Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Arteri adalah pembuluh darah yang membawa oksigen dan nutrisi dari jantung ke
anggota tubuh yang lain. Ciri-ciri arteri yang sehat yaitu fleksibel, kuat dan elastis. Lapisan
permukaan dalamnya licin sehingga darah dapat mengalir tanpa batasan. Tetapi, suatu waktu,
terlalu banyak tekanan pada arteri dapat menyebabkan dinding pembuluh darah menjadi tebal
dan kaku, akhirnya akan membatasi darah yang mengalir ke organ dan jaringan. Proses ini
disebut arteriosclerosis atau pengerasan pembuluh arteri. Aterosklerosis adalah bentuk umum
dari ateriosklerosis. Meskipun kedua istilah tersebut dalam aplikasinya dapat saling
menggantikan. Aterosklerosis merupakan pengerasan pembuluh darah arteri yang disebabkan
karena penumpukkan simpanan lemak (plak) dan substansi lainnya.
Beberapa penelitian menggambarkan perbedaan antara ateriosklerosis,
atherosclerosis,and arteriolosklerosis.Dalam konteks ini, atherosclerosis digunakan ketika
mengacu pada arteri utama yang lebih besar, dan arteriolosklerosis digunakan ketika mengacu
pada arteriol, sedangkan arteriosklerosis merupakan induk dari kedua terminologi di atas.
Arteriosclerosis (pengerasan arteri utama) diakibatkan dari suatu simpanan yang tidak
mudah rusak dan kolagen yang kaku di dalam dinding pembuluh darah di sekitar ateroma. Hal
ini meningkatkan kekakuan dan menurunkan elastisitas dinding arteri. Arteriolosklerosis
(pengerasan arteri kecil, arteriol) adalah hasil dari penyimpanan kolagen, penebalan dinding otot
penyimpanan protein (hyaline).
Aterosklerosis adalah penyakit yang sangat progresif yang menyebabkan mengerasnya
pembuluh arteri karena sumbatan oleh kolesterol teroksidasi. Atherosklerosis ini tidak jarang
sudah mulai terjadi sejak usia masih sangat muda. Proses mengerasnya pembuluh darah
merupakan suatu proses yang berjalan perlahan-lahan namun pasti.4 dan Diperkirakan bahwa
atherosclerosis berawal sebagai atheroma, yaitu tumor jinak (nonkanker) sel-sel otot polos di
dalam dinding pembuluh darah. Selsel ini bermigrasi dari lapisan otot pada pembuluh darah ke
posisi tepat di bawah lapisan endothel, sel-sel tersebut terus membelah diri dan membesar.
Kemudian, kolesterol dan lemak yang menumpuk di sel-sel otot polos abnormal ini membentuk
plak.4
Plak terbentuk dari simpanan substansi lemak, kolesterol sisa metabolisme sel, kalsium
dan fibrin. Substansi-substansi ini dapat berkembang pada arteri sedang atau aorta. Kerusakan
dinding pembuluh yang parah akibat terkena plak ini menjadi keras dan kehilangan
elastisitasnya. Keadaan seperti ini disebut pengerasan arteri.5
Atherosklerosis bukanlah penyakit yang baru dikenal. Pembuluh darah mummi Mesir,
lebih dari 3500 tahun yang lalu, ternyata telah mengidap penyakit ini. Otopsi pertama yang
dilakukan pada tahun 1931menunjukkan adanya tandatanda pengapuran pada pembuluh koroner
seorang wanita mummi wanita berusia 50 tahun. Otopsi pada 200 serdadu yang mati muda dalam
perang Korea menunjukkan 50 persen serdadu itu menunjukkan tanda-tanda pengapuran pada
pembuluh koronernya walaupun mereka tidak mempunyai keluhan sama sekali. Di Amerika
Serikat, 46 persen dari anak muda yang mati karena kecelakaan lalu lintas ternyata sudah
mengidap pengapuran koroner yang nyata, tetapi tetap tanpa gejala yang nyata.5 Jumlah
penderita atherosklerosis di era globalisasi dan industrialisasi cenderung meningkat. Pada dekade
terakhir ini penyakit jantung dan pembuluh darah yang didasari oleh atherosklerosis berkembang
menjadi pembunuh utama di Indonesia.6 Dari penelitian menunjukkan, penyebab kematian dari
penduduk dunia yang diteliti adalah jantung (42,9 persen), stroke (25,9 persen), penyakit paru
dan asma (12,5 persen), kanker (5,4 persen), dan penyakit lain (kurang dari empat persen).7
Salah satu penyebab fenomena ini adalah pola hidup masyarakat yang tidak sehat .8 Studi
yang dilakukan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 1976 menyimpulkan
bahwa progresi pengapuran koroner bertambah sebesar 3 persen per tahun sejak usia seseorang
melewai 20 tahun. Kenyataan ini membuktikan bahwa progresivitas pengapuran pembuluh
koroner sesungguhnya memang menggulir diam-diam dan senantiasa membawa bahaya laten.
Check up menjadi penting, terutama bagi seseorang yang sudah melewati usia 40 tahun. Dengan
demikian, progresivitas penyakit ini dapat di cegah sedini mungkin.9 Di negara-negara Barat
aterosklerosis merupakan sebagian besar bentuk dari penyakit jantung. Lebih dari 1 1/2 dari
semua penderita yang meninggal merupakan hasil langsung maupun tidak langsung dari
aterosklerosis.9
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Atherosklerosis berasal dari kata athero yang dalam bahasa Yunani (athera) suatu bentuk
gabung yang menunjukan degenerasi lemak atau hubungan dengan atheroma. Sedangkan
sklerosis dalam bahasa Yunani berarti indurasi dan pengerasan; seperti pengerasan sebagian
peradangan, pembentukan jaringan ikat meningkat atau penyakit zat intersisial.10
Atherosklerosis adalah suatu penyakit yang menyerang pembuluh darah besar maupun
kecil dan ditandai oleh kelainan fungsi endotelial, radang vaskuler, dan pembentukan lipid,
kolesterol, zat kapur, bekas luka vaskuler di dalam dinding pembuluh intima. Pembentukan ini
meyebabkan plak, pengubahan bentuk vaskuler, obstruksi luminal akut dan kronis, kelainan
aliran darah, pengurangan suplai oksigen pada organ atau bagian tubuh tertentu. 11 Plak
terbentuk dari lemak, kolesterol, kalsium, dan subtansi lain yang di temukan dalam darah. Ketika
itu tumbuh, membentuk plak di bagian dalam arteri, dan pada saatnya dapat membatasi aliran
darah. Ada dua jenis plak:2
1) Stabil dan keras
2) Tidak stabil dan lembut.
Plak yang keras menyebabkan pengerasan dan penebalan dinding pembuluh darah. Plak
yang lembut lebih memungkinkan untuk pecah dan terlepas dari dinding pembuluh darah dan
masuk aliran da Hal ini dapat menyebabkan penggumpalan darah yang dapat secara parsial atau
total memblok aliran darah di dalam arteri. Ketika hal ini terjadi, organ yang disuplai oleh arteri
yang terblok akan kekurangan nutrisi dan oksigen. Aklibatnya sel organ tersebut akan mati atau
menderita kerusakan yang parah.2
The illustration shows a normal artery with normal blood flow (Figure A) and an
artery containing plaque buildup (Figure B).
Lapisan lemak merupakan tanda awal aterosklerosis yang tampak. Lapisan ini merupakan
akumulasi sel besar yang mengandung lemak di subendotel (sel busa), selanjutnya terbentuk plak
fibrosa atau aterom, yang merupakan penyebab manifestasi klinis aterosklerosis. Plak ini terdiri
dari akumulasi monosit, makrofag, sel busa, limfosit T, jaringan ikat, debris jaringan, dan Kristal
kolesterol. Lokasi plak yang paling sering adalah di aorta abdominalis, arteri koronaria, arteri
poplitea, dan arteriosus sirkulus serebri.
Gambar ini dikutip dari Kumar, Abbas, Fausto. Pathologic Basis Of Disease. Seven edition.
Philadelphia. Elseviers Saunders. 2005
Pada lokasi rupture plak, berbagai Agonis (kolagen, ADP, epinefrin, serotonin) memicu
aktivitas trombosit, yang selanjutnya akan memproduksi dan melepaskan tromboksan A2
(vasokontriktor lokal yang poten).Selain itu aktivitasi trombosit memicu perubahan konformasi
reseptor glikoprotein IIb/IIIa. Setelah mengalami konversi fungsinya, reseptor mempunyai
afinitas tinggi terhadap sekuen asam amino pada protein adhesi yang larut (integrin) seperti
faktor Von yang Willebrand (WF) dan fibrinogen, dimana keduanya adalah molekul multivalen
yang dapat mengikat 2 platelet yang berbeda secara simultan, menghasilkan ikatan silang platelet
dan agregasi.
Kaskade koagulasi oleh pajanan tissue factor pada sel endotel yang rusak. Faktor VII dan
X diaktivasi, mengakibatkan konversi protrombin menjadi trombin, yang kemudian
mengkonversi fibrinogen menjadi fibrin. Arteri koroner yang terlihat (culprit) kemudian akan
mengalami oklusi oleh thrombus yang terdiri agregat trombosit dan fibrin.
Aterosklerosis adalah penyakit yang sangat progresif yang dapat dimulai pada masa
kanak-kanak. Aterosklerosis dapat mempengaruhi arteri di otak, hati, ginjal, lengan dan kaki.
Karena terjadi pembentukan plak, hal ini dapat menyebabkan penyakit yang serius dan
komplikasi. Seperti : 2
Penyakit arteri coronaria
Angina
Serangan Jantung
Mati mendadak
Penyakit Cerebro Vaskuler
Stroke
Transient ischemic attack (TIA) atau mini stroke
Penyakit arteri perifer.
Atherogenesis adalah proses pembentukan dari plak-plak atheroma. Hal tersebut ditandai
dengan remodeling dari arteri yang bersamaan dengan akumulasi sel (terutama leukosit seperti
monosit yang merupakan turunan makrophage) dan dimodifikasi oleh lipoprotein. Selanjutnya
radang memacu ke arah pembentukan plak artheroma di dalam arteri intima, suatu daerah pada
dinding sel yang terletak antara endothelium, media dan adventitia. Bagian utama dari lesi ini
terdiri atas kelebihan lemak, sel, kolagen dan elastin.3 Terdapat berbagai hipotesis tentang
kejadian aterosklerosis, antara lain The response-to-injury, Monoclonal, Clonal Senescense,
lipids and Connective Tissue.
Akhir-akhir ini, telah diajukan peran monosit sebagai awal lesi aterosklerosis.
Penggabungan teori infiltrasi lemak dan kerusakan endotel paling banyak dianut.12 Plak
atherosklerosis terdiri dari gabungan lemak intraselullar dan ekstrasel, sel otot polos, jaringan
ikat, dan glikosaminoglikan. Deteksi paling awal mengenai lesi pada atherosklerosis adalah
lapisan lemak ( Terdiri dalam lemak dimuati sel busa, yang mana makrophage bermigrasi
sebagai monocytes dari sirkulasi kedalam lapisan subendothelial dari intima ), yang kemudian
lambat laun menjadi fibrous plaque ( terdiri dari sel otot polos intima yang di kelilingi jaringan
ikat lemak intraselullar dn ekstraselullar ).14 Pembuluh atherosklerosis mengalami pengurangan
tekanan sistolik dan kecepatan penyebaran gelombang secara tidak normal. Atherosklerosis
pembuluh arteri pada penderita hipertensi juga mengalami pengurangan elastisitas, yang mana
pengurangan akan berlanjut ketika atherosklerosis berlangsung.14 Dua hipotesis yang telah di
ajukan untuk menjelaskan mekanisme patogenesis dari atherosklerosis :
1) hipotesis lemak dan
2) hipotesis kerusakan endothelial kronik
Tanda dan Gejala Tanda dan gejala atherosklerosis biasanya berkembang secara
bertingkat. Pertama, gejala muncul setelah adanya upaya yang kuat , ketika arteri tidak dapat
menyuplai cukup okssigen dan nutrisi kepada otot .1
Tanda-tanda fisik dari aterosklerosis meliputi adanya penimbunan lemak, pelebaran dan
kakunya arteri muskular yang besar, dan iskemia atau infark dari beberapa organ tertantu.
Berikut ini disajikan tanda fisik dari aterosklerosis : 11
Hiperlipidemia
Hiperlipidemia adalah adalah meningkatnya kadar lemak di dalam darah. Lemak
ini dapat memicu terjadinya penimbunan plaque pada dinding pembuluh darah.
Penyakit pada arteri koroner Ditandai dengan adanya bunyi jantung keempat yang
semakin jelas, takikardi, hipotensi, atau hipertensi.
Penyakit serebrovaskuler Ditandai dengan tidak terabanya denyut nadi pada arteri
karotis dan kemunduran dari fungsi otak.
Penyakit vaskuler perifer Ditandai dengan penurunan denyut nadi perifer,
sumbatan pada erteri perifer, sianosis perifer, gangrene, atau luka yang sukar
sembuh.
Aneurisme pada aorta abdominalis ditandai dengan timbulnya benjolan pada
arteri abdominalis atau kolapsnya system sirkulasi.
Emboli pada arteri Ditandai dengan gangrene, sianosis, munculnya pedal pulses
yang dikaitkan adanya penyakit mokrovaskular dan emboli kolesterol.
2. Hiperkolesterolemia
Pada keadaan hiperkolesterolemi terdapat gangguan homeostasis pembuluh darah yang
disebabkan : 17
a. Penurunan produksi NO akibat ganguan transduksi sinyal protein G1-2
b. Peningkatan produksi anion superoksida melalui protein kinase C yang merusak NO.
c. Peningkatan reaktivitas Endothelin
d. Peningkatan adhesi sel akibat peningkatan ekspresi NFKB melalui peningkatan
produksi anion superoksida
e. Penurunan endothelium dependent vasodilatation.
f. Peningkatan adhesi dari monosit bila disertai dengan diabetes mellitus 2.
3. Diabetes melitus.
Penderita diabetes mellitus menderita penyait jantung koroner yang lebih berat, lebih
progresif, lebih kompleks, dan lebih difus dibandingkan kelompok kontrol dengan usia yang
sesuai. Secara umum, penyakit jantung koroner terjadi pada usia lebih muda pada penderita
diabetes dibandingkan pada penderita nondiabetik. Pada diabetes tergantung insulin (IDDM),
penyakit koroner dini dapat dideteksi pada studi populasi sejak decade keempat, dan pada usia
55 tahun hingga sepertiga pasien meninggal karena komplikasi penyakit jantung koroner; adanya
mikroalbuminemia atau nefropati diabetic meningkatkan risiko penyakit jantung koroner secara
bermakna.
Risiko terjadinya penyakit jantung koroner pada pasien dengan NIDDM adalah dua
hingga empat kali lebih tinggi daripada populasi umum dan tampaknya tidak terkait dengan
derajat keparahan atau durasi diabetes, mungki karena adnaya resistensi insulin dapat
mendahului onset gejala klinis 15-25 tahun sebelumnya.
Diabetes, meskipun merupakan factor risiko independen untuk penyakit jantung koroner,
juga berkaitan dengan abnormalitas metabolism lipid, obesitas, hipertensi sistemik, dan
peningkatan trombogenesis (peningkatan kadar adhesi platelet dan peningkatan kadar
fibrinogen). Hasil CABG jangka panjang tidak terlalu baik pada penderita diabetes, dan pasien
diabetic memiliki peningkatan mortalitas dini serta risiko stenosis berulang pascaangioplasti
koroner.
Pada diabetes mellitus terjadi peningkatan aktivitas enzim aldosa reduktase yang
diperlukan untuk mengubah glukosa yang tinggi menjadi sorbitol. Peningkatan aktivitas aldosa
reduktase menyebabkan peningkatan konversi NADPH yang tereduksi menjadi bentuk
teroksidasi NADP. Pemakaian NADPH akan berakibat penurunan produksi NO dan anti oksidan.
Penurunan anti oksidan akan menyebabkan radikal bebas yang harusnya didetoksifikasi oleh
antioksidan berinteraksi dengan NO menjadi peroksinitrit (NOO) yang dapat merusak pembuluh
darah. Ketidakseimbangan inilah yang disebut stres oksidatif. Kadar glukosa yang tinggi juga
menyebabkan terjadinya reaksi glikosilasi dengan protein dan molekul lain yang mengandung
gugus amin sehingga menghasilkan advance glycocylation end product (AGE). AGE akan
berikatan dengan reseptor pada endotel makrofag. Ikatan dengan endotel akan meningkatkan
ekspresi ICAM, vascular adhesion molecule 1, dan E-selektin yang memudahkan terjadi adhesi
monosit. Monosit yang menempel tersebut akan bermigrasi ke subendotel dan berikatan dengan
LDL teroksidasi, sehingga membentuk foam cell yang akan berkembang menjadi fatty
streak.19,20,21,22.
Low Density Lipoprotein (LDL) teroksidasi akan mengaktivasi sel limfosit T yang
berakibat menurunnya densitas dan fungsi otot polos, sehingga sintesa matriks menurun. Juga
akan mengaktivasi makrofag untuk mengeluarkan enzim proteolitik seperti matriks
metalloproteinase, sehingga menyebabkan peningkatan degradasi matriks. Peningkatan degradasi
matriks dan penurunan sintesis matriks tersebut akan memudahkan ruptur plak.23
4. Hipertensi
Pada saat hipertensi (pressure overload), jantung harus menyesuaikan diri untuk dapat
memompa darah melawan tahanan pembuluh yang meningkat dengan jalan hipertrofi. Tujuan
penyesuaian adalah untuk mengurangi regangan (stress) dinding. Regangan dinding adalah
fungsi dari tekanan dikalikan dengan perbandingan radius terhadap tebalnya dinding. Hipertrofi
menyebabkan penebalan dinding akibat penambahan dalam ukuran sel-sel miokard dan bukan
karena hiperplasia sel-sel miokard.
Terdapat beberapa persoalan dengan hipertrofi ini:
1. Penambahan dalam sintesis kolagen sehingga jantung mempunyai potensi untuk
menjadi alat yang kurang efisien sesuai ukurannya;
2. Mempertahankan penyediaan O2 yang cukup. Dengan adanya hipertrofi yang berat
perfusi di subendokard dapat berkurang;
3. Hipertensi mempercepat perkapuran pembuluh koroner dan ini dapat mengurangi
aliran darah miokardium dan penyediaan O2.
Faktor-faktor lain sebagai tambahan pada peninggian tekanan mempengaruhi ukuran
miokard, dan factor-faktor yang sekarang dipertimbangkan adalah aktivitas system-sistem saraf
simpatis dan renin-angiotensin.
Hipertensi dapat menyebabkan koartasio aorta atau stenosis arteri renalis dan
penyempitan arteriol dan kapiler ginjal (glomerulonefritis aterosklerosis) sehingga timbul
iskemia ginjal yang kemudian menyebabkan pelepasan renin dari ginjal. Renin akan memecah
dekapeptida angiotensin I dari angiotensinogen di plasma. Suatu peptidase (angiotensin
converting enzyme, ACE) dengan konsentrasi tinggi, terutama di paru, membuang asam amino
untuk membentuk angiotensin II. Oktapeptida ini memiliki kerja vasokonstriktor yang kuat (TPR
meningkat) dan melepaskan aldosteron dari korteks adrenal (retensi Na+ dan peningkatan curah
jantung); kedua aksi ini meningkatkan tekanan darah.
Bila tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg. Berpengaruh buruk pada pria dan wanita
dengan komponen diastol sebagai faktor terpenting. Pengaruh hipertensi pada perkembangan
aterosklerosis masih belum jelas, mungkin saat terjadi kerusakan pada endotel memungkinkan
masuknya protein, lipoprotein, dan sel lain ke lapisan intima. Hipertensi menambah tekanan
hidrodinamik intra arteri sehingga suatu saat dapat terjadi robekan pada plaque aterosklerosis,
lalu berakibat trombosis akut dan obstruksi arteri.18 Pada keadaan hipertensi terdapat disfungsi
endotel akibat :17,24,25,26,27
a. Peningkatan kadar anion superoksida (O2-) yang akan menyebabkan stress oksidatif dan
dapat merusak NO.
b. Penurunan bioavailabilitas prekursor sintetis NO (L arginin).
c. Peningkatan angiotensi II menyebabkan peningkatan kadar O2- melalui peningkatan
NADH/NADPH membran serta menyebabkan pertumbuhan sel otot polos vaskuler
dengan menginduksi growth factor seperti PDGF, bFGF, dan TGT B1.
d. Peningkatan endothelin-1 akibat peningkatan AII.
6. Hiperhomosisteinemia
Pasien penyakit ini beresiko mendapat penyakit oklusi vaskuler. Mekanisme : merusak
sel endotel dan otot polos sehingga menunjang aterosklerosis. Kelainan ini Juga membantu
kelainan koagulasi platelet.18
7. Obesitas
Penelitian ziccardia P20 membuktikan bahwa wanita dengan obesitas ditemukan adanya
disfungsi endotel yang dihubungkan dengan peningkatan lemak tubuh, khususnya lemak viseral.
Pada keadaan obesitas terjadi peningkatan mediator proinflamasi, seperti TNF- , IL-6, yang
dapat meningkatkan ekspresi kemotaksis da n molekul adhesi pada endotel. Di samping itu juga
ditemukan peningkatan vascular adhesion molecule-1 (VCAM-1), ICAM-1 dan P-selektin.
Peningkatan mediator tersebut memegang peran penting dalam terjadinya aterosklerosis.
Penurunan berat badan menunjukkan adanya perbaikan endotel yang bermakna dan berkolerasi
dengan penurunan sitokin. Petanda inflamasi dalam darah seperti CRP dapat dipakai untuk
menduga keadaan kesehatan, terutama kejadian yang berhubungan dengan penyakit
kardiovaskuler.18 Belum merupakan faktor resiko yang spesifik, tetapi biasanya obesitas disertai
oleh hipertensi, DM, hiperkolesterolemi, dan hipertrigliseridemi. Meningkatnya berat badan
berhubungan dengan meningkatnya LDL dan menurunnya HDL kolesterol, sehingga kenaikan
berat badan sering dikaitkan dengan munculnya faktor resiko.18
8. Merokok
Merupakan faktor resiko untuk terjadinya aterosklerosis dan penyakit jantung koroner.
Mekanisme terjadinya disfungsi endotel pada perokok melalui mekanisme peningkatan interaksi
trombosit dengan dinding pembuluh darah, penurunan ekspresi PGI2, peningkatan kadar
kolesterol LDL teroksidasi, penurunan konsentrasi HDL, dan terjadinya stres oksidatif. Selain itu
merokok juga menyebabkan peningkatan adhesi dan agregasi trombosit, meningkatkan kadar
fibrogen, spasme arteri, dan menurunkan kapasitas oksigen darah.28 Banyak merokok maka
kerusakan bertambah besar. Kematian karena penyakit kardiovaskular pada perokok berat 70 %
lebih tinggi daripada nonperokok. Merokok berhubungan dengan penyakit serebrovaskular dan
insidens lebih tinggi pada penyakit vaskular perifer. Bila merokok dihentikan pada umur < 65
tahun, maka resiko akan menurun drastis. Faktor resiko perokok pasif adalah dua kali lipat pada
istri dengan suami perokok daripada istri dengan suami nonperokok. Mekanisme terjadi kelainan
kardiovaskular pada perokok akibat vasokonstriksi, agregasi platelet meningkat, dan hipoksemi
vaskular yang tidak permanen.18
Peran rokok dalam pathogenesis penyakit jantung koroner merupakan hal yang
kompleks, di antaranya :
timbulnya aterosklerosis;
peningkatan trombogenesis dan vasokonstriksi (termasuk spasme arteri koroner);
peningkatan tekanan darah (TD) dan denyut jantung;
provokasi aritmia jantung;
peningkatan kebutuhan oksigen miokard;
penurunan kapasitas pengangkutan oksigen.
13. Penuaan
Bertambahnya usia selalu berhubungan dengan peningkatan stress oksidatif.22
15. Infeksi
Infeksi berperan pada patogenesis aterosklerosis dan infark miokard. Infeksi yang terjadi
pada patogenesis PJK yaitu infeksi kronik herpes simplex virus (HSV-I), chlamydia pneumoniae
(Cpn). Hal itu dapat dilihat dengan adanya peningkatan Creactive protein (CRP).30,7
2.6 Screening dan Diagnosis
b. Electrocardiogram (ECG)
Elektrokardiogram merupakan alat uji diagnosa yang terdiri atas elementelement
elektroda yang di tempelkan di kulit pasien untuk mengukur hantaran elektrik (listrik)
atau impuls dari jantung. ECG juga dapat mendeteksi serangan jantung lebih dini pada
beberapa pasien. Biasanya dokter akan melakukan pemeriksaan ECG sepanjang dan
setelah treadmill.
c. Chest X-rays, ultrasound, computerized tomography (CT) scan dan magnetic resonance
imaging (MRI)
merupakan cara yang tidak invasif untuk dokter memeriksa arteri pasien, apakah
di arteri terdapat sumbatan dan berapa banyak sumbatan yang menutup arteri. Semua test
ini kadang-kadang dapat menunjukkan pengerasan dan penyempitan serta arteri utama
yang lebih besar, sama baiknya seperti pada aneurisma dan simpanan kalsium pada
dinding arteri.1
d. Doppler Ultrasound
Alat ini digunakan untuk mengamati seluruh arteri di dalam tubuh dan
menentukan tekanan darah pada angka yang bervariasi pada lengan dan kaki.
Pemeriksaan ini dapat menolong untuk menentukan jumlah sumbatan dan kecepatan
aliran darah pada arteri.1
Jika terdapat gejala yang akut, sumbatan akut yang mengancam kemampuan otot dan
jaringan kulit untuk berkontraksi atau salah satu organ sudah tidak dapat berfungsi sempurna,
mungkin dapat dilakukan pengobatan selanjutnya.1
1. Angioplasty, Procedur pada pengobatan ini yaitu dengan cara memasukkan pipa (
catheter ) yang panjang dan tipis ke dalam arteri yang tersumbat atau terhambat.
Kemudian kawat dengan balon yang kempis dimasukkan melalui catheter ke area yang
terhambat tadi. Balon itu akan mengembang, menekan plaque untuk melawan dinding
arteri. Lubang pipa ( stent ) menyanggah arteri untuk membantu arteri tetap terbuka.
2. Embolectomy Catheter , Dapat juga di gunakan untuk menangkap gumpalan darah. Cara
ini disebut Embolectomy.
3. Endarterectomy, Pada beberapa kasus mungkin di butuhkan operasi pemindahan plak
dari dinding arteri yang terhambat. Procedur pada pengobatan ini ahli bedah membuat
incisi , kemudian memindahkan plak dan menutup arteri.
4. Pembedahan pembuluh darah. Dengan cara bypass dengan mencangkokkan cabang salah
satu pembuluh darah dari bagian tubuh yang lain atau pipa yang terbuat dari serat
sintetik.Cara ini akan mengalirkan darah ke arteri yang tersumbat atau terhambat. Proses
ini sangat sering di gunakan untuk meningkatkan aliran darah ke kaki, tapi cara tersebut
juga dapat digunakan untuk menghambat perluasan atau kebocoran pada aortic aneurysm.
5. Thrombolytic. Jika arteri tersumbat oleh adanya gumpalan darah, biasanya diberi obat
untuk melarutkan gumpalan ke dalam arteri sampai gumpalan itu kembali normal.
6. Penggunaan Angiography. Dengan cara memasukkan catheter kecil ke dalam arteri dan
di celup, dan kemudian sumbatan tersebut di tolong dengan sinar X.
2.8 Pencegahan
Mengontrol faktor resiko melalui pengubahan pola hidup dapat mencegah atau
memperlambat kemajuan dari penyakit ini diantaranya:1
Banyaklah bergerak. Olah raga yang tepat dapat mengkondisikan otot anda untuk
menggunakan oksigen secara efisien. Aktivitas fisik juga dapat meningkatkan sirkulasi
dan perkembangan dari pembuluh darah kolateral pembuluh darah yang baru terbentuk
secara alami (natural bypass) diantara obstruksi, untuk suplai darah agar dapat mencapai
daerah-daerah perifer seperti lengan dan kaki.
Berhenti Merokok. Merokok memberikan kontribusi dan kerusakan dari arteri. Berhenti
merokok adalah hal yang paling terpenting yang dapat mengurangi kemajuan dari
sumbatan dan mengurangi resiko terhadap komplikasi.
Asupan makanan sehat untuk mempertahankan berat ideal. Diet sehat untuk jantung
dapat menolong mengontrol berat badan, tekanan darah dan tingkat kolesterol, yang
mana kesemuanya memberikan kontribusi terjadinya atherosklerosis.
Mengurangi stres dalam kehidupan atau belajar bagaimana mengendalikannya.
Mengurangi penyebab sters di rumah dan di tempat kerja, jika mungkin. Atau belajar
tehnik untuk mengatur stres, seperti relaksasi otot dan bernapas dalam.
Menjaga kadar kolesterol, tekanan darah dan diabetes dibawah kontrol. Konsultasi
dengan dokter jika memerlukan bantuan untuk menjaga kadar kolesterol, tekanan darah
atau diabetes pada saat check up. Dokter akan menuliskan resep obat baru atau
memberikan saran treatment untuk mengatasi gejala dari penyakit tersebut. Perawatan
kaki juga sangat esensial untuk mereka yang mengalami atherosklerosis pada bagian
perifer seperti pada kaki atau tangan. Gunakan sepatu dengan ukuran yang tepat. Luka
atau goresan membutuhkan perhatian segera karena penurunan sirkulasi yang berarti
bahwa jaringan disembuhkan secara lebih perlahan. Jika tidak mendapatkan perlakuan
pengobatan, bahkan pada luka kecil di kulit bagian bawah dari kaki dapat memicu
infeksi.1
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Atherosklerosis adalah suatu penyakit yang menyerang pembuluh darah besar maupun
kecil dan ditandai oleh kelainan fungsi endotelial, radang vaskuler, dan pembentukan
lipid, kolesterol, zat kapur, bekas luka vaskuler di dalam dinding pembuluh intima.
2. Pembentukkan plaque secara perlahan di dalam dinding pembuluh arteri menyebabkan
penyempitan dan penmgerasan. Plaque terbentuk dari lemak, kolesterol, kalsium, dan
substansi lain yang ditemukan di darah.
3. Atherosclerosis merupakan penyakit yang progresif dan dapat mulai sejak usia anakanak.
Para ilmuan tidak mengetahui secara pasti penyebab secara pasti dari atherosclerosis.
Atherosklerosis dapat menyerang otak, jantung, ginjal, lengan dan kaki.
4. Faktor resiko dapat meningkatkan perkembangan atherosclerosis. Risk factors increase
your chance of developing atherosclerosis. Your chance of having atherosclerosis
increases with the number of risk factors you have. You can control some risk factors and
others you can't.
5. Atherosclerosis usually does not cause symptoms until it severely narrows or totally
blocks an artery.
6. Atherosclerosis is often diagnosed after you develop symptoms or complications.
7. The goal of treatment is to slow or even reverse atherosclerosis.
8. Your doctor will recommend which treatment is best for you after reviewing your
symptoms, your risk factors, and the results of your physical exam.
9. Treatment can include making long-lasting lifestyle changes, taking medicines, and
having surgery.
10. Preventing atherosclerosis starts by knowing which risk factors you have and by taking
action to lower your risk.
DAFTAR PUSTAKA