Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Ketika sedang merawat pasien jiwa, terkadang perawat terjebak dalam konsep yang
mungkin bisa kita namakan dengan fenomena Full Komunikasi Terapeutik.
Fenomena di mana perawat
Fenomena yang unik mungkin, yaitu karena dalam pengajarannya, perawat tidak
banyak diperkenalkan dengan konsep psikopatologi (perubahan apa yang terjadi di
dalam tubuh pasien yang sakit jiwa). Kita diajarkan beribu-ribu cara pendekatan
kepada pasien jiwa, tetapi tidak diperdalam mengenai konsep patologi dan obat-
obatannya. Mungkin salah satunya karena Fenomena Obat bukan termasuk
wewenang keperawatan. Padahal, sebagai orang yang terus menerusberinteraksi
dengan pasien, walaupun bukan kewenangannya, seharusnya, konsep psikopatologi
dan psikofarmakologi merupakan hal yang utama diajarkan dan dikuasai oleh para
perawat. Mungkin alasannya karena ada kondisi tertentu, di mana pasien
memang harus ditangani dengan obat
PENGERTIAN
Psikofarmaka adalah obat-obatan yang digunakan untuk klien dengan gangguan
mental. Psikofarmaka termasuk obat-obatan psikotropik yang bersifat neuroleptika
(bekerja pada sistem saraf). Pengobatan pada gangguan mental bersifat komprehensif,
yang meliputi:
1. Teori biologis (somatik), mencakup: pemberian obat psikofarmaka, lobektomi dan
electro convulsi therapy (ECT)
2. Psikoterapeutik
3. Terapi modalitas
KONSEP PSIKOFARMAKOLOGI
1. Psikofarmakologi adalah komponen kedua dari manajemen psikoterapi
2. Perawat perlu memahami konsep umum psikofarmaka
3. Yang termasuk neurotransmitter: dopamin, neuroepinefrin, serotonin dan GABA
(Gamma Amino Buteric Acid) dan lain-lain
4. Meningkat dan menurunnya kadar/konsentrasi neurotransmitter akan menimbulkan
kekacauan atau gangguan mental
5. Obat-obat psikofarmaka efektif untuk mengatur keseimbangan neurotransmitter
KONSEP PSIKOFARMAKOLOGI
1. Sawar darah otak melindungi otak dari fluktuasi zat kimia tubuh, mengatur jumlah
dan kecepatan zat yang memasuki otak
2. Obat-obat psikofarmaka dapat melewati sawar darah otak, sehingga dapat
mempengaruhi sistem saraf
3. Extrapyramidal side efect (efek samping terhadap ekstrapiramidal) terjadi akibat
penggunaan obat penghambat dopamin, agar didapat keseimbangan antara dopamin
dan asetilkolin
4. Anti cholinergic side efect (efek samping antikolinergik) terjadi akibat penggunaan
obat penghambat acetilkolin
Menurut Rusdi Maslim yang termasuk obat- obat psikofarmaka adalah golongan:
1. Anti psikotik, pemberiannya sering disertai pemberian anti parkinson
2. Anti depresi
3. Anti maniak
4. Anti cemas (anti ansietas)
5. Anti insomnia
6. Anti obsesif-kompulsif
7. Anti panik
A. Anti Psikotik
Anti psikotik termasuk golongan mayor trasquilizer atau psikotropik: neuroleptika.
Mekanisme kerja: menahan kerja reseptor dopamin dalam otak (di ganglia dan
substansia nigra) pada sistem limbik dan sistem ekstrapiramidal.
Efek farmakologi: sebagai penenang, menurunkan aktivitas motorik, mengurangi
insomnia, sangat efektif untuk mengatasi: delusi, halusinasi, ilusi dan gangguan proses
berpikir.
Indikasi pemberian: Pada semua jenis psikosa, Kadang untuk gangguan maniak dan
paranoid
b. Efek samping pada sistem saraf perifer atau anti cholinergic side efect
Terjadi karena penghambatan pada reseptor asetilkolin. Yang termasuk efek samping
anti kolinergik adalah:
Mulut kering
Konstipasi
Pandangan kabur: akibat midriasis pupil dan sikloplegia (pariese otot-otot siliaris)
menyebabkan presbiopia
Hipotensi orthostatik, akibat penghambatan reseptor adrenergik
Kongesti/sumbatan nasal
B. Anti Parkinson
Mekanisme kerja: meningkatkan reseptor dopamin, untuk mengatasi gejala
parkinsonisme akibat penggunaan obat antipsikotik.
Efek samping: sakit kepala, mual, muntah dan hipotensi.
Jenis obat yang sering digunakan: levodova, tryhexifenidil (THF).
C. Anti Depresan
Hipotesis: syndroma depresi disebabkan oleh defisiensi salah satu/beberapa aminergic
neurotransmitter (seperti: noradrenalin, serotonin, dopamin) pada sinaps neuron di
SSP, khususnya pada sistem limbik.
Efek farmakologi:
Mengurangi agresivitas
Tidak menimbulkan efek sedatif
Mengoreksi/mengontrol pola tidur, iritabel dan adanya flight of idea
Indikasi:
Mania dan hipomania, lebih efektif pada kondisi ringan. Pada mania dengan kondisi
berat pemberian obat anti mania dikombinasi dengan obat antipsikotik.
Efek samping: efek neurologik ringan: fatigue, lethargi, tremor di tangan terjadi pada
awal terapi dapat juga terjadi nausea, diare.
Efek toksik: pada ginjal (poliuria, edema), pada SSP (tremor, kurang koordinasi,
nistagmus dan disorientasi; pada ginjal (meningkatkan jumlah lithium, sehingga
menambah keadaan oedema.
Diagnosa medis
Riwayat penyakit
Riwayat pengobatan
Hasil pemeriksaan laboratorium (yang berkaitan)
Jenis obat yang digunakan, dosis, cara dan waktu pemberian
Program terapi lain
Mengkombinasikan obat dengan terapi modalitas
Pendidikan kesehatan untuk klien dan keluarga, tentang pentingnya minum obat dan
penanganan efek samping obat
Monitor efek samping penggunaan obat
EVALUASI
Reaksi obat efektif jika:
1. Emosional stabil
2. Kemampuan berhubungan interpersonal meningkat
3. Halusinasi, agresi, delusi, menarik diri menurun
4. Perilaku mudah diarahkan
5. Proses berpikir ke arah logika
6. Efek samping obat
7. Tanda-tanda vital: tekanan darah, denyut nadi