Sie sind auf Seite 1von 12

PERILAKU IBU BEKERJA DALAM MEMBERIKAN ASI EKSKLUSIF DI

KELURAHAN JAPANAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEMLAGI-


MOJOKERTO

Tutuk Sulistiyowati, Pulung Siswantara


Departemen Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Surabaya
Email : tutuk.sulistiyowati@yahoo.com

Abstract: Breast milkis the best food for babies containing the optimal nutrition quality as
well as quantity. The Government's Target of exclusive breastfeeding by 60%. But based on
the preliminary studies for the interview on 10 mother obtained six (60%) the mother of his
understanding of breastfeedingexclusively but it does give enough breastfeedingexclusively.
One of the reasons is the mother must immediately return to work. The purpose of this
research is to analyze the behavior of mothers work in giving breastfeedexclusively in
district of Japanan work-area Clinics Kemlagi Mojokerto.This research is observational
analytic study with quantitative approach. Time-based data retrieval, research is a cross
sectional study. The population in this study was 34 working moms who have babies ages 6
to 12 months in district of Japanan work-area clinics Kemlagi-Mojokerto. The sampling
technique used is a Non Probability sampling with the kind of total sampling. In this study
used questionnaires measuring instrument covered. The questionnaire has been filled out
and then processed and analyzed using chi square test. The results based on chi-square
analysis with error level =0.05 between attitudes, subjective norms, and controlling
behavior obtained the result of an attitude (= 0,000 < 0,05), subjective norms (= 0,017 <
0,05), and controlling behavior (= 0,000 < 0,05). The conclusions in this study that there is
a relationship between attitudes,subjective norms,and behavior control with the behavior of
giving exclusive breastfeed. Suggested to mother that works to foster a positive attitude
about the exclusive breastfeed, health workers are more active in providing information on
breastfeed exclusively, Outreach to Working Moms about breastfeeding exclusively, to the
holding of a policy regarding the use of breast milkenhancement program commitment
among the mothers work and the workplace.

Keywords: Breast Milk, Exclusive Breastfeed, Exclusive Breastfeeding Behavior

Abstrak: Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan terbaik bagi bayi yang mengandung
nutrisi optimal baik kualitas maupun kuantitasnya. Target pemerintah terhadap pemberian
ASI eksklusif sebesar 60%. Akan tetapi berdasarkan studi pendahuluan secara wawancara
pada 10 ibu didapatkan enam (60%) ibu pemahamannya tentang ASI eksklusif cukup tetapi
tidak memberikan ASI eksklusif. Salah satu penyebabnya adalah ibu harus segera kembali
bekerja. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis perilaku ibu bekerja dalam
memberikan ASI eksklusif di kelurahan Japanan Wilayah Kerja Puskesmas Kemlagi
Mojokerto. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan
kuantitatif. Berdasarkan waktu pengambilan data, penelitian ini merupakan penelitian cross
sectional.Populasi dalam penelitian ini adalah 34 ibu bekerja yang mempunyai bayi usia 6
12 bulan di kelurahan Japanan wilayah kerja puskesmas Kemlagi-Mojokerto. Teknik
sampling yang digunakan adalah Non Probability sampling dengan jenis total sampling.
Dalam penelitian ini digunakan alat ukur kuesioner tertutup. Kuesioner yang telah diisi
kemudian diolah dan dianalisis menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian berdasarkan
analisis chi-square dengan taraf kesalahan = 0,05 antara sikap, norma subyektif, dan
pengendalian perilaku diperoleh hasil sikap ( = 0,000 < 0,05), norma subyektif ( = 0,017 <
0,05), dan pengendalian perilaku ( = 0,000 < 0,05). Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu
ada hubungan antara sikap, norma subyektif, dan pengendalian perilaku dengan perilaku
memberikan ASI eksklusif. Disarankan kepada ibu yang bekerja untuk menumbuhkan sikap
positif tentang pemberian ASI Eksklusif, Tenaga kesehatan lebih aktif dalam penyampaian
89
90 Jurnal Promkes, Vol. 2 No. 1, Juli 2014 : 89-100

informasi mengenai pemberian ASI Eksklusif, Penyuluhan kepada ibu bekerja tentang ASI
Eksklusif, perlu diadakannya kebijakan mengenai komitmen program peningkatan
penggunaan ASI dikalangan ibu bekerja dan tempat kerja.

Kata Kunci: Air Susu Ibu, ASI Eksklusif, Perilaku Pemberian ASI Eksklusif

PENDAHULUAN menurunkan angka kematian bayi dan


balita menjadi 2/3 dalam kurun waktu
ASI adalah air susu ibu yang 1990 - 2015. Penyebab utama kematian
mengandung nutrisi optimal, baik kualitas bayi dan balita adalah diare dan
dan kuantitasnya. Pemberian ASI pneumonia dan lebih dari 50% kematian
merupakan metode emberian makan bayi balita didasari oleh kurang gizi.
yang terbaik. ASI mengandung semua zat Pemberian ASI eksklusif secara adekuat
gizi dan cairan yang dibutuhkan untuk terbukti merupakan salah satu intervensi
memenuhi seluruh gizi bayi pada 6 bulan efektif dapat menurunkan AKB. Hasil
pertama. Pemberian ASI selama 6 bulan riset terakhir dari peneliti di Indonesia
tanpa makanan pendamping apapun sering menunjukkan bahwa bayi yang
disebut ASI eksklusif (Roesli, 2008). mendapatkan MP-ASI sebelum ia
Menurut Lee (2009) ASI berfungsi berumur 6 bulan, lebih banyak terserang
sebagai antibody dan pemenuhan asupan diare, sembelit, batuk-pilek, dan panas
nutrisi bayi, ASI yang dikeluaran seorang dibandingkan bayi yang hanya
ibu dalam 30 menit pertama setelah bayi mendapatkan ASI eksklusif Secara
baru lahir yang berwarna kuning dan Nasional cakupan pemberian ASI
kental merupakan nutrisi yang baik untuk eksklusif di Indonesia berfluktuasi selama
bayi yang disebut dengan kolstrum. 3 tahun terakhir. Riset Kesehatan Dasar
Fenomena menunjukkan bahwa sebagian 2010 menyebut, bayi yang mendapatkan
ibu merasa malas untuk menyusui anak, ASI eksklusif hingga umur 6 bulan baru
fenomena tersebut tidak hanya terjadi di mencapai 15,3%, selebihnya 84,7% bayi
negara-negara maju tetapi juga di negara- tidak mendapatkan ASI eksklusif.
negara berkembang misalnya Indonesia Berdasarkan data Profil Dinas Kesehatan
terutama di kota-kota besar. Jawa Timur didapatkan cakupan
Ibu yang aktif melakukan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan
kegiatan komersial seperti bekerja di ditingkat provinsi naik dari 52,3%
kantor atau pabrik, menjalankan usaha menjadi 62,5% pada tahun 2009.
pribadi sebagai tambahan penghasilan Sedangkan pada tahun 2010 mengalami
yang banyak menyita waktu di luar penurunan pemberian ASI eksklusif
rumah, memilih menggunakan susu 51,9%, sedangkan yang tidak
formula karena dianggap lebih mendapatkan ASI eksklusif sebesar
menguntungkan. Selain itu maraknya 48,1% (Riskesdas, 2010). Data Dinas
iklan susu menyebabkan banyak ibu Kesehatan Kota Mojokerto, diperoleh
beranggapan bahwa susu formula bukan cakupan pemberian ASI eksklusif di Kota
sekedar makanan, tetapi juga sebagai obat Mojokerto pada tahun 2010 baru
bagi anak. Hal ini diyakini oleh para ibu mencapai 46,19%. Hasil ini telah
yang mempunyai pengetahuan kurang meningkat dari capaian tahun lalu yang
tentang ASI yang beranggapan bahwa tercatat sebesar 34,91%. Pencapaian ASI
susu formula lebih baik daripada ASI eksklusif dalam lima tahun terakhir
karena bersifat ekonomis dan kandungan tercatat tidak banyak mengalami
zat gizi penting yang tertera pada iklan perubahan, yaitu berkisar pada angka 40%
susu formula (Prasetyono, 2012). padahal target pemerintah terhadap
Angka kematian perinatal di pemberian ASI eksklusif sebesar 60%.
Indonesia sebesar 40/1000 kelahiran Data Puskesmas Kemlagi Kabupaten
hidup. Target ke 4 Millennium Mojokerto menyebabkan jumlah
Development Goals (MDGs) adalah pemberian ASI eksklusif hanya berkisar
Tutuk Sulistiyowati, dkk., Perilaku Ibu Bekerja Dalam.....91

39,8%. Alasan ibu tidak memberikan ASI dan perilaku ibu bekerja dalam
eksklusif yaitu karena ibu harus segera memberikan ASI eksklusif di Kelurahan
kembali bekerja sebanyak satu orang, Kemlagi Wilayah Kerja Puskesmas
budaya dari masyarakat khususnya orang Kemlagi-Mojokerto
tua atau mertua untuk memberikan
makanan lain selain ASI sebanyak dua METODE
orang, ibu berkeinginan memberikan susu
formula karena tertarik melihat iklan di Penelitian ini menggunakan
TV sebanyak satu orang, dan persepsi ibu metode analitik dengan pendekatan secara
bahwa ASI tidak cukup untuk bayi kwantitatif untuk menganalisis perilaku
sebanyak dua orang. ibu bekerja dalam memberikan ASI
Rendahnya pemberian ASI eksklusif sedangkan berdasarkan waktu
eksklusif dipengaruhi oleh gencarnya yang terbatas dalam pengambilan data,
promosi susu formula, ibu harus kembali maka penelitian ini merupakan penelitian
bekerja, kurangnya kesadaran dan cross sectional, Populasi dalam penelitian
pengetahuan ibu tentang ASI (Prasetyono, adalah semua ibu bekerja yang
2012). Selain itu ASI belum keluar pada mempunyai bayi usia 6 12 bulan
hari pertama sehingga bayi dianggap perlu kelurahan Japanan wilayah kerja
diberikan minuman lain, payudara terlalu puskesmas Japanan-Mojokerto sebesar 34
kecil sehingga dianggap kurang ibu.dengan dihitung menggunakan rumus
menghasilkan ASI padahal ukuran total sampling. Pengambilan sampel
payudara tidak menentukan apakah dilakukan berdasarkan jumlah populasi.
produksi ASI cukup atau kurang Lokasi penelitian dilakukan di kelurahan
(Kristiyansari, 2009). Ibu yang memilih wilayah kerja wilayah kerja puskesmas
untuk memberikan ASI eksklusif Kemlagi-Mojokerto
merupakan langkah yang tepat. Banyak Variabel independen dalam
hal yang positif yang dapat dirasakan oleh penelitian adalah pengetahuan dan sikap
bayi dan ibu. Bayi yang diberi susu ibu bekerja dalam memberikan ASI
formula sangat rentan terserang penyakit eksklusif. Variabel dependen prilaku ibu
seperti infeksi saluran pencernaan, infeksi bekerja dalam memberikan ASI
saluran pernafasan, meningkatkan resiko eksklusif.Teknik pengumpulan data
alergi, meningkatkan resiko serangan menggunakan data primer. Data primer
asma, menurunkan perkembangan diperoleh dari pengisian kuesioner yang
kecerdasan kognitif, meningkatkan resiko meliputi sikap dan perilaku Pengumpulan
kegemukan, risiko penyakit jantung dan data didapat dari pengisian kuesioner
pembuluh darah, resiko diabetes mellitus, yang diisi sendiri oleh responden dengan
resiko penyakit menahun (Roesli, 2008). peneliti memandu dan memberi
Langkah yang dapat dilakukan penjelasan setiap soal kuesioner. Uji coba
untuk mengubah pemahaman masyarakat instrumen penelitian menggunakan uji
tentang pemberian ASI eksklusif yaitu validitas dan reabilitas yang dilakukan
memberikan informasi kepada ibu hamil pada 11 orang yang memiliki karakteristik
dan menyusui tentang fisiologi laktasi, yang sama dengan responden dalam
keuntungan pemberian ASI, keuntungan penelitian. Pengolahan data dilakukan
rawat gabung, cara menyusui yang baik dengan editing, scoring, coding, dan
dan benar, kerugian pemberian susu entry. Analisis data kuantitatif dengan
formula, menunda pemberian makanan distribusi frekuensi dari semua variabel
lainnya sampai usia 6 bulan untuk mengetahui frekuensinya, tabulasi
(Kristiyansari, 2009). Berdasarkan silang untuk mengetahui hubungan antara
fenomena diatas, maka perlu dilakukan masing-masing variabel independen.
penelitian penelitian dengan judul sikap Analisis menggunakan uji korelasi chi
squre
92 Jurnal Promkes, Vol. 2 No. 1, Juli 2014 : 89-100

HASIL dilihat dari televisi atau radio sebanyak 2


orang (5,9%). Tenaga kesehatan
Tabel 1. Perilaku Pemberian ASI merupakan sumber informasi yang benar
Eksklusif tentang ASI. Akan tetapi kembali pada
Perilaku Jumlah Persentase masalah yang ada banyak yang tidak
Pemberian (%) memberikan ASI dengan berbagai alasan.
ASI Eksklusif Ibu bekerja sebagian besar tidak
Memberikan memberikan ASI saat kerja sebanyak 24
12 35,3
ASI Eksklusif orang (70,6%) dan ibu yang tetap
Tidak
memberikan ASI walaupun sedang
Memberikan 22 64,7
ASI Eksklusif
bekerja sebanyak 10 orang (29,4%).
Banyakya ibu bekerja yang tidak
Berdasarkan hasil penelitian memberikan ASI karena jarak tempuh
tempat kerja yang jauh dan kentalnya
didapatkan golongan umur responden
sebagian besar adalah umur 20-35 tahun. pengaruh dari lingkungan sekitar tentang
Umur dapat melatar belakangi penentuan kebaikan pemberian susu formula pada
bayi.
perilaku ibu bekerja dalam pemberian ASI
Eksklusif pada bayi. Setiap kelompok usia Kesibukan ibu saat bekerja
menyebabkan mayoritas ibu memberikan
akan mempunyai pandangan dan sikap
yang berbeda dalam memberikan ASI MP-ASI < 6 bulan sebanyak 22 orang
Eksklusif pada bayi. (64,7%) dan ibu yang tetap memberikan
Sebagian besar responden ASI dan tidak memberikan MP-ASI < 6
berpendidikan menengah sebanyak 20 bulan sebanyak 12 orang (35,3%).
orang (58,8%) dan responden yang Pemberian MP-ASI < 6 bulan karena
berpendidikan dasar atau tinggi masing- takut bayi kelaparan, bayi rewel dan
masing sebanyak 7 orang (20,6%). menangis sehingga ibu akan segera
memberikan susu formula pada bayi.
Pendidikan menengah merupakan
pendidikan formal yang ditempuh Kebiasaan memompa ASI yang
seseorang dalam memperolah dilakukan oleh ibu bekerja sebagian besar
pengetahuan, seharusnya ibu yang tidak melakukannya sebanyak 24
berpendidikan formal mempunyai responden (70,6%) dan ibu yang tetap
pemikiran dan pemahaman bahwa ASI meluangkan waktu untuk memompa ASI
sangat penting untuk bayi. Akan tetapi, sebanyak 10 orang (29,4%). Banyaknya
ibu yang tidak memompa ASI
banyak ibu yang tidak memberikan ASI
dapat dipengaruhi oleh tradisi atau dimungkinkan karena di tempat kerja
kebiasaan orang tua maupun mertua tidak disediakan pojok laktasi bagi ibu
bahwa bayi tidak cukup jika hanya ibu menyusui.
diberikan ASI saja karena takut bayi lapar Hasil penelitian menunjukkan
dan bayi menangis. bahwa sebagian besar responden
menganggap memberikan ASI tidak dapat
meringankan biaya sebanyak 18
Tabel 2. Pekerjaan Responden
responden (52,9%) dan yang menganggap
Pemberian Jumlah Persentase
meringankan biaya jika memberikan ASI
ASI saat (%)
sebanyak 16 orang (47,1%).
kerja
Ibu bekerja menganggap bahwa
Petani 4 11,8
memberikan ASI untuk bayinya tidaklah
Swasta 3 8,8
mudah sebanyak 24 responden (70,6%)
Wiraswasta 2 5,9
dan sisanya ibu menganggap memberikan
PNS 1 2,9
ASI sangatlah mudah untuk dilakukan
IRT 24 70,6
sebanyak 10 orang (29,4%).
Mayoritas ibu bekerja
Sumber informasi yang diperoleh
menganggap memberikan susu formula
ibu mayoritas berasal dari tenaga
tidak memberatkan biaya sebanyak 18
kesehatan sebanyak 10 orang (29,4%) dan
responden (52,9%) dan yang beranggapan
sumber informasi yang paling sedikit
bahwa memberikan susu formula sangat
Tutuk Sulistiyowati, dkk., Perilaku Ibu Bekerja Dalam.....93

memberatkan biaya sebanyak 16 orang Perilaku ibu bekerja dalam


(47,1%). pemberian ASI eksklusif sebagian besar
Pengetahuan ibu bekerja tentang ibu tidak memberikan ASI eksklusif pada
ASI sebagian besar responden adalah bayi sebanyak 22 orang (64,7%) dan
kurang sebanyak 16 responden (47,0%) sisanya memberikan ASI eksklusif pada
dan yang mempunyai pengetahuan baik bayi sebanyak 12 orang (35,3%).
dan cukup tentang ASI masing-masing
sebanyak 9 orang (26,5%). Pengetahuan Analisis hubungan sikap ibu bekerja
yang kurang tentang ASI dapat dilihat dari dengan perilaku memberikan ASI
jawaban responden bahwa ibu sulit untuk eksklusif di Kelurahan Japanan
memberikan ASI pada bayi Wilayah Kerja Puskesmas Kemlagi-
Distribusi sikap ibu tentang ASI Mojokerto
adalah bersikap negatif sebanyak 22 orang
(64,7%) dan yang mempunyai sikap Tabel 3. Hubungan Sikap Ibu bekerja
positif tentang ASI sebanyak 12 orang dengan Perilaku Pemberian
(35,3%). Sikap ibu yang negatif ASI Eksklusif
dikarenakan adanya perasaan bahwa Sikap Perilaku memberikan ASI
menyusui sangat sulit untuk dipraktikkan. ibu Eksklusif
Sikap ibu yang mengacu pada perilaku bekerja Memberikan Tidak
dalam pemberian ASI adalah negatif ASI Eksklusif Memberikan
sebanyak 22 orang (64,7%) dan yang ASI Eksklusif
Jumlah % Jumlah %
bersikap positif tentang ASI sebanyak 12
Positif 12 35,3 0 0
orang (35,3%).
Negatif 0 0 22 64,7
Sebagian besar norma subjektif
dalam pemberian ASI eksklusif adalah
Hasil penelitian menunjukkan
positif sebanyak 19 orang (55,9%) dan
bahwa dari 22 responden yang
norma subjektif yang negatif sebanyak 15
mempunyai sikap negatif, sebagian besar
orang (44,1%).
tidak memberikan ASI eksklusif sebanyak
Norma yang dianggap penting di
22 orang (64,7%) dan dari 12 responden
lingkungan tempat tinggal mengenai
yang mempunyai sikap positif, sebagian
pemberian ASI sebagian besar adalah
besar memberikan ASI eksklusif sebanyak
positif sebanyak 21 orang (61,8%) dan
12 orang (35,3%). Berdasarkan tabel
sisanya norma yang dianggap penting di
kontigensi 2x2 didapatkan ada 1 sel yang
lingkungan tempat tinggal adalah negatif
mempunyai nilai expected < 5 yaitu 4,24,
sebanyak 13 orang (38,2%).
sehingga berdasarkan hasil uji exact fisher
Kepercayaan responden terhadap
didapatkan P = 0,000 < 0,05 artinya ada
hasil atau perilaku adalah negatif
hubungan sikap ibu bekerja dengan
sebanyak 18 orang (52,9%) dan sisanya
perilaku memberikan ASI eksklusif di
memiliki kepercayaan yang positif
Kelurahan Japanan Wilayah Kerja
terhadap hasil atau perilaku sebanyak 16
Puskesmas Kemlagi-Mojokerto dengan
orang (47,1%). Sebagian besar evaluasi
koefisien phi sebesar 0,707 artinya
terhadap tindakan yang dilakukan masing-
keterkaitan hubungan kedua variabel
masing adalah negatif sebanyak 17 orang
adalah positif dan kuat dimana semakin
(50%).
positif sikap ibu bekerja maka ibu
Distribusi responden terhadap
semakin memberikan ASI eksklusif
kepercayaan norma sosial budaya
sebaliknya semakin negatif sikap ibu
sebagian besar adalah negatif sebanyak 18
bekerja maka ibu tidak akan memberikan
orang (52,9%) dan yang mempunyai
ASI eksklusif pada bayi.
kepercayaan norma sosial budaya positif
sebanyak 16 orang (47,1%).
Motivasi orang terdekat dalam
Analisis hubungan norma subjektif
memberikan ASI sebagian besar adalah ibu bekerja dengan perilaku
negatif sebanyak 22 orang (64,7%) dan memberikan ASI eksklusif di
orang terdekat yang mempunyai motivasi Kelurahan Japanan Wilayah Kerja
positif sebanyak 12 orang (35,3%). Puskesmas Kemlagi-Mojokerto
94 Jurnal Promkes, Vol. 2 No. 1, Juli 2014 : 89-100

Tabel 4. Hubungan norma subyektif Berdasarkan tabel 5 Pengendalian


ibu bekerja dengan perilaku perilaku dari 17 ibu bekerja mayoritas
memberikan ASI Eksklusif adalah berperilaku negatif, sebagian besar
Norma Perilaku memberikan ASI tidak memberikan ASI eksklusif sebanyak
Subyektif Eksklusif 16 orang (47,1%) dan dari 17 responden
Memberikan Tidak yang mempunyai pengendalian perilaku
ASI Eksklusif Memberikan positif, sebagian besar memberikan ASI
ASI Eksklusif eksklusif sebanyak 11 orang (32,4%).
Jumlah % Jumlah %
Berdasarkan tabel kontigensi 2x2 tidak
Positif 10 29,4 9 26,5
ada sel yang mempunyai nilai expected <
Negatif 2 5,9 13 38,2
5, nilai minimum sel adalah 5,29 sehingga
berdasarkan hasil uji chi square
Berdasarkan tabel 4 diatas dari 19
didapatkan P = 0,000 < 0,05 artinya ada
responden yang mempunyai norma
hubungan pengendalian perilaku ibu
subjektif positif, sebagian besar
bekerja dengan perilaku memberikan ASI
memberikan ASI eksklusif sebanyak 10
eksklusif di Kelurahan Japanan Wilayah
orang (29,4%) dan dari 15 responden
Kerja Puskesmas Kemlagi-Mojokerto
yang mempunyai norma subjektif
dengan koefisien phi sebesar 0,524 artinya
negatif, sebagian besar tidak memberikan
keterkaitan hubungan kedua variabel
ASI eksklusif sebanyak 13 orang
adalah positif dan cukup dimana semakin
(38,2%). Berdasarkan tabel kontigensi
positif pengendalian perilaku ibu bekerja
2x2 tidak ada sel yang mempunyai nilai
maka ibu semakin memberikan ASI
expected < 5, nilai minimum sel adalah
eksklusif sebaliknya semakin negatif
5,29 sehingga berdasarkan hasil uji chi
pengendalian perilaku ibu bekerja maka
square didapatkan P = 0,017 < 0,05
ibu tidak akan memberikan ASI eksklusif
artinya ada hubungan norma subjektif
pada bayi
ibu bekerja dengan perilaku memberikan
ASI eksklusif di Kelurahan Japanan
Wilayah Kerja Puskesmas Kemlagi- Hasil Analisis Chi Square
Mojokerto dengan koefisien phi sebesar Berdasarkan tabel kontigensi 2x2
0,378 artinya keterkaitan hubungan didapatkan ada 1 sel yang mempunyai
kedua variabel adalah positif dan lemah nilai expected < 5 yaitu 4,24, sehingga
dimana semakin positif norma subjektif berdasarkan hasil uji exact fisher
ibu bekerja maka ibu semakin didapatkan P = 0,000 < 0,05 artinya ada
memberikan ASI eksklusif sebaliknya hubungan sikap ibu bekerja dengan
semakin negatif norma subjektif ibu perilaku memberikan ASI eksklusif di
bekerja maka ibu tidak akan memberikan Kelurahan Japanan Wilayah Kerja
ASI eksklusif pada bayi. Puskesmas Kemlagi-Mojokerto dengan
koefisien phi sebesar 0,707 artinya
Analisis hubungan pengendalian keterkaitan hubungan kedua variabel
perilaku ibu bekerja dengan perilaku adalah positif dan kuat dimana semakin
memberikan ASI eksklusif di positif sikap ibu bekerja maka ibu
Kelurahan Japanan Wilayah Kerja semakin memberikan ASI eksklusif
Puskesmas Kemlagi-Mojokerto sebaliknya semakin negatif sikap ibu
Tabel 5. Hubungan Pengendalian bekerja maka ibu tidak akan memberikan
Perilaku Ibu Bekerja dengan ASI eksklusif pada bayi.
Perilaku Memberikan ASI Berdasarkan tabel kontigensi 2x2
Eksklusif tidak ada sel yang mempunyai nilai
Pengen Perilaku memberikan ASI expected < 5, nilai minimum sel adalah
dalian Eksklusif 5,29 sehingga berdasarkan hasil uji chi
Perilaku Memberikan Tidak square didapatkan P = 0,017 < 0,05
ASI Eksklusif Memberikan artinya ada hubungan norma subjektif ibu
ASI Eksklusif bekerja dengan perilaku memberikan ASI
Jumlah % Jumlah % eksklusif di Kelurahan Japanan Wilayah
Positif 11 32,4 6 17,6 Kerja Puskesmas Kemlagi-Mojokerto
Negatif 1 2,9 16 47,1 dengan koefisien phi sebesar 0,378 artinya
Tutuk Sulistiyowati, dkk., Perilaku Ibu Bekerja Dalam.....95

keterkaitan hubungan kedua variabel ibu untuk melakukan aktifitas pekerjaan


adalah positif dan lemah dimana semakin di luar rumah. Status pekerjaan digunakan
positif norma subjektif ibu bekerja maka untuk mengetahui status pekerjaan ibu
ibu semakin memberikan ASI eksklusif yang bisa menjadikan pengaruh untuk
sebaliknya semakin negatif norma berperilaku. Ibu yang bekerja akan
subjektif ibu bekerja maka ibu tidak akan mempunyai waktu yang lebih sedikit
memberikan ASI eksklusif pada bayi. untuk mengurus keluarga terutama
Berdasarkan tabel kontigensi 2x2 anaknya dan ibu tersebut akan memberi
tidak ada sel yang mempunyai nilai MP-ASI pada bayi sehingga ibu
expected < 5, nilai minimum sel adalah memberikan ASI pada bayi dalam jumlah
5,29 sehingga berdasarkan hasil uji chi sedikit atau bahkan tidak sama sekali,
square didapatkan P = 0,000 < 0,05 sedangkan pada ibu yang tidak bekerja
artinya ada hubungan pengendalian malah sebaliknya, ibu akan mempunyai
perilaku ibu bekerja dengan perilaku banyak waktu untuk mengurus bayi dan
memberikan ASI eksklusif di Kelurahan memberikan ASI pada bayinya tanpa
Japanan Wilayah Kerja Puskesmas jadwal (Roesli, 2008). Hal ini sesuai
Kemlagi-Mojokerto dengan koefisien phi bahwa ibu bekerja harus meluangkan
sebesar 0,524 artinya keterkaitan waktu disela bekerja untuk memerah ASI
hubungan kedua variabel adalah positif untuk bayinya sehingga ibu bekerja masih
dan cukup dimana semakin positif bisa memberikan ASI eksklusif dengan
pengendalian perilaku ibu bekerja maka cara ASI perah dan memberikan ASI
ibu semakin memberikan ASI eksklusif perah pada bayinya. Namun hal ini tidak
sebaliknya semakin negatif pengendalian dilakukan oleh ibu bekerja selaku
perilaku ibu bekerja maka ibu tidak akan resonden sehingga belum terpenuhinya
memberikan ASI eksklusif pada bayi ASI eksklusif.
Informasi yang didapat oleh ibu
PEMBAHASAN tentang ASI dapat meningkatkan
pengetahuan yang dimiliki oleh ibu
Karakteristik Responden tentang ASI eksklusif sehingga ibu
Berdasarkan hasil penelitian memahami dan cenderung untuk
didapatkan golongan umur responden memberikan ASI saja pada bayi, akan
sebagian besar adalah umur 20-35 tahun. tetapi kondisi ibu yang bekerja dimana ibu
Umur dapat melatar belakangi penentuan sebagian besar bekerja di pabrik
perilaku ibu bekerja dalam pemberian ASI menyebabkan ibu terpaksa tidak dapat
Eksklusif pada bayi. Setiap kelompok usia memberikan ASI pada bayi.
akan mempunyai pandangan dan sikap Pemberian ASI saat kerja banyak
yang berbeda dalam memberikan ASI yang tidak diterapkan oleh ibu bekerja,
Eksklusif pada bayi. walaupun banyak tempat kerja atau
Pendidikan diperlukan untuk pabrik-pabrik yang menyediakan pojok
mendapat informasi misalnya hal-hal yang laktasi yang didapat digunakan oleh ibu
menunjang kesehatan sehingga dapat untuk memompa ASI, akan tetapi tempat
meningkatkan kualitas hidup. Dari hasil tersebut jarang atau bahkan tidak pernah
penelitian menunjukan sebagian besar digunakan sama sekali oleh ibu.Kondisi
responden memiliki tingkat pendidikan tersebut yang menyebabkan banyak ibu
menengah yaitu SMA, MA, SMK. yang memberikan MP-ASI < 6 bulan pada
Semakin banyak informasi yang masuk bayi dengan alasan ibu harus cepat-cepat
semakin banyak pula pengetahuan yang kembali bekerja, dan kurangnya motivasi
didapat, selain itu pendidikan menengah ibu untuk tetap memberikan ASI perah
menyebabkan responden mempunyai pada bayi melalui media lain selain botol
kemampuan yang baik dalam menerima dot yang di isi pada saat ibu memerah atau
informasi yang berhubungan dengan memompa ASI. Sedikitnya ibu yang
kesehatan . mempunyai kebiasaan rutin untuk
Responden seluruhnya adalah memompa ASI karena ibu malas
bekerja sehingga status responden adalah melakukannya, takut payudara sakit dan
bekerja. Faktor ekonomi mempengaruhi
96 Jurnal Promkes, Vol. 2 No. 1, Juli 2014 : 89-100

kurangnya pemahaman ibu bagaimana berumur 20-35 tahun sebanyak 17


cara memerah ASI yang benar. responden (50,0%). Dimana usia tersebut
Persepsi atau anggapan ibu termasuk usia dewasa sehingga
tentang ASI dapat meringankan biaya memungkinkan lebih banyak menerima
sebagian besar menyatakan tidak informasi dan pengalaman sehingga
meringankan biaya, kondisi ini adalah perilaku ibu dalam memberikan ASI
salah, karena pada dasarnya dengan ekslusif baik.
memberikan ASI secara eksklusif maka Semakin cukup umur, tingkat
akan membantu ibu untuk meringankan kematangan dan tingkat kekuatan
biaya sehingga pendapatan atau dana yang seseorang akan lebih matang dalam
dimiliki dapat dialokasikan untuk berfikir dan belajar. Menurut Nursalam
kebutuhan lain yang dapat membantu ibu (2009) segi kepercayaan masyarakat yang
dan keluarga. lebih dewasa akan lebih dipercaya dari
Pengetahuan tentang ASI yang pada orang belum cukup tinggi
kurang dikarenakan sebagian besar ibu kedewasaanya, sebagai akibat dari
mengerti tentang defenisi ASI, dan pengalaman dan kematangan. Hal ini
manfaat ASI saja. Sebagian besar ibu sesuai dengan hasil penelitian bahwa
kurang memahami bagaimana cara faktor umur mempengaruhi pemberian
memberikan ASI yang benar dan ASI eksklusif pada bayi ibu bekerja,
bagaimana memerah ASI yang baik serta dalam hal ini responden sebagian besar
cara memberikan ASI pada bayi yang dengan tingkatan usia yang belum cukup
benar. Dan tidak disarankan memberikan tinggi kedewasaannya.
ASI melalui botol dot pada bayi. Hampir separuh ibu
berpendidikan SMA sebanyak 20
Analisis Hubungan Sikap Ibu Bekerja responden (58,8%). Dengan pendidikan
dengan Perilaku Memberikan ASI yang tinggi responden akan lebih mudah
Eksklusif di Kelurahan Japanan dalam memahami tentang pentingnya
Wilayah Kerja Puskesmas Kemlagi- berperilaku yang baik dalam memberikan
Mojokerto ASI eksklusif pada bayi. Tingkat
Banyak faktor yang mendasari ibu pendidikan seserang akan mempengaruhi
tidak memberikan ASI secara Eksklusif, tingkat pengetahuan dan pola pikir
di antaranya karena kurangnya kesadaran seseorang.
tentang pentingnya pemberian ASI Hasil penelitian menunjukkan
Eksklusif pada bayinya hal ini di dapatkan bahwa sebagian besar responden pernah
dari hasil penelitian yang menunjukkan mendapatkan informasi dari tenaga
sebagian besar ibu mendapatkan informasi kesehatan sebanyak 10 orang (29,4%).
ASI eksklusif tetapi dalam praktiknya Pengetahuan merupakan justified true
responden tidak memberikan ASI believe. Seorang individu membenarkan
eksklusif kepada bayinya. Meskipun (justifies) kebenaran atas kepercayaannya
pemberian ASI Eksklusif telah banyak berdasarkan observasinya mengenai
disosialisasikan, namun tidak sedikit ibu dunia. Jadi bila seseorang menciptakan
yang belum mengerti dan menganggap pengetahuan, menciptakan pemahaman
remeh pemberian ASI Eksklusif pada atas suatu situasi baru dengan cara
bayi, terutama para ibu yang bekerja berpegang pada kepercayaan yang telah
diluar rumah. Anggapan keliru sering kali dibenarkan. Dalam definisi ini,
menyampingkan kebutuhan nutrisi bayi. pengetahuan merupakan konstruksi dari
Gencarnya promosi produsen susu dan kenyataan, dibandingkan sesuatu yang
makanan pengganti ASI, inilah yang benar secara abstrak. Penciptaan
menjadikan para ibu mudah menggatikan pengetahuan tidak hanya merupakan
ASI sebagai makanan utama bayi dengan kompilasi dari fakta-fakta, namun suatu
susu formula. proses yang unik pada manusia yang sulit
Perilaku ibu bekerja dalam disederhanakan atau ditiru. Penciptaaan
memberikan ASI ekslusif dipengaruhi pengetahuan melibatkan perasaan dan
oleh faktor umur. Berdasarkan hasil sistem kepercayaan (belief sistems)
penelitian sebagian besar responden dimana perasaan atau sistem kepercayaan
Tutuk Sulistiyowati, dkk., Perilaku Ibu Bekerja Dalam.....97

itu bisa tidak disadari (Setiarso, 2008). keluarga sangat mendukung terhadap
Semakin banyak pengetahuan yang di praktek pemberian ASI Eksklusif. Untuk
peroleh maka semakin baik pengetahuan membesarkan seorang bayi, masih banyak
yang di miliki akan tetapi ibu bekerja yang dibutuhkan selain menyusui seperti
kebanyakan tidak memberikan ASI secara menyendawakan bayi, menngendong dan
ekslusif hal ini dikarenakan bayak ibu menenangkan bayi yang gelisah,
beralasan faktor pekerjaan yang sibuk. mengganti popok, memandikan bayi,
Hasil penelitian menunjukkan memberikan ASI perah, dan memijat bayi.
bahwa dari 22 responden yang Hasil penelitian menunjukkan
mempunyai sikap negatif, sebagian besar bahwa sebagian besar tidak memompa
tidak memberikan ASI eksklusif sebanyak ASI sebanyak 24 responden (70,6%).
22 orang (64,7%) dan dari 12 responden Bekerja umumnya merupakan kegiatan
yang mempunyai sikap positif, sebagian yang menyita waktu bagi ibu-ibu yang
besar memberikan ASI eksklusif sebanyak mempunyai pengaruh terhadap kehidupan
12 orang (35,3%). Berdasarkan hasil keluarga. Seorang yang memerlukan
analisa melalui uji chi square pada taraf banyak waktu dan tenaga untuk
kesalahan = 0,05 P value = 0,000 < 0,05 menyeleseikan pekerjaan yang dianggap
yang artinya ada hubungan sikap ibu penting dan memerlukan perhatian dengan
bekerja dengan perilaku memberikan ASI adanya pekerjaan. Masyarakat yang sibuk
eksklusif di Kelurahan Japanan Wilayah akan memiliki waktu yang sedikit untuk
Kerja Puskesmas Kemlagi-Mojokerto. memperoleh informasi, sehingga tingkat
pendidikan yang mereka peroleh juga
Analisis Hubungan Norma yang berkurang, sehingga tidak ada waktu
dianggap penting Ibu Bekerja dengan untuk memberikan ASI pada bayinya
Perilaku Memberikan ASI Eksklusif di (Prayogo, 2014). Ibu yang memiliki
Kelurahan Japanan Wilayah Kerja pengetahuan kurang tentang ASI ekskusif
Puskesmas Kemlagi-Mojokerto. kurang dapat berinisiatif untuk memompa
Hasil penelitian ini menunjukan ASI dan di simpan kedalam kulkas untuk
bahwa ada hubungan norma sosial budaya bayinya kebanyakan ibu menyusui
dengan pemberian ASI Eksklusif. Sosial bayinya sepulang kerja.
budaya memberikan dampak terhadap Hasil penelitian menunjukkan
perubahan perilaku dalam praktek bahwa sebagian besar peryataan
pemberian ASI Eksklusif, hal ini dapat di responden bahwa ASI dapat meringankan
lihat berdasarkan hasil penelitian norma biaya adalah tidak sebanyak 18 responden
sosial budaya positif atau yang (2,9%). Faktor sosial ekonomi sangat
mendukung ibu memberikan ASI berperan dimana sosial ekonomi yang
Eksklusif sebesar 55,9% dan yang negatif cukup atau baik akan memudahkan
atau tidak mendukung sebesar 44,1%. mencari pelayanan kesehatan yang lebih
Norma sosial budaya di masyarakat baik. Faktor ekonomi berkaitan erat
membawa dampak terhadap pemberian dengan konsumsi makanan atau dalam
ASI Eksklusif. Hasil penelitian juga di penyajian makanan keluarga khususnya
dapatkan banyak bayi yang belum dalam pemberian ASI. Kebanyakan
berumur 6 bulan sudah di kasih MP-ASI penduduk dapat dikatakan masih kurang
seperti bubur susu, pisang, dan susu mencukupi kebutuhan dirinya masing-
formula hal ini karena masih ada masing. Keadaan umum ini dikarenakan
anggapan kalau bayi menangis karena rendahnya pendapatan yang mereka
lapar walaupun sudah di beri ASI. peroleh dan banyaknya anggota keluarga
Dukungan dari orang terdekat yang harus diberi makan dengan jumlah
juga mempengaruhi pemberian ASI pendapatan rendah (Intan, 2014).
Eksklusif. Peran keluarga sangat penting Masyarakat dengan tingkat ekonomi
mendukung praktek perberian ASI menengah keatas mungkin tidak dapat
Eksklusif, dukungan terbesar dalam membedakan antara ASI eksklusif dan
praktek pemberian ASI Eksklusif tidak eksklusif, akan tetapi masyarakat
datangnya dari seorang suami. Dalam dengan tingkat ekonomi menengah ke
penelitian ini didapatkan bahwa dukungan bawah lebih dapat merasakan dampak
98 Jurnal Promkes, Vol. 2 No. 1, Juli 2014 : 89-100

dari susu formula. Dari penelitian Hasil penelitian menunjukkan


diketahui pendapatan masyarakat bahwa pengendalian perilaku responden
tergolong menengah kebawah hal ini adalah negatif dan positif masing-masing
dibuktikan dengan mayoritas pekerja sebanyak 17 orang (50%). Menurut Stoner
pabrik adalah perempuan. dan Freeman yang dikutip dalam Suarli
Pendidikan tentang pemberian (2008) pemahaman ibu tentang ASI
ASI merupakan suatu proses mengubah eksklusif adalah distribusi psikologis
kepribadian, sikap, dan pengertian tentang manusia yang memberi kontribusi pada
ASI sehingga tercipta pola kebudayaan tingkat komitmen seseorang. Hal ini
dalam memberikan ASI secara Eksklusif termasuk faktor yang menyebabkan,
tanpa tambahan bahan makanan apapun. menyalurkan dan mempertahankan
Berpedoman pada tujuan pendidikan tingkah laku manusia dalam arah tekad
diperkirakan bahwa semakin tertentu. Sedangkan menurut Sortell
meningkatnya pendidikan yang dicapai mengartikan pemahaman ibu tentang ASI
sebagian besar penduduk, semakin eksklusif sebagai perasaan atau pikiran
membantu kemudahan pembinaan akan yang mendorong seseorang melakukan
pentingnya pemberian ASI Eksklusif pada atau menjalankan kekuasaan terutama
bayi dalam sikap (Azwar. 2014).
Hasil penelitian menunjukkan
Analisis Hubungan Norma Subyektif bahwa dari 19 responden yang
Ibu Bekerja dengan Perilaku mempunyai norma subjektif positif,
Memberikan ASI Eksklusif di sebagian besar memberikan ASI eksklusif
Kelurahan Japanan Wilayah Kerja sebanyak 10 orang (29,4%) dan dari 15
Puskesmas Kemlagi-Mojokerto responden yang mempunyai norma
Hasil penelitian menunjukkan subjektif negatif, sebagian besar tidak
bahwa dari 17 responden yang memberikan ASI eksklusif sebanyak 13
mempunyai pengendalian perilaku orang (38,2%). Berdasarkan hasil analisa
negatif, sebagian besar tidak memberikan melalui uji chi square pada taraf kesalahan
ASI eksklusif sebanyak 16 orang (47,1%) = 0,05 P value = 0,017 < 0,05 yang
dan dari 17 responden yang mempunyai artinya ada hubungan norma subjektif ibu
pengendalian perilaku positif, sebagian bekerja dengan perilaku memberikan ASI
besar memberikan ASI eksklusif sebanyak eksklusif di Kelurahan Japanan Wilayah
11 orang (32,4%). Berdasarkan hasil Kerja Puskesmas Kemlagi-Mojokerto.
analisis melalui uji chi square pada taraf
kesalahan = 0,05 P Value = 0,000 < KESIMPULAN
0,05 maka H1 diterima atau H0 ditolak
yang artinya ada hubungan norma Karakteristik responden sebagian
subyektif dengan perilaku memberikan besar responden berumur 20-35 tahun,
ASI eksklusif di Kelurahan Japanan sebagian besar responden berpendidikan
Wilayah Kerja Puskesmas Kemlagi- menengah, sebagian besar responden
Mojokerto. pernah mendapatkan informasi tentang
Dampak positif perilaku ibu ASI eksklusif dari tenaga kesehatan,
bekerja dalam memberikan ASI ekslusif mayoritas ibu memberikan MP-ASI < 6
membantu kebutuhan pangan keluarga. bulan, sebagian besar ibu tidak memompa
dengan memberikan ASI ekslusif, bayi ASI, sebagian besar responden
terpenuhi pangan (secara bergizi). tidak mempunyai pengetahuan kurang tentang
perlu membeli susu atau makanan ASI, adanya hubungan sikap ibu bekerja
tambahan untuk bayi, sehingga ekonomi dengan perilaku memberikan ASI
keluarga dapat dialihkan untuk menambah eksklusif di Kelurahan Japanan Wilayah
kualitas pangan bagi anggota keluarga Kerja Puskesmas Kemlagi-Mojokerto.
lainnya, termasuk ibu yang menyusui. Adanya hubungan norma subjektif ibu
Sedangkan dampak negatif dari tidak bekerja dengan perilaku memberikan ASI
diberikannya ASI ekslusif adalah akan eksklusif di Kelurahan Japanan Wilayah
terjadi pertumbuhan yang lambat pada Kerja Puskesmas Kemlagi-Mojokerto.
bayi dan bahkan terjadi gizi buruk. Adanya hubungan pengendalian perilaku
Tutuk Sulistiyowati, dkk., Perilaku Ibu Bekerja Dalam.....99

dengan perilaku memberikan ASI Maryunani. 2012. Ilmu Kesehatan


eksklusif di Kelurahan Japanan Wilayah Anak Dalam Kebidanan.
Kerja Puskesmas Kemlagi-Mojokerto. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan
Maternitas. Jakarta: Salemba
DAFTAR PUSTAKA
Medika
Afifah. 2009. Kajian Pemberian ASI Narbuko. 2009. Metodelogi
Eksklusif kaitannya dengan Penelitian. Jakarta : Bumi
Pendidikan dan Pekerjaan Ibu. Aksara
Digilib.unimas.ac.id diakses Nasir. 2011. Metode Penelitian. Bogor
tanggal 10 Februari 2014. : Ghalia Indonesia
Andalas. 2013. Hubungan Pemberian ASI Notoatmodjo. 2005. Promosi Keseharan.
esklusif dengan angka kejadian Jakarta: PT. Rineka Cipta
diare. Jurnal.fk.unand.ac.id Notoatmodjo. 2010. Metodelogi
diakses tanggal 10 Februari Penelitian Kesehatan. Jakarta
2014. : Rineka Cipta
Azwar. 2011. Sikap Manusia dan Skala Nursalam. 2009. Konsep dan
Pengukurannya. Jakarta: PT.
Penerapan Metodologi
Rineka Cipta
Penelitian Ilmu Keperawatan.
Bahiyatun. 2009. Buku Ajar Asuhan
Jakarta.Salemba Medika
Kebidanan Nifas Normal. Prasetyono, 2012. Buku Pintar ASI
Jakarta: EGC Eksklusif. Yogyakarta : Diva
Budiarto, 2008. Biostatistik Kesehatan. Press
Jakarta: EGC Riksani. 2012. Keajaiban ASI (Air Susu
Cadwel 2012. Managemen Laktasi. Ibu). Jakarta : Dunia Sehat
Jakarta EGC Riskesdas, 2010. Riset Kesehatan Dasar.
Depdiknas, 2008. Kamus Besar Bahasa Badan Penelitian dan
Indonesia. Jakarta: Depdiknas Pengembangan Kesehatan
Desmita, 2008. Psikologi Perkembangan. Kementrian Kesehatan RI Tahun
Jakarta: PT. Rineka Cipta 2010
Friedman, 2002. Keperawatan Keluarga. Roesli, 2008. Panduan Inisiasi Menyusui
Jakarta: EGC Dini. Jakarta: Pustaka Bunda
Hidayat. 2012. Metode Penelitian Sarjani. 2013. Pemberian ASI
Kebidanan dan Tehnik Analisis Eksklusif. www.info-
Data. Jakarta: PT. Rineka Cipta kesehatan-balita.com akses
Intan, 2013. Kriteria Jumlah ASI yang
tanggal 11 Februari 2013
Cukup.
Setiadi. 2007. Konsep & Penulisan Riset
http://www.cyberneth.co.id
Keperawatan. Yogyakarta :
akses tanggal 11 Desember 2013
Graha Ilmu
Kartono, 2006. Perilaku Manusia.
Jakarta: PT. Rineka Cipta Setyowati. 2012. Bayi Cerdas Kenapa
Kristiana. 2004. Faktor yang Tidak. Jakarta: Gunung Mulia
memengaruhi ASI. Soetjiningsih, 2013. Tumbuh Kembang
Reository.maranatha.edu diakses Anak. Jakarta: EGC
tanggal 15 Februari 2014. Sugiyono, 2009. Penelitian Kualitatif dan
Kristiyansari, 2009. ASI, Menyusui & Kuantitatif. Jakarta EGC
SADARI. Yogyakarta : Nuha Sunaryo, 2004. Psikologi Keperawatan
Medika Kesehatan. Jakarta: EGC
Lee, 2009. Cara Pintar Merawat Bayi 0- Suradi, 2013. Pemberian ASI Pada Bayi.
12 Bulan Panduan Bagi Ibu Jakarta: Pustaka Bunda
Cerdas. Yogyakarta : 9months Suryoprayogo, 2012. Keajaiban
Publishing Menyusui. Yogyakarta : Graha
Ilmu
100 Jurnal Promkes, Vol. 2 No. 1, Juli 2014 : 89-100

Utami, 2012. Panduan Konseling Nuha Medika


Menyusui. Jakarta: Pustaka Wipres, 2007. Undang-Undang Guru dan
Bunda Dosen. Jakarta: Depdiknas
Varney. 2006. Buku Ajar Asuhan Dukungan Suami dalam
Kebidanan. Jakarta: EGC Pemberian ASI Eksklusif.
Wawan & Dewi. 2010. Ilmu pengetahun Jurnal.unimus.ac.id diakses
Sikap dan Perilaku. Yogyakarta: tanggal 15 Februari 2014.

Das könnte Ihnen auch gefallen