Sie sind auf Seite 1von 16

GANGGUAN PRILAKU PADA ANAK DAN IMPLIKASINYA TERHADAP

PERKEMBANGAN ANAK USIA SEKOLAH DASAR

ANI SITI ANISAH

ABSTRACT
Conduct Disorder are defined as repetitive behaviors and patterns of sedentary behavior
that violates the rights of others who violate the norms and rules of society. If this is allowed
to behavioral disorders, it will have an impact on an ongoing basis and will cause significant
damage to the social functioning, academic, as well as its future. If it is more complex
behavioral disorders that cause behavioral disorders in children will be more severe. This
disorder begins in elementary school age children. Elementary school students called middle
childhood, marked by the development of the ability to make decisions, to understand the
cause-effect relationships, social understanding, managing emotions, and self-awareness.
Based on the characteristics of the cognitive, social, emotional, and physical, elementary
school students are often classed as a lot of acting, excess motion, and mischievous in his
social relationships. Certain limits, these behaviors can be tolerated as a manifestation of
their age. But sometimes the level of behavior and emotional indicate a problem that is not
recognized by the people around him, including the parents and teachers at school.
Keywords: Conduct Disorder, Child Development, Elementary Shool

ABSTRAK
Gangguan perilaku didefinisikan sebagai perilaku berulang dan pola perilaku menetap
yang melanggar hak-hak orang lain yang melanggar norma-norma dan aturan masyarakat.
Jika gangguan prilaku ini dibiarkan, maka akan berdampak secara berkelanjutan dan akan
menyebabkan kerusakan yang signifikan pada fungsi sosial, akademis, maupun masa
depannya. Jika gangguan perilaku itu makin kompleks maka menyebabkan gangguan
perilaku pada diri anak akan semakin parah. Gangguan ini mulai terjadi pada anak usia
SD. Siswa Sekolah Dasar disebut usia kanak-kanak pertengahan, ditandai dengan mulai
berkembangnya kemampuan membuat keputusan, memahami hubungan sebab-akibat,
pemahaman sosial, mengatur emosi, dan kesadaran diri. Berdasarkan karakteristik kognitif,
sosial, emosi, dan fisik, siswa-siswa sekolah dasar seringkali digolongkan sebagai banyak
bertingkah, kelebihan gerak, dan nakal dalam hubungan sosialnya. Batas-batas tertentu
perilaku-perilaku tersebut masih dapat ditolerir sebagai manifestasi dari usia mereka.
Namun adakalanya tingkat perilaku dan emosi menunjukkan adanya gangguan yang tidak
disadari oleh orang-orang sekitarnya, termasuk orang tua dan guru di sekolah.
Kata Kunci: Gangguan Perilaku, Perkembangan Anak, Usia SD
A. Pendahuluan

Dalam persfektif Islam, anak berkaitan dengan gangguan pada proses


merupakan makhluk yang dhaif dan mulia, perkembangannya. Bila gangguan tersebut
yang keberadaannya adalah kewenangan tidak segera diatasi maka akan berlanjut
dari kehendak Allah SWT yang telah pada fase berikutnya yaitu fase
melewati proses penciptaan. perkembangan anak masa sekolah. Pada
Kedudukannya sangat mulia, sehingga gilirannya, gangguan tersebut dapat
anak harus diperlakukan secara baik, dan di menghambat proses perkembangan anak
didik dengan baik sesuai dengan nilai-nilai yang optimal.
agama dan norma yang berlaku. Kelak Dengan demikian, penting bagi para
anak tersebut tumbuh menjadi anak yang orang tua dan guru untuk memahami
berakhlak mulia yang dapat bertanggung permasalahan-permasalahan anak agar
jawab dalam mensosialisasikan dirinya dapat meminimalisir kemunculan dan
untuk mencapai kebutuhan hidupnya dampak permasalahan tersebut serta
dimasa mendatang. mampu memberikan upaya bantuan yang
Dalam pengertian Islam, anak tepat. Untuk mengetahui apakah anak
adalah titipan Allah SWT kepada kedua bermasalah atau tidak, para pendidik (orang
orang tua, masyarakat bangsa dan negara tua, guru, dan orang dewasa disekitar anak)
yang akan berkontribusi dalam perlu memahami tahapan perkembangan
memakmurkan dunia sebagai rahmatan anak dalam segala aspek. Pemahaman
lilalamin dan sebagai pewaris yang akan tersebut dapat membantu menganalisis,
mentransmisikan konsep akhlakul karimah mengidentifikasi dan mengelompokkan
pada generasi berikutnya. Pengertian ini anak pada kategori bermasalah atau tidak
mengandung arti bahwa setiap anak yang dan menentukan treatmen yang tepat
dilahirkan harus diakui, diyakini, dan dengan cepat agar gangguan perkembangan
diamankan dengan cara dididik sebagai pada anak tidak berlanjut sampai dewasa.
implementasi amalan yang diterima bagi Permasalahan yang dihadapi anak dapat
orang tua, masyarakat , bangsa dan negara. digolongkan pada empat kategori yaitu
Dalam surat Al Hajj ayat 5 masalah-masalah yang berkaitan dengan
menjelaskan, bahwa Allah menyebut anak gangguan fisik, psikis, kesulitan belajar dan
dengan kata Thiflan, ayat tersebut tersirat permasalahan sosial.
fase-fase perkembangan seorang anak. Tulisan ini mencoba memfokuskan
Dalam fase perkembangan anak itulah permasalahan anak pada aspek
orang tua perlu mencermati dengan baik, perkembangan sosialnya. Masalah
bagaimana perkembangan anak-anaknya. perkembangan sosial anak berhubungan
Sehingga jika ada gejala-gejala yang dengan kemampuan anak dalam
kurang baik pada masa berinteraksi dengan teman sebaya, orang
perkembangannya, maka perlu suatu dewasa, atau lingkungan pergaulan yang
perhatian dalam membantu mereka lebih luas. Dengan demikian, permasalahan
mengembangkan fase-fase dalam tahapan anak dalam bidang sosial juga berkaitan
perkembangannya. Semakin baik orangtua dengan pergaulan atau hubungan sosial,
memperhatikan dan memelihara masa yang meliputi perilaku-perilaku tingkah
perkembangan anaknya, maka seorang laku agresif, daya suai kurang, pemalu,
anak akan mampu melewati fase-fase anak manja, negativisme, perilaku
perkembangan berikutnya dengan berkuasa, perilaku merusak. Faktor
sempurna. penyebabnya bersifat intrinsik maupun
Setiap anak yang lahir ke dunia, ekstrinsik, yaitu pembawaan, pola asuh
sangat rentan dengan berbagai masalah. orang tua, keadaan sosial ekonomi
Masalah yang dihadapi anak, biasanya
keluarga, lingkungan sekolah, maupun gangguan perilaku memiliki nilai akademis
pengaruh dari masyarakat. dibawah rata-rata. Artinya bahwa penderita
Perkembangan sosial yang gangguan perilaku sangat rentan terhadap
menyimpang yang muncul dari diri anak perkembangan kognitifnya. Dan biasanya
secara terus menerus menurut Quay disebut anak dengan gangguan emosi dan perilaku
gangguan prilaku dalam istilah asing yang telah terdeteksi biasanya
conduct disorder. Charles Wenar dan mendapatkan layanan pendidikan dan
Patricia Kerig dalam bukunya Development penanganan di sekolah luar biasa bagian E
Psychopatology from Infancy Trough (tunalaras), di sekolah-sekolah khusus,
Adolescent mengemukakan bahawa kriteria ataupun di sekolah-sekolah inklusi.
conduct disorder dalam DSM IV-TR yaitu Dengan permasalahan tersebut,
agression to people and animal, destruction tidak ada alasan bagi orang tua dan guru
of property, deceitfulness or theft and untuk segera mengantisipasi gangguan
serious violations of rules. (Charles Wenar perilaku yang terjadi pada anak. Mengingat
dan Patricia Kerig, tt, 298) anak adalah amanah yang Allah titipkan
Jika gangguan prilaku ini dibiarkan, kepada setiap orang tua untuk dididik dan
maka akan berdampak secara berkelanjutan diasuh dengan baik sesuai dengan norma
dan akan menyebabkan kerusakan yang sosial dan norma agama . Orang tua adalah
signifikan pada fungsi sosial, akademis, Madrosatul Ula bagi setiap anak-
maupun masa depannya. Jika gangguan anaknya. Mereka akan mendapatkan
perilaku itu makin kompleks maka pendidikan pertama dari orang tuanya,
menyebabkan gangguan perilaku pada diri perangai atau watak yang ditunjukkan
anak akan semakin parah. kedua orang tua akan menjadi objek
Mengingat kasus gangguan perilaku peniruan bagi anak-anaknya. Mengingat
banyak terjadi pada masa kanak-kanak dan faktor terjadinya gangguan prilaku pada
remaja. Pada masa ini orang tua dan guru anak sebagian besar diakibatkan oleh
hanya memiliki anggapan sebagai suatu modelling dan pola asuh yang salah dari
kewajaran dan hanya memberikan label kedua orang tuanya yang secara signifikan
nakal atau pembangkang pada anak akan membentuk kepribadian atau sifat dan
tersebut. Hasil survei dari sumber Balitbang sikap seorang anak dalam berinteraksi
2006 terhadap 696 anak SD dari empat dengan lingkungan sosialnya.
provinsi di Indonesia yang nilai-rata-rata Dengan demikian orang tua dan
raportnya memiliki kurang dari 6.0 guru harus memiliki sense of responsibility
dinyatakan 33% mengalami gangguan terhadap perkembangan sosial anak agar
perilaku dan emosi. Hasil survey ini tidak terjadi gangguan perilaku pada anak.
menunjukkan bahwa anak yang memiliki

B. Pembahasan

A. Pengertian Gangguan Perilaku secara luas digunakan di Amerika


Pada Anak Serikat, emotional and behavioral
disorders (gangguan emosional /
Istilah Gangguan perilaku atau perilaku) atau emotional disturbance
dalam kategori Quay (bahasa Inggrisya) (gangguan emosi) dan behavioral
disebut Conduct Disorder (Quay, 1964) disorders (penyimpangan perilaku) juga
. Secara historis diadopsi dari variasi digunakan secara luas.
beberapa term antar bangsa, terutama di Istilah-istilah tersebut digunakan
Eropa. Di Inggris, dengan istilah dalam rangka mengupayakan kebutuhan
emotional and behavioral difficulties pelayanan pendidikan kepada anak
(kesulitan emosional dan perilaku) telah dalam menentukan apakah seorang anak
berhak untuk mendapatkan layanan Samuel A. Kirk membuat
pendidikan khusus atau umum. Di klasifikasi anak tunalaras melalui proses
berbagai negara istilah-istilah tersebut pengamatan gejala-gejala tingkah
memiliki definisi resmi atau secara lakunya, secara garis besar ia
hukum untuk menghindari kebingungan mengelompokan menjadi tiga katagori
atau konflik dalam menentukan yaitu:
perlakuan kepada anak yang memiliki Socially maladjusted children
gangguan perilaku sesuai dengan yaitu kelompok anak yang tidak dapat
karakteristiknya. Contohnya seperti di menyesuaikan diri dengan lingkungan
Amerika Serikat, anak-anak dengan sosial. Kelompok anak ini menunjukkan
berbagai kesulitan yang karakteristiknya tingkahlaku yang tidak sesuai dengan
sesuai dengan konsep dari istilah-istilah ukuran cultural permissive atau
yang disebutkan di atas digolongkan norma-norma masyarakat dan
kedalam serious emotional disturbance kebudayaan yang berlaku, baik di
(gangguan emosi yang serius) dalam The rumah, sekolah, maupun masyarakat.
Individuals with Disabilities Education Delinquency adalah tingkah laku
Act (IDEA) (Undang-Undang bagi anak atau remja yang melanggar norma-
Pendidikan Individu Penyandang Cacat) norma hukum tertulis atau merupakan
tahun 1990. salah satu bentuk penyesuaian anak yang
Di masyarakat kita banyak istilah salah, tidak sesuai dengan tuntutan dan
dalam menyebut anak yang memiliki harapan lingkungan masyarakat.
gangguan emosi dan perilaku tergantung Emotionally disturbed children
dari sudut keilmuan mana istilah itu yaitu kelompok anak yang terganggu
muncul. Seorang guru biasanya atau terhambat perkembangan
menyebut anak sulit diatur, anak sukar, emosinya, dengan menunjukan adanya
anak nakal. Pedagog menyebutnya anak gejala ketegangan atau konflik batin,
tunalaras. Sosial Worker menyebutnya menunjukan kecemasan, penderita
anak gangguan sosial atau anak neurotis atau bertingkahlaku psikotis.
penyandang masalah sosial. Psikolog Beberapa tingkah laku dari anak ini
menyebutnya anak terganggu emosi, dapat dikatagorikan sebagai tingkahlaku
anak terhambat emosi. Lowyer socially maladjusted. Apabila tingkah
menyebutnya anak pranakal, anak nakal, laku tersebut sudah merugikan dan
anak pelanggar hukum. Orang tua dan mengganggu kehidupan orang lain,
masyarakat awam menyebutnya anak seperti mencuri, mengganggu ketertiban
nakal, anak bandel, anak keras kepala, dan keamanan masyarakat, dan
anak jahat dan sebagainya. sebagainya.
Ditinjau secara historis, mulai Menurut Hewitt dan Jenkins,
dari literatur asing sampai istilah yang mengklasifikasikan anak tunalaras
digunakan pada masyarakat kita, pada (Socially Maldjusted Children) menjadi
dasarnya penyebutan istilah itu sama, tiga kelompok yaitu:
yaitu menunjuk kepada anak yang Unsocialized Agresive Children,
mengalami penyimpangan perilaku baik yaitu kelompok anak yang menunjukan
pada taraf berat, sedang, ringan, yang gejala-gejala: tidak menyenangi sikap
disebabkan oleh gangguan emosi, sosial ototitas, seperti guru, dan polisi.
atau keduanya. Dan di Indonesia anak Kebanyakan anak ini berasal dari
yang mengalami gangguan emosi dan keluarga broken home, tidak mendapat
prilaku ini disebut anak tunalaras. kasih saying dan perhatian dari orang
Ada beberapa karakteristik tuanya. Anak kelompok ini kebanyakan
tunalaras menurut beberapa ahli yang lahir di luar perkawinan. Mereka tidak
diklasifikasikan sebagai berikut: berkembang super egonya, tidak dapat
melakukan hubungan interpersonal yang sering stereotif atau tidak dapat
secara positif. Prilaku dan sikap mereka dikontrol. Komplusi merupakan
bersifat anti sosial, sering melakukan pengulangan prilaku atas desakan yang
kekejaman, kekerasan dan sadis. timbul dengan berbagai cara. Obsesi
Sosiallized Agresive Children, merupakan suatu keasikan dalam
yaitu kelompok anak yang masih pemikiran/ingatan terhadap suatu obyek
mampu melakukan hubungan dan yang sama. Kedua hal tersebut
interaksi sosial pada kelompok yang merupakan gejala meningkatnya
terbatas, seperti kelompoknya. Pada kecemasan yang bersifat sementara,
umumnya berasal dari keluarga broken misalnya berprilaku yang dilakukan
home, masa kecil mereka pernah secara berulang-ulang.
memperoleh kasih sayang, tetapi masa Anak yang menutupi diri dari
berikutny diabaikan, sehingga ia masih realitas. Berdasarkan bentuk
mampu melakukan hubungan dan gangguan/penyimpangan prilaku terdiri
interaksi sosial secara terbatas, tetapi dari anak : Skhizoprenia, tipe ini
mereka membenci orang-orang yang merupakan bentuk paling umum dari
memiliki otoritas. gangguan psikopis fungsional. Ciri-
Maldjusted Children Kelompok cirinya seperti disorganisasi, kurang
anak ini sering juga disebut anak over perhatian, reaksi emosional, sering
inhibited. Dengan karakteristik prilaku, mengalami halusinasi dan ilusi; Autisme,
seperti: penakut, pemalu, cemas, yaitu anak yang menutup diri pada
penyendiri, sensitive, sulit melakukan tingkat berat, sehingga mengalami
interaksi sosial secara baik dengan kegagalan dalam melakukan hubungan
teman temannya, sangat ketergantungan, emosional dan sosial dengan orang lain.
dan mengalami defresi. Pada umumnya Gejala berupa pengulangan kata-kata
berasal dari keluarga yang mampu, (echolalia), kekakuan dalam
dimana mereka terlalu diperhatikan dan mempertahankan sesuatu obyek,
dimanjakan, sehingga kurang mampu pergantian prilaku secara rutin/monoton
untuk menyesuaikan diri dengan dalam ungkapan tertentu.
lingkungan yang menuntut sesuatu dari Regresi, yaitu perilaku kembali
seperti tanggung jawab sosial, agama, pada prilaku fase yang lebih randah dari
budaya, dsb. usianya atau prilaku kekanak-kanakan.
Klasifikasi yang dikemukakan Prilaku tersebut terjadi biasanya apabila
oleh Telford dan Sawrey, anak tunalaras mengalami ketegangan/stress. Misalnya
menjadi tiga kelompok berdasarkan mengisap jempol, mengompol,
bentuk prilakunya, yaitu: berbicara seperti bayi.
Anak Yang Mengalami Berhayal dan berfantasi, yaitu
Kecemasan. Kategori ini dikelompokan prilaku untuk menututp diri atau
berdasarkan berat ringannya menjadi melarikan diri dari kenyataan yang
tiga yaitu: Kecemasan kronis, dihadapinya.
gejalanya seperti mudah marah merasak Anak yang mengalami
ketakutan yang tidak jelas penyebabnya, permusuhan. Merupakan tipe anak yang
gangguan tidur dan selera makan, sering mengalami gangguan emosi dimana
menangis tanpa sebab, dan merasa lesu tingkah lakunya bersifat agresif dan
serta tidak bergairah; Rasa takut destruktif. Ia sering merusak
kronis, dimana perasan takut tersebut benda/barang dan menyerang terhadap
tidak diketahui yang menjadi faktor orang, bahkan hewan.
penyebabnya atau rasa takut irasional. Menurut Quay anak tunalaras
Misalnya pobia sekolah, pobia (gangguan emosoi dan prilaku) pada
kematian, dsb; Obsesi dan komplusi
anak dikelompokkan menjadi 3 kategori, properti orang lain; sering bolos dari
yitu: sekolah, dll.
Conduct Disorder/Unsocialized Gangguan perilaku (CD)
Aggression, yaitu kelompok anak yang didefinisikan sebagai perilaku berulang
tidak mampu untuk mengendalikan diri. dan pola perilaku menetap yang
Jenis prilaku yang sering nampak pada melanggar hak-hak orang lain yang
anak-anak tersebut seperti berkelahi, melanggar norma-norma dan aturan
pemarah, tidak patuh, merusak masyarakat.(American Psychiatric
barang/benda orang lain, mencari Asosiasi, 2000). Gejala-gejala gangguan
perhatian, sombong, tidak jujur, bicara prilaku menurut APA ada empat
kasar, iri hati, tidak bertanggung jawaab, kategori utama: (a) agresi kepada orang-
mudah beralih perhatian, kejam dsb. orang dan hewan, (b) perusakan
Socialized Aggresion, yaitu properti, (c) tipu daya atau pencurian,
perilaku agresi yang dilakukan secara dan (d) pelanggaran serius aturan
kelompok, seperti tawuran, mencuri (misalnya, pembolosan, melarikan diri
secara berkelompok, menjadi anggota dari rumah).
suatu gang, bolos, dan keluar rumah DSM-IV;APA menyebut
sampai larut malam. gangguan perilaku dengan istilah
Anxiety Withdrawal/Personality conduct disorder , yaitu pola perilaku
Problem, Jenis gangguan berupa yang menetap dan berulang, ditunjukkan
kecemasan, dan kekhawatiran yang dengan perilaku yang tidak sesuai
tidak jelas, tidak beralasan atau karakter dengan nilai kebenaran yang dianut oleh
pribadi yang membatasi diri sehingga masyarakat atau tidak sesuai dengan
menganggu pencapaian hubungan norma sosial untuk rata-rata seusianya.
harmonis dengan orang lain. Perilaku Namun definisi ini tidak secara jelas
yang menonjol pada kelompok ini dimaknai demikian karena ada kriteria
seperti: cemas, pemalu, sedih, mudah spesifik yang membuat seseorang bisa
tersinggung/sensitive, rendah diri, dikatakan mengalami gangguan
kurang percaya diri, mudah bingung, perilaku. Dalam DSM IV, dikatakan
sering menangis tanpa alasan, dan kembali bahwa seseorang baru dapat
tertutup. dikatakan memenuhi kriteria ini jika ia
Immaturity/Inadequacy , Yaitu menunjukkan 3 gejala spesifik selama
kelompok anak yang menunjukkan sekurang-kurangnya 12 bulan dan paling
sikap dan perilaku tidak dewasa. tidak 1 gejala muncul selama lebih dari
Perilaku yang sering nampak 6 bulan terakhir. Gejala tersebut adalah
diantaranya: kurang dapat agresi terhadap orang atau binatang,
berkonsentrasi, perhatian singkat, sering merusak barang-barang, suka berbohong
melamun, gerak motorik kaku, pasif/ atau mencuri dan melanggar aturan.
kurang inisiatif, mudah dipengaruhi, (Kearney, 2003)
sering mengalami kegagalan, dan Dalam Buku Tingkah Laku
ceroboh dalam segala hal. Abnormal, Linda De Clerg (1994:167),
Tulisan ini akan menjelaskan mengemukakan istilah gangguan
satu jenis gangguan perilaku klasifikasi perilaku atau conduct disorder mengacu
Quay yang kemudian disebut conduct pada pola prilaku antisosial yang
disorder. The American Psychiatric bertahan yang melanggar hak-hak orang
Association (APA) (Breeze Rueda dkk, lain dan norma susila.
TT) mendefinisikan seperangkat kriteria
untuk mendiagnosis gangguan perilaku B. Faktor Penyebab Gangguan Perilaku
seperti: sering melakukan perkelahian Pada Anak
fisik; telah sengaja menghancurkan
Dalam jurnal yang ditulis Rr. Anak yang menderita gangguan
Indah Ria Sulistya Rini (2010), kasus perilaku, pada masa kecilnya seringkali
gangguan perilaku ini lebih banyak mengalami gangguan dalam hubungan
terjadi pada masa anak dan remaja. sosial yang disebabkan oleh banyak
Seorang anak dikatakan mendapat faktor. Studi ini menunjukkan bahwa
serangan gangguan perilaku apabila gangguan perilaku mulai tampak pada
simptom-simptom di atas muncul usia 10 tahun lalu penderitanya berlanjut
sebelum anak berusia 10 tahun. mengalami gangguan-gangguan
Sementara remaja dikatakan mengalami psikiatrik lain pada masa dewasa.
gangguan perilaku jika tidak terdapat Holcomb & Kashani (1991)
simptom-simptom di atas sebelum anak mengatakan bahwa penderita gangguan
berusia 10 tahun. Sama halnya dengan perilaku cenderung overestimate akan
gangguan perilaku lainnya, gangguan kemampuan diri sendiri, merasa superior
perilaku ini juga terbagi dalam 3 dan kurang ekspektasi sosialnya,
tingkatan yaitu : mild (ringan), moderate cenderung sangat disorganisasi dalam
(sedang) dan severity (berat). Banyak pekerjaan sehari-hari dan sulit diprediksi
pemuda dengan gangguan perilaku, situasi kehidupan mereka selanjutnya.
kelainan perilakunya dimulai pada masa Mereka kurang respek terhadap orang
anak-anak, dan menimbulkan akibat lain dan cenderung mendominasi orang.
jangka panjang pada masa remaja serta Mereka tumpul, tidak menyenangkan
dewasa dan biasanya cenderung berat dan tidak sabar. Mereka cenderung salah
dan menetap. menginterpretasi maksud orang lain dan
Gangguan ini ada dua jenis tidak toleran terhadap perbedaan dan
berdasarkan waktu munculnya tanda- kesalahan orang lain. Mereka memiliki
tanda gangguan. Pertama suasana hati yang tidak stabil, pesimis
adalah childhood onset, yaitu satu tanda dan berprilaku yang tidak menentu.
muncul sebelum usia remaja (12/13 Kemarahan juga menjadi ciri
tahun). Jenis kedua adalah adolesence anak/remaja yang mengalami gangguan
onset yaitu jika tidak ada tanda yang perilaku dan ini merupakan hubungan
muncul sebelum usia 12/13 tahun. Jenis yang negatif pada masa kecil dan dapat
pertama lebih susah disembuhkan (jelek menetap sepanjang hidupnya.
prognosisnya) dan lebih menetap dari Holcomb & Kashani (1991) juga
jenis yang kedua. menjelaskan tentang apa yang dirasakan
Seperti kebanyakan kasus-kasus oleh orang-orang yang mengalami
gangguan perilaku lainnya penyebab gangguan perilaku yaitu mereka tidak
gangguan perilaku sangat kompleks dan nyaman dengan situasi keluarga juga
saling berkaitan. Memang banyak dengan pola asuh yang mereka
variabel-variabel psikologis dan biologis dapatkan. Mereka merasa bahwa
yang telah dihubungkan dengan keluarga mereka mengalami terlalu
gangguan ini, meskipun variabel- banyak kekacauan. Mereka kurang
variabel ini sulit dirinci. Pada banyak percaya diri di sekolah dan cenderung
kasus misalnya terdapat kaitan antara tidak peduli terhadap orang lain
interaksi genetik atau faktor neurologis dikarenakan mereka merasa ada
dengan lingkungan keluarga yang kesenjangan antara apa yang mereka
disfungsional (Kearney, 2003). harapkan tentang diri mereka dan apa
Untuk lebih jelasnya, berikut akan yang nyata pada diri mereka.
dipaparkan secara lebih terperinci 2. Temperamen dan Karakter
faktor-faktor yang mempengaruhi Temperamen merupakan salah
gangguan perilaku : satu resiko awal untuk terjadinya
1. Karakteristik Kepribadian. gangguan perilaku (Conley 1995). Anak
yang mengalami gangguan perilaku Kebanyakan literatur mengenai
memiliki temperamen yang keras yang gangguan perilaku, menitikberatkan
disebabkan oleh faktor genetik. pada hubungan faktor-faktor psikologis
Temperamen didefinisikan sebagai dan sosial. Suatu model perkembangan
perbedaan-perbedaan individual yang yang juga penting untuk diperhatikan
menetap dalam kualitas dan intensitas secara berimbang yaitu faktor/bidang
reaksi emosional, tingkat aktifitas dan neurologis dan hal-hal yang berkaitan
perhatian serta pengaturan emosional. dengan otak (organ otak). Terdapat
Hal ini mau tidak mau harus dihadapi pemahaman yang terbatas mengenai
oleh orang tua dan pengasuh. Jika orang hubungan fungsi otak dengan gangguan
tua dan pengasuh tidak siap perilaku. Tapi bagaimana pun terdapat
menghadapinya ini dapat menjadi faktor cukup bukti untuk menerangkan bahwa
resiko yang mengganggu fase awal seorang anak dapat mengalami
perkembangan. Kelekatan merupakan gangguan perilaku sebagai akibat fungsi
tonggak yang pokok dalam neorologis yang abnormal.
perkembangan. Jika tonggak ini Abnormalitas-abnormalitas tersebut
terusik/terganggu maka jalur belakangan ini telah dapat diprediksi dan
perkembangan si anak juga terganggu diketahui dengan baik.
dan ke depan akan menimbulkan Pada penelitian yang dilakukan
perkembangan karakter dengan pola oleh Galvin (1994) mereka menemukan
pemikiran, perasaan dan kepercayaan bahwa bahan kimia dalam otak yang
yang negatif. disebut neurotransmitter dapat
3. Fungsi Kognitif terganggu oleh keadaan child abuse
Hubungan antara fungsi kognitif (kekerasan pada anak), penolakan dan
dengan gangguan perilaku merupakan kesalahan-kesalahan pola asuh /
sesuatu yang kompleks. Fungsi kognitif perawatan yang lain. Gangguan-
merupakan proses berpikir seseorang gangguan yang terjadi pada masa awal
atau pola/cara berpikirnya. Fungsi kehidupan akan lebih berakibat negatif
kognitif berhubungan dengan tingkat pada anak. Oleh karena itu, stres pada
intelegensi seseorang yang dipengaruhi masa anak akan mengganggu fungsi
oleh genetik dan lingkungan. Ini normal sitem syaraf pusat lalu
menimbulkan perdebatan antara selanjutnya menimbulkan efek negatif
pendapat mengenai pengaruh genetik pada perkembangan sosial dan
dengan pola asuh/lingkungannya. perilakunya.
Fungsi kognitif merupakan proses 5. Dinamika Keluarga
perkembangan yang berlangsung secara Meskipun faktor biologis
terus menerus sepanjang hidup. Banyak berperan dalam gangguan perilaku,
psikolog atau ahli psikologi sependapat namun variabel genetik dan kondisi
bahwa pada masa anak dan remaja keluarga tampaknya juga menjadi faktor
terdapat masa-masa dimana proses yang dominan bagi terbentuknya
perkembangan melalui tahapan kritis. gangguan perilaku. Banyak dari anak
Ada tugas-tugas tertentu yang harus dan orang dewasa yang mengalami
dijalani pada setiap fase ini. Untuk gangguan perilaku ternyata dulunya
melakukannya, seseorang harus dapat mengalami penolakan, kekerasan,
mengatasi proses-proses kompleks pelecehan seksual, kemiskinan,
dalam menginterpretasi pesan-pesan gelandangan dan lain sebagainya. Oleh
dari lingkungan sekitarnya dalam suatu karena itu, kita perlu menelaah lebih
pola yang membutuhkan fleksibilitas jauh tentang pola yang komprehensif
dan kepercayaan (Matthys, dkk, 1995) antara individu dan keluarganya. Dalam
4. Organik dan Neurologis masalah dinamika keluarga, kita harus
mempertimbangkan perlunya melihat menjaga jarak terhadap mereka. Ini akan
keadaan satu generasi. mengganggu perkembangan anak yang
Mc.Millen & Rideout (1996), mengalami gangguan perilaku.
mengatakan bahwa kekerasan fisik, Kesimpulannya adalah bahwa
pelecehan seksual, alkohol, hambatan-hambatan yang terjadi pada
penyalahgunaan obat, depresi, anak yang mengalami gangguan prilaku
gelandangan (out-of-home placement), muncul karena terdapat kecenderungan
kehamilan pada usia belasan tahun, agresi di dalam diri, pengaruh pola
perceraian, kemiskinan berat merupakan pengasuhan yang tidak benar,
masalah yang menetap pada keluarga lingkungan yang tidak baik secara
tertentu dari satu generasi ke generasi pergaulan dan tata desain, juga faktor
berikutnya. Menurut Abrams (1999), organis (genetis, syaraf, dll).
trauma dalam keluarga dapat diteruskan
dari generasi ke generasi. Trauma yang C. Implikasi Gangguan Perilaku
dapat mengarah ke bunuh diri, terhadap Perkembangan Anak Usia
kekerasan dalam keluarga, pelecehan SD
seksual, masalah asimilasi kultural
(perbauran budaya) atau insiden-insiden Siswa Sekolah Dasar umumnya
lain dapat membuat keluarga berada berusia 7-12 tahun. Usia ini disebut usia
pada kondisi disorganisasi dan kanak-kanak pertengahan, ditandai dengan
terganggu. mulai berkembangnya kemampuan
6. Faktor Sosial dan Lingkungan membuat keputusan, memahami hubungan
Perilaku bermasalah seseorang sebab-akibat, pemahaman sosial, mengatur
yang mengalami gangguan perilaku emosi, dan kesadaran diri. Dunia sosial
akan mempengaruhi diri dan anak merentang dari lingkungan rumah
keluarganya. Kondisi lingkungan/sosial hingga sekolah, dan lingkungan kawan-
tidak hanya dalam satu arah kawan sebaya. Anak mulai menyadari
mempengaruhi masalah perilaku, peran-peran diri di lingkungannya. Secara
kognitif dan emosional. Tapi secara fisik, otot-otot mulai tumbuh dan
timbal balik gangguan perilaku tersebut koordinasi gerak tubuh sudah mapan akan
memberikan dampak negatif terhadap mempermudah anak melakukan aktivitas
lingkungan dan sosial. Werry (1997) fisik. Anak usia SD juga tengah belajar
menyatakan bahwa seorang anak dan untuk mengatur emosinya dalam seting
remaja yang mengalami gangguan sosial, membalas stimulus perilaku dari
perilaku akan menghabiskan dana sosial orang lain dengan pengaturan respon dan
yang besar, ini disebabkan karena orang- ekspresi.
orang yang mengalami gangguan Berdasarkan karakteristik kognitif,
perilaku rendah produktivitasnya, tidak sosial, emosi, dan fisik, siswa-siswa
dapat bermanfaat secara langsung bagi sekolah dasar seringkali digolongkan
masyarakat, khususnya pelanggaran sebagai banyak bertingkah, kelebihan
hukum, masalah keluarga, perawatan gerak, dan nakal dalam hubungan
kesehatan dan ancaman terhadap orang sosialnya. Aini Mahabbati dalam jurnalnya
lain. Hal ini selanjutnya menimbulkan menjelaskan bahwa koridor tertentu
permasalahan sosial, krisis kepercayaan perilaku-perilaku tersebut masih dapat
terhadap mereka yang mengalami ditolerir sebagai manifestasi dari usia
gangguan perilaku. Masyarakat akan mereka. Namun adakalanya tingkat
mulai menyimpan kemarahan/perasaan perilaku dan emosi menunjukkan adanya
tidak suka terhadap mereka yang gangguan yang tidak disadari oleh orang-
mengalami gangguan perilaku dan orang sekitarnya, termasuk guru di sekolah.
membuat mereka tergerak untuk (2006)
Heward & Orlansky (Sunardi, studies ( Chesapeake, Institute, 1994;
1996) mengatakan seseorang dikatakan valdes, Williamson & Wagner, 1990; U.S
mengalami gangguan perilaku apabila Departement of Education, 1998,1999 )
memiliki satu atau lebih dari lima adalah sebagai berikut :
karakteristik berikut dalam kurun waktu 1. Dua dari tiga anak tidak bisa
yang lama, yaitu: menyelesaikan ujian akhir di level
Pertama, adanya ketidakmampuan kelas mereka
untuk belajar yang bukan disebabkan oleh Mereka memiliki point-point yang
faktor intelektualitas, alat indra maupun lebih rendah diantara kelompok
kesehatan. Kedua, adanya disability
ketidakmampuan untuk membangun atau 2. Mereka sering tidak masuk kelas
memelihara kepuasan dalam menjalin 3. 20-25 % meninggalkan sekolah, tidak
hubungan dengan teman sebaya dan bersekolah lagi
pendidik. Ketiga, tipe perilaku yang tidak 4. Lebih dari 50 % mereka dikeluarkan
sesuai atau perasaan yang di bawah dari sekolah.
keadaan normal. Keempat, mudah terbawa
suasana hati (emosi labil), b. Karakteristik Sosial dan Emosi.
ketidakbahagiaan, atau depresi. Kelima, Agresif, acting-out behavior
kecenderungan untuk mengembangkan (externalizing) gangguan perilaku
simtom-simtom fisik atau ketakutan- merupakan permasalahan yang paling
ketakutan yang diasosiasikan dengan sering ditunjukkan oleh anak dengan
permasalahan-permasalahan pribadi atau gangguan emosi atau perilaku. Perilaku-
sekolah. Simptom gangguan emosi dan perilaku tersebut seperti: memukul,
perilaku biasanya dibagi menjadi dua berkelahi, mengejek, berteriak, menolak
macam, yaitu externalizing behavior dan untuk menuruti permintaan orang lain,
internalizing behavior. Externalizing menangis, merusak, vandalisme, memeras,
behavior memiliki dampak langsung atau yang apabila terjadi dengan frekuensi tinggi
tidak langsung terhadap orang lain, maka anak dapat dikatakan mengalami
contohnya perilaku agresif, membangkang, gangguan. Anak normal lain mungkin juga
tidak patuh, berbohong, mencuri, dan melakukan perilaku-perilaku tersebut tetapi
kurangnya kendali diri. Internalizing tidak secara impulsif dan sesering anak
behavior mempengaruhi siswa dengan dengan gangguan perilaku.
berbagai macam gangguan seperti c. Immature, withdrawl behavior
kecemasan, depresi, menarik diri dari (internalizing)
interaksi sosial, gangguan makan, dan Anak dengan gangguan ini,
kecenderungan untuk bunuh diri. Kedua menunjukkan perilaku immature (tidak
tipe tersebut memiliki pengaruh yang sama matang atau kekanak-kanakan) dan
buruknya terhadap kegagalan dalam belajar menarik diri. Mereka mengalami
di sekolah. keterasingan sosial, hanya mempunyai
Lebih lanjut, Hallahan & Kauffman beberapa orang teman, jarang bermain
(1988) menjelaskan tentang karakteristik dengan anak seusianya, dan kurang
anak yang mengalami gangguan prilaku memiliki ketrampilan sosial yang
berimplikasi pada: dibutuhkan untuk bersenang-senang.
a. Inteligensi dan Prestasi Belajar Beberapa di antara mereka mengasingkan
Beberapa ahli menemukan bahwa anak- diri untuk berkhayal atau melamun,
anak dengan gangguan ini memiliki merasakan ketakutan yang melampaui
inteligensi di bawah normal (sekitar 90) dan keadaan sebenarnya, mengeluhkan rasa
beberapa di atas bright normal. Gambaran sakit yang sedikit dan membiarkan
akademik anak yang memiliki gangguan penyakit mereka terlibat dalam aktivitas
perilaku menurut several nationwide normal. Ada diantara mereka mengalami
regresi yaitu kembali pada tahap-tahap dan menimbulkan ketidaksukaan dari
awal perkembangan dan selalu meminta teman sebayanya, menimbulkan konflik
bantuan dan perhatian, dan beberapa lalu selanjutnya membuat hubungan
diantara mereka menjadi tertekan (depresi) berbalik karena menganggap mereka
tanpa alasan yang jelas. sebagai musuh. Tanpa kemampuan
Ada 3 keterampilan kritis yang mengambil peran ini seseorang akan
berhubungan dengan perkembangan tertinggal dalam hal egosentrik
kognitif anak dan remaja, yaitu eksistensinya dan mengalami kecacatan
keterampilan dalam mengatasi masalah dalam keterampilan-keterampilan
(problem solving skills), keterampilan sosialnya. Penderita gangguan prilaku
mengambil peran (role taking skills) dan asyik dengan dirinya sendiri dan asyik
kontrol diri (self control). Seorang anak dengan perasaannya sendiri. Mereka
atau pemuda yang mengalami gangguan mengalami frustrasi yang berat dan masuk
prilaku menunjukkan kesulitan pada ketiga dalam perilaku eksternalisasi atau acting-
hal tersebut. Keterampilan mengatasi out, karena mereka berada dalam kondisi
masalah mereka terhambat oleh proses frustrasi yang menetap/terus menerus
berpikir yang terbatas yang membatasi sehingga akan membawa mereka pada
pandangan mereka terhadap pilihan-pilihan kemarahan dan kejengkelan.
pemecahan masalah yang bervariasi. Penelitian yang dilakukan oleh
Menurut Conley (1995), anak yang Oosterlaan (1998) meneliti anak dengan
mengalami ganggan prilaku, keterampilan ADHD, anak dengan gangguan prilaku dan
mengatasi masalah yang perkembangannya membandingkan mereka dengan kelompok
kurang baik, membuat pilihan-pilihan kontrol anak normal. Mereka
penyelesaian permasalahan yang ia miliki membandingkan kelompok-kelompok anak
terkutub dengan ekstrim menjadi suatu ini dalam hal kemampuan mereka menahan
dikotomi terbelah menjadi pendekatan perilaku/respon. Dosterlan dkk
semua baik-semua buruk atau semua-tidak menemukan bahwa anak yang memiliki
sama sekali (mau/yakin akan berhasil sama gangguan prilaku memiliki fungsi otak
sekali atau tidak/gagal/menyerah sama abnormal dalam hal kemampuan mereka
sekali). Anak atau remaja seperti ini mengontrol perilaku. Temuan ini
terjebak pada tingkat perkembangan berimplikasi besar bukan hanya terhadap
kognitif sedemikian rupa seperti yang cara pandang tentang kasus anak yang
diistilahkan oleh Piaget sebagai operasi mengalami gangguan prilaku, tapi juga
konkrit. Anak dan remaja ini tidak mampu terhadap program treatmennya. Menurut
memahami cara-cara yang lebih konseptual Quay (dalam Cimbora & McIntosh, 2003)
dalam berinteraksi dengan lingkungannya baik ADHD ataupun gangguan prilaku
dan tidak mampu memahami cara berpikir (conduct disorder) berhubungan dengan
abstrak. Keterampilan mengambil peran gangguan menahan respon. Hanya saja
merupakan kemampuan untuk memasuki/ gangguan menahan respon berbeda pada
mengambil bagian dalam pemikiran dan kedua kelainan tersebut. Anak yang
sudut pandang orang lain atau masuk ke mengalami gangguan perilaku
tengah-tengah orang lain. Untuk dapat berhubungan dengan over aktifnya BAS
mengembangkan keterampilan empatik, (Behavioral Activation System) yang
seseorang harus dapat menempatkan diri ke mendominasi BIS (Behavioral Inhibition
dalam situasi orang lain dan mencoba System). Agar seorang anak dapat
mengerti apa yang mereka pikirkan dan mengembangkan kontrol diri dan proses
rasakan. Ketidakmampuan kognitif dari pengaturan diri maka ia harus
mengembangkan empati interpersonal akan mengembangkan proses kontrol mental
menurunkan sensitivitas sosial seorang agar dapat menahan respon yang tidak di
remaja yang mengalami gangguan prilaku inginkan.
sekolah yang normal. Metode
D. Penanganan Gangguan Perilaku pengobatan perilaku pada umumnya
Pada Anak digunakan untuk membantu anak dalam
mengembangkan metode koping. Terapi
Kauffman, J.M. (1996), dalam keluarga dan penyuluhan keluarga.
tulisannya Characteristics of behavioral Penting untuk membantu keluarga
disorders of children and youth (edisi tahun mendapatkan keterampilan dan bantuan
ke-4). Columbus, OH: Merrill, hlm. 80-82) yang diperlukan guna membuat
menjelaskan bahwa secara konseptual perubahan yang dapat meningkatkan
model-model Penanganan Anak-anak fungsi dari semua anggota keluarga.
dengan Gangguan Emosi dan Perilaku 3. Pendekatan Sosial-Kognitif Anak
diuraikan sebagai berikut: diajarkan interaksi antara pengaruh
1. Pendekatan Perilaku didasarkan pada lingkungan dan / perilakunya.
karya BF Skinner (1953) dan Pendekatan sosial kognitif ini di
behavioris lain, difokuskan pada implementasikan dalam bentuk
penyediaan lingkungan belajar yang penanganan Penanganan Kognitif,
sangat terstruktur dan bahan yaitu terapi kognitif individual bagi
pengajaran untuk anak-anak; Perilaku anak-anak yang mengalami gangguan
siswa diukur dengan tepat; Intervensi tingkah laku dapat memperbaiki
dirancang dan dilaksanakan untuk perilaku mereka, meskipun tanpa
meningkatkan atau mengurangi melibatkan keluarga. Contohnya,
perilaku; Kemajuan tujuan diukur mengajarkan keterampilan kognitif
dengan hati-hati dan sesering mungkin. kepada anak-anak untuk mengendalikan
2. Pendekatan Ekologi; Masalah anak kemarahan mereka menunjukkan
dipandang sebagai hasil dari interaksi manfaat yang nyata dalam membantu
dengan keluarga, sekolah dan mereka mengurangi perilaku agresifnya.
masyarakat. Anak atau remaja bukan Dalam pelatihan pengendalian
satu-satunya fokus perawatan. Keluarga, kemarahan, anak-anak yangagresif
sekolah, lingkungan, dan masyarakat diajari cara pengendalian diri dalam
juga akan diubah dalam rangka untuk berbagai situasi yang memancing
meningkatkan interaksi. Pendekatan ini kemarahan. Strategi lain memfokuskan
diaplkasikan dalam bentuk penanganan pada kurangnya perkembangan moral
Intervensi Keluarga. Dalam pada anak-anak dengan gangguan
penanganan ini dilakukan pelatihan tingkah laku. Mengajarkan keterampilan
manajemen pola asuh (PMP), di mana penalaran moral kepada kelompok
para orang tua diajari untuk mengubah remaja yang mengalami gangguan
berbagai respons terhadap anak-anak perilaku di sekolah cukup berhasil.
mereka sehingga perilaku prososial dan 4. Pendekatan Psikoedukasional;
bukannya perilaku antisocial dihargai Pandangan psikoanalitik digabungkan
secara konsisten. Para orang tua di dengan prinsip-prinsip mengajar,
ajarkan teknik-teknik seperti penguatan dengan perlakuan diukur terutama
positif bila si anak menunjukkan dalam hal belajar; memenuhi kebutuhan
perilaku positif dan pemberian jeda serta individu anak ditekankan seringkali
hilangnya perlakuan istimewa bila ia melalui proyek-proyek dan seni kreatif.
berperilaku agresif atau antisocial. Pendekatan ini di implementasikan
Dukungan terapeutik bagi anak-anak dalam penanganan Penanganan
diberikan melalui psikoterapi individu, Multisistemik (PMS). PMS mencakup
terapi bermain, dan program pendidikan pemberian berbagai layanan terapi
khusus untuk anak-anak yang tidak intensif dan komprehensif di dalam
mampu berpartisipasi dalam sistem komunitas dengan menargetkan para
remaja, keluarga, sekolah dan dalam pada anak-anak yang mengalami
beberapa kasus juga kelompok sebaya. kesulitan di sekolah sehingga tindakan
Strategi yang digunakan PMS yang tepat dapat segera dilakukan.
bervariasi, mencakup teknik-teknik Metodenya meliputi konseling individu
perilaku kognitif, system keluarga, dan dengan program bimbingan sekolah dan
manajemen kasus. Keunikan terapi ini rujukan kesehatan jiwa komunitas,
terletak pada kekuatan individu dan layanan intervensi krisis bagi keluarga
keluarga, mengindentifikasi konteks yang mengalami situasi traumatik,
bagi masalah-masalah tingkah laku, konseling kelompok di sekolah, dan
menggunakan intervensi yang berfokus konseling teman sebaya.
pada masa kini dan berorientasi pada 6. Pendekatan Humanistik; menekankan
tindakan, dan menggunakan intervensi pada cinta dan percaya dalam proses
yang membutuhkan upaya harian atau belajar mengajar. Anak-anak didorong
mingguan oleh para anggota keluarga. untuk menjadi terbuka, menjadi individu
5. Pendekatan Psikoanalitik; didasarkan bebas; mengembangkan pengaturan
pada karya Sigmund Freud dan pendidikan non otoriter dan non
psikoanalisis lain, menampilkan tradisional.
masalah-masalah pada anak yang dinilai 7. Pendekatan Biogenik; didasarkan pada
sebagai dasar dalam konflik bawah sadar teori biologis sebab akibat
dan motivasi. Psikoterapi individu pengobatannya; Intervensi fisiologis
jangka panjang yang dirancang untuk seperti diet, pengobatan dan biofeedback
mengungkap dan menyelesaikan juga digunakan. Pendekatan ini di
masalah-masalah mendalam adalah implementasikan dalam bentuk
perawatan umum. Hal tersebut di penanganan Pengobatan berbasis
implementasikan dalam program rumah sakit dan Rehabilitasi, yaitu
Program Head Start. Pendidikan suatu unit khusus untuk mengobati anak-
prasekolah berbasis komunitas yang anak dan remaja, terdapat di rumah sakit
memfokuskan pada pengembangan jiwa. Pengobatan di unit-unit ini
keterampilan kognitif social sejak dini. biasanya diberikan untuk klien yang
Head Start menjalin kesepakatan dengan tidak sembuh dengan metode alternatif,
para professional di dalam komunitas atau bagi klien yang beresiko tinggi
untuk menyediakan layanan kesehatan melakukan kekerasan terhadap dirinya
umum dan kesehatan gigi bagi anak- sendiri ataupun orang lain.
anak, termasuk veksinasi, tes Program hospitalisasi parsial juga
pendengaran dan penglihatan, tersedia, memberikan program sekolah
penanganan medis dan informasi. di tempat (on-site) yang ditujukan untuk
Intinya bahwa Pencegahan primer memenuhi kebutuhan khusus anak yang
melalui berbagai program sosial yang menderita penyakit jiwa. Seklusi dan
ditujukan untuk menciptakan restrein untuk mengendalikan perilaku
lingkungan yang meningkatkan disruptif masi menjadi kontroversi.
kesehatan anak. Contohnya adalah Penelitian menunjukkan bahwa metode
perawatan pranatal awal, program ini dapat bersifat traumatik pada anak-
penanganan dini bagi orang tua dengan anak dan tidak efektif untuk
faktor resiko yang sudah diketahui pembelajaran respon adaptif. Tindakan
dalam membesarkan anak, dan yang kurang restriktif meliputi istirahat
mengidentifikasi anak-anak yang (time-out), penahanan terapeutik,
berisiko untuk memberikan dukungan menghindari adu kekuatan, dan
dan pendidikan kepada orang tua dari intervensi dini untuk mencegah
anak-anak ini. Pencegahan sekunder memburuknya perilaku.
dengan menemukan kasus secara dini
Medikasi digunakan sebagai satu anak dengan pendidikan. Sesuai dengan
metode pengobatan. Medikasi tujuan pendidikan bahwa harus adanya
psikotropik digunakan dengan hati-hati perubahan perilaku pada siswa,
pada klien anak-anak dan remaja karena pendidikan yang diselenggarakan harus
memiliki efek samping yang beragam. bersifat holistik, mulai dari pendidikan
Pemberian metode ini berdasarkan formal, informal maupun non formal.
paada perbedaan fisiologi anak-anak dan Yang perlu ditekankan disini menurut
remaja mempengaruhi jumlah dosis, penulis adalah bagaimana pendidikan
respon klinis, dan efek samping dari Islam mampu berkontribusi dalam
medikasi psikotropik, Perbedaan merubah perilaku siswa, pendidikan
perkembangan neurotransmiter pada Islam juga harus mempunyai patokan
anak-anak dapat mempengaruhi hasil yang memadai sesuai dengan misi dan
pengobatan psikotropik, mengakibatkan tujuan yang diemban, yaitu perubahan
hasil yang tidak konsisten. sikap yang sesuai dengan nilai-nilai
8. Kesimpulan dari beberapa pendekatan Agama dan norma-norma sosial yang
penanganan anak yang memiliki berlaku. Hal yang demikian itu, tentulah
gangguan perilaku diatas menitik bukan hal yang mudah untuk dilakukan.
beratkan pada proses pendidikan. Karena pendidikan yang berpola
Bagaimana pendidik dalam hal ini orang demikian adalah meningkatkan sumber
tua, guru dan masyarakat mampu daya manusia di masa yang akan datang.
mengantisipasi gangguan perilaku pada

D. Kesimpulan

Gangguan perilaku atau conduct kerusakan yang serius, (9) melakukan


disorder mengacu pada pola perilaku pengrusakan barang atau benda secara
antisosial yang bertahan yang melanggar sengaja. Atau deceitfulness or theft
hak-hak orang lain dan norma susila. Ada (melakukan penipuan atau pencurian),
beberapa kriteria gangguan tingkah laku misalnya: (10) masuk secara paksa ke
pada anak yang setidaknya 3 dari hal-hal dalam rumah, bagunan atau mobil, (11)
berikut muncul dalam 12 bulan terakhir, sering berbohong untuk memperoleh
seperti: agresi terhadap orang dan hewan barang atau jasa atau untuk menghindari
misalnya: (1) sering melakukan bully, kewajiban (misalnya mengutil namun tanpa
ancaman, mengintimidasi orang lain, (2) merusak), (12) mencuri tanpa konfrontasi.
sering memulai petengkaran fisik, (3) Atau serious violations of rules (melakukan
menggu-nakan senjata yang dapat pelanggaran aturan yang serius), misalnya:
menyebabkan bahaya fisik terhadap orang (13) sering keluar rumah pada malam hari
lain (misalnya tongkat, botol pecah, pisau, meskipun dilarang, yang dimulai pada usia
pistol), (4) melakukan kekejamna fisik 13 tahun, (14) melarikan diri dari rumah
terhadap orang lain, (5) melakukan pada malam ahri setidaknya 2 kali selama
kekejaman fisik terhadap hewan, (6) tinggal di rumah orang tua atau orang tua
mencuri sambil mengkonfrontasi korban asuh (atau satu kali tanpa kembali ke rumah
(missalnya pencopetan, perampokan untuk jangka waktu lama), (15) sering
bersenjata), (7) memaksa seseorang untuk bolos dari sekolah yang di mulai sebelum
melakukan aktivitas seksual, atau usia 13 tahun. Ada tiga faktor penyebab
destruction of property (melakukan gangguan perilaku pada anak yaitu:
pengrusakan barang), misalnya: (8) 1. Faktor biologis yaitu temperamen
melakukan pembakaran secara sengaja yang merupakan gaya karakteristik
dengan tujuan untuk menghasilkan seseorang dalam melakukan pendekatan
dan bereaksi terhadap orang dan situasi lainnya adalah Immature, withdrawl
dilingkungannya. behavior (internalizing). Anak dengan
2. Faktor individual yaitu regulasi gangguan ini, menunjukkan perilaku
diri (selfregulation) yang kurang terbentuk immature (tidak matang atau kekanak-
sejak dini, regulasi emosi yang buruk kanakan) dan menarik diri. Mereka
sehingga anak tidak dapat mengembangkan mengalami keterasingan sosial, hanya
strategi coping (strategi dalam mengatasi mempunyai beberapa orang teman, jarang
masalah) yang baik untuk mengatasi emosi bermain dengan anak seusianya, dan
negatifnya dan mengatur emosinya, kurang kurang memiliki ketrampilan sosial yang
berkembangnya pemahaman moral dan dibutuhkan untuk bersenang-senang.
empati, kognisi sosial anak yang Beberapa di antara mereka mengasingkan
berkembang dengan buruk, dan diri untuk berkhayal atau melamun,
penggunaan obat-obatan terlarang. merasakan ketakutan yang melampaui
3. Faktor keluarga yaitu perilaku keadaan sebenarnya, mengeluhkan rasa
antisosial orang tua mereka, strategi sakit yang sedikit dan membiarkan
disiplin orang tua yang tidak efektif dan penyakit mereka terlibat dalam aktivitas
tidak konsisten serta lemahnya pengawasan normal. Ada diantara mereka mengalami
orang tua, kurangnya komunikasi dan kasih regresi yaitu kembali pada tahap-tahap
sayang orang tua, attachment (kelekatan awal perkembangan dan selalu meminta
orang tua dan anak), masalah dalam rumah bantuan dan perhatian, dan beberapa
tangga, psikopatologi yang dialami orang diantara mereka menjadi tertekan (depresi)
tua, pola asuh yang tidak konsisten dan tanpa alasan yang jelas.
kurangnya pengawasan. Perlu adanya sebuah penanganan
Gangguan prilaku akan sangat yang serius dari para pendidik dalam hal ini
serius jika tidak segera ditangani. kolaborasi yang baik dari orang tua, guru
Mengingat implikasi yang timbul pada dan masyarakat dalam menangani
anak yang paling penting adalah memiliki gangguan perilaku pada anak. Jika
inteligensi di bawah normal (sekitar 90) dan gangguan itu tidak segera diatasi, maka
beberapa di atas bright normal. gangguan perilaku akan sangat sulit
Karakteristik Sosial dan Emosi. Agresif, disembuhkan dan akan menetap sampai
acting-out behavior (externalizing) mereka dewasa. Pola pendidikan yang tepat
Conduct disorder (gangguan perilaku) adalah dengan pola asuh yang baik sesuai
merupakan permasalahan yang paling dengan ajaran agama dan norma-norma
sering ditunjukkan oleh anak dengan yang berlaku di masyarakat.
gangguan emosi atau perilaku. Dampak

Daftar Pustaka

American Psychiatric Association, 2000. 1858-0998. Vol.2 No 2 Nopember


Diagnostic and Statistical Manual 2006
of Mental Disorder (4th ed) Text Breeze Rueda, Emily Ibarra & Steve F.
Revision Washington, DC: Bain. TT. Proactively Addressing
American Psychiatric Association Conduct Disorder in Rural Schools
Aini Mahabbati. 2006. Identifikasi Anak . Journal of Rural Community
dengan Gangguan Emosi dan Psychology Volume E14 (2) Texas
Prilaku di Sekolah Dasar. Jurnal A&M University-Kingsville
Pendidikan Khusus (JPK) ISSN
Cimbora, D.M.,& McIntosh,D.N. 2003. Oosterlaan, J., Logan, G. D., & Sergeant, J.
Emotional Responses to Antisocial A. (1998). Response Inhibition in
Acts in Adolescents Males With AD/HD,CD, Comorbid
Conduct Disorder : A Link to AD/HD,CD, Anxious, and Control
Affective Morality. Journal of Children: A Meta-Analysis of
Clinical Child and Adolescent Studies with the Stop Task. Journal
Psychology, 32, 2, 296-301. of child psychology and psychiatry.
Conley, J. (1994). Conduct disorders. In B. 39 (3), 411425.
Schonen Johnson (Ed.), Child and Paul J. Frick .2012. Developmental
adolescent family and psychiatric Pathways to Conduct Disorder:
nursing (pp.221 231). Implications for Future Directions
Philadelphia: Lippincott. in Research, Assessment, and
Charles Wenar dan Patricia Kerig,.t.t. Treatment. Journal of Clinical
Development Psychopathology Child & Adolescent Psychology
from Infancy Through Adolescence, Publication details, including
edisi ke-5, New York : McGraw- instructions for authors and
Hill subscription information:
Hallahan, D.P. & Kauffman, J.M. (1988). http://www.tandfonline.com/loi/hca
Exceptional Children: Introduction p20. Department of Psychology,
to Specia Education. 4th ed. New University of New Orleans
Jersey: Prentice Hall. Available online: 04 April 2012
Holcomb, W. R., & Kashani, J. H. (1991).
Personality characteristics of a
community sample of adolescents
with conduct disorder. Adolescence,
26, (103), 579586.
Kearney, C.A. (2003). Casebook In Child
Behavior Disorder. Second edition.
University of Nevada, Las Vegas
Kazdin, A. E. & Crowley, M. J. (1997).
Moderators of treatment outcome in
cognitively based treatment of
antisocial children. Cognitive
therapy and research, 21, (2),185
207.
Linda De Clerg, 1994. Tingkah Laku
Abnormal, dari Sudut Padang
Perkembangan, Jakarta:Grasindo
Rehani. 2012. Gangguan Tingkah Laku
Pada Anak. Jurnal Al-Talim, Jilid
1, Nomor 3 November 2012, hlm.
201-208
Rr. Indah Ria Sulistya Rini. 2010.
Mengenali Gejala dan Penyebab
Dari Conduct Disorder. PSYCHO
IDEA, Tahun 8 No.1, Feb 2010
ISSN 1693-1076
Sunardi. (1996). Ortopedagogik Anak
Tunalaras I, Depdiknas Dikti
http://www.ditplb.or.id/profile.

Das könnte Ihnen auch gefallen