Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Robert P. Maryunus
Makalah Penginderaan Jarak Jauh dan Sistem Informasi Geografis
Program Pascasarjana Ilmu Kelautan / S2
Universitas Pattimura Ambon
Nopember 2010
Dosen :
Ir. J. J. Wattimury, M.Si
Oleh :
ROBERT P. MARYUNUS
E-mail : roby_pm@yahoo.co.id
NIM : 139 9109 027 / IK
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Teknologi inderaja dan isu pelestarian lingkungan saat ini tampaknya telah
menjadi kesadaran global. Semakin padatnya penduduk dunia menyebabkan tingkat
eksploitasi SDA yang semakin tinggi sehingga mengancam kelestarian lingkungan.
Bencana alam, berupa banjir, longsor, kebakaran hutan, penggundulan areal lahan
terjadi di mana-mana. Untuk menghadapi ancaman yang serius ini diperlukan bukan
hanya sekedar membangun kesadaran atas pentingnya pelestarian lingkungan
melainkan tindakan nyata dari setiap individu untuk mengatasi kerusakan yang terjadi
sekaligus upaya pelestarian lingkungan tersebut. Dihadapkan pada upaya tersebut,
teknologi inderaja dapat memberikan informasi dini tentang ancaman bahaya kerusakan
lingkungan baik secara tekstual maupun secara visual pada suatu daerah yang luas,
sehingga dengan demikian upaya penanggulangannya dapat direncanakan dan
dilaksanakan dengan baik. Dengan teknologi inderaja ini, kita dapat mengetahui
kesadaran moral suatu bangsa yang tercermin dalam sikap komunalnya terhadap
2
1.2. Tujuan
Tujuan penulisan Makalah ini adalah :
1. Memahami prinsip dasar dan cara kerja PJ melalui kajian literatur terhadap dasar
fisika, sistem satelit dan resolusi.
2. Sebagai salah satu syarat kelulusan Mata Kuliah Penginderaan Jauh dan Sistem
Informasi Geografis pada Program Studi Ilmu Kelautan, Program Pascasarjana
Universitas Pattimura Ambon, Semester Akhir 2010/2011.
dan mencatat informasi mengenai target tanpa menyentuh obyek tersebut. Sumber
energi yang menyinari atau memancarkan energi elektromagnetik pada target mutlak
diperlukan. Energi berinteraksi dengan target dan sekaligus berfungsi sebagai media
untuk meneruskan informasi dari target kepada sensor. Sensor adalah sebuah alat yang
mengumpulkan dan mencatat radiasi elektromagnetik. Setelah dicatat, data akan
dikirimkan ke stasiun penerima dan diproses menjadi format yang siap pakai,
diantaranya berupa citra. Citra ini kemudian diinterpretasi untuk menyarikan informasi
mengenai target. Proses interpretasi biasanya berupa gabungan antara visual dan
automatic dengan bantuan computer dan perangkat lunak pengolah citra.
TRANSMISI
TARGET SENSOR
SUMBER
ENERGI
sesuai dengan perubahan musim. Pada musim di saat matahari berada tegak lurus di
atas suatu tempat, jumlah tenaga yang diterima lebih besar bila dibanding dengan pada
musim lain di saat matahari kedudukannya condong terhadap tempat itu. Di samping
itu, jumlah tenaga yang diterima juga dipengaruhi oleh letak tempat di permukaan
bumi. Tempat-tempat di ekuator menerima tenaga lebih banyak bila dibandingkan
terhadap tempat-tempat di lintang tinggi.
Kondisi cuaca juga berpengaruh terhadap jumlah sinar yang mencapai bumi.
Semakin banyak penutupan oleh kabut, asap, dan awan, maka akan semakin sedikit
tenaga yang dapat mencapai bumi.
bukan pula dengan cara transmisi seperti perjalanan arus listrik melalui kabel atau
benda pengantar lainnya.
Radio energi adalah bentuk level energi elektromagnetik terendah, dengan kisaran
panjang gelombang dari ribuan kilometer sampai kurang dari satu meter. Penggunaan
paling banyak adalah komunikasi, untuk meneliti luar angkasa dan sistem radar. Radar
berguna untuk mempelajari pola cuaca, badai, membuat peta 3D permukaan bumi,
mengukur curah hujan, pergerakan es di daerah kutub dan memonitor lingkungan.
Panjang gelombang radar berkisar antara 0.8 100 cm.
Microwave
Infrared
Radiasi infrared (IR) bisa dipancarkan dari sebuah obyek ataupun dipantulkan
dari sebuah permukaan. Pancaran infrared dideteksi sebagai energi panas dan disebut
thermal infrared. Energi yang dipantulkan hampir sama dengan energi sinar nampak
dan disebut dengan reflected IR atau near IR karena posisinya pada spektrum
elektromagnetik berada di dekat sinar nampak. Panjang gelombang radiasi infrared
berkisar antara 0.7 300 m, dengan spesifikasi: near IR atau reflected IR: 0.7 3 m,
dan thermal IR: 3 15 m Untuk aplikasi PJ untuk lingkungan hidup menggunakan
citra Landsat, Reflected IR pada band 4 (near IR), band 5, 7 (Mid IR) dan thermal IR
pada band 6, merupakan karakteristik utama untuk interpretasi citra. Sebagai contoh,
gambar berikut menunjukkan suhu permukaan laut global (dengan thermal IR) dan
sebaran vegetasi (dengan near IR).
Gambar 6. Infrared
Visible
Posisi sinar nampak pada spectrum elektromagnetik adalah di tengah. Tipe energi
ini bisa dideteksi oleh mata manusia, film dan detektor elektronik. Panjang gelombang
berkisar antara 0.4 to 0.7 m. Perbedaan panjang gelombang dalam kisaran ini dideteksi
oleh mata manusia dan oleh otak diterjemahkan menjadi warna. Di bawah adalah
contoh komposit dari citra Landsat 7.
11
Radiasi ultraviolet, X-Ray dan Gamma Ray berada dalam urutan paling kiri pada
spectrum elektromagnetik. Tipe radiasinya berasosiasi dengan energi tinggi, seperti
pembentukan bintang, reaksi nuklir, ledakan bintang. Panjang gelombang radiasi
ultraviolet berkisar antara 3 nm-0.4 m, sedangkan X-Ray 0.03 3 nm, dan Gamma ray
< 0.003nm. Radiasi UV bisa dideteksi oleh film dan detektor elektronik, sedangkan X-
ray dan Gamma-ray diserap sepenuhnya oleh atmosfer, sehingga tidak bisa diukur
dengan PJ.
Interaksi Energi
dengan teori benda hitam (black body). Benda hitam adalah materi yang menyerap
seluruh energi elektromagnetik yang mengenainya, dan tidak memantulkan atau
mentransmisi energi. Menurut hukum Kirchoff, perbandingan energi yang terradiasi
dari suatu obyek dalam keseimbangan statik termal dengan energi yang terserap adalah
tetap dan hanya tergantung pada panjang gelombang dan temperatur absolut T (dalam
Kelvin). Benda hitam menunjukkan radiasi maksimum dibandingkan dengan materi
lainnya. Dalam inderaja, koreksi untuk emisiviti harus diberikan sebab obyek yang
diamati bukanlah benda hitam sempurna. Emisiviti dapat didefinisikan oleh persamaan :
Reflektan adalah perbandingan fluks sinar datang pada permukaan dengan fluks
sinar pantulannya. Asumsi dasar dalam inderaja adalah bahwa reflektan spektral
bersifat unik dan berbeda dari satu obyek dengan obyek lain yang berbeda. Gambar
berikut memperlihatkan grafik reflektan pektral untuk tanah, vegetasi, dan air.
80
Persentase 70
60
Reflektan B Keterangan:
50
40
A = tanah lempung berlumpur
30
A
20 D
10 C B = tanah musk
0
0.4 0.8 E 1.2 1.6 2.0 2.4 C = vegetasi
Panjang Gelombang
D = air sungai keruh
Gambar 8. Reflektan Spektral untuk tanah, vegetasi, dan air
E () = Ep () +Es () + Et ()
dimana:
E = Energi yang mengenai obyek
Ep = Energi yang dipantulkan
Es = Energi yang diserap
Et = Energi yang diteruskan
= Panjang gelombang
Interpretasi data inderaja pada dasarnya adalah untuk mengetahui karakteristik spektral
obyek. Permasalahannya, ada obyek yang berbeda jenisnya namun mempunyai
karakteristik spektral sama. Oleh karena itu, pengenalan obyek dilakukan dengan
menggunakan karakteristik lain, misalnya bentuk, pola, ukuran, dan letak.
Sensor
Radiometer adalah alat pengukur level energi dalam kisaran panjang gelombang
tertentu, yang disebut channel. PJ multispectral menggunakan sebuah radiometer yang
berupa deretan dari banyak sensor, yang masing masing peka terhadap sebuah channel
atau band dari panjang gelombang tertentu. Data spectral yang dihasilkan dari suatu
target berada dalam kisaran level energi yang ditentukan.
Radiometer yang dibawa oleh pesawat terbang atau satelit mengamati bumi dan
mengukur level radiasi yang dipantulkan atau dipancarkan dari benda-benda yang ada
di permukaan bumi atau pada atmosfer. Karena masing masing jenis permukaan bumi
dan tipe partikel pada atmosfer mempunyai karakteristik spectral yang khusus (atau
spectral signature) maka data ini bisa dipakai untuk menyediakan informasi mengenai
sifat target. Pada permukaan yang rata, hampir semua energi dipantulkan dari
permukaan pada suatu arah, sedangkan pada permukaan kasar, energi dipantulkan
hampir merata ke semua arah.
Pada umumnya permukaan bumi berkisar diantara ke dua ekstrim tersebut,
tergantung pada kekasaran permukaan. Contoh yang lebih spesifik adalah pemantulan
radiasi EM dari daun dan air. Sifat klorofil adalah menyerap sebagian besar radiasi
dengan panjang gelombang merah dan biru dan memantulkan panjang gelombang hijau
dan near IR. Sedangkan air menyerap radiasi dengan panjang gelombang nampak tinggi
14
dan near IR lebih banyak daripada radiasi nampak dengan panjang gelombang pendek
(biru).
Pengetahuan mengenai perbedaan spectral signature dari berbagai bentuk di
permukaan bumi memungkinkan kita untuk menginterpretasi citra. Tabel di sebelah
kanan sangat berguna dalam menginterpretasi vegetasi dari citra Landsat TM.
Ada dua tipe deteksi yang dilakukan oleh sensor: deteksi pasif dan aktif. Banyak
bentuk PJ yang menggunakan deteksi pasif, dimana sensor mengukur level energi yang
secara alami dipancarkan, dipantulkan, atau dikirimkan oleh target. Sensor ini hanya
bisa bekerja apabila terdapat sumber energi yang alami, pada umumnya sumber radiasi
adalah matahari, sedangkan pada malam hari atau apabila permukaan bumi tertutup
awan, debu, asap dan partikel atmosfer lain, pengambilan data dengan cara deteksi pasif
tidak bisa dilakukan dengan baik. Contoh sensor pasif yang paling dikenal adalah
sensor utama pada satelit Landsat, Thematic Mapper, yang mempunyai 7 band atau
channel.
15
atmosfer yang paling dulu dikenal orang dan paling banyak digunakan dalam penginderaan
jauh hingga sekarang adalah spektrum tampak dengan panjang gelombang 0,4 0,7 m.
Spektrum ini dikatakan spektrum tampak karena mata manusia sebagai sensor alamiah
dapat menggunakannya untuk melihat sesuatu dan hanya sebesar ini kepekaannya
(Sugiyanta dan Miswar, 2009).
spektral, pada umumnya digambarkan dengan kurva pantulan normal obyek vegetasi,
tanah, dan air (Sugiyanta dan Miswar, 2009).
BUMI 35900 km
Ekuator
(USSR) 70oE SMS (USA)
1976 GMS (Jepang)
140oW 1974
140oE 1976
Gambar 10. Satelit Geostasioner
18
b. Satelit sinkron matahari, yang mengorbit bumi dengan melintas dekat kutub dan
memotong arah rotasi bumi (Gambar 11). Orbit sinkron matahari adalah orbit
yang mengkombinasikan ketinggian dan inklinasi (kemiringan) sedemikian rupa
sehingga satelit tersebut melintas di atas titik tertentu dari permukaanbumi pada
waktu matahari lokal (local solar time) sama. Orbit tersebut dapat menempatkan
satelit pada cahaya matahari yang konstan, dan keadaan ini menguntungkan bagi
satelit inderaja, satelit mata-mata, maupun satelit cuaca. Karena itu, umumnya
satelit inderaja termasuk dalam kelompok ini, misalnya Landsat, SPOT, dan
ERS. Ketinggian satelit ini sekitar 700 900 km. Sedangkan satelit NOAA
AVHRR, yang berada pada ketinggian 850 km, walaupun merupakan satelit
cuaca namun melakukan orbit sinkron matahari.
Altitude = 705 km
Inklinasi =
Ground
98,2 o Track
Ekuator
Orbit Satelit
Beberapa profil dari satelit yang spektakuler munculnya diperlihatkan di bawah ini :
3.1.1. Satelit Sumberdaya Alam
1. Satelit Landsat (Land Resources Satellite) milik Amerika Serikat
Landsat milik USA. Landsat sampai saat ini telah sampai pada generasi ketujuh sesuai
dengan kemampuan resolusinya dibedakan atas tipe MSS (Multi Spectral Scanner) yang
beresolusi 80 m dan tipe TM (Thematic Mapper) yang beresolusi 30 m (pada landsat-5 dan
Landsat-7). Landsat adalah pengembangan dari ERTS (Earth Resources Technology Satellite).
Satelit SPOT milik Perancis yang diluncurkan tahun 1986 dan beredar pada ketinggian
830 km cakupan ulang pada daerah yang sama setiap 16 hari, SPOT memiliki dua sensor
(HRV1 dan HRV2). Kamampuan lebar cakupan 60-80 km.
diluncurkan dengan ketinggian orbit 705 km. Orbit yang rendah ini dipilih untuk
membuat satelit secara potensial dapat dicari oleh pesawat ruang angkasa dan untuk
meningkatkan resolusi tanah pada sensor. Setiap orbit membutuhkan kira-kira 99 menit
dengan lebih dari 14,5 orbit dilengkapi setiap hari. Orbit ini menghasilkan putaran
berulang selama 16 hari, yang berarti suatu lokasi di permukaan bumi bisa direkam
setiap 16 hari. Landsat 7 tidak memiliki kenampakan off-nadir sehingga tidak bisa
menghasilkan cakupan yang meliputi seluruh dunia secara harian. Citra Landsat 7
ETM+ tampak sama seperti data Landsat TM, yang keduanya memiliki resolusi 25
meter. Satu layar penuh mencakup luasan 185 km2, sehingga sensor dapat mencakup
daerah yang besar di permukaan bumi.
pengamatan terhadap perubahan kecil pada besaran radiometric dan peka terhadap
perubahan hubungan antar band.
Band-band ETM+ berguna untuk mengkaji air, pemilihan jenis vegetasi,
pengukuran kelembaban tanah dan tanaman, pembedaan awan, salju, dan es, serta
mengidentifikasi jenis batuan. Sama dengan Landsat tTM, Landsat ETM+ bisa
digunakan untuk penerapan daerah perkotaan, akan tetapi dengan resolusi spektral yang
tinggi akan lebih sesuai jika digunakan untuk membuat karakteristik alami suatu
bentang alam. ETM+ dirancang untuk mengumpulkan, menyaring, dan mendeteksi
radiasi dari bumi dalam petak seluas 185 km yang melewatinya. Viewing swath
dihasilkan oleh rata-rata system oscillating mirror yang menyapu melewati jalur
sebagaimana bidang pandang sensor bergerak maju sepanjang jalur yang disebabkan
pergerakan satelit. Data dari ETM+ merupakan output dalam dua channel yang masing-
masing pada 75 Mbps. Setiap channel berisi data dari beberapa detector bersama-sama
dengan data koreksi satelit (Payload Correction Data/PCD), time stamp, dan status
instrument. Data tiap channel berisi :
Channel 1 = band 1-3 (visible), band 4 (VNIR), Band 5 (SWIR), Band 6 (LWIR),
waktu, PCD, data status. Channel 2 = band 6 (LWIR), band 7 (SWIR) dan band 8
(pankromatik), waktu, PCD, data status.
Data dari tiap band bisa dipilih untuk menghasilkan output yang lebih tinggi atau
lebih rendah, com-mandable setting untuk mengatur tegangan referensi mul-tiplexor.
Band 6 muncul dikedua channel, dengan data di channel 1 berada dalam high gain dan
data di channel 2 berada dalam low gain. Sensor ETM+ ditambah dengan dua sistem
mo-del kalibrasi untuk gangguan radiasi matahari (dual mode solar calibrator system)
dengan penambahan lampu kalibrasi untuk fasilitas koreksi geometric (Hardiyanti,
2001).
Ciri khas dari citra Landsat 7 dengan sensor ETM+ adalah jumlah band yang
terdiri dari delapan band. Band-band yang terdapat pada sensor ETM+ mempunyai
kemampuan dan karakteristik yang berbeda-beda dalam menangkap gelombang
elektromagnetik dan dipancarkan oleh obyek di permukaan bumi seperti pada tabel.
Masih banyak kegunaan lainnya dari penggunaan Landsat 7 seperti pada tabel. Tiap
band pada Landsat 7 ETM + memiliki ukuran tersendiri.
24
4. RESOLUSI
4.1. Pengertian dan Proses
Resolusi dari sebuah citra adalah karakteristik yang menunjukkan level kedetailan
yang dimiliki oleh sebuah citra. Resolusi didefinisikan sebagai area dari permukaan
bumi yang diwakili oleh sebuah pixel sebagai elemen terkecil dari sebuah citra. Pada
citra satelit pemantau cuaca yang mempunyai resolusi 1 km, masing-masing pixel
mewakili rata-rata nilai brightness dari sebuah area berukuran 1x1 km. Bentuk yang
lebih kecil dari 1 km susah dikenali melalui image dengan resolusi 1 km. Landsat 7
menghasilkan citra dengan resolusi 30 meter, sehingga jauh lebih banyak detail yang
bisa dilihat dibandingkan pada citra satelit dengan resolusi 1 km. Resolusi adalah hal
penting yang perlu dipertimbangkan dalam rangka pemilihan citra yang akan digunakan
25
terutama dalam hal aplikasi, waktu, biaya, ketersediaan citra dan fasilitas komputasi.
Gambar berikut menunjukkan perbandingan dari 3 resolusi citra yang berbeda.
3. Spatial Resolution
Berapa ukuran objek yang yang bisa diwakili oleh satu pixel ?
Resolusi spasial adalah ukuran terkecil dari suatu bentuk (feature) permukaan bumi
yang bisa dibedakan dengan bentuk permukaan di sekitarnya atau yang ukurannya bisa
diukur (Gambar 1). Pada potret udara, resolusi adalah fungsi dari ukuran grain film
(jumlah pasangan garis yang bisa dibedakan per mm) dan skala. Skala adalah fungsi
dari panjang fokus dan tinggi terbang. Grain film yang halus memberikan detail obyek
lebih banyak (resolusi yang lebih tinggi) dibandingkan dengan grain yang kasar.
Demikian pula, skala yang lebih besar memberikan resolusi yang lebih tinggi.
Resolusi spasial dari citra non-fotografik (yang tidak menggunakan film) ditentukan
dengan beberapa cara. Di antaranya yang paling umum digunakan adalah berdasarkan
dimensi dari instantaneous field of view (IFOV) yang diproyeksikan ke bumi. IFOV ini
merupakan fungsi dari ukuran detektor, tinggi sensor dan optik. Pada sensor digital
seperti generasi Landsat dan SPOT, sensor merekam kecerahan (brightness) semua
obyek yang ada di dalam IFOV. Brightness adalah jumlah radiasi yang dipantulkan atau
diemisikan dari permukaan bumi. Dengan kata lain, IFOV adalah suatu areal pada suatu
permukaan bumi dalam mana gabungan/campuran brightness suatu permukaan diukur.
Nilai kecerahan (brightness value) dari suatu pixel diperoleh dari BV-nya IFOV.
Akan tetapi ukuran pixel bisa lebih kecil atau lebih besar dari ukuran IFOV,
tergantung dari bagaimana BV tersebut disampel (direkam) oleh sensor. Perlu
29
diperhatikan bahwa resolusi spasial dari suatu sistem cocok untuk suatu
kepentingan tertentu sehingga obyek di permukaan bumi tidak hanya bisa
dideteksi (detectable) tapi juga bisa diidentifikasi (recognizable) dan dianalisis.
Detectability adalah kemampuan dari sistem penginderaan jauh untuk merekam
keberadaan (eksistensi) suatu obyek atau feature dalam suatu bentang alam
(landscape). Sebagai contoh, jalan aspal yang walaupun mempunyai ukuran
lebih kecil dari resolusi spasialnya, tetapi dapat juga direkam oleh sensor karena
memberikan kontras (BV) yang tinggi. Recognizability adalah kemampuan dari
seorang interpreter (human interpreter) untuk mengidentifikasi (memberi nama)
suatu obyek yang dideteksi oleh sensor. Kemampuan ini merupakan fungsi dari
pengalaman interpreter dan skala citra.
4. Temporal Resolution
Berapa lama (revisit time) sebuah sensor dapat melintas diatas daerah yang
sama ?.
Selain resolusi spasial, spektral dan radiometrik, dalam penginderaan jauh
dikenal juga dengan istilah resolusi temporal. Pertimbangan resolusi ini menjadi
penting ketika penginderaan jauh dibutuhkan dalam rangka pemantauan dan
atau deteksi obyek permukaan bumi yang terkait dengan variasi musim (waktu).
Dalam bahasa sederhananya, resolusi temporal adalah interval waktu yang
dibutuhkan oleh satelit untuk merekam areal yang sama, atau waktu yang
dibutuhkan oleh satelit untuk menyelesaikan seluruh siklus orbitnya. Resolusi
temporal adalah frekuensi suatu sistem sensor merekam.
5. PENUTUP
Penginderaan Jauh sebagai suatu ilmu berkembang seiring dengan perkembangan
jaman yang menuntut adanya akurasi dan efisiensi dalam perolehan data. Penginderaan
jauh sangat penting dalam bidang ilmu kebumian termasuk didalamnya bidang
perikanan dan kelautan, untuk dapat memetakan zonasi suatu kawasan pesisir, fishing
ground, kelayakan lokasi budidaya dan lain-lain. Namun demikian penginderaan jauh di
Indonesia masih merupakan barang yang mahal, oleh karena itu dibutuhkan suatu
intervensi kebijakan pemerintah guna lebih memasyarakatkan ilmu tersebut mengingat
pentingnya kajian sumberdaya alam dan dinamika yang ada di dalamnya.
DAFTAR PUSTAKA
Bataviase. 2010. Penyuplai Data Inderaja. www.bataviase.co.id. Diakses tanggal 8
November 2010.
Sabin, F.F., 1978. Remote Sensing, Principles and Interpretation. W.H. Freeman, San
Fransisco
Sutanto, 1986. Penginderaan Jauh Jilid 1 dan 2. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.