Sie sind auf Seite 1von 14

LAPORAN PRAKTIKUM

FARMAKOLOGI II
ANTIKOAGULAN

OLEH :
TIARA SRI SUDARSIH
1301100

KELOMPOK : III (GENAP)


SABTU,4 APRIL 2015

Dosen : Dr.Meiriza Djohari,M.Kes.,Apt

Asisten Dosen: 1.Iswan Permadi


2.Restu Aditya

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU
20 15
ANTIKOAGULAN

I.Tujuan Praktikum

Mengetahui dan memahami mekanisme kerja yang mendasari manifestasi efek


toksisitas antikoagulan dan koagulansia.
Memahami bahaya penggunaan obat-obatan tersebut diatas dan obat lain yang
berefek pada pembekuan darah.

II.Tinjauan Pustaka

Antikoagulan adalah zat yang mencegah penggumpalan darah dengan cara mengikat
kalsium atau dengan menghambat pembentukan trombin yang diperlukan untuk
mengkonversi fibrinogen menjadi fibrin dalam proses pembekuan . Jika tes membutuhkan
darah atau plasma, spesimen harus dikumpulkan dalam sebuah tabung yang berisi
antikoagulan. Spesimen-antikoagulan harus dicampur segera setelah pengambilan spesimen
untuk mencegah pembentukan microclot. Pencampuran yang lembut sangat penting untuk
mencegah hemolisis.

Antikoagulan, sering disebut pengencer darah, merupakan pengobatan yang


memperlambat pembekuan darah. Sebenarnya obat ini bukanlah mengencerkan darah tapi
memperlama waktu yang dibutuhkan agar terbentuk bekuan darah. Antikoagulan bisa
mencegah makin menumpuk dan membesarnya bekuan darah yang ada. Selain itu obat ini
juga bisa mencegah deep vein blood clot atau mengobati berbagai kondisi tertentu pada
pembuluh darah, jantung, atau paru.

Berikut Hal-hal yang Bisa Anda Lakukan Selama Menggunakan Antikoagulan:

Gunakan obat pada waktu yang sama setiap hari.


Konsultasi dengan dokter sebelum menggunakan obat bebas, terutama yang
mengandung aspirin.
Waspada dengan tanda-tanda terjadinya pendarahan, dan segera beritahukan
dokter Anda bila terjadi gejala berikut: Ditemukan darah dalam urin atau feses ,
Pendarahan dari hidung dan gusi atau meludah mengeluarkan darah, Pendarahan
baru, berlebihan, dan lama dari vagina, Bercak-bercak merah yang sering dan memar
parah pada kulit
Bicarakan dengan dokter anda tentang obat yang Anda gunakan untuk mencari tahu
seberapa sering harus melakukan tes darah. Jika Anda menggunaka ticlopidine,
lakukan tes darah untuk mengecek jumlah sel darah putih selama 3 bulan pertama
pengobatan.
Antikoagulan

Tromboemboli merupakan salah satu penyebab sakit dan kematian yang banyak terjadi.
Kelainan sering menyertai penyakit lain misalnya gagal jantung, diabetes mellitus, varises
vena dan kerusakan arteri.

Faktor-faktor yang menimbulkan tromboemboli : trauma, kebiasaan merokok, kehamilan,


atau obat-obat yang mengandung estrogen.

Obat yang digunakan untuk mengatasi tromboemboli adalah obat yang mempengaruhi
mekanisme pembekuan darah, yaitu : antikoagulan, antitrombotik, dan trombolitik.

Pembekuan darah

Proses pembekuan darah berlangsung melalui beberapa tahap:

1) Aktivasi tromboplastin

2) Pembentukan trombin dari protrombin dan

3) Pembentukan fibrin dari fibrinogen.

Dalam proses ini diperlukan factor-faktor pembekuan darah dan dikenal ada 12 faktor
pembekuan darah. Aktivasi tromboplastin, yang akan mengubah protrombin (factor II)
menjadi trombin (factor IIa), melalui 2 mekanisme yaitu mekanisme ekstrinsik dan intrinsic

Pada mekanisme ekstrinsik,

Tromboplastin jaringan (factor III, berasal dari jaringan rusak) akan bereaksi dengan
factor VII yang dengan adanya kalsium (factor IV) akan mengaktifkan factor X.

Faktor Xa bersama-sama factor V, ion kalsium dan fosfolipid trombosit akan


mengubah protrombin menjadi trombin. Oleh pengaruh trombin, fibrinogen (factor
I) akan diubah menjadi fibrin monomer (factor Ia) yang tidak stabil. Fibrin monomer,
atas pengaruh factor XIIIa akan menjadi stabil dan resisten terhadap enzim
proteolitik seperti plasmin.

Pada mekanisme intrinsik,

Semua factor yang diperlukan untuk pembekuan darah berada di dalam darah.
Pembekuan dumulai bila factor Hageman (factor XII) kontak pada suatu permukaan
yang bermuatan negatif, seperti kolagen subendotel pembuluh darah yang rusak.

Kontak tersebut menyebabkan factor Hageman lebih peka terhadap aktivasi oleh
kadar kecil kalikrein. Selanjutnya factor XIIa yang terbentuk akan mengaktivasi
prekalikrein dan factor XI. Aktivasi prekalikrein oleh factor XIIa akan menghasilkan
kalikrein yang selanjutnya akan mengaktifkan factor XII berikutnya. Aktivasi factor XI
akan menghasilkan factor XI aktif, yang dengan adanya ion kalsium akan
mengaktifkan factor IX. Kompleks tromboplastin jaringan (factor III), Ca++ dan factor
VII juga akan mengaktivasi factor IX pada mekanisme instriksik ini.

Faktor IX aktif bersama-sama factor VIII, ion kalsium dan fosfolipid akan
mengaktifkan factor X. Urutan mekanisme pembekuan darah selanjutnya sama
seperti yang terjadi pada mekanisme ekstrinsik.

Antitrombin III (AT-III)

Suatu alfa-2 globulin plasma, pada kadar normal dan ikatannya dengan bentuk aktif factor-
faktor pembeku darah dapat mempertahankan kecairan darah dan mencegah trombosis.
Defisiensi AT-III dapat terjadi terjadi secara heriditer, setelah operasi, sirosis hepatis,
sindrom nefrotik, trombosis akut, preparat kontrasepsi yang mengandung estrogen.

Antikoagulan oral meningkatkan aktivitas AT-III, maka obat ini merupakan obat terpilih
untuk penderita dengan gangguan heriditer tersebut.

Faktor-faktor untuk pembekuan darah :

1. Fibrinogen
2. Protrombin
3. Tromboplastin jaringan
4. Ca++
5. Faktor labil, Proakselerin, Ac-globulin
6. Faktor stabil, Prokonvertin, Akselerator konversi protrombin serum (SPCA)
7. Globulin antihemofilik (AHG), factor A antihemofilik
8. Faktor Christmas, Komponen tromboplastin plasma (PTC), factor B antihemofilik
9. Faktor Stuart-Prower
10. Anteseden tromboplastin plasma (PTA), Faktor C antihemofilik
11. Faktor Hageman
12. Faktor penstabil fibrin

Ada berbagai jenis antikoagulan, masing-masing digunakan dalam jenis pemeriksaan


tertentu.

EDTA ( ethylenediaminetetraacetic acid, [CH2N(CH2CO2H)2]

Umumnya tersedia dalam bentuk garam sodium (natrium) atau potassium (kalium),
mencegah koagulasi dengan cara mengikat atau mengkhelasi kalsium. EDTA memiliki
keunggulan dibanding dengan antikoagulan yang lain, yaitu tidak mempengaruhi sel-
sel darah, sehingga ideal untuk pengujian hematologi, seperti pemeriksaan
hemoglobin, hematokrit, KED, hitung lekosit, hitung trombosit, retikulosit, apusan
darah, dsb.

K2EDTA biasanya digunakan dengan konsentrasi 1 - 1,5 mg/ml darah. Penggunaannya


harus tepat. Bila jumlah EDTA kurang, darah dapat mengalami koagulasi. Sebaliknya,
bila EDTA kelebihan, eritrosit mengalami krenasi, trombosit membesar dan
mengalami disintegrasi. Setelah darah dimasukkan ke dalam tabung, segera lakukan
pencampuran/homogenisasi dengan cara membolak-balikkan tabung dengan lembut
sebanyak 6 kali untuk menghindari penggumpalan trombosit dan pembentukan
bekuan darah.

Ada tiga macam EDTA, yaitu dinatrium EDTA (Na2EDTA), dipotassium EDTA (K2EDTA)
dan tripotassium EDTA (K3EDTA). Na2EDTA dan K2EDTA biasanya digunakan dalam
bentuk kering, sedangkan K3EDTA biasanya digunakan dalam bentuk cair. Dari ketiga
jenis EDTA tersebut, K2EDTA adalah yang paling baik dan dianjurkan oleh ICSH
(International Council for Standardization in Hematology) dan CLSI (Clinical and
Laboratory Standards Institute).

Tabung EDTA tersedia dalam bentuk tabung hampa udara (vacutainer tube) dengan
tutup lavender (purple) atau pink seperti yang diproduksi oleh Becton Dickinson.

Trisodium citrate dihidrat (Na3C6H5O7 2 H2O )

Citrat bekerja dengan mengikat atau mengkhelasi kalsium. Trisodium sitrat dihidrat
3.2% buffered natrium sitrat (109 mmol/L) direkomendasikan untuk pengujian
koagulasi dan agregasi trombosit. Penggunaannya adalah 1 bagian citrate + 9 bagian
darah. Secara komersial, tabung sitrat dapat dijumpai dalam bentuk tabung hampa
udara dengan tutup berwarna biru terang.

Spesimen harus segera dicampur segera setelah pengambilan untuk mencegah


aktivasi proses koagulasi dan pembentukan bekuan darah yang menyebabkan hasil
tidak valid. Pencampuran dilakukan dengan membolak-balikkan tabung sebanyak 4-5
kali secara lembut, karena pencampuran yang terlalu kuat dan berkali-kali (lebih dari
5 kali) dapat mengaktifkan penggumpalan platelet dan mempersingkat waktu
pembekuan.

Darah sitrat harus segera dicentrifuge selama 15 menit dengan kecepatan 1500 rpm
dan dianalisa maksimal 2 jam setelah sampling.

Natrium sitrat konsentrasi 3,8% digunakan untuk pemeriksaan erythrocyte


sedimentation rate (ESR) atau KED/LED cara Westergreen. Penggunaannya adalah 1
bagian sitrat + 4 bagian darah.
Heparin

Antikoagulan ini merupakan asam mukopolisacharida yang bekerja dengan cara


menghentikan pembentukan trombin dari prothrombin sehingga menghentikan
pembentukan fibrin dari fibrinogen. Ada tiga macam heparin: ammonium heparin,
lithium heparin dan sodium heparin. Dari ketiga macam heparin tersebut, lithium
heparin paling banyak digunakan sebagai antikoagulan karena tidak mengganggu
analisa beberapa macam ion dalam darah.

Heparin banyak digunakan pada analisa kimia darah, enzim, kultur sel, OFT (osmotic
fragility test). Konsentrasi dalam penggunaan adalah : 15IU/mL +/- 2.5IU/mL atau 0.1
0.2 mg/ml darah. Heparin tidak dianjurkan untuk pemeriksaan apusan darah
karena menyebabkan latar belakang biru.

Setelah dimasukkan dalam tabung, spesimen harus segera dihomogenisasi 6 kali dan
dicentrifuge 1300-2000 rpm selama 10 menit kemudian plasma siap dianalisa. Darah
heparin harus dianalisa dalam waktu maksimal 2 jam setelah sampling.

Oksalat

Natrium Oksalat (Na2C2O4). Natrium oksalat bekerja dengan cara mengikat kalsium.
Penggunaannya 1 bagian oksalat + 9 bagian darah. Biasanya digunakan untuk
pembuatan adsorb plasma dalam pemeriksaan hemostasis.

Kalium Oksalat NaF. Kombinasi ini digunakan pada pemeriksaan glukosa. Kalium
oksalat berfungsi sebagai antikoagulan dan NaF berfungsi sebagai antiglikolisis
dengan cara menghambat kerja enzim Phosphoenol pyruvate dan urease sehingga
kadar glukosa darah stabil.
III. Alat dan bahan

Alat :

Timbangan hewan
Stopwatch
Alat suntik
Beaker glass
Gunting

Bahan :

Vitamin K 1 mg/kg
NaCl
Asetosal 100 mg/kg
Heparin 1000 ui/kg

Hewan :

Mencit

IV. Cara kerja

1. Timbang hewan (mencit).


2. Hitung VAO.
3. Injeksi obat (Asetosal) pada mencit secara oral.
4. 15 menit setelah di injeksi, potong ekor mencit dengan alat pemotong yang tajam
kira-kira 1 cm dari sisi paling distal.
5. Setelah ekor dipotong, cepat-cepat celupkan ekor mencit ke dalam air hangat
(37oC)
6. Catat waktu pendarahan mulai pada saat memotong ekor sampai darah berhenti
mengalir,
7. Bandingkan waktu pendarahan antara control dengan perlakuan dan antara
kelompok kelompok obat yang berbeda dan kelompok kontrol.
8. Bahas hasil dan simpulkan
V. Hasil

- BB mencit = 19,11 g (0,01911 kg)


- Obat yang digunakan pada kelompok III : Asetosal 100 mg/kg BB
Dengan konsentrasi :10 mg/ml

Perhitungan dosis Asetosal:


BB KG (
( )
)
=
C (mg/
mg/ml)
ml)


0,01911 KG
KG100
= = 0,19 ml
10 mg/
mg/ml

Kelompok Obat /Dosis (mg/kg) BB (g) VAO (ml) Bleeding Time


1 Vitamik K 1 mg/kg 16.2 g 0.16 ml 2 menit 5 detik
2 Vitamik K 1 mg/kg 22.61 g 0.22 ml 2 menit
3 Asetosal 100 mg/kg 19.11 g 0.19 ml 5 menit
4 Asetosal 100 mg/kg 26 g 0.26 ml 2 menit 30 detik
Heparin 1000 ui/kg 24.47 g 0.24 ml 11 menit 32 detik
5
Control NaCl fis 19.16 g 0.19 ml 8 menit 30 detik
6 Heparin 1000 ui/kg 26 g 0.26 ml 13 menit
VI. Pembahasan

Antikoagulan adalah zat yang mencegah penggumpalan darah dengan cara mengikat
kalsium atau dengan menghambat pembentukan trombin yang diperlukan untuk
mengkonversi fibrinogen menjadi fibrin dalam proses pembekuan . Jika tes membutuhkan
darah atau plasma, spesimen harus dikumpulkan dalam sebuah tabung yang berisi
antikoagulan. Spesimen-antikoagulan harus dicampur segera setelah pengambilan spesimen
untuk mencegah pembentukan microclot. Pencampuran yang lembut sangat penting untuk
mencegah hemolisis.

Asetosal mempunyai mekanisme kerja yaitu secara ireversibel menghambat


siklooksigenase. Jadi mencegah pembentukan tromboksan A2 dan prostaglandin ( yang
menginduksi agregasi trombosit ), indikasi sebagai menurunkan risiko serangan iskemik
sementara rekuren atau stoke. Menurunkan risiko miokardial pada pasien dengan angina
unstable atau infark sebelumnya. Juga digunakan sebagai tujuan antiinflamasi dan analgesic.

Heparin merupakan asam mukopolisacharida yang bekerja dengan cara menghentikan


pembentukan trombin dari prothrombin sehingga menghentikan pembentukan fibrin dari
fibrinogen. Sehingga pembekuan pun tidak terjadi. Ada tiga macam heparin: ammonium
heparin, lithium heparin dan sodium heparin. Dari ketiga macam heparin tersebut, lithium
heparin paling banyak digunakan sebagai antikoagulan karena tidak mengganggu analisa
beberapa macam ion dalam darah.

Vitamin K memiliki mekanisme kerja yaitu meningkatkan pembekuan darah dengan


meningkatkan kerja dari faktor II,VII,IX dan X yang terdapat pada faktor ekstrinsik dan
intrinsik.

Pada praktikum kali ini, saya akan membahas hasil dari kelompok 3 yang menggunakan obat
Asetosal sebagai obat Antikoagulan. Asetosal disuntikkan secara oral pada mencit yang
memilikki berat badan 19,11 g sebanyak 0,19 ml. Setelah 15 menit ekor dari mencit tersebut
dipotong disisi paling distal. Kemudian direndamkan dalam air hangat dan membutuhkan
waktu 5 menit untuk berhentinya pendarahan yang terjadi. Pada kelompok 4 yang juga
menggunakan Asetosal sebagai obat anti koagulan dengan dosis yang sama membutuhkan
waktu 2 menit 30 detik untuk menghentikan pendarahan. Dari hasil yang didapat, ini cukup
bagus karena tidak terlalu jauh perselisihan waktu yang dibutuhkan untuk Bleeding timenya.
Kemudian pada kelompok 1 dan 2 yang menggunakan Vitamin K sebagai obat antikoagulan
juga memberikan waktu yang tidak begitu lama untuk pembekuan darah/bleeding time,
sekitar 2 menitan. Pada kelompok 5 dan 6 yang menggunakan heparin sebagai obat
antikoagulan selisih dari bleeding timenya juga tidak begitu jauh. Namun membutuhkan
waktu yang lebih lama untuk pembekuan darahnya/untuk memberhentikan pendarahan
pada ekor mencit yaitu sekitar 11 menit-13 menit.

Dari percobaan praktikum kali ini dapat kita buktikan bahwa Vitamin K sangat cepat sebagai
obat koagulan/anti pendarahan. Karena waktu yang dibutuhkannya untuk memberhentikan
darah sangat cepat dibanding Asetosal beberapa menit. Sedangkan pada obat Heparin
membutuhkan waktu yang sangat lama untuk membekukan darah. Ini sesuai dengan
mekanisme kerja dari masing-masing obat tersebut. Dan heparin terbukti efektif sebagai
obat anti koagulan.
VII. KESIMPULAN

Antikoagulan adalah zat yang mencegah penggumpalan darah dengan cara mengikat
kalsium atau dengan menghambat pembentukan trombin yang diperlukan untuk
mengkonversi fibrinogen menjadi fibrin dalam proses pembekuan .
Faktor-faktor untuk mencegah antikoagulasi :
- Antikoagulan
- Antitrombolitik
- Antiplatelet
- Antipendarahan
Kaskade koagulasi:
- Intrinsik
- Ekstrinsik
Obat antikoagulan Heparin,Asetosal
Obat koagulansia Vitamin K
Obat Heparin sangat efektif sebagai obat antikoagulan karena membutuhkan waktu
yang sangat lama untuk memberhentikan pendarah atau dalam arti lain sebagai obat
anti pemekuan darah. Dan Vitamin K sangat cepat dan bagus untuk obat koagulan,
karena waktu yang dibutuhkannya untuk memberhentikan pendarahan sangat cepat
dibanding Asetosal.
VIII. JAWABAN PERTANYAAN

1. Jelaskan mekanisme kerja yang mendasari efek farmakologi obat-obat yang


digunakan dalam percobaan ini.
Jawab:
Obat-obat yang digunakan dalam percobaan ini adalah aspirin,vitamin K dan heparin.
Berikut ini adalah mekanisme kerja dari obat-obat tersebut.
Aspirin / Asetosal
- Mengasetilasi enzim siklooksigenase dan menghambat pembentukan
enzim cyclic endoperoxides.
- Menghambat sintesa tromboksan A-2 (TXA-2) didalam
trombosit,sehingga akhirnya menghambat agregasi trombosit.
- Menginaktivasi enzim-enzim pada trombosit tersebut secara
permanen. Penghambatan inilah yang merupakan cara kerja aspirin
dalam pencegahan stroke dan TIA (transient ischemic attack).
- Pada endotel pembuluh darah, menghambat pembentukan
prostasiklin. Hal ini membantu mengurangi agregasi trombosit pada
pembuluh darah yang rusak.

Heparin
Efek antikoagulan heparin timbul ikatannya dengan AT-III berfungsi :
- Menghambat protease factor pembekuan termasuk factor
Iia(thrombin), X a dan IX a, dengan cara membentuk komplek yang
stabil dengan protease pembekuan.
- Heparin yang terikat dengan AT-III mempercepat pembekuan
komplek tersebut sampai 100 kali.
- Bila kompleks AT-III protease sudah terbentuk heparin dilepas unutuk
selanjutnya membentuk ikatan baru dengan membentuk antitrombin.

Vitamin K
- Pada penderita defisiensi vitamin K, vitamin ini berguna untuk
meningkatkan biosintesis beberapa faktor pembekuan darah yang
berlangsung di hati.
- Sebagai hemostatik vitamin K memerlukan waktu unutk dapat
menimbulkan efek, sebab vitamin K harus merangsang pembentukan
darah lebih dahulu.

2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi toksisitas obat anti koagulan dan
koagulansia? Jelaskan alasannya.
Jawab:
Dosis Obat
Dosis obat akan diberikan sesuai dengan usia. Misalnya pada bayi yang baru
dilahirkan semua enzim di hati belum terbentuk lengkap sehingga reaksi
metabolismenya lebih lambat. Karena itu harus diberikan obat dengan dosis
yang lebih rendah agar menghindari terjadinya over dosis atau kercunan.

Rute pemberian
Misalnya pada pemberian secara oral, toksisitasnya dapat dimodifikasi oleh
penambahan agen dengan bantuan atau perlambatan absorbsi bahan
aktifnya.

Umur
Hal ini disebabkan karena kemampuan setiap individu untuk memetabolisir
atau mensekresikan zat kimia adalah berbeda-beda.

Berat Badan
Perbedaan berat badan sangat menentukan jumlah zat kimia yang akan
diberikan berdasarkan berat badan (misal mg/kg BB)

3. Jelaskan tanda-tanda atau gejalan-gejala keracunan heparin,vitamin K dan natrium


sitrat.
Jawab :
Keracunan Heparin
- Nyeri tulang (osteoporosis)
- Reaksi hipersensitivitas,ditandai dengan menggigil, demam, shock,
anafilaksis dan urtikaria.

Keracunan vitamin K
- Sangat jarang terjadi kecuali bagi mereka yang mengonsumsi
suplemen vitamin K secara berlebih.
- Gejala keracuna vitamin K dapat berupa mual,muntah,anemia,diare
dan ruam kulit.

Keracunan Asetosal (Aspirin)


- Pasien dengan keracunan ringan sering mengalami mual dan muntah,
sakit perut, kelesuan, tinnitus (telinga berdengung), dan pusing.
- Gejala yang lebih signifikan terjadi pada keracunan yang lebih berat
meliputi hipertemia (menggigil), takipnea (nafas cepat), alkalosis
pernafasan, asidosis metabolik, hipokalemia, hipoglikemia,
halusinasi, kebingungan, kejang, edema serebral,dan koma.
IX. DAFTAR PUSTAKA
- Boylan, C. James, dkk,. 1983. Pharmaceutical Excipient. London. Pharmaceutical
Society of Britian. P.88.
- Dirjen POM,. 1979. Farmakope Indonesia Edisi ketiga. Jakarta:dinas kesehatan RI.
- Departemen farmakologi dan teraupetik. 2007. Farmakologi dan terapi edisi 5.
Jakarta:FK UI.P.
- Ganiswarna. G Sulistia,.1995. Farmakologi dan Terapi Edisi 4.Jakarta: Gaya
baru.P.109.
- Olson, James, M D,.2002. Belajar Mudah Farmakologi. Jakarta:ECG.P.40.

Das könnte Ihnen auch gefallen