Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
2009 (2)
o September (1)
antibiotik
o Januari (1)
antibiotik
Diposkan oleh zainudin di 20.47
Kemampuan suatu terapi antimikrobial sangat bergantung kepada obat, pejamu, dan agen
penginfeksi. Namun dalam keadaan klinik hal ini sangat sulit untuk diprediksi mengingat
kompleksnya interaksi yang terjadi di antara ketiganya. Namun pemilihan obat yang sesuai
dengan dosis yang sepadan sangat berperan dalam menentukan keberhasilan terapi dan
menghindari timbulnya resistansi agen penginfeksi.
Antibiotik adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik, yang mempunyai efek
menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam organisme, khususnya dalam
proses infeksi oleh bakteri. Literatur lain mendefinisikan antibiotik sebagai substansi yang
bahkan di dalam konsentrasi rendah dapat menghambat pertumbuhan dan reproduksi bakteri
dan fungi. Berdasarkan sifatnya (daya hancurnya) antibiotik dibagi menjadi dua:
1. Antibiotik yang bersifat bakterisidal, yaitu antibiotik yang bersifat destruktif terhadap
bakteri.
2. Antibiotik yang bersifat bakteriostatik, yaitu antibiotik yang bekerja menghambat
pertumbuhan atau multiplikasi bakteri.
Cara yang ditempuh oleh antibiotik dalam menekan bakteri dapat bermacam-macam, namun
dengan tujuan yang sama yaitu untuk menghambat perkembangan bakteri. Oleh karena itu
mekanisme kerja antibiotik dalam menghambat proses biokimia di dalam organisme dapat
dijadikan dasar untuk mengklasifikasikan antibiotik sebagai berikut:
1. Antibiotik yang menghambat sintesis dinding sel bakteri. Yang termasuk ke dalam
golongan ini adalah Beta-laktam, Penicillin, Polypeptida, Cephalosporin, Ampicillin,
Oxasilin.
a) Beta-laktam menghambat pertumbuhan bakteri dengan cara berikatan pada enzim DD-
transpeptidase yang memperantarai dinding peptidoglikan bakteri, sehingga dengan demikian
akan melemahkan dinding sel bakteri Hal ini mengakibatkan sitolisis karena
ketidakseimbangan tekanan osmotis, serta pengaktifan hidrolase dan autolysins yang
mencerna dinding peptidoglikan yang sudah terbentuk sebelumnya. Namun Beta-laktam (dan
Penicillin) hanya efektif terhadap bakteri gram positif, sebab keberadaan membran terluar
(outer membran) yang terdapat pada bakteri gram negatif membuatnya tak mampu
menembus dinding peptidoglikan.
b) Penicillin meliputi natural Penicillin, Penicillin G dan Penicillin V, merupakan antibiotik
bakterisidal yang menghambat sintesis dinding sel dan digunakan untuk penyakit-penyakit
seperti sifilis, listeria, atau alergi bakteri gram positif/Staphilococcus/Streptococcus. Namun
karena Penicillin merupakan jenis antibiotik pertama sehingga paling lama digunakan telah
membawa dampak resistansi bakteri terhadap antibiotik ini. Namun demikian Penicillin tetap
digunakan selain karena harganya yang murah juga produksinya yang mudah.
Mekanisme kerja penisilin
Dinding sel kuman terdiri dari suatu jaringan peptidoglikan, yaitu polimer dari senyawa
amino dan gula, yang saling terikat satu dengan yang lain (crosslinked) dan dengan demikian
memberikan kekuatan mekanis pada dinding. Penicillin dan sefalosporin menghindarkan
sintesa lengkap dari polimer ini yang spesifik bagi kuman dan disebut murein. Bila sel
tumbuh dan plasmanya bertambah atau menyerap air dengan jalan osmosis, maka dinding sel
yang tak sempurna itu akan pecah dan bakteri musnah .
Penicillin bersifat bakterisid dan bekerja dengan cara menghambat sintesis dinding sel. Obat
ini berdifusi dengan baik di jaringan dan cairan tubuh, tapi penetrasi ke dalam cairan otak
kurang baik kecuali jika selaput otak mengalami infeksi. Obat ini diekskresi ke urin dalam
kadar terapeutik. Probenesid menghambat ekskresi penicillin oleh tubulus ginjal sehingga
kadar dalam darah lebih tinggi dan masa kerjanya lebih panjang.
Penicillin berpengaruh terhadap sel yang sedang tumbuh dan hanya berpengaruh kurang
berarti terhadap kuman yang sedang tidak aktif tumbuh (dorman). Penicillin tidak
mempengaruhi sel-sel jaringan mamalia, karena sel mamalia tidak memiliki dinding masif
seperti halnya pada kuman.
Absorbsi penisilin
Peroral
Penicilin-G dan garam-garamnya di dalam lambung mamalia berlambung tunggal mengalami
inaktifasi oleh asam lambung sampai 70%. Pada individu tua yang produksi asam lambung
sangat menurun atau bahkan achlorhidri, pemberian penicillin dapat memberikan hasil yang
lebih baik dalam proses absorbsinya di duodenum. Pemberian phenoxy-methil dan phenoxy
aethyl penicillin (penicillin V) absorbsinya juga baik, karena tidak dirusak oleh asam
lambung hewan kesayangan, kadar penicillin dalam plasma meningkat dengan cepat..
Intramusculer
Garam-garam Na dan K-penicillin diserap cukup cepat, dengan puncak kadar penicillin di
dalam plasma segera dicapai, begitu pula ekskresinya lewat ginjal. Dengan dosis baku efek
baktersidal berlangsung selama 4 jam. Kadar minimal di dalam plasma adalah 2,5 ppm dan
untuk mencapainya dosis penicillin-G diberikan antara 10.000-40.000 IU/kg (kuda). Untuk
memperlambat absorsi nya dapat dilakukan dengan jalan antara lain :
1. Penicillin dijadikan garam dengan procain hingga terjadi garam procain-penicillin yang
berupa suspensi dalam air. Partikel yang tidak larut akan memperlambat penyerapan sampai
18-24 jam setelah disuntikan.
2. Garam procain-penicillin-G diemulsikan di dalam minyak nabati atau 2% aluminium
monostearat. Penyerapan penicillin dengan emulsi ini berlangsung selama 36-72 jam.
Biasanya suntikan intramuskuler menyebabkan radang lokal (myositis)
3. Penicillin dijadikan garam benzathine-penicilin-G. Efek terapi yang diperoleh dapat
diperpanjang sampai 7-14 hari pasca penyuntikan.
Intravena
Penyuntikan secara intravena menghasilkan kadar tinggi di dalam plasma, yang segera diikuti
eliminasi yang cepat pula selama 4-6 jam. Penyuntikan ini harus dilakukan berulang kali
dengan interval pendek. Penicillin yang digunakan hanya garam Na dan K, karena keduanya
mudah larut dalam air.
Intratracheal
Cara ini banyak dilakukan untuk penderita radang paru-paru infeksi, dan kadar yang tinggi
diperlukan di dalam jaringan paru-paru.
Intrauterin
Absorbsi penicillin terjadi setelah infusi interauterin,dengan dosis 1,5 juta IU procain
penicillin yang diberikan secara intrauterin,ekskresi melalui kelenjar susu berlangsung selama
60-48 jam pasca infusi,infusi intrauterin dilakukan untuk pengobatan metritis dan pyometra
pada sapi.
Intramamari
Absorbsi obat yang diinfusikan intramamer berlangsung secara difusi jaringan lokal.
Penicillin untuk mengobati mastitis dapat berupa garam penicillin, dan tergantung pada
vehikelnya, penicillindapat efektif dalam beberapa jam sampai hari atau minggu (penicillin
intramamer retard)
4. Antibiotik yang menghambat fungsi membran sel. Contohnya antara lain Ionimycin dan
Valinomycin. Ionomycin bekerja dengan meningkatkan kadar kalsium intrasel sehingga
mengganggu kesetimbangan osmosis dan menyebabkan kebocoran sel.
Mekanisme resistensi
Pada awalnya, problema resistensi bakteri terhadap antibiotik telah dapat dipecahkan dengan
adanya penemuan golongan baru dari antibiotik, seperti aminoglikosida, makrolida, dan
glikopeptida, juga dengan modifikasi kimiawi dari antibiotik yang sudah ada. Namun, tidak
ada jaminan bahwa pengembangan antibiotik baru dapat mencegah kemampuan bakteri
patogen untuk menjadi resisten.
Berdasarkan hasil studi tentang mekanisme dan epidemiologi dari resistensi antibiotik telah
nyata bahwa bakteri memiliki seperangkat cara untuk beradaptasi terhadap lingkungan yang
mengandung antibiotik. Mekanisme resistensi pada bakteri meliputi mutasi, penghambatan
aktivitas antibiotik secara enzimatik, perubahan protein yang merupakan target antibiotik,
perubahan jalur metabolik, efluks antibiotik, perubahan pada porin channel, dan perubahan
permeabilitas membran.
Mutasi genetik tunggal mungkin menyebabkan terjadinya resistensi tanpa perubahan
patogenitas atau viabilitas dari satu strain bakteri. Perkembangan resistensi terhadap obat-
obat antituberkulos, seperti streptomisin, merupakan contoh klasik dari perubahan tipe ini.
Secara teoretis ada kemungkinan untuk mengatasi resistensi mutasional dengan administrasi
suatu kombinasi antibiotik dalam dosis yang cukup untuk eradikasi infeksi sehingga
mencegah penyebaran bakteri resisten orang ke orang. Namun, adanya emergensi yang
meluas dari multidrug resistant Mycobacterium tuberculosis memperlihatkan bahwa tidak
mudah untuk mengatasi resistensi dengan formula kombinasi. Contoh lain resistensi
mutasional yang juga penting adalah perkembangan resistensi fluoroquinolone pada
stafilokokki, Pseudomonas aeruginosa, dan patogen lain melalui perubahan pada DNA
topoisomerase. Kejadian mutasi mungkin juga mengubah mekanisme resistensi yang ada
menjadi lebih efektif atau memberikan spektrum aktivitas yang lebih luas.
Problem yang cukup penting adalah kemampuan bakteri untuk mendapatkan materi genetik
eksogenus yang mengantarkan terjadinya resistensi. Spesies pada peneumokokki dan
meningokokki dapat "mengambil" materi DNA di luar sel (eksogenus) dan
mengombinasikannya ke dalam kromosom.
Banyak materi genetik yang bertanggung jawab terhadap resistensi ditemukan pada plasmid
yang dapat ditransfer atau pada transposon yang dapat disebarluaskan di antara berbagai
bakteri dengan proses konjugasi. Transposon merupakan potongan DNA yang bersifat mobile
yang dapat menyisip masuk ke dalam berbagai lokasi pada kromosom bakteri, plasmid atau
DNA bakteriofag. Beberapa transposon atau plasmid memiliki elemen genetik yang disebut
integron yang mampu "menangkap" gen-gen eksogenus. Sejumlah gen kemungkinan dapat
disisipkan ke dalam integron yang menghasilkan resistensi terhadap beberapa bahan
antimikroba.
Mekanisme yang mirip mungkin terlibat dalam pembentukan elemen genetik yang mengode
resistensi vankomisin pada enterokokki. Enterokokki, yang merupakan komensal saluran
usus dan genital, meningkat menjadi patogen di rumah sakit. Hal ini berhubungan dengan
resistensi alami enterokokki terhadap antibiotik yang paling umum digunakan dan
kapasitasnya untuk memperoleh sifat resistensi melalui mutasi (penisilin) atau transfer gen
resistensi pada plasmid dan transposon (aminoglikosida dan glikopeptida). kcm/ r naim
Penyebaran jamur ini mungkin disebabkan oleh sangat meningkatnya pengunaan antibiotik
berspektrum luas dimana-mana sehingga merusak keseimbangan biologi flora kuman normal.
Secara umum infeksi jamur dibedakan atas infeksi jamur sistemik/dalam tubuh dan infeksi
jamur topikal/kulit. Di bawah ini akan dibahas mengenai obat jamur untuk infeksi jamur
sistemik.
Pada infeksi umum, jamur tersebar di tubuh atau mengakibatkan infeksi dalam organ tubuh,
yang kadang-kadang dapat membahayakan jiwa.
I. Penggolongan Obat Jamur Sistemik
Obat jamur untuk infeksi jamur sistemik:
1. Amfoterisin B. Obat ini dapat menghambat aktivitas Histoplasma capsulatum,
Cryptococcus neoformans, Coccidioides immitis, beberapa spesies Candida, Torulopsis
glabrata, Rhodotorula, Blastomyces dermatitis, Paracoc braziliensis, beberapa strain
Aspergillus, Sporotrichum schenckii, Microsporum audiouini dan spesies Trichophyton.
2. Flusitosin. Obat ini efektif untuk pengobatan Kriptokokosis, Kandidosis, Kromomikosis,
Torulopsis dan Aspergilosis.
3. Ketokonazol dan Triazol. Sebagai turunan Imidazol, Ketokonazol mempunyai aktivitas
anti jamur baik sistemik maupun nonsistemik, Efektif terhadap Candida, Coccioides immitis,
Cryptococcus neoformans, H.capsulatum, B.dermatitidis, Aspergillus dan Sporothrix.
4. Kalium Iodida adalah obat terpilih untuk Cutaneous lymphatic sporotrichosis.
Infeksi jamur (mikosis) sistemik jarang dijumpai, tetapi berbahaya dan sifatnya kronis.
Amfoterisin B merupakan obat jamur yang efektif untuk infeksi sistemik yang berat.
Dikarenakan toksisitasnya, obat ini harus diberikan dengan infus di rumah sakit oleh tenaga
medis yang kompeten.
Amfoterisin B berikatan kuat dengan sterol yang terdapat pada membran sel jamur. Ikatan ini
akan menyebabkan membran sel bocor sehingga terjadi kehilangan bahan intrasel dan
mengakibatkan kerusakan yang tetap pada sel.
Disamping Amfoterisin B, Ketokonazol adalah suatu obat jamur untuk infeksi sistemik yang
berspektrum luas.
II. Infeksi Jamur Sistemik
Infeksi jamur sistemik berdasarkan penyebabnya berikut obat terpilihnya adalah:
1. Aspergilosis. Aspergilosis paru sering terjadi pada penderita penyakit imunosupresi yang
berat dan tidak memberi respon yang memuaskan terhadap pengobatan dengan obat jamur.
Obat pilihan untuk penyakit ini adalah Amfoterisin B secara intra vena dengan dosis 0,5-1,0
mg/kg BB setiap hari.
2. Blastomikosis. Obat jamur terpilih untuk Blastomikosis adalah Ketokonazol per oral 400
mg mg sehari selama 6-12 bulan. Itrakonazol dengan dengan dosis 200-400 mg sekali sehari
juga efektif pada beberapa kasus. Amfoterisin B sebagai cadangan untuk penderita yang tidak
dapat menerima Ketokonazol.
3. Kandidiasis. Pengobatan menggunakan Amfoterisin B. Flusitosin diberikan bersama
Amfoterisin B untuk Meningitis, Endoftalmitis, Artritis oleh Kandida. Disamping
penyebarannya yang lebih baik ke jaringan sakit, Flusitosisn diduga bekerja aditif dengan
Amfoterisin B sehingga dosis Amfoterisin B dapat dikurangi.
4. Koksidioidomikosis. Adanya kavitis (ruang berongga) tunggal di paru atau adanya
infiltrasi fibrokavitis yang tidak responsif terhadap kemoterapi merupakan ciri khas penyakit
kronis Koksidioidomikosis. Penyakit ini dapat diobati dengan Amfoterisin B secara intra
vena, Ketokonazol, Itrakonazol.
5. Kriptokokosis. Obat terpilih adalah Amfoterisin B dengan dosis 0,4-0,5 mg/kg per hari
secara intra vena. Penambahan Flusitosin dapat mengurangi pemakaian Amfoterisin B (0,3
mg/kg). Flukonazol bermanfaat untuk terapi supresi pada penderita AIDS.
6. Histoplasmosis. Penderita histoplasmosis paru kronis sebagian besar dapat diobati dengan
Ketokonazol 400 mg per hari selama 6-12 bulan. Itrakonazol 200-400 mg sekali sehari juga
cukup efektif. Amfoterisin B intra vena secara intra vena juga dapat diberikan selama 10
minggu.
7. Mukormikosis. Amfoterisin B merupakan obat pilihan untuk Mukormikosis paru kronis.
8. Parakoksidioidomikosis. Ketokonazol 400 mg per hari merupakan obat pilihan yang
diberikan selama 6-12 bulan. Pada keadaan yang berat diberikan terapi awal Amfoterisin B.
9. Sporotrikosis. Obat terpilih untuk keadaan ini ialah pemberian oral larutan jenuh Kalium
Iodida (1 g/ml) dengan dosis 3 kali 40 tetes sehari yang dicampur dengan sedikit air. Obat
Sporotrikosis yang menyerang paru, tulang,
Tentu saja tidak. Saat ini insulin manusia telah berhasil diproduksi secara
masal dengan menggunakan bakteri. Kemampuan bakteri untuk
memproduksi insulin manusia ini adalah karena telah berhasil
memasukkan dan mengintegrasikan gen yang menyandikan insulin
manusia kedalam genom bakteri.
Kemajuan dunia kedokteran saat ini tidak terlepas dari peran Bioteknologi.
Sebagai bukti dengan ditemukannya vaksin, antibiotik, interferon,
antibodimonoklonal, dan pengobatan melalui terapi gen dan lain
sebagainya
ANTIBIOTIKA
a. Pengertian Antibiotik
c. Macam-macam antibiotika
d. Penggunaan antibiotika
Antibiotika adalah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama jamur,
yang dapat menghambat atau dapat membasmi mikroba jenis lain. Banyak
antibiotika saat ini dibuat secara semisintetik atau sintetik penuh.
Dikatakannya, selain bahaya kekebalan, efek lain yang bisa terjadi adalah
timbulnya reaksi alergi. Alergi adakah mekanisme pertahanan tubuh yang
terlalu sensitif. Ia bersifat individual (perseorangan) dan dapat disebabkan
oleh berbagai hal seperti debu, udang, telur, maupun obat-obatan sendiri.
Alergi obat ini tidak tergantung pada dosisnya. Misalnya masyarakat
menganggap yang mengandung 500 mg termasuk dosis tinggi dan dapat
menimbulkan alergi dibanding 200 mg. Padahal setiap jenis antibiotika
mempunyai dosis tersendiri yang spesifik.
Reaksi alergi yag timbul bisa bersifat ringan ataupun berat yang sampai
mengancam jiwa. Yang ringan seperti gatal, mual, muntah, pusing dan
sebagainya. Sedang reaksi yang berat disebut reaksi anafilaksis. Reaksi
anafilaksis ini adalah timbulnya kondisi syok pada pasien, yaitu dalam
hitungan detik pasien bisa langsung tidak sadar, tetapi begitu mendapat
suntikan anti-nya ia akan sadar kembali.
Oleh karena itu diperlukan kerjasama yang baik antara pasien dan
dokter.Seorang dokter akan menanyakan riwayat adanya alergi obat atau
tidak,dan pasien wajib mencatat dan mengingat ada riwayat alergi apa saja.
Pencegahan reaksi alergi yang lain, biasanya akan dilakukan tes kulit (skin
test) untuk antibiotika yang berbentuk suntikan/injeksi. Cara sejumlah
kecil dosis obat diencerkan kemudian disuntikkan di bawah kulit.
Jika setelah dilakukan skin test si pasien mengidap alergi, maka timbul
akan bentol-bentol di sekitar tempat suntikan. Jika sudah demikian maka
pemberian antibiotika tersebut tidak akan diberikan. Dengan kata lain, jika
antibiotika tersebut tidak cocok pada tubuh pasien, maka si pasien harus
mendapatkan obat lain sebagai penggantinya, ujar Qimi.
Dikatakan lebih lanjut, efek samping antibiotika dari penggunaan jangka
panjang yang dipikirkan adalah pada organ tubuh yang
memecah/mengeluarkan racunnya, yaitu ginjal. Perlu kewaspadaan apabila
pada pasien tersebut sudah ada gejala kerusakan ginjal maka harus dipilih
antibiotika yang sesuai.
Bagaimana pun antibiotika adalah salah satu obat yang dapat digolongkan
sebagai dalam pengawasan dokter. Sehingga resistensi yang terjadi karena
penggunaan yang tidak terkontrol benar-benar bisa diminimalkan, tegas
Qimi.(fir).
Saat ini teknologi dunia kedokteran sudah canggih, sehingga ahli media
dapat menekan sebanyak mungkin efek samping antibiotik yang merugikan
terhadap tumbuh kembang si kecil. Sebagian besar jenis antibiotik yang
digunakan dokter saat ini tidak akan membuat gigi berubah warna. Tetapi
memang ada satu jenis antibiotik yang sensitif bagi gigi, biasanya obat ini
tidak boleh diberikan sebelum seorang anak berusia 8 tahun, yaitu jenis
Tetrasiklin, karena sifatnya yang mengendap pada gigi.
Jamur yang terlihat seperti lapisan atau selaput putih yang menonjol pada
mulut, merupakan jenis jamur Candida albicans. Jamur ini sebenarnya
merupakan penghuni normal di mulut. Namun jika keseimbangannya
terganggu, seperti penggunaan antibiotik yang tidak tepat, akan
menguntungkan jamur untuk tumbuh dan menyebabkan gejala infeksi.
4. Antibiotik pencetus diare