTM dengan
seluruh data dengan urutan kolom nomor titik, peta situasi exsisting yang data detilnya
easting, northing, ketinggian, dan kode titik. digunakan untuk membentuk DTM. Bentuk
Data berupa nilai koordinat detil dari Total model permukaan yang kurang sesuai
Station kemudian disimpan dalam format file selanjutnya dilakukan editing ulang untuk
Comma Sparated Value (*.csv). membentuk model yang lebih representatif.

Pembuatan Digital Terrain Model (DTM) Pembuatan Model 3D Jaringan Utilitas

Pembuatan DTM dilakukan menggunakan Jaringan utilitas pipa yang dimodelkan adalah
perangkat lunak Autocad Civil 3D 2015. Dalam jaringan pipa air yang terdapat diatas permukaan
proses pembuatan DTM terdapat dua tahapan tanah. Model 3D pipa dibuat menggunakan pipe
utama yang dilaksanakan, yaitu pembuatan network yang terdapat pada fitur Autocad untuk
DTM, editing DTM, uji bentuk DTM, dan membuat model pipa dalam 3D berdasarkan
pembuatan boundary. metode BREP (Gambar 8). 3D polyline jaringan
pipa menjadi objek dasar untuk membuat model
Pembuatan DTM. 3D agar posisi dan ketinggian pipa sesuai dengan
Data yang digunakan merupakan data koordinat hasil pengukuran.
dari hasil pengukuran detil situasi. Model
permukaan dalam penelitian ini dibuat
berdasarkan struktur data TIN (Gambar 7).

Gambar 8. Model 3D jaringan pipa.

Pembuatan Model 3D Elemen Lanskap


Pembuatan model bangunan 3D.
Gambar 7. Jaringan TIN pada DTM kawasan zona 2
Candi Ratu Boko. Pembuatan model bangunan 3D terdiri atas
beberapa tahap pelaksanaan. Tahap pertama
Editing DTM. adalah melakukan digitasi dasar bangunan pada
Editing DTM dilakukan dengan cara perangkat lunak Autocad Civil 3D dengan
memberikan breakline pada fitur-fitur menggunakan fitur 3D polyline. Langkah
planimetris untuk menandakan adanya selanjutnya adalah memberikan ketinggian pada
perbedaan ketinggian yang signifikan sepanjang setiap bengunan dengan melakukan extrude
garis planimetris pada detail yang ditentukan. untuk membuat bentuk 3D bangunan.
Informasi garis yang diperoleh dari detil jalan, Pembuatan atap bangunan dilakukan dengan
dan jaringan drainasi, sedangkan informasi melakukan extrude bagian atas bangunan dan
luasan diperoleh dari detil bangunan, gazebo, memberikan sudut kemiringan.
kolam, dan camping ground.

www.jgi.ac.id | 7
Jurnal Geospasial Indonesia Teknik Geodesi dan Geomatika
ISSN 2222-2863 (Online) Universitas Gadjah Mada
Vol X, No.X, Tahun http://journal.geodesi.ugm.ac.id

Pembuatan model 3D elemen lanskap. Informasi tinggi bangunan diperoleh dari


Pembuatan model 3D pada elemen-elemen keras perhitungan selisih nilai ketinggian antara bagian
lanskap yang berupa: bench (bangku taman); atap bangunan dan bagian dasar bangunan. Dari
tempat sampah, lampu (lampu jalan, lampu ketinggian atap dari data primer diselisihkan
taman, lampu tanam dan lampu sorot); dan dengan ketinggian dasar bangunan dari data
signage. Model 3D elemen lanskap dibuat sekunder memberikan informasi tinggi bangunan
dengan menggunakan metode solid atau sesuai dengan keadaan sebenarnya.
volumetrik.
Hasil Editing Data
Visualisasi Model 3D Titik yang dihasilkan dari proses editing data
Model 3D kawasan dibuat dalam bentuk model adalah 6.256 titik dari total 6.331 titik hasil
3D solid. Pembuatan model 3D solid dilakukan pengukuran teristris. Jumlah titik dari proses
dengan melalui proses rendering. Proses editing berkurang karena terdapat titik ganda
rendering yang dilakukan pada penelitian ini yang memiliki koordinat yang sama dan titik
adalah dengan memberikan tampilan realistic dengan nilai informasi koordinat yang salah.
pada model 3D. Penggunaan tampilan realistic Prosentase titik hasil editing dengan titik yang
dipilih karena dapat menampilkan warna diperoleh dari data awal adalah 98,81%.
permukaan objek 3D sesuai dengan warna objek
yang sebenarnya. Model 3D Kawasan Zona 2 Candi Ratu Boko
Hasil akhir dari penelitian ini berupa model 3D
Evaluasi Model 3D Melalui Kuesioner kawasan zona 2 Taman Wisata Candi Ratu Boko
Evaluasi pada tahap ini dilaksanakan dengan (Gambar 10). Model 3D kawasan zona 2 Candi
melakukan wawancara untuk mengetahui Ratu Boko terdiri atas DTM, jaringan utilitas
tanggapan responden terhadap model 3D yang serta elemen lanskap di atas permukaan tanah
telah dibuat. Proses wawancara dilakukan yang terdapat di kawasan tersebut. DTM yang
dengan memberikan kuesioner yang berisi ditampilkan mencakup area pada kawasan zona
beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan 2 Candi Ratu Boko seluas 6,580 hektar. Bentuk
model 3D. Pertanyaan yang diajukan kepada model 3D solid diperoleh melalui proses
responden merupakan pertanyaan yang berkaitan rendering dengan memberikan warna pada objek
dengan pemodelan 3D untuk pekerjaan sesuai dengan layer yang digunakan.
perencanaan kawasan.

Hasil dan Pembahasan


Hasil Akuisisi Data
Penelitian ini menggunakan data sekunder
sebanyak 6.256 titik detil. Seluruh titik tersebut
merupakan data koordinat dari titik detil objek di
zona 2 Candi Ratu Boko (Gambar 9). Data Gambar 10. Model 3D kawasan zona 2 Taman
primer yang diperoleh dari pengukuran Wisata Candi Ratu Boko.
ketinggian bangunan berupa koordinat titik DTM pada Model 3D
bagian atap bangunan. Jumlah data koordinat
TIN yang digunakan untuk membentuk DTM
bagian atap bangunan adalah sebanyak 121 titik.
terdiri atas 14.212 jaringan segitiga yang
menghubungkan 7.280 titik. Jumlah total titik
tersebut merupakan gabungan dari data sekunder
sebanyak 6.256 titik dan data hasil interpolasi
sebanyak 1.024 titik yang ditambahkan ketika
proses pengolahan DTM. DTM yang telah
melalui proses editing dapat menghasilkan
bentuk model digital yang lebih representatif.
Proses editing DTM menggunakan breaklines
sebanyak 306 breaklines. Seluruh breaklines
Gambar 9. Titik detil di kawasan zona 2 Candi Ratu tersebut mencakup 61 garis jalan, 74 garis
Boko.

www.jgi.ac.id | 8
Jurnal Geospasial Indonesia Teknik Geodesi dan Geomatika
ISSN 2222-2863 (Online) Universitas Gadjah Mada
Vol X, No.X, Tahun http://journal.geodesi.ugm.ac.id

jaringan drainase, 67 garis bangunan, 10 garis Jaringan Utilitas pada Model 3D


gazebo, 11 garis kolam, dan 83 garis pada Model 3D jaringan utilitas dibuat berdasarkan
camping ground. data sekunder yang telah diperoleh. Jenis
jaringan utilitas yang dimodelkan pada penelitian
ini yaitu jaringan drainase dan jaringan pipa.
Jaringan drainase di kawasan zona 2 Candi Ratu
Boko berupa saluran air yang terbuat dari semen
dan beton. Secara fisik jaringan drainase
berbentuk persegi dan sebagian berbentuk
setengah lingkaran dengan lebar 20 cm hingga 30
cm. Panjang keseluruhan drainase terbuka adalah
1536,271 meter, sedangkan drainase tertutup
sepanjang 55,705 meter.
Gambar 11. Perubahan jaringan segitiga pada DTM.
Panjang keseluruhan model 3D jaringan pipa
Sebelum editing DTM (a), setelah editing DTM (b).
adalah 574,656 meter. Diameter pipa dalam
Struktur TIN pada tangga yang terlihat pada model 3D sama dengan ukuran diameter pipa
Gambar 11 merupakan hasil editng DTM dengan yang sebenarnya, yaitu 4 inchi. Secara visual,
penambahan titik dengan cara interpolasi. model jaringan pipa yang digabungkan dengan
Panambahan titik dilakukan sepanjang detil DTM dapat menunjukkan posisi pipa yang
tangga secara interpolasi. Pembuatan bentuk terdapat di atas permukaan tanah (Gambar 13).
tangga yang berundak menyebabkan jaringan
segitiga DTM bertambah karena penggunaan
titik juga bertambah. Setelah dilakukan editing
DTM pada area tersebut, jumlah jaringan
segitiga yang semula 1430 jaring segitiga
menjadi 1632 jaring segitiga. Titik yang
digunakan untuk membentuk DTM setelah
proses editing bertambah dari 789 titik menjadi
905 titik.
Gambar 13. Model 3D jaringan pipa.
Model 3D jaringan pipa yang dihasilkan hanya
sebatas jaringan pipa yang terdapat diatas
permukaan tanah. Pengukuran jaringan pipa air
menggunakan Total Station tidak dapat
menjangkau posisi pipa yang terdapat dibawah
permukaan tanah. Keterbatasan tersebut
menyebabkan tidak semua jaringan pipa yang
terdapat di kawasan zona 2 Candi Ratu Boko
Gambar 12. Model 3D tangga menuju loket masuk. tidak dapat dimodelkan.
Gambar 12 menunjukkan objek tangga pada
jalan masuk lokasi wisata dari area parkir bus di
sisi utara zona 2 Candi Ratu Boko. Bentuk Elemen Lanskap pada Model 3D
tangga yang berundak dapat direpresentasikan Model 3D dari elemen lanskap dibuat dari
dalam model 3D yang dibuat, namun demikian sebagai simbol 3D dan objek 3D. Elemen
kurangnya data dari hasil pengukuran situasi lanskap yang didefinisikan sebagai titik disajikan
menyebabkan pemodelan 3D pada objek di menggunakan simbol 3D untuk memberikan
sekitar tangga, terutama pada tebing di kedua sisi informasi objek tersebut. Simbol 3D dibuat
tangga menjadi tidak representatif. Hal tersebut dengan menyesuaikan bentuk representatif dari
dapat terlihat dari tebing yang terdapat di kedua objek yang sebenarnya. Jenis elemen lanskap
sisi tangga tidak dapat terbentuk karena yang dibuat dalam model 3D pada penelitian ini
kurangnya data hasil pengukuran. terdiri atas:
1. jalan,
2. bangunan sejumlah 31,
3. gazebo sejumlah 29,

www.jgi.ac.id | 9
Jurnal Geospasial Indonesia Teknik Geodesi dan Geomatika
ISSN 2222-2863 (Online) Universitas Gadjah Mada
Vol X, No.X, Tahun http://journal.geodesi.ugm.ac.id

4. bench sejumlah 23, Kuesioner diharapkan dapat mengevaluasi hasil


5. tempat sampah sejumlah 49, model 3D kawasan zona 2 Candi Ratu Boko yang
sudah dibuat. Informasi yang diperlukan
6. titik lampu sejumlah 86, ditampilkan dalam model 3D kawasan antara lain
7. signage sejumlah 23, kondisi terrain dalam bentuk garis kontur
8. kolam sejumlah 7. maupun DTM, fasilitas umum yang terdapat di
lokasi, serta dalam kegiatan perencanaan tertentu
Model 3D bangunan dan gazebo dibuat memerlukan informasi penggunaan lahan dan
berdasarkan tingkat kedetilan LoD 02 (Gambar siteplan. Fasilitas umum yang disajikan
14). Model bangunan 3D terdiri atas bangunan merupakan elemen lanskap yang dapat
permanen seperti kantor, restoran, mushola, mendukung pekerjaan perencanaan seperti
toilet, dan reservoir yang berfungsi sebagai bangunan, jalan, signage, bangku taman, kolam,
bangunan penampung air, serta terdapat pula gazebo, tempat sampah, jaringan utilitas, dan
bangunan semi permanen seperti gazebo yang vegetasi. Seluruh elemen yang disebutkan sudah
terdapat di sepanjang jalan menuju area zona 1 ditampilkan dalam model 3D kawasan zona 2
dan di daerah camping ground. Candi Ratu Boko, kecuali elemen vegetasi.
Model 3D yang disarankan oleh responden
adalah model 3D yang dibuat berdasarkan
tingkat kedetilan LoD 03. Model 3D yang dibuat
dengan tingkat kedetilan yang lebih tinggi akan
menghasilkan bentuk model 3D yang lebih
representatif.
Simbol 3D yang dihasilkan pada penelitian ini
Gambar 14. Model bangunan 3D. sudah cukup jelas dalam merepresentasikan
onjek-objek yang dimaksud. Namun disamping
Simbol 3D pada elemen lanskap dibuat dari
itu masih terdapat bentuk dari simbol 3D yang
kumpulan objek 3D primitif seperti kubus,
kurang representatif. Hal tersebut dapat
tabung, balok, bola, dan sebagainya. Objek-
diakibatkan dari kurangnya tingkat kedetilan dari
objek tersebut disusun untuk membentuk simbol
model 3D tersebut.
3D yang menyerupai bentuk elemen lanskap
yang sebenarnya. Proses pembuatan simbol 3D
tersebut memanfaatkan fungsi operasi gabungan Kesimpulan dan Saran
(Union), irisan (Intersection) dan selisih
(Substract) untuk membentuk model elemen Kesimpulan
lanskap. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini
Model 3D elemen lanskap secara keseluruhan adalah sebagai berikut:
sudah dapat menunjukkan bentuk objek yang 1. Model 3D kawasan zona 2 Candi Ratu Boko
dimodelkan, namun tampilan model 3D tersebut yang dihasilkan dari penelitian ini terdiri
masih terlihat sederhana. Hal tersebut atas DTM, model 3D jaringan utilitas dan
dikarenakan pembuatan model 3D elemen model 3D elemen lanskap. DTM dibuat
lanskap pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode TIN yang terdiri atas
berdasarkan kaidah simbolisasi 3D, dimana data 14.212 jaringan segitiga dan
elemen lanskap yang berupa titik disajikan dalam menghubungkan 7.280 titik. Model 3D
simbol 3D yang mendekati bentuk riil di jaringan utilitas yang dibuat meliputi
lapangan. jaringan drainase dan jaringan pipa. Jaringan
pipa ditampilkan sebagai objek 3D yang
posisi dan ukurannya dimodelkan mendekati
Hasil Kuesioner
kondisi sebenarnya. Model 3D bangunan
Wawancara dilakukan dengan memberikan form dan gazebo dibuat dengan tingkat kedetilan
kuesioner untuk mengetahui penilaian terhadap LoD 02 yang menggunakan data koordinat
model 3D dalam pekerjaan perencanaan kawasan alas bangunan, informasi tinggi bangunan,
di Candi Ratu Boko. Form kuesioner tersebut dan bentuk atap sederhana. Model 3D
diajukan kepada 5 orang responden yang terdiri lampu, tempat sampah, signage, dan bench
atas satu akademisi, satu orang professional, dan ditampilkan sebagai simbol 3D yang dibuat
tiga orang mahasiswa. mengacu pada konsep kartografi 3D.

www.jgi.ac.id | 10
Jurnal Geospasial Indonesia Teknik Geodesi dan Geomatika
ISSN 2222-2863 (Online) Universitas Gadjah Mada
Vol X, No.X, Tahun http://journal.geodesi.ugm.ac.id

2. Berdasarkan hasil kuesioner, model 3D yang Ucapan Terima Kasih


ditampilkan pada penelitian ini sudah
Penulis mengucapkan terima kasih kepada PT.
mendukung planner dalam melaksanakan
Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan
perencanaan dan pengembangan kawasan
Ratu Boko atas bantuan dalam terlaksananya
zona 2 Candi Ratu Boko. Tingkat kedetilan
penelitian ini.
model 3D yang disajikan pada penelitian ini
perlu ditingkatkan dari LoD 02 menjadii
LoD 03. Daftar Pustaka
3. Pembuatan model 3D dari data hasil Aditya, T., 2013, Pemodelan & Visualisasi 3D,
pengukuran terestris menggunakan Total Bahan ajar kuliah Komputer Grafik,
Station memiliki keterbatasan dalam Jurusan Teknik Geodesi UGM,
menghasilkan bentuk model 3D yang Yogyakarta.
representatif terhadap objek yang
dimodelkan. Kurangnya data hasil Autodesk, AutoCAD 2010 User Documentation,
pengukuran terestris menyebabkan 2010,
pemodelan 3D tidak optimal dan DTM yang https://knowledge.autodesk.com/support,
dihasilkan kurang representatif, sehingga diakses (27 Desember 2015)
penambahan data melalui interpolasi titik Basuki, S., 2006, Ilmu Ukur Tanah, cetakan ke-
penting dilakukan. 1, Gadjah Mada University Pers,
Yogyakarta.

Saran Biljecki, F., 2013, Overview of the PhD


research: The Concept of Level of Detail
Saran yang dari penulis untuk penelitian ini in City Modeling, Delft University of
yaitu: Technology, The Netherlands.
1. Penambahan data secara interpolasi perlu Handayani, S., 2011, Elemen Lanskap, Bahan
dilakukan dengan lebih rapat pada DTM ajar kuliah Perencanaan Lanskap,
yang kurang representatif. Penambahan data Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan
tersebut dapat menghasilkan bentuk DTM Kota UGM, Yogyakarta.
yang informatif dan lebih menyerupai
Immanuel, R., dan Indrawan, I., 2014, Analisa
bentuk yang sebenarnya.
Sistem Distribusi Air Bersih di PDAM
2. Pembuatan simbol 3D elemen lanskap untuk Tirta Bulian Tebing Tinggi Pada
kegiatan perencanaan selanjutnya, perlu Perumahan Grya Prima Menggunakan
didesain dengan bentuk dan ukuran yang Metode Hardy Cross dengan Kajian
lebih detil. Informasi dimensi elemen Pembanding Analisis Epanet 2.0, Jurnal,
lanskap yang lebih lengkap dapat Universitas Sumatra Utara, Medan.
menghasilkan bentuk yang lebih
Li, Z., Zhu, Q., dan Gold, C., (2005), Digital
representatif.
Terrain Modeling: Principles and
3. Berdasarkan kuesioner yang dilakukan pada Methodology, CRC Press: Boca Raton,
penelitian ini, model 3D elemen lanskap di FL, 323 pp.
zona 2 Candi Ratu Boko khusus bangunan
Petrovic, D., 2013, Cartographic Design in 3D
dan gazebo untuk perencanaan selanjutnya
Maps, Proceedings of the 21st
perlu dibuat dengan tingkat kedetilan LoD
International Cartographic Conference
03. Untuk meningkatkan tingkat kedetilan
(ICC) Cartographic Renaissance,
elemen lanskap tersebut perlu dilakukan
International Cartographic Association
pengukuran posisi dan dimensi setiap
(ICA), 10 16 August 2003, Durban.
eksterior.
PT. (Persero) Taman Wisata Candi Borobudur,
4. Pembuatan bentuk model 3D dengan tingkat
Prambanan dan Ratu Boko, 2014,
kedetilan yang lebih tinggi lebih baik
Laporan Pekerjaan Penyempurnaan
dilakukan dengan menggunakan data dari
Pemetaan Kawasan Taman Wisata Candi
pengukuran menggunakan peralatan yang
Borobudur, Prambanan Dan Ratu Boko,
lebih baik dari Total Station seperti laser
Yogyakarta.
scanner.
Rahmat, K.D., 2013, Pengembangan dan
Penataan Kawasan Candi Prambanan-
Ratu Boko dengan Pendekatan Zonasi

www.jgi.ac.id | 11
Jurnal Geospasial Indonesia Teknik Geodesi dan Geomatika
ISSN 2222-2863 (Online) Universitas Gadjah Mada
Vol X, No.X, Tahun http://journal.geodesi.ugm.ac.id

dan Pelestarian, Bahan Ajar Studio


Kawasan Pariwisata, Magister Arsitektur
dan Perencanaan Pariwisata Jurusan
Teknik Arsitektur dan Perencanaan
Fakultas Teknik Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta.
Riyadi, G., Prihandito, A., Aditya, T., 2011,
Peta 3D, Bahan ajar kuliah Kartografi,
Jurusan Teknik Geodesi UGM,
Yogyakarta.
Terriblini, A., 1999, Map Transition:
Development of Interactive Vector-based
Topographic 3D-map, Proceeding 19th
International Cartographic Conference
and 11th General Assembly of
International Cartographic Association
(ICA), Ottawa, Canada.
Wilson, J.P., and Gallant, J.C., 2000, Digital
Terrain Analysis, In Wilson, J.P., and
Gallant, J. D. (eds), Terrain Analysis;
Principles and Applications, John Wiley
and Sons: New York, NY, 127.

www.jgi.ac.id | 12

Das könnte Ihnen auch gefallen