Sie sind auf Seite 1von 5

Hal itu sering terjadi karena, pasien kambuhan (terutama schizophrenia) sudah-

berkali-kali diberikan pendidikan kesehatan dan terapi komunikasi oleh perawat,


yang sesungguhnya ironisnya,untuk beberapa kondisi tertentu, menurut sejumlah
penelitian, konsep tersebut diyakini justru oleh perawat sendiri sebagai konsep
yang belum tentu memberikan prognosa yang baik.

Ketika sedang merawat pasien jiwa, terkadang perawat terjebak dalam konsep yang
mungkin bisa kita namakan dengan fenomena Full Komunikasi Terapeutik.
Fenomena di mana perawat

hanya berkomunikasi.berbicaradan melakukan pendekatan..dan terus berharap


pasiennya akan membaik tanpa tahu bagaimana sebenarnya kemungkinan pasien dapat
sembuh."

Fenomena yang unik mungkin, yaitu karena dalam pengajarannya, perawat tidak
banyak diperkenalkan dengan konsep psikopatologi (perubahan apa yang terjadi di
dalam tubuh pasien yang sakit jiwa). Kita diajarkan beribu-ribu cara pendekatan
kepada pasien jiwa, tetapi tidak diperdalam mengenai konsep patologi dan obat-
obatannya. Mungkin salah satunya karena Fenomena Obat bukan termasuk
wewenang keperawatan. Padahal, sebagai orang yang terus menerusberinteraksi
dengan pasien, walaupun bukan kewenangannya, seharusnya, konsep psikopatologi
dan psikofarmakologi merupakan hal yang utama diajarkan dan dikuasai oleh para
perawat. Mungkin alasannya karena ada kondisi tertentu, di mana pasien
memang harus ditangani dengan obat

PENGERTIAN
Psikofarmaka adalah obat-obatan yang digunakan untuk klien dengan gangguan
mental. Psikofarmaka termasuk obat-obatan psikotropik yang bersifat neuroleptika
(bekerja pada sistem saraf). Pengobatan pada gangguan mental bersifat komprehensif,
yang meliputi:
1. Teori biologis (somatik), mencakup: pemberian obat psikofarmaka, lobektomi dan
electro convulsi therapy (ECT)
2. Psikoterapeutik
3. Terapi modalitas

KONSEP PSIKOFARMAKOLOGI
1. Psikofarmakologi adalah komponen kedua dari manajemen psikoterapi
2. Perawat perlu memahami konsep umum psikofarmaka
3. Yang termasuk neurotransmitter: dopamin, neuroepinefrin, serotonin dan GABA
(Gamma Amino Buteric Acid) dan lain-lain
4. Meningkat dan menurunnya kadar/konsentrasi neurotransmitter akan menimbulkan
kekacauan atau gangguan mental
5. Obat-obat psikofarmaka efektif untuk mengatur keseimbangan neurotransmitter

KONSEP PSIKOFARMAKOLOGI
1. Sawar darah otak melindungi otak dari fluktuasi zat kimia tubuh, mengatur jumlah
dan kecepatan zat yang memasuki otak
2. Obat-obat psikofarmaka dapat melewati sawar darah otak, sehingga dapat
mempengaruhi sistem saraf
3. Extrapyramidal side efect (efek samping terhadap ekstrapiramidal) terjadi akibat
penggunaan obat penghambat dopamin, agar didapat keseimbangan antara dopamin
dan asetilkolin
4. Anti cholinergic side efect (efek samping antikolinergik) terjadi akibat penggunaan
obat penghambat acetilkolin

Menurut Rusdi Maslim yang termasuk obat- obat psikofarmaka adalah golongan:
1. Anti psikotik, pemberiannya sering disertai pemberian anti parkinson
2. Anti depresi
3. Anti maniak
4. Anti cemas (anti ansietas)
5. Anti insomnia
6. Anti obsesif-kompulsif
7. Anti panik

YANG PALING SERING DIGUNAKAN OLEH KLIEN JIWA

A. Anti Psikotik
Anti psikotik termasuk golongan mayor trasquilizer atau psikotropik: neuroleptika.
Mekanisme kerja: menahan kerja reseptor dopamin dalam otak (di ganglia dan
substansia nigra) pada sistem limbik dan sistem ekstrapiramidal.
Efek farmakologi: sebagai penenang, menurunkan aktivitas motorik, mengurangi
insomnia, sangat efektif untuk mengatasi: delusi, halusinasi, ilusi dan gangguan proses
berpikir.
Indikasi pemberian: Pada semua jenis psikosa, Kadang untuk gangguan maniak dan
paranoid

EFEK SAMPING ANTIPSIKOTIK

a. Efek samping pada sistem saraf (extrapyramidal side efect/EPSE)


1). Parkinsonisme
Efek samping ini muncul setelah 1 - 3 minggu pemberian obat. Terdapat trias gejala
parkonsonisme:
Tremor: paling jelas pada saat istirahat
Bradikinesia: muka seperti topeng, berkurang gerakan reiprokal pada saat berjalan
Rigiditas: gangguan tonus otot (kaku)
2). Reaksi distonia: kontraksi otot singkat atau bisa juga lama
Tanda-tanda: muka menyeringai, gerakan tubuh dan anggota tubuh tidak terkontrol
3). Akathisia
Ditandai oleh perasaan subyektif dan obyektif dari kegelisahan, seperti adanya
perasaan cemas, tidak mampu santai, gugup, langkah bolak-balik dan gerakan
mengguncang pada saat duduk.
Ketiga efek samping di atas bersifat akur dan bersifat reversible (bisa ilang/kembali
normal).
4). Tardive dyskinesia
Merupakan efek samping yang timbulnya lambat, terjadi setelah pengobatan jangka
panjang bersifat irreversible (susah hilang/menetap), berupa gerakan involunter yang
berulang pada lidah, wajah,mulut/rahang, anggota gerak seperti jari dan ibu jari, dan
gerakan tersebut hilang pada waktu tidur.

b. Efek samping pada sistem saraf perifer atau anti cholinergic side efect
Terjadi karena penghambatan pada reseptor asetilkolin. Yang termasuk efek samping
anti kolinergik adalah:
Mulut kering
Konstipasi
Pandangan kabur: akibat midriasis pupil dan sikloplegia (pariese otot-otot siliaris)
menyebabkan presbiopia
Hipotensi orthostatik, akibat penghambatan reseptor adrenergik
Kongesti/sumbatan nasal

Jenis obat anti psikotik yang sering digunakan:


Chlorpromazine (thorazin) disingkat (CPZ)
Halloperidol disingkat Haldol
Serenase

B. Anti Parkinson
Mekanisme kerja: meningkatkan reseptor dopamin, untuk mengatasi gejala
parkinsonisme akibat penggunaan obat antipsikotik.
Efek samping: sakit kepala, mual, muntah dan hipotensi.
Jenis obat yang sering digunakan: levodova, tryhexifenidil (THF).

C. Anti Depresan
Hipotesis: syndroma depresi disebabkan oleh defisiensi salah satu/beberapa aminergic
neurotransmitter (seperti: noradrenalin, serotonin, dopamin) pada sinaps neuron di
SSP, khususnya pada sistem limbik.

Mekanisme kerja obat:


Meningkatkan sensitivitas terhadap aminergik neurotransmiter
Menghambat re-uptake aminergik neurotransmitter
Menghambat penghancuran oleh enzim MAO (Mono Amine Oxidase) sehingga terjadi
peningkatan jumlah aminergik neurotransmitter pada neuron di SSP.
Efek farmakologi:
Mengurangi gejala depresi
Penenang
Indikasi: syndroma depresi
Jenis obat yang sering digunakan: trisiklik (generik), MAO inhibitor, amitriptyline (nama
dagang).
Efek samping: yaitu efek samping kolonergik (efek samping terhadap sistem saraf
perifer) yang meliputi mulut kering, penglihatan kabur, konstipasi, hipotensi orthostatik.

D. Obat Anti Mania/Lithium Carbonate


Mekanisme kerja: menghambat pelepasan serotonin dan mengurangi sensitivitas
reseptor dopamin.
Hipotesis: pada mania terjadi peluapan aksi reseptor amine.

Efek farmakologi:
Mengurangi agresivitas
Tidak menimbulkan efek sedatif
Mengoreksi/mengontrol pola tidur, iritabel dan adanya flight of idea
Indikasi:
Mania dan hipomania, lebih efektif pada kondisi ringan. Pada mania dengan kondisi
berat pemberian obat anti mania dikombinasi dengan obat antipsikotik.
Efek samping: efek neurologik ringan: fatigue, lethargi, tremor di tangan terjadi pada
awal terapi dapat juga terjadi nausea, diare.
Efek toksik: pada ginjal (poliuria, edema), pada SSP (tremor, kurang koordinasi,
nistagmus dan disorientasi; pada ginjal (meningkatkan jumlah lithium, sehingga
menambah keadaan oedema.

E. Anti Ansietas (Anti Cemas)


Ansxiolytic agent, termasuk minor tranquilizer. Jenis obat antara lain: diazepam
(chlordiazepoxide).

F. Obat Anti Insomnia: phenobarbital

G.Obat Anti Obsesif Kompulsif: clomipramine

H. Obat Anti Panik: imipramine

PERAN PERAWAT DALAM PEMBERIAN OBAT


Pengumpulan data sebelum pengobatan, meliputi:

Diagnosa medis
Riwayat penyakit
Riwayat pengobatan
Hasil pemeriksaan laboratorium (yang berkaitan)
Jenis obat yang digunakan, dosis, cara dan waktu pemberian
Program terapi lain
Mengkombinasikan obat dengan terapi modalitas
Pendidikan kesehatan untuk klien dan keluarga, tentang pentingnya minum obat dan
penanganan efek samping obat
Monitor efek samping penggunaan obat

Melaksanakan prinsip pengobatan psikofarmaka


1. Persiapan
Melihat order pemberian obat di lembaran obat (di status)
Kaji setiap obat yang akan diberikan termasuk tujuan, cara kerja obat, dosis, efek
samping dan cara pemberian
Kaji pengetahuan klien dan keluarga tentang obat
Kaji kondisi klien sebelum pengobatan
2. Lakukan minimal prinsip lima benar dalam pemberian obat
3. Laksanakan program pemberian obat
Gunakan pendekatan tertentu
Bantu klien minum obat, jangan ditinggal
Pastikan bahwa obat telah diminum
Bubuhkan tanda tangan pada dokumentasi pemberian obat, sebagai aspek legal
4. Laksanakan program pengobatan berkelanjutan, melalui program rujukan
5. Menyesuaikan dengan terapi non farmakologik
6. Turut serta dalam penelitian tentang obat-obat psikofarmaka

EVALUASI
Reaksi obat efektif jika:
1. Emosional stabil
2. Kemampuan berhubungan interpersonal meningkat
3. Halusinasi, agresi, delusi, menarik diri menurun
4. Perilaku mudah diarahkan
5. Proses berpikir ke arah logika
6. Efek samping obat
7. Tanda-tanda vital: tekanan darah, denyut nadi

Demikianlah pembahasan tentang psikofarmakologi, dan mudah-mudahan dapat


menjadi sedikit informasi bagi kita untuk membuat perawatan kita ke pasien jiwa lebih
baik lagi.

Das könnte Ihnen auch gefallen