Sie sind auf Seite 1von 20

REPUBLIKA.CO.

ID,DEPOK Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (Dirjen Dikdasmen),


Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Hamid Muhammad mengungkapkan,
pengalihan kewenangan pendidikan menengah dari kabupaten/kota ke provinsi bukan sesuatu luar
biasa. Kewenangan aset yang sebelumnya dipegang pemerintah kabupaten/kota tetap milik negara.

Negara dalam hal ini Kementerian Keuangan masih akan tetap menjadi pihak yang
bertanggungjawab atas aset tersebut, kata Hamid dalam Konferensi Pers Rembuk Nasional
Pendidikan dan Kebudayaan (RPNK) 2016 di Pusat Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat)
Kemendikbud, Sawangan, Depok, Senin (22/2). Hal yang berbeda hanya pencatatan yang akan
dilimpahkan ke pemerintah provinsi.

Hamid juga mengatakan kaitan pengalihan dengan politisasi para calon kepala daerah saat
Pemilukada. Dia mengatakan, tidak ada unsur jamin-menjamin agar pengalihan kewenangan ini bisa
benar-benar bebas dari unsur politisasi. Hal ini karena dinamika politik di Indonesia terutama di
daerah masih luar biasa.

Hal terpenting, kata Hamid, pelimpahan kewenangannya saja terlebih dahulu yang diprioritaskan.
Jika ada persoalan, lanjut dia, maka ini harus segera dihadapi dengan sebaik mungkin.

Menurut Hamid, pengalihan kewenangan ini pada dasarnya agar pemerintah daerah bisa lebih
fokus. Pemerintah kabupaten/kota dapat lebih fokus membenahi pendidikan dasar, Pendidikan Anak
Usia Dini (PAUD) dan Pendidikan Masyarakat (Dikmas). Pemkab/pemkab diharapkan bisa mengurusi
ini secara optimal dan maksimal.

Sementara pemerintah provinsi dapat lebih memprioritaskan pendidikan menengahnya. Selain itu,
pemprov juga diharapkan bisa menuntaskan program yang dicanangkan pemerintah pusat, yakni
Wajib Belajar (wajar) 12 Tahun.

Sebagai informasi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) akan mulai


menerapkan pengalihan urusan pemerintahan SMA/sederajat dari kabupaten/kota ke provinsi.
Upaya yang direncanakan mulai dilaksanakan 2017 ini berdasarkan UU Nomor 23 tahun 2014
tentang pemerintah daerah
memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, dan kekhasan suatu daerah. Maka
dari itu daerah harus segera melakukan penyesuai atas perubahan
-
perubahan yang telah
ditetapkan antara lain perubahan
-
perubahan menge
nai Tupoksi, Kelembagaan maupun
perubahan mengenai Kelembagaan yang menyangkut dengan kinerja Pemerintah Daerah.
Salah satu urusan Pemerintah Daerah yang turut mengalami perubahan dalam
pengelolaannya adalah mengenai urusan bidang pendidikan, perubahan ini
seiring dengan
diberlakukannya UU No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah. Undang
-
undang
tersebut mengamanatkan kewenangan pengelolaan SMA (Sekolah Menengah Atas) dan SMK
(Sekolah Menengah Kejuruan) yang sebelumnya dikelola oleh kabupaten/kota diserahk
an ke
pemerintah provinsi, penyerahan ini akan mulai dilaksanakan pada bulan Maret 2016, dan
harus tuntas pada awal tahun 2017 mendatang.
Sesuai dengan pasal 404 UU Nomor 23/2014 yang menyatakan bahwa serah terima
personel, pendanaan, sarana dan prasarana
serta dokumen (P3D) sebagai akibat pembagian
urusan pemerintah ini harus dilakukan paling lama 2 tahun sejak diundangkan berdasarkan
Surat Edaran Menteri Dalam Negeri RI Nomor 120/253/S4 yang menyatakan bahwa
penyelesaian secara seksama inventarisasi P3D p
aling lambat dilaksanakan tanggal 31 Maret
2016 dari serah terima personel, sarana dan prasarana dan dokumen (P2D) dapat
dilaksanakan paling lambat 2 Oktober 2016, maka pemerintah Provinsi Jawa Tengah melalui
Dinas Pendidikan Provinsi telah melaksanakan la
ngkah
-
langkah sebagai berikut :
Waktu
Program dan Kegiatan
Des 2014
s.d Maret
2015
Sosialisasi Dasar Hukum Pengalihan Kewenangan Dikmen :
1.
UU 23 Tahun 2014
2.
Surat Edaran MDN No.120/253/Sj
3.
Surat Edaran Gub 421.3/001011
Mei s.d Juli
2015
Inventarisasi awal
data personel, Perlengkapan (Aset), Pembiayaan dan
Dokumen (P3D) SMA
-
SMK di 35 Kab/Kota melalui sumber data sekunder
(Dapodikmen dan BKN)
Agustus s.d
September
2015
Penataan bahan/materi P3D sebagai dasar langkah Inventarisasi dan verifikasi
data di Sekol
ah/Kabupaten/Kota
Point 3 pada
Surat Edaran Mendagri RI tersebut di atas, pemerintah provinsi jawa
tengah juga diharapakan telah menyelesaikan kajian tentang pendanaan, antara lain gaji dan
tunjangan, biaya operasional kantor dan biaya perawatan, sehingga tersiapkan alokasi
anggaran un
tuk urusan pemerintah yang terjadi peralihan urusan sebagai akibat perubahan
pembagian urusan berdasarkan Undang
-
Undang Nomor 23 tahun 2014 Tentang Pemerintah
Daerah paing lambat tanggal 31 Desember 2016.
Seperti halnya dalam melakukan perubahan dalam bida
ng apapun, perubahan aturan
ini juga turut menimbulkan sikap pro dan kontra dari sebagian kalangan terkait. Meski tidak
menimbulkan hirukpikuk yang berlebihan di ranah publik, pemindahan kewenangan dari
kabupaten/kota ke provinsi patut dicermati agar maksu
d dan tujuan yang menjadi dasar
perubahan ini, yakni terjadinya pemerataan kualitas pendidikan menengah dan keseimbangan
tugas daerah otonom dalam pendidikan, bisa diwujudkan secara maksimal dan segala
permasalahan yang menyangkut tentang pendidikan daerah
dapat diberi solusi sehingga
mengalami peningkatan kwalitas terutama bagi siswa dan kalangan pengajar.
Hal utama yang perlu dicermati dalam pengalihan kewenangan ini adalah pada proses
transisi, yang dalam setiap proses seringkali menjadi ruas kritis yan
g bisa merugikan program
pendidikan secara nasional jika tidak dilaksanakan secara tepat. Kekhawatiran dari berbagai
pihak juga muncul, untuk jangka pendek, kekhawatiran pertama adalah munculnya
perlawanan secara tersembunyi dari kabupaten
-
kota terhada
p proses pengalihan ini.
Kekhawatiran kedua adalah munculnya perlawanan terbuka dan terorganisasi terhadap aturan
ini. Kemungkinan terjadinya konflik antara kabupaten
-
kota dengan provinsi yang sama
-
sama
daerah otonom, merupakan hal ketiga yang dikhawatirka
n. Keempat, pola dekonsentrasi
pengelolaan SMA
-
SMK ke provinsi yang pernah terjadi sebelum reformasi adalah kesulitan
pengawasan dan pembinaan. Secara garis besar kesulitan pengawasan dan pembinaan
menjadi salah satu masalah yang cukup di khawatirkan oleh
beberapa pihak, hal ini dapat
digambarkan jika terjadi konflik atau masalah pendidikan di salah satu daerah yang lingkup
lokasi jauh dari pusat maka pemecahan masalah tersebut akan membutuhkan waktu lebih
lama, karena mau tidak mau pemecahan masalah akan d
ilaksanakan di tangan provinsi,
sehingga daerah yang letaknya jauh pun juga harus merujuk ke pusat untuk mencari solusi
tanpa bisa mengambil keputusan sendiri. Hal ini tentu menimbulkan tidak efisiennya waktu
dan jarak tempuh. Jawa Tengah senditri memiliki
35 kabupaten
-
kota dengan jumlah SMA
sekitar 888 sekolah dan SMK 1.000 sekolah, tentu bukan perkara gampang untuk melakukan
pembinaan dan pengawasan. Apalagi kalau harus melakukan pengembangan di wilayah yang
luasnya 32.548 km2 atau sekitar 28,94% dari lu
as Pulau Jawa.
Pengalihan kewenangan pengelolaan SMA dan SMK dari kabupaten
-
kota ke provinsi,
juga memunculkan banyak harapan. Pertama, tercukupinya anggaran baik untuk gaji,
operasional maupun pengembangan kualitas SMA
-
SMK mengingat sebagai daerah otonom
keharusan mengalokasikan 20% anggaran untuk pendidikan. Sebagai gambaran APBD Jawa
Tengah tahun 2016 sebesar Rp 20,08 triliun, dana pendidikan ditetapkan sebesar Rp 4,697
trliun atau 23,4% dari total APBD. Kedua, karier dan pengalaman PNS yang mengabdi di
SMA
-
SMK menjadi terbuka ke jenjang yang lebih tinggi. Ketiga, standardisasi kualitas
SMASMK di Jawa Tengah akan menjadi lebih mudah dilakukan karena pengelolaannya pada
satu tangan yaitu di tangan pemerintah provinsi. Keempat, adanya pembagian yang jelas
d
alam pengelolaan lembaga pendidikan. Tingkat SD sampai SMP ditangani kabupaten
-
kota,
SMA
-
SMK ditangani pemerintah provinsi dan pendidikan tinggi ditangani pemerintah pusat.
Implikasinya masing
-
masing jenjang pemerintahan menjadi fokus. Kabupaten
-
Kota bisa
memaksimalkan anggaran dan sumber dayanya untuk melaksanakan program wajib belajar 9
tahun, di sekolah
-
sekolah yang menjadi kewenangannya.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah yang dapat
diambil adalah sebagai b
erikut:
Langkah
-
langkah
apa
saja
yang diambil dalam persiapan Dinas Pendidikan Provinsi
Jawa Tengah untuk menghadapi Alih Kewenangan Pendidikan SMA/SMK dari
Kabupaten/Kota ke Provinsi
?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan
penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1.
Untuk mengetahui langkah
-
langkah dan upaya apa saja yang diambil dalam proses
persiapan menuju implementasi Pengalihan Kewenangan Penyelenggaraan
Pendidikan ke Tangan Provinsi.
2.
Mengetahui sejauh mana persiapan yang te
lah dilakukan oleh Dinas Pendidikan
Provinsi Jawa Tengah untuk menghadapi pengalihan kewenangan pendidikan.
3.
Untuk mengetahui apakah persiapan yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan Provinsi
Jawa Tengah sudah cukup baik atau bahkan masih kurang maksimal.
4.
Seba
gai pemberi informasi tentang kesiapan Provinsi Jawa Tengah dalam
menghadapi pengalihan kewenangan pendidikan sesuai dengan UU No.23 tahun
2014.
II
. METODE
PENELITIAN
Menurut Prof. Dr. Conny R. Semiawan dalam buku Metode Penelitian Kualitatif
(2010:5)
Secara umum metode penelitian akan mendefinisikan sebagai suatu kegiatan ilmiah
yang terencana, terstruktur, sistematis, dan memiliki tujuan tertentu baik praktis maupun
teoritis.
Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan atau menggambarkan permasalahan yan
g
akan diteliti dengan menggunakan uraian narasi. Untuk itu penelitian ini menggunakan desain
penelitian dengan tipe penelitian
Deskriptif.
Selain menggambarkan permasalahan yang ada,
penelitian ini juga mencoba menganalisis permasalahan yang diteliti. Dat
a
-
data yang
diperoleh selanjutnya tidak dituangkan dalam bentuk statistik, melainkan dalam bentuk
deskriptif atau kualitatif yang lebih kaya dari pada angka
-
angka atau frekuensi
.
Dalam penelitian ini, peneliti memilih
Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah
sebagai
situs penelitian, dengan pertimbangan bahwa Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah
memiliki peran yang penting sebagai pihak yang memiliki andil besar dalam upaya
pengalihan dan penerapan dari Pendidikan Menengah di Jawa Tengah. Dan peneliti akan
d
imudahkan dalam pencarian data. Subyek dalam penelitian ini adalah aparat Dinas
Pendidikan Provinsi Jawa Tengah.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.
Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung
dari pengamatan penelitian
maupun diperoleh secara langsung dari pihak lain atau narasumber yang bersangkutan.
Sedangkan data primer diperoleh peneliti dari literatur
-
literatur, studi pustaka, atau
penelitian
-
penelitian sejenis sebelumnya yang berkaitan de
ngan penelitian ini. Data primer
dan sekunder yang digunakan dalam penelitian ini juga diperoleh dari Kepala Dinas yang
berkaitan dengan penelitian dan literatur
-
literatur seperti buku
-
buku, dan jurnal
-
jurnal.
Data primer diperoleh langsung oleh peneliti m
elalui p
engamatan langsung ataupun
wawan
cara dengan informan. Dalam penelitian ini informa
n
yang digunakan sebagai data
primer adalah informan dari Dinas
Pendidikan Provinsi Jawa Tengah.
Sumber data ini berasal
dari literatur beruapa buku
-
buku, laporan.
Dokumen
-
dokumen, hasil penelitian dan sumber
lain yang memiliki relevansi dengan permasalahan penelitian yang diangkat secara tidak
langsung berasal dari objek penelitian.
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh dengan cara mendatangi secara
langsung melakukan wawancara kepada
Informan
, yaitu melakukan wawancara
dengan
KABID
Pendidikan Menengah dan
Kasi Sarana Prasarana Pendidikan Menengah
.
Metode analisis data merupakan kumpulan alat
-
alat analisis yang
digunakan di dalam
penelitian untuk men
golah suatu data. Analisis data dalam penelitian ini adalah analisis data
kualitatif, dimana analisis datanya dilakukan dengan cara non statistik, yaitu penelitian yang
dilakukan dengan menggambarkan data yang diperoleh dengan kata
-
kata atau kalimat yang
d
ipisahkan dalam kategori
-
kategori untuk memperoleh kesimpulan. Jadi, analisis data
kualitatif yaitu setelah data diperoleh data diproses, dianalisis dan dibandingkan dengan teori
-
teori dan kemudian di evaluasi. Hasil evaluasi tersebut yang akan ditarik kes
impulan untuk
menjawab permasalahan yang muncul.
Analisis data kualitatif merupakan sebuah proses yang berjalan sebagai berikut:
a)
Mencatat yang dihasilkan dari lapangan, kemudian diberi kode agar sumber
datanya tetap dapat ditelusuri.
b)
Mengumpulkan,
memilah
-
milah, mengklasifikasikan, membuat ikhtisar dan
membuat indeksnya.
c)
Berfikir dengan jalan membuat agar kategori data tersebut mempunyai makna,
mencari dan menemukan pola dan hubungan
-
hubungan serta membuat temuan
-
temuan umum.
III
.
HASIL DAN
PEMBAHASAN
Berikut merupakan hasil dan pembahasan yang didapat dari rumusan masalah
Langkah
-
langkah apa saja yang diambil dalam persiapan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa
Tengah untuk menghadapi Alih Kewenangan Pendidikan SMA/SMK dari Kabupaten/Kota ke
Pemerintah
Provinsi
:
a.
Komunikasi
Melihat dan menilai dari hasil penelitian bahwa proses persiapan yang telah
dilakukan oleh Dinas Pendidikan Provinsi yang berkaitan dengan komunikasi
sudah berjalan dengan baik dengan menggunakan sistem komunikasi birokras
i.
Ada beberapa langkah yang telah dilakukan seperti koordinasi, sosialisasi serta
sinergisitas yang dilakukan bersama dengan pihak
-
pihak terkait lainnya dan
tentunya dilaksanakan berdasar pada regulasi dan tata aturan kedeinasan yang
berlaku. Namun masih
perlu adanya perbaikan, perbaikan ini tentunya dilakukan
untuk lebih memaksimalkan kegiatan alih kewenangan pendidikan.
b.
Sumber Daya
Melihat dan menilai dari hasil penelitian bahwa proses persiapan yang telah
dilakukan oleh Dinas Pendidikan Provinsi yang be
rkaitan dengan Sumber Daya
sudah berjalan dengak baik. Hal ini dilihat dari telah disiapkan nya sumber daya
manusia yang memadai yaitu Pegawai Dinas Pendidikan Provinsi yang bertugas
mengelola dan mempersiapkan segala aspek mengenai alih kewenangan
pendidi
kan di Jawa Tengah. Selain itu Sumber Daya yang berkaitan dengan segala
proses alih kewenangan yang ditujukan untuk sasaran dari kebijakan ini yaitu
Daerah Kabupaten/Kota dan sekolah
-
sekolah Menengah yang ada di dalamnya
juga sudah disiapkan dengan baik. W
alaupun belum bisa diimplementasikan saat
ini, tapi perencanaan pada saat dimulainya kebijakan yaitu 1 januari 2017 sudah
ditetapkan.
c.
Disposisi (Sikap Pelaksana)
Dalam hal ini sikap pelaksana ditunjukan dengan adanya profesionalisme kerja
dan komitmen yang dimiliki oleh pegawai Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah
sebagai Leading Sektor dari proses persiapan alih kewenangan pendidikan.
Pelaksana sudah memiliki semangat yang baik dalam bekerja, ide dan gagasan juga
sudah dimunculkan untuk
diterapka pada diri pegawai itu sendiri dalam
melaksanakan tugasnya. Sayangnya Pegawai Dinas Pendidikan Provinsi belum
bisa menciptakan metode atau peraturan yang sifatnya akan mempermudah menuju
proses alih kewenangan. Sehingga ada beberapa kekurangan ya
ng muncul, dapat
digambarkan dari proses penyerahan P3D sebagai bagian utama dari kebijakan ini
hanya menunjukan angka 93,1% dan 6,9 % dari daerah dan jumlah sekolah yang
disasar belum bisa beralih.
d.
Struktur Birokrasi
Dalam hal ini struktur birokrasi di Di
nas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah
sudah berjalan dengan baik. Ditunjukan dengan adanya penempatan pegawai
sesuai dengan keahliannya
the right man on the right place
. Dengan begitu akan
mempermudah proses alih kewenangan pendidikan berjalan sesuai denga
n waktu
yang ditentukan dan tidak berbelit
-
belit.
I
V.
SIMPULAN
Simpulan
Dalam kerangka otonomi daerah, pemenuhan amanah konstitusi membutuhkan
keterpaduan dan keselarasan kebijakan, program maupun kegiatan pembangunan pendidikan
antara Pemerintah,
Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota. Pemerintah
Provinsi Jawa Tengah melalui Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Dinas Pendidikan
mengemban amanah mewujudkan layanan pendidikan bermutu bagi masyarakat Jawa
Tengah. Dalam kerangka itu, pembang
unan pendidikan Jawa Tengah dilaksanakan secara
terprogram, berkelanjutan dan terintegrasi dengan pembangunan pendidikan dalam skala
nasional.
Kinerja Dinas
Provinsi Jawa Tengah
dalam
proses persiapan menuju Kegiatan Alih
Kewenangan dan
pelaksanaan inventa
risasi P3D
s
ejauh ini tidak ada hambatan yang cukup
berarti, semua masih dapat
dijalankan dengan normal.
Seluruh aspek dalam hal persiapan ini
telah coba dipersiapakan dengan maksimal, melalui koordinasi, sosialisasi, dan sinergisitas
serta langkah
-
langkah
kongkrit lain yang diambil cukup membuat Dinas Pendidikan
mendapat hasil yang baik.
Tena
ga pendidik dan pihak
-
pihak terkait j
uga bersedia bekerja
sama
tanpa adanya penolakan
-
pe
nolakan yang menyebabkan kinerja
menjadi terhambat
.
Saran
1.
Dinas Provinsi Jawa
Tengah diharapkan mampu meningkatkan kinerja khususnya
berkaitan dengan P3D.
2.
Perlu adanya program evaluasi yang bertujuan untuk mengetahui hambatan
-
hambatan
yang terjadi selama proses P3D serta mampu memberikan solusi/ alternatif dalam
menanggulangi hamba
tan tersebut.
3.
Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah dalam hal ini khususnya Bidang Pendidikan
Menengah seharusnya mampu membuat langkah
-
langkah yang sifatnya
mempermudah Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah itu sendiri sebagai pelaku
utama dalam proses pe
ngalihan kewenangan serta seluruh instansi terkait.
4.
Perlunya membuat forum komunikasi yang dapat digunakan sebagai salah satu wadah
untuk membahas tentang apa saja hal
-
hal yang menyangkut dengan kegiatan
persiapan alih kewenangan ini.
5.
Perlu adanya kegiatan
kunjungan rutin di setiap sekolah
-
sekolah yang ada di seluruh
wilayah Provinsi Jawa Tengah, agar daerah yang letaknya jauh dari pusat tidak
mengalami ketertinggalan serta tidak luput dari jangkauan pusat sehingga
pemaksimalan pendidikan yang diharapkan da
ri kegiatan ini dapat terwujud.
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Ace Suryadi dan H.A.R.Tilaar. (2003). Analisis Kebijakan Pendidikan:
Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Armida S. Alisjahbana. 2000. Otonomi Daerah dan Desentralisasi
Pendidikan.
Bandung : Universitas padjajaran.
Bagir Manan. 2000. Wewenang Provinsi, Kabupaten, dan Kota dalam
Rangka Otonomi Daerah. Bandung : Fakultas Hukum UNPAD.
Fuad Ihsan. 2008. Dasar

Dasar Kependidikan. Jakarta : PT. Rineka


Cipta.
Herdiansyah M.Si. 2015. Kua
litas Pelayanan Publik. Jakarta: Gava Media
Jalal, Fasli dan Dedi Supriadi. 2001. Reformasi Pendidikan dalam Konteks
Otonomi Daerah. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.
Miles and A.M. Huberman. 1992. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Jakarta : UI Press.
Moleong Lexy. 1990. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya.
Prof. Said M. Masud. Ph. D. 2010. New Directions For Decentralisation
In Indonesia. Jerman : Lambert Acedemic Publishing.
Raflen A. Gerungan. 2007. Otonomi Pendidikan
: Kebijakan Otonomi
Daerah dan Implikasinya terhadap Penyelenggaraan Pendidikan. Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada
Riant Nugroho. 2008. Pendidikan Indonesia: Harapan, Visi, dan Strategi.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Suparno. 2002. Reformasi Pendidikan
: Sebuah Rekomendasi. Yogyakarta:
Kanisius .
Sutiman. 2000. Perencanaan Pendidikan. Yogyakarta : UNY.
B. Non Buku
Surat Edaran Menteri Dalam Negeri RI Nomor 120/253/S4
Surat Edaran Dirjen Dikdasmen Kemdikbud RI No. 3603/d/dm/2015
Surat Edaran Gubernur
Jawa Tengah No. 421.3/001011
Undang

Undang Dasar 1945


UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pengalihan Pengelolaan Pendidikan
UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
C. Internet

Mengikuti Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah,


pengelolaan sekolah tingkat SMK/SMA di sejumlah provinsi akan dialihkan dari awalnya
pemerintah kabupaten/kota ke pemerintah provinsi.

Untuk menjalankan amanah UU ini, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy
mengatakan, akan memperbaiki koordinasi untuk mengatasi sejumlah masalah yang muncul
dalam proses pengalihan pengelolaan itu. Antara lain isu tunjangan bagi guru honorer.

Baca Juga

Ini Tempat Kenangan Jokowi Semasa Kuliah di UGM


Beda Paskibra dan Paskibraka
Jokowi: Guru Juga Mengemban Tugas Kenabian

"Nanti akan kita petakan satu per satu. Kita urai mulai dari pendidiknya, terutama guru, ada
guru PNS, ada guru honorer, guru tidak tetap," kata Muhadjir setelah menemui Presiden Joko
Widodo atau Jokowi di komplek Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (17/1/2017).

Menurut Muhadjir, masalah aset dan koordinasi antara Kemendikbud dengan sejumlah
lembaga pendidikan mulai tingkat PAUD, SD, SMP hingga SMA juga akan dibenahi.

Menteri mengatakan masalah tunjangan maupun gaji untuk guru honorer juga masih dibahas
pemerintah daerah dengan kementerian.

"Sekarang dialihkannya mereka ikut menjadi bagian dari provinsi, dan itu ada provinsi yang
belum menganggarkan," kata Muhadjir mengenai anggaran untuk guru honorer di tingkat
provinsi yang belum merata, seperti dikutip dari Antara.

Muhadjir mengatakan, kementeriannya bersama pemerintah provinsi masih membahas solusi


yang akan dilakukan untuk masalah itu.
"Pokoknya jangan sampai mengganggu proses belajar mengajar dan pengelolaan sekolah,"
tegas Muhadjir Effendi.

SMA/SMK
Mendikbud Muhadjir Effendi

0%suka

0%lucu

Mulai 2017 pengelolaan SMA dan SMK akan mulai diambil alih oleh Pemerintah Provinsi
Jawa Barat. Pengambil alihan pengelolaan SMA dan SMK oleh provinsi ini, membuat alokasi
anggaran pendidikan untuk SMA dan SMK tidak dianggarkan lagi dalam struktur APBD
Kota Bandung 2017.

Sekda Kota Bandung Yossi Irianto mengatakan, pengelolaan SMA dan SMK yang mulai
diambil alih oleh Pemprov Jabar menjadi sebuah keuntungan. Sebab anggaran pengelolaan
SMA/SMK sebesar Rp 250 miliar dapat dialokasikan untuk sektor lain.

"Ini keuntungan bagi kita. Hampir Rp 250 miliar untuk beban pengelolaan SMA/SMK.
Sehingga kita ada ruang penggunaan sektor lain. Namun pendidikan dan kesehatan tetap
menjadi belanja wajib," ujar Yossi kepada wartawan saat ditemui di Gedung DPRD Kota
Bandung beberapa waktu lalu .

Yossi yang juga merupakan Ketua Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) Kota Bandung
ini menyebutkan, pihaknya akan mengembangkan dana ini untuk menyasar sektor
infrastruktur.

"Nah kita kembangkan dan kemas infrastruktur. Lebih dari dua tahun kita sudah baik
(pembangunan infrastruktur) karena kemampuan anggaran, " katanya.

Yossi mengungkapkan, dalam Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Kota Bandung
tahun 2017, sektor pendidikan dan kesehatan tetap menjadi perhatian utama dalam alokasi
anggaran. Adapun nominal APBD Kota Bandung pada 2017, berada di kisaran Rp 7 triliun
karena pendapatan APBD juga akan didukung Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Dana
Alokasi Umum (DAU).

(FF/DR)
Tugas 2

- Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy, mengatakan rencana penerapan


lima hari sekolah atau full day school (FDS) juga bertujuan untuk memperbaiki sistem
penilaian kerja guru. Hal ini seiring dengan terbitnya Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun
2017 tentang Revisi Beban Kerja Guru.

Muhadjir menjelaskan pemerintah ingin menyesuaikan penilaian kerja guru dengan aparatur
sipil negara (ASN) lain. "Yang di beberapa kantor telah memberlakukan lima hari kerja,"
katanya di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa, 13 Juni 2017.

ADVERTISING

Baca: Menteri Pendidikan: Peraturan Sekolah Lima Hari Sudah Terbit

Menurut dia, kriteria penilaian terhadap kinerja guru selama ini dianggap belum sesuai
dengan kondisi di lapangan. Minimal jam kerja 24 jam sepekan belum mencerminkan tugas
pokok guru secara keseluruhan. "Karena sebetulnya tugas pokok guru tidak hanya mengajar
di kelas 24 jam tatap muka itu, akibatnya banyak tugas-tugas guru lainnya yang tidak diakui,"
ujarnya.

Pemerintah mencoba mencari alternatif agar lebih longgar dalam menilai kinerja guru, yaitu
dengan menyepadankan standar yang berlaku bagi ASN pada umumnya. "Sehingga muncul
lima hari kerja itu, tentu sekolah juga harus menyesuaikan, sekolah jadi lima hari juga," kata
Muhadjir.

Ia meminta tidak perlu khawatir dengan rencana FDS ini yang juga membuat jam belajar
peserta didik menjadi delapan jam sehari. Menurut dia, beban peserta didik tidak akan
bertambah.

Baca: MAARIF Institute Mendukung Wacana Full Day School, Ini Alasannya

"Masih ada persepsi yang salah di sebagian masyarakat seolah anak-anak akan di kelas
(selama) delapan jam diberi pelajaran terus-menerus. Sama sekali tidak," tuturnya.

Muhadjir Effendy menambahkan sistem full day school ini telah diuji coba di sekitar 9.300
sekolah. Selain itu ada pula sembilan pemerintah daerah kabupaten/kota yang secara sukarela
menerapkan sistem ini.

AHMAD FAIZ

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan akan membatalkan rencana kebijakan perpanjangan jam
sekolah dasar dan menengah. Pembatalan ini disambut baik berbagai kalangan.

VOA
Beragam pandangan muncul sehari setelah Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir
Effendy mengumumkan akan memperpanjang jam sekolah dasar dan menengah. Ada yang
mendukung, tetapi tidak sedikit pula yang menentangnya.

Mereka yang mendukung mengatakan gagasan kebijakan yang diambil dari sistem
pendidikan dasar dan menengah di Finlandia itu akan menghasilkan sumber daya manusia
berkualitas karena sejak awal siswa diberi pendidikan karakter. Tetapi mereka yang menolak
rencana kebijakan itu menilai infrastruktur dan luas wilayah Indonesia tidak memungkinkan
menerapkan kebijakan seperti Finlandia.

Ketua Lingkaran Pendidikan Alternatif (KAPAL) Perempuan Misiyah menyayangkan


kebijakan yang diumumkan Muhadjir seminggu setelah dilantik menjadi menteri pendidikan
itu.

Pertama, menurut saya kalau menteri baru seharusnya mempelajari terlebih dahulu
Rancangan Pembangunan Nasional RPNJM yang merupakan dasar-dasar kebijakan presiden.
Seharusnya ia mengikuti rancangan itu dan tidak membuat kebijakan-kebijakan baru yang
bertentangan," ujarnya.

"Kedua, juga melihat rencana strategis apa yang sudah disusun menteri sebelumnya, baru
membuat kajian-kajian lebih lanjut jika ingin membuat kebijakan baru. Jadi seharusnya ia
mengenali medanya terlebih dahulu, baru merancang kebijakan baru jika memang ada, kata
Misiyah.

Pemimpin Sekolah Pedalangan Wayang Sasak di Lombok Barat, Abdul Latif Apriaman,
mengatakan sangat terkejut ketika mendengar rencana kebijakan itu.

Saya kaget ada keputusan oleh menteri yang kinerjanya baru beberapa hari tetapi sudah
membuat kebijakan yang mengejutkan. Entah apa dasar kajian akademisnya. Tetapi saya rasa
tidak banyak sekolah yang siap. Bagi sekolah-sekolah di Indonesia, apalagi di tempat
terpencil seperti sekolah yang saya gagas, kami belum siap, kata Abdul.

Rencana Kebijakan Full Day School akan Dibatalkan

0:00:00 /0:04:56
Unduh

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy mengatakan rencana perpanjangan


jam sekolah dasar dan menengah itu berawal dari keinginan mengimplementasikan Nawacita
atau agenda prioritas pemerintahan Presiden Joko Widodo.

Untuk itu, Muhadjir ingin mengubah porsi pendidikan di tingkat sekolah dasar menjadi 70
persen pendidikan karakter dan 30 persen pendidikan pengetahuan. Sementara di tingkat
sekolah menengah, angka itu diubah menjadi 60 persen pendidikan karakter dan 30 persen
pendidikan pengetahuan.
Perpanjangan jam sekolah dinilai akan dapat membantu guru memperoleh tambahan jam
mengajar sebagai syarat meraih sertifikasi guru, dan sekaligus memberi lingkungan yang
aman bagi siswa.

Saya ingin sekolah yang menjadi rumah kedua, bukan swalayan atau mal," katanya kepada
wartawan pekan lalu ketika mengumumkan rencana itu.

Pendidikan Karakter Tak Hanya dari Agama

Namun rencana itu langsung menuai kontroversi, terlebih ketika dalam sebuah forum diskusi
di Universitas Muhammadiah Malang UMM hari Minggu (7/8), Muhadjir mencontohkan
belajar mengaji sebagai salah satu bentuk ekstrakurikuler selepas jam sekolah. Contoh itu
dikecam karena menurut sejumlah pendidik dan aktivis, pendidikan karakter tidak melulu
diperoleh dari pelajaran agama.

Ia beralasan ini merupakan pendidikan karakter. Pertanyaannya jika memang orientasinya


ke sana, apakah pendidikan karakter itu dijawab lewat pendidikan agama saja? Lalu
bagaimana dengan mereka yang letak sekolahnya sangat jauh dengan rumah? Bagaimana
dengan mereka yang bersekolah di pulau-pulau terpencil?" ujar Misiyah.

Para siswa Sekolah Pedalangan Wayang Sasak mengikuti proses belajar di bawah bimbingan
Dalang Sukardi. (Foto: Courtesy wayangsasak.org)

"Jika ia pulang-pergi naik perahu pada malam hari misalnya, apa tidak tambah berbahaya?
Belum lagi pada anak-anak perempuan yang harus melewati ladang atau hutan dll. Tidakkah
beresiko pemerkosaan dan kekerasan seksual? Lihat bagaimana kasus YY di Bengkulu yang
diperkosa beramai-ramai ketika ia pulang sekolah dan melewati jalan yang sepi."

"Pejabat-pejabat publik seharusnya sensitif menggali informasi sedalam-dalamnya sebelum


membuat kebijakan. Lihat bagaimana dampak kebijakan itu pada ketimpangan wilayah,
ketimpangan ekonomi, ketimpangan infrastruktur dan ketimpangan jenis kelamin yang ada,
tutur Misiyah.

Abdul Latif Apriaman dari Sekolah Pedalangan Wayang Sasak melalui media sosial
mengajak Muhadjir untuk datang ke sekolahnya, di mana siswa diberi peluang untuk tidak
sekedar menjadi siswa tetapi juga menjadi guru.

Di sini siswa diajar menjadi manusia, lewat pendidikan yang sehat, mencerdaskan tetapi
juga menyenangkan," tambah Latif.
Dalam konferensi pers di Jakarta Selasa siang, Mendikbud Muhadjir Effendy mengatakan
akan membatalkan rencana perpanjangan jam sekolah atau yang ramai disebut sebagai
kebijakan full day school itu.

Jika memang belum dapat dilaksanakan, saya akan menarik rencana itu dan mencari
pendekatan lain," ujar Muhadjir.

Tetapi warga masyarakat tampaknya harus bersiap-siap menghadapi kontroversi baru.


Muhadjir juga akan meninjau ulang kebijakan sekolah gratis yang dinilai kerap menghambat
partisipasi masyarakat dalam mengelola lembaga pendidikan. Rencana peninjauan ulang itu
disampaikannya seusai bertemu Wakil Presiden Jusuf Kalla di Jakarta, Senin (8/8). [em/ds]

Konsep Full Day Scholl yang Memenjarakan

Ilustrasi (CNN Indonesia/Gautama Padmacinta)

Rachmad Panjaitan @rachmadpanjaitan

Share

Jakarta, CNN Indonesia -- Saya tidak pernah membiarkan Sekolah Mengganggu Pendidikan saya -
Mark Twain

Kutipan bijak dari novelis sekaligus berprofesi pengajar ini menyuruh kita mengkaji sekolah lebih
komprehensif dan substansi. Tentu sekolah yang dimaksud adalah pendidikan yang berada di bawah
naungan instusi negara.

Menariknya gagasan Mendikbud Muhadjir Effendy yang baru dipilih bapak Presiden Jokowi,
langsung menunjukkan taringnya di dunia pendidikan. Dengan dalil perbaikan kualitas, pak menteri
menggagas beberapa rencana kebijakan seperti menghapuskan sekolah gratis (walau dari dulu
enggak gratis), melanjutkan kurikulum 2013 (walau hasil evaluasi tidak ada), sampai yang paling
fenomenal yaitu, Full Day School (FDS)

Bapak menteri yang kece ini mungkin punya hati yang kuat atau otak yang brilian dalam
meningkatkan kualitas pendidikan. Apalagi dirinya sangat percaya diri, bahwa setiap kebijakannya
akan disetujui Pak Presiden dan Wapresnya. Contohnya, Program FDS ini. Bapak Menteri ini telah
mengantongi persetujuan dari Wapres. Dengan bangganya, pak menteri akan melakukan kajian,
mengeluarkan Permen hingga memulai pilot project ke beberapa sekolah untuk melihat respons
pasar (itu istilah JK menyebut sekolah).
Rencana Kebijakan FDS ini disambut berbagai protes dari masyarakat. Tapi agar lebih objektif, ada
baiknya kita mengulasnya ya Pak Mendikbud. Sebelum kita mengulas FDS ini, ada baiknya juga kita
membahas pendidikan khususnya pendidikan dasar di Indonesia.

Kalau merujuk UU Sisdiknas No.20 Thn 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana yang
tertuang ke dalam tujuan pendidikan nasional dan pendidikan dasar yaitu mewujudkan suasana
belajar yang nyaman dan proses kegiatan pembelajaran dengan tujuan agar siswa aktif
mengembangkan daya intelektualnya. Atau di dalam Pembukaan UUD 1945 tertera bahwa
mencerdaskan kehidupan bangsa adalah salah-satu tujuan Indonesia didirikan.

Tentu inilah menjadi cita-cita bangsa Indonesia untuk memberikan pendidikan kepada seluruh
warganya sebagai antitesa atas pendidikan di zaman kolonial yang diskriminatif. Itu sebabnya
konstitusi mengatur pendidikan sebagai hak seluruh rakyat di Indonesia dan negara wajib
menyelenggarakannya.

Atas dasar itu pula pendidikan bukanlah barang komoditas yang bisa diperjualbelikan. Walau
kenyataannya saat ini, pendidikan semakin jatuh ke jurang neoliberalisasi yang semata-mata
berorientasi profit (makanya juga pemasukan dari biaya pendidikan tinggi masuk kategori PNBP
guys).

Sementara yang dimaksud pendidikan dasar di Indonesia terdiri dari 2 tahap: SD/MI (6 tahun) dan
SMP/MT (3 tahun). Tujuan pendidikan dasar tentu disesuaikan dengan usia peserta didik. Maka
diarahkan untuk pembentukan karakter, berdisiplin, tanggung jawab, meningkatkan jiwa sosial dan
pengetahuan sains-teknologi serta lingkungan sangatlah penting untuk dicapai.

Pengertian pendidikan beserta tujuannya tentu akan dipengaruhi dari metode sistem pendidikan di
Indonesia. Baik kurikulum (saat ini terjadi polemik kurikulum 2013), pengajar, infrastuktur, anggaran
hingga metode.

Mendikbud Prof. Muhadjir Effendy menyebutkan bahwa FDS atau seharian di sekolah adalah usaha
untuk mencapai tujuan pendidikan dasar yang berkualitas bagi peserta didik Indonesia.

Ada beberapa alasan yang dikemukakan pak menteri baru ini untuk memuluskan FDS dijalankan di
Indonesia. Di antaranya: pertama, agar terbentuk karakter peserta didik yang baik sehingga tidak liar
saat di luar (apakah keluarga dan lingkungan sosial yang dimaksud liar pak?).

Kedua, agar anak tidak sendiri ketika orang tua bekerja (Bukankah semua orang adalah guru dan
semua masyarakat adalah orang tua? Atau mohon diajukan pak jam kerja yang tidak panjang dengan
upah layak kepada orangtua anak-anak, khususnya dari kalangan kelas buruh dan kaum tani, agar
mereka punya waktu bersama yang banyak pak).

Ketiga, memberikan tugas yang lebih banyak (apakah anak-anak tidak butuh bermain dengan alam,
masyarakat dan lingkungannya pak? Tugas-tugas itu hanya teori tanpa praktek pak, kami jenuh di
sekolah pak!).
Keempat, untuk membendung ajaran radikalisasi. Di sekolah mereka bisa mendapatkan ajaran
ekstrakurikuler agama, seni, olahraga yang tidak menyesatkan (Seseram itu kah pak? Bukankah
sekolah-sekolah berpahamkan neolib dan feodalisme lebih menyeramkan?)

Kelima; mengurangi penyimpangan peserta didik (bukankah sekolah mengajari peserta didik yang
individual, pragmatis, liberal ya pak? Kan itu menyimpang untuk karakternya!)

Sekumpulan alasan bapak menteri masih sangat susah dicerna oleh rasio untuk memajukan
pendidikan dasar di Indonesia. FDS seolah-seolah menjadi kebijakan menuju pembobotan peserta
didik yang mampu membentuk karakter, daya kritis maupun kreativitas si siswa.

Jikalah itu benar, apakah sekolah saat ini sudah tempat yang nyaman dan aman bagi kami? Apakah
sekolah itu tempat yang benar-benar memberikan manfaat bagi perkembangan iptek yang berguna
bagi rakyat? (Mohon dijawab pak, atau ijinkan saya menjawabnya pak!).

Saya memahami bahwa pendidikan itu sangat penting bagi kemajuan suatu bangsa dan negara.
Pendidikan bahkan menjadi instrumen yang menopang bangsa yang mandiri dan berdaulat tanpa
cengkeraman kekuatan manapun.

Jika mengutip indikator kemajuan pendidikan dasar oleh Edward (1992) ada 12, mulai dari
pendidikan dari orang tua, dukungan dari sistem pendidikan yang efektif, infrastuktur yang
menunjang, kepemimpinan yang baik, mewujudkan harapan yang tinggi dari peserta didik, sikap
yang baik dari guru, waktu pembelajaran yang efektif, metode pembelajaran yang menyesuaikan
dengan usia, interaksi, penghargaan kepada peserta didik dan kebebasan akademik sekolah. Apakah
itu sudah dipenuhi pak?

Tapi lagi-lagi kenyataannya berbeda Pak. Pendidikan di Indonesia masih belum menjalankan tugas
sejarahnya sebagai alat kebudayaan yang mentransformasikan nilai-nilai yang mampu
memanusiakan manusia atau dalam bahasa rakyat, membebaskan penindasan manusia atas
manusia.

Lanjut Paulo Freire bahwa pendidikan itu adalah membebaskan bukan membelenggu. Pendidikan itu
menciptakan kepercayaan diri kepada peserta didik sebagai modal atas kemerdekaan. Pendidikan itu
juga bukan sebatas sekolah-sekolah mengajarkan hal-hal dengan label modern. Namun inti tujuan
sekolah adalah menciptakan pendidikan yang berorientasi pada keberpihakan kaum tertindas.

Kritikan Paulo atas pendidikan dewasa ini adalah sekolah masih menerapkan pendidikan gaya
bank. Peserta didik dianggap sebagai wadah untuk menampung seluruh rumusan/teori-teori.
Peserta didik menjadi objek, sedangkan pengajar berlagak menjadi subjek yang otoriter yang paling
tahu segala-galanya.

Dalam buku Pedagogy Of The Oppressed dijelaskan soal antagonisme pendidikan yang meliputi:
1. Guru mengajar, murid belajar,
2. Guru tahu segalanya, murid tidak tahu apa-apa,
3. Guru berpikir, murid dipikirkan,
4. Guru bicara, murid mendengar,
5. Guru mengatur, murid diatur,
6. Guru memilih dan memaksakan pilihan, murid menurut,
7. Guru bertindak, murid disuruh membayangkan,
8. Guru memilih materi, murid menyesuaikan,
9. Guru menjadi subjek, murid menjadi objek,
10. Guru menyatakan kebenaran, murid tidak boleh mempertentangkan kebenaran.

Maka betapa celakanya pendidikan itu. Murid hanya disuruh menghapal apa yang diberikan sekolah.
Jika sewaktu-waktu dibutuhkan, maka murid harus mampu mengeluarkan teori/rumusan dari
sekolahnya. Model inilah sesungguhnya memenjarakan daya kritis atau intelektual dari peserta didik.
Karena tidak ubahnya sekolah mendidik muridnya hanya menjadi robot-robot bernyawa.

Sedangkan pendidikan dalam prespektif Karl Marx tidak luput saya akan kemukakan. Menurutnya,
sistem pendidikan dunia ditentukan oleh penguasa ekonomi yang menciptakan kekuasaannya.
Lanjutnya, pendidikan bukanlah berorientasi profit untuk melampiaskan akumulasi kapital bagi
borjuis besar. Namun pendidikan baginya adalah sebuah instrumen kebudayaan yang membebaskan
manusia dari belenggu dehumanisasi serta menciptakan manusia menjadi manusia sejatinya.

Kritikan Marx, pendidikan dari sekolah-sekolah yang ada bukanlah untuk kemajuan peradaban
manusia-masyarakat, tapi pendidikan/sekolah masih opresif bagi peserta didik untuk memperkuat
dominasi kapitalisme-imperialisme di seluruh dunia. Maka cara-cara pengekangan, pemaksaan,
militeristik, tidak ilmiah, terbelakang, menjadi wajah sekolah-sekolah.

Singkatnya Marx menyatakan bahwa tujuan dari pendidikan itu adalah membentuk karakter
manusia yang tercerahkan untuk menciptakan kesadaraan sosial yang lahir dari keadaan sosial untuk
memproduksi manusia-manusia baru yang progresif, egaliter, demokratis dan membebaskan
manusia dari penindasan.

Terang, bahwa kemajuan pendidikan bukanlah sebuah PEMENJARAAN yang memisahkan peserta
didik dari kehidupan sosialnya baik keluarga, masyarakat dan lingkungannya. Pendidikan harus
mampu mengintegrasikan sekolah sebagai alat PEMBEBASAN bukan PEMENJARAAN. Karena jika pak
Menteri tahu, bahwa asal usul pengertian sekolah itu dari Yunani, maka bapak akan lbh paham.
Sehingga tidak kontraproduktif dengan lahirnya gagasan FDS.

Atau saya ijinkan kembali menjelaskannya kepada bapak, barangkali juga bapak lupa. Sekolah,
skhole, scola, scolae atau skhola yang memiliki arti: WAKTU LUANG.

FDS itu bukan solusi pak. Atau jangan-jangan FDS menjadi proyek untuk semakin mengintensifkan
sekolah sebagai Ideological State Aparratus neolib sebagaimana disebut Althusser!

Sekolah belum terlalu nyaman dan aman bagi siswa, Pak. Tidak sedikit siswa-siswa stres menghadapi
proses belajar di sekolah (di kampus aja banyak mahasiswa stress karena beban SKS-tugas yang
banyak pak, yang membuat dirinya teralienasikan dari kenyataan sosial).
Siswa-siswa butuh suasana sekolah yang nyaman dan aman. Siswa-siswa membutuhkan pendidikan
yang berguna untuk membentuk karakternya yang kolektif, demokratis, bersosial. Siswa-siswa
membutuhkan sekolah yang MEMBEBASKAN, bukan MEMENJARAKAN.

Good Bye FDS!


(ded/ded)

Terpopuler

Artikel Terkait

Jangan Biarkan Anak Selalu Merasa Menang


Pernah Dengar Soal Banten

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan akan membatalkan rencana kebijakan perpanjangan jam
sekolah dasar dan menengah. Pembatalan ini disambut baik berbagai kalangan.

VOA

Beragam pandangan muncul sehari setelah Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir
Effendy mengumumkan akan memperpanjang jam sekolah dasar dan menengah. Ada yang
mendukung, tetapi tidak sedikit pula yang menentangnya.

Mereka yang mendukung mengatakan gagasan kebijakan yang diambil dari sistem
pendidikan dasar dan menengah di Finlandia itu akan menghasilkan sumber daya manusia
berkualitas karena sejak awal siswa diberi pendidikan karakter. Tetapi mereka yang menolak
rencana kebijakan itu menilai infrastruktur dan luas wilayah Indonesia tidak memungkinkan
menerapkan kebijakan seperti Finlandia.

Ketua Lingkaran Pendidikan Alternatif (KAPAL) Perempuan Misiyah menyayangkan


kebijakan yang diumumkan Muhadjir seminggu setelah dilantik menjadi menteri pendidikan
itu.

Pertama, menurut saya kalau menteri baru seharusnya mempelajari terlebih dahulu
Rancangan Pembangunan Nasional RPNJM yang merupakan dasar-dasar kebijakan presiden.
Seharusnya ia mengikuti rancangan itu dan tidak membuat kebijakan-kebijakan baru yang
bertentangan," ujarnya.

"Kedua, juga melihat rencana strategis apa yang sudah disusun menteri sebelumnya, baru
membuat kajian-kajian lebih lanjut jika ingin membuat kebijakan baru. Jadi seharusnya ia
mengenali medanya terlebih dahulu, baru merancang kebijakan baru jika memang ada, kata
Misiyah.

Pemimpin Sekolah Pedalangan Wayang Sasak di Lombok Barat, Abdul Latif Apriaman,
mengatakan sangat terkejut ketika mendengar rencana kebijakan itu.

Saya kaget ada keputusan oleh menteri yang kinerjanya baru beberapa hari tetapi sudah
membuat kebijakan yang mengejutkan. Entah apa dasar kajian akademisnya. Tetapi saya rasa
tidak banyak sekolah yang siap. Bagi sekolah-sekolah di Indonesia, apalagi di tempat
terpencil seperti sekolah yang saya gagas, kami belum siap, kata Abdul.

Rencana Kebijakan Full Day School akan Dibatalkan


0:00:00 /0:04:56
Unduh

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy mengatakan rencana perpanjangan


jam sekolah dasar dan menengah itu berawal dari keinginan mengimplementasikan Nawacita
atau agenda prioritas pemerintahan Presiden Joko Widodo.

Untuk itu, Muhadjir ingin mengubah porsi pendidikan di tingkat sekolah dasar menjadi 70
persen pendidikan karakter dan 30 persen pendidikan pengetahuan. Sementara di tingkat
sekolah menengah, angka itu diubah menjadi 60 persen pendidikan karakter dan 30 persen
pendidikan pengetahuan.

Perpanjangan jam sekolah dinilai akan dapat membantu guru memperoleh tambahan jam
mengajar sebagai syarat meraih sertifikasi guru, dan sekaligus memberi lingkungan yang
aman bagi siswa.

Saya ingin sekolah yang menjadi rumah kedua, bukan swalayan atau mal," katanya kepada
wartawan pekan lalu ketika mengumumkan rencana itu.

Pendidikan Karakter Tak Hanya dari Agama

Namun rencana itu langsung menuai kontroversi, terlebih ketika dalam sebuah forum diskusi
di Universitas Muhammadiah Malang UMM hari Minggu (7/8), Muhadjir mencontohkan
belajar mengaji sebagai salah satu bentuk ekstrakurikuler selepas jam sekolah. Contoh itu
dikecam karena menurut sejumlah pendidik dan aktivis, pendidikan karakter tidak melulu
diperoleh dari pelajaran agama.

Ia beralasan ini merupakan pendidikan karakter. Pertanyaannya jika memang orientasinya


ke sana, apakah pendidikan karakter itu dijawab lewat pendidikan agama saja? Lalu
bagaimana dengan mereka yang letak sekolahnya sangat jauh dengan rumah? Bagaimana
dengan mereka yang bersekolah di pulau-pulau terpencil?" ujar Misiyah.

Para siswa Sekolah Pedalangan Wayang Sasak mengikuti proses belajar di bawah bimbingan
Dalang Sukardi. (Foto: Courtesy wayangsasak.org)

"Jika ia pulang-pergi naik perahu pada malam hari misalnya, apa tidak tambah berbahaya?
Belum lagi pada anak-anak perempuan yang harus melewati ladang atau hutan dll. Tidakkah
beresiko pemerkosaan dan kekerasan seksual? Lihat bagaimana kasus YY di Bengkulu yang
diperkosa beramai-ramai ketika ia pulang sekolah dan melewati jalan yang sepi."

"Pejabat-pejabat publik seharusnya sensitif menggali informasi sedalam-dalamnya sebelum


membuat kebijakan. Lihat bagaimana dampak kebijakan itu pada ketimpangan wilayah,
ketimpangan ekonomi, ketimpangan infrastruktur dan ketimpangan jenis kelamin yang ada,
tutur Misiyah.

Abdul Latif Apriaman dari Sekolah Pedalangan Wayang Sasak melalui media sosial
mengajak Muhadjir untuk datang ke sekolahnya, di mana siswa diberi peluang untuk tidak
sekedar menjadi siswa tetapi juga menjadi guru.

Di sini siswa diajar menjadi manusia, lewat pendidikan yang sehat, mencerdaskan tetapi
juga menyenangkan," tambah Latif.

Dalam konferensi pers di Jakarta Selasa siang, Mendikbud Muhadjir Effendy mengatakan
akan membatalkan rencana perpanjangan jam sekolah atau yang ramai disebut sebagai
kebijakan full day school itu.

Jika memang belum dapat dilaksanakan, saya akan menarik rencana itu dan mencari
pendekatan lain," ujar Muhadjir.

Tetapi warga masyarakat tampaknya harus bersiap-siap menghadapi kontroversi baru.


Muhadjir juga akan meninjau ulang kebijakan sekolah gratis yang dinilai kerap menghambat
partisipasi masyarakat dalam mengelola lembaga pendidikan. Rencana peninjauan ulang itu
disampaikannya seusai bertemu Wakil Presiden Jusuf Kalla di Jakarta, Senin (8/8). [em/ds]

Das könnte Ihnen auch gefallen