Sie sind auf Seite 1von 32

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA

Tn. H DENGAN RESIKO TINGGI


PERILAKU KEKERASAN DI RUANG
KUTILANG RSJ Dr. RADJIMAN
WEDIODININGRAT LAWANG
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Tn. H DENGAN RESIKO TINGGI
PERILAKU KEKERASAN DI RUANG KUTILANG RSJ Dr. RADJIMAN
WEDIODININGRAT LAWANG

Ruangan Rawat :Kutilang

Tanggal Dirawat : 09 02 2015

Tanggal pengkajian : 16 02- 2015

Sumber Informasi : wawancara dan status pasien

1. Identitas Klien

Nama : Tn. H

Umur : 31 th

Alamat : malang

Pendidikan : SD

Agama : islam

Status : belum menikah

Pekerjaan : tidak bekerja

Jenis kelamin : laki-laki

No RM : 688XX

1. Alasan Masuk
2. Data Primer

klien mengatakan dibawa kesini karena marah-marah dan memukul tetangganya.

2. Data sekunder
Status: Klien marah-marah, mengancam, memukul tetangga, bicara dan tertawa sendiri,
menganggu lingkungan, melempar kaca mobil tetangga dengan batu.

Riwayat Penyakit Sekarang dan faktor presipitasi

Pasien kambuh lagi kurang lebih 3 minggu yang lalu, penyebab kekambuhannya adalah
karena tidak rutin minum obat, gejalanya adalah klien bicara dan tertawa sendiri dan klien
mengatakan terkadang dibisiki suara orang seperti menyuruh memukul orang dan melempar
batu kekaca mobil. Yang sudah dilakukan klien adalah memukul tetangganya,memukul kaca
jendela dan memecahkan kaca mobil dengan melempar batu, kemudian klien dibawah ke RSJ
LAWANG.

1. Faktor Predisposisi
2. Pernahkah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu?

Pasien sakit sejak tahun 2006, dirawat di RSJ LAWANG 7 kali yaitu dibuktikan dengan data
yang didapatkan dari status, sebagai berikut:

Tanggal masuk : 29-08-2006 Tanggal keluar : 15-12-2006

Tanggal masuk : 10-08-2007 Tanggal keluar : 25-10-2007

Tanggal masuk : 18-07-2011 Tanggal keluar : 29-08-2011

Tanggal masuk : 25-03-2013 Tanggal keluar : 31-05-2013

Tanggal masuk : 28-11-2013 Tanggal keluar : 06-03-2013

Tanggal masuk : 04-11-2014 Tanggal keluar : 15-01-2015

Tanggal masuk : 09-02-2015 Tanggal keluar : sampai sekarang

2. Pengobatan sebelumnya

Berhasil: dikatakan berhasil karena klien mampu beradaptasi dengan masyarakat dibuktikan
dengan klien bisa bekerja sebagai kuli bangunan.

3. Riwayat NAPZA

Status: Klien mempunyai riwayat minum-minuman keras dan merokok, hinga saat
pengkajian klien masih perokok aktif.

4. Trauma

Klien pernah mengalami aniaya fisik sebagai pelaku yaitu memukul orang lain,merusak kaca
jendela dan kaca mobil dengan cara dilempar dengan batu. Klien tidak pernah mengalami
aniaya seksual, penolakan, kekerasan dalam rumah tangga, dan tindakan kriminal baik
sebagai pelaku, korban, dan saksi.

Diagnosa keperawatan: Resti Perilaku Kekerasan (PK)

5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan

Klien mengatakan pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan adalah saat klien putus
cinta dengan pacarnya, dan sampai sekarang klien tidak mau menikah.

Diagnosa keperawatan : respon paska trauma

6. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa

Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa

Diagnosa keperawatan :

1. Pemeriksaan Fisik

Tanggal: 17 Februari 2015

1. Keadaan umum

pandangan mata tajam, raut wajah tegang, cara berjalan kaku, nada bicara ketus.

2. Tanda Vital
o TD: 110/70 mmhg
o N : 82 x/menit
o S : 36 oC
o P : 22 x/menit
3. Ukur:
o TB : 154 cm
o BB: 55 kg
4. Keluhan Fisik

Klien mengatakan tidak ada keluhan fisik.

1. Psikososial
2. Genogram

Keterangan:

: Laki Laki
: Perempuan

: Klien

: Tingga serumah

: Meninggal

: Garis Keturunan

: Orang Terdekat

: Garis Perkawinan

Penjelasan:

Klien tinggal dirumah sendirian,kedua orang tuanya sudah meninggal dunia klien merupakan
anak ke-6 dari 7 bersaudara, saudara yang ke-5 merupakan orang yang terdekat baginya.

1. Pola asuh

Klien mengatakan sejak kecil sampai dewasa pasien diasuh dengan didikan keras

1. Pengambilan keputusan

Klien mengatakan bila klien mengalami permasalahan yang menyelesaikan dirinya sendiri
terkadang minta bantuan saudaranya.

1. komunikasi

klien mengatakan jika ada masalah klien lebih suka memendamnya.

Diagnosa Keperawatan: koping individu inefektif

2. Konsep Diri
3. Citra tubuh

Klien mengatakan menerima keadan tubuhnya yang pendek, klien menyukai bentuk tubuhnya
Karena bentuk tubuhnya seperti tentara.

1. Identitas diri

Klien mengetahui bahwa klien benama H alamatnya dimalang, jenis kelaminnya laki-laki
dan klien bangga menjadi laki-laki. Karena bisa menjadi penguasa. Klien puas dengan
statusnya meskipun klien belum menikah.

1. Peran
klien mengatakan saat dirumah tinggal sendiri dan sebagai kepala keluarga,klien dirumah
bekerja sebagai kuli bangunan dan mengerjakan pekerjaan rumah sendiri. Sedangkan klien
dirumah sakit, klien sebagai pasien dan klien melakukan aktivitas sesuai jadwal diruangan.

1. Ideal diri

Klien mengatakan dulu sebelum masuk rumah sakit klien ingin mempunyai toko sepeda.
Sedangkan saat di rumah sakit, klien ingin segera pulang dan bebas lalu klien ingin bekerja
lagi sebagai kuli bangunan.

1. Harga diri

klien merasa malu, karena orang lain menjauhinya karena dikira gila, dan orang- orang takut
kepadanya.

Diagnosa keperawatan: Harga diri rendah

3. Hubungan Sosial
4. Orang yang berarti/ terdekat:

Klien mengatakan orang yang terdekat adalah kakaknya,karena kakaknya yang sering
perhatian dengan klien.

1. Peran serta dalam kegiatan kelompok/ masyarakat:

Klien mengatakan selama dirumah klien jarang mengikuti kegiatan di masyarakat. Seperti
kerja bakti, dll

1. Hambatan dalam berhubungan sosial.

Pasien mangatakan klien lebih senang duduk sendiri daripada berbicara dengan orang lain
karena merasa dirinya sudah sembuh dan yang lainnya masih gila.

Diagnosa keperawatan : isolasi sosial

4. Spiritual
5. Nilai dan keyakinan

Klien mengatakan bahwa dirinya adalah seorang muslim dan tau bahwa Allah adalah
tuhannya, dan klien meyakini bahwa sakitnya itu karena pikirannya sendiri.

1. Kegiatan ibadah

Klien mengatakan selama dirumah klien jarang sholat, karena malas, sedangkan dirumah
sakit, klien tidak pernah melakukan sholat, karena klien merasatidak enak kalau sholat tidak
di mushollah.

Diagnosa keperawatan :

Status Mental
1. Penampilan

Klien terlihat rambutnya bersih, giginya bersih, tubuh bersih tidak berbau dan cara
berpakaian sudah tepat dan sesuai.

Diagnosa keperawatan :

1. Pembicaraan

klien berbicara dengan intonasi keras dan jelas. klien menjawab semua pertanyaan yang
diberikan, klien juga mengerti isi pembicaraan yang diajukan oleh lawan bicara. klien bicara
apabila ditanya dan klien jarang berbicara dengan temannya.

Diagnosa keperawatan :

1. Aktivitas motorik

Wajah klien tampak tegang, tatapan mata tajam kearah lawan bicara, cara berjalan kaku, klien
juga sering membuat gerakan-gerakan seperti mau meninju.

Diagnosa Keperawatan : Resiko tinggi perilaku kekerasan.

1. Afek emosi

Afek

Afek adekuat dibuktikan dengan saat diajak bercerita tentang hal-hal yang menyenangkan
klien nampak tersenyum, sebaliknya jika klien diajak bercerita tentang hal yang
menyedihkan, klien terlihat sedih dan menundukan kepalanya.

Diagnosa keperawatan :

Emosi

klien terlihat pandangan mata tajam, raut wajah tegang, seperti ingin marah , cara berjalan
kaku, dan nada bicara ketus

Diagnosa Keperawatan : resti perilaku kekerasan

1. Interaksi selama wawancara

klien kooperatif dapat menjawab pertanyaan dengan sesuai. Posisi berhadapan sesuai dengan
jarak yang aman.tatapan mata klien tajam kearah lawan bicara dan raut wajah tegang.intonasi
suara sedang tetapi jelas.

Diagnosa keperawatan :

1. Persepsi-sensori
Halusinasi pendengaran : klien bicara dan tertawa sendiri,serta klien sering marah-marah
sendiri. Klien mengatakan terkadang dibisiki suara orang seperti menyuruh memukul orang
dan melempar batu kekaca mobil, klien mendengar bisikan itu pada saat dia sedang sendiri,
kurang lebih 1 hari 1-2 kali. Klien tiduran, bicara sendiri, jarang berinteraksi dengan orang
lain.

Diagnosa keperawatan : perubahan persepsi sensori (halusinasi pendengaran)

1. Proses pikir
2. Arus pikir

Pada waktu diajak bicara, klien bicara dengan intonasi keras dan jelas, kecepatan spontan
menjawab isi pembicaraan sesuai apa yang diajukan.

Diagnose keperawatan:

1. Isi pikir

klien selalu tanggap, waktu diajak berbicara tepat sesuai isi yang dibicarakan

Diagnose keperawatan :

1. Bentuk pikir

realistik : cara berfikir klien masuk akal dan sesuai dengan kenyataan.

Diagnosa keperawatan :

1. Tingkat kesadaran

Kuantitatif : compos mentis,GCS : 4-5-6

Kualitatif : kesadaran berubah.

Diagnosa keperawatan :

1. Orientasi

Klien waktu diwawancari,klien dapat mengetahui waktu,tempat dan orang dengan benar dan
jelas. Yang ditandai dengan klian waktu dikaji,ditanya oleh perawat hari ini hari apa ? klien
menjawab hari selasa,klien juga mampu menyebutkan beberapa nama perawat. Tetapi klien
tidak dapan menyebutkan tanggal karena klien lupa.

1. Memori

Gangguan daya ingat saat ini (< 24 jam)

Klien menceritakan tadi pagi sudah mandi dan makan .

Gangguan daya ingat jangka pendek (1 hari-1 bulan)


Klien mampu menceritakan kejadian saat dibawa kerumah sakit karena memukul orang dan
melempar kaca mobil dengan batu.

Gangguan daya ingat jangka panjang (> 1 bulan)

Klien mampu menceritakan kalau dirumah klien tinggal sendiri.

Diagnosa keperawatan :

1. Tingkat konsentrasi dan berhitung

Klien dapat menghitung dengan baik saat diberi pertanyaan hitung-hitungan, klien mampu
menjawabnya dengan benar, dan klien dapat memfokuskan konsentrasi dengan baik. Salah
satunya 5+ 4 = 9 dan 25= 10.

Diagnosa keperawatan :

1. Kemampuan penilaian

Klien sudah menyadari dan mampu menilai bahwa suatu masalah yang dilakukan dengan
marah-marah itu sangat merugikan dirinyaa sendiri dan orang lain.

Diagnosa keperawatan :

1. Daya tilik diri

Klien mengatakan mampu mengenali penyakit yang dideritanya dan tidak mengingkari
terhadap penyakitnya karena klien mampu menyebutkan kenapa klien bisa seperti ini dan
penyebab mengapa klien bisa sakit jiwa.

Diagnosa keperawatan :

Kebutuhan Pasien Pulang

1. Kemampuan klien memenuhi kebutuhan sehari hari


2. Makan

Klien mampu makan secara mandiri tanpa bantuan,klien makan 3x sehari dengan komposisi
nasi,sayur,lauk pauk dan klien minum kurang lebih 8 gelas/hari.

1. BAK/BAB dan mandi

Klien mampu melakukan eliminasi dengan baik secara mandiri. BAB 1x dan BAK kurang
lebih 5x sehari. Mandi 2x sehari pagi dan sore.

1. Berpakaian dan berhias


Klien mampu berpakaian secara mandiri,sebelum mandi klien melepas pakaian dan setelah
mandi memakai baju yang sudah diberikan rumah sakit secara mandiri.

1. Istirahat tidur

Klien selama ini tidak mengalami gangguan tidur,klien dapat tidur dengan kualitas 6-9
jam/hari. Tidur siang mulai 10.00-11.30 dan tidur malam 21.00-04.30 dan klien sebelum dan
sesudah tidur merapikan tempat tidurnya.

1. Penggunaan obat

Klien mengatakan dirumah sakit selalu minum obat-obatan yg diberikan oleh perawat.yaitu
obat

1. Pemeliharaan kesehatan

Klien memiliki sistem pendukung,sistempendukungnya adalah perawat yang terlibat dalam


pemenuhan ADLnya dan pengawasan minum obat.

1. Aktifitas dalam rumah

Klien mengatakan dirumah sebagai kuli bangunan,kalau tidak ada kerjaan klien hanya
beristirahat dan melakukan pekerjaan rumah.

1. Aktifitas diluar rumah

Klien mengatakan mengikuti kegiatan dimasyarakat tetapi jarang dan klien sering jalan-jalan
ketempat yg dia suka.

Diagnosa keperawatan:

Mekanisme Koping

Klien mengatakan jika sedang ada masalah klien memilih untuk memendamnya sendiri, klien
juga suka minum-minuman keras dan merokok,serta melampiaskan kemarahan dengan
memukul orang lain.

Diagnosa Keperawatan : Koping individu inefektif

Masalah Psikososial dan Lingkungan

1. Masalah dengan dukungan kelompok

Klien hanya mengikuti kegiatan kelompok yang sudah direncanakan oleh perawat. Namun
diluar kegiatan tersebut,klien hanya menghabiskan waktu dengan tidur

1. Masalah berhubungan dengan lingkungannya

klien sedikit menarik diri dari lingkungannya karena tidak ada hal yang enak dilakukan dan
merasa malas berhubungan dengan teman-temannya karena tidak ramah.
1. Masalah dengan pendidikan

klien mengatakan pernah sekolah smp,tetapi tidak tamat karena klien bekerja

1. Masalah dengan pekerjaan

klien mengaku bekerja sebagai kuli bangunan kalau dirumah

1. Masalah dengan perumahan

klien tinggal seorang diri dirumah karena klien belum menikah.

1. Masalah dengan ekonomi

klien mengatakan tidak ada masalah dengan ekonominya kerena klien dapat memenuhi
kebutuhan sehari-harinya dari uang hasil bekerja sebagai kuli bangunan.

1. Masalah dengan pelayanan kesehatan.

Klien dirawat dirumah sakit jiwa lawang dan memiliki asuransi BPJS kesehatan.

Diagnosa keperawatan : Isolasi sosial

Aspek Pengetahuan

Klien mengatakan tidak mengerti tentang perilaku kekerasan dan cara mengontrolnya, untuk
obat-obatan klien hanya mengetahui warnanya, sedangkan nama ,dosis dan kegunaannya
klien tidak mengetahui. Saat ditanya mengenai hal itu klien terlihat bingung dan tersenyum.

Diagnosa Keperawatan : kurang pengetahuan tentang penyakitnya

Aspek Medis

1. Diagnosa medis

Axis 1 : SKIZOFRENIA hebefrenik berulang

Axis 2 : pendiam,tertutup

Axis 3 : tidak didapatkan

Axis 4 : tidak ditemukan

Axis 5 : GAF MRS : 20

1. Terapi medis

Tablet chlorpromazine 100 mg 0-0-1

Analisa data
Nama : Tn. H

No. RM : 688XX

No Data Diagnosa Keperawatan


DS:

klien mengatakan pernah memukul tetangganya,


memukul kaca jendela dan memecahkan kaca mobil
dengan melempar batu.

DO:
Resiko tinggi perilaku
1.
Klien pernah mengalami aniaya fisik sebagai kekerasan
pelaku yaitu memukul orang lain, merusak kaca
jendela dan kaca mobil dengan cara dilempar dengan
batu

klien terlihat pandangan mata tajam, raut


wajah tegang, seperti ingin marah , cara berjalan
kaku, dan nada bicara ketus
DS:

klien mengatakan jika ada masalah klien lebih suka


memendamnya, dan klien mengatakan jika sedang
ada masalah klien memilih untuk memendamnya
sendiri, klien juga suka minum-minuman keras dan
merokok, serta melampiaskan kemarahan dengan
memukul orang lain.

DO:
2. Koping individu inefektif
jika ada masalah klien lebih suka
memendamnya.

Klien mempunyai riwayat minum-minuman


keras.

Klien pernah melakukan tindakan kriminal


dengan memukul orang lain dan memecahkan kaca
mobil
DS:

klien merasa malu, karena orang lain menjauhinya


3. karena dikira gila, dan orang- orang takut kepadanya. Harga diri rendah

DO:
No Data Diagnosa Keperawatan
klien sering tiduran

klien malu dikira masih gila

klien bicara apabila ditanya

klien jarang berbicara dengan temannya


DS:

Pasien mangatakan klien lebih senang duduk sendiri


daripada berbicara dengan orang lain karena merasa
dirinya sudah sembuh dan yang lainnya masih gila.
4. Isolasi social
DO:

klien sering tiduran

klien bicara apabila ditanya dan klien jarang


berbicara dengan temannya
DS:

klien mengatakan terkadang dibisiki suara orang


seperti menyuruh memukul orang dan melempar batu
kekaca mobil, klien mendengar bisikan itu pada saat
dia sedang sendiri, kurang lebih 1 hari 1-2 kali

DO: Perubahan persepsi sensori


5.
: Halusinasi dengar
Klien tiduran

Bicara sendiri

Jarang berinteraksi dengan orang lain.

klien sering marah-marah sendiri


DS:

Klien mengatakan tidak mengerti tentang perilaku


kekerasan dan cara mengontrolnya, untuk obat-obatan
klien hanya mengetahui warnanya, sedangkan nama
,dosis dan kegunaannya klien tidak mengetahui.
Kurang pengetahuan tenta
DO :

Saat ditanya klien terlihat bingung dan


tersenyum.

Klien tidak mengerti tentang perilaku


No Data Diagnosa Keperawatan
kekerasan

Klien tidak mengerti tentang kegunaan obat.


ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Tn.T
DENGAN GANGGUAN EKPRESI MARAH : PERILAKU KEKERASAN
DI BANGSAL PERKASA RSJD DR.RM SOEDJARWADI KLATEN

Disusun dan diajukan untuk memenuhi tugas individu


praktik klinik keperawatan kesehatan mental psikiatri

Pembimbing:
Ahmad Zakiudin, S.Kep

Disusun Oleh :

ISQIYATUL AMANAH
NIM : 011.014

AKADEMI KEPERAWATAN AL HIKMAH


BENDA SIRAMPOG BREBES
2013

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan praktek keperawatan klinik jiwa dengan judul Asuhan Keperawatan pada Tn T
dengan Gangguan Ekspresi Marah : Perilaku Kekerasan di Bangsal Perkasa RSJD Klaten,
telah disetujui dan disahkan pada :
Hari : Sabtu
Tanggal : 19 Januari 2013
Ruang : Perkasa

Mengetahui :

Pembimbing klinik Kepala Keperawatan

Purnomo, S.Kep Suwarno, S.Kep

Mengetahui :

Pembimbing Akademik
Ahmad Zakiuddin, SKM

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur atas kehadirat ALLAH SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelessaikan loporan
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn T DENGAN GANGGUAN EKSPRESI MARAH :
PERILAKU KEKERASAN DI BANGSAL PERKASA RSJD KLATEN.
Dalam penyusunan laporan ini penulis mendapat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak
baik moril, materil maupun spiritual, maka perkenankanlah penulis mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Direktur RSJD Soedjarwadi Klaten
2. KH.Sholahudin, selaku pengasuh Pondok Pesantren Al Hikmah
3. Bapak Purnomo, S.Kep selaku pembimbing Klinik yang telah memberikan bimbingan,
dukungan, dan motifasi kepada penulis sehingga makalah ini dapat terselesaikan
4. Bapak Ahmad Zakiuddin, SKM, selaku dosen pembimbing akademik
5. Orang tua yang selalu mendoakan
6. Rekan-rekan dan semua pihak-pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan
dalam penyusunan makalah ini
Dalam penyusunan laporan ini, penulis menyadari masih banyak kesalahan dan
kekurangannya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun demi laporan selanjutnya.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi mahasiswa
Akper Al Hikmah pada khususnya.

Klaten, 18 Januari 2013

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR iii
DASFTAR ISI iv
PENDAHULUAN
A. Latar belakang 1
B. Tujuan penulisan 1
C. Metode penulisan 1
TINJAUAN TEORITIS PERILAKU KEKERASAN
A. Definisi 2
B. Faktor predisposisi 3
C. Faktor prestipasi 3
D. Faktor perilaku 4
E. Mekanisme koping 4
F. Pohon masalah 4
G. Diagnosa keperawatan 5
LAPORAN PENDAHULUAN
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian 20
B. Alasan masuk 20
C. Faktor predisposisi 21
D. Faktor presipitasi 21
E. Pemeriksaan fisik 21
F. Psikososial 21
G. Status mental 22
H. Kebutuhan persiapan pulang 23
I. Mekanisme koping 24
J. Aspek medik 24
K. Pohon Masalah 24
L. Diagnosa 25
M. Analisa data 26
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Asuhan keperawatan pada gangguan jiwa sekarang merupakan suatu pelayanan yang harus
mendapatkan perhatian khusus dibidang kesehatan. Dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang semakin pesat akan mengakibatkan persaingan dibidang sosial dan
ekonomi, sehigga dalam kehidupan memungkinkan akan terjadi ketidakmampuan sehingga
akan menyebabkan prosentase penyakit jiwa meningkat.
Dalam kehidupan di masyarakat yang jelas sering terjadi masalah-masalah sehingga
masyarakat yang tidak kuat mental bisa mengalami ketegangan jasmani dan rohani, sehingga
dapat mengganggu kesehatan jiwa seseorang salah satunya adalah Gangguan ekspresi
marah : Perilaku kekerasan .

B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan umum
Mampu memberikan dan melaksanakan asuhan keperawatan kesehatan mental yang
komperetensif sesuai dengan teori dan kondisi di lapangan.
2. Tujuan Khusus
a. Dapat mengkaji status mental yang dialami oleh penderita gangguan jiwa khususnya
gangguan ekspresi marah : perilaku kekerasan.
b. Dapat merencanakan intervensi yang dilakukan.
c. Dapat melaksanakan implementasi dan mencegah masalah yang dialami penderita
gangguan jiwa.
d. Dapat mengevaluasi hasil ASKEP yang telah diberikan.

C. METODE PENULISAN
Dalam penulisan laporan ini penulis menggunakan metode sebagai berikut :
1. Study kasus yaitu buku-buku dan bacaan yang berhubungan dengan mata kuliah
keperawatan jiwa.
2. Study dokumentasi yaitu dokumentasi klien yang berada di bangsal Perkasa RSJD
DR.RM Soedjarwadi Klaten
3. Wawancara langsung dengan klien dan perawat ruangan.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
PERILAKU KEKERASAN
A. Definisi
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang individu mengalami perilaku-
perilaku yang dapat melukai fisik, baik terhadap diri sendiri atau orang lain. ( Towsed Mc,
1998. Hal 62 )
Perilaku kekrasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk
melukai diri sendiri, orang lain secara fisik maupun psikologis.
( Berkowlt, 1993 )
Berdasarkan definisi diatas maka perilaku kekerasan dapat dibagi menjadi dua yaitu perilaku
kekerasan secara verbal dan secar fisik. ( Kahner Ebl, 1995 )
B. Rentang Respon
Respon Adaptif Respon Mal Adaptif

Pernyataan Frustasi Pasif Agresif Ngamuk


a. Respon marah yang adaptif meliputi :
1. Pernyataan (Assertion)
Respon marah dimana individu mampu menyatakan atau mengungkapkan rasa marah, rasa
tidak setuju, tanpa menyalahkan atau menyakiti orang lain. Hal ini biasanya akan
memberikan kelegaan.
2. Frustasi
Respons yang terjadi akibat individu gagal dalam mencapai tujuan, kepuasan, atau rasa aman
yang tidak biasanya dalam keadaan tersebut individu tidak menemukan alternatif lain.
b. Respon marah yang maladaptif meliputi :
1. Pasif
Suatu keadaan dimana individu tidak dapat mampu untuk mengungkapkan perasaan yang
sedang di alami untuk menghindari suatu tuntutan nyata.
2. Agresif
Perilaku yang menyertai marah dan merupakan dorongan individu untuk menuntut suatu
yang dianggapnya benar dalam bentuk destruktif tapi masih terkontrol.
3. Amuk dan kekerasan
Perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai hilang kontrol, dimana individu dapat
merusak diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.

C. Faktor predisposisi
1. Faktor biologis
a. Teori Dorongan Naluri ( Instintural drive Theory )
Disebabkan oleh suatu dorongan kebutuhan dasar yang sangat lewat.
b. Teori Psikosomatik ( Psychomatic Theory )
Pengalaman rasa marah adalah sebagai akibat dari respon psikologis terhadap stimulus
eksternal, internal maupun lingkungan.
2. Faktor psikologis
a. Teori Agresi Frustasi ( Frustation Aggression theory )
Frustasi terjadi apabila keinginan individu untuk mencapai sesuatu gagal sehingga akan
mendorong perilaku agresif.
b. Teori Perilaku ( Behavorational Theory )
Kemarahan adalah respon belajar, hal ini dapat dicapai bila fasilitas atau suatu yang
mendukung.
3. Faktor sosial kultural
a. Teori lingkungan sosial ( Social Environment )
Lingkungan sosial akan mempengaruhi sikap individu untuk mengekspresikan marah.
b. Teori Belajar Sosial ( Soccial Learning Theory )
Perilaku agresif dapat dipelajari secara langsung imitasi dari proses sosialitas.

D. Faktor presipitasi
Stressor :
1. Stressor, dari luar ( serangan fisik, kehilangan, kematian )
2. Stressor dari dalam ( putus hubungan, kehilangan rasa cinta, menurunnya prestasi kerja,
rasa bersalah yang tidak dapat dikendalikan )
E. Tanda dan Gejala
1. Muka merah
2. Pandangan tajam
3. Otot tegang
4. Nada suara tinggi
5. Berdebat dan sering pula tampak klien memaksakan kehendak memukul jika tidak
senang
F. Faktor perilaku
1. Menyerang atau menghindar
2. Menyatakan dengan jelas
3. Memberontak ( Acting out )
4. Kekerasan, amuk ( Violence )

G. Mekanisme koping
Mekanisme koping yang sering digunakan Klien dengan gangguan ekspresi marah : perilaku
kekerasan adalah :
Persaingan dibidang pekerjaan atau sekolah
Olah raga dan permainan
Musik
Bacaan film dan drama
Kegiatan
Sublimasi, mengalihkan keinginan bawah sadar yang disadari kepada cita-cita yang lebih
luhur.

H. Pohon masalah
Akibat Resiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

Core problem Perilaku Kekerasan

Sebab Harga Diri Rendah

I. Diagnosa keperawatan
3. Resiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perilaku
kekerasan.
4. Perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah.

LAPORAN PENDAHULUAN
A. MASALAH UTAMA
Perilaku kekerasan

B. PROSES TERJADINYA MASALAH


a. Definisi
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seorang individu mengalami perilaku-
perilaku yang dapat melukai secara fisik, baik terhadap diri sendiri atau orang lain. (
Towsend. MC . 1998 hal 62 )
b. Tanda dan gejala
Sikap tampak kaku
Tegang dan menunjukan usaha untuk merusak diri
Agresif
Agitasi
Ketidakmampuan menggunakan perasaan
Mengamuk
Peningkatan aktivitas motorik
Mengepal tangan
Perilaku merusak
Perusakan yang diarahkan pada benda-benda di lingkungannya
c. Penyebab terjadinya masalah
Penyebab perilaku kekerasan adalah harga diri rendah. Harga diri rendah adalah evaluasi diri
dan perasaan terhadap diri sendiri atau kemampuan diri yang negatif yang secara langsung
atau tidak langsung diekspresikan. Tanda dan gejala dari harga diri rendah adalah kurang
kontak mata, menarik diri atau isolasi diri sendiri dan orang lain, hiper sensitif terhadap
kritik.
d. Akibat terjadinya masalah
Resaiko menciderai diri, orang lain dan lingkungan.
Mekanisme : Keadaan dimana individu mengalami perilaku yang dapat membahayakan
secara fisik baik pada diri sendiri dan orang lain.

C. POHON MASALAH

Resiko menciderai diri, orang lain dan lingkungan

Perilaku kekerasan

Harga diri rendah

D. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI


1. Resiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
DS :
o Klien mengatakan ingin memukul orang lain
o Klien mengatakan ingin membunuh
o Klien mengatakan benci semua orang
DO :
o Sikap tampak kaku dan tegang
o Agresif, agitasi
o Mengamuk
o Peningkatan aktivitas motorik
o Mengepalkan tinju
o Merusak benda disekitar
2. Perlaku kekerasan
DS :
o Klien mengatakan ingin memukul orang lain
o Klien mengatakan ingin membunuh
o Klien mengatakan benci semua orang
DO :
o Sikap tampak kaku dan tegang
o Agresif, agitasi
o Mengamuk
o Peningkatan aktivitas motorik
o Mengepalkan tinju
o Merusak benda disekitar
3. Harga diri rendah
DS :
o Klien mengatakan malu
o Klien mengatakan tidak mampu menghadapi berbagai peristiwa
o Klien mengatakan bahwa dirinya tidak berharga
DO :
o Kontak mata kurang
o Takut gagal
o Ketidak mampuan mengenali prestasi diri dan orang lain
o Menarik diri atau isolasi diri
o Hipersensitif terhadap kritikan

E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko menciderai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perilaku
kekerasan
2. Perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


Pertemuan I
A. Proses keperawatan
1. Kondisi Klien
Bingung sering marah, gelisah, bicara kacau, kadang sampai ngamuk
2. Diagnosa keperawatan
Resiko menciderai diri orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan
3. Tujuan khusus
1) Klien dapat membina hubungan saling percaya
2) Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
4. Rencana tindakan keperawatan
Beri salam atau panggil nama Klien
Sebutkan nama perawat sambil jabat tangan
Jelaskan maksud hubungan interaksi
Jelaskan tentang kontrak singkat tapi sering
Beri rasa aman dan sikap empati
Lakukan kontrak singkat tapi sering
Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya
Bantu Klien untuk mengungkapkan penyebab jengkel atau kesal

B. Strategi komunikasi pelaksanaan keperawatan


1. Orientasi
a. Salam terapeutik
Selamat pagi Bapak ? perkenalkan nama saya perawat Isqiyatul Amanah, saya biasa
dipanggil Isqi. Nama Bapak siapa ? senang, dipanggil apa ? baiklah. Disini saya yang akan
merawat Bapak selama saya berada di sini.
b. Evaluasi atau validasi data
Bagaimana perasaan Bapak hari ini ? apa ada masalah sampai Bapak begini ?

c. Kontrak
Topik : Bagaimana kalau sekarang kita bercakap-cakap tentang perasaan marah Bapak ?
Tempat : Bapa mau dimana kita bercakap-cakapnya ? bagaimana kalau di tempat itu ?
Waktu : Mau berapa lama kita bercakap-cakap ? bagaimana kalau 10 menit saja.

2. Fase kerja
Coba Bapak ceritakan lagi tentang perasaan marah yang Bapak alami ?
Saat ini apakah Bapak juga lagi merasa jengkel ?
Penyebabnya ada Bapak ?
Apa yang membuat Bapak selalu ingin memukul orang ?
Apa penyebabnya ?
Apa sebelumnya Bapak suka memukul orang ?
Apa penyebabnya ?

3. Terminasi
a. Evaluasi
Subyektif : Bagaimana perasaan Bapak setelah kita bercakap-cakap tentang perasaan
marah yang Bapak alami ?
Obyektif : Coba sekarang Bapak sebutkan apa saja yang menyebabkan Bapak marah ?
bagus
b. Rencana tindak lanjut
Baiklah Bapak waktu kita sudah habis nanti Bapak cerita penyebab marah yang belum Bapak
ceritakan pada saya. Ya Pak.
c. Kontrak
Topik : Nah Bapak nanti kita akan berbicara tentang apa saja tanda-tanda perilaku
kekerasan dan cara marah yang biasa Bapak lakukan.
Tempat : Mau bicara dimana Bapak ? baiklah.
Waktu : Lalu kira-kira jam berapa kita bisa bertemu ? baiklah, sampai nanti Bapak
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
Pertemuan II

A. Proses keperawatan
1. Kondisi Klien
Klien dapat menyebutkan penyebab marah
2. Diagnosa keperawatan
Resiko menciderai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan
3. Tujuan khusus
3) Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
4) Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
5) Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan
4. Rencana tindakan keperawatan
Anjurkan Klien mengungkapkan yang dialami saat marah atau jengkel
Observasi tanda perilaku kekerasan pada sikap
Simpulkan bersama Klien tanda-tanda jengkel atau kesal yang dialami Klien
Anjurkan Klien untuk mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
Bantu Klien bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
Bicarakan dengan Klien apakah dengan cara yang Klien lakukan masalahnya selesai ?
4.1 Bicarakan akibat atau kerugian dari cara yang dilakukan Klien
4.2 Bersama Klien menyimpulkan akibat cara yang digunakan oleh Klien

B. Strategi komunikasi pelaksanaan keperawatan


1. Orientasi
a. Salam terapeutik
Selamat siang Pak ? masih ingat dengan saya ?
b. Evaluasi atau validasi data
Bagaimana perasaan Bapak saat ini ? Bapak masih ingat dengan apa yang kita bicarakan
kemarin ? bagus. Kemaren kita sudah berbicara tentang penyebab marah bapak
b. Kontrak
Topik : Apa Bapak masih ingat kita akan membicarakan apa ?siang ini kita akan
mempelajari tentang tanda-tanda perilaku kekerasan dan cara marah yang biasa Bapak
lakukan serta akibatnya.
Tempat : Dimana kita akan bercakap-cakap Pak ?
Waktu : Mau berapa lama Pak ?
2. Fase kerja
Apa Bapak sudah tahu tanda-tanda perilaku kekerasan ?
Baiklah, saya akan jelaskan terlebih dahulu, tanda-tanda kekerasan adalah .
Sudah jelas Pak ? bagus
Lalu apa hari ini ada yang membuat Bapak marah ?
Terus apa yang Bapak lakukan ?
Bapak coba praktikkan cara marah pada saya. Anggap saja saya orang yang membuat
Bapak marah, wah bagus sekali.
Apakah dengan cara seperti itu ( memukul ) Bapak bisa selesai ?
Lalu apa Bapak tahu akibat dari perilaku yang Bapak lakukan ?
Betul tangan jadi sakit, merugikan orang lain, masalah tidak selesai dan akhirnya Bapak
dibawa ke rumah sakit.
Bagaimana Bapak belajar cara mengungkapkan marah yang benar dan sehat.
Kalau begitu, besok kita belajar cara mengungkapkan marah yang benar dan sehat.

3. Terminasi
a. Evaluasi
Subyektif : Bagaimana perasaan Bapak setelah kita bercakap-cakap tentang tanda-tanda
perilaku kekerasan, cara marah yang biasa Bapak lakukan dan akibat dari tindakan Bapak
tersebut.
Obyektif : Nah Bapak, sekarang coba apa saja tanda-tanda dari perilaku kekerasan ? bagus.
Lalu cara apa saja yang biasa Bapak lakukan saat marah ? apa itu merupakan tindakan yang
bagus ? lalu apa akibatnya jika Bapak marah sampai memukul ?
b. Rencana tindak lanjut
Baiklah, Bapak sudah banyak yang kita bicarakan, nanti coba diingat-ingat lagi tanda-tanda
perilaku kekerasan. Cara yang biasa Bapak lakukan dan akibat yang timbul dari tindakan
yang biasa Bapak lakukan Ya Bapak? bagus.
c. kontrak
Topik : Apa Bapak masih ingat kita akan membicarakan apa ?siang ini kita akan
mempelajari tentang tanda-tanda perilaku kekerasan dan cara marah yang biasa Bapak
lakukan serta akibatnya.
Tempat : Dimana kita akan bercakap-cakap Pak ?
Waktu : Mau berapa lama Bapak ? bagaimana kalau 10 menit.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
Pertemuan III
A. Proses keperawatan
1. Kondisi Klien
Klien dapat menyebutkan tanda dan gejala marah, cara marah yang biasa dilakukan serta
akibat yang terjadi.
2. Diagnosa keperawatan
Resiko menciderai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan
3. Tujuan khusus
1) Klien dapat mengidentifikasi cara kontruktif dalam merespon terhadap kemarahan
2) Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan
4. Rencana tindakan keperawatan
4.1 Tanyakan pada Klien apa ia ingin mempelajari cara baru yang sehat.
4.2 Beri pujian jika Klien mengetahui cara lain yang sehat.
4.3 Diskusikan dengan Klien cara lain yang sehat.
a. Secara fisik
Tarik nafas dalam jika sedang kesal / memukul bantal, kasur atau olah raga atau pekerjaan
yang memerlukan tenaga
b. Secara verbal
Katakan anda sedang kesal / tersinggung / jengkel ( saya kesal anda berkata seperti itu, saya
marah karena mama tidak memenuhi keinginan saya )
c. Secara sosial
Lakukan dalam kelompok cara cara marah yang sehat, latihan asertif. Latihan manajemen
perilaku kekerasan.
d. Secara spiritual
Anjurkan Klien sembahyang, berdoa / ibadah lain, meminta pada Tuhan untuk diberi
kesabaran, mengadu kepada Tuhan kekerasaan / kejengkelan.
5.1 Bantu Klien memilih cara yang paling tepat untuk Klien
5.2 Bantu Klien mengidentivikasi manfaat cara yang dipilih
5.3 Bantu Klien untuk menstimulasi cara tersebut ( Role play )
5.4 Beri reinforcement positif atau keberhasilan klien menstimulasi cara tersebut
5.5 Anjurkan klien untuk menggunakan cara yang telah dipelajari saat jengkel / marah

B. Strategi komunikasi pelaksanaan keperawatan


1. Orientasi
a. Salam terapeutik
Selamat pagi Bapak? Masih ingat dengan saya ? bagus.
b. Evaluasi atau validasi data
Bagaimana perasaan Bapak pagi ini ? apakah ada yang membuat Bapak marah kemarin ?
bagaimana dengan perasaan cara marah dan akibat marahnya Bapak masih ada tambahan ?
bagus.
c. Kontrak
Topik : Bapak masih ingat apa yang kita latih sekarang ? betul, hari ini kita akan latihan
cara marah yang sehat.
Tempat : mau kemana kita bercakap-cakap pak? betul, disini saja seperti kemarin ?
Waktu : Mau berapa lama Bapak ? 15 menit saja ya ?
2. Fase kerja
Begini Bapak ada 4 cara marah yang sehat, hari ini kita pelajari ya Pak ?
Cara yang pertama latihan nafas dalam, kedua dengan mengatakan bahwa anda sedang
kesal, yang ketiga dengan memukul bantal / kasur atau olahraga misalnya jogging, lari, push
up, yang keempat berdoa.
Diantara 4 cara tadi Bapak mau memilih cara yang mana ?
Baiklah kita latihan nafas dalam, caranya seperti ini. Kita bisa berdiri atau duduk tegak.
Lalu tarik nafas dan hidung dan keluarkan dari mulut.
Coba ikuti suster, tarik nafas dalam dari hidung, ya. Bagus tahan sebentar -/+ 10 detik lalu
keluarkan dari mulut, oke ulang sampai 6 kali.
Jadi kalau Bapak lagi kesal dan perasaan sudah mulai tidak enak segera nafas dalam agar
marah yang lama tidak terjadi.
3. Terminasi
a. Evaluasi
Subyektif : Bagaimana perasaan Bapak setelah latihan tadi ? ada perasaan lega ?
Obyektif : sekarang coba Bapak ulangi apa yang sudah kita pelajari tadi ! bagus.
b. Rencana tindak lanjut
Nah berapa kali Bapak mau latihan cara marah yang sehat yang perawat ajarkan tadi ?
bagaimana kalau 3 kali ? mau kapan saja ? juga lakukan kalau ada yang membuat Bapak
marah atau kesal.
c. kontrak
Topik : Benarkah besok saya akan coba bertemu keluarga Bapak
Tempat : Mau dimana ? disini lagi.
Waktu : Dimulai jam berapa ? berapa lama ? baiklah sampai besok ya Bapak ?

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


Pertemuan IV

A. Proses Keperawatan.
1. Kondisi klien.
Klien dapat menyebutkan tanda dan gejala marah, cara marah yang biasa dilakukan serta
akibat yang terjadi.
2. Diagnosa keperawatan.
Resiko menciderai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan.
3. Tujuan khusus.
Klien dapat menggunakan obat-obatan yang diminum dan kegunaannya (jenis, dosis dan
efek).
4. Rencana tindakan keperawatan.
4.1 Jelaskan jenis-jenis obat yang diminum klien pada klien.
4.2 Diskusikan manfaat minum obat dan kerugian minum obat tanpa seizin dokter.
4.3 Jelaskan prinsip benar minum obat (baca nama yang tertera pada botol ? obat, dosis obat,
waktu dan cara minum).
4.4 Ajarkan Klien minta obat dan minum tepat waktu.
4.5 Anjurkan klien melaporkan pada perawatan / dokter jika merasakan efek yang tidak
menyenengkan.
4.6 Beri pujian jika Klien minum obat dengan benar.

B. Strategi komunikasi pelaksanaan keperawatan.


1. Orientasi.
a. Salam terapeutik.
Selamat pagi Bapak ? masih ingat dengan saya. bagus.
b. Evaluasi / validasi.
Bagaimana perasaan Bapak hari ini ? bagus.
c. Kontrak.
Topik : Bapak ingat apa yang akan kita bicarakan sekarang ?
Sekarang suster akan menjelaskan pada Bapak obat-obatan yang diminum Bapak disini.
Tempat : Bapak ingin kita bicara dimana ? disini saja
Waktu : berapa lama kita akan mengobrol ? bagaimana kalau 10 menit
2. Kerja.
Ini lho Pak obat-obatan yang diminum oleh Bapak yang merah orange ini namanya CPZ,
yang putih kecil ini Haloperidol. Dua obat ini bergabung untuk mengendalikan emosi Bapak
marah, obat ini diminum 3 x sehari.
Masing-masing 1 tablet, jangan lebih jangan kurang. Dengan minum obat ini mungkin Bapak
akan mengalami perasaan ngantuk, lemas, pengin tidur terus, bibir jadi kering, itu semua
adalah efek samping obat ini, jangan panik perawat akan selalu memonitor tekanan darah
Bapak merasa kaku. Kaku otot / tremor, mata melihat keatas, sulit menggerakan anggota
badan, banyak keluar air ludah, tolong Bapak hubungi perawat untuk mendapatkan obat
penangkalnya. Kalau dokter datang ceritakan yang Bapak rasakan saat menggunakan obat-
obatan ini. Obat ini harus diminum terus, mungkin berbulan-bulan atau bertahun-tahun,
jangan khawatir obat ini jika diminum sesuai peraturan. Jangan berhenti minum obat
walaupun Bapak sudah sehat dan Bapak harus selalu konsultasi dengan kami. Kalau Bapak
berhenti minum obat gejala-gejala seperti yang Bapak alami sekarang akan muncul lagi,
sudah jelas Bapak ?
Bapak ada lima hal yang harus diingat saat Bapak minum obat, benar bahwa obat ini untuk
Bapak, benar caranya, benar waktu dan benar frekuensinya, ingat ya Pak, bagus.
3. Terminasi
a. Evaluasi.
Subjektif : Bagaimana Bapak sekarang sudah paham tentang obat. Obat yang diminum
Bapak selama ini ? bagus
Obyektif : coba sekarang Bapak sebutkan jenis obat yang diminum Bapak bagus ! sekarang
lima benar kalau kita minum obat apa saja Pak ? ya bagus sekali.
b. Rencana tindakan lanjut.
Karena Bapak sudah paham tentang obat-obatan yang Bapak minum. Bapak dapat langsung
minta obat jika waktu pemberian obat sudah tiba.
c. Kontrak yang akan datang.
Berhubung disini perawat isqi cuma 2 minggu, jika nanti Bapak mengalami kesulitan Bapak
bisa menghubungi suster atau perawat yang ada disini.
Mari Bapak saya perkenalkan dengan suster atau perawat yang ada disini.

BAB III
TINJAUAN KASUS

Tanggal Pengkajian : 14 Januari 2013


Tanggal Masuk : 20 Desember 2012
Ruang : Perkasa

I. PENGKAJIAN
A. Identitas Klien
Nama : Tn. T
Umur : 29 Tahun
Alamat : Jenggotan Pranggon Andong Boyolali
Status Perkawinan : Belum Menikah
Agama : Islam
Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia
Pendidikan : MI
Pekerjaan : Pedagang
No. CM : 03 74 38
B. Penganggung Jawab
Nama : Tn. J
Hubungan dengan Klien : Ayah Kandung
Alamat : Jenggotan Pranggon Andong Boyolali
II. KELUHAN UTAMA
Klien mengatakan sering marah karena tidak bisa hidup seperti orang lain yang normal,
terkadang mengamuk, mengancam hingga memukul orang.
III. ALASAN MASUK
2 hari sebelum masuk rumah sakit klien bingung, labil, marah marah, mengamuk
mengancam, gelisah, sulit tidur, hyperaktif, bicara kacau dan bicara sendiri, sulit
dikendalikan, memukul orang lain.

IV. FAKTOR PREDISPOSISI


A. Klien mengalami gangguan jiwa 15 tahun yang lalu, pernah rawat inap di Rumah Sakit
Jiwa Solo > 20 x.
B. Kontrol tidak rutin, putus obat 6 bulan, pengobatan kurang berhasil.
C. Klien mengatakan bahwa didalam keluarganya tidak ada anggota keluarga yang
mengalami gangguan jiwa.
D. Klien mempunyai pengalaman masa lalu yang menakutkan yaitu pernah di kroyok oleh
teman temannya dan kepalanya berdarah.
V. PEMERIKSAAN FISIK
A. Tanda tanda vital :
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Suhu : 36,2 0C
Pernafasan : 26 x/menit
B. Ukuran :
Tinggai badan : 172 cm
Berat badan : 64 Kg
C. Kondisi Fisik :
Klien tidak mengeluh sakit apa apa, jika ada bagian tubuh yang terasa sakit langsung minta
obat, tidak ada kelainan fisik.
VI. PSIKOSOSIAL
A. Genogram

Ket : : Laki laki


: Perempuan
: Klien
: Meninggal
: Tinggal serumah
B. Konsep Diri
Citra tubuh : Klien mengatakan bagian tubuh yang paling disukai adalah kaki, karena
kuat.
Identitas : Klien mengatakan anak ke 2 dari 7 bersaudara.
Peran : Klien mengatakan dirumah atau di dalam keluarga sebagai anak.
Ideal diri : Klien mengatakan ingin cepat sembuh dan pulang, klien merasa bosan
keluar masuk rumah sakit jiwa.
Harga diri : Klien mengatakan orang yang paling dekat dengan klien adalah ibu dan
ayahnya, klien mengatakan malu karena belum menikah dan sepertinya tidak ada harapan
untuk menikah.
Masalah Keperawatan : Harga diri rendah.
C. Hubungan Sosial
Orang yang terdekat dengan klien adalah ayah dan ibu.
Peran serta dalam masyarakat / kelompok : Klien sebelum sakit sering mengikuti ronda di
desanya.
Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : selama klien sering keluar masuk
rumah sakit jiwa temannya berkurang karena lebih suka berdiam diri di rumah.
Masalah Keperawatan : Harga diri rendah.
D. Spiritual
Klien mengatakan jarang sholat / tidak genap 5x sehari, sehabis sholat klien berdoa agar
diberikan kesembuhan.
VII. STATUS MENTAL
A. Penampilan : Penampilan klien kurang rapi, rambut jarang disisir, berpakaian klien
rapi, klien menggunakan baju yang disediakan rumah sakit.
B. Pembicaraan : Klien bicara cepat, dapat dipahami.
C. Aktivitas Motorik : Klien beraktifitas sesuai, klien kooperatif.
D. Alam Perasaan : Klien mengatakan sedih dengan keadaannya dan terkadang marah
jika merenungi keadaan.
E. Afek : Klien labil dan mudah marah.
Masalah Keperawatan : Resiko perilaku kekerasan
F. Ingteraksi Selama Wawawncara : Klien aktif, selalu menjawab jika ditanya.
G. Persepsi : Halusinasi saat pengkajian tidak ditemukan.
H. Pola Pikir : Tidak ada waham, obsesi, delusi, dll.
I. Tingkat Kesadaran : Klien sadar hari, tanggal dan waktu saat pengkajian, hari senin
tanggal 14 Januari 2013 jam 14.30 WIB.
J. Memori : Daya ingat jangka panjang klien masih ingat masa lalunya.
K. Tingak Konsentrasi dan Berhitung : Klien sekolah sampai 6 MI, berhitung klien lancar,
contoh 25 + 25 = 50.
L. Kemampuan Penilaian : Klien dapat menilai antara menolong orang atau melanjutkan
perjalanan, klien memilih menolong orang.
M. Daya Tilik Diri : Klien tahu dan sadar bahwa dirinya di rumah sakit jiwa sedang
sakit jiwa.
VIII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG
A. Makan
Klien makan 3x sehari, pagi, siang, sore, minum 6 gelas / hari, mandiri.
B. BAB / BAK
Klien BAB 1x sehari, BAK 5x sehari, mandiri.
C. Mandi
Klien mandi 2x sehari, pagi, dan sore, gosok gigi setiap kali mandi, mandiri.
D. Berpakaian / Berhias
Klien mengatakan baju dengan benar, mampu memakai sendiri.
E. Istirahat dan Tidur
Klien lebih banyak tiduran, tidur siang jarang, tidur malam jam 19.00 04.30 WIB.
F. Penggunaan Obat
Klien minum obat 3x sehari, setelah makan, heloperidol 25 mg, trihexiperidine 22 mg,
resperidone 22 mg.
G. Pemeliharaan Kesehatan
Klien baru di rawat di Rumah Sakit Jiwa Klaten, sebelumnya di rawat di Rumah Sakit Jiwa
Surakarta.
H. Kegiatan di Dalam Rumah
Klien di rumah membantu orang tua mengerjakan pekerjaan rumah.
IX. MEKANISME KOPING
A. Klien mampu berbicara dengan orang lain, terlihat malu.
B. Klien mampu menjelaskan masalah ringan, misalnya kebersihan diri klien dengan
sendiri.
C. Klien mampu jika ada masalah tidak menceritakan kepada orang lain, lebih suka diam.
Masalah Keperawatan : Koping Individu Tidak Efektif.
X. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN
A. Masalah dengan dukungan kelompok (-)
B. Masalah berhubungan dengan lingkungan : klien menarik diri dari lingkungan.
C. Masalah dengan kesehatan (-)
D. Masalah dengan perumahan : klien tinggal dengan ibu dan ayahnya.
E. Masalah dengan ekonomi : kebutuhan klien di penuhi oleh ayahnya.
XI. ASPEK MEDIK
A. Inj. Lodomer 1 amp IM extra
B. Haloperidol 25 mg
C. Trihexiperidine 22 mg
D. Resperidone 22 mg
XII. MASALAH KEPERAWATAN
A. Perilaku Kekerasan
B. Harga Diri Rendah
C. Menarik Diri
D. Koping Individu Tidak Efektif
XIII. POHON MASALAH

Resiko Mencederai Diri Sendiri, Orang Lain dan Lingkungan

Perilaku Kekerasan

Harga Diri Rendah

Koping Individu Tidak Efektif

XIV. DIAGNOSA KEPERAWATAN


A. Perilaku Kekerasan berhubungan dengan Harga Diri Rendah.
B. Resiko Menciderai Diri Sendiri, Orang Lain dan Lingkungan berhubungan dengan
Perilaku Kekerasan.

XV. ANALISA DATA


No Data Etiologi Problem
1. Ds :
Klien malu dengan teman.
Klien mengatakan belum menikah dan sepertinya tidak ada harapan untuk menikah.
Klien mengatakan tidak punya teman semenjak sakit.
Do :
Klien tampak malu saat berbicara. Koping Individu Tidak Efektif Harga Diri Rendah
2. Ds :
Klien Mengatakan marah jika memikirkan keadaannya.
Do :
Klien tampak marah, nada bicara tinggi. Harga Diri Rendah Perilaku Kekerasan
3. Ds :
Klien mengatakan mengamuk jika sudah terlalu kesal dan jengkel memikirkan keadaan.
Do : Perilaku Kekerasan Resiko Mencederai Diri Sendiri, Orang Lain dan Lingkungan.

XVI. RENCANA KEPERAWATAN

Tgl. Dx. Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi


16-01-13 Perilaku Kekerasan berhubungan dengan Harga Diri Rendah TUM :
Klien tidak melakukan perilaku kekerasan.
TUK :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya. Klien mau membalas salam.
Klien mau menjabat tangan.
Klien mau menyebutkan nama.
Klien mau tersenyum.
Klien mau kontak mata.
Klien mau mengetahui nama perawat. Beri salam/panggil nama
Sebutkan nama perawat
Jelaskan maksud hubungan interaksi
Jelaskan akan kontrak yang akan dibuat
Beri rasa aman dan sikap empati
Lakukan kontak singkat tapi sering
2. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan. Klien dapat
mengungkapkan perasaannya.
Klien dapat mengungkapkan penyebab perasaan jengkel/kesal (dari diri sendiri,
lingkungan atau orang lain). Berikan kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaan
Bantu klien untuk mengungkapkan penyebab perasaan jengkel/kesal
3. Klien dapat mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan. Klien dapat
mengungkapkan perasaan saat marah/jengkel.
Klien dapat menyimpulkan tanda dan gejala perilaku kekerasan. Anjurkan klien
mengungkapkan apa yang dialami dan dirasakan saat masih jengkel
Observasi tanda dan gejala perilaku kekerasan pada klien
Simpulkan bersama klien tanda dan gejala jengkel/kesal yang akan dialami
4. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan. Klien dapat
mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
Klien dapat bermain peran sesuai perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
Klien dapat mengetahui cara yang biasa dilakukan untuk menyelesaikan masalah.
Anjurkan klien untuk mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan klien
(verbal, pada orang lain, pada lingkungan dan diri sendiri)
Bantu klien bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan oleh
klien
Bicarakan dengan klien apakah dengan cara yang klien lakukan masalahnya selesai
5. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan. Klien dapat menyelesaikan
akibat dari cara yang digunakan klien :
Akibat pada klien sendiri
Akibat pada orang lain
Akibat pada lingkungan Bicarakan akibat/ kerugian dari cara yang dilakukan klien
Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang dilakukan oleh klien
Tanyakan kepada klien apakah ia ingin mempelajari cara baru yang sehat?

XVII. TINDAKAN DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Tgl Dx. Kep. SP Implementasi Evaluasi


16-01-13 1 SP 1 Membina hubungan saling percaya dengan menerapkan prinsip
komunikasi terapeutik :
Menyapa klien dengan ramah secara verbal dan non verbal
Memperkenalkan diri dengan sopan
Menanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien
Menjelaskan tujuan pertemuan
Menunjukkan sikap empati dan penuh perhatian pada klien
Mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
Mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan
Mengidentifikasikan perilaku kekerasan yang dilakukan
Mengidentifikasikan akibat perilaku kekerasan
Menyebutkan cara mengontrol perilaku kekerasan ( latihan nafas dalam)
Menganjurkan klien memasukkan dalam kegiatan S :
Klien mau menjawab salam dan mengatakan selamat pagi, dan nama lengkap, senang di
panggil T
Klien mengatakan marah jika terlalu memikirkan keadaannya
Klien mengatakan mengamuk jika sedang marah
O:
Klien mau berjabat tangan
Klien menjawab pertanyaan dengan terarah
Klien tenang dan ada kontak mata
A : SP 1 tercapai
Pp : Lanjutkan SP 2
Pk : Anjurkan klien untuk berlatih tarik nafasdalam
SP 2 Melatih klien mengontrol perilaku kekerasan dan penenangan dengan cara sholat
dan berdoa
Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan S :Klien mengatakan
sholatnya masih jarang tidak genap 5 waktu dan berdoa setiap setelah sholat
O:
A : SP 2 tidak tercapai
Pp : Lanjutkan SP 1 keluarga
Pk : Anjurkan klien untuk sholat 5 waktu dan berdoa
SP 3 Melatih klien minum obat dengan teratur
Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian S :Klien mengatakan
minum obat secara teratur setelah makan (pagi, siang, sore)
O :Klien mau minum obat tanpa paksaan perawat
A :SP 3 tercapai
Pp : Lanjutkan SP 1 keluarga
Pk : Anjurkan klien minum obat secara teratur

BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Pada kasus perilaku kekerasan yang dialami pada Tn. T tindakan yang dilakukan sesuai
dengan konsep teori adalah membina hubungan saling percaya, membantu klien
mengungkapkan penyebab perasaan jengkel atau marah, membantu klien mengidentifikasi
tanda-tanda perilaku kekerasan, membantu mengungkapkan akibat atau kerugian dari cara
yang digunakan klien, membantu klien mengidentifikasi cara yang konstruktif dalam
berespon terhadap kemarahannya dan mengajarkan cara untuk menyalurkan energy marah
yang sehat agar tidak menciderai diri sendiri, oarng lain dan lingkungan.
(Budi Anna Keliat , S.Kp 1998)

Saran
Untuk pasien :
Usulan penulis pada klien dengan ekspresi marah untuk mengatasi masalah yang dihadapi.
1. Hindarkan hal-hal yang bisa menyebabkan marah yaitu mengungkit masalah tentang
keinginan yang tidak terpenuhi, menjauhi hal-hal yang menyebabkan klien jengkel.
2. Ekspresikan marah dengan menggunakan kata-kata yang dapat dimengerti dan diterima
tanpa menyakiti orang lain
3. Anjurkan klien untuk mengikuti kegiatan atau aktivitas sehari-hari baik didalam ruangan
maupun diluar ruangan.
4. Anjurkan klien minum obat secara teratursesuai dengan ketentuan dokter.
5. Anjurkan klien kontrol dengan teratur setelah pulang dari rumah sakit

Untuk perawat :
1. Perawat perlu mengeksplorasikan perasaan marah dengan : mengkaji pengalaman marah
masa lalu dan bermain peran dalam mengungkapkan marah.
2. Perawat perlu mengembangkan tingkah laku asertif bagi klien yaitu menganjurkan pada
klien untuk mengungkapkan perasaannya secara berkelompok misal dengan keluarga untuk
dapat pemecehan masalahya.
3. Perawat perlu mengembangkan dan menyalurkan nergi kemarahannya dengan cara yang
konstruktif.
4. Melakukan aktivitas fisik seperti olahraga, lari pagi, angkat berat dan aktivitas lain yang
membantu relaksasi otot seperti olahraga.
5. Mengikutsertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok.

Untuk di Rumah Sakit :


1. Dapat memperthankan keperawatan yang komprehensif yang telah dilakukan selama ini.
2. Pertahankan kerjasama dalam keperawatan kepada pasien, dapat meningkatkan mutu
pelayanan asuhan keperawatan disetiap sub keperawatan.

Untuk mahasiswa :
1. Tingkatkan semangat individu dan kerjasama kelompok, mengelola kasus kelompok agar
dapat memberikan asuhan keperawatan secara profesional.
2. Mempersiapkan diri baik fisik maupun materi sebelum praktek khususnya dalam bidang
keperawatan jiwa.

DAFTAR PUSTAKA

Budi Anna Kelliat, 2005, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Jakarta. EGC
Keliat, B.A. (1999). Asuhan Klien Gangguan Hubungan Sosial, Menarik diri. Jakarta
: FKUI

Keliat, B.A. (1999). Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta :EGC

Stuart GW, Sunden . 1998 . Buku Saku Keperawatan Jiwa . Jakarta EGC

Maramis, WF.1998, Proses keperawatan Kesehatan jiwa, (Terjemahan ).Penerbit Buku


Kedokteran,EGC, Jakarta

Das könnte Ihnen auch gefallen