Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
PENDAHULUAN
A. Judul
Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Rasa Aman Dan Nyaman Nyeri Pada
Tn.B: Cidera Kepala Ringan Di Ruang Barokah RSU PKU Muhammadiyah Gombong.
Cedera kepala merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan utama pada
kelompok usia produktif dan sebagian besar terjadi akibat kecelakaan lalu lintas. Cidera
kepala sering kita jumpai dilapangan, di dunia diperkirakan 100.000 orang meninggal
setiap tahunnya dan lebih dari 700.000 mengalami cedera cukup berat yang memerlukan
Dari hasil penelitian menurut Walter et al pada tahun 2005 menunjukan bahwa klien
cedera kepala ringan mengalami nyeri kepala, beberapa penelitian menemukan bahwa 38%
klien cedera kepala mengalami accute post traumatik headeche (ATPH) dengan gejala
paling sering pada daerah frontal dan tidak ada hubungannya dengan berat luka
cedera, juga dikatakan oleh Oshinsky pada tahun 2009 bahwa klien trauma kepala ringan
akan mengalami nyeri pada minggu pertama setelah trauma, dari hasil penelitian
sebelumnya juga menunjukan bahwa dari 297 klien cedera kepala mengalami nyeri
kepala 3 hari sampai 1 minggu. Dari hasil penelitian menurut Lenaerts and Couch pada
terjadinya cedera kepala. Korban umumnya berusia muda atau dalam usia produktif. Hal
itu terungkap
dengan adanya peluncuran buku Ilmu Bedah Saraf Satyanegara Edisi IV dan Symposium
of Recent A dvances on Head and Spinal Injury di Jakarta pada hari Sabtu 27 November
2010 guna meningkatkan ilmu pengetahuan di bidang kedokteran, khususnya ilmu bedah
saraf. Semakin maju perekonomian sebuah negara, semakin tinggi pula angka cedera
kepala. Di Indonesia, kasus cedera kepala karena kecelakaan lalu lintas paling sering
ditemui. Terlebih lagi dengan semakin besarnya jumlah pengendara sepeda motor, terutama di
kota-kota besar.
Menurut Prof. Satyanegara dan Anna Lusia Kus dalam health. compas 2010 mengatakan,
peningkatan cedera kepala dan tulang belakang menyebabkan angka kematian dan
kecacatan permanen yang tinggi. Dalam menangani trauma, diupayakan angka kecacatan
serendah mungkin. Diagnosis dini dan penanganan secepat mungkin merupakan hal
penting dalam mengatasi cedera kepala. Jika sudah terkena batang otak akan sangat sulit
ditangani. Hampir setengah kasus cedera otak disertai dengan cedera tulang belakang, 20
persen hingga 57 persen cedera tulang belakang dapat mengakibatkan cedera pada organ
lain.
Gejala klinis nyeri klien cedera kepala ringan ada beberapa tipe yang antara lain: nyeri
kepala migraine, nyeri kepala kluster, nyeri kepala tension dan nyeri kepala cercicogenik.
Gangguan Rasa Aman Dan Nyaman Nyeri Pada Tn.B: Cedera Kepala Ringan Di Ruang
informasi tentang cara mengurangi rasa nyeri dengan non farmakologi dan memberikan
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan cidera kepala ringan.
2. Tujuan khusus
b. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data pada klien dengan cidera kepala ringan.
c. Mahasiswa mampu menganalisa data hasil dari pengkajian pada klien dengan cidera
kepala ringan.
d. Mahasiswa mampu menyusun rencana tindakan pada klien dengan cidera kepala ringan.
e. Mahasiswa mampu melakukan tindakan keperawatan pada klien dengan cidera kepala
ringan.
f. Mahasiswa mampu mengevaluasi hasil tindakan yang dilakukan pada klien dengan
D. Pengumpulan Data
Adapun metode pengumpulan data yang digunakan penyusun dalam penyusunan karya
1. Observasi-partisipasif
pelayanan keperawatan.
2. Interview
Penulis melakukan pengumpulan data dengan tanya jawab dengan klien dan
keluarga.
3. Studi literature/dokumentasi
KONSEP DASAR
1. Definisi
Cedera kepala ringan adalah keadaan pingsan yang berlangsung tidak lebih dari
10 menit akibat dari trauma kepala yang tidak disertai muntah, tampak pucat (Haryono,
2005).
Cedera kepala ringan adalah gangguan fungsi normal jaringan otak. Klien
mungkin mengeluh nyeri kepala vertigo karena trauma (trauma tumpul atau trauma
Cedera kepala ringan adalah salah satu penyebab kematian dan kecacatan utama
pada kelompok usia produktif, sebagian besar terjadi karena kecelakaan lalu lintas.
(Mansyoer, 2005).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa cidera kepala ringan adalah
gangguan fungsi otak normal karena trauma yang disertai dengan keadaan pingsan
yang berlangsung tidak lebih dari 10 menit dan tidak disertai kerusakan jaringan otak
2. Etiologi
Penyebab cedera kepala adalah kecelakaan lalu lintas, perkelahian, jatuh, dan
cedera olah raga, cedera kepala terbuka sering disebabkan oleh pisau atau peluru.
Cedera kepala merupakan salah satu penyebab terbesar kematian dan kecacatan
utama pada usia produktif dan sebagian besar terjadi akibat kecelakaan lalu lintas. Di
samping penanganan dilokasi kejadian dan transportasi korban ke rumah sakit,
penilaian dan tindakan awal diruang gawat darurat sangat menentukan pelaksanaan dan
3. Patofisiologi
kerusakan pada parenkim otak, kerusakan pembuluh darah, perdarahan, edema dan
permeabilitas vaskuler, patofisiologi cedera kepala dapat terbagi atas dua proses yaitu
cedera kepala primer dan cedera kepala sekunder, cedera kepala primer merupakan
suatu proses biomekanik yang terjadi secara langsung saat kepala terbentur dan
dapat memberi dampak kerusakan jaringan otak. Pada cedera kepala sekunder terjadi
akibat dari cedera kepala primer, misalnya akibat dari hipoksemia, iskemia dan
jaringan cerebral. Kematian pada penderita cedera kepala terjadi karena hipotensi
jaringan cerebral dan berakhir pada iskemia jaringan otak (Tarwoto, 2007).
meningen sehingga kuman dapat masuk. Infeksi meningen ini biasanya berbahaya
karena keadaan ini memiiki potensi menyebar ke sistem saraf yang lain (Gustiawan
2010).
PC yang tinggi dan P yang rendah akan memberikan prognosis yang kurang
baik, oleh karenanya perlu dikontrol P tetap > 90 mmHg, Sa > 95% dan PC 30
50 mmHg atau mengetahui adanya masalah ventilasi perfusi atau oksigenasi yang
fungsi neurologik ringan tanpa adanya kerusakan struktur otak, terjadi hingga
penurunan kesadaran kurang dari 10 menit atau tanpa amnesia, mual muntah dan
kerusakan jaringan otak tetapi kontinuitas jaringan otak masih utuh, hingga penurunan
10 menit.
otak jika tulang tengkorak menusuk otak, trauma tetutup: menyebabkan kontusio
serebri gegar otak adalah merupakan bentuk trauma kapitis ringan, komusio serebri
atau memar merupakan perdarahan kecil pada otak akibat pecahnya pembuluh darah
kapiler, hal ini bersama- sama dengan rusaknya jaringa saraf atau otak yang
menimbulkan edema jaringan otak di daerah sekitarnya, bila daerah yang mengalami
cidera cukup luas maka akan terjadi peningkatan tekanan intracranial. (Wahjoepramono,
2005).
4. Manifestasi Klinis
Tanda-tanda dari terjadinya cedera kepala ringan adalah pingsan tidak lebih dari
10 menit, tanda-tanda vital dalam batas normal atau menurun, setelah sadar timbul
menjadi abnormal, respon pupil mungkin lenyap atau progresif memburuk, nyeri
kepala dapat timbul segera atau bertahap seiring dengan tekanan intrakranial, dapat
timbul muntah- muntah akibat tekanan intrakranial, perubahan perilaku kognitif dan
perubahan fisik pada berbicara serta gerakan motorik dapat timbul segera atau secara
lambat (Mansyoer,
2005).
5. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan klien cedera kepala ditentukan atas dasar beratnya cedera dan
dilakukan menurut prioritas, yang ideal penatalaksanaan tersebut dilakukan oleh tim
yang terdiri dari perawat yang terlatih dan dokter spesialis saraf dan bedah saraf,
Klien dengan cedera kepala harus dipantau terus dari tempat kecelakaan, selama
transportasi: di ruang gawat darurat, unit radiology, ruang perawatan dan unit ICU
sebab sewaktu-waktu dapat berubah akibat aspirasi, hipotensi, kejang dan sebagainya.
perawatan luka, periksa radiologi hanya atas indikasi dan kepada kelurga
diperiksa sudah sadar kembali, maka dilakukan pemeriksaan foto kepala dan
Kesadaran disorientasi atau not abay comand tanpa disertai defisit fokal
misalnya ada interval lusid, pada follow up kesadaran semakin menurun atau
tanda-tanda vital. Klien cedera kepala biasanya disertai dengan cedera multipel
fraktur, oleh karena itu selain disamping kelainan serebral juga bisa disertai
6. Pemeriksaan penunjang
(fraktur).
e. BAER ( Brain A uditori Evoker Respon ): menentukan fungsi korteks dan batang
metabolisme
pada otak.
g. Fungsi Lumbal CSS: dapat menduga adanya perubahan sub araknoid.
(Donggoes, 2000).
7. Pathway Nyeri
Kecelakaan Merangsang reseptor
Tekanan
Luka tertutup Luka terbuka Kerusakan
integritas kulit
Kerusakan parenkim otak Kerusakan pembuluh darah
pusat vasomotorik
Penurunan kesadaran
Hambatan mobilitas
Akumulasi sekret fisik
Bersihan jalan nafas
tidak efektif
1. Fokus pengkajian
Fokus pengkajian pada cedera kepala ringan menurut Doengoes ( 2000 ), meliputi:
cidera, riwayat tak sadar, amnesia, riwayat kesehatan yang lalu, dan riwayat
kesehatan keluarga.
2) Sistem persarafan (tingkat kesadaran atau nilai GCS, reflek bicara, pupil,
3) Sistem pernafasan (nilai frekuensi nafas, kualitas, suara, dan kepatenan jalan
nafas).
4) Sistem kardiovaskuler (nilai TD, nadi dan irama, kualitas, dan frekuensi).
peristaltik, eliminasi).
7) Sistem reproduksi .
8) Sistem perkemihan (nilai frekuensi BAK, volume BAB)
9) Pola Makan/cairan.
liur keluar,disfagia).
10)Aktifitas / istirahat
11)Belajar
12) Sirkulasi
disritmia).
13)Integritas ego
14) Eliminasi
15) Neurosensori
Gejala: kehilangan kesadaran, amnesia seputar kejadian, vertigo, kehilangan
lapangpandang, fotopobia.
tendon dalam tidak ada atau lemah, apaksia, hemiparese, kejang sangat sensitivitas
Tanda: wajah menyeringai, respon menarik pada rangsangan nyeri yang hebat,
(Doengoes, 2000)
2. Diagnosa keperawatan
darah ke otak.
1. Fokus intervensi
Tujuan :
Intervensi :
Rasional: dengan posisi yang nyaman diharapkan status pernafasan klien dapat
meningkat.
( J. Wilkinson, 2007).
b. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan penurunan aliran
darah ke otak.
Tujuan NOC:
a) Mempunyai ukuran pupil, reaksi pupil yang seimbang (pupil kanan dan kiri
ukuranya 2 mm).
e) Mempunyai tanda vital yang normal (tekanan darah sistolik 100 -140
mmHg diastolik 60-90 mmHg, Nadi 60-100 x/m, respirasi rate 16-24
TIK (seperti mual, pusing, nyeri kepala, tekanan darah meningkat dll).
b) Tekanan sistolik dalam rentang 100-140 mmHg dan diastolik dalam rentang
60-90 mmHg.
Intervensi NIC:
Neurologic monitoring (2620)
keadaan normalnya.
peningkatan TIK dan mengetahui lokasi, luas, dan kemajuan atau resolusi
4) Kaji fungsi yang lebih tinggi, seperti fungsi bicara jika pasien sadar.
Tujuan:
2) Klien akan mampu menunjukan teknik relaksasi individual yang efektif untuk
mencapai kenyamanan.
Intervensi:
komprehensif.
( J. Wilkinson, 2007 ).
Tujuan :
1) Klien akan akan menunjukan penggunaan alat bantu secara benar dengan
pegawasan.
keperluan. Intervensi :
Rasional: keluarga adalah orang terdekat klien yang harus ikut dalam proses
perawatan klien.
( J. Wilkinson, 2007).
e. Kerusakan integritas kulit: luka lecet dan luka robek berhubungan dengan faktor
mekanik.
Tujuan :
Intervensi :
3) Kaji dan dokumentasikan tentang karateristik luka, bau luka, ada atau tidaknya
eksudat, ada atau tidaknya tanda-tanda infeksi luka dan ada atau tidaknya
jaringan nefrotik.
Rasional: agar klien dan kelurga dapat melakukan perawatan luka di rumah
dengan baik.
( J. Wilkinson, 2007).
keadekuatan status imun klien, terbebas dari tanda dan gejala infeksi,
2) Intervensi NIC:
menandakan ifeksi.
tangan
intermiten
Tujuan:
perawat. Intervensi:
BAB III
RESUME KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian dilakukan oleh Fery Bangkit Sahala pada tanggal 30 juli 2012 pukul
11.00
1. Identitas Klien.
swasta, agama Islam, suku Jawa, bangsa Indonesia, status menikah, alamat Kuwaru,
Kuwarasan, Kebumen. Tanggal masuk 30 juli 2012, diagnosa medis CKR ( cidera
kepala ringan ).
2. Riwayat keperawatan
2012 dengan perdarahan dihidung, mandibula terasa nyeri dan bibir tampak luka robek.
Pada saat dikaji pada tanggal 30 juli 2012 pukul 11:00 WIB, di ruang Barokah
kamar 3c didapatkan hasil, klien mengeluh nyeri pada bagian kepala dan bibir, skala
nyeri 7, timbul setiap saat, bertambah jika bergerak dan berkurang jika tidur, nyeri
terasa cekot-cekot, dan hanya timbul didaerah kepala dan bibir saja tidak menyebar.
Klien juga mengeluh sesak karena terpasang tampon, hidung terasa mampet.
Klien mengatakan sebelumnya belum pernah dirawat dirumah sakit dan baru
kali ini mengalami kecelakaan lalu lintas dan dibawa kerumah sakit. Keluarga dan
klien juga mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang memiliki riwayat penyakit
3. Pengkajian fokus
Pada pengakajian fokus digambarkan. klien dalam kebutuhan aman dan nyaman
mengatakan merasa tidak nyaman saat pusing dan nyeri, nyeri dibagian kepala dan
bibir tidak menyebar, skala nyeri 7, timbul setiap saat, bertambah jika bergerak dan
berkurang
jika tidur, nyeri terasa cekot-cekot dan klien lebih sering tiduran karena bila banyak
bergerak kepala terasa pusing. Dalam bernafas klien juga mengatakan sesak nafas dan
merasa hidungnya ada sumbatan karena terpasang tampon dan terdapat perdarahan
dihidung. Dalam kebutuhan belajar, klien dan keluarga juga mengatakan belum tahu
betul tentang apa yang saat ini sedang dialami dan bagaimana pemberian nutrisi yang
Saat dilakukan pemeriksaan fisik cukup baik dengan kesadaran compos mentis,
tanda-tanda vital TD: 110/70 mmHg, RR: 26x/m, N: 82x/m, S: 36,2C. Pemeriksaan
kepala tidak terdapat hematom dan tidak terdapat lesi, rambut hitam bersih. Bentuk
mata simetris, sklera anikterik, konjungtiva tidak anemis, tidak menggunakan alat
bantu penglihatan, bibir tampak kotor dan ada luka jahit dibibir bagian bawah, gigi
ada yang tanggal, mulut kotor, pada pemeriksaan paru didapatkan hasil inspeksi paru
bentuk datar, simetris, palpasi tidak ada nyeri tekan, vocal vremitus fibrasi kanan kiri
sama, bunyi perkusi sonor, dan auskultasi tidak ada bunyi nafas tambahan, bunyi
nafas vesikuler. Pada pemeriksaan jantung, inspeksi icus cordis tidak terlihat, palpasi
icus cordis teraba di ics 5 mid clavicula, perkusi bunyi pekak, auskultasi suara jantung
s1 s2, irama reguler, tidak ada bunyi tambahan s3. Dalam pemeriksaan abdomen
inspeksi bentuk datar, palpasi tidak teraba massa abdomen, tidak ada nyeri tekan,
perkusi bunyi timpani, auskultasi bunyi bising usus 10x/menit, pada ekstremitas atas
kanan terpasang infus RL 500 cc 20 tpm, dan terdapat luka jahitan di ekstremitas kanan
bawah.
muhammadiyah Gombong didapatkan hasil leukosit 6,77 ul, eritrosit 5,15 ul, hemoglobin
14,7 g/dl, hematokrit 45,0 %, MCV 87,4 fl, MCH 28,5 pg, MCHC 32,7 g/dl, trombosit
284 ul, golongan darah b, dan gula darah sewaktu 139,0 g/dl.
Pada tanggal 30 juli 2012 juga dilakukan pemeriksaan rontgen kepala 2 posisi
dan didapatkan hasil neurocrania: calvaria intac basis crania intac, vibrocrania:
colum condylus mandibula bilateral fracture, fracture dinding anterior sinistra maxilla
dextra.
Terapi obat yang didapatkan klien Tn.B adalah cefotaxim 2 x 1 mg/iv, ranitidin
B. Analisa Data
Berdasarkan data diatas diperoleh hasil pengkajian yang mengarah pada masalah
Data Subjektif: Pada saat dikaji pada tanggal 30 juli 2012 pukul 11:00 WIB, di
ruang Barokah kamar 3c didapatkan hasil, klien mengeluh nyeri pada bagian kepala dan
bibir, skala nyeri 7, timbul setiap saat, bertambah jika bergerak dan berkurang jika tidur,
nyeri terasa cekot-cekot, dan hanya timbul didaerah kepala dan bibir saja tidak menyebar.
Data Objektif: klien tampak kesakitan, ekspresi wajah tampak menahan nyeri, TD:
110/70 mmHg, RR: 26x/m, N: 82x/m, S: 36,2C sehingga dari data diatas dapat
dirumuskan masalah keperawatan yang muncul adalah Nyeri akut berhubungan dengan
Data Subjektif: pada tanggal 30 juli 2012 pukul 11:00 WIB klien juga mengeluh
sesak karena perdarahan dihidung dan terpasang tampon, hidung terasa mampet. klien
mengatakan saat ini masih sesak nafas dan merasa hidungnya ada sumbatan karena
terpasang
tampon dan perdarahan dihidung. Data Objektif: tampak ada perdarahan dihidung, tampak
terpasang tampon dikedua lubang hidung, RR : 26 x/m, sehingga dari data diatas dapat
Data Subjektif: pada tanggal 30 juli 2012 pukul 11:00 WIB, klien dan keluarga juga
mengatakan belum tahu betul tentang apa yang saat ini sedang dialami dan bagaimana
pemberian nutrisi yang baik pada klien setelah operasi. Data Objektif: keluarga dan klien
tampak bingung saat ditanya oleh perawat dan hanya menurut saja pada perawat dan dokter
yang penting cepat sembuh, sehingga dari data diatas dapat dirumuskan masalah
2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan adanya benda asing dijalan
nafas.
Tujuan dan kriteria hasil yang hendak dicapai yaitu setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan masalah nyeri akut dapat teratasi dengan
kriteria hasil, klien mampu melaporkan nyeri kepada penyedia perawatan, klien akan
nyeri dan faktor pencetusnya, ajarkan penggunaan teknik non farmakologi (distraksi,
nafas tanggal dalam dan posisi head up) untuk mengurangi tingkat nyeri sesuai
dengan kenyamanan klien, berikan posisi senyaman mungkin, anjurkan klien untuk
Tindakan yang sudah dilakukan penulis pada 31 juli 2012 adalah pada pukul
07:00 WIB memonitor tanda-tanda vital dengan hasil TD 110/80 mmHg, RR: 24x/m,
N:
84 x/m, mengkaji nyeri dengan respon klien mengatakan nyeri sudah agak mendingan
tidak seperti kemarin, skala nyeri 5, nyeri timbul saat klien banyak bergerak dan hilang
jika tidur, nyeri masih cekot-cekot, nyeri timbul didaerah kepala dan bibir tidak
menyebar, pada pukul 07:45 WIB, mengajarkan klien teknik relaksasi nafas dalam dan
distraksi relaksasi serta memposisikan kepala klien lebih tinggi 15-30 dari badan
respon klien tampak memperhatikan dan mau mencobanya serta klien tampak
menggunakan bantal dan posisi kepala lebih tinggi, pada pukul 13:00 WIB
memberikan terapi obat, terapi yang diberikan adalah obat ketorolac 3x 30 mg/iv dan
kalnek 3 x1 mg/iv.
Tindakan yang sudah dilakukan penulis pada tanggal 1 Agustus 2012 pukul 07:00
memonitor tanda-tanda vital didapatkan hasil TD: 120/80 mmHg, RR: 20 x/m, N: 80
x/m, S: 36,2C, mengkaji nyeri dengan respon klien sudah tidak nyeri lagi tetapi kadang
masih tiba-tiba timbul nyeri, skala nyeri 3, timbul dikepala, nyeri cenut-cenut,
bertambah jika
kepala banyak bergerak dan berkurang jika tidur, nyeri tidak menyebar. Pada pukul
07.30 WIB memotivasi klien untuk banyak istirahat dan menganjurkan untuk
mempertahankan posisi kepala lebih tinggi 15-30 dari badan dengan respon klien
mengerti dan tampak tiduran dengan menggunakan bantal, pada pukul 13:00 WIB
memberikan terapi obat, terapi obat yang diberikan adalah ketorolac 3 x 30 mg/iv dan
kalnek 3 x 50 mg/iv.
Evaluasi dilakukan pada tanggal 31 juli 2012 pukul 13:30 WIB didapatkan data
subjektif: klien mengatakan nyeri sudah agak mendingan tidak seperti kemarin, skala
nyeri 5, nyeri timbul jika banyak bergerak, bertambah jika banyak bergerak dan
berkurang jika tiduran, nyeri masih terasa cekot-cekot, dan hanya timbul didaerah
kepala tidak menyebar. Data objektif: klien tampak lebih sering berbaring tidak
berganti-ganti posisi tidur, ekspresi wajah tampak lebih rileks, tampak mau melakukan
relaksasi nafas dalam dan tampak mempertahankan posisi kepala lebih tinggi dari
badan dengan menggunakan bantal. Dari data tersebut maka dapat disimpulkan
masalah nyeri teratasi sebagian. Planing: monitor keadaan umum, monitor nyeri,
pertahankan posisi head up, motivasi untuk banyak istirahat dan kolaborasi pemberian
analgesik.
Evaluasi dilakukan pada tanggal 1 Agustus 2012 pukul 13:30 WIB dan
didapatkan data subjektif: klien mengatakan sudah tidak nyeri lagi tetapi kadang masih
tiba-tiba timbul nyeri, skala nyeri 3, timbul hanya dikepala, cenut-cenut, bertambah jika
kepala terlalu banyak digerakan, berkurang jika tiduran, dan nyeri tidak menyebar. Data
objektif: klien tampak lebih sering tidur dengan menggunakan bantal dan terlihat rileks,
TD: 110/90 mmHg, RR: 20 x/m, N:84 x/m, S: 37 C, berdasarkan dari data tersebut
maka
dapat disimpulkan masalah nyeri teratasi sebagian. Planing: monitor keadaan umum,
2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan adanya benda asing dijalan
nafas.
Tujuan dan kriteria hasil yang hendak dicapai yaitu: Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan masalah bersihan jalan nafas kembali efektif
dengan kriteria hasil: TTV dalam batas normal, tidak ada suara nafas tambahan, mulut
bersih tidak ada secret, tidak tampak menggunakan otot bantu pernafasan, klien
klien ( bunyi nafas, kecepatan, irama dan kedalaman ), catat kemampuan untuk
mengeluarkan dahak, posisikan semi fowler, ajarkan tekhnik batuk efektif, pertahankan
masukan cairan sedikitnya 1500cc/hari, anjurkan untuk banyak minum air hangat
sesuai toleransi, lakukan suction jika diperlukan, kolaborasi pemberian obat ekspektoran.
Tindakan yang sudah dilakukan penulis pada tanggal 31 juli 2012 adalah pada
pukul 07:00 WIB, mengkaji status respiratori dengan hasil klien mengatakan hidung
masih mampet dan masih terasa sulit untuk bernafas karena terpasang tampon, pada
pukul 09.00 WIB melepas tampon dan membersihkan sumbatan dihidung respon klien
tampak tidak terpasang tampon dihidung dan lubang hidung masih kotor, pada pukul
09.30 WIB melakukan oral hygiene dan memotivasi keluarga untuk tetap manjaga
kebersihan mulut klien respon mulut tampak bersih, ada sedikit bekuan darah di lidah
dan keluarga tampak termotivasi untuk tetap menjaga kebersihan mulut klien, pada
pukul
13.00 WIB memonitor TTV dengan hasil TD: 120/90 mmHg, N: 80x/m, RR: 24 x/m
dan
S: 36,6 C.
Tindakan yang sudah dilakukan penulis pada tanggal 1 Agustus 2012 adalah
hidung dan mulut klien respon keluarga dank lien tampak mengerti, hidung tampak
bersih dan mulut masih ada sedikit kotoran, pada pukul 10.00 WIB menganjurkan
kepada keluarga untuk menjaga kebersihan dan kelembaban oral klien respon klien
tampak diberi minum sedikit-sedikit dengan menggunakan sendok, pada pukul 13.00
WIB memonitor TTV dengan hasil TD: 110/90 mmHg, RR: 20 x/m, N:84 x/m, S:
Evaluasi dilakukan penulis pada tanggal 31 juli 2012 pukul 13:30 WIB dan
didapatkan data subjektif: klien mengatakan sudah tidak sesak lagi setelah tampon
dihidung dilepas, tetapi masih merasa risih didaerah lubang hidungnya seperti ada
darah kering, data objektif: tampak sudah tidak menggunakan tampon, RR: 24 x/m,
hidung tampak kotor dan ada bekuan darah dilubang hidung. Dari data tersebut maka
lanjutkan intervensi, motivasi kembali keluarga untuk tetap manjaga kebersihan oral
Evaluasi dilakukan penulis pada tanggal 1 Agustus 2012 pukul 13:30 WIB dan
didapatkan data subjektif: klien mengatakan sudah tidak sesak nafas lagi tetapi kadang
masih merasa risih didaerah lubang hidung, data objektif: hidung dan mulut klien
tampak bersih tetapi masih ada sedikit darah yang kering didaerah gigi klien.
Berdasarkan data tersebut maka dapat disimpulkan masalah bersihan jalan nafas klien
teratasi sebagian.
Planing: lanjutkan intervensi, motivasi kembali keluarga dan klien untuk menjaga
kebersihan gigi, mulut dan hidung, lakukan suction dan kolaborasi pemberian obat
Tujuan dan kriteria hasil yang hendak dicapai penulis adalah setelah dilakukan
mengenai nutrisi diit dapat teratasi dengan kriteria hasil: keluarga dan klien mampu
menyebutkan kembali definisi diit, keluarga dan klien mampu menyebutkan kembali
jenis jenis makanan diit, keluarga dan klien mampu menyebutkan kembali manfaat dan
tujuan diit, keluarga dan klien mampu menyebutkan kembali makanan yang harus
dihindari.
kesehatan kepada klien dan keluarga tentang nutrisi diit, mulai dari menjelaskan
pengertian diit, tujuan dan manfaat diit, jenis jenis diit, makanan yang dianjurkan dan
Tindakan yang sudah dilakukan penulis pada tanggal 1 Agustus 2012 pukul
10:00
WIB adalah memberikan pendidikan kesehatan tentang nutrisi diit yang meliputi,
definisi, tujuan, manfaat, jenis, makanan yang dianjurkan dan yang perlu dihindari
dengan respon keluarga dan klien tampak fokus dalam mengikuti penkes.
Evaluasi dilakukan penulis pada tanggal 1 Agustus 2012 pukul 10:30 WIB dan
didapatkan data subjektif: klien dan keluarga mengatakan sudah tahu tentang nutrisi
diit. Data objektif: keluarga dan klien tampak fokus dalam mengikuti pendidikan
kesehatan, klien dan keluarga tampak mampu menyebutkan kembali mulai dari definisi
diit, jenis-
jenis makanan diit, manfaat diit, tujuan diit, makanan yang dianjurkan dan yang harus
dihindari. Dari data diatas maka dapat disimpulkan masalah kurang informasi
mengenai diit teratasi sebagian. Planing: motivasi keluarga untuk lebih memperhatikan
diit klien.