Sie sind auf Seite 1von 3

Provinsi Nusa Tenggara Timur merupakan sala satu daerah di Indonesia yang rentan terhadap

perubahan iklim. Selama El Nino, awal musim hujan sering tertunda dan jumlah curah hujan
berkurang. Peningkatan variabilitas cuaca, di kaitkan dengan perubahan iklim, mempengaruhi
perubahan iklim di NTT, terutama mempengaruhi awal dan durasi musim basa, inilah tren
iklim dan bencana akibat iklim.

Dari sudut pertumbuhan penduduk dan kebutuhan pangan, pertumbuhan penduduk 1,66 %
tahun (2013-2015), produktivitas pangan rendah meski volume dan area panen padi meningkat
2005-2009, ketersediaan pangan tergantung dari luar, rentan rawan pangan karena kekeringan
lahan.

Kondisi geografis, Iklim Nusa Tenggara Timur terdiri dari sebagian kering dan basah. Ada
beberapa daerah yang curah hujan sangat memadai sepanjang tahun sehingga prospek
pengembangan pertanian untuk lahan persawahan maupun untuk komoditas pertanian selain
padi cukup menjanjikan (kopi, cengkeh, panili, coklat,kemiri,dll), namun sebagian besar
daerah lain di NTT iklimnya relatif kering. Variabilitas iklim tiap tahunnya disebabkan oleh El
Nino-Osilasi Selatan (ENSO) yang mempengaruhi awal dan akhir musim hujan maupun
jumlah curah hujan. Tahun 2005, hutan hanya mencakup 9,6 % area lahan di NTT, sebagian
besar tertutup padang rumput dan lahan kering.

Analisa Kebijakan, Kelembagaan dan Belanja Publik terkait perubahan Iklim/Climate publik
Expenditure & Institutional Review (CPEIR) di provinsi Nusa Tenggara Timur yang di
laksanakan oleh Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian keuangan RI, merupakan sala satu
kajian perubahan iklim (PI) yang dilaksanakan pada tingkat Provinsi dan kabupaten,
bekerjasama dengan UNDP. Tujuannya : menganalisa kebijakan, kelembagaan dan belanja
terkait dengan mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, serta menganalisa dampaknya terhadap
kemiskinan dan gender (pro poor & pro gender). Kajian yang di lakukan tersebut di harapkan
dapat memberikan kontribusi terhadap sasaran pembangunan secara keseluruhan dengan cara
mendukung alokasi strategis sumber daya dan pengolahan keuangan.
Kebijakan Mitigasi : Pergub NTT nomor 40 Tahun 2012 tentang RAD GRK NTT, beberapa
rencana aksi dalam GRK tersebut antaranya, evaluasi kebijakan pertanian, pengembangan
peternakan, kehutanan, industri, energi, transportasi dan pegelolaan limbah (air). Terkait
perubahan iklim telah masuk dalam RPJMD provinsi NTT 2013-2018, Misi ke 3,
pemberdayaan ekonomi berbasis masyarakat dan pengembangan berdasarkan keutungan
komparatif. Terkait perubahan iklim dalam RPJMD NTT 2013-2018 pada Misi ke 5 yaitu
mempercepat pengembangan infrastruktur berdasarkan pada alokasi spasial dan pertimbangan
lingkungan. (lembaga yang bertanggungjawab, PU, Perikanan, pertanian, perkebunan,
Peternakan, Pertambangan Energi dan Lingkungan Hidup). Perubahan Iklim (PI) dalam
RPJMD NTT 2013-2018 Misi 8, Mempercepat pengurangan kemiskinan di wilayah-wilayah
perbatasan.

Kajian terkait analisa keuangan dan belanja publik perubahan iklim di NTT, menurut Syurkani
Ishak Kasim, selaku kepala Pusat kebijakan pembiayaan Perubahan Iklim dan Multilateral,
Badan Kebijakan Fiskal, kementerian keuangan RI mengatakan, NTT yang merupakan daerah
kepulauan dan sangat rentan terhadap perubahan iklim, sangat perlu dilakukan kajian dengan
tujuan untuk mendukung strategis pola transfer alokasi keuangan dari pusat kedaerah terutama
dalam menghadap perubahan iklim di daerah NTT baik pada saat terjadi La Nina maupun EL
Nino.

Dalam kesempatan sosialisasi hasil kajian tersebut disampaikan, alokasi anggaran perubahan
iklim Provinsi NTT dititik beratkan pada kegiatan adaptasi karena provinsi NTT memiliki
tingkat kerentanan yang cukup tinggi. Masalah terkait kerentanan, rawan pangan, kekeringan,
kekurangan air bersih dan irigasi, serta mata pencaharian pokok dari industri primer. Kegiatan
baru mitigasi RAD-GRK belum secara jelas diusulkan dalam perencanaan dan anggaran
pemerintah daerah, walaupun secara umum terjadi peningkatan anggaran yang dialokasikan
untuk perubahan iklim dan berdampak positip pada ketahanan pangan, seperti perbaikan
irigasi, pengendalian hama, dan intesifikasi tanaman. akan tetapi, peningkatan tersebut belum
cukup untuk menangani permasalahan PI di NTT.
Sebagai rekomendasi dari kegiatan sosialisasi analisa kebijakan, kelembagaan dan belanja
publik terkait perubahan iklim Kementerian Keuangan RI antara lain, mengarusutamakan
perubahan target perubahan iklim (mitigasi dan adaptasi) kedalam dokumen perencanaan dan
penganggaran daerah (dalam peraturan legal). Selain itu perlu koordinasi antara institusi
pemerintah terkait perubahan iklim, Bappeda diharapkan menjadi koordinator tingkat provinsi
kabupaten/kota. Kegiatan sosialisasi tersebut berlangsung selama sehari,dibuka oleh Kepala
Bappeda Provinsi NTT IR. Wayan Darmawa, MT, bertempat di Aula Swiss Berlin Hotel
Kupang, tanggal 5 Pebruari 2016. (Tim Barita Bappeda)

Das könnte Ihnen auch gefallen