Sie sind auf Seite 1von 11

Hubungan Kepadatan Tulang dengan Osteoporosis

Dewi luckyta mahenu


102014195
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida wacana
Alamat Korespondensi :
Jln. Arjuna Utara No.6 Kebon Jeruk, Jakarta Barat
E-mail: Ika.2014fk151@civitas.ukrida.ac.id

Abstrak

Penduduk Indonesia banyak yang mengalami osteoporosis dikarenakan kekurangan ion


kalsium. Hal ini dapat dilihat dari tes kepadatan tulang. Tulang yang osteoporosis adalah
tulang yang mengalami pengeroposan, biasanya dikarenakan ion kalsium darah kurang untuk
metabolisme tubuh jadi dilakukan pengeroposan tulang agar ion kalsium darah dapat
tercukupi dan tubuh tetap dalam kondisi stabil untuk melakukan kegiatan dan aktivitas sehari-
harinya.

Kata kunci : osteoporosis, tulang, kalsium darah, kalsium

Abstrack

Indonesia's population likely to have osteoporosis due to lack of calcium ions. It can be seen
from a bone density test. Osteoporosis bone is experiencing thinning bones, usually due to
lack of blood calcium ions to the body's metabolism so do bone loss that blood calcium ions
can be provided and the body remains in a stable condition to perform activities and daily
activities.

Key words : osteoporosis, bone, blood clacium, calcium

Pendahuluan

Tulang merupakan sistem penunjuang utama dalam tubuh manusia. Tulang berfungsi sebagai
cadangan fosfat, kalsium, dan ion lain, yang dapat dilepaskan atau disimpan dengan cara
terkendali untuk mempertahankan konsentrasi ion-ion penting ini di dalam cairan tubuh

Isi

Tulang adalah jaringan ikat khusus yang terdiri atas materi antarsel berkapur, yaitu matriks
tulang, dan 3 jenis sel: osteosit yang berperan dalam sintesis unsur organik matriks dan
osteoklas yang merupakan sel raksasa multinuklear yang terlibat dalam resorpsi dan
remodelling jaringan tulang. Pertukaran zat antara osteosit dan kapiler darah bergantung
pada komunikasi melalui kanalikuli yang merupakan celah-celah silindris halus yang
menerobos matriks. Hal ini disebabkan karena metabolit tidak dapat berdifusi melalui matriks
tulang yang telah mengapur. Permukaan bagian luar dan dalam semua tulang dilapisi
lapisan-lapisan jaringan yang mengandung sel-selosteogenik-endosteum pada permukaan
dalam dan periosteum pada permukaan luar. Terdapat dua jenis jaringan tulang, yaitu
spongiosa dan kompakta. Tulang kompakta secara makroskopis terlihat padat, tetapi bila
diperiksa dengan mikroskop sebenarnya tulang terdiri dari sistem Havers.1 Selain tulang
kompakta, ada juga jaringan tulang spongiosa juga keras seperti semua tulang, tapi secara
makroskopis terlihat berlubang-lubang (spongy). Kanal Havers pada tulang spongiosa terlihat
jauh lebih besar dan mengandung sedikit lamela. Tulang spongiosa terdiri dari trabekula atau
disebut juga balok tulang, berbentuk tidak teratur karena membentuk percabangan dan terdiri
dari anyaman kanalikuli, dan celah di antara anyaman tersebut diisi sumsum tulang

Columna Vertebralis

Columna vertebralis merupakan pilar utama tubuh, dan berfungsi menyanggah cranium,
gelang bahu, ekstremitas superior, dan dinding thorax serta melalui gelang panggul
meneruskan berat badan ke ekstremitas inferior. Di dalam rongganya terletak medula
spinalis, radix nervi spinals, dan lapisan penutup meningen, yang dilindungi oleh columna
vertebralis.2

Komposisi Columna Vertebralis

Columna vertebralis terdiri atas 33 vertebrae, yaitu 7 vertebra cervicales, 12 vertebra


thoracicus, 5 vertebra lumbalis, 5 vertebra sacralis (yang bersatu membentuk os sacrum), dan
4 vertebra coccygis. Struktur columna tersebut fleksibel, karena columna bersegmen-segmen
dan tersusun atas vertebrae, sendi-sendi, dan bantalan fibrocartilago yang disebut discus
intervertebralis membentuk kira-kira seperempat panjang columna.2

Sel Tulang: Osteoblas


Osteoblas bertanggung jawab atas sintesis komponen organik matriks tulang (kolagen tipe I,
proteoglikan, dan glikoprotein). Deposisi komponen anorganik dari tulang juga bergantung
pada adanya osteoblas aktif. Osteoblas hanya terdapat pada permukaan tulang, dan letaknya
bersebelahan, mirip epitel selapis. Bila osteoblas aktif menyintesis matriks, osteoblas
memiliki bentuk kuboid sampai silindris dengan sitoplasma basofilik. Bila
aktivitassintesisnya menurun, sel tersebut menjadi gepeng dan sifat basofilik pada
sitoplasmanya akan berkurang.2
Beberapa osteoblas secara berangsur dikelilingi oleh matriks yang baru terbentuk danmenjadi
osteosit. Selama proses ini, terbentuk rongga yang disebut lakuna. Lakuna dihuniosteosit
beserta juluran-julurannya, bersama sedikit matriks ekstrasel yang tidak mengapur.Selama
sintesis matriks berlangsung, osteoblas memiliki struktur ultra sel yang secara
aktif menyintesis protein untuk dikeluarkan. Osteoblas merupakan sel yang terpolarisasi.
Komponen matriks disekresi pada permukaan sel, yang berkontak dengan matriks tulang
yanglebih tua, dan menghasilkan lapisan matriks baru (namun belum berkapur), yang disebut
osteoid, di antara lapisan osteoblas dan tulang yang baru dibentuk. Proses ini, yaitu aposisi
tulang, dituntaskan dengan pengendapan garam-garam kalsium ke dalam matriks yang baru
dibentuk.2

Sel Tulang: Osteosit


Osteosit, yang berasal dari osteoblas, terletak di dalam lakuna yang terletak di antara lamela-
lamela matriks. Hanya ada satu osteosit di dalam satu lakuna. Kanalikuli matriks silindris
yang tipis, mengandung tonjolan-tonjolan sitoplasma osteosit. Tonjolan dari sel-sel yang
berdekatan saling berkontak melalui taut rekah (gap junction) dan molekul-molekul berjalan
melalui struktur tempat dari osteosit dan pembuluh darah melalui sejumlah kecil substansi
ekstrasel yang terletak di antara osteosit (dengan tonjolan-tonjolannya) dan matrikstulang.
Pertukaran ini menyediakan nutrien kira-kira untuk 15 sel yang sederet.3 Bila dibandingkan
dengan osteoblas, osteosit yang gepeng dan berbentuk-kenari tersebut memiliki sedikit
retikulum endoplasma kasar dan kompleks Golgi serta kromatin inti yanglebih padat. Sel-sel
ini secara aktif terlibat untuk mempertahankan matriks tulang, dankematiannya diikuti oleh
resorpsi matriks tersebut.3

Sel Tulang: Osteoklas


Osteoklas adalah sel motil bercabang yang sangat besar. Bagian badan sel yang
melebar mengandung 5 sampai 50 inti (atau lebih). Pada daerah terjadinya resorpsi tulang,
osteoklasterdapat di dalam lekukan yang terbentuk akibat kerja enzim pada matriks, yang
dikenal sebagai lakuna Howship. Osteoklas berasal dari penggabungan sel-sel sumsum
tulang. Padaosteoklas yang aktif, matriks tulang yang menghadap permukaan terlipat secara
tak teratur,seringkali berupa tonjolan yang terbagi lagi, dan membentuk batas bergelombang.
Batas bergelombang ini dikelilingi oleh zona sitoplasma, zona terang yang tidak mengandung
organel, namun kaya akan filamen aktin. Zona ini adalah tempat adhesi osteoklas
padamatriks tulang dan menciptakan lingkungan mikro tempat terjadinya resorpsi tulang.
Osteoklas menyekresi kolagenase dan enzim lain dan memompa proton ke dalam kantung
subselular yang memudahkan pencernaan kolagen setempat dan melarutkan kristal garam
kalsium. Aktivitas osteoklas dikendalikan oleh sitokin (protein pemberi sinyal kecil yang
bekerja sebagai mediator setempat) dan hormon. Osteoklas memiliki reseptor untuk
kalsitonin, yaitu suatu hormon tiroid, namun bukan merupakan hormon paratiroid. Akan
tetapi osteoklas memiliki reseptor untuk hormon paratiroid dan begitu teraktivasi oleh
hormon ini, osteoklas akan memproduksi suatu sitokin yang disebut faktor perangsang
osteoklas.3

Matriks Tulang
Kira-kira 65% dari berat kering matriks tulang adalah bahan anorganik. Yang
teristimewa banyak dijumpai adalah kalsium dan fosfor, namun bikarbonat sitrat, magnesium,
kalium dannatrium juga ditemukan. Studi difraksi sinar X memperlihatkan bahwa kalsium
dan fosfor membentuk kristal hidroksiapatit dengan komposisi Ca10(PO4)6(OH)2. Meskipun
begitu, kristal-kristal ini menunjukkan ketidaksempurnaan dan tidak identik dengan
hidroksiapatit. yang ditemukan dalam mineral karang. Kalsium amorf (nonkristal) juga cukup
banyak dijumpai. Pada mikrogaf elektron, kristal hidroksiapatit tulang tampak sebagai
lempenganyang terletak di samping serabut kolagen, namun dikelilingi oleh substansi dasar.
Ion permukaan hidroksiapatit berhidrasi dan selapis air dan ion terbentuk di sekitar kristal.
Lapisan ini, yaitu lapisan hidrasi, membantu pertukaran ion antara kristal dan cairan tubuh.3
Bahan organik dalam matriks tulang adalah kolagen tipe I dan substansi dasar, yang
mengandung agregat proteoglikan dan beberapa glikoprotein struktural spesifik. Glikoprotein
tulang mungkin bertanggung jawab atas kelancaran kalsifikasi matriks tulang. Jaringan lain
yang mengandung kolagen tipe I biasanya tidak mengapur dan tidak mengandung
glikoprotein tersebut. Karena kandungan kolagennya yang tinggi, matriks tulang yang
terdekalsifikasi terikat kuat dengan pewarna serat kolagen.4 Gabungan mineral dengan serat
kolagen memberikan sifat keras dan ketahanan pada jaringan tulang. Setelah tulang
mengalami dekalsifikasi, bentuknya tetap terjaga, namun lebih fleksibel mirip tendon.
Dengan menghilangkan bagian organik dari matriks, yang terutama berupa kolagen, bentuk
tulang juga masih terjaga, namun kini menjadi rapuh, mudah patahdan hancur bila dipegang.
Matriks tulang tersusun dalam lapisan yang konsentris disebut lamel, lamel ini terbentuk
akibat peletakan matriks yang ritmik.
Pada tulang panjang, ujung yang membulat disebut sebagai epifisis. Epifisis terdiri atastulang
berongga yang ditutupi selapis tipis tulang kompakta. Bagian silindris yaitu diafisis, yang
hampir seluruhnya terdiri atas tulang kompakta, dengan sedikit tulang spons pada permukaan
dalamnya di sekitar rongga sumsum tulang. Tulang pendek umumnya memiliki pusat yang
terdiri atas tulang berongga, dan seluruhnya dikelilingi oleh tulang kompakta. Tulang
pipihyang membentuk calvaria yang memiliki 2 lapis tulang kompakta yang disebut lempeng,
yangdipisahkan oleh selapis tulang yang berongga disebut diploe.3 Pemerikasaan
mikroskopik tentang tulang memperlihatkan 2 variasi: tulang primer,imatur, atau tulang
anyaman, dan tulang sekunder, matur atau lamelar. Tulang primer adalah jaringan tulang
yang pertama-tama berkembang dalam embrio dan dijumpai dalam perbaikan fraktur atau
proses perbaikan lain. Tulang primer ditandai oleh susunan serat kolagen halussecara acak,
yang berbeda dengan susunan kolagen lamelar yang teratur pada tulang sekunder.
Jaringan tulang primer umumnya bersifat sementara dan akan diganti oleh jaringan tulang
sekunder pada orang dewasa, kecuali pada sedikit tempat di tubuh, misalnya dekat sutura
tulang pipih tengkorak, di alveolus gigi, dan pada insersi beberapa tendon. Selain berkat serat
kolagen tak teratur, ciri tulang primer lain adalah kadar mineral yang lebih rendah dan
proporsi osteosit lebih banyak daripada osteosit jaringan tulang sekunder.3 Jaringan tulang
sekunder adalah jenis jaringan yang biasanya dijumpai pada orang dewasa. Jaringan tersebut
secara khas memperlihatkan serat-serat kolagen yang tersusun dalam lamela (tebal 3-7
mikrometer) yang sejajar satu sama lain atau tersusun secarakonsentris mengelilingi kanal
vaskular. Seluruh lamel tulang tulang konsentrik mengelilingisuatu saluran yang mengandung
pembuluh darah, saraf, dan jaringan ikat longgar, yangdisebut sistem Havers atau osteon.
Lakuna dengan osteosit di dalamnya terdapat di antara dankadang-kadang di dalam lamela.
Di setiap lamela, serat kolagen tersusun paralel. Endapan materi amorf yang disebut substansi
semen, mengelilingi setiap sistem Havers dan terdiri atasmatriks bermineral dengan sedikit
serat kolagen.3 Pada tulang kompakta (misalnya diafisis tulang panjang), lamela memiliki
susunan khas yang terdiri atas saluran Havers, lamela umum luar, lamela umum dalam, dan
lamela interstisial. Lamela umum dalam berlokasi di sekitar rongga sumsum dan lamela
umum luar terdapat tepat di bawah periosteum. Terdapat lebih banyak lamela luar daripada
lamela dalam. Di antara kedua sistem sirkumferensial tersebut, terdapat banyak saluran
Havers, termasuk kelompok lamela berbentuk tak teratur, yang disebut lamela interstisial atau
intermediat. Struktur ini merupakan lamela yang tersisa dari sitem Havers yang dihancurkan
selama pertumbuhan dan remodeling tulang terjadi.4 Setiap saluran Havers merupakan suatu
silinder panjang, seringkali bercabang dua, dan sejajar terhadap sumbu panjang diafisis.
Saluran ini terdiri atas sebuah saluran di pusat yang dikelilingi 4-20 lamela konsentris. Setiap
saluran yang berlapiskan endosteum mengandung pembuluh daraf, saraf, dan jaringan ikat
longgar. Kanal Havers ini berhubungan dengan rongga sumsum, periosteum, dan saling
berhubungan melalui kanal Volkmann yang melintang atau oblik. Kanal Volkmann tak
memiliki lamela konsentris; sebaliknya, kanal-kanal tersebut menerobos lamela. Semua kanal
vaskular di jaringan tulang akan dijumpai bilamatriks terletak di sekitar pembuluh darah yang
sudah ada.3 Pemeriksaan sistem Havers dengan cahaya polarisasi memperlihatkan lapisan-
lapisan anistrop terang yang diselingi lapisan isotrop gelap. Bila diamati di bawah cahaya
polarisasi tegak lurus terhadap panjangnya, serat kolagen terlihat birefringen (anistropik).
Lapisan terang dan gelap tersebut disebabkan perubahan orientasi serat-serat kolagen dalam
lamela. Di setiap lamela, serat-serat terletak paralel satu sama lain dan jalannya berpilin.
Akan tetapi, puncak pilinan (heliks) berbeda-beda untuk berbagai lamela sehingga di
sembarang titik, serat-serat dari lamel yang bersebelahan saling menyilang kurang lebih tegak
lurus. Jaringan tulang selalu mengalami remodelling, karena itu terdapat variasi besar dalam
diameter kanal Havers. Setiap sistem dibentuk oleh tumpukan lamela, dari luar ke dalam
sehingga sistem yang lebih muda memiliki kanal yang lebih besar. Pada sistem Havers
dewasa, lamela yang baru terbentuk letaknya paling dekat dengan kanal sentral.3

Mekanisme Pembentukan Tulang


Tulang dapat dibentuk dengan 2 cara: mineralisasi langsung dari matriks yang
disekresiosteoblas (osifikasi intramembranosa) atau oleh deposisi matriks tulang pada matriks
tulangrawan yang sudah ada (osifikasi endokondral).3
Osifikasi intramembranosa terjadi karena kondensasi pada jaringan mesenkim. Tulang frontal
dan parietal tengkorak, selain bagian tulang oksipital dan temporal dan mandibula serta
maksila, dibentuk melalui osifikasi intramembranosa. Proses ini juga ikut dalam pertumbuhan
tulang-tulang pendek, dan penebalan tulang panjang. Pada lapisan kondensasi mesenkim, titik
awal osifikasi disebut pusat osifikasi primer. Proses diawali saat sekelompok sel berkembang
menjadi osteoblas. Osteoblas menghasilkan matriks tulang dan diikuti kalsifikasi, berakibat
sebagian osteoblas menjadi osteosit. Pulau-pulau pembentukan tulang ini membentuk dinding
yang membatasi rongga-rongga panjang yang berisi kapiler dan sel sumsum tulang dan sel-
sel prakembang. Beberapa kelompok demikian hampir serentak muncul di pusat osifikasi
sehingga penyatuan dinding menghasilkan struktur mirip spons pada tulang. Jaringan ikat
yang tertinggal di antara dinding tulang disusupi pembuluh darah dan sel mesenkim
tambahan yang akan membentuk sel-sel sumsum tulang. Pusat-pusat osifikasi tulang tumbuh
secara radial dan akhirnya menyatu, yang akan menggantikan jaringan ikat asal. Ubun-ubun
bayi yang baru lahir, sebagai contoh, merupakan daerah tulang lunak pada permukaan dalam
maupun luar. Jadi, 2 lapisan tulang kompakta (lempeng dalam dan luar) terbentuk, sedangkan
bagian pusat (diploe) tetap mempertahankan ciri sponsnya. Sementara bagian lapisan jaringan
ikat yang tidak mengalami osifikasi menghasilkan endosteum dan perioteum di tulang
intramembranosa.3

Metabolisme Tulang

Tulang termasuk jaringan ikat pada tubuh manusia. Contoh jaringan ikat lain adalah tulang
rawan, gigi, dermis, kulit, selaput tendon, otot, dan sebagainya. Secara umum, jaringan ikat
terdiri dari 3 bagian, yaitu sel, serabut / serat, dan bahan dasar / ground substance. Sel pada
jaringan ikat disebut fibroblast dan berfungsi menghasilkan kolagen dan glikosaminogilkan.
Kolagen dan glikosaminogilkan inilah yang membentuk serat pada jaringan ikat dan di
ground substance atau bagian ekstraseluler berikatan dengan protein membentuk proteoglikan
dan glikoprotein. Jika kolagen yang berikatan dengan protein maka menjadi glikoprotein dan
jika glikosaminoglikan yang berikatan dengan protein menjadi glikoprotein.
Kolagen merupakan protein fibrosa yang merupakan komponen utama jaringan ikat dan
merupakan protein paling banyak jumlahnya dalam mamalia. Kolagen dijumpai di tulang,
tendon, kulit, pembuluh darah, dan kornea mata. Kolagen mengandung sekitae 33% glisin
dan 21 % prolin serta hidroksiprolin, suatu asam amino yang dihasilkan melalui modifikasi
pacatranslasi residu prolin.
Tropokolagen, yaitu prekursor kolagen, adalah suatu triple heliks yang terdiri dari tiga rantai
polipeptida yang saling menjalin, membentuk struktur mirip tambang dengan daya renggang
yang besar. Masing-masing rantai polipeptida mengandung sekitar 1800 residu amino. Ketiga
rantai polipeptida heliks triple disatukan oleh ikatan hidrogen.5
Proses pembentukan kolagen dimulai dari pembentukan prokolagen intrasel, yaitu sintesis
polipeptida dalam ribosom atau prepokolagen. Setelah prepokolagen mengalami hidroksilasi,
glikosilasi, dan ekstensi peptida dalam retikulum endoplasma, maka terbentuklah prokolagen
yang diekskresikan ke bagian ekstraseluler. Di bagian luar sel, prokolagen dihidrolisis dengan
enzim prokolagen peptidase untuk menghilangkan ekstensi peptida sehinga prokolagen
menjadi tropokolagen yang siap membentuk ikatan triple heliks. Defisiensi enzim prokolagen
peptidase dapat menyebabkan sindrom Ehlers-Danlos.
Elastin memiliki struktur yang mirip dengan kolagen, namun memiliki fungsi memanjang dan
memendek lebih besar dari kolagen. Hal ini disebabkan adanya 4 ikatan antar asam amino
glisin pada elastin, sementara kolagen hanya memiliki 2 ikatan. Elastin tidak larut tetapi
dapat dicerna dan tidak dapat diubah menjadi gelatin, sementara pada kolagen jika
dipanaskan dan dilarutkan dengan asam dapat membentuk gelatin yang lebih lunak dan lebih
larut daripada kolagen. Elastin memiliki ikatan silang utama berupa desmosin sehingga
membentuk ikatan tetrafungsional dan menyebabkan elastin mampu memanjang dan
memendek.

Faktor-faktor yang Berperan Dalam Metabolisme Tulang


Vitamin C diperlukan untuk sintesis dan maturasi kolagen tipe I yang merupakan protein
struktural utama dalam matriks tulang.6 Selain itu, vitamin D dan K juga terlibat dalam proses
maturasi osteokalsin, yaitu suatu protein berukuran kecil yang selalu menyertai aktivitas sel
osteoblast. Osteokalsin yang kurang mengalami karboksilasi ternyata berkaitan dengan
defisiensi mineralisasi tulang dan dapat menghambar pertumbuhan tulang. Selain itu, hormon
yang mempengaruhi metabolisme tulang adalah hormon estrogen, paratiroid, kalsitonin,
glukokortikoid, dan growth hormone. Hormon estrogen menghambat produksi asam laktat
pada glikolisis dalam tulang sehingga defisiensi hormon estrogen dalam tubuh dapat
menyebabkan osteoporosis lebih mudah terjadi. Hal ini disebabkan karena osteoporosis
disebabkan oleh kegagalan pembentukan matriks tulang dan jika glikolisis terhambat maka
pembentukan matriks tulang juga terhambat sehingga dapat mengakibatkan osteoporosis.
Glukokortikoid juga berfungsi untuk mengurangi kepadatan matriks tulang sehingga ketika
glukokortikoid tulang naik kadarnya, namun tidak ada kalsitonin dan paratiroid untuk
menyeimbangi mineralisasi tulang, maka dapat terjadi proses osteoporosis sehingga tulang
menjadi lebih rapuh.

Estrogen dan Osteoporosis

Selama perkembangannya tulang membutuhkan kalsium yang tinggi, dan setelah mencapai massa
pubertas kematangan hormon reproduksi estrogen pada wanita dan testosteron pada laki-laki, karena
pengaruh anabolik dan prekusor estrogen terjadilah proses remodeling tulang. Peranan sel tulang
osteoblas dalam membentuk formasi tulang dan osteoklas meresorpsi tulang menyebabkan terjadinya
remodeling tulang tampaknya sederhana, tetapi di belakang proses remodeling ini terjadi proses yang
rumit.
Secara tidak langsung, kadar estrogen yang rendah mempengaruhi asupan kalsium ke dalam tubuh
karena dihambatnya sekresi PTH dan menghambat sintesis kalsitriol. Jadi pada osteoporosis pasca
menopause primer, jelas akibat tidak adanya hormon estrogen menurunnya fungsi osteoblas dan
meningkatnya aktivitas osteoklas serta menurunnya kualitas hidup yang meningkatkan resiko
terjadinya osteoporosis sehingga menyebabkan massa tulang menurun dengan cepat.
Faktor yang Mempengaruhi Osteoporosis
Terdapat beberapa faktor utama sebagai faktor resiko yang berhubungan erat dan mempunyai
kontribusi utama terhadap proses perkembangan osteoporosis. Faktor resiko tersebut sering
ditemukan, tetapi pada beberapa individu dengan osteoporosis sulit ditentukan dengan jelas faktor
resiko osteoporosis tersebut. Hampir separuh masa kehidupan terjadi mekanisme kerusakan tulang (
resorpsi ) dan pembentukan tulang ( formasi). Selama masa anak-anak dan dewasa
muda,pembentukan tulang jauh lebih cepat dibandingkan dengan kerusakan tulang. Titik puncak
massa tulang ( Peak bone mass ) tercapai pada sekitar usia 30 tahun, dan setelah itu mekanisme
resopsi tulang menjadi jauh lebih cepat dibandingkan dengan pembentukan tulang. Penurunan massa
tulang yang cepat akan menyebabkan kerusakan pada mikroarsitektur tulang khususnya pada tulang
trabekular. Osteoporosis dibagi dalam 2 bentuk, yaitu primer dan sekunder. Dikatakan osteoporosis
primer apabila penyebabnya berhubungan dengan usia ( senile osteoporosis) atau penyebabnya tidak
diketahui sama sekali ( idiopathic osteoporosis). Pada laki-laki, istilah idiopatik digunakan hanya pada
usia lebih dari 70 tahun, dengan asumsi penyebabnya adalah berhubungan dengan usia. Progresifitas
resorpsi tulang merupakan kondisi normal dalam penuaan ( aging process). Mekanisme ini diawali
pada antara usia decade 3 sampai 5 kehidupan, perkembangan resopsi tulang lebih cepat pada tulang
trabelukar dibanding pada tulang kortikal, dan pada wanita akan mengalami percepatan mekanisme
ini menjelang menopause.5

Pada Osteoporosis sekunder ; kebiasaan gaya hidup, obat-obatan atau penyakit tertentu
merupakan penyebab utama terjadinya osteoporosis. Penyebab tersering osteoporosis sekunder adalah
terapi dengan glukokortikoid ( sindroma cushing ), tirotoksikosis, alkoholisme, hiperparatiroid,
diabetes melitus, hipogonadisme, perokok, penyakit gastrointestinal, gangguan nutrisi, hipercalsiuria
dan immobilisasi.

Bone Densitometri
Merupakan pemeriksaan kepadatan tulang dan umumnya berkorelasi dengan kekuatan tulang
dan digunakan untuk mendiagnosis osteoporosis.

Kesimpulan
Hipotesis diterima.osteoporosis terjadi karena pengaruh gangguan metabolisme tulang, Tulang
terdiri dari mineral-mineral seperti kalsium dan fosfat, sehingga tulang menjadi keras dan
padat.Untuk mempertahankan kepadatan tulang, tubuh memerlukan persediaan kalsium dan
mineral lainnya yang memadai, dan harus menghasilkan hormon dalam jumlah yang mencukupi.
Daftar Pustaka
1. Guyton AC, Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran. Ed 11. Jakarta: EGC; 2008.h.74-
81.
2. Lumongga F. Sendi lutut. Diunduh dari:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3476/1/anatomi-fitriani.pdf, 19 Maret
2013.
3. Junqueira LC, Carneiro J. Histologi dasar: teks dan atlas. Ed 10. Jakarta:
EGC;2007.h.134-44.
4. S,Gul. Sistem Rangka dan Otot. Yogyakarta : Yudhistira;2007:h.23
5. Williams, Wilkins. Biologi kedokteran dasar: sebuah pendekatan klinis. Jakarta: EGC;
2007.h.91.
6. Gibney MJ, MM Barrie, Kearney JM, et al. Gizi kesehatan masyarakat. Jakarta: EGC;
2005.h.453.

Das könnte Ihnen auch gefallen

  • Kecelakaan Kerja
    Kecelakaan Kerja
    Dokument9 Seiten
    Kecelakaan Kerja
    Ika Salamah
    Noch keine Bewertungen
  • Blok 27
    Blok 27
    Dokument16 Seiten
    Blok 27
    Ika Salamah
    Noch keine Bewertungen
  • Sken 8
    Sken 8
    Dokument12 Seiten
    Sken 8
    Ika Salamah
    Noch keine Bewertungen
  • PBL Blok 27
    PBL Blok 27
    Dokument22 Seiten
    PBL Blok 27
    Ika Salamah
    Noch keine Bewertungen
  • Sken 8
    Sken 8
    Dokument25 Seiten
    Sken 8
    Ika Salamah
    Noch keine Bewertungen
  • Blok 27
    Blok 27
    Dokument18 Seiten
    Blok 27
    Ika Salamah
    Noch keine Bewertungen
  • Kecelakaan Kerja
    Kecelakaan Kerja
    Dokument15 Seiten
    Kecelakaan Kerja
    Ika Salamah
    Noch keine Bewertungen
  • Sken 8
    Sken 8
    Dokument25 Seiten
    Sken 8
    Ika Salamah
    Noch keine Bewertungen
  • Sken 8
    Sken 8
    Dokument13 Seiten
    Sken 8
    Ika Salamah
    Noch keine Bewertungen
  • Sken 8
    Sken 8
    Dokument12 Seiten
    Sken 8
    Ika Salamah
    Noch keine Bewertungen
  • Gaky
    Gaky
    Dokument15 Seiten
    Gaky
    Meidy Lim
    Noch keine Bewertungen
  • Blok 8
    Blok 8
    Dokument1 Seite
    Blok 8
    Ika Salamah
    Noch keine Bewertungen
  • Gaky
    Gaky
    Dokument15 Seiten
    Gaky
    Meidy Lim
    Noch keine Bewertungen
  • PBL Blok 27
    PBL Blok 27
    Dokument22 Seiten
    PBL Blok 27
    Mohd Shahmin Mat Ghani
    Noch keine Bewertungen
  • Ika Salamah 102014151
    Ika Salamah 102014151
    Dokument18 Seiten
    Ika Salamah 102014151
    Ika Salamah
    Noch keine Bewertungen
  • Laporan Family Folder
    Laporan Family Folder
    Dokument14 Seiten
    Laporan Family Folder
    Ika Salamah
    Noch keine Bewertungen
  • Gaky
    Gaky
    Dokument15 Seiten
    Gaky
    Meidy Lim
    Noch keine Bewertungen
  • Makalah b18 SK 1
    Makalah b18 SK 1
    Dokument20 Seiten
    Makalah b18 SK 1
    Ika Salamah
    Noch keine Bewertungen
  • SK 5
    SK 5
    Dokument25 Seiten
    SK 5
    Ika Salamah
    Noch keine Bewertungen
  • SK 5
    SK 5
    Dokument25 Seiten
    SK 5
    Ika Salamah
    Noch keine Bewertungen
  • Blok 5
    Blok 5
    Dokument19 Seiten
    Blok 5
    Ika Salamah
    Noch keine Bewertungen
  • Blok 5
    Blok 5
    Dokument11 Seiten
    Blok 5
    Ika Salamah
    Noch keine Bewertungen
  • Blok 3
    Blok 3
    Dokument17 Seiten
    Blok 3
    Ika Salamah
    Noch keine Bewertungen
  • B 23
    B 23
    Dokument20 Seiten
    B 23
    Ika Salamah
    Noch keine Bewertungen
  • Angka Kematian Ibu Bersalin
    Angka Kematian Ibu Bersalin
    Dokument11 Seiten
    Angka Kematian Ibu Bersalin
    Ika Salamah
    Noch keine Bewertungen
  • PBL Adaptasi Sel
    PBL Adaptasi Sel
    Dokument7 Seiten
    PBL Adaptasi Sel
    Ika Salamah
    Noch keine Bewertungen
  • Blok 18
    Blok 18
    Dokument8 Seiten
    Blok 18
    Ika Salamah
    Noch keine Bewertungen
  • Pengaruh Hormon Pertumbuhan Pada Pertumbuhan Tinggi Badan: Ika Salamah 1020014151
    Pengaruh Hormon Pertumbuhan Pada Pertumbuhan Tinggi Badan: Ika Salamah 1020014151
    Dokument17 Seiten
    Pengaruh Hormon Pertumbuhan Pada Pertumbuhan Tinggi Badan: Ika Salamah 1020014151
    Ika Salamah
    Noch keine Bewertungen
  • Fisio
    Fisio
    Dokument24 Seiten
    Fisio
    Ika Salamah
    Noch keine Bewertungen
  • Blok 6 SK 4
    Blok 6 SK 4
    Dokument19 Seiten
    Blok 6 SK 4
    Ika Salamah
    Noch keine Bewertungen