Sie sind auf Seite 1von 6

ISSN 1978 - 1059

Jurnal Gizi dan Pangan, November 2013, 8(3): 187192

PENGETAHUAN GIZI, KELUHAN KESEHATAN, KONDISI PSIKOLOGIS,


DAN POLA PEMBERIAN ASI IBU POSTPARTUM

(Nutritional Knowledge, Health Complaints, Psychological Condition, and Breastfeeding Patterns


on Postpartum Mothers)

Armina Puji Utari1*, Katrin Roosita1, dan M. Rizal M.Damanik1

1
Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor, 16680

ABSTRACT

This study was aimed to assess nutritional knowledge, health complaints, psychological conditions, and their
association with breastfeeding pattern on postpartum mother. A cross sectional study with interview method
was conducted in five villages in Dramaga Subdistrict, Bogor District, during the period of April to May
2013. Subjects included in this study were 30 postpartum mothers who met inclusion criteria. Subjects were
mothers of 1040 days old newborn baby and it was not the first childbirth, willing to be subject through
informed consent agreement, and was able to communicate. The majority of postpartum mothers had fair
nutritional knowledge (60.0%), low health complaints (66.7%), and depression (56.7%). The nutritional
knowledge of exclusive breastfeeding tended to correlate with exclusive breastfeeding practice (r=0.126;
p=0.508). Meanwhile, lower health complaints tended to correlate with better breastfeeding practices
(r=0.063; p=0.74).

Keywords: breastfeeding, health complaints, nutritional knowledge, postpartum mother, psychological


conditions

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan gizi, status kesehatan, kondisi psikologis serta
kaitannya dengan pola pemberian ASI ibu postpartum. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional
study dengan metode wawancara yang dilakukan di lima desa di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor,
pada bulan April hingga Mei 2013. Subjek penelitian adalah 30 ibu postpartum dengan kriteria inklusi, ibu
dari bayi berusia 1040 hari dan bukan persalinan pertama, bersedia menjadi subjek penelitian, dan dapat
berkomunikasi dengan baik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar ibu postpartum memiliki
tingkat pengetahuan gizi cukup (60%), keluhan kesehatan rendah (66.7%) serta mengalami depresi (56.7%).
Pengetahuan gizi tentang definisi ASI yang semakin baik pada ibu postpartum cenderung berkorelasi dengan
pemberian ASI eksklusif yang baik (r=0.126; p=0.508). Sebaliknya, semakin rendah keluhan kesehatan ibu
postpartum, cenderung berkorelasi dengan pola pemberian ASI yang semakin baik (r=0.063; p=0.74).

Kata kunci: ASI, ibu postpartum, keluhan kesehatan, kondisi psikologis, pengetahuan gizi

Korespondensi: Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia (FEMA), Institut Pertanian Bogor,
*

Bogor 16680. Email: arminapujiutari@gmail.com

JGP, Volume 8, Nomor 3, November 2013 187


Utari dkk.

PENDAHULUAN METODE

Tujuan pembangunan millenium atau Mil- Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian
lennium Development Goals (MDGs) yang terkait Desain penelitian ini adalah cross sectional
langsung dengan pembangunan kesehatan antara study. Penelitian dilakukan di Kecamatan Dramaga
lain meningkatkan kesehatan ibu dan menurunkan Kabupaten Bogor yang terdiri dari lima desa wilayah
angka kematian bayi (AKB). World Health Organiza- kerja Puskesmas Dramaga yaitu Desa Ciherang,
tion (WHO) menetapkan target di tahun 2015 untuk Sukawening, Dramaga, Sinarsari, dan Neglasari.
mengurangi dua pertiga tingkat kematian ibu dalam Kecamatan Dramaga dipilih secara purposive de-
proses melahirkan dan dua pertiga tingkat kematian ngan pertimbangan kemudahan akses. Penelitian
bayi atau anak-anak di bawah usia lima tahun. Angka ini dilakukan pada bulan AprilMei 2013. Proses
kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) pengolahan, analisis, dan interpretasi data dilaku-
juga merupakan salah satu tolak ukur ketercapaian kan pada bulan JuliOktober 2013.
kesejahteraan rakyat (Depkes RI 2013).
Survei Dasar Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 Jumlah dan Cara Pengambilan Subjek
menunjukkan bahwa AKI tahun 20032007 sebe- Subjek penelitian adalah ibu postpartum yang
sar 228 per 100 000 kelahiran hidup. AKB Indone- tinggal di lokasi penelitian. Penarikan subjek dilaku-
sia juga masih tergolong tinggi jika dibandingkan kan secara purposive dengan kriteria inklusi antara
dengan negara-negara ASEAN, yaitu 1.3 kali lebih lain 1) ibu postpartum tidak memiliki penyakit risiko
tinggi dari Filipina, 1.8 kali lebih tinggi dari Thai- tinggi; 2) usia bayi 1040 hari pada saat pengambil-
land dan 4.6 kali lebih tinggi dari Malaysia (Depkes an data; 3) ibu postpartum bersedia menjadi subjek
RI 2013). Tingginya angka kematian neonatal (AKN) yang akan ditegaskan melalui persetujuan informed
dan AKI menunjukkan pentingnya memperhatikan consent; 4) bayi bukan merupakan persalinan perta-
periode postpartum karena merupakan periode pe- ma; 5) ibu postpartum dapat berkomunikasi dengan
mulihan setelah proses melahirkan yang membutuh- baik. Kerangka sampling diperoleh dari puskesmas
kan pengobatan dan perawatan. Selain itu, periode dan bidan desa. Seluruh ibu postpartum yang me-
postpartum merupakan periode awal proses laktasi menuhi kriteria inklusi menjadi subjek penelitian.
atau pemberian ASI (Prawiroharjo 2008).
Hasil survei Centers for Disease Control and Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Prevention (CDC), menunjukkan bahwa pada tahun Jenis data merupakan data primer yaitu data
2009 sebesar 16.3% bayi di dunia diberikan ASI eks- dikumpulkan secara langsung oleh peneliti dengan
klusif selama enam bulan, dan sebesar 76.9% diberi- menggunakan kuesioner. Data primer yang dikum-
kan ASI eksklusif selama satu tahun (CDC 2012). Se- pulkan meliputi karakteristik subjek (usia, pendidik-
mentara itu hasil di Indonesia, persentase bayi yang an formal, pekerjaan, pendapatan keluarga, dan
menyusui eksklusif sampai dengan enam bulan sebe- pengalaman menyusui), pengetahuan gizi dan kese-
sar 15.3% (RISKESDAS 2010). hatan, keluhan kesehatan, kecukupan produksi ASI,
Pola pemberian ASI berkaitan dengan kondisi kondisi psikologis postpartum, dan pola pemberian
psikologis postpartum. Hasil penelitian dari Klainin ASI yang didapatkan melalui wawancara mengguna-
dan Arthur (2009) mengungkapkan bahwa sebesar kan kuesioner.
3.563.3% perempuan di Asia mengalami gangguan
psikologi setelah melahirkan, dengan prevalensi te- Pengolahan dan Analisis Data
rendah di Malaysia dan tertinggi di Pakistan. Taveras Analisis data secara deskriptif dilakukan de-
et al. 2003 juga mengungkapkan bahwa gangguan ngan mengelompokkan atau membandingkan de-
psikologis ini dapat berpengaruh terhadap hubungan ngan cut off point. Untuk melakukan statistik in-
antara ibu dan bayi serta pola menyusui. Identifikasi ferensia, maka data diuji kenormalannya dengan
sejak awal terhadap risiko gangguan psikologis pada menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Uji korelasi
ibu postpartum sangat penting untuk mengurangi yang dilakukan adalah uji korelasi Spearman.
pengaruh negatif kondisi psikologi ini dan berpotensi Pengetahuan gizi terdiri dari sepuluh perta-
untuk meningkatkan keberhasilan pemberian ASI. nyaan tentang ASI dan konsumsi makanan yang baik
Kondisi pengetahuan gizi, keluhan kesehat- selama periode postpartum berdasarkan Khomsan
an, dan gangguan psikologis ibu postpartum diduga (2009). Hasil skoring dari pertanyaan yang telah
memiliki pengaruh terhadap pola pemberian ASI. dibuat dikelompokkan menjadi kurang (<6), cukup
Berdasarkan hal tersebut perlu diteliti keterkaitan (skor 68), dan baik (skor>8). Keluhan kesehatan
antara pengetahuan gizi, keluhan kesehatan, dan subjek yang terdiri dari sembilan poin penilaian
kondisi psikologis terhadap pola pemberian ASI Ibu dikategorikan menjadi rendah, sedang, dan tinggi
postpartum. berdasarkan kriteria Wulandari (2011). Data keluhan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk me- kesehatan ibu postpartum dikelompokkan menjadi
nilai tingkat pengetahuan gizi, keluhan kesehatan, rendah (<3), sedang (36), dan tinggi (>6).
kondisi psikologis, dan menganalisis pola pemberian Penilaian kondisi psikologis postpartum meng-
ASI ibu postpartum. gunakan kuesioner Edinburgh Postnatal Depression

188 JGP, Volume 8, Nomor 3, November 2013


Kondisi Psikologis dan Pola Pemberian ASI Ibu Postpartum

Scale (EPDS), yaitu suatu instrumen yang terdiri dari kader posyandu (60.0%), televisi (30.0%), keluarga
10 item yang dipakai untuk menilai adanya kemung- (26.7%), dan teman/tetangga (6.7%). Hal ini selaras
kinan dari depresi postpartum dalam skala tertentu dengan pernyataan Bowman (2013) bahwa pengeta-
(Cox & Holden 2003). Kondisi psikologis postpartum huan yang diperoleh ibu postpartum tentang pem-
dikategorikan menjadi tidak depresi jika skor <10 berian ASI secara umum didapatkan dari sejumlah
dan depresi jika skor >10. sumber seperti internet, konsultan ASI, teman, dan
Pola pemberian ASI terdiri dari inisiasi me- keluarga. Ibu postpartum pada penelitian ini paling
nyusui dini (IMD), durasi pemberian ASI, frekuensi banyak mendapat pengetahuan gizi dan informasi
pemberian ASI, kecukupan produksi ASI yang dinilai kesehatan yang berasal dari bidan atau petugas ke-
berdasarkan persepsi, dan pemberian ASI eksklusif. sehatan (76.7%). Namun masih banyak tenaga ke-
Kategori pola pemberian ASI berdasarkan nilai dari sehatan yang justru mempromosikan susu formula
berjalannya praktik IMD, frekuensi pemberian >6 sehingga sebesar 43.3% ibu postpartum tidak mem-
kali per hari, durasi >10 menit tiap kali menyusui, berikan ASI secara eksklusif.
berjalannya perilaku ASI eksklusif, dan produksi ASI
yang cukup. Kategori kecukupan produksi ASI yaitu Keluhan Kesehatan Ibu Postpartum
sangat kurang jika skor 3, kurang jika skor 3 sampai Sebagian besar ibu memiliki keluhan kesehat-
6, dan cukup jika skor >6 (Kent et al. 2006). an rendah (66.7%) (Tabel 1). Lamanya penyembuhan
setelah melahirkan (masa postpartum) dapat dipe-
HASIL DAN PEMBAHASAN ngaruhi juga oleh pelayanan postpartum yang meli-
puti pengawasan ibu oleh tenaga kesehatan selama
Pengetahuan Gizi dua jam pertama setelah melahirkan (persalinan
Tingkat pengetahuan gizi ibu postpartum ten- kala IV) (Prawirohardjo 2008). Keluhan kesehatan
tang ASI dan pemilihan makanan yang baik selama dipengaruhi oleh pelayanan dan perawatan kesehat-
masa postpartum tergolong cukup (Tabel 1). Se- an yang dilakukan oleh petugas kesehatan maupun
bagian besar ibu postpartum memiliki pengetahuan secara mandiri (swamedikasi). Perawatan yang di-
gizi cukup (60%). Berdasarkan hasil tersebut penge- lakukan subjek adalah kontrol bidan atau tenaga
tahuan gizi subjek relatif baik karena hanya sedikit kesehatan lainnya, pijat atau urut, dan mengon-
(6.7%) yang memiliki pengetahuan gizi kurang, sumsi obat serta jamu tradisional.
meskipun sebagian besar subjek hanya menyele- Kematian ibu dan bayi di Indonesia masih
saikan pendidikan sekolah dasar (43.3%) dan SMP relatif tinggi dan hal ini sering berkaitan dengan
(36.7%). Menurut Khomsan (2009), faktor yang ber- pola perawatan kehamilan, persalinan, dan postpar-
pengaruh terhadap pengetahuan tidak hanya ting- tum. Evance et al. (2013) juga menyebutkan bahwa
kat pendidikan, namun juga pengalaman, hubungan terdapat dua faktor risiko yang signifikan dalam me-
sosial, dan paparan media massa seperti majalah, mengaruhi angka kematian ibu. Faktor pertambahan
TV, dan buku. usia ibu dan status perkawinan adalah faktor-faktor
Pengetahuan ibu dapat diperoleh melalui pen- yang ditemukan terkait dengan peningkatan risiko
didikan formal, informal dan nonformal (Khomsan kematian ibu.
2009). Sebagian besar pendidikan ibu postpartum Sebagian besar ibu postpartum melakukan
adalah SD/sederajat (43.3%). Namun ibu postpartum perawatan masa postpartum dengan mengonsumsi
pada penelitian ini mendapat pengetahuan gizi yang jamu tradisional (96.7%) dan melakukan kontrol
bersumber dari bidan/petugas kesehatan (76.7%), oleh bidan (50%). Jamu tradisional yang dikonsumsi
ibu postpartum adalah godogan lempuyang (Zin-
Tabel 1. Sebaran Subjek berdasarkan Variabel Pene- giber aromaticum VAL) (20.0%), godogan beluntas
litian (Pluchea indica LES) (10.0%), kunyit asem (30.0%),
air sirih (13.3%), beras kencur (56.7%), dan jamu ke-
Variabel n %
masan (36.7%). Sebanyak 30% subjek mengonsumsi
Pengetahuan Gizi: lebih dari satu jenis jamu tradisional. Sementara
Baik 10 33.3 hasil penelitian Dahlianti et al. (2005) menunjukkan
Sedang 18 60.0 sebagian besar ibu postpartum mengonsumsi jamu
galohgor dengan manfaat yang dirasakan adalah
Kurang 2 6.7 kebugaran tubuh dan penyembuhan rahim setelah
Keluhan Kesehatan: melahirkan (76.7%).
Rendah 20 66.7
Kondisi Psikologis Postpartum
Sedang 9 30.0
Sebagian besar ibu postpartum (56.7%) ter-
Tinggi 1 3.3 golong mengalami depresi (Tabel 1) dan sebagian
Kondisi Psikologi: lainnya tidak mengalami depresi (43.3%). Prevalensi
Depresi 17 56.7 depresi di lokasi penelitian ternyata lebih tinggi
dibandingkan hasil penelitian Riordan (2005) yang
Tidak depresi 13 43.3
menunjukkan bahwa sebanyak 20% perempuan se-

JGP, Volume 8, Nomor 3, November 2013 189


Utari dkk.

telah melahirkan memiliki depresi ringan sampai Tabel 2. Sebaran Subjek berdasarkan Pola Pembe-
sedang. rian ASI
Hasil wawancara ibu postpartum menunjuk-
kan bahwa ibu postpartum mengalami depresi ka- Pola Pemberian ASI n %
rena alasan khawatir dan cemas tanpa alasan. Ala- IMD:
san depresi yang lain disebabkan oleh rasa sedih dan Ya 24 80.0
jengkel tanpa alasan. Ibu postpartum mengalami
Tidak 6 20.0
depresi disebabkan oleh faktor ekonomi. Sebagian
subjek dalam penelitian ini tergolong keluarga mis- Kecukupan Produksi ASI:
kin (50.0%). Hal ini didukung oleh pernyataan Rior- Cukup 27 90.0
dan (2005) bahwa ibu postpartum dapat mengalami Kurang 3 10.0
stres karena hubungan yang mendukung kejadian
Durasi Pemberian:
tersebut, salah satunya karena faktor ekonomi. Se-
lain itu peranan suami menentukan kelancaran re- >10 menit 27 90.0
fleks pengeluaran ASI (let down reflex) yang sangat 10 menit 3 10.0
dipengaruhi oleh keadaan perasaan ibu. Frekuensi Pemberian:
>6 kali/hari 30 100.0
Pola Pemberian ASI
Sebagian besar ibu postpartum melakukan 6 kali/hari 0 0.0
praktek IMD (80%). Faktor yang memengaruhi prak- Pemberian ASI Eksklusif:
tek IMD adalah pelayanan dan perawatan tenaga Ya 17 56.7
kesehatan, contohnya yaitu bidan dan dokter. Ham-
Tidak (penambahan prelakteal) 13 43.3
pir seluruh ibu postpartum melakukan persalinan di
bidan (96.7%). Hal ini sejalan dengan penelitian Sari dibandingkan penelitian Papona et al. (2013) yaitu
(2012) yang menjelaskan bahwa faktor-faktor yang sebesar 55%. Semakin tinggi pemahaman ibu terkait
memengaruhi kegagalan praktek IMD, diantaranya kolostrum (p=0.074) dan makanan terbaik yang
adalah penolong persalinan (bidan) dan promosi diberikan untuk bayi (p=0.039), maka semakin men-
susu formula. Wulandari (2011) juga menyebutkan ingkatkan kecenderungan pemberian ASI eksklusif.
bahwa metode memisahkan ibu dengan bayi ternya- Data uji hubungan tabulasi silang selengkapnya da-
ta membuat daya tahan tubuh bayi menurun hingga pat dilihat pada Tabel 3.
mencapai 25%.
Sebagian besar ibu postpartum memiliki Tabel 3. Tabulasi Silang Pengetahuan Gizi dengan
produksi ASI yang cukup (90%)
. Ibu postpartum se- Pemberian ASI Eksklusif
bagian besar memberikan ASI dengan durasi lebih Pemberian ASI
dari 10 menit (90%). Seluruh subjek memberikan ASI Pertanyaan Eksklusif (%) Total
lebih dari 6 kali per hari. Pemberian ASI eksklusif Pengetahuan Gizi
Ya Tidak
dilakukan oleh 43.3% ibu postpartum dan sebanyak Kolostrum:
56.7% ibu telah memberikan makanan prelakteal ke-
Ya 23.3 10.0 33.3
pada bayinya (Tabel 2).
Berdasarkan penelitian Kronborg dan Vaeth Tidak 33.3 33.3 66.7
(2004), lima minggu pertama kelahiran merupakan Definisi ASI eksklusif:
periode penting untuk memengaruhi durasi pembe- Ya 26.7 30.0 56.7
rian ASI eksklusif karena sebagian besar penghentian
terjadi selama periode itu. Hal ini selaras dengan Tidak 30.0 13.3 43.3
pernyataan Dadhich dan Agarwal (2009) bahwa IMD, Makanan terbaik
pemberian ASI eksklusif, dan umur pengenalan MP- bagi bayi:
ASI merupakan intervensi utama dalam mencapai Ya 43.3 23.3 66.7
tujuan MDGs dalam upaya menanggulangi mortalitas Tidak 13.3 20.0 33.3
dan malnutrisi pada anak.
Namun perilaku pemberian ASI eksklusif tidak
Hubungan antara Pengetahuan Gizi dengan Pola hanya ditentukan oleh pemahaman ibu mengenai
Pemberian ASI kolostrum dan makanan terbaik bagi bayi. Lebih
Pertanyaan dengan persentase jawaban be- jauh Roesli (2008) memaparkan perilaku pemberian
nar paling sedikit adalah untuk pertanyaan yang ASI juga didasarkan pada naluri keibuan, sehingga
terkait dengan: 1) kolostrum (33.3%), 2) definisi ASI tidak hanya dipengaruhi oleh pengetahuan. Hasil
eksklusif (56.7%), dan 3) makanan yang terbaik penelitian Forster et al. (2006) pada ibu postpar-
bagi bayi (66.7%). Subjek yang memiliki pengeta- tum di Australia juga menunjukkan bahwa faktor
huan tentang kolostrum dan makanan terbaik bagi positif yang dapat memengaruhi pemberian ASI
bayi cenderung memberikan ASI eksklusif. Pembe- pada ibu postpartum diantaranya adalah keinginan
rian kolostrum pada penelitian ini lebih rendah jika yang sangat kuat untuk memberikan ASI dan telah

190 JGP, Volume 8, Nomor 3, November 2013


Kondisi Psikologis dan Pola Pemberian ASI Ibu Postpartum

mengonsumsi ASI saat masih bayi. Rahman et al. Tabel 5. Tabel Hubungan Keluhan Kesehatan dengan
(2013) juga memaparkan bahwa motivasi dan du- Perilaku ASI Eksklusif
kungan dari petugas kesehatan sangat diharapkan Perilaku ASI
mengingat pentingnya manfaat pemberian ASI dan Jenis Keluhan
Eksklusif (%) Total
pemberian asuhan terbaik untuk bayi. Kesehatan
Ya Tidak
Puting susu lecet:
Hubungan antara Keluhan Kesehatan dengan Pola Ya 40.0 20.0 60.0
Pemberian ASI Tidak 16.7 23.3 40.0
Berdasarkan hasil tabulasi silang (Tabel 4), Total 56.7 43.3 100.0
terdapat kecenderungan bahwa semakin rendah ke-
luhan kesehatan ibu postpartum, maka pola pembe- Pembendungan ASI:
rian ASI semakin baik (p=0.74; r= 0.063). Demikian Ya 26.7 33.3 60.0
pula semakin baik praktik IMD, produksi ASI semakin Tidak 26.7 13.3 40.0
cukup, frekuensi dan durasi pemberian ASI, serta Total 53.4 46.6 100.0
pemberian ASI secara eksklusif yang cenderung se-
makin meningkat. menemukan bahwa penyebab paling umum kema-
Keluhan kesehatan yang paling banyak dia- tian ibu adalah komplikasi aborsi, perdarahan, dan
lami adalah terkait dengan gangguan pada payudara gangguan sepsis.
yang sangat menentukan keberhasilan proses lak-
tasi. Keluhan tersebut adalah puting susu yang lecet Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Pola
dan pembendungan ASI yang masing-masing dialami Pemberian ASI
oleh 50.0% ibu postpartum. Sedangkan keluhan yang Kondisi psikologis tidak menunjukkan kecen-
paling sedikit dialami yaitu keluhan air seni terta- derungan korelasi dengan pola pemberian ASI (r=-
han (3.3%). Subjek yang mengalami gangguan puting 0.107; p=0.574). Hasil yang sama ditunjukkan pada
lecet cenderung tetap memberikan ASI secara eks- uji hubungan antara pertanyaan yang menunjukkan
klusif dibandingkan dengan subjek dengan gangguan kondisi psikologis dengan pemberian ASI eksklusif.
pembendungan ASI. Puting susu lecet menurut Apri- Ibu postpartum yang menjadi subjek peneli-
yanti (2012) dapat disebabkan oleh teknik menyusui tian ini seluruhnya mengalami baby blues syndrome
yang salah atau perawatan yang tidak benar pada dengan pengalaman persalinan lebih dari satu kali.
payudara. Selain itu, apabila terjadi pembendungan Sebagian besar ibu yang mengalami depresi tetap
ASI pada payudara dan puting terasa nyeri, maka melakukan praktek IMD, memberikan ASI eksklusif
akan lebih baik bila ASI dikeluarkan. (40%), bahkan kecukupan produksi ASI tergolong cu-
Berdasarkan hasil penelitian Mawaddah dan kup. Berbeda dengan pendapat Riordan (2005) yang
Hardinsyah (2008) sebanyak 82% ibu sejak hamil memaparkan bahwa Ibu yang mengalami depresi
melakukan perawatan payudara dan hampir selu- memiliki risiko 1.25 kali lebih besar untuk berhenti
ruhnya berencana memberikan ASI eksklusif sam- menyusui. Namun dalam penelitian ini sebagian ibu
pai bayi berusia enam bulan (94%). Hasil analisis postpartum tetap memberikan ASI meski mengalami
ini mengacu pada pernyataan Ahn dan Youngblut depresi.
(2007) yang menyatakan bahwa keluhan kesehatan Yuliastanti (2003) menyebutkan bahwa du-
ibu postpartum justru berkaitan erat dengan ke- kungan dari keluarga, teman, terutama pasangan
sehatan bayi yang sedang diberi ASI. Sari (2013) juga merupakan faktor yang juga penting untuk diper-
menyatakan bahwa pola pemberian ASI dipengaruhi hatikan karena dengan adanya dukungan dari ling-
oleh tenaga kesehatan dan pelaksanaan program kungan memberikan dorongan positif yang kuat bagi
pelayanan kesehatan. Data uji hubungan selengkap- ibu untuk memberikan ASI. Hasil penelitian Nazara
nya disajikan pada Tabel 5. (2009) juga mengungkapkan bahwa depresi postpar-
Perawatan kesehatan ini merupakan salah tum dapat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan ibu
satu upaya untuk mengurangi risiko gangguan ke- dan dukungan keluarga. ASI selain memiliki manfaat
sehatan ibu postpartum yang akan berdampak lebih ditinjau dari segi gizi dan kesehatan, juga mengun-
luas pada kematian ibu postpartum. Hasil penelitian tungkan secara ekonomi karena dapat menghemat
yang dilakukan di Meksiko oleh Romero et al. (2007) pengeluaran pangan untuk bayi (susu formula).
Tabel 4. Tabulasi Silang Keluhan Kesehatan dengan Pola Pemberian ASI
Pola Pemberian ASI Ibu Postpartum
Keluhan Kecukupan ASI Eksklusif
IMD (%) Frekuensi (%) Durasi (%)
Kesehatan (%) Produksi (%) (%)
<6 kali/ >6 kali/ <10 >10
Ya Tidak Cukup Sedang Ya Tidak
hari hari menit menit
Rendah 63.3 3.3 60.0 6.7 0.0 66.7 6.7 60.0 40.0 26.7
Sedang 16.7 13.3 26.7 3.3 0.0 30.0 3.3 26.7 3.3 26.7
Tinggi 0.0 3.3 3.3 0.0 0.0 3.3 0.0 3.3 3.3 0.0

JGP, Volume 8, Nomor 3, November 2013 191


Utari dkk.

KESIMPULAN Kent JC, Mitoulas LR, Cregan MD, Ramsay DT, Do-
herty DA, & Hartmann PE. 2006. Volume and
Mayoritas ibu postpartum melakukan praktek frequency of breastfeedings and fat content
IMD dan dalam kategori cukup memberikan ASI. Du- of breast milk throughout the day. Pediatrics ,
rasi pemberian ASI sebagian besar ibu postpartum 117:e387. doi:10.1542/peds.2005-1417.
dan frekuensi pemberian ASI seluruh subjek tergo- Khomsan A & Rachmadewi A. 2009. Pengetahuan,
long baik. Pemberian ASI eksklusif dilakukan oleh sikap, dan praktek ASI eksklusif serta status
sebanyak 43.3% subjek. Pengetahuan gizi tentang gizi bayi usia 412 bulan di pedesaan dan
definisi ASI yang semakin baik pada ibu postpartum perkotaan. Jurnal Gizi dan Pangan, 4(2), 83
berkorelasi dengan pemberian ASI eksklusif yang baik 90.
(r=0.126; p=0.508). Semakin rendah keluhan kese- Kronborg H & Vaeth M. 2004. The influence of psy-
hatan ibu postpartum, cenderung berkorelasi dengan chosocial factors on the duration of breast-
pola pemberian ASI (r=0.063; p=0.74) yang semakin feeding. Scand Journal of Public Health, 32,
baik. 210.
UCAPAN TERIMA KASIH Mawaddah N & Hardinsyah. 2008. Pengetahuan,
sikap, dan praktek gizi serta tingkat konsumsi
Ucapan terima kasih penulis sampaikan ke- ibu hamil di Kelurahan Kramat Jati dan Ke-
pada Puskesmas wilayah kerja Kecamatan Dramaga, lurahan Ragunan Provinsi DKI Jakarta. Jurnal
Kabupaten Bogor yang telah memberikan izin kepada Gizi dan Pangan, 3(1), 3042.
penulis untuk menggunakan lokasi penelitian. Nazara Y. 2009. Efektivitas psikoedukasi terhadap
pencegahan depresi pascasalin. Jurnal Obste-
DAFTAR PUSTAKA tri dan Ginekologi Indonesia, 33(4).
Papona N, Laoh J, & Palandeng H. 2013. Hubung-
Ahn S & Youngblut JM. 2007. Predictors of womens an pengetahuan dan sikap ibu nifas tentang
postpartum health status in the first 3 months pemberian kolostrum pada bayi baru lahir di
after childbirth. Asian Nursing Research, 1(2), Puskesmas Ulu Kecamatan Siau Timur Kabu-
136146. paten Kepulauan Sitaro. Jurnal Keperawatan,
Apriyanti A. 2012. Gambaran perawatan payudara 1(1), Agustus 2013.
pada ibu nifas di BPS Sri Sugiyartiningsih Prawiroharjo S. 2008. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina
Tawangmangu Karanganyar Tahun 2012. Jurnal Pustaka, Jakarta.
Maternal, Volume 6 April 2012. Rachman WA, Hariyanti E, & Riskiyani S. 2013. Pe-
[CDC] Centers for Disease Control and Preven- nerapan strategi promosi kesehatan pada
tion, Division of Nutrition, Physical Activity pemberian inisiasi menyusui dini di Rumah
and Obesity, National Center for Chronic Dis- Bersalin Sophiara Makassar 2009. Jurnal Ad-
ease Prevention and Health Promotion. 2012. ministrasi Kebijakan Kesehatan, 2(1), 2734.
Breastfeeding Report Card United States, Romero GG et al. 2007. Risk factors of maternal
2012. http://www.cdc.gov/breastfeeding/pdf death in Mexico. Birth Issues in Perinatal
[21 September 2013]. Care, 34(1), 215.
Dadhich JP & Agarwal RK. 2009. Mainstreaming ear- Riordan J. 2005. Breastfeeding and Human Lacta-
ly and exclusive breastfeeding for improving tion: Third Edition. Jonesand Bartlett Publish-
child survival. Journal of Indian Pediatrics ers, Sudbury.
2009; 46, 117. [Kemenkes RI] Kementerian Kesehatan Republik In-
Dahlianti R, Nasoetion A, & Roosita K. 2005. Kera- donesia. 2011. Laporan Nasional Riset Kes-
gaan perawatan kesehatan masa nifas, pola ehatan Dasar (Riskesdas) 2010. Kemenkes,
konsumsi jamu tradisional dan pengaruhnya Jakarta.
pada ibu nifas di Desa Sukajadi, Kecamatan Sari YS. 2013. Analisis implementasi program pem-
Tamansari, Bogor. Jurnal Media Gizi dan Kelu- berian ASI Eksklusif di Puskesmas Brangsong
arga, 29(2), 5565. 02 Kabupaten Kendal. Jurnal Kesehatan
[Depkes RI] Departemen Kesehatan Republik Indo- Masyarakat, 2(1).
nesia. 2013. Profil Kesehatan Indonesia 2012. Taveras EM et al. 2003. Clinician support and psy-
Departemen Kesehatan RI, Jakarta. chosocial risk factors associated with breast-
Evance I et al. 2013. Causes and risk factors for feeding discontinuation. Jurnal of Pediatrics,
maternal mortality in rural Tanzania, Case of 112, 10815.
Rufiji Health and Demographic Surveillance Wulandari AS. 2011. Inisiasi menyusui dini untuk
Site (HDSS). African Journal of Reproductive awali ASI Eksklusif. Jurnal Ilmu Kesehatan, 1
Health; September 2013, 17(3). (2), Juli 2011.
Forster DA, McLachlan HL, & Lumley J. 2006. Factors Yuliastanti T. 2013. Keberhasilan bounding attach-
associated with breastfeeding at six months ment. Jurnal Kebidanan, V(02), Desember
postpartum in a group of Australian women. 2013.
International Breastfeeding Journal, 1, 18.

192 JGP, Volume 8, Nomor 3, November 2013

Das könnte Ihnen auch gefallen