Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Negara dalam hal ini Kementerian Keuangan masih akan tetap menjadi pihak yang
bertanggungjawab atas aset tersebut, kata Hamid dalam Konferensi Pers Rembuk Nasional
Pendidikan dan Kebudayaan (RPNK) 2016 di Pusat Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat)
Kemendikbud, Sawangan, Depok, Senin (22/2). Hal yang berbeda hanya pencatatan yang akan
dilimpahkan ke pemerintah provinsi.
Hamid juga mengatakan kaitan pengalihan dengan politisasi para calon kepala daerah saat
Pemilukada. Dia mengatakan, tidak ada unsur jamin-menjamin agar pengalihan kewenangan ini bisa
benar-benar bebas dari unsur politisasi. Hal ini karena dinamika politik di Indonesia terutama di
daerah masih luar biasa.
Hal terpenting, kata Hamid, pelimpahan kewenangannya saja terlebih dahulu yang diprioritaskan.
Jika ada persoalan, lanjut dia, maka ini harus segera dihadapi dengan sebaik mungkin.
Menurut Hamid, pengalihan kewenangan ini pada dasarnya agar pemerintah daerah bisa lebih
fokus. Pemerintah kabupaten/kota dapat lebih fokus membenahi pendidikan dasar, Pendidikan Anak
Usia Dini (PAUD) dan Pendidikan Masyarakat (Dikmas). Pemkab/pemkab diharapkan bisa mengurusi
ini secara optimal dan maksimal.
Sementara pemerintah provinsi dapat lebih memprioritaskan pendidikan menengahnya. Selain itu,
pemprov juga diharapkan bisa menuntaskan program yang dicanangkan pemerintah pusat, yakni
Wajib Belajar (wajar) 12 Tahun.
Untuk menjalankan amanah UU ini, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy
mengatakan, akan memperbaiki koordinasi untuk mengatasi sejumlah masalah yang muncul
dalam proses pengalihan pengelolaan itu. Antara lain isu tunjangan bagi guru honorer.
Baca Juga
"Nanti akan kita petakan satu per satu. Kita urai mulai dari pendidiknya, terutama guru, ada
guru PNS, ada guru honorer, guru tidak tetap," kata Muhadjir setelah menemui Presiden Joko
Widodo atau Jokowi di komplek Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (17/1/2017).
Menurut Muhadjir, masalah aset dan koordinasi antara Kemendikbud dengan sejumlah
lembaga pendidikan mulai tingkat PAUD, SD, SMP hingga SMA juga akan dibenahi.
Menteri mengatakan masalah tunjangan maupun gaji untuk guru honorer juga masih dibahas
pemerintah daerah dengan kementerian.
"Sekarang dialihkannya mereka ikut menjadi bagian dari provinsi, dan itu ada provinsi yang
belum menganggarkan," kata Muhadjir mengenai anggaran untuk guru honorer di tingkat
provinsi yang belum merata, seperti dikutip dari Antara.
SMA/SMK
Mendikbud Muhadjir Effendi
0%suka
0%lucu
Mulai 2017 pengelolaan SMA dan SMK akan mulai diambil alih oleh Pemerintah Provinsi
Jawa Barat. Pengambil alihan pengelolaan SMA dan SMK oleh provinsi ini, membuat alokasi
anggaran pendidikan untuk SMA dan SMK tidak dianggarkan lagi dalam struktur APBD
Kota Bandung 2017.
Sekda Kota Bandung Yossi Irianto mengatakan, pengelolaan SMA dan SMK yang mulai
diambil alih oleh Pemprov Jabar menjadi sebuah keuntungan. Sebab anggaran pengelolaan
SMA/SMK sebesar Rp 250 miliar dapat dialokasikan untuk sektor lain.
"Ini keuntungan bagi kita. Hampir Rp 250 miliar untuk beban pengelolaan SMA/SMK.
Sehingga kita ada ruang penggunaan sektor lain. Namun pendidikan dan kesehatan tetap
menjadi belanja wajib," ujar Yossi kepada wartawan saat ditemui di Gedung DPRD Kota
Bandung beberapa waktu lalu .
Yossi yang juga merupakan Ketua Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) Kota Bandung
ini menyebutkan, pihaknya akan mengembangkan dana ini untuk menyasar sektor
infrastruktur.
"Nah kita kembangkan dan kemas infrastruktur. Lebih dari dua tahun kita sudah baik
(pembangunan infrastruktur) karena kemampuan anggaran, " katanya.
Yossi mengungkapkan, dalam Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Kota Bandung
tahun 2017, sektor pendidikan dan kesehatan tetap menjadi perhatian utama dalam alokasi
anggaran. Adapun nominal APBD Kota Bandung pada 2017, berada di kisaran Rp 7 triliun
karena pendapatan APBD juga akan didukung Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Dana
Alokasi Umum (DAU).
(FF/DR)
Tugas 2
Muhadjir menjelaskan pemerintah ingin menyesuaikan penilaian kerja guru dengan aparatur
sipil negara (ASN) lain. "Yang di beberapa kantor telah memberlakukan lima hari kerja,"
katanya di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa, 13 Juni 2017.
ADVERTISING
Menurut dia, kriteria penilaian terhadap kinerja guru selama ini dianggap belum sesuai
dengan kondisi di lapangan. Minimal jam kerja 24 jam sepekan belum mencerminkan tugas
pokok guru secara keseluruhan. "Karena sebetulnya tugas pokok guru tidak hanya mengajar
di kelas 24 jam tatap muka itu, akibatnya banyak tugas-tugas guru lainnya yang tidak diakui,"
ujarnya.
Pemerintah mencoba mencari alternatif agar lebih longgar dalam menilai kinerja guru, yaitu
dengan menyepadankan standar yang berlaku bagi ASN pada umumnya. "Sehingga muncul
lima hari kerja itu, tentu sekolah juga harus menyesuaikan, sekolah jadi lima hari juga," kata
Muhadjir.
Ia meminta tidak perlu khawatir dengan rencana FDS ini yang juga membuat jam belajar
peserta didik menjadi delapan jam sehari. Menurut dia, beban peserta didik tidak akan
bertambah.
Baca: MAARIF Institute Mendukung Wacana Full Day School, Ini Alasannya
"Masih ada persepsi yang salah di sebagian masyarakat seolah anak-anak akan di kelas
(selama) delapan jam diberi pelajaran terus-menerus. Sama sekali tidak," tuturnya.
Muhadjir Effendy menambahkan sistem full day school ini telah diuji coba di sekitar 9.300
sekolah. Selain itu ada pula sembilan pemerintah daerah kabupaten/kota yang secara sukarela
menerapkan sistem ini.
AHMAD FAIZ
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan akan membatalkan rencana kebijakan perpanjangan jam
sekolah dasar dan menengah. Pembatalan ini disambut baik berbagai kalangan.
VOA
Beragam pandangan muncul sehari setelah Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir
Effendy mengumumkan akan memperpanjang jam sekolah dasar dan menengah. Ada yang
mendukung, tetapi tidak sedikit pula yang menentangnya.
Mereka yang mendukung mengatakan gagasan kebijakan yang diambil dari sistem
pendidikan dasar dan menengah di Finlandia itu akan menghasilkan sumber daya manusia
berkualitas karena sejak awal siswa diberi pendidikan karakter. Tetapi mereka yang menolak
rencana kebijakan itu menilai infrastruktur dan luas wilayah Indonesia tidak memungkinkan
menerapkan kebijakan seperti Finlandia.
Pertama, menurut saya kalau menteri baru seharusnya mempelajari terlebih dahulu
Rancangan Pembangunan Nasional RPNJM yang merupakan dasar-dasar kebijakan presiden.
Seharusnya ia mengikuti rancangan itu dan tidak membuat kebijakan-kebijakan baru yang
bertentangan," ujarnya.
"Kedua, juga melihat rencana strategis apa yang sudah disusun menteri sebelumnya, baru
membuat kajian-kajian lebih lanjut jika ingin membuat kebijakan baru. Jadi seharusnya ia
mengenali medanya terlebih dahulu, baru merancang kebijakan baru jika memang ada, kata
Misiyah.
Pemimpin Sekolah Pedalangan Wayang Sasak di Lombok Barat, Abdul Latif Apriaman,
mengatakan sangat terkejut ketika mendengar rencana kebijakan itu.
Saya kaget ada keputusan oleh menteri yang kinerjanya baru beberapa hari tetapi sudah
membuat kebijakan yang mengejutkan. Entah apa dasar kajian akademisnya. Tetapi saya rasa
tidak banyak sekolah yang siap. Bagi sekolah-sekolah di Indonesia, apalagi di tempat
terpencil seperti sekolah yang saya gagas, kami belum siap, kata Abdul.
0:00:00 /0:04:56
Unduh
Untuk itu, Muhadjir ingin mengubah porsi pendidikan di tingkat sekolah dasar menjadi 70
persen pendidikan karakter dan 30 persen pendidikan pengetahuan. Sementara di tingkat
sekolah menengah, angka itu diubah menjadi 60 persen pendidikan karakter dan 30 persen
pendidikan pengetahuan.
Perpanjangan jam sekolah dinilai akan dapat membantu guru memperoleh tambahan jam
mengajar sebagai syarat meraih sertifikasi guru, dan sekaligus memberi lingkungan yang
aman bagi siswa.
Saya ingin sekolah yang menjadi rumah kedua, bukan swalayan atau mal," katanya kepada
wartawan pekan lalu ketika mengumumkan rencana itu.
Namun rencana itu langsung menuai kontroversi, terlebih ketika dalam sebuah forum diskusi
di Universitas Muhammadiah Malang UMM hari Minggu (7/8), Muhadjir mencontohkan
belajar mengaji sebagai salah satu bentuk ekstrakurikuler selepas jam sekolah. Contoh itu
dikecam karena menurut sejumlah pendidik dan aktivis, pendidikan karakter tidak melulu
diperoleh dari pelajaran agama.
Para siswa Sekolah Pedalangan Wayang Sasak mengikuti proses belajar di bawah bimbingan
Dalang Sukardi. (Foto: Courtesy wayangsasak.org)
"Jika ia pulang-pergi naik perahu pada malam hari misalnya, apa tidak tambah berbahaya?
Belum lagi pada anak-anak perempuan yang harus melewati ladang atau hutan dll. Tidakkah
beresiko pemerkosaan dan kekerasan seksual? Lihat bagaimana kasus YY di Bengkulu yang
diperkosa beramai-ramai ketika ia pulang sekolah dan melewati jalan yang sepi."
Abdul Latif Apriaman dari Sekolah Pedalangan Wayang Sasak melalui media sosial
mengajak Muhadjir untuk datang ke sekolahnya, di mana siswa diberi peluang untuk tidak
sekedar menjadi siswa tetapi juga menjadi guru.
Di sini siswa diajar menjadi manusia, lewat pendidikan yang sehat, mencerdaskan tetapi
juga menyenangkan," tambah Latif.
Dalam konferensi pers di Jakarta Selasa siang, Mendikbud Muhadjir Effendy mengatakan
akan membatalkan rencana perpanjangan jam sekolah atau yang ramai disebut sebagai
kebijakan full day school itu.
Jika memang belum dapat dilaksanakan, saya akan menarik rencana itu dan mencari
pendekatan lain," ujar Muhadjir.
Share
Jakarta, CNN Indonesia -- Saya tidak pernah membiarkan Sekolah Mengganggu Pendidikan saya -
Mark Twain
Kutipan bijak dari novelis sekaligus berprofesi pengajar ini menyuruh kita mengkaji sekolah lebih
komprehensif dan substansi. Tentu sekolah yang dimaksud adalah pendidikan yang berada di bawah
naungan instusi negara.
Menariknya gagasan Mendikbud Muhadjir Effendy yang baru dipilih bapak Presiden Jokowi,
langsung menunjukkan taringnya di dunia pendidikan. Dengan dalil perbaikan kualitas, pak menteri
menggagas beberapa rencana kebijakan seperti menghapuskan sekolah gratis (walau dari dulu
enggak gratis), melanjutkan kurikulum 2013 (walau hasil evaluasi tidak ada), sampai yang paling
fenomenal yaitu, Full Day School (FDS)
Bapak menteri yang kece ini mungkin punya hati yang kuat atau otak yang brilian dalam
meningkatkan kualitas pendidikan. Apalagi dirinya sangat percaya diri, bahwa setiap kebijakannya
akan disetujui Pak Presiden dan Wapresnya. Contohnya, Program FDS ini. Bapak Menteri ini telah
mengantongi persetujuan dari Wapres. Dengan bangganya, pak menteri akan melakukan kajian,
mengeluarkan Permen hingga memulai pilot project ke beberapa sekolah untuk melihat respons
pasar (itu istilah JK menyebut sekolah).
Rencana Kebijakan FDS ini disambut berbagai protes dari masyarakat. Tapi agar lebih objektif, ada
baiknya kita mengulasnya ya Pak Mendikbud. Sebelum kita mengulas FDS ini, ada baiknya juga kita
membahas pendidikan khususnya pendidikan dasar di Indonesia.
Kalau merujuk UU Sisdiknas No.20 Thn 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana yang
tertuang ke dalam tujuan pendidikan nasional dan pendidikan dasar yaitu mewujudkan suasana
belajar yang nyaman dan proses kegiatan pembelajaran dengan tujuan agar siswa aktif
mengembangkan daya intelektualnya. Atau di dalam Pembukaan UUD 1945 tertera bahwa
mencerdaskan kehidupan bangsa adalah salah-satu tujuan Indonesia didirikan.
Tentu inilah menjadi cita-cita bangsa Indonesia untuk memberikan pendidikan kepada seluruh
warganya sebagai antitesa atas pendidikan di zaman kolonial yang diskriminatif. Itu sebabnya
konstitusi mengatur pendidikan sebagai hak seluruh rakyat di Indonesia dan negara wajib
menyelenggarakannya.
Atas dasar itu pula pendidikan bukanlah barang komoditas yang bisa diperjualbelikan. Walau
kenyataannya saat ini, pendidikan semakin jatuh ke jurang neoliberalisasi yang semata-mata
berorientasi profit (makanya juga pemasukan dari biaya pendidikan tinggi masuk kategori PNBP
guys).
Sementara yang dimaksud pendidikan dasar di Indonesia terdiri dari 2 tahap: SD/MI (6 tahun) dan
SMP/MT (3 tahun). Tujuan pendidikan dasar tentu disesuaikan dengan usia peserta didik. Maka
diarahkan untuk pembentukan karakter, berdisiplin, tanggung jawab, meningkatkan jiwa sosial dan
pengetahuan sains-teknologi serta lingkungan sangatlah penting untuk dicapai.
Pengertian pendidikan beserta tujuannya tentu akan dipengaruhi dari metode sistem pendidikan di
Indonesia. Baik kurikulum (saat ini terjadi polemik kurikulum 2013), pengajar, infrastuktur, anggaran
hingga metode.
Mendikbud Prof. Muhadjir Effendy menyebutkan bahwa FDS atau seharian di sekolah adalah usaha
untuk mencapai tujuan pendidikan dasar yang berkualitas bagi peserta didik Indonesia.
Ada beberapa alasan yang dikemukakan pak menteri baru ini untuk memuluskan FDS dijalankan di
Indonesia. Di antaranya: pertama, agar terbentuk karakter peserta didik yang baik sehingga tidak liar
saat di luar (apakah keluarga dan lingkungan sosial yang dimaksud liar pak?).
Kedua, agar anak tidak sendiri ketika orang tua bekerja (Bukankah semua orang adalah guru dan
semua masyarakat adalah orang tua? Atau mohon diajukan pak jam kerja yang tidak panjang dengan
upah layak kepada orangtua anak-anak, khususnya dari kalangan kelas buruh dan kaum tani, agar
mereka punya waktu bersama yang banyak pak).
Ketiga, memberikan tugas yang lebih banyak (apakah anak-anak tidak butuh bermain dengan alam,
masyarakat dan lingkungannya pak? Tugas-tugas itu hanya teori tanpa praktek pak, kami jenuh di
sekolah pak!).
Keempat, untuk membendung ajaran radikalisasi. Di sekolah mereka bisa mendapatkan ajaran
ekstrakurikuler agama, seni, olahraga yang tidak menyesatkan (Seseram itu kah pak? Bukankah
sekolah-sekolah berpahamkan neolib dan feodalisme lebih menyeramkan?)
Kelima; mengurangi penyimpangan peserta didik (bukankah sekolah mengajari peserta didik yang
individual, pragmatis, liberal ya pak? Kan itu menyimpang untuk karakternya!)
Sekumpulan alasan bapak menteri masih sangat susah dicerna oleh rasio untuk memajukan
pendidikan dasar di Indonesia. FDS seolah-seolah menjadi kebijakan menuju pembobotan peserta
didik yang mampu membentuk karakter, daya kritis maupun kreativitas si siswa.
Jikalah itu benar, apakah sekolah saat ini sudah tempat yang nyaman dan aman bagi kami? Apakah
sekolah itu tempat yang benar-benar memberikan manfaat bagi perkembangan iptek yang berguna
bagi rakyat? (Mohon dijawab pak, atau ijinkan saya menjawabnya pak!).
Saya memahami bahwa pendidikan itu sangat penting bagi kemajuan suatu bangsa dan negara.
Pendidikan bahkan menjadi instrumen yang menopang bangsa yang mandiri dan berdaulat tanpa
cengkeraman kekuatan manapun.
Jika mengutip indikator kemajuan pendidikan dasar oleh Edward (1992) ada 12, mulai dari
pendidikan dari orang tua, dukungan dari sistem pendidikan yang efektif, infrastuktur yang
menunjang, kepemimpinan yang baik, mewujudkan harapan yang tinggi dari peserta didik, sikap
yang baik dari guru, waktu pembelajaran yang efektif, metode pembelajaran yang menyesuaikan
dengan usia, interaksi, penghargaan kepada peserta didik dan kebebasan akademik sekolah. Apakah
itu sudah dipenuhi pak?
Tapi lagi-lagi kenyataannya berbeda Pak. Pendidikan di Indonesia masih belum menjalankan tugas
sejarahnya sebagai alat kebudayaan yang mentransformasikan nilai-nilai yang mampu
memanusiakan manusia atau dalam bahasa rakyat, membebaskan penindasan manusia atas
manusia.
Lanjut Paulo Freire bahwa pendidikan itu adalah membebaskan bukan membelenggu. Pendidikan itu
menciptakan kepercayaan diri kepada peserta didik sebagai modal atas kemerdekaan. Pendidikan itu
juga bukan sebatas sekolah-sekolah mengajarkan hal-hal dengan label modern. Namun inti tujuan
sekolah adalah menciptakan pendidikan yang berorientasi pada keberpihakan kaum tertindas.
Kritikan Paulo atas pendidikan dewasa ini adalah sekolah masih menerapkan pendidikan gaya
bank. Peserta didik dianggap sebagai wadah untuk menampung seluruh rumusan/teori-teori.
Peserta didik menjadi objek, sedangkan pengajar berlagak menjadi subjek yang otoriter yang paling
tahu segala-galanya.
Dalam buku Pedagogy Of The Oppressed dijelaskan soal antagonisme pendidikan yang meliputi:
1. Guru mengajar, murid belajar,
2. Guru tahu segalanya, murid tidak tahu apa-apa,
3. Guru berpikir, murid dipikirkan,
4. Guru bicara, murid mendengar,
5. Guru mengatur, murid diatur,
6. Guru memilih dan memaksakan pilihan, murid menurut,
7. Guru bertindak, murid disuruh membayangkan,
8. Guru memilih materi, murid menyesuaikan,
9. Guru menjadi subjek, murid menjadi objek,
10. Guru menyatakan kebenaran, murid tidak boleh mempertentangkan kebenaran.
Maka betapa celakanya pendidikan itu. Murid hanya disuruh menghapal apa yang diberikan sekolah.
Jika sewaktu-waktu dibutuhkan, maka murid harus mampu mengeluarkan teori/rumusan dari
sekolahnya. Model inilah sesungguhnya memenjarakan daya kritis atau intelektual dari peserta didik.
Karena tidak ubahnya sekolah mendidik muridnya hanya menjadi robot-robot bernyawa.
Sedangkan pendidikan dalam prespektif Karl Marx tidak luput saya akan kemukakan. Menurutnya,
sistem pendidikan dunia ditentukan oleh penguasa ekonomi yang menciptakan kekuasaannya.
Lanjutnya, pendidikan bukanlah berorientasi profit untuk melampiaskan akumulasi kapital bagi
borjuis besar. Namun pendidikan baginya adalah sebuah instrumen kebudayaan yang membebaskan
manusia dari belenggu dehumanisasi serta menciptakan manusia menjadi manusia sejatinya.
Kritikan Marx, pendidikan dari sekolah-sekolah yang ada bukanlah untuk kemajuan peradaban
manusia-masyarakat, tapi pendidikan/sekolah masih opresif bagi peserta didik untuk memperkuat
dominasi kapitalisme-imperialisme di seluruh dunia. Maka cara-cara pengekangan, pemaksaan,
militeristik, tidak ilmiah, terbelakang, menjadi wajah sekolah-sekolah.
Singkatnya Marx menyatakan bahwa tujuan dari pendidikan itu adalah membentuk karakter
manusia yang tercerahkan untuk menciptakan kesadaraan sosial yang lahir dari keadaan sosial untuk
memproduksi manusia-manusia baru yang progresif, egaliter, demokratis dan membebaskan
manusia dari penindasan.
Terang, bahwa kemajuan pendidikan bukanlah sebuah PEMENJARAAN yang memisahkan peserta
didik dari kehidupan sosialnya baik keluarga, masyarakat dan lingkungannya. Pendidikan harus
mampu mengintegrasikan sekolah sebagai alat PEMBEBASAN bukan PEMENJARAAN. Karena jika pak
Menteri tahu, bahwa asal usul pengertian sekolah itu dari Yunani, maka bapak akan lbh paham.
Sehingga tidak kontraproduktif dengan lahirnya gagasan FDS.
Atau saya ijinkan kembali menjelaskannya kepada bapak, barangkali juga bapak lupa. Sekolah,
skhole, scola, scolae atau skhola yang memiliki arti: WAKTU LUANG.
FDS itu bukan solusi pak. Atau jangan-jangan FDS menjadi proyek untuk semakin mengintensifkan
sekolah sebagai Ideological State Aparratus neolib sebagaimana disebut Althusser!
Sekolah belum terlalu nyaman dan aman bagi siswa, Pak. Tidak sedikit siswa-siswa stres menghadapi
proses belajar di sekolah (di kampus aja banyak mahasiswa stress karena beban SKS-tugas yang
banyak pak, yang membuat dirinya teralienasikan dari kenyataan sosial).
Siswa-siswa butuh suasana sekolah yang nyaman dan aman. Siswa-siswa membutuhkan pendidikan
yang berguna untuk membentuk karakternya yang kolektif, demokratis, bersosial. Siswa-siswa
membutuhkan sekolah yang MEMBEBASKAN, bukan MEMENJARAKAN.
Terpopuler
Artikel Terkait
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan akan membatalkan rencana kebijakan perpanjangan jam
sekolah dasar dan menengah. Pembatalan ini disambut baik berbagai kalangan.
VOA
Beragam pandangan muncul sehari setelah Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir
Effendy mengumumkan akan memperpanjang jam sekolah dasar dan menengah. Ada yang
mendukung, tetapi tidak sedikit pula yang menentangnya.
Mereka yang mendukung mengatakan gagasan kebijakan yang diambil dari sistem
pendidikan dasar dan menengah di Finlandia itu akan menghasilkan sumber daya manusia
berkualitas karena sejak awal siswa diberi pendidikan karakter. Tetapi mereka yang menolak
rencana kebijakan itu menilai infrastruktur dan luas wilayah Indonesia tidak memungkinkan
menerapkan kebijakan seperti Finlandia.
Pertama, menurut saya kalau menteri baru seharusnya mempelajari terlebih dahulu
Rancangan Pembangunan Nasional RPNJM yang merupakan dasar-dasar kebijakan presiden.
Seharusnya ia mengikuti rancangan itu dan tidak membuat kebijakan-kebijakan baru yang
bertentangan," ujarnya.
"Kedua, juga melihat rencana strategis apa yang sudah disusun menteri sebelumnya, baru
membuat kajian-kajian lebih lanjut jika ingin membuat kebijakan baru. Jadi seharusnya ia
mengenali medanya terlebih dahulu, baru merancang kebijakan baru jika memang ada, kata
Misiyah.
Pemimpin Sekolah Pedalangan Wayang Sasak di Lombok Barat, Abdul Latif Apriaman,
mengatakan sangat terkejut ketika mendengar rencana kebijakan itu.
Saya kaget ada keputusan oleh menteri yang kinerjanya baru beberapa hari tetapi sudah
membuat kebijakan yang mengejutkan. Entah apa dasar kajian akademisnya. Tetapi saya rasa
tidak banyak sekolah yang siap. Bagi sekolah-sekolah di Indonesia, apalagi di tempat
terpencil seperti sekolah yang saya gagas, kami belum siap, kata Abdul.
Untuk itu, Muhadjir ingin mengubah porsi pendidikan di tingkat sekolah dasar menjadi 70
persen pendidikan karakter dan 30 persen pendidikan pengetahuan. Sementara di tingkat
sekolah menengah, angka itu diubah menjadi 60 persen pendidikan karakter dan 30 persen
pendidikan pengetahuan.
Perpanjangan jam sekolah dinilai akan dapat membantu guru memperoleh tambahan jam
mengajar sebagai syarat meraih sertifikasi guru, dan sekaligus memberi lingkungan yang
aman bagi siswa.
Saya ingin sekolah yang menjadi rumah kedua, bukan swalayan atau mal," katanya kepada
wartawan pekan lalu ketika mengumumkan rencana itu.
Namun rencana itu langsung menuai kontroversi, terlebih ketika dalam sebuah forum diskusi
di Universitas Muhammadiah Malang UMM hari Minggu (7/8), Muhadjir mencontohkan
belajar mengaji sebagai salah satu bentuk ekstrakurikuler selepas jam sekolah. Contoh itu
dikecam karena menurut sejumlah pendidik dan aktivis, pendidikan karakter tidak melulu
diperoleh dari pelajaran agama.
Para siswa Sekolah Pedalangan Wayang Sasak mengikuti proses belajar di bawah bimbingan
Dalang Sukardi. (Foto: Courtesy wayangsasak.org)
"Jika ia pulang-pergi naik perahu pada malam hari misalnya, apa tidak tambah berbahaya?
Belum lagi pada anak-anak perempuan yang harus melewati ladang atau hutan dll. Tidakkah
beresiko pemerkosaan dan kekerasan seksual? Lihat bagaimana kasus YY di Bengkulu yang
diperkosa beramai-ramai ketika ia pulang sekolah dan melewati jalan yang sepi."
Abdul Latif Apriaman dari Sekolah Pedalangan Wayang Sasak melalui media sosial
mengajak Muhadjir untuk datang ke sekolahnya, di mana siswa diberi peluang untuk tidak
sekedar menjadi siswa tetapi juga menjadi guru.
Di sini siswa diajar menjadi manusia, lewat pendidikan yang sehat, mencerdaskan tetapi
juga menyenangkan," tambah Latif.
Dalam konferensi pers di Jakarta Selasa siang, Mendikbud Muhadjir Effendy mengatakan
akan membatalkan rencana perpanjangan jam sekolah atau yang ramai disebut sebagai
kebijakan full day school itu.
Jika memang belum dapat dilaksanakan, saya akan menarik rencana itu dan mencari
pendekatan lain," ujar Muhadjir.