Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
MAKALAH
Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah Bahasa Indonesia
Dosen : Ibu Ai
Oleh :
Yoga Abdurrahim Asidqi NPM : 1535071254
Widianti NPM :
Ayu Sofianti NPM :
Muhammad Faisal NPM :
Pipin Suparman NPM :
Agung Subagja NPM :
Mia NFM :
Alwan NFM :
Rifat NFM :
Teguh NFM :
Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
Seorang Pemimpin Negara Menurut Perspektif Islam. Tujuan penulisan makalah ini
dalam peran manusia sebagai khalifah di muka bumi. Di samping itu, makalah ini
Manusia, sebagai makhluk ciptaan Allah SWT yang paling sempurna harus
sadar akan keberadaan dirinya, tidak takut untuk mengubah kehidupannya untuk
menjadi lebih baik, dan tidak berhenti untuk terus menimba ilmu dalam kehidupan
guna keluar dari kebodohan imannya dan menuju peningkatan nilai dan kecerdasan
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada penulisan ini. Dengan
Tak ada gading yang tak retak, kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT
semata. Semoga makalah ini menjadi pelita bagi individu yang ingin
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Kepemimpinan ................................................................................. 2
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................... 20
B. Saran .............................................................................................. 20
BAB I
PENDAHULUAN
atas kepemimpinannya. Mungkin kata-kata tersebut yang paling cocok dan pas bagi
setiap orang muslim di seantero jagad raya ini. Kenapa tidak, manusia diturunkan di
bumi ini adalah sebagai khalifah yang memakmurkan dan menyemarakkan dunia.
Mungkin kita juga sepakat bahwa pada setiap individu manusia muslim adalah
seorang pemimpin. Yakni memimpin dirinya sendiri dan bertanggung jawab atas
dirinya sendiri.
semangat bagi setiap muslim yang peduli akan iman yang diembannya. Jika kita
menoleh jauh ke belakang tentang sejarah awal Islam, tentulah kita akan menemukan
banyak pelajaran yang luar biasa apabila diaplikasikan dalam dunia modern sekarang,
dan para sahabat-sahabatnya. Dan bagaimana cara pemilihan seorang pemimpin pada
saat itu.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang masalah di atas maka yang menjadi pokok
syariat Islam jika ditinjau dari masa Rasulullah, Khulafaur Rasyidin, Bani
PENJELASAN KEPEMIMPINAN
A. Kepemimpinan
1. Hakikat Kepemimpinan
yang berkaitan satu dengan lainnya. Pemimpin adalah orang yang mendapat
amanah serta memiliki sifat, sikap, dan gaya yang baik untuk mengurus atau
kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk mau melakukan apa yang
melakukan apa yang diinginkan pihak lainnya. Ketiga kata yaitu pemimpin,
hanya berdasarkan suka satu sama lainnya, tetapi banyak faktor. Pemimpin yang
2. Kriteria Pemimpin
yang berhubungan dengan hajat hidup orang banyak sehingga dirinya dan
indikator bagi pemimpin yang terbaik dan termulia di sisi Allah SWT dan
manusia.
sesuai dengan apa yang telah Allah perintahkan. Iringi hal itu dengan
2. Laki-Laki
Radhiyallahuanhu).
diberikan kepada kamu karena permintaan, maka kamu akan memikul tanggung
jawab sendirian, dan jika kepemimpinan itu diberikan kepada kamu bukan karena
dan Muslim).
Ini salah satu kewajiban utama seorang pemimpin. Allah berfirman, Dan
diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. (al-
dari jabatannya.
pemimpin mempunyai perkara kecuali ia akan datang dengannya pada hari kiamat
dengan keadaan terikat, entah ia akan diselamatkan oleh keadilan, atau akan
kitab Al-Kabir).
pemimpin atau pemerintah yang menutup pintunya terhadap keperluan, hajat, dan
sungguh dan tidak menasihati mereka, kecuali pemimpin itu tidak akan masuk
Oleh karena itu, hendaklah seorang pemimpin menolak pemberian hadiah dari
menjadikan seorang khalifah kecuali ada bersama mereka itu golongan pembantu,
yaitu pembantu yang menyuruh kepada kebaikan dan mendorongnya kesana, dan
Maka orang yang terjaga adalah orang yang dijaga oleh Allah, (Riwayat Bukhari
mengurus satu perkara umatku lalu ia mempersulitnya, maka persulitlah ia, dan
barang siapa yg mengurus satu perkara umatku lalu ia berlemah lembut kepada
ini adalah platform bagi rakyat untuk memberi idea atau kritikan kepada kerajaan
dan pemimpin agar sama memberikan tenaga dan ijtihad kearah pembentukan
negara yang maju. Abu Bakar berucap ketika dilantik menjadi khalifah, beliau
menegaskan "..saya berlaku baik, tolonglah saya, dan apabila saya berlaku buruk,
betulkan saya..", manakala Khalifah Umar pernah ditegur oleh seorang wanita
Allah SWT berfirman, Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-
pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami, dan telah Kami wahyukan
menunaikan zakat, dan hanya kepada Kamilah mereka selalu mengabdi, (QS. Al-
Anbiya': 73).
Ayat ini berbicara pada tataran ideal tentang sosok pemimpin yang akan
yang ada pada diri para nabi manusia pilihan Allah. Karena secara korelatif, ayat-ayat
sebelum dan sesudah ayat ini dalam konteks menggambarkan para nabi yang
mensejahterakan umat lahir dan batin. Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa ayat ini
merupakan landasan prinsip dalam mencari figur pemimpin ideal yang akan memberi
Pemimpin yang bisa bersikap adil. Keadilan adalah lawan dari penganiayaan,
penindasan dan pilih kasih. Keadilan harus dirasakan oleh semua pihak dan golongan.
Diantara bentuknya adalah dengan mengambil keputusan yang adil antara dua pihak
yang berselisih, mengurus dan melayani semua lapisan masyarakat tanpa memandang
agama, etnis, budaya, dan latar belakang. Lihat QS. Shad (38): 22, Wahai Daud,
Kami telah menjadikan kamu khalifah di bumi, maka berilah putusan antara manusia
Pada surat al-Baqoroh ayat 124, nabi Ibrahim sebagai seorang Imam
anak cucu. Itu dibuktikan dengan permohonannya kepada Allah SWT dengan
kalimat, Dan saya mohon (juga) dari keturunanku. Surat al-Furqon ayat 74 pun
kelihatannya tidak jauh berbeda. Ayat itu berisi permohonan seseorang untuk
Hanya saja sistem monarki atau sumber dan pusat kepemimpinan yang selalu berkisar
pada golongan tertentu, nampaknya diberi syarat oleh Allah dengan Janjiku (ini)
tidak mengenai orang-orang yang dzalim. Ungkapan ini menunjukkan, bahwa sifat
dzalim atau tidak dapat berbuat adil merupakan watak yang tidak dimaui oleh Allah
yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin, yang terdapat dalam surat As-Sajdah
(32): 24. Kami jadikan mereka pemimpin ketika mereka sabar/ tabah. Kesabaran
ini merupakan syarat pokok yang harus ada dalam diri seorang pemimpin.
Salah satu sosok pemimpin yang disebutkan dalam al-Quran adalah Yusuf as.
Dalam QS. Yusuf: 55, Allah SWT mengabadikan perkataan Yusuf as kepada Raja
Dari ayat di atas, kita mengetahui bahwa Yusuf as itu hafiizh (bisa menjaga)
dan alim (pintar, pandai). Inilah dua sifat yang harus dimiliki oleh seseorang yang
bekerja untuk negara. Dua sifat tersebut adalah al-hifzh yang tidak lain berarti
integritas, kredibilitas, moralitas, dan al-ilm yang tidak lain merupakan sebentuk
Para pakar telah menelusuri Quran dan hadist menetapkan empat sifat yang
harus dipenuhi oleh para nabi, yang pada hakekatnya adalah pemimpin sebagai
pemimpin umat, nabi Saw memiliki empat ciri kepemimpinan: shidiq (jujur),
1. Sidq (benar), sebuah sifat dasar yang mesti dimiliki oleh Rasulullah
harus selalu berusaha menempatkan dirinya pada posisi benar, memiliki sifat
kebenaran, bergerak mulai dari titik yang benar, berjalan di atas garis yang benar,
dan menuju titik yang benar, yaitu ridho Allah SWT. kebenaran yang dimiliki
seorang pemimpin merupakan awal dari segala kebaikan, dan kebohongan yang
dimiliki seorang pemimpin adalah awal dari segala kebobrokan dan kehancuran.
sabar dan tawakal kepada Allah SWT., ia selalu menghadapkan dirinya kepada
Allah melalui doa, dan menerima dengan penuh keridhaan terhadap apapun
pemimpin memiliki keterbukaan dalam berbagai hal, tiada sifat tertutup pada
berfikir yang tinggi, daya ingat yang kuat, serta kepintaran menjelaskan dan
Al-Quran dan Hadits sebagai pedoman hidup umat Islam sudah mengatur
sejak awal bagaimana seharusnya kita memilih dan menjadi seorang pemimpin.
Menurut Shihab (2002) ada dua hal yang harus dipahami tentang hakikat
kontrak sosial antara sang pemimpin dengan masyarakatnya, tetapi merupakan ikatan
perjanjian antara dia dengan Allah SWT. Lihat Q. S. Al-Baqarah (2): 124, "Dan
ingatlah ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat perintah dan
bertanya: Dan dari keturunanku juga (dijadikan pemimpin)? Allah SWT menjawab:
digunakan sebagai peluang untuk memperkaya diri, bertindak zalim dan sewenang-
wenang. Balasan dan upah seorang pemimpin sesungguhnya hanya dari Allah swt di
Karena itu pula, ketika sahabat Nabi Shalallahualaihi wa sallam, Abu Dzarr,
dan ini adalah amanah sekaligus dapat menjadi sebab kenistaan dan penyesalan di
hari kemudian (bila disia-siakan)".(H. R. Muslim). Sikap yang sama juga ditunjukkan
Nabi saw ketika seseorang meminta jabatan kepada beliau, dimana orang itu berkata:
"Ya Rasulullah, berilah kepada kami jabatan pada salah satu bagian yang diberikan
Kami tidak mengangkat seseorang pada suatu jabatan kepada orang yang
penganiayaan, penindasan dan pilih kasih. Keadilan harus dirasakan oleh semua
pihak dan golongan. Diantara bentuknya adalah dengan mengambil keputusan yang
adil antara dua pihak yang berselisih, mengurus dan melayani semua lapisan
masyarakat tanpa memandang agama, etnis, budaya, dan latar belakang. Lihat Q. S.
Shad (38): 22, "Wahai Daud, Kami telah menjadikan kamu khalifah di bumi, maka
berilah putusan antara manusia dengan hak (adil) dan janganlah kamu mengikuti
hawa nafsu".
pengertian pemimpin menurut Islam yang harus dipahami. Pertama, pemimpin berarti
umara yang sering disebut juga dengan ulul amri. Lihat Q. S. An-Nisa 4): 5, "Hai
orang-orang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri diantara
kamu". Dalam ayat tersebut dikatakan bahwa ulil amri, umara atau penguasa adalah
orang yang mendapat amanah untuk mengurus urusan orang lain. Dengan kata lain,
pemimpin itu adalah orang yang mendapat amanah untuk mengurus urusan rakyat.
Jika ada pemimpin yang tidak mau mengurus kepentingan rakyat, maka ia bukanlah
Menurut istilah itu, seorang pemimpin harus menempatkan diri pada posisi sebagai
sejati adalah seorang pemimpin yang sanggup dan bersedia menjalankan amanat
mengatur seluruh aspek kehidupan manusia, baik yang berhubungan dengan Allah
Kepemimpinan di satu sisi dapat bermakna kekuasaan, tetapi di sisi lain juga
Allah SWT. mengingatkan kita bahwa hakikat kekuasaan itu adalah milik Allah
SWT. Allah SWT yang memberi kekuasaan kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan
Allah pula yang mencabut kekuasaan dari siapapun yang dikehendaki-Nya, seperti
tetapi pengorbanan. Ia juga bukan leha-leha, tetapi kerja keras. Ia juga bukan
kesewenang-wenangan bertindak, tetapi kesewenangan melayani. Selanjutnya
yang harus diberikan kepada orang yang benar-benar ahli, berkualitas dan memiliki
tanggung jawab yang jelas dan benar serta adil, jujur dan bermoral baik. Inilah
beberapa kriteria yang Islam tawarkan dalam memilih seorang pemimpin yang
sejatinya dapat membawa masyarakat kepada kehidupan yang lebih baik, harmonis,
1. Al Farabi (lahir sekitar tahun 259 H) menulis diantaranya ialah kitab berjudul al-
2. Al-Mawardiy (lahir 394 H) menulis beberapa kitab yang masyhur dalam bidang
prolifik dengan karya-karya tulisannya, antara lain telah menulis kitab, al-Tibr al-
Masbuk fi Nasihat al-Mulk, yang antara lain telah menggariskan tugas khalifah
atau pemimpin.
4. Ibn Khaldun, lahir tahun 732 H (1332-1395 M) adalah orang pertama
yang amat terkenal dalam bidang ini ialah Muqaddimah yang membahas berbagai
Sifat-sifat Nabi Saw itu tercermin pada kebijakan dan tingkah laku beliau
negara. Sifat kepemimpinan beliau dan Khulafaur Rasyidin dapat dijadikan cermin
memfasilitasi, dan siap menjadi budak rakyatnya, bukannya menjadi tuan bagi
masyarakatnya.
pokok yang hendaknya dimiliki oleh seorang pemimpin. Kelima sifat itu terungkap
tabah/sabar.
3. Wa awhaena ilaihim fil alkhaerat telah membudaya pada diri (sang calon) suatu
kebijakan.
dasar yang melekat, sedang yang lain adalah yang diperagakan dalam kenyataan.
Assiddiq menjadi pemimpin, kita bisa belajar dari isi pidato Khalifah Abu bakar
Rasulullah Shalallahualaihi wa sallam, yang mana inti dari isi pidato tersebut dapat
dijadikan pedoman dalam memilih profil seorang pemimpin yang baik. Isi pidato
Ada 6 (enam) poin yang dapat diambil dari inti pidato khalifah Abu Bakar ra
tersebut, yaitu :
1. Sifat rendah hati. Pada hakikatnya kedudukan pemimpin itu tidak berbeda dengan
sekedar orang yang harus didahulukan selangkah dari yang lainnya karena ia
pelayan rakyat yang di atas pundaknya terletak tanggungjawab besar yang mesti
aspirasi rakyat dan terbuka untuk menerima kritik-kritik sehat yang membangun
dan konstruktif. Tidak seyogianya menganggap kritikan itu sebagai hujatan atau
orang yang mengkritik sebagai lawan yang akan menjatuhkannya lantas dengan
yang selama ini terjadi untuk membangun kepada perbaikan dan kemajuan. Dan
ini merupakan suatu partisipasi sejati sebab sehebat apapun pemimpin itu pastilah
masyarakat ini bersumber dari norma-norma Islam yang diterima secara utuh dari
3. Sifat jujur dan memegang amanah. Kejujuran yang dimiliki seorang pemimpin
amanat rakyat menjadi kunci dari sebuah kemajuan dan perbaikan. Khalifah Umar
bin Abdul Aziz pernah didatangi putranya saat dia berada di kantornya kemudian
bercerita tentang keluarga dan masalah yang terjadi di rumah. Seketika itu Umar
bin Abdul Aziz mematikan lampu ruangan dan si anak bertanya dari sebab apa
sang ayah mematikan lampu sehingga hanya berbicara dalam ruangan yang gelap.
Dengan sederhana sang ayah menjawab bahwa lampu yang kita gunakan ini
4. Sifat berlaku adil. Keadilan adalah konteks nyata yang harus dimiliki oleh
manusia tidak ada yang relatif. Islam meletakan soal penegakan keadilan itu
sebagai sikap yang esensial. Seorang pemimpin harus mampu menimbang dan
seorang saja. Dan orang yang lemah harus dibela hak-haknya dan dilindungi,
sementara orang yang kuat dan bertindak dzhalim harus dicegah dari bertindak
sewenang-wenangnya.
konstitusi bersama bagi seorang pemimpin adalah penting. Teguh dan terus
rayuan dan semangat menjadi orang yang pertama di depan musuh-musuh yang
yang madani, dengan prinsip-prinsip segala sesuatunya dari rakyat untuk rakyat
dan oleh rakyat. Dalam hal ini pemimpin tidak sembarang memutuskan sebelum
sehingga apapun yang akan terjadi baik buruknya bisa ditanggung bersama-sama.
Hidup ini segala sesuatunya takkan terlepas dari pantauan Allah SWT,
Tuhannya tak kalah pentingnya; yaitu dengan berbakti dan mengabdi kepada Allah
SWT. Semua ini dalam rangka memohon pertolongan dan ridho Allah SWT semata.
Dengan senantiasa berbakti kepadaNya terutama dalam menegakan shalat lima waktu
perbuatan yang keji dan tercela. Selanjutnya ia akan mampu mengawasi dirinya dari
perbuatan-perbuatan hina tersebut, karena dengan shalat yang baik dan benar menurut
tuntunan ajaran Islam dapat mencegah manusia dari perbuatan keji dan munkar (QS.
Al Ankabuut: 45).
Yang tidak kalah penting pemimpin masa kini juga seharusnya mempunyai
karakter sebagai berikut. Semakin banyak sifat baik yang ditampilkan oleh seorang
pemimpin, maka ia akan semakin dipercaya dan diyakini oleh para pengikutnya.
Berikut ini adalah 10 karakter yang perlu dimiliki oleh seorang pemimpin
masa depan, yang acap kali dikemukakan oleh para pakar terkemuka dalam bidang
kepemimpinan, yakni :
1. Jujur, menampilkan ketulusan dan integritas dalam semua tindakannya sehingga
2. Kompeten, dalam melakukan tindakan berbasis pada akal pikiran, sikap dan
yang ia lakukan
5. Cerdas, gemar dan rakus membaca haus belajar, dan senantiasa mencari tugas
yang menantang
6. Adil (fairness), mampu menunjukan perlakuan yang adil bagi semua orang
yang berat
menggunakannya untuk membuat keputusan yang terbaik pada waktu yang tepat
3. Integrator
Dari rangkaian syarat-syarat pemimpin di atas sedikit dapat kita jadikan acuan
sallam.
Jadi pemimpin seperti apa yang sebaiknya diangkat di era seperti sekarang
ini? Secara umum Al Quran sudah memberikan gambaran kriteria pemimpin yang
harus dipilih, yaitu seperti yang ditegaskan oleh Allah SWT dalam firman-Nya yang
artinya: Dan sesungguhnya telah Kami tulis di dalam Zabur sesudah (sesudah Kami
tulis dalam) Lauh Mahfuzh, bahwasanya bumi ini dipusakai hamba-hamba-Ku yang
shaleh (QS Al-Anbiya : 105). Jadi yang mendapat mandat mengurusi manusia
beserta isinya di muka bumi ini sesuai rekomendasi Allah SWT ternyata hanyalah
orang-orang shaleh, bukan orang-orang yang suka membuat kerusakan di muka bumi
yang pola fikir dan perilakunya tidak diridhai oleh Allah SWT. Wallahualam
BAB III
Setelah tiba dan diterima penduduk Yatsrib (Madinah), Nabi resmi menjadi
pemimpin penduduk kota itu. Babak baru dalam sejarah Islam pun dimulai. Berbeda
dengan periode Mekkah, pada periode Madinah, Islam merupakan kekuatan politik.
Madinah. Nabi mempunyai kedudukan, bukan saja sebagai kepala agama, tetapi juga
sebagai kepala negara. Dengan kata lain, dalam diri nabi terkumpul dua kekuasaan,
Anshar.
Dari perjalanan sejarah Nabi ini, dapat disimpulkan bahwa Nabi Muhammad
negarawan, pemimpin politik dan administrasi yang cakap. Hanya dalam sebelas
tahun menjadi pemimpin politik, beliau berhasil menundukkan seluruh jazirah Arab
ke dalam kekuasaannya.
yakni pada masa Khulafaur Rasyidin; Abu Bakar ditetapkan berdasarkan pemilihan
dalam suatu dewan formatur, dan Ali ibn Abi Thalib ditetapkan berdasarkan
tentang siapa yang akan menggantikan beliau sebagai pemimpin politik umat
kepada kaum muslimin sendiri untuk menentukannya. Karena itulah, tidak lama
Muhajirin dan Anshar berkumpul di balai kota Bani Saidah, Madinah. Mereka
cukup alot karena masing-masing pihak, baik Muhajirin maupun Anshar, sama-
sama merasa berhak menjadi pemimpin umat Islam. Namun, dengan semangat
yang tinggi, akhirnya, Abu Bakar terpilih. Rupanya, semangat keagamaan Abu
Ketika Abu Bakar sakit dan merasa ajalnya sudah dekat, beliau
dilakukan Abu Bakar. Dia menunjuk enam orang sahabat dan meminta kepada
mereka untuk memilih salah seorang di antaranya menjadi khalifah. Enam orang
tersebut adalah Usman, Ali, Thalhah, Zubair, Saad ibn Abi Waqqas, dan
Abdurrahman ibn Auf. Setelah Umar wafat, tim ini bermusyawarah dan berhasil
menunjuk Usman sebagai khalifah, melaui persaingan yang agak ketat dengan Ali
Thalib sebagai khalifah. Ali memerintah hanya enam tahun. Selama masa
khalifah, Ali memecat gubernur yang diangkat oleh Usman. Dia yakin
diterapkan Umar.
melalui kekerasan, diplomasi dan tipu daya, tidak dengan suara pemilihan atau suara
tetap menggunakan istilah khalifah, namun dia memberi interpretasi baru dari kata-
kata itu untuk mengagungkan jabatan tersebut. Dia menyebutnya khalifah Allah
Bani Umayyah. Dinamakan Daulah Abbasiyah karena para pendiri dan penguasa
Dinasti ini adalah keturunan Abbas, paman nabi Muhammad SAW. Dinasti
Abbasiyah didirikan oleh Abdullah al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah
ibn al-Abbass. Dia dilahirkan di Humaimah pada tahun 104 H. Dia dilantik menjadi
Khalifah pada tanggal 3 Rabiul awal 132 H. Kekuasaan Dinasti Bani Abbasiyah
yang paling dahsyat dan merupakan puncak dari segala pemberontakan yakni perang
antara pasukan Abbul Abbas melawan pasukan Marwan ibn Muhammad (Dinasti
Bani Umayyah). Yang akhirnya dimenangkan oleh pasukan Abbul Abbas. Dengan
jatuhnya negeri Syiria, berakhirlah riwayat Dinasti Bani Umayyah dan bersama
dengan itu bangkitlah kekuasaan Abbasiyah. Dari sini dapat diketahui bahwa
bangkitnya Daulah Abbasiyah bukan saja pergantian Dinasti akan tetapi lebih dari itu
Menurut Crane Brinton dalam Mudzhar (1998:84), ada 4 ciri yang menjadi
1. Bahwa pada masa sebelum revolusi ideologi yang berkuasa mendapat kritik keras
zaman.
orang lemah dan kaum bawahan, melainkan dilakukan oleh para penguasa oleh
karena hal-hal tertentu yang merasa tidak puas dengan sistem yang ada.
pusat kegiatan kelompok Bani Abbas, antara satu dengan yang lain mempunyai
keluarga besar paman nabi SAW yaitu Abbas Abdul Mutholib (dari namanya Dinasti
itu disandarkan). Tiga tempat itu adalah Humaimah, Kufah dan Khurasan.
baik dari kalangan pendukung Ali maupun pendukung keluarga Abbas. Humaimah
menganut aliran Syiah pendukung Ali bin Abi Tholib. Ia bermusuhan secara terang-
terangan dengan golongan Bani Umayyah. Demikian pula dengan Khurasan, kota
bertemperamen pemberani, kuat fisiknya, tegap tinggi, teguh pendirian tidak mudah
terpengaruh nafsu dan tidak mudah bingung dengan kepercayaan yang menyimpang.
bawah pimpinan Muhammad bin Ali al-Abbasy, gerakan Bani Abbas dilakukan
dalam dua fase yaitu : 1) fase sangat rahasia; dan 2) fase terang-terangan dan
Propaganda dikirim keseluruh pelosok negara, dan mendapat pengikut yang banyak,
terutama dari golongan yang merasa tertindas, bahkan juga dari golongan yang pada
seorang pemuda Persia yang gagah berani dan cerdas bernama Abu Muslim al-
Khusarany, bergabung dalam gerakan rahasia ini. Semenjak itu dimulailah gerakan
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pemimpin adalah orang yang mendapat amanah serta memiliki sifat, sikap,
dan gaya yang baik untuk mengurus atau mengatur orang lain. Kepemimpinan adalah
harus bisa menjalankan apa yang telah diamanatkan oleh Allah dan di setiap langkah
sebagai seorang pemimpin, Allah akan memberikan peringatan bagi kaum Muslimin
agar selalu berhati-hati tentang apa yang akan dilakukan sebagai khalifah Allah di
bumi.
B. SARAN
mahasiswa hendaknya kita membuat tugas yang dibebankan oleh dosen pengasuh kita
yang berupa makalah khususnya mata kuliah pendidikan agama Islam, kita membuat
sendiri agar ke depannya kita menjadi mahasiswa yang benar-benar siap pakai di