Sie sind auf Seite 1von 118

PENGEMBANGAN MPASI

BERBASIS PUPAE-MULBERRY (PURY):


EFIKASINYA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN
MOTORIK BAYI GIZI KURANG

TRINA ASTUTI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009
PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN
SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Pengembangan MP-ASI


Pupae-Mulberry (Pury): Efikasinya terhadap Pertumbuhan dan Motorik Bayi
Gizi Kurang adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
disertasi ini.

Bogor, November 2009

Trina Astuti
NIM A561050021
ABSTRACT

TRINA ASTUTI. Complementary food development based on pupae-mulberry


(Pury): Efficacy on the response to growth and motor development among
undernourished infants. Supervised by CLARA M. KUSHARTO,
HARDINSYAH and AGUS FIRMANSYAH.

Proper complementary feeding is well recognized as necessary to ensure


optimal growth and development during the early years. The aim of the study is to
develop Pury-formula and to analyze the efficacy of it on physical growth and
motor development of undernourished infants aged 6-to 12- months. The study
was a randomized community controlled trial with an intervention period of 3
months. It was approved by Medical Research Ethics Committee, Faculty of
Medicine, University of Indonesia. Seventy infants were randomly assigned to
either the Pury Group (PG=36) or Commercial group (CG=34). Main outcome
measures were mean changes in weight, length and head circumference; mean
changes in WAZ, HAZ, WLZ and HCZ; change in fine and gross motor
development scores. After 3 months supplementation, there were significant
change within the two groups in weight and length. The effect of the intervention
positively and statistically significant on the anthropometric indices (LAZ, WLZ,
HCZ) but no signific ant effect on WAZ. The intervention also significantly effect
on the change in motor development score (16.813.7 in PG and 15.7 14.2 in
CG; p<0.05). The logistic regression model showed that both Pury-formula and
commercial-formula have the same effect on growth and motor development
among undernourished infants. Pury-formula is effective to be used as an alternate
complementary food.

Keyword: Pury, complementary food, undernourished infants,growth


development , motor development.
RINGKASAN
TRINA ASTUTI. Pengembangan MPASI berbasis Pupae-Mulberry (Pury):
Efikasinya terhadap Pertumbuhan dan Motorik Bayi Gizi Kurang. Dibimbing
oleh CLARA M KUSHARTO, HARDINSYAH, AGUS FIRMANSYAH.

Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang


secara optimal (Myers,1992 dan Sentika, 2005). Keadaan gizi kurang pada awal
kehidupan anak mempunyai konsekuensi yang serius yaitu tingginya angka
kesakitan dan risiko kematian, yang berdampak pada perkembangan syaraf mental
yang buruk, ketahanan dan kapasitas kerja (Gillespie and Haddad, 2001). Bayi
yang kurang gizi khususnya wanita secara efektif menimbulkan kemiskinan,
kelaparan dan kekurangan gizi dari generasi ke generasi dan dapat berkontribusi
terhadap siklus intergenerasional (UNS-SCN, 2004).
Teluknaga merupakan salah satu Kecamatan di Kabupaten Tangerang
Banten dengan prevalensi gizi kurang pada anak balita sebesar 20.5%, anak
pendek 31.6% dan anak kurus 17.2% (Puskesmas Teluknaga, 2009) yang
dikategorikan sebagai daerah dengan masalah kesehatan masyarakat yang kritis
yang harus segera ditangani (The World Bank, 2006). Penyebab langsung
timbulnya masalah gizi karena tidak cukup asupan energi dan protein, adanya
infeksi yang dipengaruhi oleh pola asuh yang tidak tepat (UNICEF, 1997) yang
erat kaitannya dengan praktek pemberian makanan pendamping ASI yang buruk
(Pojda and Kelley, 2000).
Pupae (selanjutnya disebut pupa) adalah bagian isi dari kokon yang
merupakan produk samping dari industri pembudidayaan ulat sutera dan telah
dimanfaatkan di Negara Asia Selatan (Singhal et al, 2001) namun masih belum
berkembang pemanfaatannya di Indonesia. Pupa dari ulat sutera daun Mulberry
yang diolah menjadi tepung selanjutnya disebut PURY sebagai pangan yang
mempunyai keunggulan terutama protein dengan asam amino esensial maupun
non-esensial, kandungan asam lemak tak jenuh, vitamin dan mineral yang sangat
dibutuhkan bagi tumbuh kembang anak, dan berpotensi sebagai alternative bahan
MPASI (Astuti dan Kusharto, 2009). Tujuan penelitian adalah untuk
mengembangkan alternatif MPASI berbasis Pupae-Mulberry (PURY) dan
menilai manfaat kesehatan terhadap laju pertumbuhan dan perkembangan motorik
bayi gizi kurang usia 6-12 bulan.
Studi dengan rancangan eksperimental murni teracak buta tunggal
(randomized community controlled trial, single-blind) yang telah mendapat
persetujuan dari Komisi Etik Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia Jakarta nomor 109/PT02.FK/ETIK/2008, dilaksanakan di Kecamatan
Teluknaga, Kabupaten Tangerang Banten, Maret 2008 Sampai dengan Februari
2009. Studi pendahuluan telah dilakukan sejak Juli 2007 di laboratorium
percobaan makanan Departemen Gizi Masyarakat FEMA-IPB untuk persiapan,
pengembangan, produksi dan analisis MPASI; studi pada hewan percobaan di
laboratorium percobaan hewan Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi dan
Makanan Depkes RI di Bogor. Produk MPASI yang digunakan ada dua jenis yaitu
formula-Pury dan formula komersial disediakan secara cuma-cuma selama 3
bulan, dengan dosis harian @ 120 gram per bungkus.Produk komersial yang
digunakan adalah produk yang sudah dikenal dan biasa dikonsumsi masyarakat
setempat.
Data yang diukur mencakup asupan energi dan protein, status zinc, T4 dan TSH
serum, antropometri tubuh (berat dan panjang badan serta lingkar kepala) dan
perkembangan motorik. Analisis perbedaan antar kelompok perlakuan dilakukan
dengan ANOVA dan t-test, sedangkan untuk analisis faktor penentu pertumbuhan
dan perkembangan motorik digunakan persamaan regresi logistik ganda.
Jumlah contoh bayi minimal ditetapkan dengan asumsi a=5%, power of
test=80%, perubahan berat minimal yang diinginkan 350 gram dengan standar
deviasi dari kelompok perlakuan dan kelompok kontrol masing-masing 490 gram
dan 520 gram (Sunaryo, 2005). Dengan perkiraan drop-out 10%, maka diperoleh
jumlah contoh sebanyak 36 bayi per perlakuan. Kriteria inklusi adalah bayi usia 6-
7 bulan tinggal di wilayah Kecamatan Teluknaga, dengan status gizi kurang atau
nyaris gizi kurang, tanpa komplikasi klinis dan orang tua bayi bersedia bayinya
disertakan dalam penelitian sampai selesai dengan menandatangani formulir
persetujuan (informed consent). Contoh dibagi dalam 2 kelompok berdasarkan
random desa yaitu kelompok perlakuan MPASI- Pury (Pury Group,PG) dan
kelompok komersial atau MPASI-komersial (Commercial Group,CG) yang
masing-masing berjumlah 36 dan 34 bayi.
Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang bermakna
pada karakteristik maupun status kesehatan dan imunisasi bayi, serta sosial
ekonomi keluarga, kecuali usia pemberian MPASI lebih awal pada PG (3.8 1.8)
dibanding CG (4.7 1.8). MPASI-Pury termasuk makanan yang sehat, aman
dikonsumsi dan mempunyai kelebihan dalam kandungan protein, lemak, vitamin
dan mineral. Nilai protein efficiency ratio (PER) 3.14 mendekati nilai PER telur
yaitu 3.92 (Brody, 1999). Kandungan asam amino pada formula Pury
menguntungkan bagi tumbuh- kembang bayi, termasuk asam amino esensial yang
umumnya terbatas pada makanan yaitu lysine, methionine, threonine dan
tryptophan. Kandungan asam lemak linoleat dalam MPASI-Pury sebesar 1.8 gram
menyumbang 3.8 % terhadap total asupan energi sehari dari MPASI dan sesuai
dengan anjuran bagi bayi usia 6-24 bulan (Kim, 2000; WHO, 1998), yang tidak
terdapat pada produk komersial. Studi percobaan pada hewan tikus strain Spraque
dawley yang dibagi dalam 3 kelompok berdasarkan ransum makanan yang
diberikan yaitu ransum formula: komersial, Pury dan standar, menunjukkan
peningkatan berat badan, panjang badan dan panjang ekor pada tikus kelompok
Pury cenderung lebih baik dibanding kelompok komersial.
Studi efikasi pada bayi gizi kurang usia 6-12 bulan diperoleh rata-rata
asupan sehari untuk energi dan protein adalah 619193 kkal dan 20.67.6 gram,
bayi PG lebih tinggi dibanding CG (650192 vs 586191 kkal dan 23.56.7 vs
17.47.3 g). Tingginya asupan energi dan protein seiring dengan tingkat
kepatuhan dalam mengkonsumsi MPASI yaitu PG sedikit lebih tinggi dibanding
CG (93.37.4% vs 91.611.7%). Uji korelasi Pearson dua arah dengan a 0.05
menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara tingkat kepatuhan dengan
asupan energi total sehari maupun asupan energi dari MPASI (p=0.000).
Sumbangan energi dari MPASI sebesar 72.3% terhadap asupan total sehari, CG
lebih tinggi dari PG (73.4 vs 71.3%). Kadar zinc dala m serum meningkat secara
bermakna pada masing-masing kelompok setelah 3 bulan periode intervensi, PG
lebih tinggi dari CG (3.52 vs 3.08 mol/L).
Setelah 3 bulan periode pemberian MPASI, terdapat pertumbuhan fisik
yang signifikan pada masing-masing kelompok (p < 0.01). Rata-rata perubahan
berat badan pada PG lebih besar dari CG (228 vs 210g per bulan) namun secara
statistik keduanya tidak berbeda nyata (p=0.59). Rata-rata perubahan berat badan
per bulan masih jauh dari angka yang diharapkan dalam studi ini yaitu 350 g dan
baru mencapai 52-57% dari yang seharusnya dicapai bayi normal 6-9 bulan yaitu
sebesar 400 g per bulan (Thompson, 1998). Pertumbuhan linier khususnya
panjang badan dan lingkar kepala sangat lamban, yaitu masing-masing baru
mencapai 3.8-3.9 cm dan 1.75-1.79 cm. Namun dampak pemberian MPASI
terhadap perubahan nilai z-skor sangat signifikan pada masing-masing kelompok
khususnya untuk indeks BB/PB pada PG dan CG (0.460.89 vs 0.790.95),
indeks LK/U pada CG (0.30.7; p=0.035). Peningkatan skor motorik juga
signifikan pada masing-masing kelompok baik motorik total, motorik halus
maupun motorik kasar, dengan peningkatan rata-rata skor nyata lebih besar pada
PG dibanding CG, masing-masing 16.8; 6.95; 9.89 dan 15.7; 6.41; 9.32 .
Kontribusi peubah bebas: perlakuan, asupan energi dan proein, zinc serum dan
status kesehatan terhadap pertumbuhan fisik antara 6.4 12.0 %; sedangkan
kontribusi peubah bebas: perlakuan, zinc serum, z-skor BB/U dan LK/U terhadap
perkembangan motorik sebesar 2.9 11.5%.
Komposisi MPASI-Pury lebih baik dibanding MPASI-komersial dan aman
digunakan sebagai alternatif MPASI. MPASI-Pury mempunyai efek terhadap
pertumbuhan dan perkembangan motorik bayi serta lebih baik dari MPASI-
komersial. Pengembangan MPASI-Pury, diharapkan dapat digunakan sebagai
alternatif ketersediaan MPASI yang mendukung kelanjutan program pemerintah
bagi keluarga yang mempunyai anak balita di sekitar sentra industri sutera.

Kata kunci: Pury, MPASI, gizi kurang, pertumbuhan, perkembangan motorik.


Hak Cipta milik Trina Astuti, tahun 2009
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan
pendidikan, penelitian, penulisan ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,
atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan
kepentingan yang wajar IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya tulis
dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.
PENGEMBANGAN MPASI
BERBASIS PUPAE-MULBERRY (PURY):
EFIKASINYA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN
MOTORIK BAYI GIZI KURANG

TRINA ASTUTI

Disertasi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Doktor pada
Program Studi Gizi Masyarakat

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009
Penguji pada Ujian Tertutup : Dr. Ir. Sri Anna Marliati, M.S.
Dr. Ir. Budi Setiawan, M.S.

Penguji pada Ujian Terbuka : Prof. dr. H. Fasli Jalal, PhD., SpGK
Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, M.S.
Judul Disertasi : Pengembangan MPASI berbasis Pupae-Mulberry (Pury):
Efikasinya terhadap Pertumbuhan dan Motorik Bayi Gizi
Kurang
Nama : Trina Astuti
Nomor Pokok : A561050021

Disetujui

Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Clara M. Kusharto, M.Sc.


Ketua

Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS. Prof. Agus Firmansyah, MD., PhD.
Anggota Anggota

Mengetahui

Ketua Program Studi Gizi Masyarakat Dekan Sekolah Pascasarjana IPB

Dr. drh. M.Rizal Martua Damanik, M.Rep,Sc. Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS

Tanggal Ujian: 3 Nopember 2009 Tanggal Lulus:


Tulisan ini kudedikasikan teruntuk

Orang tua, suami dan anak-anak tercinta serta

Seluruh civitas akademika


PRAKATA
Syukur Alhamdulilah atas ijin Allah SWT, akhirnya penelitian yang
panjang melibatkan banyak pihak, waktu dan tempat, dapat terselesaikan sesuai
jadwal dan atas RahmatNya disertasi dapat terwujud dengan baik. Pada
kesempatan ini ijinkan Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Clara M. Kusharto, M.Sc selaku ketua komisi pembimbing yang
selalu memberikan waktu, fasilitas, arahan dan semangat kepada penulis
untuk melakukan penelitian dan penulisan disertasi hingga selesai dengan
tuntas sesuai jadwal.
2. Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS selaku anggota komisi pembimbing yang
banyak member i arahan secara professional bidang disain penelitian,
substansi disertasi dan teknis penyajian data.
3. Prof. Agus Firmansyah, MD, PhD selaku anggota komisi pembimbing
yang banyak member i masukkan dan arahan tentang tumbuh-kembang
anak, kemudahan pengurusan ethical clearance, tim pengukuran
perkembangan motorik, dan diskusi dengan dokter spesialis terkait untuk
kelengkapan penulisan disertasi.
4. Dr. Ir. Sri Anna Marliyati, MS dan Dr. Ir. Budi Setiawan selaku penguji
Luar Komisi pada Ujian Tertutup; Prof dr H. Fasli Jalal, Phd., Sp.GK dan
Prof Dr. Ali Khomsan, MS selaku penguji Luar Komisi pada Ujian
Terbuka atas pertanyaan-pertanyaan profesioanl dan masukan untuk
penyempurnaan disertasi.
5. Dekan FEMA, Ketua Departemen Gizi Masyarakat dan Ketua Program
Studi Gizi Masyarakat serta seluruh civitas akademika di lingkungan
FEMA, atas fasilitas dan perijinan selama proses belajar di IPB maupun
selama penelitian berlangsung diluar kampus IPB.
6. Tim Program Sandwich tahun 2009 yaitu Direktorat Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan Nasional atas pemberian beasiswa; Dekan
Sekolah Pascasarjana IPB melalui Dr. Muladno Basar dan staf yang
memfasilitasi pelaksanaan program sandwich; Prof.Assoc. Geoffrey
Marks atas bimbingan selama 4 bulan mengikuti program sandwich di The
University of Queensland, Brisbane Australia.
7. Direktur Poltekkes Depkes Jakarta II, Bp. Rosadi Nasir,MSc atas ijin tugas
belajar dan pemberian beasiswa; Drs. Tugiman M.Kes, yang selalu
membantu dalam realisasi perijinan dan dana tugas belajar.
8. Ketua Jurusan Gizi Poltekkes Depkes Jakarta II periode 2002-2006 Ibu
Edith Sumedi, MSc dilanjutkan Bapak Nils Aria Zulfianto, M.Sc. periode
2006-2010, atas ijin tugas belajar, dukungan dan fasilitas yang diberikan
selama penulis menimba ilmu di Sekolah Pascasarjana IPB.
9. Prof. Dr. Soekirman, Idrus Jusat, PhD dan Dr.Ir.Drajat Martianto, MS.
atas rekomendasinya sehingga penulis dapat diterima belajar di Sekolah
Pascasarjana IPB.
10. Teman-teman di Jurusan Gizi, Dr. Moesijanti YES yang banyak memberi
masukkan sehubungan dengan riset; Marzuki Iskandar, STP, MTP.,
Muntikah, AMG., dan Lisda yang banyak terlibat dalam pengadaan bahan
MPASI, serta seluruh Civitas akademika Jurusan Gizi Poltekkes Depkes
Jakarta II yang selalu memantau dan memberi semangat selama proses
belajar.
11. Bapak Camat Kecamatan Teluknaga dan para Kepala Desa, atas ijin lokasi
dan kunjungan ke warga.
12. Kepala Puskesmas Teluknaga dan Puskesmas Tegal Angus; paramedis
(dokter: Indra, Bissi, Tuti dan Denny); para Bidan Desa (Bidan: Hanum,
Dini, Ranti, Dahlia, Yerna, Ikhlima, Susi, Evi, Titin, Dewi, Ika, Imas,
Desi, Mimin, Eka, Putri) dengan koordinator Bd. Hj. Kenny, M.Kes; Ibu
Juliasih, AMG dan seluruh staf Puskesmas, atas ijin, fasilitas, waktu, kerja
sama dan partisipasi aktif selama penelitian berlangsung.
13. Para kader gizi dan responden di 13 desa di wilayah Kecamatan Teluknaga
atas partisipasi aktif dalam pelaksanaan studi MPASI.
14. Tim Assesor dari Devisi Tumbuh Kembang Pediatri Sosial, Departemen
Kesehatan Anak FK-UI, Dr. Bernie Indriyani,SpA dkk atas kesediaan dan
kerja samanya dalam pelaksanaan penelitian khususnya dalam pengukuran
perkembangan bayi.
15. Tim Prodia Jakarta Pusat, atas kerjasamanya dalam pengambilan dan
analisis biokimia darah setiap peserta studi MPASI.
16. Tim Pury dan MPASI, Pak Arif dan Bu Cicih di Cianjur atas pengadaan
liquid pupa, Ir. Andi Sadapotto, MS. yang memfasilitasi pertemuan
dengan Bp Andi Hamzah, Bp Santi, Mama Santi di Enrekang atas
pengadaan pupa dan pembuatan tepung Pury; Sdr.Mashudi dari
laboratorium percobaan makanan Departemen Gizi Masyarakat FEMA
IPB atas partisipasi aktif dalam persiapan, pengembangan, produksi dan
analisis MPASI.
17. Empat sekawan, Juliasih, AMG., Nita Afriani, AMG., kader Tia yang
setia dalam aktifitas skrining sampel dan pelaksanaan pengukuran bulanan
di Puskesmas dan Sdr. Aan Marhamah. M.S., yang selalu menyediakan
waktu untuk entri dan analisis data sampai tuntas.
18. Drh.Endi Ridwan, M.Sc. selaku supervisor dalam percobaan hewan di
Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi dan Makanan Depkes RI di
Bogor.
19. Sahabatku Cesilia Meti Dwiriani yang banyak membantu dan selalu setia
dalam suka maupun duka sepanjang waktu, Bu Diah Utari yang
meluangkan waktu untuk koreksi redaksional, serta teman seangkatan Dr.
Fatmah dan Pak Wasito.
20. Kedua orang tua Yth, Bapak (Alm) dan Ibu Wismadi, Saudara kandung
mba Dena Ekawati dan adik-adik, atas dukungan moril dan spiritual
sehingga penulis merasa tenang dan semangat dalam menyelesaikan studi.
21. Suami tercinta, Moelyono Utoyo atas ijin, pengertian dan dukungan penuh
dalam bentuk moril, materiil dan spiritual; serta Anak-anak tersayang,
Ariesa Prima Wardhani dan Gian Dwinanda Utoyo atas pengertian dan
dukungan selama proses belajar dan aktifitas penelitian berlangsung
hingga selesai tepat waktu.
22. Semua pihak yang terkait yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas
bantuan langsung maupun tak langsung.
Akhirnya, Penulis sampaikan permohonan maaf apabila ada kekurangan dan
ketidak sempurnaan dalam tulisan ini. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi civitas
akademika dan para pembaca.
Bogor, November 2009
Trina Astuti
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Temanggung Jawa Tengah tanggal 21 Mei 1958
sebagai anak ke tiga dari lima bersaudara pasangan Bapak Wismadi BA (Alm)
dan Ibu Rr. Soepiatiah. Penulis mengenal pendidikan formal sejak tahun 1963 di
TK Kota Magelang dan Tegal. Tamat SD Kanisius Klaten tahun 1970, SMP
Pangudiluhur Putri Klaten tahun 1973, dan SMAN I Klaten tahun 1976.
Menyelesaikan B.Sc bidang Gizi Kesehatan tahun 1980 dari Akademi Gizi
Departemen Kesehatan RI di Jakarta. Tahun 1981 ditempatkan di Dinas
Kesehatan Kabupaten Bandung sebagai tenaga pelaksana gizi selama dua tahun
dan kembali ke Jakarta tahun 1983 untuk mengabdi sebagai staf pengajar di
Akademi Gizi Jakarta yang sekarang menjadi Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan
Depkes Jakarata II. Pada tahun 1984 penulis menikah dengan Moelyono Utoyo,
S.Sos dan dikaruniai dua anak yaitu Ariesa Prima Wardani dan Gian Dwinanda
Utoyo yang sekarang sedang menimba ilmu di Malaysia.
Tahun 1985-1987 penulis mendapat kesempatan tugas belajar di IPB
Jurusan GMSK dan tahun 1994-1995 mendapat beasiswa dari Bank Dunia untuk
mengambil Master of Professional Study bidang Food and Nutrition Planning di
University of the Philippines at Los Banos. Tahun 2005 kembali mendapat
kesempatan melanjutkan studi ke jenjang S3 di IPB Bogor atas beasiswa dari
Politeknik Kesehatan Depkes Jakarta II.
Selama mengikuti program S3, penulis mendapat beasiswa untuk
mengikuti program Sandwich di Queensland University, Australia selama 4 bulan
dibawah bimbingan Prof. Assoc. Geoffrey Marks. Karya ilmiah
berjudul:Penggunaan Bubuk Pupa-Mulberry (Pury) sebagai Alternatif Bahan
Pangan Bergizi, akan diterbitkan dalam Jurnal Gizi dan Pangan volume 4 No.1,
Juli 2009 (Trina Astuti dan Clara M. Kusharto); Pengembangan MPASI
berbasis Pupae-Mulberry (Pury), akan diterbitkan dalam Jurnal Gizi Indonesia
volume 32 No 1 Maret 2009 (Trina Astuti, Clara M. Kusharto, Hardinsyah, Agus
Firmansyah); Abstract berjudul A nutritive value of silkworm pupae powder as
an alternate of nutritious food source for human nutrition (Trina Astuti and Clara
M. Kusharto), diterima untuk Poster Session pada International Congress of
Nutrition di Bangkok Thailand, 4-9 October 2009.
DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL . xviii


DAFTAR GAMBAR . xx
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xxi
PENDAHULUAN .................................................................................... 1
Latar Belakang ............................................................................... 1
Perumusan Masalah ...................................................................... 4
Tujuan Penelitian ......................................................................... 5
Manfaat Penelitian ......................................................................... 5
TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 6
Tumbuh Kembang Anak ................................................................ 6
Pertumbuhan fisik .............................................................. 7
Metode penilaian perkembangan pada bayi dan anak ........ 8
Masalah Gizi Kurang dan Faktor Penyebab ................................... 10
Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI) ............................... 13
Peran Zinc dalam Proses Metabolisme .. 16
Peran Iodin dalam Proses Metabolisme ...... 18
Tepung Pury dari Pupa Ulat Sutera Mulberry ..... 19
KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 22
Kerangka Pemikiran 22
Hipotesis .. 23
Batasan Operasional 24
BAHAN DAN METODE ... 26
Tempat dan Waktu Penelitian . 26
Produk Makanan Pendamping Air Susu Ibu 27
Populasi, Contoh dan Teknik Pengambilan Contoh . 27
Rancangan Penelitian ... 29
Pengumpulan dan Pengukuran Data 30
Pengolahan dan Analisis Data 32

HASIL DAN PEMBAHASAN . 34

Karakteristik bayi dan sosial ekonomi keluarga ... 34


Mutu Gizi dan Keamanan Pangan Tepung Pupa Mulberry .. 37
Mutu Gizi dan Keamanan Pangan MPASI-Pury.. . 42
Komposisi dan mutu gizi makro MPASI-Pury .................. 42
Kandungan vitamin MPASI-Pury .. 44
Kandungan mineral MPASI-Pury .. 45
Keamanan pangan . 46
Nilai sosial dan ekonomi MPASI-Pury . 47

xvi
Dampak Pemberian MPASI terhadap Pertumbuhan Fisik pada
Hewan Percobaan. 49
Kontribusi MPASI terhadap Asupan Energi dan Protein Sehari . 52
Dampak MPASI terhadap Perubahan Status Biokimia Darah . 54
Dampak MPASI terhadap Pertumbuhan Fisk dan Status gizi Bayi 57
Perubahan berat badan, panjang badan dan lingkar kepala . 57
Perubahan nilai z-skor . 59
Perubahan status gizi bayi 60
Dampak MPASI terhadap Perkembangan Motorik Bayi . 61
Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Fisk Bayi .. 62
Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Motorik Bayi . 64

KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 65

Kesimpulan ........................................................................................... 65
Saran ..................................................................................................... 66

DAFTAR PUSTAKA .. ... 68


LAMPIRAN LAMPIRAN .. .... 72

xvii
DAFTAR TABEL

Halaman

1. Jadwal dan kegiatan deteksi dini adanya penyimpangan tumbuh


kembang pada bayi ........................ 8
2. Contoh tugas perkembangan bayi dari skala Bayley ............................. 9
3. Tujuh kategori penilaian komposit menurut skala Bayley III ............... 10
4. Angka kecukupan energi dan zat gizi bayi usia 0-24 Bulan ................ 13
5. Perkiraan zat gizi yang diperlukan dari MPASI (berdasarkan taraf asupan
ASI) ........................................................................................................ 14
6. Kepadatan (Density) Zat Gizi yang Diinginkan dari MPASI (per 100 kcal)
Berdasarkan taraf asupan ASI ................................................................ 15
7. Komposisi gizi dalam 100 gram MPASI bubuk instan untuk bayi 6-12
bulan ....................................................................................................... 16
8. Komposisi zat gizi pupa ulat sutera ....................................................... 20
9. Komposisi asam amino dari pupa ulat sutera dan rujukan FAO
untuk protein .......................................................................................... 21
10.Waktu dan tempat aktivitas penelitian .................................................. 26
11.Komposisi produk MPASI dan spesifikasi Menkes 2007..................... 27
12. Jenis dan cara pengumpulan data ......................................................... 31
13. Karakteristik dasar bayi dan sosial ekonomi keluarga ......................... 35
14.Cakupan imunisasi hasil studi efikasi di Teluknaga dibanding angka
nasional dan lokal .. 36
15. Test cemaran mikro organisme dalam tepung Pury . 39
16.Komposisi zat gizi dalam tepung Pury . 40
17. Komposisi asam lemak dan asam amino dalam tepung Pury ............... 41
18. Kandungan energi dan zat gizi makro dalam 100 gram produk MPASI-
Pury dan MPASI-komersial ................................... 42
19.Nilai Protein Efficiency Ratio (PER) pada berbagai MPASI dibanding
rujukan ... 43
20.Kandungan asam amino per 100 gram produk MPASI-Pury...... 43
21.Kandungan asam lemak per 100 gram produk MPASI-Pury .. 44
22.Kandungan vitamin dalam 100 gram produk MPASI-Pury dan MPASI-
komersial . 45

xviii
23.Kandungan mineral dalam 100 gram produk MPASI-Pury dan MPASI-
komersial 46
24. Analisis beaya MPASI berdasarkan formula, teknik pengolahan dan
tempat penjualan . 49

25.Rata-rata pertumbuhan fisik pada tikus sebelum dan sesudah intervensi


Berdasarkan kelompok perlakuan .. 51

26.Rata-rata pertumbuhan fisik bayi sebelum dan sesudah intervensi


berdasarkan kelompok perlakuan ........................................................... 57

27.Rata-rata nilai z-skor (BB/U., PB/U, BB/PB, LK/U)


sebelum dan sesudah intervensi berdasarkan kelompok perlakuan ........... 59

28.Prevalensi status gizi berdasarkan indeks antropometri (nilai z-skor)


sebelum dan setelah intervensi berdasarkan kelompok perlakuan ............ 60

29.Rata-rata skor perkembangan motorik sebelum dan setelah intervensi


berdasarkan kelompok perlakuan .............................................................. 61

30.Frekuensi distribusi status perkembangan motorik


sebelum dan setelah intervensi berdasarkan kelompok perlakuan ........... 62

31.Model faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bayi 9-10 bulan .............. 63

32.Model faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik


bayi 11-12 bulan ......................................................................................... 64

xix
DAFTAR GAMBAR

Halaman
1. Faktor-faktor penyebab gizi buruk ........................................................ 12
2. Kerangka pemikiran efikasi MPASI-Pury terhadap pertumbuhan
fisik dan perkembangan motorik bayi gizi kurang 6-12 bulan ............... 23
3. Skema cara pengambilan contoh ............................................................ 29
4. Profil studi ............. ................................................................................. 34
5. Skema pembuatan Pury .......................................................................... 38
6. Grafik perrtumbuhan berat badan, panjang badan dan panjang ekor pada
tikus percobaan berdasarkan pemberian ransum ..................................... 50
7. Rata-rata perubahan pertumbuhan fisik pada tikus percobaan berdasarkan
pemberian ransum .................................................................................... 51
8. Asupan energi dan protein pada bayi sebelum dan setelah intervensi
berdasarkan kelompok perlakuan (a=0.05) ...... 52
9. Rata-rata intik (asupan) energi dan protein setelah intervensi berdasarkan
kelompok perlakuan 53
10.Kadar Zinc dalam serum sebelum dan sesudah intervensi berdasarkan
kelompok perlakuan (a=0.05) . 55

11.Kadar thyroxine dalam serum sebelum dan sesudah intervensi


berdasarkan kelompok perlakuan (a=0.05) . 56

12.Kadar TSH dalam serum sebelum dan sesudah intervensi berdasarkan


kelompok perlakuan (a=0.05) . 56

xx
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
1. Hasil penelitian pengaruh MPASI terhadap perhubungan dan perkembangan
bayi .... 72
2. Gambar proses pembuatan tepung Pury .... 74
3. Proses pengemasan MPASI formula-Pury .... 76
4. Gambar aktivitas skrining dan lingkungan desa .... 77
5. Gambar pengukuran pertumbuhan dan perkembangan bayi . 78
6. Gambar aktivitas studi pada pada hewan percobaan: persiapan tikus dan
ransum, serta pengukuran pertumbuhan tikus .. 79
7. Questionaire .............................. .............................................................. 80
8. Form Monitoring ..................................................................................... 85
9. Keterangan Lolos Kaji Etik (Ethical Clearance) ....................................... 89
10. Naskah Penjelasaan Sebelum Persetujuan (PSP) dan Formulir Persetujuan 90
11. Ijin melakukan penelitian di Puskesmas Teluknaga ............................... 92
12. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 224/Mmenkes/SK/11/2004 ...... 93
13. Monitoring hasil percobaan pada hewan tikus ......................................... 99

xxi
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang


serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Hal ini sesuai
dengan Hak Anak sebagai Hak Asasi pasal 28B ayat 2 (Myers, 1992; Sentika,
2005). Kelangsungan hidup bayi (infant survival) artinya tidak meninggal
sebelum usia satu tahun, sedangkan kelangsungan hidup anak (child survival)
adalah tidak meninggal sebelum usia 5 tahun.

Peristiwa tumbuh-kembang pada anak meliputi seluruh proses kejadian


sejak terjadi pembuahan sampai masa dewasa. Ciri tumbuh-kembang yang utama
adalah bahwa pada periode tertentu terdapat adanya masa percepatan atau masa
perlambatan, serta laju tumbuh-kembang yang berlainan diantara organ tubuh.
Istilah tumbuh-kembang sebetulnya mencakup dua peristiwa yang sifatnya
berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan
perkembangan. Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar,
jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu. Perkembangan
lebih menitik beratkan aspek perubahan bentuk atau fungsi pematangan organ
ataupun individu, termasuk perubahan aspek sosial atau emosional akibat
pengaruh lingkungan. Dengan demikian proses pertumbuhan mempunyi dampak
terhadap aspek fisik, sedangkan proses perkembangan berkaitan dengan fungsi
pematangan intelektual dan emosional organ atau individu.

Gizi kurang adalah keadaan kekurangan gizi yang disebabkan tubuh


kekurangan energi dan protein dalam makanan sehari-hari. Hasil Riset Kesehatan
Daerah tahun 2007 menunjukkan prevalensi gizi kurang dan gizi buruk secara
nasional sebesar 13.0% dan 5.4%, sementara Propinsi Banten yang merupakan
propinsi baru masih mempunyai masalah gizi pada anak balita yaitu 12.2% gizi
kurang dan 4.4% gizi buruk (Badan Litbangkes, 2008). Kecamatan Teluk Naga
merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Tangerang Propinsi Banten dengan
prevalensi gizi kurang (BB/U) mencapai 22.26% pada tahun 2006 dan turun
menjadi 20.5% pada tahun 2008 (Puskesmas Teluknaga, 2009), sedikit diatas
target nasional tahun 2015 yaitu 20% dan MDGs sebesar 18.5% (Badan
1
Litbangkes, 2008). Menurut WHO, daerah tersebut termasuk kategori tinggi
dengan masalah kesehatan masyarakat yang kritis (batas masalah bila prevalensi
gizi kurang adalah lebih besar atau sama dengan 20%) yang harus segera
ditangani.

Konsekuensi gizi kurang adalah tingginya angka kesakitan dan resiko


kematian, yang berdampak pada perkembangan syaraf mental yang buruk,
penurunan ketahanan dan kapasitas kerja, serta meningkat resiko penyakit kronik
pada usia dewasa (Gillespie and Haddad, 2001). Bayi yang kurang gizi khususnya
wanita secara efektif mengabadikan kemiskinan, kelaparan dan kekurangan gizi
dari generasi ke generasi (UNS-SCN, 2004), maka bila bayi yang menderita gizi
kurang tidak segera ditangani dapat berkontribusi terhadap siklus
intergenerasional.

Banyak faktor yang mempengaruhi timbulnya gizi kurang maupun gizi


buruk yang saling berkaitan. Faktor penyebab langsung adalah asupan energi dan
zat gizi yang tidak cukup serta adanya infeksi. Faktor penyebab tak langsung
adalah pola asuh yang kurang tepat seperti pemberian ASI, MPASI, dan ada
tidaknya makanan pantangan, jumlah anggota keluarga, ketersediaan pangan
keluarga, dan kesehatan lingkungan. Akar permasalahan tersebut adalah tingkat
pendapatan yang rendah serta kemiskinan yang berkaitan erat dengan rendahnya
tingkat pendidikan orang tua (ACC/SCN-IFPRI, 2000). Kecamatan Teluk Naga
termasuk dalam kuadran I di Kabupaten Tangerang, yang artinya mempunyai
indek pembangunan manusia (IPM) rendah dan produk domestik rata-rata bruto
(PDRB) per kapitan yang rendah (Harjatmo, 2005). Makanan Pendamping Air
Susu Ibu (MPASI) adalah elemen penting dalam pemeliharaan bayi dan anak.
Program pemberian makanan pendamping air susu ibu (MPASI) yang berasal
dari pemerintah pusat baru mencakup 40% anak balita gizi kurang, selebihnya
belum tersentuh. Untuk itu masih perlu pengadaan MPASI untuk memperbaiki
semua anak balita gizi kurang dan buruk.

Berdasarkan observasi bahwa pertambahan angka penyimpangan


pertumbuhan (Growth Faltering) dan gizi kurang terjadi setelah usia 6 bulan yang
erat kaitannya dengan praktek pemberian MPASI yang buruk (Pojda and Kelley,

2
2000). Studi efikasi suplemen dengan vitamin A dan mineral menghasilkan
dampak positif pada status gizi mikro (kenaikan Hb dan zinc plasma serta
menurunkan prevalensi anemia) (Gibson et al, 2004) walau tidak menunjukkan
dampak yang nyata pada pertumbuhan, namun pengaruh suplementasi gizi mikro
lebih kuat terhadap peningkatan pertumbuhan bayi yang kurang gizi dibanding
bayi yang cukup gizi (Sunawang, 2005). Jadi, pemberian MPASI yang tepat
sangat penting bagi semua bayi dan terpenting bagi bayi dengan gizi kurang
(karena BBLR atau faktor lain) agar dapat mengejar pertumbuhan fisik dan
perkembangan motorik seperti bayi dengan riwayat berat lahir normal.

Ulat sutera termasuk golongan serangga yang merupakan sumber protein


karena hampir 60% berat adalah protein. Beberapa daerah di Indonesia, serangga
lazim dikonsumsi masyarakat seperti ulat sagu, belalang, tawon, laron dan pupa
ulat sutera. Budidaya serangga termasuk ulat sutera sangat menguntungkan
karena ramah lingkungan dan sangat kecil memberi dampak produksi gas rumah
kaca. Dengan penanganan yang baik dan pemasakan yang benar, serangga
merupakan makanan yang enak dan dapat digunakan sebagai sumber pangan
masa depan (Maryoto, 2009).

Pupae (selanjutnya disebut dengan pupa) adalah bagian isi dari kokon
yang merupakan produk samping dari industri pembudidayaan ulat sutera. Rata-
rata produksi kokon nasional tahun 2005 sebesar 250 ton yang menghasilkan
31.25 ton (12.5%) benang sutera (Kaomini, 2006a). Artinya bahwa hanya 12,5%
dari total kokon yang dimanfaatkan, sedangkan sisanya 87.5% termasuk pupa
merupakan limbah yang bila tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan
cemaran lingkungan (udara dan air) bagi penduduk sekitar sentra industri sutera.
Pupa telah dimanfaatkan sebagai pangan di negara Asia Selatan seperti China
(asam amino pupa untuk soft drink dan bahan tambahan pembuatan kokies dll),
Korea (snack dan diet DM) dan Bangladesh (konsumsi pupa tanpa diolah)
(Singhal et al, 2001), namun masih belum berkembang pemanfaatannya sebagai
sumber pangan yang bergizi di Indonesia. Jepang sudah memanfaatkan pupa
kering untuk diambil minyaknya sebagai minyak rambut, sabun dan lilin yang
berkualitas tinggi, sedangkan sisa ekstrak digunakan untuk makanan unggas, ikan
dan babi (Kaomini, 2006b). Pupa jenis tussah digunakan sebagai obat penurun
3
kolesterol dan tekanan darah karena mengandung lebih dari 70% asam lemak tak
jenuh ganda dan untuk obat hepatitis karena mengandung 36% asam amino
esensial (Huang, 2001).

Melalui teknologi sederhana, limbah pupa hasil samping produksi sutera


dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan yang mempunyai nilai gizi dan
ekonomi serta ramah lingkungan. Setengah dari limbah pupa akan menghasilkan
liquid pupa untuk tepung Pury dan setengahnya sebagai pakan ternak baik unggas
maupun ikan, sehingga tidak ada limbah yang tersisa yang mencemari lingkungan.
Pupa yang berasal dari ulat sutra Mulberry (Bombyx mori) yang dibuat tepung
(powder) selanjutnya disebut Pury berpotensi sebagai sumber pangan yang
bergizi dengan keunggulan terutama pada mutu protein yang lebih baik dari
protein kedele, ikan atau daging; kandungan asam lemak tak jenuh; vitamin dan
mineral serta asam amino esensial maupun non-esensial yang sangat dibutuhkan
bagi tumbuh kembang anak (Astuti dan Kusharto, 2009). Pury dapat digunakan
sebagai alternatif bahan formula MPASI. Tujuan studi adalah untuk
mengembangkan MPASI yang padat gizi berbasis tepung Pury dan menilai
manfaat kesehatan (efikasi) pemberian MPASI formula-Pury pada bayi usia 6-12
bulan dengan status gizi kurang atau nyaris gizi kurang terhadap kemajuan
pertumbuhan fisik dan perkembangan motorik.

Perumusan Masalah

Dengan memperhatikan latar belakang masalah tersebut diatas, dapat


dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana mutu gizi dan keamanan pangan pada MPASI-Pury?
2. Bagaimana asupan energi dan protein bayi yang diberi MPASI-Pury?
3. Bagaimana perubahan status biokimia (zinc, T4 dan TSH serum) bayi 6-12
bulan setelah diberi MPASI-Pury selama 3 bulan ?
4. Seberapa jauh pertumbuhan fisik (BB, PB, dan Lingkar Kepala) dan
perkembangan motorik bayi setelah diberi MPASI-Pury selama 3 bulan ?
5. Adakah perubahan status gizi (nilai Z-skor BB/U, PB/U, BB/PB) setelah
diberi MPASI-Pury selama 3 bulan?

4
Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian adalah untuk mengembangkan alternatif MPASI


berbasis pupae-mulberry (Pury) dan menilai manfaat kesehatan bagi laju
pertumbuhan fisik dan perkembangan motorik bayi gizi kurang atau nyaris gizi
kurang usia 6-12 bulan.

Tujuan Khusus untuk :

1. Menganalisis mutu gizi dan keamanan pangan dari MPASI-Pury.


2. Menilai mutu protein dan laju pertumbuhan fisik pada hewan percobaan
yang diberi ransum Pury.
3. Menganalisis kontribusi MPASI terhadap asupan energi dan protein
sehari, serta perubahan status biokimia (kadar zinc, T4 dan TSH serum)
setelah 3 bulan pemberian MPASI.
4. Menilai laju pertumbuhan fisik (Berat badan, Panjang Badan, dan Lingkar
Kepala) dan perubahan status gizi (z-score BB/U, PB/U, BB/PB dan
LK/U) setelah 3 bulan pemberian MPASI.
5. Menilai laju perkembangan motorik (motorik halus dan motorik kasar)
dua bulan setelah periode 3 bulan pemberian MPASI selesai.

Manfaat Penelitian

Mela lui studi ini diharapkan tersedia MPASI formula Pury lengkap
dengan informasi mutu gizi dan keamanan pangan, dampaknya terhadap
perubahyan status biokomia, pertumbuhan fisik dan perubahan status gizi, serta
perkembangan motorik pada bayi gizi kurang. MPASI-Pury diharapkan dapat
digunakan sebagai alternatif ketersediaan MPASI yang mendukung kelanjutan
program Pemerintah.

5
TINJAUAN PUSTAKA

Tumbuh-kembang Anak

Peristiwa tumbuh-kembang pada anak meliputi seluruh proses kejadian


sejak terjadi pembuahan sampai masa dewasa. Ciri tumbuh-kembang yang utama
adalah bahwa pada periode tertentu terdapat adanya masa percepatan atau masa
perlambatan, serta laju tumbuh-kembang yang berlainan diantara organ tubuh.
Istilah tumbuh-kembang sebetulnya mencakup dua peristiwa yang sifatnya
berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan
perkembangan. Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar,
jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu. Perkembangan
lebih menitik beratkan aspek perubahan bentuk atau fungsi pematangan organ
ataupun individu, termasuk perubahan aspek sosial atau emosional akibat
pengaruh lingkungan. Dengan demikian proses pertumbuhan mempunyi dampak
terhadap aspek fisik, sedangkan proses perkembangan berkaitan dengan fungsi
pematangan intelektual dan emosional organ atau individu. Secara garis besar,
tumbuh-kembang dibedakan 3 jenis yaitu : tumbuh-kembang fisik, intelektual dan
emosional (Markum, 1991).
Tumbuh-kembang fisik meliputi perubahan dalam ukuran besar dan fungsi
organisme atau individu. Perubahan ini bervariasi dari fungsi tingkat molekuler
yang sederhana seperti aktivasi, sampai pada proses metabolisme yang kompleks
dan perubahan bentuk fisis pada masa pubertas dan remaja. Tingkat tercapainya
potensi biologik seseorang merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang saling
berkaitan yang dapat diklasifikasikan menurut faktor genetik, lingkungan dan
perilaku. Faktor genetik adalah faktor bawaan yang normal atau patologik, jenis
kelamin, suku bangsa atau bangsa. Faktor lingkungan biopsikososial yang
mencakup : komponen biologis (fisik), psikologis, ekonomi, sosial, politik dan
budaya. Contoh lingkungan biologis (fisik) adalah kesehatan tubuh atau organ,
keadaan gizi, perumahan, kebersihan lingkungan, fasilitas kesehatan, dan
pendidikan. Contoh lingkungan psikologis erat kaitannya dengan komponen sosial
seperti aspek kesehatan jasmani, pengaruh keluarga atau sekolah atau masyarakat,
nilai sosial-budaya, tradisi, adat dan agama. Lingkungan politik berkaitan dengan
faktor budaya dan turut membentuk tumbuh-kembang anak seperti dalam
menentukan prioritas, kebijakan tindakan dan jumlah anggaran yang dialokasikan
(Markum, 1991).
Tumbuh-kembang intelektual berkaitan dengan kepandaian berkomunikasi
dan kemampuan menangani materi yang bersifat abstrak dan simbolik, seperti
berbicara, bermain, berhitung atau membaca. Sementara proses tumbuh-kembang
emosional bergantung pada kemampuan bayi untuk membentuk ikatan batin,
kemampuan untuk bercinta dan berkasih sayang, kemampuan untuk mengelola
rangsangan agresif. Berbagai kaitan emosional antara anak dan bayi tersebut akan
berkembang dan meluas ke lingkungan keluarga lain dan akhirnya ke masyarakat
luas (Markum, 1991).

Pertumbuhan fisik
Proses tumbuh-kembang merupakan proses yang berkesinambungan
mulai dari konsepsi sampai dewasa, yang mengikuti pola tertentu yang khas untuk
setiap anak, mencakup pencapaian kemampuan baru dan ketrampilan serta
pertumbuhan fisik. Proses tersebut merupakan proses interaksi yang terus
menerus serta rumit antar faktor genetik dan faktor lingkungan (Markum, 1991;
Ming and Roach, 2007). Penilaian tumbuh-kembang perlu dilakukan untuk
menentukan apakah tumbuh-kembang seorang anak berjalan normal atau tidak
(WHO-MGRS, 2006b).

Terdapat 3 indikator yang sangat umum digunakan untuk menilai status


pertumbuhan pada anak-anak yaitu berat badan menurut umur (BB/U), panjang
atau tinggi badan menurut umur (PB/U), dan berat badan menurut panjang atau
tinggi badan (BB/PB) (de Onis dalam Semba and Bloem, 2008). Ukuran lingkar
kepala mencerminkan kecepatan pertumbuhan otak pada tahun pertama. Rata-rata
pertumbuhan yang diharapkan sebesar 1 cm per bulan pada tahun pertama dan 2
cm selama tahun kedua. Akurasi pengukuran tergantung dari pita ukur yang
digunakan, pemasangan pita sekitar dahi, alis mata dan occiput, serta dilakukan
dua kali pengukuran (Thompson, 1998). Multicentre Growth Reference Study
dari WHO juga telah memasukkan indeks lingkar kepala menurut umur (LK/U)
sebagai indikator pertumbuhan (WHO-MOGRS, 2007).
Metode penilaian perkembangan pada bayi dan anak
Berbagai metode deteksi dini untuk mengetahui gangguan perkembangan
anak telah dibuat. Deteksi dini tumbuh-kembang anak merupakan suatu kegiatan /
pemeriksaan untuk menemukan secara dini adanya penyimpangan tumbuh-
kembang pada balita dan anak prasekolah (Depkes, 2005) Skrining hanyalah
prosedur rutin dalam pemeriksaan tumbuh-kembang anak sehari-hari. Menurut
Departemen Kesehatan RI (2005), terdapat 3 jenis deteksi dini tumbuh-kembang
yang dapat dikerjakan oleh tenaga kesehatan di tingkat puskesmas dan
jaringannya yaitu :1) Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan, untuk mengetahui
atau menemukan status gizi kurang atau buruk dan mikro atau makrosefali; 2)
Deteksi dini penyimpangan perkembangan, untuk mengetahui gangguan
perkembangan anak (keterlambatan), gangguan daya lihat dan ganguan daya
dengar; 3) Deteksi dini penyimpangan mental emosional, untuk mengetahui
adanya masalah mental emosional, autisme dan gangguan pemusatan perhatian
serta hiperaktivitas. Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan dan perkembangan
yang digunakan Departemen Kesehatan RI tercantum pada Tabel 1.

Tabel 1 Jadwal dan kegiatan deteksi dini


adanya penyimpangan tumbuh-kembang pada bayi
Jenis Deteksi Tumbuh-kembang yang harus Dilakukan
Umur Anak
Deteksi Dini Penyim- Deteksi Dini Penyimpangan
pangan Pertumbuhan Perkembangan
BB/TB LK KPSP TDD
0 bulan V V
3 Bulan V V V V
6 Bulan V V V V
9 Bulan V V V V
12 Bulan V V V V
Sumber: Depkes RI, 2005.
BB/TB : Berat Badan Terhadap Tinggi Badan; LK : Lingkar Kepala
KPSP: Kuesioner Pra Skrining Perkembangan; TDD : Tes Daya Dengar

Penyimpangan atau gangguan yang terlambat diketahui akan sulit


diberikan intervensi dan akan berpengaruh pada tumbuh-kembang anak.
Sayangnya, banyak ahli kesehatan yang percaya bahwa tidak banyak yang dapat
dikerjakan untuk mengatasi kelainan ini, bahkan percaya bahwa kelainan ringan
dapat menjadi normal dengan sendirinya (Depkes, 2005). Sikap seperti ini dapat
menghambat pemulihan, bahkan pada kasus-kasus tertentu dapat mengakibatkan
cacat yang permanen yang tidak dapat dihindari (Soetjiningsih, 1995).

Terdapat alasan mengapa perlu melakukan tes kecerdasan bayi, terutama


jika orang tua merasa kuatir karena sang bayi tidak melakukan sesuatu seperti
yang dilakukan bayi lain seusia. Masalah perkembangan motorik sering muncul
pada tahun pertama (Ming and Roach, 2007 dan WHO-MGRS, 2006b). Tes
perkembangan bertujuan untuk membandingkan prestasi bayi secara berurutan
(tugas perkembangan) dengan norma-norma yang ada melalui pengamatan
sejumlah tugas perkembangan dari bayi dan anak yang secara umum dapat mereka
kerjakan. Instrumen yang biasa digunakan untuk melakukan tes perkembangan
tersebut adalah Bayley Infants Scale of Development (skala Bayley) atau The
Denver Developmental Screening Test (DDST). The WHO Multicentre Growth
Reference Study juga telah memasukkan 6 unsur perkembangan motorik kasar
dalam standart pertumbuhan anak usia 4-18 bulan yang mencakup kemampuan
duduk tanpa bantuan, berdiri dengan bantuan, merangkak, berjalan dengan
bantuan, duduk sendiri serta berjalan sendiri (WHO-MGRS, 2006b).

Tabel 2 Contoh tugas perkembangan bayi dari skala Bayley

Usia Skala Perkembangan Mental Skala Perkembangan Motorik


(bulan)
1 Gerakan mata mengikuti seseorang Mengangkat kepala ketika diletakkan di
pundak
3 Menggapai lonceng yang digantung. Berbalik dari belakang ke samping.

6 Menggerakkanlonceng, menunjukkan Berbalik dari belakang ke perut.


ketertarikan yang mendalam.

9 Ocehan menyatakan perasaan. Mengangkat diri sendiri untuk berdiri.


12 Meniru seolah mengelus mainan. Berjalan sendiri

Sumber : Bayley, 1993 dalam Papalia et al, 2001.

Skala Bayley III bagi perkembangan bayi (The Bayley Scale of Infant
Development, BSID-III) adalah rangkaian pengukuran standart yang digunakan
terutama untuk menilai perkembangan motorik (halus dan kasar), bahasa (receptif
dan expressif), dan cognitif dari bayi dan anak usia 0-3 tahun (Bayley, 2006).
Pengukuran terdiri dari rangkaian tugas perkembangan yang memerlukan waktu
antara 45-60 menit. Skor mentah dari pencapaian tugas yang dapat diselesaikan
anak dikonversi kedalam skor skala dan skor komposit. Skor ini yang digunakan
untuk menentukan prestasi anak dibanding prestasi anak normal sesuai usia yang
tinggal di Negara berkembang. Terdapat 7 kategori untuk penilaian komposit
seperti pada Tabel 3.

Tabel 3 Tujuh kategori penilaian komposit menurut skala Bayley III


Komposit Jumlah skor
Very superior skor > 130
Superior skor 120 s/d 129
High average skor 110 s/d 119
Average skor 90 s/d 109
Low average skor 80 s/d 89
Borderline skor 69 s/d 79
Extremely low skor < 69

Masalah Gizi Kurang dan Faktor Penyebab

Keadaan gizi kurang pada awal kehidupan anak mempunyai konsekuensi


yang serius. Anak dengan gizi kurang cenderung lebih sering menderita sakit
parah, termasuk diare dan pneumonia. Terdapat asosiasi yang kuat antara tingkat
keparahan gizi kurang dengan angka kematian (The World Bank, 2006; Semba
and Bloem, 2008). Dewasa ini, 27% (lebih dari 147 juta) anak usia bawah 5 tahun
di negara berkembang menderita gizi kurang (indeks BB/U) dan 23% (lebih dari
126 juta) tergolong pendek (stunted), sementara di negara maju hanya 2,6% anak
yang pendek dan 1,1% gizi kurang. Keadaan terparah ada di negara-negara Asia
yang mencakup 92 juta anak pendek dan 89 juta gizi kurang. Studi WHO
memperkirakan prevalensi gizi kurang di negara berkembang akan turun dari 30%
pada tahun 1990 menjadi 19% pada tahun 2015 (The World Bank, 2006).
Prevalensi di Indonesia berdasarkan hasil Riset Kesehatan Daerah tahun
2007 adalah 18.4% gizi kurang dan 36.8 balita pendek. Keadaan di Kabupaten
Tangerang dibawah angka nasional untuk gizi kurang (12.9%) tetapi balita yang
pendek sedikit diatas angka nasional (39.2%) (Badan Litbangkes, 2008). Keadaan
gizi kurang di Kecamatan Teluknaga lebih buruk dari angka nasional yaitu 20.5%,
sedangkan prevalensi balita pendek dibawah angka Kabupaten Tangerang maupun
angka nasional yaitu 31.6% (Puskesmas Teluknaga, 2009) yang masih
dikategorikan sebagai daerah dengan masalah kesehatan masyarakat yang kritis
yang harus segera ditangani (The World Bank, 2006).

Kegagalan pertumbuhan yang terjadi pada periode awal masa anak-anak


dinyatakan dengan tumbuhnya stunting (keadaan pertumbuhan tinggi badan yang
lamban dibandingkan usia atau pendek). Pertumbuhan stunting pada masa anak-
anak merupakan faktor resiko bagi meningkatnya mortalitas, pertumbuhan yang
buruk dari kognitif dan motorik serta kegagalan lain secara fungsional. Anak-
anak yang menderita gizi buruk pada awal masa anak-anak mengalami penurunan
IQ sebesar 15 poin yang secara signifikan berpengaruh pada prestasi belajar dan
meningkatkan resiko drop-out atau mengulang kelas. Lebih lanjut, stunting
biasanya berlangsung lama atau tetap dan menghasilan penampilan yang lebih
buruk di masa dewasa (Gillespie and Haddad, 2001).

Penyebab gizi salah (termasuk gizi kurang) adalah kompleks. Individu


yang mender ita gizi kurang disebabkan karena tidak cukup atau kurang sesuai
asupan energi dan zat gizi atau karena faktor kesehatan atau keduanya yang sering
berinteraksi secara negatif. Adanya penyakit meningkatkan kebutuhyan zat gizi
namun menurunkan selera makan, sementaraketidakcukupan intik makanan baik
jumlah maupun kualitas membuat lebih mudah terserang penyakit. Keadaan akan
lebih buruk bila ketersediaan pangan tingkat keluarga maupun masyarakat tidak
aman, tidak cukup akses terhadap lingkungan dan pelayanan kesehatan, serta
adanya praktek pola asuh yang tidak tepat terhadap anak. Ketiga faktor tersebut
sering disebut dengan Makanan-Kesehatan-Pola asuh yang juga berinteraksi (The
World Bank, 2006).
Model UNICEF (Gambar 1) menjelaskan bahwa terjadinya gizi buruk di
masyarakat disebabkan oleh beberapa faktor baik langsung maupun tidak
langsung. Faktor penyebab tersebut saling kait mengkait dan diperberat dengan
faktor rendahnya pendidikan yang tidak mendukung, sosial ekonomi dan politik
yang tidak jelas (UNICEF, 1997). Walau laju pertumbuhan dan perkembangan
pada bayi dengan keadaan gizi kurang mungkin sulit seperti yang dicapai pada
bayi dengan status gizi baik, namun kegagalan pertumbuhan periode berikutnya
mungkin dapat dicegah dengan pemberian ASI yang optimal dan MPASI yang
tepat. Jadi, perbaikan gizi sedini mungkin adalah sangat diharapkan tidak hanya
untuk memperoleh dampak positif pada pertumbuhan fisik tetapi juga
menurunkan resiko dan komplikasi dari infeksi serta memaksimalkan
perkembangan psikomotor dan prestasi sekolah (WHO, 1998).

Dampak KURANG GIZI

Penyebab Makan Penyakit


langsung Tidak seimbang infeksi

Sanitasi dan air


Penyebab Tidak cukup Pola asuh anak Bersih/Pelayanan
tidak Persediaan tidak memadai Kesehatan dasar
langsung pangan
Tdk memadai

Kurang pendidikan, pengetahuan, dan keterampilan

Kurang pemberdayaan wanita


Pokok masalah Dan keluarga, kurang pemanfaatan
di masyarakat Sumberdaya masyarakat

Pengangguran, inflasi, kurang pangan dan kemiskinan

Akar masalah Krisis ekonomi,


nasional Politik dan sosial

Gambar 1 Faktor-faktor penyebab gizi buruk


(UNICEF, 1997).
Makanan Pendamping Air Susu ibu (MPASI)
Pengertian MPASI adalah makanan atau minuman selain ASI yang
mengandung gizi diberikan pada bayi usia 6 bulan keatas untuk memenuhi
kebutuhan gizinya (WHO, 1998; Menkes, 2007). MPASI merupakan makanan
peralihan dari ASI ke makanan keluarga, yang pengenalan dan pemberian harus
dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun jumlahnya, sesuai dengan
kemampuan pencernaan bayi/anak (Ditzi, Depkes RI, 2000). Secara ideal usia
bayi yang optimal untuk diperkenalkan MPASI harus ditentukan dengan
membandingkan keuntungan dan kerugian dari penambahan makanan ke dalam
diet sesuai usia anak yang berbeda-beda. MPASI yang diberikan lebih awal baik
cair maupun padat mungkin mendorong penghentian pemberian ASI lebih awal.
Tabel 4 Angka kecukupan energi dan zat gizi bayi usia 0-24 bulan
Kelompok Umur
0-6 bulan 7-11 bulan 1-3 tahun
Berat Badan (Kg) 6.0 8.5 12.0
Tinggi Badan (cm) 60 71 90
Energi (kcal) 550 650 1000
Protein (gr) 10 16 25
Vitamin A (RE) 375 400 400
Vitamin D (mcg) 5 5 5
Vitamin E (mg) 4 5 6
Vitamin K (mcg) 5 10 15
Thiamin (mg) 0.3 0.4 0.5
Riboflavin (mg) 0.3 0.4 0.5
Niacin (mg) 2 4 6
Asam Folat (mug) 65 80 150
Piridoksin (mg) 0.1 0.3 0.5
Vitamin B12 (mug) 0.4 0.5 0.9
Vitamin C (mg) 40 40 40
Kalsium (mg) 200 400 500
Fosfor (mg) 100 225 400
Magnesium (mg) 25 55 60
Besi (mg) 0.5 7 8
Yodium (mug) 90 90 90
Seng (mg) 1.3 7.5 8.2
Selenium (mcg) 5 10 17
Mangan (mg) 0.003 0.6 1.2
Fluor (mg) 0.01 0.4 0.6
Sumber : Keputusan Menteri Kesehatan RI No 1593/MENKES/SK/XII/2005.
Angka kecukupan gizi (AKG) bagi bayi usia 0-3 tahun dapat dilihat pada
table 4, sedangkan perkiraan zat gizi yang diperlukan dari MPASI berdasarkan
rata-rata tingkat asupan ASI dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Perkiraan zat gizi yang diperlukan dari MPASI


(berdasarkan taraf asupan ASI )
6-8 bulan 9-11 bulan 12-23 bulan
ZAT GIZI asupan ASI asupan ASI asupan ASI
rendah sedang tinggi rendah sedang tinggi Rendah Sedang tinggi
Protein (g/d) 5.2 2 0 6.7 3.1 0 9.1 5 1.2
Vit. A (gRE/d) 164 13 0 214 42 0 313 126 0
Folate (g /d) 0 0 0 9 0 0 35 3 0
Niacin (mg/d) 3 3 3 5 4 4 8 7 7
Pantothenicacid(mg/d) 1.0 0.5 0 1.2 0.6 0 1.4 0.7 0
Riboflavin (mg/d) 0.3 0.2 0.1 0.3 0.2 0.1 0.5 0.4 0.3
Thiamin (mg/d) 0.1 0.1 0 0.2 0.2 0.1 0.5 0.4 0.3
Vit B6 (mg/d) 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Vit B12 (g /d) 0 0 0 0.1 0 0 0.3 0 0
Vit C (mg/d) 10 0 0 14 0 0 23 8 0
Vit D (g /d) 6.8 6.6 6.5 6.9 6.7 6.5 7 6.7 6.4
Vit K (g /d) 9.2 9 8 9.4 9 8 9.6 9 8
Calcium (mg/d) 421 336 252 449 353 256 301 196 92
Chloride (mg/d) 344 217 90 386 241 97 727 569 412
Copper (mg/d) 0.2 0.1 0.1 0.2 0.1 0.1 0.4 0.3 0.2
Fluoride (g /d) 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Iodine (g /d) 19 0 0 30 0 0 51 10 0
Iron (mg/d) L.b. 20.9 20.8 20.7 20.9 20.8 20.7 11.9 11.8 11.7
M.b. 10.9 10.8 10.7 10.9 10.8 10.7 5.9 5.8 5.7
H.b. 6.9 6.8 6.7 6.9 6.8 6.7 3.9 3.8 3.7
Magnesium (mg/d) 62 51 41 70 58 46 79 66 53
Manganese (g /d) 14 12 10 14 12 10 15 13 10
Phosphorus (mg/d) 348 306 263 362 314 266 249 193 141
Potassium (mg/d) 505 346 188 557 377 196 708 512 315
Selenium (g /d) 3 0 0 5 0 0 11 4 0
Sodium (mg/d) 253 199 144 301 239 177 469 401 334
Zinc (mg/d) 4.6 4.2 3.8 4.7 4.3 3.8 6.3 5.8 5.4
Zinc (mg/d) 2.5 2.2 1.9 2.6 2.3 2.1 2.7 2.4 2.1
Sumber : WHO, 1998; Institute of Medicine(1991); Krebs et al (1993) dan (1995)

Tabel 6 menunjukkan kepadatan (density) zat gizi yang diinginkan dari


MPASI (per 100 kcal) berdasarkan taraf asupan ASI.
Tabel 6 Kepadatan (density) zat gizi yang diinginkan dari MP-ASI
(per 100 kcal) berdasarkan taraf asupan ASI.

6-8 bulan 9-11 bulan 12-23 bulan


Zat Gizi asupan ASI asupan ASI asupan ASI
rendah sedang tinggi rendah sedang tinggi rendah sedang tinggi

Protein (g/d) 1.1 0.7 0 1 0.7 0 0.9 0.7 0.2


Vit. A (gRE/d) 35 5 0 32 9 0 31 17 0
Folate (g /d) 0 0 0 1 0 0 3 0 0
Niacin (mg/d) 0.6 1.1 4.1 0.7 0.9 1.7 0.8 0.9 1.4
Pantothenicacid(mg/d) 0.2 0.2 0 0.2 0.1 0 0.1 0.1 0
Riboflavin (mg/d) 0.06 0.07 0.14 0.04 0.04 0.04 0.05 0.05 0.06
Thiamin (mg/d) 0.02 0.04 0 0.03 0.04 0.04 0.05 0.05 0.06
Vit B6 (mg/d) 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Vit B12 (g /d) 0 0 0 0.01 0 0 0.03 0 0
Vit C (mg/d) 2.2 0 0 2.1 0 0 2.3 0.1 0
Vit D (g /d) 1.5 2.5 8.9 1 1.5 2.8 0.7 0.9 1.3
Vit K (g /d) 2 3.3 11 1.4 2 3.5 1 1.2 1.6
Calcium (mg/d) 91 125 345 67 78 112 30 26 19
Chloride (mg/d) 74 81 123 57 53 42 73 76 84
Copper (mg/d) 0.04 0.04 0.14 0.03 0.02 0.04 0.04 0.04 0.04
Fluoride (g /d) 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Iodine (g /d) 4 0 0 4 0 0 5 1 0
Iron (mg/d) L.b. 4.5 7.7 28.3 3.1 4.6 9.0 1.2 1.6 2.4
M.b. 2.3 4 14.7 1.6 2.4 4.7 0.6 0.8 1.2
H.b. 1.5 2.5 9.2 1 1.5 2.9 0.4 0.5 0.8
Magnesium (mg/d) 13 19 56 10 13 20 8 9 11
Manganese (g /d) 3 4 14 2 3 4 1 2 2
Phosphorus (mg/d) 75 114 360 54 70 116 25 26 29
Potassium (mg/d) 109 129 258 83 84 86 71 69 64
Selenium (g /d) 0.6 0 0 0.7 0 0 1.1 0.5 0
Sodium (mg/d) 54 74 197 45 53 77 47 54 68
Zinc (mg/d) 1 1.6 5.2 0.7 1 1.7 0.6 0.8 1.1
Zinc (mg/d) 0.5 0.8 2.6 0.4 0.5 0.9 0.3 0.3 0.4

Sumber : WHO, 1998; Institute of Medicine(1991); Krebs et al (1993) dan (1995)

Spesifikasi teknis MPASI bubuk instan untuk bayi 6-12 terbuat dari
campuran beras dan atau beras merah, kacang hijau dan atau kedele, susu, gula,
minyak nabati, dan diperkaya dengan vitamin dan mineral serta ditambah dengan
penyedap rasa dan aroma (flavor). Sesuai Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia, nomor 224/Menkes/SK/II/2007 tanggal 26 Februari 2007, ditetapkan
komposisi gizi dalam 100 gram bubuk instan seperti pada Tabel 7.
Tabel 7 Komposisi gizi dalam 100 gram MPASI bubuk instan untuk bayi 6-12 bulan

No. Zat Gizi satuan Kadar


1. Energi kkal 400 440
2. Protein (kualitas protein tidak kurang dari 70% g 15 22
kualitas kasein)
3. Lemak (kadar asam linoleat minimal 300 mg per g 10 15
100 kkal atau 1,4 gram per 100 gram produk
4. Karbohidrat : g Maks 30
Gula (sukrosa) g Maks 5
Serat
5. Vitamin A mcg 250 350
6. Vitamin D mcg 7 10
7. Vitamin E mg 4 6
8. Vitamin K mcg 7 10
9. Thiamin (B1) mg 0.3 0.4
10. Riboflavin mg 0.3 0.5
11. Niasin mg 2.5 4.0
12. Vitamin B12 mcg 0.3 0.6
13. Asam Folat mcg 40 100
14. Vitamin B6 mg 0.4 0.7
15. Asam Pantotenat mg 1.3 2.1
16. Vitamin C mg 27 35
17. Besi mg 5 8
18. Kalsium mg 200 400
19. Natrium mg 240 400
20. Seng mg 2.5 4.0
21. Iodium mcg 45 70
22. Fosfor mg perbandingan Ca:P
= 1.2 2.0
23. Selenium mcg 10 15
24. Air g Maks. 4
Sumber : Menkes RI, 2007.

Peran Zinc dalam Proses Metabolisme

Unsur mineral zinc terdapat disemua cairan dan jaringan tubuh. Jumlah
keseluruhan 30 mmol (2g). Sebanyak 60% dari total tubuh terdapat dalam tulang
otot dan 30% pada massa tulang, dengan konsentrasi zinc 1.5 3 mcmol/g (100-
200 mcg/g). Konsentrasi zinc pada lean body mass + 0.46 mcmol/g (30mcg/g).
Rata-rata perubahan zinc dalam plasma cepat dan yang tercermin hanya 0.1% dari
total zinc dalam tubuh (FAO-UN and WHO, 2001).
Zinc merupakan komponen penting dari sejumlah besar (>300) enzim
yang berpartisipasi dalam pembentukan dan pemecahan karbohidrat, lemak,
protein dan asam nukleat yang sama seperti metabolisme mikronutrien lain
dengan Kadar normal dalam serum 10.7 20.0 mol/L. Zinc menstabilisasi
struktur molekuler dari komponen dan membran seluler, dan ikut memelihara sel
serta integritas organ. Zinc berperan penting dalam polynucleotide transcription
dan proses ekskresi gen. Zinc mempunyai peran sentral dalam sistem imun,
mempengaruhi sejumlah aspek imunitas seluler dan humoral. Defisiensi zinc
yang menyebabkan penurunan dalam aktifitas hormon thymic telah disarankan
bahwa lebih dari 80% dari thymic factor activity (TFA) diukur dengan assay yang
tergantung pada zinc. Pada keadaan kekurangan zinc maka kemampuan untuk
membentuk sel cytotoxin (Tc) dalam kelenjar limpa (spleen) akan terganggu.
Pada sisi lain kelebihan intik zinc juga mengganggu respon zinc (Chandra, 1985).
Meerarani, et al (2000), mempelajari efek defisiensi zinc dan suplementasi
pada induksi apoptosis dengan mengukur aktifitas caspase 3, cell binding of
annexin V, serta fragmentasi DNA. Data menunjukkan bahwa zinc penting untuk
integritas sel endothelial dalam system darah, barangkali dengan mengatur
kejadian-kejadian signal untuk menghambat kematian sel apoptotic.
Gejala klinis yang tampak pada defisiensi zinc tingkat berat adalah
pertumbuhan yang terhambat, tertundanya kematangan sex dan tulang, luka kulit,
diare, gangguan nafsu makan, kekebalan tubuh menurun, dan perubahan perilaku.
Dampak defisiensi zinc tingkat ringan dan sedang kurang jelas. Berkurangnya
rata-rata pertumbuhan dan kerusakan pertahanan imum merupakan tanda
kekurang zinc tingkat sedang. Dampak lain seperti rusaknya rasa dan penciuman,
tertundanya penyembuhan luka yang dikatakan sebagai rendahnya intik zinc
kurang dipantau secara konsisten (FAO-UN and WHO, 2001).
Ragib, et al. (2004) melakukan studi pada anak usia 12-59 bulan yang
terinfeksi Shigella dengan metode randomized, double-blind, placebo-controlled
trial. Elemen zinc (20 mg) dan multivitamin (vitamin A, D, Thiamin, riboflavin,
nicotinamide dan Ca) yang diberikan dengan dosis dua kali RDA setiap hari
selama 2 minggu pada kelompok Zinc (n=28), sedangkan multivitamin saja
diberikan pada kelompok kontrol (n=28). Standar terapi antibiotik diberikan
untuk ke dua kelompok. Hasil studi menunjukkan konsentrasi serum zinc
meningkatkan pada kedua kelompok selama penyembuhan penyakit, dan
suplementasi zinc menunjukkan efek yang signifikan. Respon perkembang
biakan (proliferasi) lymphocyte pada kelompok zinc relatif meningkat dibanding
kelompok kontrol (P=0,002), tetapi tidak terdapat efek yang signifikan yang
terlihat pada konsentrasi cytokine (IL2 dan IFN ? ) yang dilepas dari sel mitogen-
stimulated mononuclear atau konsentrasi cytokine (IL2, IFN ?, IFN 1 ) dalam
feces. Diantara antigen (LPS dan Ipa) antibody specific, plasma Ipa-specif ic
Immunoglobulin G pada hari ke 30 yang secara signifikan merespon lebih tinggi
pada kelompok zinc daripada kontrol. Namun demikian, kedua kelompok tidak
berbeda secara nyata dalam respon antigen-spesifik yang lain dalam plasma dan
feses.

Peran Iodin dalam Proses Metabolisme

Peran fisiologi iodin dalam tubuh manusia adalah pembentukan hormon


thyorid oleh kelenjar thyroid. Kebutuhan konsumsi iodium ditentukan oleh
produksi T4 secara normal oleh kelenjar thyroid tanpa penekanan mekanisme
trapping iodin thyroid atau meningkatnya kadar hormon stimulasi thyroid (TSH).
Iodin digunakan kelenjar thyroid untuk sintesa hormon thyroid, dan pengeluaran
iodin urine dari ginjal. Ekskresi iodin urine merupaka indikator yang baik bagi
asupan iodin (Gibson, 2005). Pada kondisi normal dimana secara klinis tidak
terjadi kekurangan iodin atau bentuk gondok endemik maupun kretinisme, maka
ekskresi iodium urine menunjukkan rata-rata kebutuhan iodium per hari. Indeks
yang penting untuk menentukan kebutuhan iodin adalah T4 dalam serum dan
kadar TSH (menunjukkan status thyroid yang normal) serta ekskresi iodin urine.
Aktifitas fisiologi hormon thyroid dapat dikategorikan sebagai 1)
pertumbuhan dan perkembangan, 2) mengontrol proses-proses metabolisme dalam
tubuh. Hormon thyroid punya peran yang besar dalam tumbuh-kembang otak dan
sistem syaraf pusat pada manusia dari usia 15 minggu kehamilan sampai dengan
usia anak 3 tahun. Jika kekurangan iodin terjadi pada periode tersebut dan
menyebabkan hormon thyroid defisit, mempunyai konsekuensi gangguan
perkembangan otak dan sistem syaraf pusat. Gangguan yang terjadi tidak dapat
diperbaiki, dan hal yang serius akan terjadi kretinisme. Penanganan pada bayi
yang menderita defisiensi iodin akan berhasil bila diberikan sedini mungkin yaitu
sejak bayi memasuki usia 3 bulan (Widodo, 2009). Hasil observasi yang
dilakukan Balai Penelitian GAKI Borobudur Magelang sejak tahun 2000 terhadap
20 bayi perineonatus, menunjukkan bahwa pemberian hormon thyroxine sejak
usia 3 bulan mempunyai keberhasilan yang tinggi. Ssebesar 98% bayi mampu
mencapai perkembangan normal dengan pemberian hormon thyroxine setiap hari
dalam bentuk tablet hormon lypothyroxine dengan dosis 0.2 mg per kg berat
(Widodo, 2009).
Peran fisiologi yang lain dari hormon thyroid adalah mengontrol beberapa
proses metabolisme dalam tubuh. Termasuk karbohidrat, lemak, protein, vitamin
dan mineral. Sebagai contoh hormon thyroid meningkatkan produksi energi.
Lipolysis, dan mengatur neuglucogenesis dan glycolisis. Anjuran untuk usia 7-12
bulan sebesar 15 mcg/kgBB/hari, dengan batas anjuran maksimal sebesar 140
mcg/kgBB/hari (Shils et al., 2006).

Tepung Pury dari Pupa Ulat Sutera Mulberry

Pupa adalah bagian isi dari kokon yang merupakan produk sampingan dari
industri pembudidayaan ulat sutera. Pupa telah dimanfaatkan sebagai pangan di
negara-negara Asia dalam bentuk tepung. Di Hongkong, China, Korea dan
Jepang dijual sebagai makanan komersial untuk sumber protein hewani dalam
sup dan saus, yang merupakan makanan khusus bagi diet penderita jantung dan
diabet karena kandungan kolesterol yang rendah (Singhal et al, 2001). Pupa jenis
tussah digunakan sebagai obat penurun kolesterol dan tekanan darah karena
mengandung lebih dari 70% asam lemak tak jenuh ganda dan untuk obat hepatitis
karena mengandung 36% asam amino esensial (Huang, 2001).
Pupa yang berasal dari ulat sutra Mulberry yang dibuat tepung (powder)
selanjutnya disebut Pury (Astuti dan Kusharto, 2009) berpotensi sebagai sumber
pangan yang bergizi dan dapat digunakan sebagai alternatif bahan formula
MPASI. Rata-rata produksi kokon nasional tahun 2005 sebesar 250 ton yang
menghasilkan 31.25 ton (12.5%) benang sutera (Kaomini, 2006a). Artinya bahwa
hanya 12.5% dari total kokon yang dimanfaatkan, sedangkan sisanya 87.5%
termasuk pupa merupakan limbah yang bila tidak dikelola dengan baik akan
menimbulkan cemaran lingkungan (udara dan air) bagi penduduk sekitar sentra
industri sutera. Melalui teknologi sederhana, limbah pupa hasil samping produksi
sutera dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan yang mempunyai nilai gizi dan
ekonomi serta ramah lingkungan. Setengah dari limbah pupa akan menghasilkan
liquid pupa untuk tepung Pury dan setengahnya sebagai pakan ternak baik unggas
maupun ikan, sehingga tidak ada limbah yang tersisa yang mencemari lingkungan.
Secara budaya, daya terima pupa Mulberry di India bagian Timur
mencapai + 24.6% pada kelompok usia 21-30 tahun keatas (P>0.05). Alasan
mengapa pupa diterima responden di India adalah karena memang secara tradisi
sudah diterima (83.4%), alasan rasa (70.3%), menambah variasi dalam diet
(55.0%) dan 43.9% karena alasan ketersediaan. Walau tidak biasa dimakan,
adanya makanan dari pupa secara lokal dapat digunakan sebagai bahan pengganti
yang secara budaya mempunyai daya terima dan nilai gizi tinggi serta dapat
digunakan sebagai makanan alternatif yang berpotensi bagi penduduk yang
kurang gizi (Mishra et al, 2006).

Tabel 8 Komposisi zat gizi pupa ulat sutera


Komposisi Berat kering (%)
Moisture 9.88
Chitin 4.30
Crude protein 71.75
Water soluble protein 26.10
Carbohydrat 6.85
Amino Acid 27.35
Minerals 7.13
Potassium 1.86
Sodium 0.07
Calsium 4.44
Phosporus 0.68
Vitamin C 187.70 (g/g)
Sumber : Majumder et al (1994) dalam Singhal (2001).
Bose dan Majunder (1990) dalam Singhal et al (2001) melaporkan bahwa
tepung pupa terdiri dari air 7.18%; fat 29.57%; protein 48.98%; glycogen 4.65%;
chitin 3.37%; abu 2.19% dan lainnya seperti vitamin 3.7% . Keunggulan dari pupa
terutama adalah protein dan asam lemak tak jenuh, juga vitamin dan mineral serta
asam amino esensial maupun non-esensial yang sangat dibutuhkan bagi tumbuh-
kembang anak. Komposisi zat gizi secara lengkap dari pupa ulat sutera dapat
dilihat pada Tabel 8 sedangkan komposisi asam amino pada Tabel 9.

Tabel 9 Komposisi Asam Amino dari pupa ulat sutera dan rujukan FAO
untuk protein.

Sumber protein Pupa ulat sutera Rujukan FAO


Lysine 2.60 4.30
Leucine + isoleucine 6.73 9.30
Valine + methionine 4.95 6.60
Threonine 1.46 2.90
2.10
Cystine 0.21
Tyrosine 1.53
Histidine 1.46
Arginine 2.47
Glutamic acid 0.25
Glycine 4.60
Serine 2.33
Alanine 4.90
Proline 4.40
Cysteic acid 0.28

Nilai dihitung dalam gram per 16 gram N


Sumber : Majumder et.al (1994) dalam Singhal et.al (2001).

Hasil-hasil penelitian tentang MPASI dapat dilihat pada Lampiran 1.


KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

Kerangka Pemikiran

Kualitas anak atau kelangsungan hidup anak yang baik tercermin dari
pertumbuhan dan perkembangan yang normal yang merupakan dua proses atau
peristiwa yang sifatnya berbeda tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan.
Pertumbuhan dan perkembangan anak secara langsung dipengaruhi cukup
tidaknya asupan energi dan zat gizi serta ada tidaknya penyakit infeksi. Asupan
energi dan zat gizi yang kurang dalam waktu lama menyebabkan anak mudah
terserang penyakit. Adanya infeksi menyebabkan kebutuhan tubuh akan zat gizi
meningkat, sementara nafsu makan menurun sehingga kesehatan tubuh semakin
memburuk. Perkembangan selanjutnya dapat berpengaruh pada kecerdasan dan
produktivitas kerja dimasa dewasa. Faktor penyebab tak langsung adalah pola
asuh yang kurang tepat seperti pemberian ASI, MPASI, dan perawatan kesehatan
bayi, ketersediaan pangan keluarga, dan pelayanan kesehatan.

Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI) adalah elemen penting


dalam pemeliharaan bayi dan anak. SK Menkes no 450/Menkes/IV/2004 sejalan
dengan rekomendasi WHO/UNICEF adalah menyusui eksklusif sejak lahir untuk
6 bulan pertama dan meneruskan bersama MPASI. Pemberian MPASI yang
tepat sangat penting bagi bayi apalagi bayi yang menderita gizi kurang, untuk
menjamin dan bahkan mengejar pertumbuhan fisik dan perkembangan motorik
seperti bayi dengan status gizi normal (Pojda and Kelley, 2000). Sehubungan
dengan hal tersebut, intervensi MPASI-Pury selama 3 bulan bagi bayi mulai usia
6 atau 7 bulan dengan keadaan gizi kurang atau nyaris gizi kurang, diharapkan
dapat meningkatkan secara langsung berat badan, panjang badan dan lingkar
kepala serta status biokimia bayi sehingga berdampak positif pada peningkatan
status gizi serta perkembangan motorik. Secara keseluruhan kerangka pikir dapat
dilihat pada Gambar 2.

Indikator pertumbuhan fisik yang mudah diukur secara periodik (satu atau
tiga bulan sekali) adalah berat badan, panjang badan dan lingkar kepala,
sedangkan indikator sub klinis yang dapat menilai normal tidaknya cadangan

22
dalam darah adalah kadar zinc dalam serum dan konsentrai T4 dan TSH serum
(Gibson, 2005; Benoist et al., 2007). Indikator perkembangan motorik anak
khususnya pada usia dibawah satu tahun dapat diukur dengan milestone dasar
menggunakan Skala Bayley III (Bayley, 2006).

Final-OUTCOME : KELANGSUNGAN HIDUP ANAK

INDEKS PERKEMBANGAN INDEKS PERKEMBANGAN


Usia 11-12 bln
OUTCOME2 : MOTORIK MOTORIK

2bln 2bln

-BB, PB, LK -BB, PB, LK L


OUTCOME1 : L
-Kadar T4 serum -Kadar T4 serum I
I Usia 9-10 bln
-Kadar TSH serum -Kadar TSH serum N
N
-Kadar Zn serum -Kadar Zn serum G
G
K
K
U
U
N
OUTPUT : N
Asupan Asupan G
G INFEKSI
Energi & Protein Energi & Protein A
A
PROSES

N
N

Pola Asuh
3bln Pelayanan- 3bln
-Makanan
Kesehatan
-Kesehatan

INPUT : MPASI-pury Usia 6-7 bln MPASI-komersial

Kualitasdan Kuantitas MPASI

Gambar 2 Kerangka pemikiran efikasi MPASI-Pury terhadap pertumbuhan


fisik dan perkembangan motorik bayi gizi kurang 6-12 bulan.

Hipotesis

1. Mutu gizi MPASI-Pury lebih baik dibanding MPASI-komersial.


2. Pemberian MPASI-Pury menghasilkan pertumbuhan fisik (Berat
Badan, Panjang Badan dan Lingkar Kepala) bayi yang lebih tinggi
dibanding kelompok MPASI-komersial.

23
3. Pemberian MPASI-Pury menghasilkan perkembangan motorik bayi
(gerakan kasar dan halus berdasarkan Skala Bayley III) lebih tinggi
dibanding kelompok MPASI-komersial.

Batasan Operasional

1. Bayi gizi kurang adalah adalah bayi yang mempunyai indikator berat menurut
umur dengan z-skor < -2SD s/d 3SD standar WHO 2006.
2. Bayi nyaris gizi kurang adalah bayi yang mempunyai indikator berat badan
menurut umur dengan nilai z-skor 1.5 SD s/d 2SD.
3. Pertumbuhan fisik bayi adalah perubahan ukuran tubuh yang diukur berdasar -
kan pertambahan berat badan (gram), panjang badan (cm) dan lingkar kepala
(cm) . Pertumbuhan fisik diukur dua kali yaitu pada bulan ke 6 atau ke 7 dan
bulan ke 9 atau ke 10.
4. Perkembangan motorik bayi adalah kemampuan bayi melakukan gerakan kasar
dan gerakan halus sesuai usianya diukur berdasarkan skala Bayley III.
Pengukuran dilakukan dua kali (oleh tenaga terlatih) pada bulan ke 6 atau ke 7
dan pada bulan ke 11 atau ke 12.
5. Status Gizi adalah pertumbuhan fisik bayi 6-11 bulan yang diukur secara antro-
pometri berdasarkan indeks BB/U, PB/U, BB/PB dan LK/U menggunakan z-
skor dengan standar WHO 2006.
6. Status kesehatan adalah informasi tentang jenis penyakit (malaria, kecacingan,
saluran pencernaan diare, campak, polio, TB, ISPA) yang diderita bayi dalam
periode satu bulan terakhir , yang diperoleh melalui wawancara dengan ibu bayi
dan observasi (pemeriksaan) petugas medis sebelum dan sesudah intervensi.
7. Status biokimia adalah kadar zinc, T4 dan TSH dalam serum yang
diukur oleh petugas laboratorium yang terlatih sebelum dan sesudah intervensi.
8. Asupan energi dan protein adalah jumlah energi dan protein yang dikonsumsi
bayi 6-11 bulan dari makanan dan ASI yang diperoleh melalui metode recall 24
jam, yang diukur sebelum dan sesudah intervensi. Data recall kemudian diana-
lisis dengan daftar komposisi bahan makanan (DKBM) dan dibandingkan
dengan angka kecukupan gizi sehari untuk bayi 6-11 bulan yaitu 650 kilo kalori
energi dan 16 gram protein.
24
9. Status sosial ekonomi Rumah Tangga : adalah keadaan keuangan rumah tangga
dalam rupiah per kapita per bulan, yang diperoleh melalui wawancara berdasar-
kan rata-rata pendapatan ayah per bulan dibagi jumlah anggota keluarga.
10. Tingkat Kepatuhan : Jumlah MPASI yang dikonsumsi bayi dalam satuan
bungkus perbulan dan dihitung dalam % per bulan (jumlah yang dikonsumsi
dibagi yang tersedia dikalikan 100%).

25
BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian berlangsung selama 2 tahun (Juli 2007 s/d Juli 2009) di
Kabupaten tangerang. Lokasi penelitian (kecamatan) dipilih berdasarkan analisa
BPS yang menyatakan bahwa Kecamatan Teluknaga termasuk wilayah kuadran I
di Kabupaten Tangerang. Kuadran I menunjukkan bahwa indeks pembangunan
manusia (IPM) rendah dan produk domestik rata-rata bruto (PDRB) per kapita
juga rendah (Harjatmo, 2005). Waktu dan tempat kegiatan penelitian pada Tabel
10.
Tabel 10 Waktu dan tempat aktivitas penelitian
No Waktu dan tempat Aktivitas
1. Juli Desember 2007, laboratorium Pembuatan tepung pupae-mulberry
percobaan makanan GM-FEMA- yang disebut Pury sebagai bahan dasar
IPB. formula MPASI.

2. September 2007-September 2008, Pengembangan dan produksi MPASI


laboratorium percobaan makanan formula-Pury.
GM-FEMA-IPB.

3. Desember 2007 Januari 2009, Analisis mutu gizi dan keamanan


laboratorium percobaan makanan pangan dari Pury dan MPASI
GM-FEMA-IPB dan laboratorium formula-Pury.
Puslitbang Gizi dan Makanan
Bogor.

4. Maret 2008 s/d Februari 2009, Studi efikasi pada bayi 6-12 bulan
wilayah Puskesmas Teluknaga, dengan status gizi kurang atau nyaris
Kecamatan Teluknaga, Kabupaten gizi kurang.
Tangerang.

5. Juni-Juli 2009, laboratorium Percobaan pada hewan tikus untuk


percobaan hewan, Puslitbang Gizi mendapatkan data pendukung tentang
dan Makanan Depkes RI di Bogor. mutu protein, keamanan pangan dan
dampak MPASI formula-Pury
terhadap pertumbuhan.

6. Juni 2009, wilayah Puskesmas Survey konsumsi pada bayi 11-12


Teluknaga, Kecamatan Teluknaga, bulan dengan status gizi kurang atau
Kabupaten Tangerang. nyaris gizi kurang yang tidak
mendapat intervensi MPASI sebagai
kelompok kontrol.
Produk Makanan Pendamping Air Susu Ibu
Dua macam produk MPASI yang diberikan untuk bayi berupa bubuk
kering yang dikemas dengan ukuran 120 gram per hari dalam aluminium foil.
Produk MPASI pertama adalah formula Pury dengan 3 rasa dan aroma yaitu rasa
pisang, vanila dan kacang hijau. Produk kedua adalah formula komersial yang
telah dikenal masyarakat dan tersedia di lokasi penelitian dengan 3 rasa yaitu rasa
pisang, beras merah dan kacang hijau. Komposisi produk MPASI yang
digunakan dalam penelitian dibandingkan dengan spesifikasi teknis MPASI SK
Menteri Kesehatan tahun 2007 pada Tabel 11.

Tabel 11 Komposisi produk MPASI dan spesifikasi Menkes 2007


Aspek Spesifikasi teknis Produk MPASI yang digunakan
SK Menkes 2007 Formula Pury Formula komersial

Komposisi dasar : Beras dan atau be- Tep. beras merah Beras
ras merah
Kacang hijau dan Tepung tempe Jagung
atau kedele
Susu Susu formula 2 Tep. Susu skim
Gula Tep. Gula halus Gula
Minyak nabati Tepung Pury Minyak nabati

Diperkaya dengan: Vitamin dan mine- Sumber alami dari Premix vitamin
ral bahan yang ada. dan mineral, pre-
biotik FOS, lisin,
DHA.

Penyedap rasa Ada Tidak ada Tidak ada kete -


rangan

Aroma: Pisang, beras Food grade: Tepung: pisang,


merah, dan pisang , vanila dan beras merah,
kacang hijau kacang hijau. kacang hijau.

Populasi, Contoh dan Teknik pengambilan contoh


Populasi adalah bayi dengan kriteria inklusi: status gizi kurang (z-skor BB
menurut Umur < - 2 SD) atau nyaris gizi kurang (z-skor BB menurut Umur < -
1,5 SD) tanpa komplikasi klinis usia 6-7 bulan yang berasal dari keluarga kurang
mampu, yang tinggal di wilayah Puskesmas Teluknaga Tangerang. Penentuan
besaran contoh menggunakan dasar (analogi) penelitian Pengaruh Pemberian L-
Glutamin pada MPASI Pemulih terhadap Mutu Protein, Profil Imunitas Seluler
dan Pertumbuhan Bayi 6 bulan yang mengalami Berat Badan Kurang
(Underweight) (Sunaryo, 2004). Besar contoh yang diinginkan merupakan
perubahan berat badan minimal yaitu 350 gram dengan standar deviasi (SD) dari
kelompok perlakuann dan kelompok kontrol (490 gram vs 520 gram), selang
kepercayaan 95%, dan kekuatan uji 80%. Penentuan besar contoh dihitung
dengan formula (Madiyono dkk, 2002) :

{(Za + Z ) (s 1 + s 2 )}
n= ------------------------------------
(d)

n = ukuran contoh
Za = sebaran normal dengan taraf nyata 95% (1,96).
Z = sebaran normal dengan kekuatan uji 80% (0,84)
s1 = standar deviasi perubahan berat pada kelompok percobaan = 490 gram
(Kenaikan rata-rata berat badan = 780 + 490 gram)
s2 = standar deviasi perubahan berat pada kelompok kontrol = 520 gram
(Kenaikan rata-rata berat badan = 720 + 520 gram)
d = harapan perbedaan rata-rata berat badan antara kedua kelompok 350 gram

Jumlah contoh yang diperlukan N = {1.96 + 0.84) (0.49 + 0.52 )} / (0.35)


( 2.8) (0.2401 + 0.2704 ) / (0.1225)
7.84 (0.5105) / 0.1225
4.00232 /0.1225 = 32.672
Cadangan 10 % ................................... 3.26
------------------- +
35.9 dibulatkan 36 contoh

Penghitungan ukuran contoh berdasarkan rumus tersebut diperoleh 36 contoh


sudah termasuk 10% perkiraan gagal, sehingga total contoh 72 bayi dengan gizi
kurang usia 6-7 bulan (36 contoh kelompok Pury dan 36 contoh kelompok
komersial). Bayi yang memenuhi kriteria contoh diambil secara sensus selama 7-
8 bulan sampai terpenuhi jumlah contoh sesuai hitungan tersebut diatas.
Pemilihan contoh sebagai kelompok Pury maupun kelompok komersial
ditetapkan berdasarkan random desa. Kelompok kontrol adalah bayi usia 9-10
bulan dengan status gizi kurang atau nyaris gizi kurang yang tidak termasuk
dalam kelompok Pury maupun kelompok komersial. Jumlah bayi contoh pada
kelompok kontrol sebanyak 16 bayi yang diambil secara sensus di 13 desa
wilayah Puskesmas Kecamatan Teluknaga.

Kabupeten Tangerang
(26 Kecamatan )

Dipilih beAKGsarkan kuadran

Kecamatan Teluknaga
( 13 desa )

Sensus contoh sesuai kriteria

Daftar 72 bayi contoh

Random

36 bayi contoh (kelompok Pury) 36 bayi contoh (kelompok komersisal)


(daftar bayi gizi kurang usia 6-7 bulan) (daftar bayi gizi kurang usia 6-7 bulan)
Baseline Baseline

3 bulan (MPASI-Pury) 3 bulan (MPASI-komersial)

n = 36 n = 36
Endpoint ada bulan ke 9-10 Endpoint
dan bulan ke 11-12

Gambar 3 Skema cara pengambilan contoh

Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian Ekperimental murni teracak buta
(Randomize community Trial, Single-Blind) yang telah mendapat persetujuan dari
Komisi Etik Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta,
nomor109/PT02.FK/ETIK/2008. Bayi contoh dibagi dalam 2 kelompok secara
random yaitu kelompok perlakuan MPASI Pury (PG) dan kelompok perlakuan
MPASI komersial (CG) yang masing-masing berjumlah 36 bayi sesuai kriteria
inklusi. Kelompok PG diberi MPASI-Pury dan kelompok CG diberi MPASI-
komersial yang tersedia dan dikenal di lokasi penelitian. Pada akhir penelitian
dilakukan survei konsumsi pada kelompok kontrol yaitu bayi dengan status gizi
kurang atau nyaris gizi kurang usia 9-10 bulan yang tidak pernah mendapat
intervensi MPASI dari studi efikasi maupun dari Puskesmas setempat.
Sebelum MPASI dibagikan, petugas menjelaskan dan mendemonstrasikan
cara persiapan dan atau pemasakan MPASI, serta porsi setiap kali makan yang
harus diberikan pada bayi. Pada periode dua minggu pertama, tim peneliti
didampingi kader atau bidan desa mengunjungi setiap bayi untuk melakukan
observasi dan menanyakan masalah yang ditemui ibu bayi dalam memberikan
MPASI. Masalah dan kemungkinan pemecahannya langsung didiskusikan
sekaligus memberikan penguatan pada ibu bayi untuk tetap melanjutkan
memberikan MPASI pada bayi sesuai ketentuan.
Bayi dianjurkan untuk menghabiskan satu sachet (@ 120 gram per hari
yang dikonsumsi secara bertahap sesuai usia dan kemampuan bayi. Paket MPASI
dibungkus per minggu dengan isi 7 sachet dan diberikan 2 minggu sekali
dimasukkan dalam kantong atau tas plastik warna hitam. Paket MPASI diberikan
pertama kali di Puskesmas lengkap dengan penjelasan pada ibu bayi. Pemberian
selanjutnya melalui kurir yaitu kader atau bidan desa setempat langsung kepada
ibu bayi. Paket MPASI diberikan selama 3 bulan berturut-turut tanpa dipungut
biaya.

Pengumpulan dan Pengukuran Data

Data yang dikumpulkan terdiri dari data bayi dan keluarganya. Data bayi
mencakup identitas (nama, jenis kelamin, usia, berat lahir dan urutan anak ke
berapa), data kesehatan (morbitidas, keadaan klinis dan status imunisasi) dan
Status biokimia darah (konsentarsi zinc, T4 dan TSH serum), ukuran antropometri
(berat badan, panjang badan dan lingkar kepala), intik energi dan protein sehari,
serta perkembangan motorik. Data dasar (sebelum intervensi) dan data akhir
(setelah 3 dan 5 bulan intervensi) diambil di Puskesmas oleh tenaga profesional.
Tabel 12 menunjukkan jenis informasi dan metode yang digunakan.

Tabel 12 Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Aspek Peubah Cara Pengukuran


Sosial ekonomi Pendapatan kepala rumah Wawancara, menggunakan
keluarga tangga (ayah) dalam rupiah kuesioner
perbulan.
Intik energi dan Energi (kcal), Protein (gr), Menggunakan metode food
protein sehari recall 24 jam
Status biokimia Kadar zinc serum Metode AAS
Konsentrasi T4 dan TSH serum. Metode Chemillumine Scece

Pertumbuhan fisik Berat badan (BB) Penimbangan bayi dilakukan di


bayi Puskesmas dengan alat timbang
bayi ketelitian 0.05 kg.
Panjang badan (PB) Pengukuran panjang badan
dilakukan dengan alat panjang
badan (papan kayu yang diberi
microtoise) dengan ketelitian
0.1 cm.
Lingkar kepala Pengukuran lingkar kepala
dengan meterline ketelitian 0,1
cm.
Pengukuran BB, PB, LK
dilakukan sebelum dan sesudah
intervensi, serta 2 bulan setelah
intervensi selesai.
Status Perkembangan motorik (Skala Pengukuran dilakukan oleh
perkembangan Bayley III) tenaga terlatih selama 2 kali
yaitu sebelum intervensi (usia
bayi 6-7 bln) dan 2 bulan
setelah intervensi selesai (usia
bayi 11-12 bulan) dengan
instrumen Skala Bayley III.
Status kesehatan Ada tidaknya penyakit yang Berdasarkan pemeriksaan klinis
diderita bayi pada saat dan observasi pada bayi serta
pemeriksaan. wawancara tenaga medis
kepada orang tua bayi.
Pemeriksaan dilakukan
sebelum, selama dan sesudah
intervensi.
Status gizi bayi Menggunakan indeks BB/U, Diukur berdasarkan
PB/U, BB/PB dan LK/U perhitungan z-skor dengan
standar WHO 2006.
Kepatuhan Tingkat kepatuhan : Jumlah Observasi anak dan wawancara
Pemberian MP-ASI MPASI yang dikonsumsi pada ibunya serta mencatat dari
sampel dalam satuan bungkus catatan per minggu.
perbulan.
Pengolahan dan Analisis Data

Data diolah dengan alat bantu komputer untuk asupan makanan (energi
dan protein) dan nilai z-skor antropometri (BB/U, PB/U, BB/PB. LK/U) serta
melalui laboratorium untuk status biokimia. Penghitungan nilai z-skor setiap
indeks antropometri menggunakan standar WHO tahun 2007 dengan sofware
WHO anthroplus fersion 02 tahun 2009 (WHO, 2009). Data perkembangan
motorik diolah sesuai skala Bayley III. Analisis data dilakukan secara deskriptif
dan analitik.
Untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan (kelompok Pury dan
komersial) dilakukan uji pembedaan yaitu ANOVA dan t-test pada a 0.05. Uji
korelasi bivariat dilakukan dengan uji Pearson dua arah pada level 0.01 dan 0.05.
Sedangkan untuk mengetahui interaksi antar faktor penentu dampak pemberian
MPASI-Pury terhadap pertumbuhan fisik dan perkembangan motorik bayi
digunakan persamaan regresi logistik ganda.

Model Regresi Logistik untuk menganalisis pertumbuhan fisik :


Y1234 = o+1X1+2X2+3X3+4X4+5X5+E dimana,
Y1234 = Z-skor BB/U, PB/U, BB/PB, LK/U.
o = konstanta; 1........5 = koefisien regresi; E = eror
X1 = perlakuan MPASI 0=formula komersial ; 1=formula Pury,
X2 = intik energi sehari (% AKG)
0: defisiensi (< 80% AKG) 1: cukup (>=80% AKG)
X3 = intik protein sehari (% AKG)
0: defisiensi (< 80% AKG) 1: cukup (>=80% AKG)
X4 = kadar zinc dalam serum
0: defisiensi (< 10,7 mkol/L) 1: normal (>= 10.7 mkol/L
X5 = status kesehatan 0=tidak sehat ; 1=sehat

Model Regresi Logistik untuk menganalisis perkembangan motorik :


Y123 = o+1X1+2X2+3X3+4X4+E dimana,
Y123 = Z-skor perkembangan motorik (1:motorik umum; 2:halus; 3:kasar)
o = konstanta; 1........4 = koefisien regresi; E = eror
X1 = perlakuan MPASI 0=formula komersial ; 1=formula Pury
X2 = kadar zinc dalam serum
0: defisiensi (< 10,7 mkol/L) 1: normal (>= 10.7 mkol/L
X3 = Z-skor BB/U
0: < -2,32 SD; 1: > -2,32 SD
X4 = Z-skor LK/U
0: < -1,68 SD; 1: > -1,68 SD
HASIL DAN PEMBAHASAN

Setelah skrining selama 8 bulan yang mencakup 128 bayi, terdapat 96 bayi
yang memenuhi kriteria inklusi dan diundang untuk mengikuti aktivitas program
MPASI di Puskesmas selama 5 bulan kedepan, sejak bayi usia 6-7 bulan sampai
usia bayi 11-12 bulan. Sebanyak 15 bayi tidak hadir, 3 bayi menolak pemeriksaan
darah awal. Tujuh puluh lima bayi didaftar dalam program MPASI dan dibagi
menjadi dua kelompok sesuai random desa yaitu 39 dalam kelompok Pury (PG)
dan 36 dalam kelompok komersial (CG). Lima dari 75 bayi tersebut (3 dari PG
dan 2 dari CG) tidak menyelesaikan program karena 1 meninggal sebelum
diintervensi, 3 tidak melanjutkan program pada bulan kedua dan 1 menolak
pemeriksaan darah akhir (Gambar 4). Bayi yang tidak melengkapi data awal
maupun data akhir, tidak dimasukkan dalam analisis selanjutnya.

Hasil Skrining
128 bayi

96 bayi masuk kriteria,


Undang ke PKM (registrasi)

15 bayi tidak hadir 3 bayi dg gizi baik


3 bayi menolak pem.drh

75 bayi
dirandom PG : dirandom CG :
39 36
1 meninggal seblm intervensi
1 drop out 2 drop out

37 selesai 34 selesai
intervensi intervensi

1 menolak pem. darah

36 selesai 34 selesai
follow-up follow-up

Gambar 4 Profil Studi

Gambar 4 Profil studi

Karakterisktik Bayi dan Sosial Ekonomi Keluarga


Total contoh 70 bayi, sebagian besar berjenis kelamin perempuan
khususnya pada PG. Usia rata-rata 6.60.6 bulan, yang umumnya merupakan
anak kedua. Tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada karakteristik maupun
34
Table 13 Karakteristik dasar bayi dan sosial ekonomi keluarga
Kelompok perlakuan
Peubah PG ( n=36) CG (n=34) Total (n=70)
Karakteristrik bayi :
Usia (bulan+ bulan) 6.60.6 6.60.7 6.60.6
- Usia 6 bulan (%) 6.3 0.4 (75.0) 6.2 0.4 (64.7) 6.20.4(70.0)
- Usia 7 bulan (%) 7.4 0.2 (25.0) 7.3 0.3 (35.3) 7.40.3(30.0)
Laki-laki(%) 44.4 52.9 48.6
Berat lahir (g)( n= 29) 2964 + 744 2967 + 540 2966 644
Panjang lahir (cm) (n=29) 48.5 + 7.8 49.4 + 5.4 49.0 6.5
Urutan kelahiran 2.2 + 1.8 2.3 + 1.3 2.31.5
Pemberian ASI :
Bayi masih mendapat ASI (%) 77.8 79.4 78.6
Frekuensi ASI per hari 5.9 + 4.3 5.8 + 4.5 5.84.3
Durasi pemberian ASI (menit) 19.7 + 34.8 13.4 + 15.7 16.62.7
Makanan Pendamping ASI (MPASI):
Sudah mendapat MPASI (%) 94.4 100.0 97.1
Usia perkenalan MPASI (bulan) 3.8 1.8 4.7 1.8 4.21.8
Ukuran Antropometri :
Berat badan (g) 5936 + 351 6098 + 470 6015418
Panjang badan (cm) 63.0 + 2.0 63.7 + 2.4 63.42.3
Lingkar kepala (cm) 40.5 + 1.2 40.8 + 1.3 40.71.3
Nilai z-skor :
BB/U (underweight,%) -2.36 0.53 (63.9) -2.19 0.45 (55.9) -2.280.50 (60.0)
PB/U (stunted, %) -2.02 0.93 (50.0) -1.50 0.91 (32.4) -1.770.95 (41.4)
BB/PB (wasting, %) -1.22 0.77 (13.9) -0.95 0.88 (11.8) -1.090.83 (12.9)
LK/U (kecil, %) - 2.03 1.08 (86.1) - 1.84 0.85 (85.3) -1.940.97 (85.7)
Karakteristik keluarga bayi:
* Pekerjaan ayah
-buruh 44.4 41.2 42.9
-karyawan 22.2 14.7 18.6
-pedagang 11.1 20.6 15.7
-lain-lain 22.3 23.5 22.8
*Pekerjaan ibu
-bekerja (karyawan, buruh) 2.8 11.7 7.2
-tidak bekerja (sebagai ibu rumah tangga) 97.2 88.2 92.9
*Jumlah anggota keluarga 4.2 + 1.8 4.3 + 1.3 4.3 + 1.5
* Rata-rata pendpatan ayah(Rp/bln). 815 138 + 417 621 7126 47 + 290 530 765 357 + 362 627

Status kesehatan dan immunisasi:


*Status bayi yang sehat (%) 75.0 67.6 71.4
*Gejala yang sering muncul saat sakit
- Panas (%) 72.2 55.9 64.3
- Batuk (%) 66.7 64.7 65.7
- Pilek (%) 75.0 76.5 75.7
- Diare (%) 27.8 35.3 31.4
- Dermatitis (%) 16.7 2.9 10.0
- Sesak nafas (%) 8.3 2.9 5.7
Status imunisasi lengkap (%) 33.3 26.5 30.0
Type of immunization delivered
- BCG (%) 77.8 70.6 74.3
- DPT1 / Polio 1 (%) 77.8 64.7 71.4
- DPT2 / Polio 2 (%) 50.0 50.0 50.0
- DPT3 / Polio 3 (% 27.8 29.4 28.6
- Hepatitis (%) 22.2 14.7 18.6
Nilai dalam means + SD
nilai z-skor dari BB/U, berat badan menurut umur; PB/U, panjang badan menurut umur; BB/PB, berat badan menurut panjang badan; LK/U, lingkar kepala menurut umur.
Diarrhea sebagai frekuensi buang air besar 3 atau lebih per hari dg bentuk lembek dan berair. Sesak nafas, sebagai batuk dan bunyi zinc au (hidung tersumbat) dengan atau tanpa
demam; BCG vaccine member proteksi terhadap Tuberculosis, diberikan segera setelah bayi lahir; DPT vaccine melindungi terhadap penyakit Diphtheria, Pertusis dan Tetanus,
diberikan bersama dengan Polio ketika bayi berumur 2, 3 and 4 bulan. Polio adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang menyerang system syaraf dan dapat menyebabkan
kelumpuhan dan kelemahan otot secara permanen.

35
status kesehatan dan imunisasi bayi, serta sosial ekonomi keluarga (Tabel 13).
Rata-rata pendapatan keluarga yang diwakili dengan pendapatan ayah per bulan
sebesar Rp 765.357 362.627,-. Pendapatan per kapita per bulan keluarga PG
(Rp 194.081,-) lebih tinggi dibanding keluarga CG (Rp 165.732). Dengan nilai
dollar Rp 10.000 per $ US, maka menurut Bank Dunia bahwa PG maupun CG
termasuk keluarga miskin karena masih dibawah $ 1 US per kapita per hari
(PG=Rp 6.469 atau 0.65$ dan CG=Rp 5.524,- atau 0.55 $).
Riset Kesehatan Daerah (Riskesda) yang dilaksanakan tahun 2007
terhadap bayi usia 12-23 bulan, diperoleh cakupan imunisasi secara nasional
sebesar 86.9% BCG, 71.0% Polio3, 67.7% DPT3 dan 62.8% HB3. Sementara
cakupan imunisasi di wilayah Puskesmas Teluknaga lebih besar dari cakupan
nasional yaitu BCG 91.6% dan Polio3, DPT3, serta HB3 masing-masing 90.5%
(Tabel 14). Data dasar yang ditemukan pada studi efikasi di Teluknaga diperoleh
proporsi bayi 6-7 bulan dengan status imunisasi yang lengkap baru mencapai
30%, PG (33.3%) lebih tinggi dari CG (26.5%) dan masih berada dibawah
cakupan nasional tahun 2007 yaitu sebesar 46.2%. Proporsi cakupan imunisasi
BCG, DPT1, DPT2 dan Hepatisis lebih tinggi pada PG, kecuali DPT3 yang
sedikit lebih baik pada CG namun masih tetap dibawah cakupan nasional (Badan
Litbangkes Depkes, 2008).

Tabel 14 Cakupan imunisasi (%) hasil studi efikasi di Teluknaga


dibanding angka nasional dan lokal.
Jenis Angka Cakupan Data dasar
imunisasi nasional Puskesmas studi efikasi
Teluknaga
BCG 86.7 91.6 74.3
DPT3 67.7 90.5 28.6
Polio3 71.0 90.5 TA
HB3 62.8 90.5 TA
Riskesda 2007 (Balitbang Depkes RI, 2008)
Laporan Puskesmas tahun 2007 (Puskesmas Teluknaga, 2008)
Hasil studi efikasi di Teluknaga tahun 2008.

Tabel 13 juga menjelaskan bahwa sebagian besar bayi (78.6%) masih


mendapat ASI, dengan frekuensi pemberian rata-rata 5.8 kali dalam sehari dan
durasi 16.6 menit setiap kali menyusu. MPASI sudah diberikan pada hampir
36
semua bayi (97.1%) sejak usia bayi 4.3 bulan, pada PG (3.8 1.8) lebih awal
dibanding CG (4.7 1.8). Hal ini serupa dengan kenyataan di beberapa negara
yang memperkenalkan MPASI pada bayi mulai usia 3-4 bulan (Mary Fewtrell
dalam Koletzko, 2008). Pemberian MPASI yang sangat awal berbahaya bagi bayi
karena menyebabkan penurunan produksi ASI sehingga asupan energi serta zat
gizi bayi cenderung berkurang, dan berisiko hadirnya bakteri pathogen pada
makanan serta minuman bayi yang dapat menimbulkan diare (Kim, 2000).
MPASI disiapkan dan diberikan oleh hampir semua ibu bayi (masing-masing
94.1% dan 95.6%), dan sisanya dilakukan oleh nenek bayi.

Mutu Gizi dan Keamanan Pangan Tepung Pupae-Mulberry (Pury)

Tepung Pury merupakan alternatif bahan dasar untuk pembuatan MPASI.


Bahan yang digunakan adalah limbah pupa yang merupakan produk samping
benang sutera yang diperoleh dari sentra-sentra pemintalan benang sutera di Jawa
Barat dan Sulawesi Selatan. Untuk mendapatkan hasil tepung (Pury) yang
berkualitas perlu dilakukan proses yang benar. Limbah pupa harus diolah segera
setelah pemintalan benang sutera selesai. Pisahkan limbah pupa yang masih baik
dan buang pupa yang kurang baik (kecil, busuk, keriput, dll). Cuci minimal 3 kali
untuk membuang lendir dan kotoran lain yang menempel, kemudian tiriskan.
Siapkan dandang isi sedikit air diatas api. Setelah air mendidih masukkan pupa
dan tutup rapat. Setelah + 10 menit angkat dandang dan buka tutpnya. Untuk
mendapatkan liquid pupa, masukkan pupa yang sudah dikukus ke dalam saringan
kawat yang bersih dan kuat kemudian diuleg atau digerus. Tetesan liquid
ditampung di baskom, sedangkan kulit pupa dapat digunakan sebagai pakan ikan
(dalam keadaan segar atau dikeringkan. Langkah selanjutnya adalah mengisi
liquid dengan bahan lain yaitu tepung maizena sebanyak 10%. Campuran diaduk
dan dikeringkan dengan oven selama 6 jam pada suhu 60C, kemudian angkat dan
blender agar halus. Skema Pengolahan limbah sutera menjadi tepung Pury secara
singkat seperti Gambar 5 berikut.

37
Limbah pupa segar cuci dan tiriskan

Kukus + 10 menit

Ambil liquid (gerus pupa dalam saringan


yang kuat dan buang kulit pupa)

Tambah 10% tepung maizena, aduk

Keringkan dalam oven selama 6 jam


dengan suhu 60 C.

Blender agar halus

PURY

Analisis Zat Gizi dan keamanan pangan

Gambar 5 Skema pembuatan Pury

Proses pengeringan yang menyangkut suhu dan durasi pengeringan sangat


mempengaruhi hasil. Bila suhu terlalu tinggi maka hasil Pury akan berwarna
coklat tua, demikian pula bila waktu pengeringan kurang, maka Pury akan
berwarna kehijauan dengan aroma yang tidak sedap (sengir). Pada suhu dan
waktu yang tepat maka akan menghasilkan warna yang cerah kuning kecoklatan
(krem), tekstur kering dan renyah (tidak menggumpal) dan aroma sedap yang
mengundang selera.
Proses pengeringan dapat dilakukan dengan teknologi tinggi yaitu dengan
drum dryer yang dapat menghasilkan tepung 50 kg per 8 jam, dengan kekeringan
yang konstan namun perlu tempat, alat dan tenaga khusus serta daya listrik yang
besar. Penggunaan oven rumah tangga dapat dilakukan kapan saja dan dimana
saja di sekitar sentra pemintalan sutera. Bahan bakar dapat menggunakan gas
ukuran 12 kg untuk 10 kali pengeringan, namun kapasitas per 6 jam untuk satu
oven rumah tangga hanya mencapai 2 kg produksi tepung atau 4 kg per hari.
Kesempurnaan hasil dapat bervariasi tergantung pengontrolan yang dilakukan.
Analisis tepung Pury dilakukan di 2 laboratorium yaitu laboratorium
percobaan makanan GM-FEMA-IPB dan laboratorium Pusat Penelitian dan
38
Pengembangan Gizi dan Makanan Depkes RI di Bogor untuk mengetahui
keamanan dan komposisi zat gizi Pury. Metode yang digunakan antara lain :
Bomb Calorimetry, Gravimetry, Titrimetry, Spectrophotometry, Microbiology,
dan AAS (Tabel 15 dan 16).

Tabel 15 Test cemaran mikro organisme dalam tepung Pury


Parameter Satuan Kadar Teknik analisis

Total Plate Count Colony/g 5.8 x 10 Microbiology


Coliform Colony/g 7.5 x 10 Microbiology
E. Coli Colony/g 1.5 x 10 Microbiology
Staphy. aureus Colony/g Negatif Microbiology
Salmonella / shigella Colony/25g 2.0 x 10 Microbiology

Hasil tes cemaran mikro organisme menunjukkan bahwa Total Plate


Count (TPC) dalam Pury (5800/gr) masih dibawah ketentuan Departemen
Kesehatan RI (10.000/gr), demikian pula dengan kandungan Staphylococcus
aureus yang negatif per gram bahan (Menkes, 2007). Beberapa mikro-organismne
seperti Eshecia Coli dan Salmonella atau Shigella sedikit diatas ambang batas
yang dianjurkan, namun tidak berbahaya karena akan hilang dalam proses
pemasakan. Pury dipastikan aman sebagai bahan pangan karena Pury tidak
dikonsumsi langsung tetapi masih diolah lebih lanjut.
Kadar air sangat penting untuk menentukan parameter mutu yaitu sangat
menentukan kualitas mutu produk dari segi fisik, kimia dan mikrobiologi. Tabel
16 menunjukkan bahwa kadar air pada tepung Pury sekitar 10.4 % yang berada
dibawah kadar air tepung terigu yaitu 12% (Winarno, 1992). Berdasarkan hal
tersebut maka produksi Pury dapat dikatakan memenuhi syarat fisik untuk kadar
air, sehingga kerusakan fisik, kimia dan mikrobiologi dapat dicegah lebih lama
yang berarti meningkatkan daya simpan hasil produksi tersebut.
Kandungan protein dalam Pury juga tinggi (33.44%) yang berarti
mempunyai nilai biologi tinggi karena dengan kadar protein tinggi dapat
mencerminkan susunan asam aminonya yang relatif lengkap. Kandungan Zat gizi

39
mikro seperti vitamin dan mineral sangat rinci merupakan keunggulan Pury
sebagai alternatif bahan formula MPASI (Tabel 16).

Tabel 16 Komposisi zat gizi dalam tepung Pury


Parameter Satuan Kadar Teknik analisis
Energi Cal/g 4826 BombCalorimetry
Kadar air % w/w 10.40 Gravimetry
Abu % w/w 3.14 Gravimetry
Protein % w/w 33.44 Titrimetry (Kjeldahl)
Lemak % w/w 25.72 Gravimetry (Soxhlet)
Karbohidrat % w/w 5.54 Spectrometry
Dietary Fiber % w/w 0.22 Gravimetry
Fiber % w/w 0.71 Gravimetry
Mineral :
Fe ppm 30.79 AAS
Kalsium (Ca) ppm 1162.53 AAS
Zinc (Zn) ppm 95.68 AAS
Selenium (Se) ppm <0.002 AAS
Sodium, Na ppm 300.48 Spectrophotometry
Phosphor, P ppm 5874.56 AAS
Iodine ppm 45 Spectrometry
Vitamin :
A Mcg/100g 277 Spectrophotometry
B1 (Thiamin) Mg/100g 0.66 Spectrophotometry
B12 (Riboflavin) Mcg/100g 0.24 Microbiology
Asam Folat Mcg/100g 68.21 Microbiology

Keunggulan lain dari Pury adalah kandungan asam lemak tak jenuh seperti
oleic, linoleic dan linolenic (56.3%) yang dua kali lebih banyak dari kandungan
asam lemak jenuh ( Miristat, Palmitat, Stearat dan Arachidonat) dalam Pury
(sekitar 27% w/w) yang merupakan bahan dasar pembentukan otak bayi dan anak
(Tabel 17). Bila Pury dicampur dalam formula MPASI bagi bayi usia 6-12 bulan,
maka dapat digunakan sebagai sumber protein, lemak khususnya lemak tak jenuh ,
vitamin dan mineral yang akan memberikan dampak yang positif bagi tumbuh-
kembang anak.
Kadar asam amino essensial seperti leucine, isoleucine, lysine dan valine
saling bekerja sama dan penting bagi pertumbuhan yang sempurna serta
meningkatkan daya tahan tubuh. Arginina juga merupakan asam amino essensial
bagi bayi dan anak-anak karena belum dapat diproduksi sendiri dalam tubuh.

40
Arginina membantu meningkatkan sistem imun, mengatur hormon dan gula
darah, serta menetralisir efek ammoniak dan zat beracun dalam tubuh. Fenilalanin
digunakan oleh otak untuk memproduks i norepinephrine sebagai dasar kontrol
interaksi dengan lingkungan. Penggunaan tepung Pury sebagai sumber protein
sangat bermanfaat bagi pertumbuhan bayi dan anak di lingkungan sentra produksi
sutera.

Tabel 17 Komposisi asam lemak dan asam amino dalam tepung Pury
Parameter Satuan Kadar Teknik analisis
Asam Lemak (unit % % w/w GC
w/w in fat/oil): 0.16
C14:0 (Miristic) 21.81
C16:0 (Palmitic) 4.85
C18:0 (Stearaic) 32.71
C18:1 (Oleic) 4.35
C18:2 (Linoleic) 19.20
C18:3 (Linolenic) 0.21
C20:0 (Arachidic) 0.04
C22:0 (Behenic) 0.04
C22:1 (Erucic)
Asam Amino % w/w HPLC
Aspartic acid 2.46
Glutamic acid 2.85
Serine 0.84
Histidine 0.81
Glycine 1.83
Threonine 0.92
Arginine 1.18
Alanine 1.16
Tyrosine 1.40
Methionine 1.04
Valine 1.38
Phenylalanine 1.24
I-leucine 1.15
Leucine 1.74
Lycine 2.00

41
Mutu Gizi dan Keamanan Pangan MPASI-Pury

Komposisi dan mutu gizi makro MPASI-Pury


Komposisi MPASI-Pury terdiri dari 16.6 % tepung beras merah sebagai
sumber karbohidrat, 25% tepung Pury sebagai sumber protein hewani dan lemak
esensial serta memberi rasa gurih , 16.6% tepung tempe sebagai sumber protein
nabati, dan 16.6% tepung susu formula serta 25% gula pasir halus sebagai sumber
energi, dengan rasa dan aroma pisang, vanili serta kacang ijo. Kandungan energi
dan zat gizi makro sesuai acuan Departemen Kesehatan RI tahun 2007 (Tabel 18).

Tabel 18 Kandungan energi dan zat gizi makro dalam100 gram produk MPASI-
Pury dan MPASI-komersial
No. SK Menkes tahun 2007 MPASI- MPASI-
Komposisi Satuan Kandungan komersial Pury

1. Energi Kkal 400 440 400 426


2. Protein (70%kasein) Gram 15 22 10 20.0
3. Lemak Gram 10 15 6.25 11.2
-Lonoleat 1,4 TA 1.8
-Linolenat TA DHA:21mg/100g 1.6
4. Karbohidrat Gram 77.5 45.2
-Sukrosa Maks 30 20 5.9
-Serat Maks 5 8.5 4.6

MPASI-Pury mempunyai kelebihan dalam kandungan protein, lemak


(linoleat dan linolenat), vitamin dan mineral. Kualitas protein menunjukkan
kemampuan protein yang dikonsumsi untuk menyediakan asam amino yang
diperlukan tubuh. Uji pada hewan tikus menunjukkan bahwa MPASI-Pury
mempunyai nilai protein efficiency ratio (PER) diatas 2 yang berarti dapat
diberikan pada bayi. Nilai PER MPASI-Pury dua kali PER pada MPASI-
komersial dan mendekati nilai PER telur yaitu 3,92 (Brody, 1999) (Tabel 19).

42
Tabel 19 Nilai Protein Efficiency Ratio (PER) pada berbagai MPASI
dibanding rujukan
Jenis MPASI Nilai PER
Pury 3.14
Komersial 1.60
Standar 3.53
Telur* 3.94
* Kualitas rujukan (Brody 1999)

Informasi kandungan asam amino yang menguntungkan bagi tumbuh-


kembang bayi, termasuk asam amino esensial yang umumnya terbatas pada
makanan yaitu lysine, methionine, threonine dan tryptophan tidak tersedia pada
MPASI-komersial, tetapi ada pada formula Pury (Tabel 20).

Tabel 20 Kandungan asam amino per 100 g produk MPASI-Pury


Asam amino g/100 g produk
Aspartic Acid 2.00
Glutamic Acid 2.99
Serine 0.90
Histidine 0.47
Glysin 0.73

Threonine 0.79
Arginine 1.11
Alanine 1.69
Methionine 0.41
Lysine 1.21
Tryptophane 0.33

Tyrosine 0.84
Valine 1.02
Phenilalanine 0.96
Isoleucine 0.89
Leucine 1.43

Pada MPASI-Pury, kandungan asam lemak linoleat sebesar 1.8 gram


menyumbang 3.8 % terhadap total intik energi sehari dari MPASI dan sesuai
dengan anjuran bagi bayi usia 6-24 bulan (Kim, 2000; WHO, 1998), yang tidak
terdapat pada MPASI-komersial. Kandungan asam lemak MPASI-Pury terdapat
pada tabel 21.
43
Tabel 21 Kandungan asam lemak per 100 gram produk MPASI-Pury
Jenis asam lemak Gram
Asam Lemak Jenuh:
Lauric (C12:0) 0.1
Myristic (C14:0) 0.05
Palmitic (C16:0) 1.14
Stearic (C18:0) 0.31
Arachidic (C20:0) 0.02
Behenic (C22:0) 0.01
Lignoceric (C24:0) 0.00
Asam lemak Tak Jenuh
Tunggal : 0.04
Palmitoleic (C16:1) 2.14
Oleic (C18:1) 0.03
Henicosaenic (C20:1)
Asam lemak Tak Jenuh 1.8
Ganda: 1.6
Linoleic (C18:2)
aLinoleic (C18:3)

Kandungan vitamin MPASI-Pury

Kandungan vitamin pada MPASI-Pury memenuhi ketentuan Menteri


Kesehatan untuk MPASI (Menkes, 2007) dan lebih tinggi dibanding MPASI-
komersial yang digunakan dalam studi ini, khususnya vitamin A dan E serta
kelompok vitamin B (Tabel 22). Dalam 100 gram MPASI-Pury terkandung 470
mcg vitamin A yang dapat memenuhi 94-117.5% kebutuhan bayi (Brown, 2008;
Depkes, 2005) dengan kualitas baik karena bersumber dari hewani. Kandungan
Vitamin E dua kali dari MPASI-komersial yang dapat mencegah oksidasi
komponen sel dari radikal bebas (Ming and Roach, 2007).

Kandungan vitamin B dalam MPASI-Pury sangat menunjang tumbuh-


kembang bayi karena golongan vitamin B paling banyak terlibat dalam reaksi
ezimatis. Contohnya, vitamin B1 atau Tiamin berperan sebagai koenzim dalam
reaksi-reaksi yang menghasilkan energi dari karbohidrat dan memindahkan energi
membentuk senyawa kaya energi yang disebut ATP. Kandungan asam folat pada
MPASI-Pury hampir 7 kali dari produk MPASI-komersial yang diharapkan dapat
mencegah terjadinya anemia megaloblastik pada bayi gizi kurang. Asam folat

44
berperan sebagai pembentuk sel khususnya sel darah merah dan membantu
memelihara fungsi saluran pencernaan (Ming and Roach, 2007; Bender 2003).

Tabel 22 Kandungan vitamin dalam 100 gram produk MPASI-Pury dan


MPASI-komersial

No. SK Menkes tahun 2007 MPAS- MPASI


Komposisi Satuan Kandungan komersial -Pury
1. Vit A mcg 250 350 400 470
2. Vit D mcg 7 10 10 4.85
3. Vit E mcg 46 2.5 4.66
4. Vit K mcg 7 10 7.5 11.86
5. Thiamin (B1) mg 0.3 0.4 0.25 1.1
6. Riboflavin(B2) mg 0.3 0.5 0.3 1.3
7 Niacin mg 2.5 4.0 3.5 12.0
8 Vit B12 mcg 0.3 0.6 1.06 1.36
9 As. Folat mcg 40 100 10 67.56
10 Vit B6 mg 0.4 0.7 0.19 1.3
11 As.Pantotenat mg 1.3 2.1 2.76 0.75
12 Vit C mg 27 35 50 4.0

Kandungan mineral MPASI-Pury


Zat besi yang terkandung dalam MPASI-Pury berasal dari hewani yang
alami yang mempunyai bioavalibilitas 3-5 lebih tinggi kali dari sumber nabati
(Brody,1999; Whitney and Rolfes, 2008). Jadi walaupun jumlah zat besi dalam
MPASI-Pury yang berbentuk hem hanya dikonsumsi dalam jumlah kecil yaitu
4.2 mg per 100 gram MPASI atau sekitar 5 mg per 120 gram produk untuk
konsumsi satu hari, tetapi sangat mudah diserap tubuh dan memberikan kontribusi
yang bermakna pada zat besi tubuh. Bila sekitar 25% dari zat besi heme yang
diserap, berarti MPASI-Pury memberi kontribusi pada tubuh sebesar 1.26 gram
sehari, sementara MPASI-komersial dengan kandungan zat besi 7.2 mg per 100
gram produk atau 8.6 mg per 120 produk untuk konsumsi sehari, hanya memberi
kontribusi 0.86 mg sehari bila tingkat penyerapan hanya 10% (Whitney and
Rolfes, 2008). Tabel 23 menyajikan kandungan mineral pada MPASI-Pury dan
MPASI-komersial.

45
Tabel 23 Kandungan mineral dan air dalam 100 gram produk MPASI-Pury
dan MPASI-komersial
No. SK Menkes tahun 2007 MPASI- MPASI-
Komposisi Satuan Kandungan komersial Pury

1. Besi Mg 58 7.8 4.2


2. Kalsium mg 200 400 350 83.4
3. Natrium mg 240 400 100 40
4. Zinc mg 2.5 4,0 4.8 4.5
5. Iodium mcg 45 70 67.5 101
6. Phospor mg TA 168.7 350
7. Selenium mcg 10 15 TA 14
8. Air gram Maks. 4 TA 4

Kandungan iodin dalam MPASI-Pury memenuhi kebutuhan bayi untuk


tumbuh-kembang secara optimal. Jumlah zinc yang cukup juga menguntungkan
bagi bayi terutama bayi gizi kurang karena dapat terhindar dari diare. Zinc adalah
trace mineral yang merupakan komponen penting dari sejumlah besar (>300)
enzim yang berpartisipasi dalam pembentukan dan pemecahan karbohidrat,
lemak, protein (Chandra, 1985), yang terkait dengan sintesis RNA dan DNA
serta penting untuk pertumbuhan sel pembiakan dan metabolisme (Black, 2003a).
Defisiensi zinc dapat mengganggu berbagai sistem organ khususnya ketika terjadi
pada periode masa pertumbuhan dan perkembangan yang cepat seperti masa bayi
yang relatif masih membutuhkan zat gizi sangat tinggi (Black, 2003a). Dalam
setiap 100 gram produk MPASI-Pury mengandung 4.5 mg zinc dengan
bioavailability yang baik karena berasal dari hewani (Black, 2003b; Whitney and
Rolfes, 2008), kandungan tersebut sesuai dengan ketentuan Menteri Kesehatan
2007 tentang MPASI. Dosis MPASI-Pury untuk satu hari yaitu 120 gram per
sachet dapat menyumbang 60% kecukupan yang dianjurkan untuk bayi (Menkes,
2005).

Keamanan pangan
MPASI-Pury aman dikonsumsi bayi karena tidak menimbulkan alergi
pada kulit dan diare pada bayi yang diberi formula tersebut. Konsumsi MPASI-
Pury justru menurunkan prevalensi diare sebesar 72.8% pada bayi kelompok
Pury. Tes mikrobiologi menunjukkan bahwa MPASI-Pury mengandung tidak
46
lebih dari 3.8 x 10 total plate count yang tidak melebihi ketentuan Menteri
Kesehatan RI tahun 2007 (Menkes, 2007) dan akan menurun dalam proses
pemasakan 5-10 menit sebelum diberikan pada bayi. Percobaan yang dilakukan
terhadap tikus putih strain Spraque dawley yang diberi ransum Pury 9 gram per
hari selama 30 hari tidak menimbulkan efek samping terhadap organ tubuh.
Setelah pembedahan, dilakukan pemeriksaan patologis anatomis dari organ tikus
yang mencakup hati, ginjal, paru, jantung, limpa dan otak, dan tidak ditemukan
kelainan anatomi dari beberapa organ tersebut. Berdasarkan analisis mutu gizi
dan keamanan pangan, maka MPASI-Pury aman dan baik untuk digunakan
sebagai alternatif MPASI menggantikan MPASI Depkes maupun produk
komersial.

Nilai sosial dan ekonomi MPASI-Pury

Ulat sutera termasuk golongan serangga yang merupakan sumber protein


karena hampir 60% berat serangga adalah protein. Di beberapa daerah di
Indonesia, serangga lazim dikonsumsi masyarakat seperti ulat sagu, belalang,
tawon, laron dan pupa ulat sutera. Budidaya serangga termasuk ulat sutera sangat
menguntungkan karena ramah lingkungan dan sangat kecil memberi dampak
produksi gas rumah kaca. Dengan penanganan yang baik dan pemasakan yang
benar, serangga merupakan makanan yang enak dan dapat digunakan sebagai
sumber pangan masa depan (Maryoto, 2009).

Pupa yang merupakan bahan mentah dari tepung Pury diproses melalui
pemasakan kokon (tempat pupa hidup) selama 10 menit agar pupa mati.
Selanjutnya setelah diambil benang suteranya maka limbah pupa tersebut segera
diambil untuk dibersihkan dan dikukus kembali selama 10 menit agar tetap
higienis. Jadi proses penggunaan limbah pupa tidak termasuk makanan yang
diharamkan seperti yang tercantum dalam Al Quran, karena pupa yang digunakan
bukan termasuk bangkai. Pury maupun MPASI-Pury dapat dikatakan makanan
halal walau masih dalam proses untuk mendapatkan sertifikat resmi dari MUI.

Ulat sutera (Bombyx mori) adalah serangga holometabola yang mengalami


metamorfosa sempurna melewati 4 stadia yaitu telur, larva (ulat), pupa dan

47
ngengat. Pertumbuhan ulat dibagi menjadi 3 fase yaitu fase ulat kecil, fase ulat
besar dan fase pengokonan. Fase pengokonan terjadi pada saat umur ulat 21 hari
hingga 27 atau 28 hari. Pada fase ini larva akan mengeluarkan serat sutera selama
2 hari dan akan berhenti dan berubah menjadi pupa 24 jam kemudian.
Perkembangan kokon termasuk pupa akan sehat dan optimal bila diberi makanan
daun murbei atau mulberry yang cukup serta lingkungan hidup yang selalu bersih.
Selama proses pembentukan kokon, ulat sutera tidak makan lagi dan hanya
berputar-putar untuk membersihkan diri kemudian kemudian tidur sampai
menjadi kokon (Miyatani, 2007).

Melihat latar belakang kehidupan ulat sutera, maka Pury yang berasal dari
Pupae-Mulberry termasuk thayiban yaitu sehat, proporsional dan aman sesuai
hasil analisis mutu gizi dan keamanan pangan (Astuti dan Kusharto, 2009).
MPASI formula-Pury termasuk makanan yang sehat, karena terbukti tidak
menimbulkan kelainan organ pada hewan percobaan dan tidak menimbulkan
alergi kulit bayi pada studi efikasi. Pertumbuhan fisik dan perkembangan motorik
bayi yang diberi MPASI-Pury cenderung lebih baik dibanding bayi diberi
MPASI-komersial.

Secara ekonomi, MPASI-Pury dapat bersaing dengan produk komersial


khususnya bagi masyarakat disekitar sentra industri sutera. Penggunaan limbah
pupa dapat meningkatkan keamanan pangan bagi keluarga dan masyarakat
khsusunya ketersediaan Pury sebagai sumber protein dan lemak tak jenuh serta
dapat mengurangi cemaran lingkungan. Berdasarkan analisis biaya untuk
program MPASI-Pury bagi bayi usia 6-10 bulan mencapai Rp 235.800,- sampai
dengan Rp 334.800,- per bayi per 90 hari, atau sebesar Rp 2620,- sampai dengan
Rp 3720,- per bayi per hari. Selang harga tersebut tergantung dari penggunaan
alat pengering dalam pembuatan tepung Pury. Penggunaan teknologi sederhana
dengan oven skala rumah tangga lebih murah dibanding penggunaan teknologi
maju seperti penggunaan drum dryer. Perbandingan harga MPASI-Pury dengan
produk komersial dapat dilihat pada Tabel 24.

48
Tabel 24 Analisis beaya MPASI berdasarkan formula, teknik pengolahan dan
tempat penjualan
Beaya satuan (Rp): Beaya program (Rp):
Jenis MPASI per orang per hari per orang per 90 hari
Terendah Tertinggi Terendah Tertinggi
MPASI-Pury: 2620,- 3.720,- 235.800,- 334.800,-
(oven) (drum dryer)

MPASI-komersial: 3600,- 6000,- 324.000,- 540.000,-


Tingkat Tingkat
grosir eceran

Dampak Pemberian MPASI terhadap Pertumbuhan Fisik


pada Hewan Percobaan

Studi percobaan terhadap hewan tikus strain Spraque dawley dilakukan di


laboratorium percobaan hewan Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi dan
Makanan Departemen Kesehatan RI di Bogor pada bulan Juli 2009, dengan 3
jenis formula ransum yaitu formula: komersial, Pury dan standar. Sejumlah 21
tikusyang berumur 30+1 hari dibagi 3 kelompok yang masing-masing diberi
ransum yang berbeda selama 28 hari. Setiap tikus dalam masing-masing
kelompok diberi ransum dengan berat yang sama yaitu 9 gram per hari. Tujuan
percobaan hewan tikus untuk menilai mutu biologis protein terhadap pertumbuhan
dan dampaknya terhadap keamanan organ tubuh. Komposisi ransum terdiri dari
10% protein, 10% lemak, 2% serat kasar, 5% abu, dan sisanya karbohidrat dengan
energi sekitar 380 kkal. Ransum standar terdiri dari protein susu skim dan kacang
kedele. Pengukuran berat badan, panjang badan dan panjang ekor pada tikus
dilakukan 3 hari sekali selama 28 hari percobaan dengan hasil seperti pada
Gambar 6. Laju pertumbuhan fisik baik berat badan, panjang badan maupun
panjang ekor pada kelompok tikus yang diberi ransum Pury jauh diatas laju
pertumbuhan kelompok tikus yang diberi ransum komersial dan mendekati laju
pertumbuhan kelompok kontrol.

49
BB (g)

20 PB (cm)
18
16

14

12
Komersial
10
Pury
8
Standar
6

4
2

0
H00 H03 H07 H10 H14 H17 H20 H24 H28

20
18
PE (cm)
16
14
12
Komersial
10
8 Pury
6 Standar
4
2
0
H00 H03 H07 H10 H14 H17 H20 H24 H28

Gambar 6 Grafik pertumbuhan berat badan, panjang badan dan


panjang ekor pada tikus berdasarkan pemberian ransum

Rata-rata pertumbuhan fisik pada tikus sebelum dan sesudah intervensi


dapat dilihat pada Tabel 25.

50
Tabel 25 Rata-rata pertumbuhan fisik pada tikus sebelum dan setelah intervensi
berdasarkan kelompok perlakuan
Parameter Kelompok Perlakuan
pertumbuhan ransum ransum Pury ransum
komersial standar
Berat badan (g):
Sebelum 52.31.4 52.31.6 52.51.1
Setelah 82.48.3 125.312.7 141.08.1
Perubahan 30.17.6 73.013.1 88.57.8
P 0.000 0.000 0.000
Panjang badan (cm):
Sebelum 11.50.6 11.30.3 11.50.4
Setelah 15.70.7 17.00.2 17.60.6
Perubahan 4.20.9 5.70.5 6.10.8
P 0.000 0.000 0.000
Panjang ekor (cm):
Sebelum 10.60.6 11.00.5 10.70.5
Setelah 15.10.9 16.30.9 16.80.7
Perubahan 4.41.0 5.30.6 6.10.8
P 0.000 0.000 0.000

Hasil studi pada hewan tikus tersebut, menunjukkan bahwa ransum Pury
dapat meningkatkan berat badan lebih baik dari ransum komersial. Rata-rata
pertambahan berat badan tikus yang diberi ransum Pury meningkat dua kali lipat
dibanding rata-rata pertambahan berat badan tikus yang diberi ransum formula
komersial (gambar 7).

90
80
70
60
50 Standar
40 Pury
30 Komersial
20
10
0
Berat badan Panjang badan Panjang ekor
(g) (cm) (cm)

Gambar 7 Rata-rata perubahan pertumbuhan fisik pada tikus percobaan


berdasarkan pemberian ransum
51
Pertumbuhan linier pada tikus yang diberi ransum Pury juga lebih baik
dibanding tikus yang diberi ransum komersial (Tabel 25). Setelah diberi ransum
selama 30 hari, panjang badan tikus yang diukur dari ujung kepala sampai pantat
dengan pengukur panjang badan ketelitian 0.1 cm bertambah +5.7 cm pada
kelompok Pury dan +4.2 cm pada kelompok komersial. Rata-rata pertambahan
perkembangan panjang ekor yang diukur dari pangkal ekor sampai ujung ekor,
juga menunjukkan hasil yang lebih baik pada kelompok Pury dibanding kelompok
komersial (5.3 cm vs 4.4 cm) (Tabel 25). Perkembangan panjang ekor sangat
signifikan pada tikus yang diberi ransum Pury dengan p<0.05.

Kontribusi MPASI terhadap Asupan Energi dan Protein Sehari

Rata-rata asupan sehari untuk energi dan protein adalah 619193 kcal dan
20.67.6 gram, bayi PG lebih tinggi dibanding CG (650192 vs 586191 kcal dan
23.56.7 vs 17.47.3 g). Terdapat peningkatan rata-rata asupan energi dan
protein yang signifikan pada masing-masing kelompok sebelum dan sesudah
intervensi (p<0.05). Secara statistik, asupan protein sesudah intervensi berbeda
nyata antar kelompok perlakuan dengan p=0.001. Rata-rata tingkat asupan sehari
(% AKG) untuk energi dan protein sebelum dan setelah intervensi pada Gambar 8.

Sebelum Sesudah Delta


Chart Title
99,9 Sebelum Sesudah Delta
95,2
90,1
147,2
69,3 128,6
66,6 68
109
57,6
77 78,1 77,7
70,2 70,3
30,6 27,2 50,9
23,5
30,9

PG CG Total Kontrol PG CG Total Kontrol


(n=36) (n=34) (n=70) (n=16) (n=36) (n=34) (n=70) (n=16)

p=0.000 p=0.000 p=0.000 p=0.000 p=0.000 p=0.003


AKG energi: 650 kcal/hari AKG protein: 16 g/hari

Gambar 8 Rata-rata asupan energi dan protein pada bayi sebelum dan sesudah
intervensi berdasarkan kelompok perlakuan (a =0.05)
Rata-rata asupan energi (n=70) dari MPASI 42481 kcal atau
menyumbang sebesar 72.3% terhadap asupan total sehari. Kontribusi energi dari

52
MPASI terhadap angka kecukupan yang dianjurkan sedikit lebih tinggi pada CG
dibanding PG (73.4 vs 71.3%). Tingginya asupan energi dan protein seiring
dengan tingkat kepatuhan dalam mengkonsumsi MPASI. Tingkat kepatuhan
dalam mengkonsumsi MPASI sedikit lebih tinggi pada PG dibanding CG
(93.37.4% vs 91.611.7%). Uji korelasi Pearson dua arah dengan a 0.05
menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara tingkat kepatuhan dengan
asupan energi dari MPASI maupun asupan energi total sehari (p=0.000).

Intik energi setelah intervensi


( (%
% AKG)
R D A )
2 0 0
1 8 0
1 6 0
1 4 0
1 2 0
1 0 0
8 0
6 0
4 0
2 0
0
P G CG Total Kontrol
M e a n 99,9 90,1 95,2 57,6
S D 29,5 29,4 29,6 22,5
M in 55,2 36,9 3 7 30,7
M ax 178,5 185,1 185,1 91,5

Intik protein setelah intervensi


( (%
% RAKG)
DA)
250
200
150
100
50
0
PG CG Total Kontrol
Mean 147 109 128,6 70,3
SD 42,1 42,8 47,9 36
Min 61,3 44,4 44,4 24,9
Max 236,9 206,9 236,9 161,7

Gambar 9 Rata-rata intik (asupan) energi dan protein setelah intervensi


berdasarkan kelompok perlakuan.

Bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (n=16) yaitu kelompok bayi


yang tidak pernah mendapat program khusus MPASI pada usia 6-12 bulan, maka
rata-rata tingkat kecukupan energi dan protein pada kedua kelompok yaitu PG
dan CG setelah periode 3 bulan pemberian MPASI selesai jauh lebih tinggi
dibanding kelompok kontrol. Tingkat kecukupan energi mencapai 90.9% pada PG
dan 90.1% pada CG yang hampir dua kali tingkat kecukupan kelompok kontrol

53
yaitu hanya 57.6%. Sementara tingkat kecukupan protein pada bayi PG sebesar
147% dan 109% pada bayi CG, jauh diatas tingkat kecukupan yang dicapai bayi
diluar program yang merupakan kelompok kontrol yaitu hanya 70.3% (Gambar
9). Jadi, rata-rata perbedaan asupan energi dan protein secara menyeluruh (n=70)
dibanding kelompok kontrol sebesar +244 kcal dan +9.3 gram protein sehari.
Asupan energi pada bayi PG lebih besar dari CG (275 kcal dan 12.3 gram vs 210
kcal dan 6.2 gram protein).

Asupan energi dan protein pada bayi yang diberi MPASI-Pury lebih tinggi
+65 kcal dan +6 gram dibanding bayi yang diberi MPASI-komersial. Penemuan
ini sejalan dengan kajian Caulfiled (1999) tentang peningkatan energi sehubungan
dengan intervensi di Bangladesh, namun berbeda dengan studi Saavedra et al.
(2004) di Baltimore yang tidak ditemukan perbedaan nyata antara ke tiga
kelompok bayi sehat 2-24 bulan yang diberi susu standar, susu formula dengan
B.Lactis dan S.thermophilus, dan susu formula tanpa suplemen.

Dampak MPASI terhadap Perubahan Status Biokimia Darah

Pemberian suplemen zinc pada bayi yang kekurangan zinc menunjukkan


dampak yang positif terhadap pertumbuhan (Brown et al., 1998), penyakit diare
dan menurunkan angka kematian (Black, 2003b). Studi meta-analisis terkini
tentang dampak suplemen zinc pada pertumbuhan anak menyimpulkan bahwa
pemberian suplemen zinc selama periode anak-anak mempunyai respon yang
kecil tetapi secara statistik mempunyai dampak yang signifikan terhadap
pertumbuhan khususnya pada anak yang mengalami gangguan pertumbuhan
(Brown et al, 1998). Zinc juga diketahui menguntungkan bila digunakan sebagai
obat diare dan dapat menurunkan tingkat kematian bayi 1-9 bulan yang lahir bayi
cukup bulan di India sebesar 68% dengan pemberian suplemen zinc (Black,
2003b).
Hasil studi secara deskriptif menunjukkan terjadinya penurunan kejadian
diare sebesar 72.8% (dari 30.5% menjadi 8.3%) pada kelompok bayi yang diberi
MPASI-Pury, sementara bayi yang diberi MPASI-komersial hanya menurunkan
kejadian diare sebesar 50.0% (dari 17.6% menjadi 8.8%). Penemuan ini berdeda
54
dengan hasil studi Long et al (2006) pada bayi 6-15 bulan di Mexico ternyata
dengan pemberian suplemen zinc dua kali seminggu selama12 bulan tidak
mempunyai efek terhadap diare, batuk maupun demam.

Serum
Zinc seng
serum (mol/L)
(mol/L) p=0.57
Sebelum Sesudah Delta

15,1 14,82

11,59 11,75

3,52 3,08

PG CG
p=0.000 p=0.003

Gambar 10 Kadar zinc dalam serum sebelum dan sesudah intervensi


berdasarkan kelompok perlakuan (a =0.05)

Gambar 10 diatas menunjukkan kadar zinc dalam serum yang meningkat


secara bermakna pada masing-masing kelompok setelah 3 bulan periode
intervensi. Perubahan kadar zinc cenderung lebih tinggi pada PG dibanding CG,
namun tidak cukup data untuk menyatakan berbeda. Penemuan ini sejalan dengan
studi Osendarp et al (2002) yang menunjukkan konsentrasi zinc serum yang lebih
tinggi pada kelompok perlakuan dibanding kelompok placebo (13.3 3.8 vs 10.7
2.9 mol/L, p<0,001).
Pada masing-masing kelompok baik PG maupun CG, terjadi penurunan
konsentrasi serum thyroxine (T4) secara bermakna, dan kenaikan konsentrasi
thyroid stimulating hormone (TSH) yang masih dalam batas normal (Gambar 11).
Uji Pearson dengan a=0.05 menunjukkan adanya korelasi yang bermakna setelah
3 bulan intervensi antara perubahan T4 serum dan berat badan (r=0.4134,
p=0.000) dan z-skor berat badan menurut umur (r=0.325, p=0.006).

55
Serum T4 (ng/dl) p=0.79
Sebelum Sesudah Delta

1,11 1,13
1 1

p=0.003

p=0.003
PG -0,11 CG -0,13

Gambar 11 Kadar thyroxine (T4) dalam serum sebelum dan sesudah intervensi
berdasarkan kelompok perlakuan (a=0.05)

Walaupun ada peningkatan konsentrasi TSH serum namun masih dalam


batas normal yaitu antara 0,350 5,500 IU/ml (Gambar 12). Pada kondisi
defisiensi yodium tingkat berat, konsentrasi TSH serum akan tercatat tinggi
sebagai hasil dari peningkatan sekresi TSH oleh pituitary dalam usaha untuk
menstimulasi sintesa hormon tiroid (Gibson, 2005).

Serum TSH (IU/mL); p=0.39


Sebelum Sesudah Delta

3,01
2,64
2,33 2,4

0,34
0,06

p=0.126 PG CG p=0.185

Gambar 12 Kadar TSH dalam serum sebelum dan sesudah intervensi


berdasarkan kelompok perlakuan (a=0.05)

56
Dampak MPASI terhadap Pertumbuhan Fisik dan Status Gizi Bayi

Perubahan berat badan, panjang badan dan lingkar kepala


Studi efikasi yang dilakukan pada bayi usia 6-12 bulan di Teluknaga
menunjukkan pertumbuhan fisik yang signifikan pada masing-masing kelompok
perlakuan sebelum dan setelah 3 bulan periode pemberian MPASI. Pemberian
MPASI selama 3 bulan mampu meningkatkan rata-rata berat badan per bulan
sebesar 228 gram pada PG dan 210 gram pada CG. Formula Pury memberi
dampak pertambahan berat badan yang cenderung lebih besar dibanding formula
komersial namun keduanya masih jauh dari angka yang diharapkan dalam studi
ini yaitu 350 g. Pertambahan berat baru mencapai 52-57% dari yang seharusnya
dicapai bayi normal 6-9 bulan yaitu sebesar 400 g per bulan (Thompson, 1998).
Penemuan ini sejalan dengan studi Sunaryo (2005) yang menambahkan
L.Glutamat pada MPASI pemulihan selama 3 bulan bagi bayi usia 6 bulan,
ternyata belum berdampak terhadap pertumbuhan walau ada kecenderungan
pertambahan berat badan dan panjang badan menurut umur.

Tabel 26 Rata-rata pertumbuhan fisik bayi sebelum dan sesudah intervensi


berdasarkan kelompok perlakuan
Kelompok Perlakuan p antar
Ukuran PG (36) CG (34) kedua
Anthropometri: kelompok
Berat badan (gram):
Sebelum intervensi 5936 351 6098 470
Setelah intervensi 6620 561 6730 550
Rata-rata perubahan 684 435 632 373 0.59
p 0.000** 0.000**
Panjang badan (cm):
Sebelum intervensi 63.03 2.01 63.77 2.46
Setelah intervensi 66.09.0 2.13 67.64 2.23
Rata-rata perubahan 3.97 1.56 3.88 1.15 0.80
P 0.000** 0.000**
Lingkar kepala (cm):
Sebelum intervensi 40.51 1.23 40.86 1.36
Setelah intervensi 42.26 0.88 42.66 1.38
Rata-rata perubahan 1.75 0.97 1.79 0.79 0.86
p 0.000** 0.000**
** Secara statistik berbeda nyata (signifikan) pada a 0,01

57
Rata-rata perubahan berat badan dan panjang badan cenderung lebih tinggi
pada bayi CG, namun tidak cukup data untuk menyatakan beda antar ke dua
kelompok (Tabel 26). Penemuan ini sejalan dengan intervensi selama 6 bulan
yang dilakukan Heinig et al. (2006) pada bayi usia 4 bulan yang diberi 5 mg zinc
sulphate setiap hari dengan disain Randomized placebo-kontrolled trial, double
blind yang juga tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada pertambahan berat
badan, panjang badan dan lingkar kepala antara kelompok perlakuan dan
kelompok kontrol.
Pertumbuhan linier khususnya panjang badan dan lingkar kepala sangat
lamban. Pertumbuhan panjang badan pada tahun pertama diharapkan mencapai
25 cm, sementara hasil studi efikasi hanya 3.8 3.9 cm pada periode 3 bulan
intervensi atau 15 cm pada tahun pertama yang artinya baru mencapai 60%
pertumbuhan normal sehingga memungkinkan bayi tersebut menjadi pendek
(stunting). Stunting yang terjadi pada usia 3 tahun pertama tidak dapat diperbaiki
dikemudian hari (Shrimpton et al, 2001). Pemberian MPASI yang lebih baik
berasosiasi (p<0.001) dengan peningkatan berat badan dan panjang badan yang
lebih besar pada bayi (Saha et al, 2008). Pemberian suplemen setiap hari selama
12 bulan pada 182 bayi sehat usia 6 bulan di pedesaan Malawi Afrika
menunjukkan hasil bahwa suplemen yang berbasis lemak dapat menghasilkan
rata-rata perubahan panjang badan menurut umur yang lebih besar dibanding
suplemen lain yaitu -0.37 versus -0.47 dan -0.71 dengan p=0.27 (Phuka et al.,
2009).

Pertambahan lingkar kepala bayi mencerminkan kecepatan pertumbuhan


otak pada tahun pertama kehidupan bayi. Rata-rata pertambahan lingkar kepala
pada bayi normal adalah 1 cm per bulan (Thompson, 1998). Hasil studi efikasi di
Teluknaga diperoleh rata-rata pertambahan lingkar kepala pada bayi 6-9 bulan
sebesar 0.58 0.60 cm per bulan yang berarti masih dibawah pertambahan yang
diharapkan karena baru mencapai 60% dari pertumbuhan bayi normal. Uji pearson
dengan a=0.05 menunjukkan adanya korelasi yang bermakna setelah 3 bulan
intervensi antara perubahan zinc serum dan lingkar kepala (r=0.294, p=0.013)
serta z-skor lingkar kepala menurut umur (r=0.261, p=0.029);

58
Perubahan nilai z-skor
Dampak pemberian MPASI terhadap perubahan nilai z-skor sangat
signifikan pada pertambahan lingkar kepala khususnya untuk indeks LK/U pada
CG (0.30.7; p<0.05) dan penuruan pada indeks BB/PB pada PG dan CG
(-0.460.89 dan 0.790.95; p<0.05) (Tabel 27). Pencapaian perubahan nilai z-
skor indeks BB/U pada PG hanya sebesar +0.01 yang lebih kecil dibanding hasil
studi MPASI di Guatemala (0.25), Colombia (0.40), Jamaica (0.44), Indonesia
(0.29) dan Bangladesh (0.46) (Caulfield et al., 1999).

Tabel 27 Rata-rata nilai Z-skor (BB/U, PB/U, BB/PB. LK/U)


Sebelum dan sesudah intervensi berdasarkan kelompok perlakuan
Kelompok Perlakuan p antar
Peubah PURY Group Kontrol kedua
(36) Group (34) kelompok
Berat Badan / Umur:
Sebelum intervensi -2.36 0.53 -2.19 0.45
Setelah intervensi -2.35 0.73 -2.29 0.59
Rata-rata perubahan 0.01 0.60 -0.10 0.47 0.42
p 0.98 0.20
Panjang
Badan/Umur: -2.02 0.93 -1.50 0.91
Sebelum intervensi -1.98 0. 85 -1.82 0.86
Setelah intervensi 0.04 0.84 -0.31 1.04 0.12
Rata-rata perubahan 0.80 0.09
p
BB /Panjang Badan:
Sebelum intervensi -1,22 0.77 -0.95 0.88
Setelah intervensi -1.68 0.97 -1.73 0.82
Rata-rata perubahan -0.46 0.89 -0.79 0.95 0.14
p 0.004* 0.000*
Lingkar
Kepala/Umur: -2,0 1,1 -1,8 0,8
Sebelum intervensi -1,8 0,7 -1,6 0,9
Setelah intervensi 0,3 0,9 0,3 0,7 0.97
Rata-rata perubahan 0.08 0.035*
p
*Singnifikan pada a 0.05 (2-tailed)

Perubahan nilai z-skor indeks PB/U pada PG pada studi efikasi ini sama
dengan studi di Indonesia tahun 1991 yaitu +0.04 SD, namun masih dibawah studi
di 3 negara yang lain (Caulfield et al., 1999). Studi Walvarens menunjukkan hasil

59
yang signifikan dengan pemberian 5 mg zinc sulphate heptahydrate selama 3
bulan pada 57 bayi keturunan Afrika usia 4-9 bulan yang masih mendapat ASI.
Panjang badan menurut umur meningkat +0,21, sementara pada kelompok
placebo munurun sebesar -0.13; p=0.029 (Walravens et al., 1992).

Perubahan status gizi bayi


Proporsi gizi normal pada PG masih lebih baik dibanding CG (11.1% vs
5.9%) walau tidak terdapat perubahan BB/U yang signifikan pada kedua
kelompok. Setelah 3 bulan intervensi prevalensi bayi pendek pada kedua
kelompok tidak berubah setelah intervensi 3 bulan, namun terdapat penurunan
prevalensi bayi nyaris pendek dan peningkatan proporsi bayi normal pada PG,
sedangkan pada CG justru terjadi peningkatan proporsi bayi nyaris pendek serta
penurunan bayi dengan panjang badan normal. Proporsi bayi dengan gizi kurang
tingkat sedang dan buruk (BB/U) pada PG berkurang sebesar 8.4%, sedangkan
pada CG justru meningkat sebesar 8.8% (Tabel 28).

Tabel 28 Prevalensi status gizi berdasarkan indeks antropometri (nilai Z-skor)


sebelum dan setelah inervensi menurut kelompok perlakuan
Peubah PG CG Total
Sebelum Setelah Sebelum Setelah Sebelum Setelah
BB/Umur:
GK(sedang+buruk 44.5 36.1 20.6 29.4 32.9 32.8
GK tingkat ringan 19.4 36.1 35.3 47.1 27.1 41.1
Nyaris gizi kurang 36.1 16.7 44.1 17.6 40.0 17.1
Normal 0.0 11.1 0.0 5.9 0.0 8.6
PB/Umur:
Pendek 50.0 50.0 32.4 32.4 41.4 41.4
Nyaris pendek 36.1 33.3 41.2 55.9 38.6 44.3
Normal 13.1 16.7 26.5 11.8 20.0 14.3
BB/PB:
Kurus tingkat berat 0.0 5.6 2.9 5.9 1.4 5.7
Kurus tingkat sedang 13.9 30.6 8.8 23.5 11.4 27.1
Kurus tingkat ringan 50.0 38.9 35.3 61.8 42.9 50.0
Nyaris kurus 36.1 25.0 52.9 8.8 44.3 17.1
LK/Umur:
Sangat kecil 50.0 33.3 55.9 35.3 52.9 34.3
Kecil 36.1 52.8 29.4 38.2 32.9 45.7
Normal 13.9 13.9 14.7 26.5 14.3 20.0

60
Dampak MPASI terhadap Perkembangan Motorik Bayi

Rata- rata skor motorik sebelum intervensi pada kelompok PG dan CG


masing-masing untuk skor motorik gabungan: 45.97+12.78 dan 49.09+14.33;
skor motorik halus: 20.58+4.98 dan 21.65+5.98; skor motorik kasar: 25.39+8.36
dan 27.44+8.72 (Tabel 29). Pengukuran ulang perkembangan motorik dilakukan
dua bulan setelah periode intervensi selesai yaitu saat bayi berusia antara 11-12
bulan. Hasil studi menunjukkan terdapat peningkatan skor motorik yang
signifikan pada masing-masing kelompok baik motorik halus maupun motorik
kasar. Hasil analisis uji beda terhadap rata-rata perubahan skor perkembangan
motorik gabungan, halus dan kasar menunjukkan berbeda nyata antara kelompok
PG dan CG. Rata-rata peningkatan skor motorik total, motorik halus dan motorik
kasar lebih besar pada PG dibanding CG, masing-masing 16.8; 6.95; 9.89; vs
15.7; 6.41; 9.32 (Table 29). Penemuan ini sejalan dengan hasil studi Herawati
(2005) yang menggunakan skala Bayley II. Sebanyak 171 bayi usia 5-7 bulan
diberi intervensi (penyuluhan dan stimulasi) selama 6 bulan menunjukkan
perubahan skor perkembangan motorik yang lebih rendah pada kelompok kontrol
dibanding kelompok perlakuan (p<0.1).
Table 29 Rata-rata skor perkembangan motorik sebelum dan setelah intervensi
berdasarkan kelompok perlakuan.
Ukuran Kelompok perlakuan pb
perkembangan PG (n=36) CG(n=34)
Motorik gabungan:
Sebelum 45.9712.78 49.0914.33
Setelah 62.819.69 64.828.33
Perubahan 16.813.7 15.7 14.2 0.000
P 0.000 0.000
Motorik halus:
Sebelum 20.584.98 21.655.98
Setelah 27.533.82 28.063.93
Perubahan 6.95 5.6 6.41 7.3 0.000
P 0.000 0.000
Motorik kasar:
Sebelum 25.398.36 27.448.72
Setelah 35.286.62 36.766.41
Perubahan 9.899.0 9.328.7 0.000
P 0.000 0.000
b
Nilai skor berdasarkan Skala Bayley 2006 Singnifikan pada a=0.05

61
Uji Pearson dua arah menunjukkan adanya korelasi yang signifikan antara
skor motorik kasar dengan nilai z skor BB/U pada akhir intervensi (r= 0.255; p
0.033; a=0.05) dan BB/U pada dua bulan setelah periode intervensi selesai (r=
0.306; p 0.010; a=0.01), serta skor motorik halus dengan nilai z skor LK/U pada
akhir intervensi (r= 0.279; p 0.019; a=0.05).

Bila perkembangan motorik dikategorikan berdasar komposit low, average


dan superior maka terjadi penurunan proporsi kelompok bayi dengan kategori low
dan terjadi peningkatan proporsi bayi dengan kategori average serta superior.
Perubahan proporsi bayi dengan kategori low, average dan superior pada CG
sedikit lebih baik dari PG, namun tidak cukup data untuk mengatakan ada
perbedaan yang nyata antar kedua kelompok tersebut (Table 30).

Tabel 30 Frekuensi distribusi status perkembangan motorik


sebelum dan setelah intervensi berdasarkan kelompok perlakuan
Kategori * PG (n=36) CG (n=34) Total (n=70)
Motorik sebelum Setelah sebelum setelah sebelum setelah
(%)
Low 61.1 52.8 44.1 32.4 52.9 42.9
Average 27.8 36.1 44.1 52.9 35.7 44.3
Superior 11.1 11.1 11.8 14.7 11.4 12.9
*Kategori Skala Bayley III:
Low : skor < 89; Average: skor 90 109; Superior: skor > 110.

Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Fisik Bayi

Analisis faktor yang mempengaruhi pertumbuhan fisik bayi gizi kurang


atau nyaris gizi kurang dilakukan dengan regresi logis tik ganda, dengan peubah
terikat (Yi) yaitu nilai rata-rata z-skor BB/U (Y1) atau PB/U (Y2) atau BB/PB
(Y3) atau LK/U (Y4). Sebagai peubah bebas (Xi) adalah perlakuan (X1), asupan
energi (X2), asupan protein (X3), zinc serum (X4) dan status kesehatan (X5).
Tabel 31 adalah model prediksi pertumbuhan fisik bayi gizi kurang.

62
Table 31 Model faktor yang mempengaruhi pertumbuhan fisik bayi 9-10 bulan
Peubah Peubah B P OR 95% CI
Pertumbuh Bebas Wald Lower Upper
an
Model 1 (Constant) -1.090 0.925 0.336
(BB/Umur) Perlakuan : formula Pury -0.102 0.034 0.903 0.304 2.682
R = 0,085 Asupan Energi > 80% AKG -0.239 0.151 0.787 0.236 2.630
Asupan Protein > 80% AKG -0.383 0.323 0.682 0.182 2.555
Zinc Serum > 10,7 mkol/L 1.331 1.488 3.786 0.446 32.156
St. Kesehatan : sehat 1.570 4.428 4.807 1.114 20.748
(Constant) 0.637 0.308 0.529
Model 2 Perlakuan : formula Pury
(PB/Umur) -0.315 0.315 0.730 0.243 2.190
Asupan Energi > 80% AKG 0.293 0.227 1.340 0.402 4.471
R = 0,120 Asupan Protein > 80% AKG
Zinc Serum > 10,7 mkol/L -1.057 2.333 0.348 0.090 1.349
1.370 1.534 3.935 0.450 34.379
St. Kesehatan : sehat
1.446 3.738 4.247 0.980 18.397
(Constant)
Model 3 0.075 0.027 0.835
Perlakuan : formula Pury
Asupan Energi > 80% AKG -0.877 2.460 0.416 0.139 1.245
(BB/PB) -0.982 2.534 0.375 0.112 1.255
R = 0,075 Asupan Protein > 80% AKG
Zinc Serum > 10,7 mkol/L 0.921 1.851 2.512 0.666 9.475
St. Kesehatan : sehat 0.375 0.130 1.455 0.189 11.187
-0.412 0.379 0.662 0.178 2.461

(Constant) -1.002 0.862 0.367


Model 4
Perlakuan : formula Pury -0.221 0.165 0.802 0.275 2.333
(LK/Umur)
Asupan Energi > 80% AKG -1.023 2.674 0.359 0.105 1.225
R = 0,064 Asupan Protein > 80% AKG 0.422 0.412 1.525 0.420 5.538
Zinc Serum > 10,7 mkol/L 0.897 0.754 2.453 0.324 18.573
St. Kesehatan : sehat 1.015 0.262 2.760 0.735 10.363

Keterangan:
Perlakuan 0: formula komersial; 1: formula Pury
Asupan Energi 0: defisiensi (< 80% AKG) 1: cukup (>=80% AKG)
Asupan Protein0: defisiensi (< 80% AKG) 1: cukup (>=80% AKG)
Zinc Serum 0: defisiensi (< 10.7 mkol/L) 1: normal (>= 10.7 mkol/L)
Status Kesehatan 0: Sakit 1: Sehat

Ke-lima peubah bebas tersebut secara bersama memberi kontribusi


terhadap pertumbuhan fisik sebesar 8.5% terhadap BB/U (Model1 ), 12.0%
terhadap PB/U (Model 2), 7.5% terhadap BB/PB (Model 3) dan 6.4% terhadap
LK/U (Model 4). Dari ke empat model tersebut hanya model pertama yaitu
pertumbuhan berat badan menurut umur (BB/U) yang mempunyai nilai bermakna
pada salah satu peubah bebasnya yaitu status kesehatan. Artinya bahwa bayi
yang sehat mempunyai peluang 4.8 kali lebih besar bertambah berat badannya
(95% CI; 1.114-20.748) dibanding bayi dengan status tidak sehat.

63
Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Motorik Bayi

Analisis faktor yang diprediksi mempengaruhi perkembangan motorik


dengan persamaan regresi logistik ganda, dengan peubah terikat (Yi) yaitu
motorik gabungan (Y1) atau motorik halus (Y2) atau motorik kasar (Y3). Tabel
32 adalah Model regresi logistik ganda yang menunjukkan bahwa keempat
peubah bebas (Xi) yaitu perlakuan (X1), serum zinc (X2), z skor BB/U (X3) dan z
skor LK/U (X4) secara bersama memberikan kontribusi sebesar 11.5% terhadap
perkembangan motorik halus (Model 2) dan 5.9% terhadap motorik kasar (Model
3). Perkembangan motorik halus (Model 2) mempunyai nilai bermakna pada
salah satu peubah bebasnya yaitu indeks lingkar kepala menurut umur (LK/U).
Bayi dengan z-skor LK/U diatas atau sama dengan -1.68 SD, mempunyai
kesempatan 2.4 kali lebih (95% CI; 1.143-5.203) besar untuk mencapai skor
perkembangan motorik halus diatas rata-rata dibanding bayi dengan z-skor LK/U
lebih kecil dari -1.68 SD.
Tabel 32 Model faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik
bayi 11-12 bulan
Peubah Per- Peubah Bebas B P OR 95% CI
kembangan Wald Lower Upper
motorik
Model 1 (Constant) 0.625 0.213 1.868
(Motorik Perlakuan: Pury -0.126 0.064 0.881 0.331 2.346
Halus +Kasar) Zinc Serum > 10,7mkol/L 0.754 0.596 2.126 0.313 14.418
R = 0,029 BB/U z-skor > - 2,32 SD 0.214 0.261 1.239 0.545 2.819
LK/U z-skor > - 1,68 SD 0.206 0.336 1.228 0.613 2.462

Model 2 (Constant) 0.641 0.181 0.527


(Motorik Perlakuan: Pury 0.322 0.393 1.380 0.504 3.777
Halus) Zinc Serum > 10,7 mkol/L 1.241 1.074 3.461 0.331 36.200
R = 0,115 BB/U z-skor > - 2,32 SD -0.402 0.883 0.669 0.289 1.547
LK/U z-skor > - 1,68 SD 0.891 5.311 2.438 1.143 5.203

Model 3 (Constant) 2.869 3.380 17.617


(Motorik Perlakuan: Pury -0.547 1.052 0.579 0.203 1.646
Kasar) Zinc Serum > 10,7mkol/L -0.565 0.229 0.569 0.056 5.753
R = 0,059 BB/U z-skor > - 2,32 SD 0.724 2.444 2.063 0.832 5.115
LK/U z-skor > - 1,68 SD -0.226 0.350 0.797 0.377 1.688

Keterangan:
Perlakuan 0: formula komersial 1: formula Pury
Zinc Serum 0: defisiensi (< 10.7 mkol/L) 1: normal (>= 10.7 mkol/L)
Z-skor BB/U 0: < - 2.32 SD 1: > - 2.32 SD
Z-skor LK/U 0: < - 1.68 SD 1: > - 1.68 SD
64
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Pengolahan limbah sutera menjadi tepung pupa atau Pury secara ekonomi
dapat menguntungkan untuk meningkatkan ketersediaan bahan pangan
yang ramah lingkungan dan padat gizi.

2. Secara sosial, MPASI-Pury termasuk makanan yang sehat dan baik dengan
harga yang ekonomis. Hasil analisis laboratorium menunjukkan kualitas
protein, asam lemak tak jenuh (linoleat dan linolenat), kelompok vitamin
B dan mineral (Zinc, Fe, Iodin) yang lebih baik dari MPASI- komersial,
dengan kandungan energi yang cukup serta aman untuk dikonsumsi bayi.
Nilai protein efficiency ratio (PER) MPASI-Pury dua kali MPASI-
komersial dan mendekati PER telur.

3. Studi percobaan pada tikus yang diberi ransum Pury menghasilkan


pertambahan berat badan, panjang badan dan panjang ekor yang lebih baik
(masing-masing +43 gram, +1,5 cm dan +0,9 cm) dari tikus yang diberi
ransum komersial.

4. Studi efikasi pada bayi gizi kurang yang diberi MPASI-Pury mempunyai
asupan energi dan protein masing-masing +65 kcal dan +6 gram lebih
tinggi dari MPASI-komersial.

5. Setelah 3 bulan periode intervensi, terjadi peningkatan konsentrasi zinc


dan penurunan thyroxine dalam serum darah bayi secara bermakna pada
masing-masing kelompok perlakuan. Konsentrasi zinc serum pada PG
lebih tinggi dari CG, namun tidak cukup data untuk menyatakan ada
perbedaan diantara ke duanya.

6. Terdapat pertumbuhan fisik yang signifikan pada masing-masing


kelompok perlakuan sebelum dan setelah intervensi, namun secara statistik
pada a=0.05 tidak ada perberbedaan antar keduanya (PG dan CG).
MPASI-Pury mampu meningkatkan berat badan dan panjang badan bayi

65
rata-rata per bulan 228 gram dan 3.97 cm yang lebih tinggi dibanding
MPASI-komersial (210 gram dan 3.88 cm per bulan). Rata-rata
pertambahan lingkar kepala pada ke dua kelompok sama besar yaitu +0.1
cm per bulan.

7. Perubahan nilai z-skor sangat signifikan terutama indeks BB/PB pada


kedua kelompok, serta LK/U pada CG. Terjadi peningkatan nilai z-skor
BB/U dan PB/U pada PG sebesar +0.01 dan +0.04; sementara pada CG
terjadi penurunan masing-masing sebesar -0.10 dan -0.31.

8. Proporsi bayi dengan status gizi kurang tingkat sedang dan tingkat buruk
(BB/U) menurun pada PG sebesar 18.9% yaitu dari 44.5% menjadi 36.1%.

9. Terdapat peningkatan rata-rata skor perkembangan motorik bayi yang


signifikan pada masing-masing kelompok setelah intervensi, kelompok
PG lebih tinggi dibanding CG.
10. Model regresi logistik ganda menunjukkan bahwa kedua produk MPASI
yaitu MPASI-Pury maupun MPASI-komersial, mempunyai efek yang
sama pada pertumbuhan fisik dan perkembangan motorik bayi gizi kurang.
Status kesehatan sebagai peubah bebas berperan dalam pertumbuhan berat
badan menurut umur, sementara nilai z-skor lingkar kepala menurut umur
berperan dalam perkembangan motorik halus.

Saran

Pury merupakan pangan eksotik yang ramah lingkungan yang dapat


digunakan sebagai model kegiatan untuk mendorong peningkatan kesadaran dan
motivasi masyarakat dalam percepatan penganekaragaman konsumsi pangan
berbasis sumberdaya lokal.
Pengembangan MPASI-Pury, diharapkan dapat digunakan sebagai
alternatif ketersediaan MPASI yang mendukung kelanjutan program pemerintah
dalam penaggulangan masalah gizi kurang pada balita khususnya di sekitar sentra
industri sutera, di seluruh Indonesia pada umumnya.

66
Sosialisasi peningkatan produksi tepung Pury dan pengembangan serta
produksi MPASI-Pury memerlukan mitra usaha: 1) usaha kecil menengah (UKM)
di sentra persuteraan untuk produksi tepung Pury; 2) pelatihan bidang
pengembangan, produksi dan pemanfaatan MPASI-Pury pada skala rumah
tangga; 3) sosialisasi pada masyarakat agar produk Pury secara sosial dapat
diterima masyarakat komersial; 4) upaya pemerintah dalam meningkatkan produk
sutera dan mendorong adanya permintaan masyarakat terhadap penggunaan pupa
sehingga ada prospek yang baik bagi industri persuteraan di Indonesia.

67
DAFTAR PUSTAKA

Astuti T dan Kusharto CM. 2009. Penggunaan bubuk pupae-mulberry (Pury) sebagai
alternative bahan pangan. Pergizi Pangan, 4(1), in press.
[ACC/SCN-IFPRI] Administrative Committee on Coordination/Sub-Committee on
Nutrition- International Food Policy Research Institute. 2000. Fourth Report on
the World Nutrition Situation: Nutrition Throughout The Life Cycle. In
collaboration with IFPRI. Geneva: ACC/SCN
Badan Litbangkes Depkes RI. 2008. Riset Kesehatan Daerah Tahun 2007. Jakarta:
Depkes RI.
Bayley N. 2006. Bayley Scale of Infant and Toddler Development : Manual 3nd ed.
San Antonio : Harcont Brace & Co.
Bender DA. 2003. Introduction to Nutrition and Metabolism. 3ed. London: Taylor
Black MM.2003a. The evidence linking Zinc deficiency with childrens cognitive
and motor functioning. The Journal of Nutrition, 133Supl:1473S-1476S.
Black RE. 2003b. Zinc deficiency, infectious disease and mortality in the developing
world. The Journal of Nutrition, 133Supl:1485S-1489S.
Black MM, Sunil Sazawal, Robert E Black, Sonu Khosla, Jitendra Kumar, and
Venugopal Menon. 2004. Cognitive and motor development among small-for-
gestational-age infants: Impact of Zinc supplementation, birth weigth, and
caregiving practices. Pediatrics,;113(5):1027-1305.
Brody T. 1999. Nutrutional Biochemistry. 2ed. San Diego: Academic Press.
Brown KH. 1998. Effect of infection on plasma zinc concentration and implications for
zinc status assessment in low-income countries. Am J Clin Nutr, 68Supl:425S-9S.
Brown KH, Peerson JM, Allen LH. 1998. Effect of Zinc Supplementation on Childrens
growth: a meta-analysis of intervfention trials. Bibl Nutr Dieta 1998;54:76-83.l
Brown JE. 2008. Nutrition Through the Life Cycle. 3ed. USA: Thomson.
Butte, NF., Wong WW, Hopkinson JM, Heinz CJ, Mehta NR and OBrian SE. 2000.
Energy requirements derived from total energy expenditure and energy
deposition during the first two years of life. Am J Clin Nutr, 2000;72:1558-69.
Caulfield LE, Huffman S L, and Piwoz G E. 1999. Intervention to improve intake
of complementary foods by infants 6 to 12 months of age in developing
countries: Impact on growth and on the prevalence of malnutrition and potential
contribution to child survival. Food and Nutrition Bulletin, 20:183-200.
Chandra,RK. 1985. Effect of macro and Micronutrient Deficiencies and Expresses on
Immune Response. Food Technology 39(2): 91-93.
Departemen Kesehatan RI. 2005. Pedoman pelaksanaan: Stimulasi, Deteksi dan
Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak di tingkat pelayanan Kesehatan Dasar.
Jakarta : Depkes RI.
Benoist de Bruno, Darnton-Hill I, Davidsson L, Fontaine O, and Hotz C. 2007.
Conclusions of the joint WHO/UNICEF/IAEA/IZiNCG Interagency Meeting on
Zinc Status Indicators. Food Nutr Bull, 28(3):S480-S486.
Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang. 2007. Pemantauan Status Gizi di Kabupaten
Tangerang Tahun 2007.
Direktorat Gizi Masyarakat Depkes RI. 2000. Makanan Pendamping Air Susu Ibu ((MP-
ASI). Jakarta: Depkes RI.
[FAO-UN and WHO] Food Agriculture Organization and World Health Organization.
2001. Human Vitamin and Mineral Requirement: Report of a joint FAO/WHO
Expert Consultation Bangkok, Thailand. FAO Rome: Food and Nutrition
Divis ion.

68
Gibson RS, Hotz C and Perlas LA. Influence of Food Intake, Composition and
Bioavailability on Micronutrient Deficiencies of Infant During the Weaning
Period and the First Year of Life. In:Pettifor JM, Zlottkin S, editors.
Micronutrient Deficiencies of Infant During the Weaning Period and the First
Year of Life. Nestle Nutrition Workshop Series Pediatric Program Vol 54.
Vevey: Nestle Ltd., Basel: S.Krager AG; 2004. p.83-103.
Gibson RS. 2005. Principle of Nutritional Assessment. 2nd ed. Oxford University Press.
Gillespie S and Haddad L. 2001. Attacking the Double Burden of Malnutrition in Asia
and Pacific. Asian Development Bank and the International Food Policy
Research Institute, USA.
Harjatmo TP. 2005. Penilaian Status Gizi di Wilayah Kabupaten Tangerang tahun 2005.
Tangerang: Dinas Kesehatan kabupaten Tangerang.
Heinig MJ, Brown KH, Bo Lnnerdal and Dewey KG. 2006. Zinc supplementation does
not affect growth, morbidity, or motor development of US term breastfed infants
at 410 mo of age. Am J Clin Nutr, 84(3):594-601,
Herawati N. Pengaruh Suplemen MPASI, Penyuluhan Gizi dan Stimulasi terhadap
Tumbuh kembang Bayi 6-12 Bulan. IPB: Disertasi 2005.
Huang Zi-Ran. 2001. Utilization of non-mulberry sericultural resources in China. Int J.
Wild Silkmonth & Silk 6,91-93.
Kaomani K. 2006a. Pengenalan Kegiatan Persuteraan Alam. Bogor: Puslitbang
Hutan dan Konservasi Alam.
Kaomani K. 2006b. Perkembangan Teknologi Persuteraan Alam. Bogor:
Puslitbang Hutan dan Konservasi Alam.
Kim FM, Weaver L, Branca F and Robertson A. 2000. Feeding and nutrition of infants
and young children: Guidelines for the WHO European Region, with emphasis
on the former soviet countries. WHO Regional Publications, European series, no.
87.
Koletzko, Berthold. 2008. Pediatric Nutrition in Practice. Switzerland: Nestle
Nutrition Institute.
Long KZ, Montoya Y, Hertzmark E, Santos JI, and Rosado JL. 2006.
A double-blind. Randomized, clinical trial on the effect of vitamin A and Zinc
supplementation on diarrheal disease and respiratory tract infections in children
in Mexico City, Mexico. Am J Clin Nutr, 83:693-700.
Madiyono, Bambang., S Moeslichan Mz, Sudigdo Sastroasmoro, I Budiman, S Harry
Purwanto dan Sofyan Ismail. 2002. Dasar-dasar Metodology Penelitian
Klinis. Jakarta: Sagung Seto.
Markum AH. 1991. Ilmu Kesehatan Anak : Buku Ajar jilid 1. Jakarta: Bagian
Ilmu Keshatan Anak FKUI.
Maryoto A. 2009. Jejak pangan: Sejarah, Silang Budaya, dan masa Depan. Jakarta:
Kompas.
Meerarani P, P Ramadass, Michael Toborek, Hans-Cristian Bauer, Hannelore Bauer, and
Benhard Hennig. 2001. Zinc protects against opoptosis of endothelial cell
induced by linoleic acid and tumor necrosis factor. Am J Clin Nutr, 71(1):81-87.
Menteri Kesehatan RI. 2005. Kep Menkes RI No 1593/MENKES/SK/XII/2005
tentang A ngka kecukupan gizi rata-rata yang dianjurkan bagi bangsa Indonesia
(per orang per hari). Jakarta: 24 Nopember 2005.
Menteri Kesehatan RI. 2007. Keputusan Menteri Kesehatan RI No
224/Menkes/SK/II/ 2007 Tentang Spesifikasi Teknis MPASI. Jakarta: 26
Februari 2007.
Ming YL and Roach J ONeale. Crash Cource: Metabolism and Nutrition. 3ed.
China: Mosby Elsevier. 2007.

69
Miyatani A. 2007. Karakteristik flavor bubuk pupa ulat sutra (Bombyx mori) dan
peluang aplikasinya pada produk pangan (Skripsi). Bogor: Institut Pertanian
Bogor.
Mishra N, Hazarika NC, Narain K, Mahanta J. 2006. Nutritive Value and Cultural
Acceptability of Pupae of Mulberry and Non-mulberry Silkworms in Northeast of
India. Jurnal Gizi dan Pangan, Juli 2006 1(1): 64-65. Bogor: IPB.
Myers R. 1992. The twelve who survive. Strengthening Programmes of Early
Childhood Development the Third World. Routledge in co-operation with
UNESCO for CGECCD. London anda New York.
Osendarp SJM, Mathuram Santosham, Robert E Black, MA Wahed, Joop MA van Raaij,
and George J Fuchs. 2002. Effect of zinc supplementation between 1 and 6
month of life on growth and morbidity of Bangladeshi infants in urban slums. Am
J Clin Nutr,76:1401-8.
[PAHO/WAHO] PAN American Health Oraganization/World Health Organization. 2003.
Guiding principles for complementary feeding of the breastfed child. Washington
DC: PAHO/WHO.
Pang, New Son, Budd, Gardiner. 2005. Crash course: Paediatric. Series editor: Dan
Horton-Szar. 2n d ed., Mosby. 2005.
Papalia DE, Olds SW, Feldman RD. 2001. Human Development. 8ed International
Edition.
Pojda Y and Kelley L. 2000. Low birthweight A report based on International Low
Birthweight Symposium and Workshop held on 14-17 June 1999 at the
International Centre for Diarrhoeal DiseaseResearch in Dhaka, Bangladesh.
ACC/SCN Nutrition Policy Paper # 18.
Phuka JC, Kenneth Maleta, Crissie Thakwalakwa, Yin bun Cheung, Andre Briend, Mark
J Manary, and per Ashorn. 2009. Postintervention growth of Malawian children
who received 12-mo dietary complementation with a lipid-based nutrient
supplement or maize-soy flour. Am J Clin Nutr, 89:382-90.
Puskesmas Teluknaga, Tangerang. 2009. Pemantauan status gizi di wilayah Kecamatan
Teluknaga tahun 2008.
Ragib R, Swapan Kumar Roy, Muhammad Jubayer Rahman, Tasmin Azim, Syeda
Shequfta Ameer, Jobayer Chisti, and Jan Anderson. 2004. Effects of Zinc
supplementation on immune and inflamatory responses in pediatric patient with
shigellosis. Am J Clin Nutr 79(3): 444-450.
Saavedra JM, Abi-Hanna A, Moore N and Yolken RH. 2004. Longterm
consumption of infant formulas containing live probiotic bacteria: tolerance and
safety. Am J Clin Nutr, 79(2):261-267.
Saha KK, Edward A Frongillo, Dewan S Alam, Shams E Arifeen, lars Ake Persson, and
Kathleen M Rasmussen. 2008. Appropriate infant feeding practices result in
better growth of infants and young children in rural Bangladesh. Am J Clin Nutr,
87(6):1852-1859.
Semba RD and Bloem MW, editor. 2008. Nutrition and Health in Developing Countries.
2ed, Totowa USA: Humana Press.
Sentika R. 2005. Tumbuh Ke mbang Anak, Faktor-faktor yang mempengaruhi, Deteksi
dini dan Stimulasi dini anak. Makalah pada Temu 0rang tua murid sekolah Tirta
Marta, Jakarta 2 april 2005.
Shils ME, Shike M, Ross AC, Caballero B, Cousins RJ. 2006. Modern Nutrition in
Health and Disease. 10 th ed. Lippincot Williams & Wilkins.
Singhal BK, Dhar A, Sharma A, Qadri SHM and Ahsan MM. 2001. Sericultureal by-
products for various valuable commercial products as emerging bio science
industry. Sericologia 41(3)369-391.

70
Shrimpton R, Cesar G Victora, Mercedes de Onis, Rosngela Costa Lima, Monika
Blssner, and Graeme Clugston. 2001. Worlwide Timing of Growth Faltering:
Implications for Nutritional Interventions. Pediatrics 2001;107:1-7.
Soetjiningsih. 1995. Tumbuh kembang anak (Editor: IG.N.Gde Ranuh).
Jakarta: EGC.
Sunaryo ES. Pengaruh Pemberian L-Glutamin pada MPASI Pemulih terhadap Mutu
Protein, Profil Imu nitas Seluler dan Pertumbuhan Bayi 6 Bulan yang mengalami
Berat Badan Kurang. IPB : Disertasi 2004.
Sunawang. 2005. Pengaruh Suplementasi zat Multi-Gizi-Mikro selama Hamil
Terhadap Hasil Kehamilan dan Pertumbuhan Bayi. Universitas Indonesia:
Disertasi.
The World Bank. 2006. Repositioning Nutrition as Central to development: A
Strategy for Large Scale Action. The World Bank, Washington D.C. 2006.
Thompson JM. 1998. Nutritional Requirements of Infants and Young Children:
Practical Guidelines. Australia: Blackwell Science.
[UNICEF] United Nation Childrens Fund. 1997. The Care Initiative:
Assessment, Analysis and Action to improve Care for Nutrition. New York :
Unicef.
[UNS-SCN]. 2004. Fifth Report on the World Nutrition Situation. Nutrition For
Improved Development Outcome. March, 2004.
van den Briel T, Clive E West, Nico Bleichrodt, Fons JR van de Vijver, Eric A
Ategbo, and Joseph GAJ Hautvast. 2000. Improved iodine status is associated
with improved mental performance of schoolchildren in Benin. Am J Clin Nutr
;72:1179-85.
Walravens PA, Chakar A, Mokni R. Denise J, Lemonnier D. Zinc supplements in
breastfed infants. Lancet. 1992;240:683-85.
Whitney E and Rolfes SR. Understanding Nutrition. 11ed. USA:Thomson. 2008.
[WHO] World Health Organization. 1998. Complementary Feeding of Young Children
in developing countries: a review of current scientific knowledge. WHO. Geneva.
[WHO-MGRS group] World Health Organization-Multicentre Growth Reference Study
Group. 2006a. WHO child growth standards: Length/height-for-age, weight-for-
age, weight-for-length, Weight-for-height and BMI-for-age: Methods and
development. Geneva: World Health Organization, 2006.
[WHO-MGRS Group] World Health Organization-Multicentre Growth Reference Study
Group. 2006b. WHO motor development study: window of achievement
for six gross motor development milestone. Acta Paediatric Suppl,
2006;95(450):86-95.
[WHO-MGRS Group] World Health Organization-Multicentre Growth Reference Study
Group. 2007. WHO child growth standard: Head circumference-for-age,
arm circumference-for-age, triceps skinfold-for age and subscapular skinfold-for-
age: Methods and development. Geneva: World Health Organization (Assessed
on http://www.who.int/growthref/tools/en/).
WHO. 2009. WHO AnthroPlus for personal computer manual: Software for assessing
growth of the worlds children and adolescents. Geneva: WHO, 2009 (Assessed
on http://www.who.int/growthref/tools/en/)
Widodo, Untung S. 2009. Hasil observasi penatalaksanaan pemberian hormone
lypothyroxine pada perineonatus di Balai Penelitian GAKI Borobudur,
Magelang sejak tahun 2000. Magelang: GAKI.
Winarno FG. 1992. Kimia pangan dan gizi. Jakarta: Gramedia.

71
Lampiran 1 Hasil penelitian pengaruh MPASI terhadap pertumbuhan dan perkembangan bayi

Peneliti/Tempat Contoh/Disain Perlakuan Uji/test Hasil


Bayi cukup bulan Intervensi dengan formula BB, PB dan Bayi yd diberi EF pertambahan
Fewtrell, Mary S et.al.,2001. (>37mg) (standart dan yg diperkaya) LK pada bulan menunjukkan pertambahn yang lebih tinggi
UK (1993-1995). Dg berat< 10%tile, secara selama 9 bulan. ke 9 dan 18. pada PB dan LK pada bulan ke 9 dan ke 18,
random menjadi klp per dibanding bayi TF.
lakuan TF (147) : for-
mula standar, EF(152): Bayi yang diberi ASI menunjukkan
formula diperkaya. pertambah an yang lebih besar pada BB dan
Klp kontrol : 175 bayi LK pada bu-lan ke 18 dari bayi TF.
ASI

Dewey, et.al., 2004 di 119 usia 4 bulan dengan Klp control : EBF Analisa darah Pemberian MPASI tidak memberi dampak
Honduras. ASI Eksklusif (lahir dg Klp perlakuan (ASI+SF) pada usia 2,4,6 signifikan pada status vit A, B12, folat dan
berat 1500-2500 gram) diberi MPASI + Fe. bulan (Hb, Ht, Zn)
dibagi 2 klp : Fr, % transfer-
59 bayi EBF s/d usia 6 bln Bayi dg Hb< 100g/l pada rin saturation, Diantara bayi yg tidak diberi Fe pada usia 4
60 bayi ASI+SF usia 2 atau 4 bln, diberi Fe Vit A, B12, bln, status Fe lebih tinggi pada SF drpd EBF.
medicinal supplemen. Folat, Zn).
Diantara bayi diberi Fe pada usia 4 bln,
status Fe lebih tinggi pada EBF.

Pemberian suplemen Fe tidak memberi


keuntungan bila diberikan dalam MPASI
untuk usia 4-6 bln.

Saavedra et.al., 2004, RTC, double blind. Diberi susu standart isi: Dampak klinis
Baltimore Bayi sehat 3-24 bulan 1x10 7CFU/g Bifido lactis (intik formula, Tidak ada perbedaan nyata antara ke tiga
dan Streptococcus thermo- gastrointestinal kelompok dalam intik formula dan PB.
philus; Susu formu- la 1x10 tolerance,
6CFU/g B.lactis dan antropometri)
S.thremophilus; atau Susu
formula tanpa suplemen.

72
Hasil penelitian pengaruh MPASI terhadap pertumbuhan dan perkembangan bayi
Peneliti/Tempat Contoh/Disain Perlakuan Uji/test Hasil
Sus Widayani, 2007. 70 anak usia 18-38 bulan Intervensi 4 bulan pada Uji t dan Uji Kadar Hb dan Ferritin serum secara nyata
Bogor, Indonesia. dari GAKIN kelompok : Perlakuan Perbandingan lebih tinggi (p<0.05) pda kelompok
35 anak kelompok (Biskuit fortivikasi) dan rata-rata. perlakuan dibanding placebo dan Retinol
perlakuan dan 35 anak kelompok Kontrol serum lebih tinggi peningkatannya (p<0.05);
kelompok kontrol (placebo) Respon imun lebih tinggi (p<0.05) pada
RCT. kelompok perlakuan. Tidak terdapat
peningkatan status gizi anak pada ke2
kelompok

171 bayi 5-7 bulan dari 6 bulan intervensi : Diukur seblm Perubahan MDI dan PDI kelompok kontrol
Netty Herawati, 2005. GAKIN. Kelompok PS: diberi dan setlh lebih rendah dibanding PS, tetapi tidak berbe
Sukabumi dan Bogor Jawa Quasi-experimen. penyuluhan + stimulasi intervensi : dan nyata dibanding DPS.
Barat, Indonesia. Kelompok DPS: MPASI Bayley Test II,
Delvita + penyuluhan+ sti Pertumbuhan Faktor yang berkorelasi nyata dengan
mulus; Kelompok Kontrol BB, PB, status perubah an skor MDI dan PDI adalah PS,
hanya diberi penyuluhan. gizi , MDI, mutu konsumsi dan pengetahuan.
PDI; Diukur
akhir interven- Faktor determinan terhadap perubahan skor
si Hb dan Ht. PDI adlah penyuluhan dan stimulasi.

162 bayi sehat usia 6 Intervensi 3 bulan pada klp: Profil imunitas MPG secara bermakna (p<0.05) memiliki
Endang S. Sunaryo., 2004 bulan dengan BB/U antara 1.MPG (MPASI pemulih+ seluler, peluang untuk memperbaiki kekebalan tubuh
Indonesia. -0,5 SD sampai -2SD. L.Glutamat). pemeriksaan 4,3 kali lebih baik daripada MPK.
Experimen teracak buta 2.MPP (MPASI tanpa lab, test MPASI selama 3 bulan mampu meningkat-
ganda. L.Glutamat). tumbuh kan BB pada ketiga kelompok tersebut.
3.MPK (MPASI kontrol) kembang Penambahan L.Glutamat selama 3 bulan
pada kelompok MPG belum berdampak
terhadap pertumbuhan tapi ada kecenderung-
an bertambahan BB/U dan PB/U lebih baik.

73
Lampiran 2 Gambar proses pembuatan tepung Pury

1. Panen cocon 2. Pintal cocon

3. Limbah cocon 4. Ambil pupa dari cocon

5. Cuci sampai bersih 6. Kukus 10 menit

7. Saring ambil liquidnya 8. Tambah 10% maizena dan mix

a. Proses pembuatan liquid


74
1.Pengeringan dg OVEN 2. Pengeringan dg Drum Dryer

b. Alat pengering tepung Pury

1. Hasil pengeringan 2. Sesudah diblender

c. Tepung Pury sebelum dan sesudah diblender

75
Lampiran 3 Proses Pengemasan MPASI formula-Pury

1.Bahan MPASI formula Pury

a. Tepung beras merah 16,6 %


b. Tepung Pury 25,0 %
c. Tepunng tempe 16,6 %
d. Susu formula 16,6 %
e. Tepung gula putih 25,0 %
f. 3 macam rasa dan aroma
(pisang, vanilla, kacang ijo).

2. Pengemasan MPASI formula Pury 3. MPASI yang sudah dikemas

4. MPASI formula Pury siap edar @ 120 gram/bungkus

Rasa Pisang Rasa Vanila Rasa Kacang ijo.

76
Lampiran 4 Gambar Aktivitas skrining dan lingkungan desa

1. Puskesmas Teluknaga

2. Kegiatan skrining

3. Lingkungan tempat tinggal peserta program MPASI

77
Lampiran 5 Gambar Pengukuran pertumbuhan dan perkembangan bayi

1. Registrasi 2. Penimbangan

3. Pengukuran panjang badan 4. Pengukuran lingkar kepala

5. Pengambilan darah 6. Pengukuran perkembangan

78
Lampiran 6 Gambar aktivitas studi pada hewan percobaan : persiapan tikus dan
ransum serta pengukuran pertumbuhan tikus

1. Persiapan anak tikus 2. Persiapan ransum tikus

3. Timbangan tikus 4. Tikus dalam timbangan

5. Penimbangan berat badan 6. Pengukuran panjang badan

79
Lampiran 7 Questionaire
Form A: Data Umum
Efikasi MPASI-PURY terhadap Pertumbuhan Fisik dan Perkembangan Motorik
Bayi Gizi Kurang 6-11 Bulan (Kec. Teluk Naga, Tangerang)
=============================================================

I. IDENTITAS

Nomor ID: Tanggal Wawancara : / /

Nama Bayi :_________________ Desa :__________


Jenis Kelamin (1 laki-laki; 0 perempuan) Posyandu :__________
Tanggal lahir Bayi : / / Rt/Rw : ..... / .......
Bayi ini, anak ke : Nama Bapak : _________
Berat badan lahir : gram Nama Ibu : _________
Panjang badan lahir : , cm Petugas : _________

II. STATUS KESEHATAN & IMUNISASI


1. Apakah bayi sudah diimunisasi? 1.Ya 2.Tidak
2. Jenis immunisasi ( Isi 1=Ya, 2=Tidak) a. BCG1
b. DPT1/Polio1
c. DPT2/Polio 2
d. DPT3/Polio3
e. Polio 4
f. Campak
g. Hepatitis
3. Berapa kali bayi menderita sakit dalam 1 bulan terakhir? ...... kali
4. Gejala yang sering muncul saat bayi sakit? a. Panas
( Isi : 1=Ya, 2=Tidak) b. Batuk
c. Pilek
d. Berak-berak
e. Muntah-muntah
f. Gatal-gatal
g. Sesak napas

80
Kode Sampel :

5. Apa yang dilakukan bila bayi sakit ? a. Dibiarkan saja


(jawaban dapat lebih dari satu) b. Diberi obat tradisional
c. Diberi obat bebas
d. Dibawa ke dukun
e. Dibawa ke praktek
bidan/mantri/perawat
f. Dibawa ke praktek dokter.
g. Dibawa ke Puskesmas
h. Dibawa ke Rumah sakit

III. SOSIAL EKONOMI KELUARGA

1. Pekerjaan Ayah : ______________


2. Rata-rata pendapatan per bulan Rp
3. Pekerjaan Ibu : ______________
4. Rata-rata pendapatan per bulan Rp
5. Rata-rata pengeluaran keluarga untuk makan
per hari/minggu/bulan (lingkari yang dipilih) Rp

6. Rata-rata pengeluaran keluarga untuk non-pangan


(b.bakar, transport, berobat, arisan, dll)
per hari/minggu/bulan (lingkari yang dipilih) Rp

81
Kode Sampel :
Form B: Data Antropometri, Morbiditas dan Klinis.
Efikasi MPASI-PURY terhadap Pertumbuhan Fisik dan Perkembangan Motorik
Bayi Gizi Kurang 6-11 Bulan (Kec. Teluk Naga, Tangerang)
=============================================================

I. DATA ANTROPOMETRI (hasil pengukuran)

1. Berat badan : gram

2. Panjang badan : , cm.

3. Lingka kepala : , cm

II. DATA MORBIDITAS (hasil wawancara dan observasi dokter)

1. Diare / berak-berak (1. tidak ada, 2 ada)


2. Panas
3. Batuk
4. Pilek
5. Muntah-muntah
6. Gatal-gatal
7. Sesak napas
III. KLINIS (hasil observasi dan pemeriksaan dokter)
1. Keadaan umum (1. baik, 2.sedang, 3. tampak sakit)
2. THT (1.normal, 2. tidak normal)
3. Jantung (1.normal, 2. tidak normal)
4. Paru-paru (1.normal, 2. tidak normal)
5. Abdomen (1.normal, 2. tidak normal)
6. Ekstremitas (1.normal, 2. tidak normal)
7. Kelenjar getah bening leher/ketiak (1.normal, 2. tidak normal)
8. Diagnosis (1.normal, 2.infeksi saluran nafas atas, 3.infeksi saluran cerna,
4.penyakit kulit, 5.lain-lain, sebutkan ......................................)
9. BCG (1.ada, 2. tidak ada)
10. Kesimpulan (1.sehat, 2.ISPA, 3.Pneumonia, 4. gangguan gizi
5. lainnya, sebutkan ...............................)

82
Kode Sampel:
FORM C: PA (Pola Asuh)
Efikasi MPASI-PURY terhadap Pertumbuhan Fisik dan Perkembangan Motorik
Bayi Gizi Kurang 6-11 Bulan (Kec. Teluk Naga, Tangerang)
=============================================================

Nomor ID: Tanggal Wawancara : / /

Nama Bayi :_________________ Desa :__________


Jenis Kelamin (1 laki-laki; 0 perempuan) Posyandu :__________
Tanggal lahir Bayi : / / Rt/Rw : ..... / .......
Bayi ini, anak ke : Nama Bapak : _________
Berat badan lahir : gram Nama Ibu : _________
Panjang badan lahir : , cm Petugas : _________

I. ASI
1. Apakah bayi masih diberi ASI? (1.Ya, 2.Tidak)
Bila ya, lanjutkan ke pertanyaan no 2.
Bila tidak, lanjut ke pertanyaan no 4.

2. Berapa kali sehari bayi diberi ASI? (sebutkan ..... kali)

3. Berapa lama waktu untuk satu kali minum ASI? (sebutkan ..... menit)

4. Apakah bayi juga diberi minum susu formula ?


1. Ya, sebutkan jenisnya ............................... 2. Tidak

5. Bila ya, berapa kali sehari bayi minum susu formula ? ( .... kali)
(sebutkan takaran per kali minum: ........ sendok/takar).

83
Kode Sampel :

I II. MP-ASI

1. Apakah bayi sudah diberi makanan selain ASI dan susu formula ?
(1 Ya, 2.Tidak)
Bila Ya, sebutkan jenis bahan makanan yang diberikan 1................................
2...............................
3...............................
4...............................
5...............................

2. Bila Ya, sejak usia berapa bulan diberi MPASI? (sebutkan .... bulan)

3. Siapa yang menyiapkan makanan bayi (MPASI)?


1. Ibu, 2. Bapak 3.Nenek 4.Lainnya, sebutkan........

4. Siapa yang memberi (menyuapi) makanan (MPASI) pada bayi ?


1. Ibu, 2. Bapak 3.Nenek 4.Lainnya, sebutkan........

5. Apa yang dilakukan kalau bayi tidak mau makan ?


1. Dibiarkan 2. Dibujuk-bujuk 3. Dipaksa
4. Lainnya, sebutkan .............................

6. Bila bayi tidak menghabiskan MPASI yang sudah disiapkan, apa


Yang dilakukan ? (1.Dibuang, 2.Disimpan, sebutkan ................)

III. PERAWATAN KESEHATAN

1. Status imunisasi sesuai usia bayi (1.Lengkap, 2.Tidak lengkap)

2. Berapa kali bayi mandi dalam sehari ?


(1. Dua kali, 2.Satu kali, 3.Tidak tentu, 4.Tidak mandi)

3. Apakah bayi memakai peralatan makan dan minum khusus ?


(1.Ya, 2.Tidak 3.Tidak tahu).

4. Apakah bayi selalu ditimbang setiap bulan ?


(1.Ya, 2.Kadang-kadang, 3.Tidak pernah)

5. Apakah bayi mempunyai KMS ?


(1.Ya, 2.Tidak)

84
Lampiran 8 Form monitoring

FormD: Monitoring Status Gizi dan Intik Energi-Protein


Efikasi MPASI-PURY terhadap Pertumbuhan Fisik dan Perkembangan Motorik
Bayi Gizi Kurang 6-11 Bulan (Kec. Teluk Naga, Tangerang)
=============================================================

Nomor ID :

Nama Bayi :_______________ Desa :__________


Jenis Kelamin (1 laki-laki; 0 perempuan) Posyandu :__________
Tanggal lahir Bayi: / / Rt/Rw : ..... / .......
Nama Bapak : _______________________; Nama Ibu : _______________

Hasil Pengukuran Bulan ke:


Data Antropometri 0 1 2 3 4
............. ............. ............ ............ ...........
1. Berat Badan (gram)

2. Panjang Badan (cm)

3. Indeks BB/Umur :
- Nilai Z-skor .......... .......... .......... .......... ..........
- Status Gizi .......... .......... .......... .......... ..........

4. Indeks PB/Umur :
- Nilai Z-skor .......... .......... .......... .......... ..........
- Status Gizi .......... .......... .......... .......... ..........

5. Indeks BB/ PB :
- Nilai Z-skor .......... .......... .......... .......... ..........
- Status Gizi .......... .......... .......... .......... ..........

6. Lingkar kepala (cm) :


Kesimpulan :
Paraf Petugas /Tgl.

Data Intik Gizi


1. Energi (kkalori/hari)

2. % RDA untuk Energi

3. Protein (gram/hari)

4. % RDA untuk Protein.

Paraf Petugas/Tgl.

85
Form E: MonitoringStatus Kesehatan (Klinis dan Morbiditas)

Efikasi MPASI-PURY terhadap Pertumbuhan Fisik dan Perkembangan Motorik


Bayi Gizi Kurang 6-11 Bulan (Kec. Teluk Naga, Tangerang)
=============================================================

Nomor ID :

Nama Bayi :________________ Desa :__________


Jenis Kelamin (1 laki-laki; 0 perempuan) Posyandu :__________
Tanggal lahir Bayi: / / Rt/Rw : ..... / .......
Nama Bapak : _______________________; Nama Ibu : _______________

Hasil Pemeriksaan Bulan ke:


Keadaan Klinis 0 1 2 3 4
............. ............. ............ ............ ...........
1. Keadaan Umum
2. THT
3. Jantung
4. Paru-paru
5. Abdomen
6. Ekstremitas
7. Kelenjar getah bening
leher/ketiak
8. Diagnosis
9. BCG Skar
10. Kesimpulan
Morbiditas
1. Diare
2. Panas
3. Batuk
4. Pilek
5. Muntah-muntah
6. Gatal-gatal
7. Sesak nafas
Paraf Petugas /Tgl

86
FormF: MonitoringKepatuhan Konsumsi MP-ASI

Efikasi MPASI-PURY terhadap Pertumbuhan Fisik dan Perkembangan Motorik


Bayi Gizi Kurang 6-11 Bulan (Kec. Teluk Naga, Tangerang)
=============================================================

Nomor ID :

Nama Bayi :_______________ Desa :__________


Jenis Kelamin (1 laki-laki; 0 perempuan) Posyandu :__________
Tanggal lahir Bayi: / / Rt/Rw : ..... / .......
Nama Bapak : _______________________; Nama Ibu : _______________

Bulan : ..................................... Nama kader pj:

No. Hari Jml di- Ket. No. Hari Jml di- Ket.
konsumsi konsumsi
1. 16.
2. 17.
3. 18.
4. 19.
5. 20.
6. 21.
7. 22.
8. 23.
9. 24.
10. 25.
11. 26.
12. 27.
13. 28.
14. 29.
15. 30.
31.

Tingkat kepatuhan bulan ke .... (bulan ....................... )

Jumlah yang dikonsumsi


------------------------------ x 100% = -------------------- x 100 % = ........... %
Jumlah yang tersedia

87
Form G: Monitoring Status Biokimia dan Skor Skala Bayley

Efikasi MPASI-PURY terhadap Pertumbuhan Fisik dan Perkembangan Motorik


Bayi Gizi Kurang 6-11 Bulan (Kec. Teluk Naga, Tangerang)
=============================================================

Nomor ID

Nama Bayi :_______________ Desa :__________


Jenis Kelamin (1 laki-laki; 0 perempuan) Posyandu :__________
Tanggal lahir Bayi: / / Rt/Rw : ..... / .......
Nama Bapak : _______________________; Nama Ibu : _______________

DATA AWAL AKHIR PERUBAHAN

Data Biokimia:
1. Seng Serum ...................... ....................... .......................
2. fT4 Serum ....................... ....................... .......................
3. TSH serum ....................... ....................... .......................
Paraf petugas/tgl
.
Skor Skala bayley ....................... ......................... ..........................

Paraf Petugas/tgl.

88
Lampiran 10 Penjelasan mengenai penelitian efikasi MPASI terhadap tumbuh kembang
bayi gizi kurang.

Kami, mahasiswa S3 Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor, sedang


melakukan penelitian untuk mengetahui manfaat pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu
(MP-ASI) formula tepung pupa terhadap pertumbuhan fisik dan perkembangan motorik bayi gizi
kurang usia 6-11 bulan.
Calon subyek adalah bayi usia 6-7 bulan dengan keadaan gizi kurang dan karena itu
diminta ikut serta dalam penelitian ini. Gagal tumbuh sering terjadi pada anak-anak setelah usia 6
bulan yang disebabkan karena pemberian MP-ASI yang kurang tepat. Banyak studi menunjukkan
angka gizi kurang pada usia 6 bulan lebih besar dari usia 0-5 bulan (2,5 kali lipat), yang dapat
menggambarkan masalah gangguan langsung maupun tidak langsung pada tumbuh kembang
bayi. Untuk mencegah gagal tumbuh dan kembang yang semakin parah pada bayi, maka perlu
pemberian MP-ASI tepat waktu yaitu mulai 6 bulan.
Bila bersedia ikut, tim peneliti akan memberi MP-ASI pada calon subyek selama 4 bulan.
Penelitian akan berlangsung selama 6 bulan. Sebelum dan setiap bulan selama penelitian serta
setelah penelitian akan dilakukan pemeriksaan kesehatan oleh dokter dan penilaian status gizi
oleh ahli gizi. Selain itu sebelum dan sesudah penelitian akan dilakukan penilaian perkembangan
motorik dan kecerdasan calon subyek oleh dokter spesialis anak, serta pengambilan contoh darah
sebanyak satu sendok makan oleh perawat yang terlatih dengan menggunakan jarum suntik.
Pengambilan darah dari pembuluh darah lengan biasanya hanya menimbulkan rasa nyeri
ringan, namun terkadang juga dapat terjadi infeksi dan/atau bengkak dan warna biru yang baru
sembuh setelah beberapa hari. Pengambilan darah umumnya tidak menimbulkan rasa sakit bila
dilakukan tenaga terlatih (perawat) dengan teknik yang higienis dan menggunakan jarum kupu-
kupu sekali pakai.
Bila timbul rasa sakit setelah pengambilan darah atau timbul efek samping selama
pemberian MP-ASI, calon subyek ak an diberi pertolongan dan dibebaskan dari biaya yang
diperlukan untuk itu.
Orang tua calon subyek bebas menolak ikut dalam penelitian ini. Bila orang tua telah
memutuskan untuk ikut, anda juga bebas untuk mengundurkan diri setiap saat tanpa
menyebabkan berubahnya kualitas pelayanan dari tim peneliti.
Semua data penelitian ini akan diperlakukan secara rahasia sehingga tidak
memungkinkan orang lain menghubungkannya dengan anda sebagai orang tua calon subyek.
Selama calon subyek ikut dalam penelitian, setiap informasi baru yang dapat
mempengaruhi pertimbangan anda untuk terus ikut atau berhenti dari penelitian ini akan segera
disampaikan kepada anda.
Bila anda tidak menaati instruksi yang diberikan oleh tim peneliti, calon subyek dapat
dikeluarkan setiap saat dari penelitian ini.
Bila anda memutuskan untuk tidak ikut dalam penelitian ini calon sibyek akan mengikuti
penatalaksanaan rutin sebagaimana yang anda tempuh selama ini, yaitu mendapatkan
pemeriksaan kesehatan dan penilaian status gizi setiap bulan.
Anda sebagai orang tua calon subyek diberi kesempatan untuk menanyakan semua hal
yang belum jelas sehubungan dengan penelitian ini.
Bila sewaktu-waktu terjadi efek samping atau membutuhkan penjelasan, anda dapat
menghubungi Ibu Juliasih, AMG di Puskesmas Teluk Naga Jl. Raya kampong Melayu Teluk Naga,
Tlp. 021-99562853; atau Ir. Trina Astuti hp. 0816927800.

90
KODE SAMPEL :

Formulir Persetujuan

Semua penjelasan diatas telah disampaikan kepada saya dan semua pertanyaan saya
telah dijawab oleh tim peneliti. Saya mengerti bahwa bila masih memerlukan penjelasan, saya
akan mendapat jawaban dari Ibu Juliasih, AMG atau Ir. Trina Astuti, MPS.
Dengan menandatangani formulir ini, saya setuju calon subyek untuk ikut dalam penelitian
ini.

Tanda tangan orang tua/wali subyek: Tanggal:

(Nama jelas: ...................................... )

Orang tua / wali dari subyek, Nama : ....................................


Sex : ....................................
Tgl Lahir : .................................
Posyandu : .................................
Desa : ....................................

Tandatangan saksi:

(Nama jelas: .................................... )

91
Lampiran 13 Monitoring hasil percobaan pada hewan tikus

a.Perkembangan Berat Badan tikus (gr),

Kelompok 23-6 26-6 30-6 3-7 7-7 10-7 14-7 17-7 21-7
I
(Komersial)
1 53,5 57,0 63,3 55,9 66,2 69,4 79,5 78,9 79,6
2 53,7 62,1 69,3 69,4 70,2 75,5 78,2 81,3 83,6
3 51,0 51,1 50,8 52,9 54,9 56,8 60,7 65,8 71,9
4 52,5 58,2 64,5 58,0 59,4 69,5 79,8 85,3 85,4
5 50,0 53,5 51,2 56,5 67,1 71,5 79,3 80,0 81,3
6 52,1 56,1 48,5 55,7 60,3 65,1 71,4 73,1 76,6
7 53,5 60,4 66,5 71,9 76,0 85,0 91,7 94,8 98,1

II (Pury)
1 53.9 63,0 74,6 80,5 86,5 91,6 95,4 99,5 115,3
2 53,8 67,1 81,6 89,2 98,9 105,1 118,1 127,2 141,3
3 50,9 57,1 70,5 75,2 77,7 77,8 92,1 102,0 116,2
4 52,6 59,2 74,3 85,2 92,3 102,8 112,8 119,5 131,8
5 51,8 50,0 66,3 77,6 89,8 97,7 107,3 116,0 129,4
6 49,7 57,1 73,6 81,5 91,5 102,2 113,2 120,6 136,4
7 53,3 59,6 72,1 78,7 84,3 88,2 91,8 104,8 106,6

III(Standar)
1 53,6 66,2 77,0 81,8 91,0 102,5 124,4 132,6 136,7
2 52,2 71,7 82,2 91,1 101,7 110,5 120,7 130,5 139,5
3 51,0 59,5 68,5 76,8 86,6 97,5 117,8 123,6 144,7
4 52,8 59,7 70,0 77,3 88,5 99,0 115,8 122,0 137,7
5 51,2 61,6 77,8 82,1 93,8 104,7 117,6 120,8 135,8
6 53,0 58,7 72,3 79,6 89,5 98,5 116,3 118,6 134,6
7 54,0 79,4 88,3 95,8 107,8 120,1 130,7 142,4 157,9

IV(PureSac)
1 52,8 53,7 72,7 79,6 83,5 91,1 99,3 107,7 125,6
2 53,2 64,7 86,0 91,4 97,8 108,6 125,0 121,2 146,7
3 51,2 59,5 81,8 95,4 113,3 119,1 127,7 123,4 141,7
4 52,2 63,0 76,9 85,6 86,2 98,7 114,3 109,4 115,1
5 53,7 58,0 69,5 74,7 76,7 86,7 99,8 100,5 124,2
6 51,7 53,9 67,5 77,4 87,8 96,2 110,7 109,8 115,1
7 53,4 68,2 75,8 93,1 107,9 122,2 126,2 130,8 135,3

99
b.Perkembangan Panjang Badan (gr)

Kelompok 23-6 26-6 30-6 3-7 7-7 10-7 14-7 17-7 21-7
I
(Komersial)
1 11,5 11,7 12,0 14,0 14,8 14,9 15,0 15,2 15,5
2 12,2 12,6 13,0 13,8 14,1 14,3 14,6 14,9 15,7
3 11,2 11,7 12,5 13,5 13,7 13,9 14,1 14,2 14,6
4 12,5 12,7 13,0 13,6 14,3 14,6 15,2 15,7 16,3
5 11,5 11,8 12,0 14,0 14,3 14,8 15,3 15,6 15,8
6 11,0 11,9 13,0 13,6 14,0 14,3 14,5 14,8 15,4
7 10,8 11,6 12,0 14,1 15,0 15,4 15.6 16,0 16,8

II (Pury)
1 11,8 12,6 13,5 14,2 15,0 15,3 15,6 16,1 16,8
2 11,1 11,9 13,0 14,7 15,5 16,3 16,3 16,8 16,9
3 11,5 12,3 13,5 13,6 14,4 15,2 15,7 16,2 16,8
4 10,9 11,8 12,5 14,8 15,4 16,2 16,6 16,9 17,4
5 11,2 12,1 13,0 13,8 15,2 16,4 16,8 16,8 17,0
6 11,0 12,1 13,0 14,9 15,2 15,8 16,6 16,7 16,9
7 11,6 12,2 13,0 14,9 15,4 16,2 16,4 16,7 17,0

III(Standar)
1 11,5 12,3 13,5 15,1 15,5 16,5 17,4 17,8 18,4
2 11,7 12,6 13,5 15,2 15,6 16,2 16,6 17,1 17,6
3 11,6 12,6 13,5 15,3 15,7 16,1 16,8 17,3 17,8
4 11,0 11,9 13,0 15,1 15,0 16,0 16,6 16,9 16,9
5 11,0 12,0 13,0 14,2 15,1 15,8 16,5 16,8 17,3
6 11,9 12,1 12,5 15,4 15,6 15,7 16,3 16,9 16,8
7 11,9 12,9 14,0 15,0 15,8 17,2 17,3 18,0 18,4

IV(Pur Sac)
1 11,4 12,3 13,5 15,0 15,5 15,9 16,0 17,4 17,6
2 11,6 12,3 13,5 16,1 15,2 15,8 16,8 17,2 17,3
3 11,1 12,0 13,0 15,5 15,8 16,8 17,1 17,3 17,8
4 12,0 13,1 14,0 15,0 15,3 15,6 15,8 16,4 17,5
5 11,0 12,0 13,0 13,8 14,3 14,9 15,7 16,2 16,7
6 11,0 12,1 13,0 14,8 15,4 15,5 15,6 16,0 16,8
7 12,2 13,1 14,0 15,4 16,0 17,0 17,2 17,5 18,0

Ket : Panjang badan diukur dari ujung kepala sampai pantat, menggnakan pengukur
panjang badan dengan ketelitian 0,1 cm

100
c. Perkembangan Panjang Ekor (cm)

Kelompok 23-6 26-6 30-6 3-7 7-7 10-7 14-7 17-7 21-7
I
(Komersial)
1 11,0 11,0 11,2 12,6 13,2 13,5 14,3 14,4 15,5
2 11,5 11,8 12,2 12,3 12,6 13,7 14,2 14,9 15,7
3 10,5 10,7 11,2 11,9 12,5 12,8 12,8 13,0 13,2
4 9,5 10,0 11,5 11,8 12,1 12,9 13,6 14,2 15,1
5 10,2 10,5 11,9 12,4 13,5 14,3 14,7 15,3 15,8
6 11,0 11,7 12,6 12,8 13,3 13,5 13,8 14,0 14,5
7 10,8 11,7 12,9 13,2 13,6 14,0 14,5 15,0 15,7

II (Pury)
1 10,5 11,6 13,6 13,8 14,2 14,4 14,6 14,9 15.2
2 10,5 11,8 13,8 14,1 14,4 14,5 14,8 15,0 15,2
3 10,5 11,9 13,8 14,2 14,7 15,0 15,4 15,8 16,2
4 11,5 12,1 13,3 14,1 14.8 15,3 15,8 16,8 17,5
5 11,5 12,7 14,2 14,5 15,0 15,5 15,7 16,2 17,3
6 11,0 12,2 13,1 13,9 14,7 15,1 15,7 15,9 16,4
7 11,7 12,3 13,5 13,8 14,5 15,0 15,6 16,1 16,5

III(Standar)
1 10,5 11,6 12,8 13,4 14,6 15,1 15,8 16,9 17,5
2 11,5 12,6 14,6 14,9 15,3 15,5 15,9 16,4 16,5
3 10,5 11,7 13,2 14,0 14,8 15,0 15,6 16,2 16,7
4 10,0 11,5 12,5 12,9 13,4 14,5 14,9 15,8 16,7
5 10,7 11,2 11,8 12,6 13,2 13,8 14,7 15,5 16,1
6 10,5 11,4 13,7 13,9 14,2 14,6 15,5 15,9 16,2
7 11,0 12,9 14,5 14,9 15,5 16,0 16,5 17,3 17,9

IV(Pur Sac)
1 11,0 11,5 12,2 12,9 14,0 14,8 15,2 15,5 15,8
2 11,0 12,4 13,1 13,6 14,3 14,7 15,1 15,4 15,5
3 10,1 12,8 13,5 13,8 14,5 15,1 15,6 16,1 16,4
4 11,2 11,6 12,8 13,0 13,5 13,8 14,1 14,8 15,7
5 10,3 11,6 12,8 12,9 13,1 13,8 14,5 14,8 15,2
6 10,7 11,2 12,7 13,0 13,4 13,8 14,4 14,9 15,5
7 11,5 12,4 13,1 13,6 14,0 15,7 16,9 17,3 17,4

Ket : Panjang ekor diukur mulai dari pangkal ekor sampai ujung ekor, menggnakan
pengukur panjang badan dengan ketelitian 0,1 cm

101
d. Ransum Percobaan untuk PER

Ransum Percoban MP ASI Komersil MP ASI Pury Ransum Standar


(gr) (gr) (gr)
* Formula 900 500 520
Minyak 40 35 35
Pati jagung 55 460 440
Sellulose 5 5 5
* Formula adalah bahan dasar, didapat dari ransum yang digunakan untuk uji.

Analisis ransum untuk PER mengandung + 10 % protein, + ,10 % lemak,


serat kasar + 2 % , abu sekitar 5 % dan sisanya karbohidrat

Protein Eficiency Ratio (PER) dihitung dengan rumus


Pertambahan Berat Badan
PER = ------------------------------
Protein yang dikonsumsi

MP Kenaikan Konsumsi PER


Ransum Kenaikan Konsumsi PER
ASI berat makanan
Standar berat makanan
Kom badan (gr)
badan (gr)
(gr)
(gr)
1 26,1 178,3 1,5
1 83,1 243,7 3,4
2 29,9 179,9 1,7
2 87,3 240,2 3,6
3 20,9 154,3 1,4 3 93,7 250 3,7
4 32,9 230,2 1,5 4 84,9 254,3 3,3
5 31,3 212,8 1,5
5 84,6 247,3 3,4
6 24,5 147,2 1,7
6 81,6 232,1 3,5
7 44,6 240,8 1,9
7 103,9 270 3,8
Rataan
Rataan
+ SD
+ SD
MP Kenaikan Konsumsi PER
ASI berat makanan
Pury badan (gr)
(gr)
1 61,4 207,2 2,8
2 87,2 226,2 3,7
3 65,3 211,9 3,0
4 79,2 244,8 3,1
5 77,6 229,4 3,3
6 86,7 246,8 3,4
7 53,3 189,3 2,7
Rataan
+ SD

102
Kesimpulan : Nilai PER MP ASI Pury dari penelitian ini ternyata lebih baik
dibandingkan dengan MPASI Komersial dan tidak menimbulkan
kelainan dari organ tubuh yang diperiksa pada pemeriksaan patologis
anatomis..

Dilakukan pemeriksaan patologis anatomis dari beberapa organ ( hati, ginjal,


paru, jantung, limpa dan otak) , setelah pemberian ransum selama satu bulan.
Organ tersebut diperiksa setelah dilakukan pembedahan.
Tidak ditemukan kelainan anatomi dari beberapa organ tersebut (t.a.a),
menunjukkan bahwa ransum percobaan yang digunakan untuk konsumsi tidak
menimbulkan efek samping terhadap organ tikus.

103
e. Berikut adalah berat organ (gr) dari beberapa perlakuan

Kelompok BB Hati ginjal paru jantung limpa otak


akhir
(gr)
I
(Komersial)
1 79,6 6,2940 0,7096 0,8052 0,4267 0,2471 1,3580
2 71,9 4.8996 0,6394 0,7980 0,3403 0,3021 1,3893
3 85,4 6,4180 0,8553 0,7172 0,4808 0,2783 1,3717
4 81,3 7,0820 0,7445 0,6870 0,4656 0,2181 1,3770
5 76,6 5,4923 0,7439 0,7371 0,4215 0,3062 1,4916
6 98,1 6,7870 0,8924 0,9288 0,4884 0,2994 1,5151

II (Pury)
1 115,3 5,8085 1,0099 0,9362 0,4725 0,5276 1,5437
2 141,3 6,7492 1,1065 1,1720 0,5310 0,5855 1,4582
3 116,2 6,3208 1,1445 0,9745 0,5190 0,4756 1,6106
4 131,8 6,6346 1,1110 1,1199 0,5866 0,7106 1,5786
5 129,4 5,9564 1,1143 1,1877 0,5908 0,7373 1,6084
6 136,4 5,4169 1,0454 1,0852 0,5759 0,3388 1,3431

III(Standar)
1 136,7 6,4625 1,3171 1,2121 0,6037 0,7702 1,5485
2 139,5 6,2229 1,1168 1,0304 0,5564 0,7627 1,5754
3 144,7 5,0244 1,1590 1,2769 0,5625 0,4250 1,3370
4 137,7 5,5256 0,9776 0,9553 0,5194 0,3910 1,4076
5 135,8 5,2426 0,9272 0,9589 0,5466 0,3580 1,3935
6 134,6 4,8872 0,8387 1,1686 0,5208 0,3470 1,3632

IV(Pur Sac)
1 125,6 5,4692 1,0372 0,9766 0,5090 0,5786 1,5423
2 146,7 6,9973 1,2514 1,1752 0,5950 0,4731 1,5603
3 141,7 6,1646 1,0002 1,1832 0,5342 0,3345 1,4395
4 115,1 6,4574 1,0186 0,9395 0,4975 0,3324 1,3526
5 124,2 5,8463 1,0227 1,0815 0,5107 0,3441 1,4535
6 115,1 6,2182 0,9107 1,0332 0,4403 0,5233 1,4034

104

Das könnte Ihnen auch gefallen