Sie sind auf Seite 1von 13
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM PERATURAN DIREKTUR JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN mage NoMOR: P. 8 /ESDAE /BPE2 /KSA 4/9 (206 TENTANG PEDOMAN PENENTUAN KORIDOR HIDUPAN LIAR SEBAGAI EKOSISTEM ESENSIAL DIREKTUR JENDERAL KONSERVASI SUMBERDAYA ALAM DAN EKOSISTEM, Menimbang a. bahwa koridor hidupan liar mempunyai fungsi sebagai habitat atau penghubung dua atau lebih habitat dari spesies hidupan liar yang dilindungi yang memungkinkan terjadinya pergerakan atau pertukaran individu antar populasi hidupan liar, sehingga mencegah isolasi populasi dihabitatnya; b, bahwa dalam rangka pelaksanaan tugas sebagaimana huruf a, diperlukan pedoman untuk menentukan koridor hidupan liar sebagai ekosistem esensial; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana tersebut pada huruf a dan huruf b,perlu menetapkan Peraturan Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem tentang Pedoman Penentuan Koridor Hidupan Liar Selvagal Ekosistem Esensial Mengingat 1. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419); 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1994 tentang Ratifikasi Convention on Biological Biodiversity; 3. Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4412); 3. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725); 4. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan LingkunganHidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2004 tentang Perencanaan Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 146, ‘Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4452); 6. Undang-undang Nomor 18 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5432); 7. Peraturan... 10. i. 12, 13, 14, Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 14, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3803); Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1999 tentang Pemanfaatan Jenis ‘Tumbuhan dan Satwa Liar(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 146, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3802); Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik indonesia Nomor 4833); Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5217), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 108 Tahun 2015 tentang Perubahan AtasPeraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 330, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5798);; Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.48/Menhut-11/2014 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pemulihan Ekosistem pada Kawasan Suaka Alam Pan Kawasan Pelestarian Alam (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 987); Peraturan Menteri Kehutanan Nomor?.81/Menhut-Il/2014 tentang Tata Cara pelaksanaan Inventarisasi Potensi pada Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 1442); Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P. 85/Menhut-ll/2014 tentang Tata Cara Kerjasama Penyelenggaraan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 1446); Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P. 18/MenLHi- 11/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 713), MEMUTUSKAN Menetapkan PERATURAN DIREKTUR JENDERAL KONSERVASI SUMBERDAYA ALAM DAN EKOSISTEM TENTANG PEDOMAN PENENTUAN KORIDOR HIDUPAN LIAR SEBAGAl EKOSISTEM ESENSIAL, Pasal 1 Pedoman penentuan koridor hidupan liar sebagai ekosistem esensial tercantum dalam lampiran yang ‘merupakan bagian tidak terpisahkan dari peraturan ini. Pasal 2 Pedoman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1, merupakan acuan dan standar penentuan koridor hidupan liar sebagai ekosistem esensial. Pasal, Pasal 3 Pada saat peraturan ini mulai berlaku, maka: Pedoman penentuan koridor hidupan liar sebagai ekosistem esensial yang telah disahkan dan tidak bertentangan tetap berlaku, selanjutnya menyesuaikan dengan peraturan ini, b. Pedoman penentuan koridor hidupan liar sebagai ekosistem esensial yang telah disahkan, namun mash ada beberapa pedoman yang belum disusun, maka penyusunnya mengikuti ketenton peraturan ini. Pasal 4 Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan, Ditetapkan di JAKARTA, #. Pada tanggal : 2¥ September 2016 © DIPRKTUR JENDERAL, € ‘ + Se DrvlfTACHRIR FATI(ONI, MSc /, MB-29560929 198202 1001 LAMPIRAN : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL KONSERVAS! SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM NoMOR P. 8/KSDAE/BPE2/KSA.4/9/2016 TANGGAL : 27SEPTEMBER 2016 TENTANG ; PEDOMAN PENENTUAN KORIDOR HIDUPAN LIAR SEBAGAI EXOSISTEM ESENSIAL, BABI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu dari 12 negara yang merupakan pusat keanekaragaman hayati di dunia Karena memiliki Kekayaan keanekaragaman hayati tinggi. Pada tahun 2014, dalam buku Kekinian Keanekaragaman Hayati Indonesia (Lembaga lImu Pengetahuan Indonesia), mencatat kekayaan keanekaragaman hayati mencakup 1500 spesies algae, 80.000 spesies tumbuhan berspora, 595 spesies lumut kerak, 2.197 spesies paku-pakuan, 30.000-40.000 spesies flora (15.5% dari total jumlah flora di dunia); 8157 spesies fauna vertebrata (mamalia, burung, herpetofauna, dan ikan), 1900 spesies kupu-kupu (10 % dari spesies dunia). Selain itu, Indonesia juga memiliki Jenis-jenis endemik, seperti burung, mamalia dan reptilia (270 spesies mamalia, 386 spesies burung, 328 spesies reptilia, 204 spesies amphibia, 280 spesies ikan) Kekayaan keanekaragaman hayati tersebut ternyata diiringi dengan beberapa ancaman yang cukup signifikan sehingga dapat menyebabkan kehilangan kehati, seperti perubahan habitat, masuknya spesies asing, eksploitasi beriebihan, perubahan iklim, perubahan lingkungan DAS, pencemaran, perburuan liar, kebakaran hutan dan lahan serta perubahan fungsi lahan, Salah satu tantangan yang paling serius terhadap keberadaan jenis dan populasi satwa liar adalah hilangan dan/atau terfragmentasinya habitat, yang terjadi karena diskontinuitas dari lingkungan yang disukai suatu organisme, dimana akhirnya akan menyebabkan fragmentasi populasi. Fragmentasi habitat dapat menyebabkan berkurangnya jumlah atau luasan habitat yang tersedia bagis emua organisme dalam keseluruhan ekologi yang ada di habitat. Pada kawasan yang sudah terlanjur terfragmentasi, jika memungkinkan pemulihan habitat penting dilakukan. Namun jika tidak solusinya adalah dengan menghubungkan fragmen-fragmen tersebut melalui koridor. Pelestarian atau penanaman vegetasi asli di koridor diharapkan dapat mengurangi beberapa dampak negative ekologi dan fragmentasi habitat, Kementerian Kehutanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan beserta beberapa organisasi non pemerintah pada tahun 2013, melakukan kajian kesenjangan (gap analisys) keterwakilan ekologis, kawasan Konservasi di Indonesia, diperkirakan sekitar 80% keanekaragaman hayati (ekosistem, spesies, genetik) yang bernilai penting berada di luar kawasan konservasi. Oleh karena itu, sangat penting melakukan identifikasi kawasan-kawasan penting tersebut dan dijadikan sebagai ekosistem esensial dengan pengelolaan yang tepat guna serta untuk menjaga fungsi ekologis dan lindung bagi keanekaragaman hayati di dalamnya. ‘Salah satu bentuk ekosistem esensial adalah koridor satwa liar/hidupan liarPengelolaan koridor hidupan liar sangat diperlukan dalam upaya perlindungan dan pengawetan satwa liar di luar Kawasan Suaka Alam (KSA) dan Kawasan Pelestarian Alam (KPA).Disamping itu, pengelotaan koridor satwa liar dapat membantu mengurangi efek negatif dari kehilangan. habitat dan fragmentasi habitat keanekaragaman hayati. Berdasarkan PP 28/2011 tentang KSA dan KPA, tujuan penetapan koridor hidupan liar untuk mencegah terjadinya konflik kepentingan antara manusia dan hidupan liar serta memudahkan hidupan liar bergerak sesuai daerah jelajah dari sacu areal ke areal lain. Tujuan ‘Tujuan penyusunan pedoman penentuan koridor hidupan liar ini yaitu sebagai petunjuk dan acuan bagi stakeholders untuk mengetahui kriteria dalam penentuan lokasi yang akan dijadikan sebagai koridor hidupan liarn di luar KSA dan KPA. Ruang Lingkup Ruang lingkup pedomar a. jenis dan tipe koridor; b. identifikasi koridor; c metodologi; BABI. BATASAN DAN PENGERTIAN Batasan dan Pengertian 1. Bkosistem Esensial adalah ekosistem di luar kawasan konservasi yangs ecara ekologis penting bagi Konservasi keanekaragaman hayati yang mencakup ekosistem alami dan buatan yang berada di dalam dan di luar kawasan hutan 2. Koridor adalah suatu lorong atau tempat/ruang penghubung yang merupakan ekosistem penghubung antar kawasan konservasi, habitat satwa atau ekosistem penting lain bagi hidupan hayati agar dapat melakukan pergerakan tanpa hambatan, seperti bergerak atau bermigrasi dari satu tempat ke tempat lan, 3. Koridor keanekaragaman hayati adalah: 3. sebuah lansekap linear yang berfungsi sebagai penghubung antara areal alami dan habitat yang dahulunya pernah terhubungkan dan bermanfaat untuk memfasilitasi pergerakan diantara keduanya; '. gatis vegetasi asli atau simpul vegetasi yang menghubungkan sisa-sisa habitat utama, seperti taman nasional, areal konservasi dan daerah vegetasi asli di tanah pribadi. Koridor kehidupan liar bisa horizontal maupun vertikal. Fauna perlu bergerak dari air ke tanah yang merupakan koridor horizontal, dan juga kawasan pinggir sungai (riparian) ke puncak bukit yang merupakan koridor vertical; © Jalur habitat (berupa vegetasi asl, namun bisa juga dengan pengayaan tanaman yang dlisesuaikan) yang menggabungkan dua atau lebih habitat yang terfragmentasi dengan habitat satwa liar serupa yang lebih luas, Koridor sangat penting untuk pemeliharean roses ekologis termask memungkinkan untuk pergerakan satwa liar dan untuk viabilitast populasi (keberlangsungan populasi); 4. penghubung antar lansekap yang berfungsi untuk menghubungkan sekurang-kurangnya dua wilayah habitat yang signifikan, 4. Koridor hidupan liar adalah areal atau jalur bervegetasi yang cukup lebar bail alami maupun buatan yang menghubungkan dua atau lebih habitat atau kawasan Konservasi atau ruang terbuka dan sumberdaya lainnya, yang memungkinkan terjadinya pergerakan atau pertukaren individu antar populasi satwa atau pergerakan faktor-faktor biotike schingga ‘mencegsh terjadinya dampak buruk pada habitat yang terfragmentasi pada populasi karena in-breeding dan mencegah penurunan keanekaragaman genetik akibat erosi genetik (genetik dri) yang sering terjadi pada populasi yang terisolasi 5. Koridor ekosistem disebut sebagai kawasan koridor bagi jenis satwa atau biota laut yang dilindungi adalah wilayah yang merupakan bagian dari Kawasan lindung dan/atau kawosan pudidaya yang berfungsi sebagat alur migrasi satwa atau biota laut, yang menghubungkan antar kawasan konservasi. A. B. BAB IIL JENIS DAN TIPE KORIDOR Jenis Koridor Koridor dapat terbentuk secara alami dan juga buaten (artificial). Koridor alami adalah bentuk yang tidak terlampau banyak campur tangan manusia dalam pembentukannya dan lebih menggunakan Kondisi alam yang ada, Sementara koridor artificial peran serta manusia sangat besar dalam pembentukannya. Beberapa koridor artificial yang banyak digunakan adalah membangun jembatan, kanopi penghubung, terowongan bawah tanah yang menghubungkan dua sisi habitat yang dipisahkan oleh jalan raya atau sungai, dan lainnya. Koridor alami dapat dibedakan, yaitu 1. Koridor linear (linear corridor) seperti jajaran tumbuhan, pagar tanaman, jalur pepohonan hutan atau sungei, bentuk koridor linear umumnya dapat dijumpai seperti sepanjang tepi sungai (sepadan sungai); 2. Koridor serupa batu pijakan (stepping stone corridor) yaitu sebuah susunan dari pecahan kecil habitat yang digunakan individu selama bergerak, baik untuk tempat tinggal sementara, makan, minum dan beristirahat sebelum mencapai habitat luas (habitat yang berkesinambungan) atau habitat yang diinginkan; 3. Koridor bentang alam /lansekap (Jandscape corridor) berupa berbagai bentuk matriks lansekap yang saling terkait yang memungkinkan individu untuk bertahan hidup selama bergerak diantara pecahan habitat. Pada tipe koridor ini memperlihatkan bahwa sebuah koridor memiliki karakteristik habitat survival, dimana fasilitas kehidupan terdapat di sepanjang koridor dan mampu memberikan daerah jelajah (drome range) sepenuhnya dalam koridor. Tustrasi jenis koridor ‘Tipe Koridor 1, menghubungkan antar kawasan konservasi; 2, menghubungkan antar ekosistem penting; 3. menghubungkan ekosistem penting dengan kawasan konservasi; 4, menghubungkan ekosistem penting dengan kawasan lindung (hutan lindung dan hutan konservasi), BABIY, IDENTIFIKAS! KORIDOR A. Kriteria Koridor Kriteria penentuan koridor satwa, antara lain dilakukan dengan: 1. Penentuan spesies kunci yang akan dibuatkan koridor, diprioritaskan pada satwa yang dilindungi, spesies endemik dan spesies prioritas berdasarkan Keputusan Dicken Jenderal KSDAE No.Sk.280/1V-KKH/2015 ; 2. Lokasi dan status lahan yang meliputi sejarah kawasan, luas, kepemilikan, di dalam konsesi, di [Uat Konsesi, antar konsesi (lansekap) dengan status kawasan hutan (hutan konservasi, hutan lindung, hutan produksi), areal kosnesi (HPH, HTI, Perkebunan, Pertambangan, IUPHHK-RE), HY. HPK, APL lokasi koridor dapat dipengaruhi oleh hubungan antara pergereken macinay dan tujuan spesifik dari koridor; 3. Katvasan koridor yang diusulkan secara historis mempunyai fangs! menghubungkan suatu habitat ke habitat Iainnya baik berupa kawasan konservasi maupun bakan kernacen konservasi , Merupakan jalur jelajah dan daerah sebaran satwa target dan tidak berpotensi kontllle dengan masyarakat, baik pemukimam atau aktifitas manusia lainnya. 4 Ekologl yang berfungsi optimal untuk berlangsungnya pergerakan satwa antar habitat yang Sieootts Gat mampu menyediakan kebutuhan satwa misalnya pakan,termasuk keamanacans akefeias Perburuan, pemangsa, Kebakaran dan ancaman lainny, Aspek Ekolog, meliputi a. Habitat: Pengamatan habitat perlu diobservasi karena merupakan parameter ec dalam Pada habitat doimeantukan koridor. “Penggunaan koridor oleh individu satwa tergantung pada habitat dalam hubungan lansekap; - Pola penyebaran dari spesies mangsa dan pemangsa terkait menunjukkan bahwa koridor Yang efektif harus mengandung cukup ‘habitat yang sesuaibagl spesies target untuk tinggal secara permanen dalam koridor atau untuk melintas secara normal, © [aban dan panjang Koridor yang optimal ditentukan oleh efek tepi (edge effect) dan ‘ecenderungan penyebaran satwa liar bergerak. Lebar minimum koridor dapat diperkirakan Gari data mengenai wilayah jangkauan (home range) dan ukuran spesies target serta d. Kawasan koridor yang akan diusulkan mempunyai luas, ukuran, zonasi yang sesuai untuk satwa prioritas (desain koridor) & Analisis ancaman: efektivitas Koridor akan terpengaruh oleh jenis dan tingkat aktivitas B. Fungsi Koridor 3; Memberikan ruang untuk satwa liar secara luas dalam melakukan perjalanan, migrasi dan bertemu pasangan; 2, Memberikan ruang bagi tumbuhan untuk berkembang: 3. Memungkinkan terjadinya pertukaran genetik (genetic interchange) 4 Memberikan ruang bagi populasi untuk dapat bergerak sebagi respon terhadap perubahan Jingkungan dan bencana alam; 5. Memberikan ruang bagi individu untuk dapat melakukan rekolonisasi pada habitat yang opulasi lokalnya telah punah. BABV. METODOLOGI Metodolgi yang mendukung pembangunan koridor yang sesuai karakteristik kawasannya, maka

Das könnte Ihnen auch gefallen