Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
ABSTRACT
AMarketing institute is one of the important factor in horticulture business and one of main commodity
is onion. This article aimed to estimate earnings of farmer and form of study is marketing margin of onion in
regency of Brebes. Result of analysis of farming show the existence of advantage in this commodity conducting,
this matter isnt it from ratio of R / C equal to 1,1. There are phenomenon him acquirement of marketing margin
which tend to lame , that is : merchant of compiler about Rp 105 kg-1, whole saler of Rp 95,5 kg-1, and also
merchant of mains market obtain;get marketing marjin equal to Rp 118 kg-1 . price height sell onion in market at
retail and modern market of transmission do not better to farmer storey;level, so that farmer remain to obtain;get
part of small price and have fluctuation. This matter is depicted from result of Farmer share that is merchant of
compiler 80%, whole saler 66,48-73,83%, merchant of mains market 63,16%, retailer 53,33-56,03 %, and
supermarket equal to 32,73%. In security of price suggested by the make-up of reinforcement of institute of
farmer group, make-up of role of government in the form of information growth of price and goods in sentra-
sentra produce and also improve role of private sector in
usahatani yang dilakukan lebih berorientasi pasar petani, melihat berbagai bentuk kelembagaan
(tidak konsisten), (2) bersifat padat modal, (3) pemasaran hortikultura (bawang merah) terhadap
resiko harga relatif besar karena sifat komoditas kinerja usaha komoditas hortikultura (bawang
yang cepat rusak dan (4) dalam jangka pendek merah), serta mengetahui marjin pemasaran pada
harga relatif berfluktuasi (Hadi et al., 2000; berbagai bentuk kelembagaan pemasaran.
Irawan, 2001). Hasil ini sejalan dengan hasil Komoditas yang diteliti adalah bawang merah di
penelitian Sudaryanto et al. (1993) yang Kabupaten Brebes yang merupakan salah satu
mengemukakan bahwa petani sayuran unggulan sentra produksi bawang merah di Pulau Jawa.
di sentra produksi pada saat panen raya berada
pada posisi lemah. Lebih lanjut Rachman (1997) METODE PENELITIAN
mengungkapkan rata-rata perubahan harga
ditingkat produsen lebih rendah dari rata-rata Pengumpulan Data
perubahan harga ditingkat pengecer, sehingga Penelitian dilaksanakan pada tahun 2005
dapat dikatakan bahwa efek transmisi harga di Propinsi Jawa Tengah yang diwakili oleh
berjalan tidak sempurna (Imperfect price daerah yang merupakan salah satu sentra produksi
transmission) bawang merah, yaitu Kabupaten Brebes. Data
Kelembagaan pemasaran yang berperan yang dipergunakan terdiri atas data primer dan
dalam memasarkan komoditas pertanian data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil
hortikultura dapat mencakup petani, pedagang wawancara langsung mempergunakan pertanyaan
pengumpul, pedagang perantara/grosir dan terstruktur terhadap 20 responden petani, 2
pedagang pengecer (Kumaat, 1992). responden masing-masing untuk pedagang
Permasalahan yang timbul dalam sistem pengumpul desa/kecamatan, pedagang besar/
pemasaran hortikultura antara lain : kegiatan bandar/supplier, pedagang di pasar induk Caringin
pemasaran yang belum berjalan efisien Kramat Jati Jakarta/Cibitung Bekasi/Tanah
(Mubyarto, 1989), dalam artian belum mampu Tinggi, eksportir, pedagang eceran, dan
menyampaikan hasil pertanian dari produsen supermarket. Data sekunder diperoleh dari
kepada konsumen dengan biaya yang murah dan Departemen Pertanian, Dinas Pertanian Tanaman
belum mampu mengadakan pembagian balas jasa Pangan Hortikultura dan departemen terkait.
yang adil dari keseluruhan harga konsumen
terakhir kepada semua pihak yang ikut serta di Analisis Data
dalam kegiatan produksi dan pemasaran Analisis Struktur Pendapatan Usahatani
komoditas pertanian tersebut. Pembagian yang bawang merah dianalisis menggunakan analisis
adil dalam konteks tersebut adalah pembagian biaya dan pendapatan dengan rumus:
balas jasa fungsi-fungsi pemasaran sesuai = TR TC
kontribusi masing-masing kelembagaan di mana:
pemasaran yang berperan. = Pendapatan petani dari usahatani sayuran
Hasil penelitian Gonarsyah. (1992), dan buah
menemukan bahwa yang menerima marjin TR = Total penerimaan dariusahatani sayuran dan
keuntungan terbesar dalam pemasaran buah
hortikultura dari pusat produksi ke pusat konsumsi TC = Total pengeluaran pada usahatani sayuran
DKI Jakarta adalah pedagang grosir. Juga dan buah
ditemukan bahwa, marjin keuntungan pemasaran Pada analisis ini akan dilihat seberapa
yang diterima pedagang yang memasukkan besar pendapatan usahatani dan produksi yang
sayurannya ke PIKJ (Pasar Induk Kramat Jati) dihasilkan petani. Peningkatan produksi dan
lebih rendah dari pedagang yang memasarkan pendapatan usahatani akan terlihat dengan
langsung sayurannya ke pasar-pasar eceran. menganalisis data dari petani yang mengakses ke
Dari uraian di atas, maka tujuan penelitian berbagai tujuan pemasaran. Selanjutnya Untuk
ini adalah menganalisis struktur pendapatan menganalisis marjin pemasaran dalam penelitian
usahatani, produksi, bagian harga yang diterima ini, data harga yang digunakan adalah harga di
Jurnal Akta Agrosia Vol. 10 No.1 hlm 40 - 48 Jan - Jun 2007 42
tingkat petani dan harga di tingkat lembaga Pr = harga di tingkat lembaga pemasaran
pemasaran, sehingga dalam perhitungan marjin
pemasaran digunakan rumus: HASIL DAN PEMBAHASAN
Mm = Pe Pf
dimana: Profitabilitas Usahatani
Mm = marjin pemasaran di tingkat petani Hasil analisis profitabilitas usahatani
Pe = harga di tingkat kelembagaan pemasaran bawang merah di lokasi penelitian menunjukan
tujuan pemasaran dari petani bahwa produksi yang dihasilkan dari usahatani
Pf = harga di tingkat petani bawang merah cukup tinggi mencapai 11,1 ton
Marjin pada setiap tingkat lembaga ha-1 dalam satu tahun dengan nilai yang diperoleh
pemasaran dapat dihitung dengan jalan sebesar Rp 70.892.000. Keuntungan yang
menghitung selisih antara harga jual dengan harga diperoleh dalam satu tahun atau dua kali tanam
beli pada setiap tingkat lembaga pemasaran. hanya sebesar Rp 6.831.000, dengan R/C rasio
Dalam bentuk matematika sederhana dirumuskan: sebesar 1,1 (Tabel 1). Jadi dapat dikatakan bahwa
Mmi = Ps Pb berusahatani bawang merah telah dapat
dimana: memberikan keuntungan, akan tetapi menurut
Mmi = marjin pemasaran pada setiap tingkat para petani tingkat keuntungan yang diperoleh
lembaga pemasaran belum cukup untuk dapat memenuhi kebutuhan
Ps = harga jual pada setiap tingkat lembaga ekonomi rumah tangga petani. Kecilnya
pemasaran keuntungan yang diperoleh petani bawang merah
Pb = harga beli pada setiap tingkat lembaga di lokasi penelitian disebabkan karena tingginya
pemasaran pengeluaran biaya produksi yang dikeluarkan
Karena dalam marjin pemasaran terdapat yang mencapai nilai 90% dari total pendapatan.
dua komponen, yaitu komponen biaya dan Biaya produksi tertinggi dikeluarkan untuk upah
komponen keuntungan lembaga pemasaran, tenaga kerja yang mencapai 51,48%, kemudian
maka: bibit 24,81% pestisida 9,73%, pupuk 8,74% dan
Mm = c+ biaya lainnya 5,22%.
Pe Pf = c +
Pf = Pe c - Tabel 1. Analisis profitabilitas usahatani bawang
merah di Kabupaten Brebes, 2005
dimana:
c = biaya pemasaran Uraian Nilai (Rp)
= keuntungan lembaga pemasaran A. Penerimaan
(1) Produksi (kg) 11.10285
Bagian Harga yang Diterima Petani (2) Nilai (Rp) 70.892.077
Bagian harga yang diterima petani B. Pengeluaran : (Rp)
(farmers share) merupakan perbandingan harga (1) Bibit 15.892.776
yang diterima oleh petani dengan harga di tingkat (2) Pupuk buatan 3.282.681
lembaga pemasaran yang dinyatakan dalam (3) Pupuk lainnya 2.317.088
persentase. Farmers share dirumuskan sebagai (4) Pestisida 4.439.114
(5) Obat lainnya 1.796.417
berikut:
(6) Tenaga kerja
Pf - Dalam keluarga 5.742.431
Fs = x 100% - Luar keluarga 27.244.035
Pr (7) Biaya lainnya 3.346.565
dimana: Total pengeluaran 64.061.106
Fs = farmers share C. Keuntungan 6.830.970
Pf = harga di tingkat petani D. R/C rasio 1,1
Tjetjep Nurasa dan Valeriana Darwis : Analisis usahatani dan keragaan marjin pemasaran 43
Tabel 2. Beberapa faktor penyebab berkurangnya keuntungan petani bawang merah di Kabupaten Brebes, 2005.
Uraian Persentase (%)
1. Fluktuasi harga output 33,33
2. Fluktuasi harga pupuk 28,57
3. Fluktuasi harga obat-obatan 55,56
4. Fluktuasi harga bibit 33,33
5. Produksi turun akibat iklim : kekeringan/banjit 50,00
6. Produksi turun karena HPT 16,18
Menurut petani, pendapatan usahatani bibit, dan harga pupuk (masing-masing 33,3,
bawang merah yang diterimanya selalu 33,33, dan 28,57%) (Tabel 2).
berfluktuasi. Hal ini antara lain dipengaruhi oleh
penurunan perolehan produksi yang diakibatkan Rantai Pemasaran
oleh fluktuasi harga obat-obatan (55,56%) karena Rantai pemasaran bawang merah di
petani terbiasa banyak melakukan penyemprotan Kabupaten Brebes untuk sampai kepada
dengan menggunakan obat-abatan kimia yang konsumen terlihat cukup panjang (Gambar 1).
harganya dirasa semakin mahal dan juga adanya Petani dalam menjual hasil produksinya biasanya
obat-obatan yang dirasakan tidak efektif karena melalui pedagang pengumpul tingkat desa atau
kemungkinan palsu. langsung kepada pedagang besar. Pedagang
Pengaruh terbesar kedua adalah karena pengumpul desa, 70% diantaranya diperankan
pengaruh keadaan iklim terutama disaat musim oleh kaum wanita yang seringkali membentuk
kemarau/kering (50%) dimana kita ketahui kelompok (5-8 orang) untuk membeli hasil panen
tanaman bawang merah sangat ketergantungan petani. Pedagang pengumpul tersebut apabila
akan kecukupan air. Penyebab lainnya mengalami kesulitan modal untuk usahanya, akan
berkurangnya keuntungan yang diterima meminjam uang kepada rentenir dengan bunga
disebabkan oleh fluktuasi harga output, harga Rp 8.000 per hari untuk setiap Rp 1 juta pinjaman.
Jurnal Akta Agrosia Vol. 10 No.1 hlm 40 - 48 Jan - Jun 2007 44
Tabel 3.Volume dan keragaan pemasaran bawang merah tingkat petani Kabupaten Brebes, 2005.
menghitung jumlah baris/larikan bawang merah Alasan yang dikemukakan petani masih
yang ada di lahan dan telah dijemur sekitar 3-5 melakukan pemasaran bawang merah kepada
hari, pembeli dalam sistem ini menghitung susut pedagang desa adalah karena hubungan terjadi
sekitar 35% dari total hasil. Pada waktu harga karena adanya hubungan langganan (61,54%),
bawang merah relatif tinggi di pasaran, petani hubungan kekeluargaan (15,38%) dan karena
menjual produknya dengan sistem timbangan pertimbangan harga jual (23,08%). Sedangan
kuintalan, yang telah dijemur 7-10 hari dan alasan petani melakukan pemasaran ke pedagang
menerima pembayaran sekitar 75 kg ku-1 atau besar adalah karena faktor harga yang dinilai lebih
dengan kata lain nilai susut untuk 100 kg bawang tinggi (84,62%), serta adanya hubungan
merah sebesar 25,0%. Ketiga cara penjualan langganan antara petani dengan pedagang tersebut
tersebut dilakukan antara petani dengan pedagang (15,38%) (Tabel 3).
tingkat desa, dan hal ini menurut petani masih Dalam transaksi penjualan antara pihak
lebih menguntungkan jika dibandingkan petani petani dan penjual baik itu pedagang desa dan
langsung menjual bawang merah kepada pedagang besar sebagian besar dilakukan di
pedagang perantara di pasar induk bawang, karena rumah petani (50%) dan sebagian lagi di kebun
banyak komponen yang harus dibayarkan, yaitu (30%), serta di pasar (20%). Tinggi rendahnya
sekitar Rp 276.667 per truk (kapasitas 5 ton). persentase tempat transaksi pemasaran berkaitan
Dalam hal sistem penjualannya, bawang dengan masalah tinggi rendahnya harga yang
merah akan ditimbang dulu oleh pedagang desa berlaku, dimana jika harga rendah biasanya
dan pedagang besar. Cara pembayaran secara transaksi banyak dilakukan di sawah sedangkan
tunai dalam transaksi pemasaran untuk pedagang jika harga bawang merah sedang tinggi petani
desa sebesar 78,13% dan pedagang besar 22%. banyak melakukan transaksi dirumah.
Tabel 5. Bagian harga jual yang diterima oleh berbagai kelembagaan pemasaran komoditas bawang merah,
2005
Tabel 6. Marjin pemasaran bawang merah pada pedagang pengumpul untuk berbagai tujuan pemasaran 2005
Tujuan pemasaran Harga Jual (Rp kg-1) Marjin pemasaran (Rp kg-1 )
1. Pedagang Besar/Bandar 5415 114
2. Pasar Induk Kramatjati 5700 77
3. Pedagang pengencer 6750 125
Tabel 7. Marjin pemasaran bawang merah pada pedagang besar/bandar untuk berbagai tujuan pemasaran, 2005
Tujuan Pemasaran Harga Jual (Rp kg-1 ) Marjin Pemasaran (Rp kg-1 )
1. Pedagang antar pulau 5955 114
2. Pedagang Pasar Induk Kramatjati 5700 77
Jurnal Akta Agrosia Vol. 10 No.1 hlm 40 - 48 Jan - Jun 2007 46
Tabel 8. Marjin pemasaran bawang merah pada pedagang pasar Induk Klampok/Kramatjati untuk berbagai
tujuan pemasaran, 2005
Tujuan Pemasaran Harga Jual (Rp kg-1 ) Marjin Pemasaran (Rp kg-1 )
1. Pedagang Pengecer Induk Kramat Jati 6425 111
2. Pedagang Pengecer luar 6750 125
Ekonomi Pertanian. Badan Penelitian dan Saptana, M.Siregar, S. Wahyuni, K.D. Saktyanu,
Pengembangan Pertanian, Bogor. E. Ariningsih dan V. Darwis. 2004.
Saptana, Sumaryanto, M.Siregar, H.Mayrowani, Pemantapan model pengembangan
I. Sadikin dan S.Friyatno. 2001. Analisis Kawasan Agribisnis Sayuran Sumatera
keunggulan kompetitif komoditas (KAAS). Laporan Akhir Pusat Penelitian
unggulan hortikultura. Laporan Akhir dan Pengembangan Sosial Ekonomi
Pusat Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Badan Penelitian dan
Sosial Ekonomi Pertanian. Badan Pengembangan Pertanian, Bogor.
Penelitian dan Pengembangan Pertanian,
Bogor.