Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
TRINA ASTUTI
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009
PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN
SUMBER INFORMASI
Trina Astuti
NIM A561050021
ABSTRACT
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan
pendidikan, penelitian, penulisan ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,
atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan
kepentingan yang wajar IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya tulis
dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.
PENGEMBANGAN MPASI
BERBASIS PUPAE-MULBERRY (PURY):
EFIKASINYA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN
MOTORIK BAYI GIZI KURANG
TRINA ASTUTI
Disertasi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Doktor pada
Program Studi Gizi Masyarakat
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009
Penguji pada Ujian Tertutup : Dr. Ir. Sri Anna Marliati, M.S.
Dr. Ir. Budi Setiawan, M.S.
Penguji pada Ujian Terbuka : Prof. dr. H. Fasli Jalal, PhD., SpGK
Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, M.S.
Judul Disertasi : Pengembangan MPASI berbasis Pupae-Mulberry (Pury):
Efikasinya terhadap Pertumbuhan dan Motorik Bayi Gizi
Kurang
Nama : Trina Astuti
Nomor Pokok : A561050021
Disetujui
Komisi Pembimbing
Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS. Prof. Agus Firmansyah, MD., PhD.
Anggota Anggota
Mengetahui
Dr. drh. M.Rizal Martua Damanik, M.Rep,Sc. Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS
Halaman
xvi
Dampak Pemberian MPASI terhadap Pertumbuhan Fisik pada
Hewan Percobaan. 49
Kontribusi MPASI terhadap Asupan Energi dan Protein Sehari . 52
Dampak MPASI terhadap Perubahan Status Biokimia Darah . 54
Dampak MPASI terhadap Pertumbuhan Fisk dan Status gizi Bayi 57
Perubahan berat badan, panjang badan dan lingkar kepala . 57
Perubahan nilai z-skor . 59
Perubahan status gizi bayi 60
Dampak MPASI terhadap Perkembangan Motorik Bayi . 61
Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Fisk Bayi .. 62
Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Motorik Bayi . 64
Kesimpulan ........................................................................................... 65
Saran ..................................................................................................... 66
xvii
DAFTAR TABEL
Halaman
xviii
23.Kandungan mineral dalam 100 gram produk MPASI-Pury dan MPASI-
komersial 46
24. Analisis beaya MPASI berdasarkan formula, teknik pengolahan dan
tempat penjualan . 49
xix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Faktor-faktor penyebab gizi buruk ........................................................ 12
2. Kerangka pemikiran efikasi MPASI-Pury terhadap pertumbuhan
fisik dan perkembangan motorik bayi gizi kurang 6-12 bulan ............... 23
3. Skema cara pengambilan contoh ............................................................ 29
4. Profil studi ............. ................................................................................. 34
5. Skema pembuatan Pury .......................................................................... 38
6. Grafik perrtumbuhan berat badan, panjang badan dan panjang ekor pada
tikus percobaan berdasarkan pemberian ransum ..................................... 50
7. Rata-rata perubahan pertumbuhan fisik pada tikus percobaan berdasarkan
pemberian ransum .................................................................................... 51
8. Asupan energi dan protein pada bayi sebelum dan setelah intervensi
berdasarkan kelompok perlakuan (a=0.05) ...... 52
9. Rata-rata intik (asupan) energi dan protein setelah intervensi berdasarkan
kelompok perlakuan 53
10.Kadar Zinc dalam serum sebelum dan sesudah intervensi berdasarkan
kelompok perlakuan (a=0.05) . 55
xx
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Hasil penelitian pengaruh MPASI terhadap perhubungan dan perkembangan
bayi .... 72
2. Gambar proses pembuatan tepung Pury .... 74
3. Proses pengemasan MPASI formula-Pury .... 76
4. Gambar aktivitas skrining dan lingkungan desa .... 77
5. Gambar pengukuran pertumbuhan dan perkembangan bayi . 78
6. Gambar aktivitas studi pada pada hewan percobaan: persiapan tikus dan
ransum, serta pengukuran pertumbuhan tikus .. 79
7. Questionaire .............................. .............................................................. 80
8. Form Monitoring ..................................................................................... 85
9. Keterangan Lolos Kaji Etik (Ethical Clearance) ....................................... 89
10. Naskah Penjelasaan Sebelum Persetujuan (PSP) dan Formulir Persetujuan 90
11. Ijin melakukan penelitian di Puskesmas Teluknaga ............................... 92
12. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 224/Mmenkes/SK/11/2004 ...... 93
13. Monitoring hasil percobaan pada hewan tikus ......................................... 99
xxi
PENDAHULUAN
Latar Belakang
2
2000). Studi efikasi suplemen dengan vitamin A dan mineral menghasilkan
dampak positif pada status gizi mikro (kenaikan Hb dan zinc plasma serta
menurunkan prevalensi anemia) (Gibson et al, 2004) walau tidak menunjukkan
dampak yang nyata pada pertumbuhan, namun pengaruh suplementasi gizi mikro
lebih kuat terhadap peningkatan pertumbuhan bayi yang kurang gizi dibanding
bayi yang cukup gizi (Sunawang, 2005). Jadi, pemberian MPASI yang tepat
sangat penting bagi semua bayi dan terpenting bagi bayi dengan gizi kurang
(karena BBLR atau faktor lain) agar dapat mengejar pertumbuhan fisik dan
perkembangan motorik seperti bayi dengan riwayat berat lahir normal.
Pupae (selanjutnya disebut dengan pupa) adalah bagian isi dari kokon
yang merupakan produk samping dari industri pembudidayaan ulat sutera. Rata-
rata produksi kokon nasional tahun 2005 sebesar 250 ton yang menghasilkan
31.25 ton (12.5%) benang sutera (Kaomini, 2006a). Artinya bahwa hanya 12,5%
dari total kokon yang dimanfaatkan, sedangkan sisanya 87.5% termasuk pupa
merupakan limbah yang bila tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan
cemaran lingkungan (udara dan air) bagi penduduk sekitar sentra industri sutera.
Pupa telah dimanfaatkan sebagai pangan di negara Asia Selatan seperti China
(asam amino pupa untuk soft drink dan bahan tambahan pembuatan kokies dll),
Korea (snack dan diet DM) dan Bangladesh (konsumsi pupa tanpa diolah)
(Singhal et al, 2001), namun masih belum berkembang pemanfaatannya sebagai
sumber pangan yang bergizi di Indonesia. Jepang sudah memanfaatkan pupa
kering untuk diambil minyaknya sebagai minyak rambut, sabun dan lilin yang
berkualitas tinggi, sedangkan sisa ekstrak digunakan untuk makanan unggas, ikan
dan babi (Kaomini, 2006b). Pupa jenis tussah digunakan sebagai obat penurun
3
kolesterol dan tekanan darah karena mengandung lebih dari 70% asam lemak tak
jenuh ganda dan untuk obat hepatitis karena mengandung 36% asam amino
esensial (Huang, 2001).
Perumusan Masalah
4
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Mela lui studi ini diharapkan tersedia MPASI formula Pury lengkap
dengan informasi mutu gizi dan keamanan pangan, dampaknya terhadap
perubahyan status biokomia, pertumbuhan fisik dan perubahan status gizi, serta
perkembangan motorik pada bayi gizi kurang. MPASI-Pury diharapkan dapat
digunakan sebagai alternatif ketersediaan MPASI yang mendukung kelanjutan
program Pemerintah.
5
TINJAUAN PUSTAKA
Tumbuh-kembang Anak
Pertumbuhan fisik
Proses tumbuh-kembang merupakan proses yang berkesinambungan
mulai dari konsepsi sampai dewasa, yang mengikuti pola tertentu yang khas untuk
setiap anak, mencakup pencapaian kemampuan baru dan ketrampilan serta
pertumbuhan fisik. Proses tersebut merupakan proses interaksi yang terus
menerus serta rumit antar faktor genetik dan faktor lingkungan (Markum, 1991;
Ming and Roach, 2007). Penilaian tumbuh-kembang perlu dilakukan untuk
menentukan apakah tumbuh-kembang seorang anak berjalan normal atau tidak
(WHO-MGRS, 2006b).
Skala Bayley III bagi perkembangan bayi (The Bayley Scale of Infant
Development, BSID-III) adalah rangkaian pengukuran standart yang digunakan
terutama untuk menilai perkembangan motorik (halus dan kasar), bahasa (receptif
dan expressif), dan cognitif dari bayi dan anak usia 0-3 tahun (Bayley, 2006).
Pengukuran terdiri dari rangkaian tugas perkembangan yang memerlukan waktu
antara 45-60 menit. Skor mentah dari pencapaian tugas yang dapat diselesaikan
anak dikonversi kedalam skor skala dan skor komposit. Skor ini yang digunakan
untuk menentukan prestasi anak dibanding prestasi anak normal sesuai usia yang
tinggal di Negara berkembang. Terdapat 7 kategori untuk penilaian komposit
seperti pada Tabel 3.
Spesifikasi teknis MPASI bubuk instan untuk bayi 6-12 terbuat dari
campuran beras dan atau beras merah, kacang hijau dan atau kedele, susu, gula,
minyak nabati, dan diperkaya dengan vitamin dan mineral serta ditambah dengan
penyedap rasa dan aroma (flavor). Sesuai Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia, nomor 224/Menkes/SK/II/2007 tanggal 26 Februari 2007, ditetapkan
komposisi gizi dalam 100 gram bubuk instan seperti pada Tabel 7.
Tabel 7 Komposisi gizi dalam 100 gram MPASI bubuk instan untuk bayi 6-12 bulan
Unsur mineral zinc terdapat disemua cairan dan jaringan tubuh. Jumlah
keseluruhan 30 mmol (2g). Sebanyak 60% dari total tubuh terdapat dalam tulang
otot dan 30% pada massa tulang, dengan konsentrasi zinc 1.5 3 mcmol/g (100-
200 mcg/g). Konsentrasi zinc pada lean body mass + 0.46 mcmol/g (30mcg/g).
Rata-rata perubahan zinc dalam plasma cepat dan yang tercermin hanya 0.1% dari
total zinc dalam tubuh (FAO-UN and WHO, 2001).
Zinc merupakan komponen penting dari sejumlah besar (>300) enzim
yang berpartisipasi dalam pembentukan dan pemecahan karbohidrat, lemak,
protein dan asam nukleat yang sama seperti metabolisme mikronutrien lain
dengan Kadar normal dalam serum 10.7 20.0 mol/L. Zinc menstabilisasi
struktur molekuler dari komponen dan membran seluler, dan ikut memelihara sel
serta integritas organ. Zinc berperan penting dalam polynucleotide transcription
dan proses ekskresi gen. Zinc mempunyai peran sentral dalam sistem imun,
mempengaruhi sejumlah aspek imunitas seluler dan humoral. Defisiensi zinc
yang menyebabkan penurunan dalam aktifitas hormon thymic telah disarankan
bahwa lebih dari 80% dari thymic factor activity (TFA) diukur dengan assay yang
tergantung pada zinc. Pada keadaan kekurangan zinc maka kemampuan untuk
membentuk sel cytotoxin (Tc) dalam kelenjar limpa (spleen) akan terganggu.
Pada sisi lain kelebihan intik zinc juga mengganggu respon zinc (Chandra, 1985).
Meerarani, et al (2000), mempelajari efek defisiensi zinc dan suplementasi
pada induksi apoptosis dengan mengukur aktifitas caspase 3, cell binding of
annexin V, serta fragmentasi DNA. Data menunjukkan bahwa zinc penting untuk
integritas sel endothelial dalam system darah, barangkali dengan mengatur
kejadian-kejadian signal untuk menghambat kematian sel apoptotic.
Gejala klinis yang tampak pada defisiensi zinc tingkat berat adalah
pertumbuhan yang terhambat, tertundanya kematangan sex dan tulang, luka kulit,
diare, gangguan nafsu makan, kekebalan tubuh menurun, dan perubahan perilaku.
Dampak defisiensi zinc tingkat ringan dan sedang kurang jelas. Berkurangnya
rata-rata pertumbuhan dan kerusakan pertahanan imum merupakan tanda
kekurang zinc tingkat sedang. Dampak lain seperti rusaknya rasa dan penciuman,
tertundanya penyembuhan luka yang dikatakan sebagai rendahnya intik zinc
kurang dipantau secara konsisten (FAO-UN and WHO, 2001).
Ragib, et al. (2004) melakukan studi pada anak usia 12-59 bulan yang
terinfeksi Shigella dengan metode randomized, double-blind, placebo-controlled
trial. Elemen zinc (20 mg) dan multivitamin (vitamin A, D, Thiamin, riboflavin,
nicotinamide dan Ca) yang diberikan dengan dosis dua kali RDA setiap hari
selama 2 minggu pada kelompok Zinc (n=28), sedangkan multivitamin saja
diberikan pada kelompok kontrol (n=28). Standar terapi antibiotik diberikan
untuk ke dua kelompok. Hasil studi menunjukkan konsentrasi serum zinc
meningkatkan pada kedua kelompok selama penyembuhan penyakit, dan
suplementasi zinc menunjukkan efek yang signifikan. Respon perkembang
biakan (proliferasi) lymphocyte pada kelompok zinc relatif meningkat dibanding
kelompok kontrol (P=0,002), tetapi tidak terdapat efek yang signifikan yang
terlihat pada konsentrasi cytokine (IL2 dan IFN ? ) yang dilepas dari sel mitogen-
stimulated mononuclear atau konsentrasi cytokine (IL2, IFN ?, IFN 1 ) dalam
feces. Diantara antigen (LPS dan Ipa) antibody specific, plasma Ipa-specif ic
Immunoglobulin G pada hari ke 30 yang secara signifikan merespon lebih tinggi
pada kelompok zinc daripada kontrol. Namun demikian, kedua kelompok tidak
berbeda secara nyata dalam respon antigen-spesifik yang lain dalam plasma dan
feses.
Pupa adalah bagian isi dari kokon yang merupakan produk sampingan dari
industri pembudidayaan ulat sutera. Pupa telah dimanfaatkan sebagai pangan di
negara-negara Asia dalam bentuk tepung. Di Hongkong, China, Korea dan
Jepang dijual sebagai makanan komersial untuk sumber protein hewani dalam
sup dan saus, yang merupakan makanan khusus bagi diet penderita jantung dan
diabet karena kandungan kolesterol yang rendah (Singhal et al, 2001). Pupa jenis
tussah digunakan sebagai obat penurun kolesterol dan tekanan darah karena
mengandung lebih dari 70% asam lemak tak jenuh ganda dan untuk obat hepatitis
karena mengandung 36% asam amino esensial (Huang, 2001).
Pupa yang berasal dari ulat sutra Mulberry yang dibuat tepung (powder)
selanjutnya disebut Pury (Astuti dan Kusharto, 2009) berpotensi sebagai sumber
pangan yang bergizi dan dapat digunakan sebagai alternatif bahan formula
MPASI. Rata-rata produksi kokon nasional tahun 2005 sebesar 250 ton yang
menghasilkan 31.25 ton (12.5%) benang sutera (Kaomini, 2006a). Artinya bahwa
hanya 12.5% dari total kokon yang dimanfaatkan, sedangkan sisanya 87.5%
termasuk pupa merupakan limbah yang bila tidak dikelola dengan baik akan
menimbulkan cemaran lingkungan (udara dan air) bagi penduduk sekitar sentra
industri sutera. Melalui teknologi sederhana, limbah pupa hasil samping produksi
sutera dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan yang mempunyai nilai gizi dan
ekonomi serta ramah lingkungan. Setengah dari limbah pupa akan menghasilkan
liquid pupa untuk tepung Pury dan setengahnya sebagai pakan ternak baik unggas
maupun ikan, sehingga tidak ada limbah yang tersisa yang mencemari lingkungan.
Secara budaya, daya terima pupa Mulberry di India bagian Timur
mencapai + 24.6% pada kelompok usia 21-30 tahun keatas (P>0.05). Alasan
mengapa pupa diterima responden di India adalah karena memang secara tradisi
sudah diterima (83.4%), alasan rasa (70.3%), menambah variasi dalam diet
(55.0%) dan 43.9% karena alasan ketersediaan. Walau tidak biasa dimakan,
adanya makanan dari pupa secara lokal dapat digunakan sebagai bahan pengganti
yang secara budaya mempunyai daya terima dan nilai gizi tinggi serta dapat
digunakan sebagai makanan alternatif yang berpotensi bagi penduduk yang
kurang gizi (Mishra et al, 2006).
Tabel 9 Komposisi Asam Amino dari pupa ulat sutera dan rujukan FAO
untuk protein.
Kerangka Pemikiran
Kualitas anak atau kelangsungan hidup anak yang baik tercermin dari
pertumbuhan dan perkembangan yang normal yang merupakan dua proses atau
peristiwa yang sifatnya berbeda tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan.
Pertumbuhan dan perkembangan anak secara langsung dipengaruhi cukup
tidaknya asupan energi dan zat gizi serta ada tidaknya penyakit infeksi. Asupan
energi dan zat gizi yang kurang dalam waktu lama menyebabkan anak mudah
terserang penyakit. Adanya infeksi menyebabkan kebutuhan tubuh akan zat gizi
meningkat, sementara nafsu makan menurun sehingga kesehatan tubuh semakin
memburuk. Perkembangan selanjutnya dapat berpengaruh pada kecerdasan dan
produktivitas kerja dimasa dewasa. Faktor penyebab tak langsung adalah pola
asuh yang kurang tepat seperti pemberian ASI, MPASI, dan perawatan kesehatan
bayi, ketersediaan pangan keluarga, dan pelayanan kesehatan.
Indikator pertumbuhan fisik yang mudah diukur secara periodik (satu atau
tiga bulan sekali) adalah berat badan, panjang badan dan lingkar kepala,
sedangkan indikator sub klinis yang dapat menilai normal tidaknya cadangan
22
dalam darah adalah kadar zinc dalam serum dan konsentrai T4 dan TSH serum
(Gibson, 2005; Benoist et al., 2007). Indikator perkembangan motorik anak
khususnya pada usia dibawah satu tahun dapat diukur dengan milestone dasar
menggunakan Skala Bayley III (Bayley, 2006).
2bln 2bln
N
N
Pola Asuh
3bln Pelayanan- 3bln
-Makanan
Kesehatan
-Kesehatan
Hipotesis
23
3. Pemberian MPASI-Pury menghasilkan perkembangan motorik bayi
(gerakan kasar dan halus berdasarkan Skala Bayley III) lebih tinggi
dibanding kelompok MPASI-komersial.
Batasan Operasional
1. Bayi gizi kurang adalah adalah bayi yang mempunyai indikator berat menurut
umur dengan z-skor < -2SD s/d 3SD standar WHO 2006.
2. Bayi nyaris gizi kurang adalah bayi yang mempunyai indikator berat badan
menurut umur dengan nilai z-skor 1.5 SD s/d 2SD.
3. Pertumbuhan fisik bayi adalah perubahan ukuran tubuh yang diukur berdasar -
kan pertambahan berat badan (gram), panjang badan (cm) dan lingkar kepala
(cm) . Pertumbuhan fisik diukur dua kali yaitu pada bulan ke 6 atau ke 7 dan
bulan ke 9 atau ke 10.
4. Perkembangan motorik bayi adalah kemampuan bayi melakukan gerakan kasar
dan gerakan halus sesuai usianya diukur berdasarkan skala Bayley III.
Pengukuran dilakukan dua kali (oleh tenaga terlatih) pada bulan ke 6 atau ke 7
dan pada bulan ke 11 atau ke 12.
5. Status Gizi adalah pertumbuhan fisik bayi 6-11 bulan yang diukur secara antro-
pometri berdasarkan indeks BB/U, PB/U, BB/PB dan LK/U menggunakan z-
skor dengan standar WHO 2006.
6. Status kesehatan adalah informasi tentang jenis penyakit (malaria, kecacingan,
saluran pencernaan diare, campak, polio, TB, ISPA) yang diderita bayi dalam
periode satu bulan terakhir , yang diperoleh melalui wawancara dengan ibu bayi
dan observasi (pemeriksaan) petugas medis sebelum dan sesudah intervensi.
7. Status biokimia adalah kadar zinc, T4 dan TSH dalam serum yang
diukur oleh petugas laboratorium yang terlatih sebelum dan sesudah intervensi.
8. Asupan energi dan protein adalah jumlah energi dan protein yang dikonsumsi
bayi 6-11 bulan dari makanan dan ASI yang diperoleh melalui metode recall 24
jam, yang diukur sebelum dan sesudah intervensi. Data recall kemudian diana-
lisis dengan daftar komposisi bahan makanan (DKBM) dan dibandingkan
dengan angka kecukupan gizi sehari untuk bayi 6-11 bulan yaitu 650 kilo kalori
energi dan 16 gram protein.
24
9. Status sosial ekonomi Rumah Tangga : adalah keadaan keuangan rumah tangga
dalam rupiah per kapita per bulan, yang diperoleh melalui wawancara berdasar-
kan rata-rata pendapatan ayah per bulan dibagi jumlah anggota keluarga.
10. Tingkat Kepatuhan : Jumlah MPASI yang dikonsumsi bayi dalam satuan
bungkus perbulan dan dihitung dalam % per bulan (jumlah yang dikonsumsi
dibagi yang tersedia dikalikan 100%).
25
BAHAN DAN METODE
4. Maret 2008 s/d Februari 2009, Studi efikasi pada bayi 6-12 bulan
wilayah Puskesmas Teluknaga, dengan status gizi kurang atau nyaris
Kecamatan Teluknaga, Kabupaten gizi kurang.
Tangerang.
Komposisi dasar : Beras dan atau be- Tep. beras merah Beras
ras merah
Kacang hijau dan Tepung tempe Jagung
atau kedele
Susu Susu formula 2 Tep. Susu skim
Gula Tep. Gula halus Gula
Minyak nabati Tepung Pury Minyak nabati
Diperkaya dengan: Vitamin dan mine- Sumber alami dari Premix vitamin
ral bahan yang ada. dan mineral, pre-
biotik FOS, lisin,
DHA.
{(Za + Z ) (s 1 + s 2 )}
n= ------------------------------------
(d)
n = ukuran contoh
Za = sebaran normal dengan taraf nyata 95% (1,96).
Z = sebaran normal dengan kekuatan uji 80% (0,84)
s1 = standar deviasi perubahan berat pada kelompok percobaan = 490 gram
(Kenaikan rata-rata berat badan = 780 + 490 gram)
s2 = standar deviasi perubahan berat pada kelompok kontrol = 520 gram
(Kenaikan rata-rata berat badan = 720 + 520 gram)
d = harapan perbedaan rata-rata berat badan antara kedua kelompok 350 gram
Kabupeten Tangerang
(26 Kecamatan )
Kecamatan Teluknaga
( 13 desa )
Random
n = 36 n = 36
Endpoint ada bulan ke 9-10 Endpoint
dan bulan ke 11-12
Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian Ekperimental murni teracak buta
(Randomize community Trial, Single-Blind) yang telah mendapat persetujuan dari
Komisi Etik Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta,
nomor109/PT02.FK/ETIK/2008. Bayi contoh dibagi dalam 2 kelompok secara
random yaitu kelompok perlakuan MPASI Pury (PG) dan kelompok perlakuan
MPASI komersial (CG) yang masing-masing berjumlah 36 bayi sesuai kriteria
inklusi. Kelompok PG diberi MPASI-Pury dan kelompok CG diberi MPASI-
komersial yang tersedia dan dikenal di lokasi penelitian. Pada akhir penelitian
dilakukan survei konsumsi pada kelompok kontrol yaitu bayi dengan status gizi
kurang atau nyaris gizi kurang usia 9-10 bulan yang tidak pernah mendapat
intervensi MPASI dari studi efikasi maupun dari Puskesmas setempat.
Sebelum MPASI dibagikan, petugas menjelaskan dan mendemonstrasikan
cara persiapan dan atau pemasakan MPASI, serta porsi setiap kali makan yang
harus diberikan pada bayi. Pada periode dua minggu pertama, tim peneliti
didampingi kader atau bidan desa mengunjungi setiap bayi untuk melakukan
observasi dan menanyakan masalah yang ditemui ibu bayi dalam memberikan
MPASI. Masalah dan kemungkinan pemecahannya langsung didiskusikan
sekaligus memberikan penguatan pada ibu bayi untuk tetap melanjutkan
memberikan MPASI pada bayi sesuai ketentuan.
Bayi dianjurkan untuk menghabiskan satu sachet (@ 120 gram per hari
yang dikonsumsi secara bertahap sesuai usia dan kemampuan bayi. Paket MPASI
dibungkus per minggu dengan isi 7 sachet dan diberikan 2 minggu sekali
dimasukkan dalam kantong atau tas plastik warna hitam. Paket MPASI diberikan
pertama kali di Puskesmas lengkap dengan penjelasan pada ibu bayi. Pemberian
selanjutnya melalui kurir yaitu kader atau bidan desa setempat langsung kepada
ibu bayi. Paket MPASI diberikan selama 3 bulan berturut-turut tanpa dipungut
biaya.
Data yang dikumpulkan terdiri dari data bayi dan keluarganya. Data bayi
mencakup identitas (nama, jenis kelamin, usia, berat lahir dan urutan anak ke
berapa), data kesehatan (morbitidas, keadaan klinis dan status imunisasi) dan
Status biokimia darah (konsentarsi zinc, T4 dan TSH serum), ukuran antropometri
(berat badan, panjang badan dan lingkar kepala), intik energi dan protein sehari,
serta perkembangan motorik. Data dasar (sebelum intervensi) dan data akhir
(setelah 3 dan 5 bulan intervensi) diambil di Puskesmas oleh tenaga profesional.
Tabel 12 menunjukkan jenis informasi dan metode yang digunakan.
Data diolah dengan alat bantu komputer untuk asupan makanan (energi
dan protein) dan nilai z-skor antropometri (BB/U, PB/U, BB/PB. LK/U) serta
melalui laboratorium untuk status biokimia. Penghitungan nilai z-skor setiap
indeks antropometri menggunakan standar WHO tahun 2007 dengan sofware
WHO anthroplus fersion 02 tahun 2009 (WHO, 2009). Data perkembangan
motorik diolah sesuai skala Bayley III. Analisis data dilakukan secara deskriptif
dan analitik.
Untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan (kelompok Pury dan
komersial) dilakukan uji pembedaan yaitu ANOVA dan t-test pada a 0.05. Uji
korelasi bivariat dilakukan dengan uji Pearson dua arah pada level 0.01 dan 0.05.
Sedangkan untuk mengetahui interaksi antar faktor penentu dampak pemberian
MPASI-Pury terhadap pertumbuhan fisik dan perkembangan motorik bayi
digunakan persamaan regresi logistik ganda.
Setelah skrining selama 8 bulan yang mencakup 128 bayi, terdapat 96 bayi
yang memenuhi kriteria inklusi dan diundang untuk mengikuti aktivitas program
MPASI di Puskesmas selama 5 bulan kedepan, sejak bayi usia 6-7 bulan sampai
usia bayi 11-12 bulan. Sebanyak 15 bayi tidak hadir, 3 bayi menolak pemeriksaan
darah awal. Tujuh puluh lima bayi didaftar dalam program MPASI dan dibagi
menjadi dua kelompok sesuai random desa yaitu 39 dalam kelompok Pury (PG)
dan 36 dalam kelompok komersial (CG). Lima dari 75 bayi tersebut (3 dari PG
dan 2 dari CG) tidak menyelesaikan program karena 1 meninggal sebelum
diintervensi, 3 tidak melanjutkan program pada bulan kedua dan 1 menolak
pemeriksaan darah akhir (Gambar 4). Bayi yang tidak melengkapi data awal
maupun data akhir, tidak dimasukkan dalam analisis selanjutnya.
Hasil Skrining
128 bayi
75 bayi
dirandom PG : dirandom CG :
39 36
1 meninggal seblm intervensi
1 drop out 2 drop out
37 selesai 34 selesai
intervensi intervensi
36 selesai 34 selesai
follow-up follow-up
35
status kesehatan dan imunisasi bayi, serta sosial ekonomi keluarga (Tabel 13).
Rata-rata pendapatan keluarga yang diwakili dengan pendapatan ayah per bulan
sebesar Rp 765.357 362.627,-. Pendapatan per kapita per bulan keluarga PG
(Rp 194.081,-) lebih tinggi dibanding keluarga CG (Rp 165.732). Dengan nilai
dollar Rp 10.000 per $ US, maka menurut Bank Dunia bahwa PG maupun CG
termasuk keluarga miskin karena masih dibawah $ 1 US per kapita per hari
(PG=Rp 6.469 atau 0.65$ dan CG=Rp 5.524,- atau 0.55 $).
Riset Kesehatan Daerah (Riskesda) yang dilaksanakan tahun 2007
terhadap bayi usia 12-23 bulan, diperoleh cakupan imunisasi secara nasional
sebesar 86.9% BCG, 71.0% Polio3, 67.7% DPT3 dan 62.8% HB3. Sementara
cakupan imunisasi di wilayah Puskesmas Teluknaga lebih besar dari cakupan
nasional yaitu BCG 91.6% dan Polio3, DPT3, serta HB3 masing-masing 90.5%
(Tabel 14). Data dasar yang ditemukan pada studi efikasi di Teluknaga diperoleh
proporsi bayi 6-7 bulan dengan status imunisasi yang lengkap baru mencapai
30%, PG (33.3%) lebih tinggi dari CG (26.5%) dan masih berada dibawah
cakupan nasional tahun 2007 yaitu sebesar 46.2%. Proporsi cakupan imunisasi
BCG, DPT1, DPT2 dan Hepatisis lebih tinggi pada PG, kecuali DPT3 yang
sedikit lebih baik pada CG namun masih tetap dibawah cakupan nasional (Badan
Litbangkes Depkes, 2008).
37
Limbah pupa segar cuci dan tiriskan
Kukus + 10 menit
PURY
39
mikro seperti vitamin dan mineral sangat rinci merupakan keunggulan Pury
sebagai alternatif bahan formula MPASI (Tabel 16).
Keunggulan lain dari Pury adalah kandungan asam lemak tak jenuh seperti
oleic, linoleic dan linolenic (56.3%) yang dua kali lebih banyak dari kandungan
asam lemak jenuh ( Miristat, Palmitat, Stearat dan Arachidonat) dalam Pury
(sekitar 27% w/w) yang merupakan bahan dasar pembentukan otak bayi dan anak
(Tabel 17). Bila Pury dicampur dalam formula MPASI bagi bayi usia 6-12 bulan,
maka dapat digunakan sebagai sumber protein, lemak khususnya lemak tak jenuh ,
vitamin dan mineral yang akan memberikan dampak yang positif bagi tumbuh-
kembang anak.
Kadar asam amino essensial seperti leucine, isoleucine, lysine dan valine
saling bekerja sama dan penting bagi pertumbuhan yang sempurna serta
meningkatkan daya tahan tubuh. Arginina juga merupakan asam amino essensial
bagi bayi dan anak-anak karena belum dapat diproduksi sendiri dalam tubuh.
40
Arginina membantu meningkatkan sistem imun, mengatur hormon dan gula
darah, serta menetralisir efek ammoniak dan zat beracun dalam tubuh. Fenilalanin
digunakan oleh otak untuk memproduks i norepinephrine sebagai dasar kontrol
interaksi dengan lingkungan. Penggunaan tepung Pury sebagai sumber protein
sangat bermanfaat bagi pertumbuhan bayi dan anak di lingkungan sentra produksi
sutera.
Tabel 17 Komposisi asam lemak dan asam amino dalam tepung Pury
Parameter Satuan Kadar Teknik analisis
Asam Lemak (unit % % w/w GC
w/w in fat/oil): 0.16
C14:0 (Miristic) 21.81
C16:0 (Palmitic) 4.85
C18:0 (Stearaic) 32.71
C18:1 (Oleic) 4.35
C18:2 (Linoleic) 19.20
C18:3 (Linolenic) 0.21
C20:0 (Arachidic) 0.04
C22:0 (Behenic) 0.04
C22:1 (Erucic)
Asam Amino % w/w HPLC
Aspartic acid 2.46
Glutamic acid 2.85
Serine 0.84
Histidine 0.81
Glycine 1.83
Threonine 0.92
Arginine 1.18
Alanine 1.16
Tyrosine 1.40
Methionine 1.04
Valine 1.38
Phenylalanine 1.24
I-leucine 1.15
Leucine 1.74
Lycine 2.00
41
Mutu Gizi dan Keamanan Pangan MPASI-Pury
Tabel 18 Kandungan energi dan zat gizi makro dalam100 gram produk MPASI-
Pury dan MPASI-komersial
No. SK Menkes tahun 2007 MPASI- MPASI-
Komposisi Satuan Kandungan komersial Pury
42
Tabel 19 Nilai Protein Efficiency Ratio (PER) pada berbagai MPASI
dibanding rujukan
Jenis MPASI Nilai PER
Pury 3.14
Komersial 1.60
Standar 3.53
Telur* 3.94
* Kualitas rujukan (Brody 1999)
Threonine 0.79
Arginine 1.11
Alanine 1.69
Methionine 0.41
Lysine 1.21
Tryptophane 0.33
Tyrosine 0.84
Valine 1.02
Phenilalanine 0.96
Isoleucine 0.89
Leucine 1.43
44
berperan sebagai pembentuk sel khususnya sel darah merah dan membantu
memelihara fungsi saluran pencernaan (Ming and Roach, 2007; Bender 2003).
45
Tabel 23 Kandungan mineral dan air dalam 100 gram produk MPASI-Pury
dan MPASI-komersial
No. SK Menkes tahun 2007 MPASI- MPASI-
Komposisi Satuan Kandungan komersial Pury
Keamanan pangan
MPASI-Pury aman dikonsumsi bayi karena tidak menimbulkan alergi
pada kulit dan diare pada bayi yang diberi formula tersebut. Konsumsi MPASI-
Pury justru menurunkan prevalensi diare sebesar 72.8% pada bayi kelompok
Pury. Tes mikrobiologi menunjukkan bahwa MPASI-Pury mengandung tidak
46
lebih dari 3.8 x 10 total plate count yang tidak melebihi ketentuan Menteri
Kesehatan RI tahun 2007 (Menkes, 2007) dan akan menurun dalam proses
pemasakan 5-10 menit sebelum diberikan pada bayi. Percobaan yang dilakukan
terhadap tikus putih strain Spraque dawley yang diberi ransum Pury 9 gram per
hari selama 30 hari tidak menimbulkan efek samping terhadap organ tubuh.
Setelah pembedahan, dilakukan pemeriksaan patologis anatomis dari organ tikus
yang mencakup hati, ginjal, paru, jantung, limpa dan otak, dan tidak ditemukan
kelainan anatomi dari beberapa organ tersebut. Berdasarkan analisis mutu gizi
dan keamanan pangan, maka MPASI-Pury aman dan baik untuk digunakan
sebagai alternatif MPASI menggantikan MPASI Depkes maupun produk
komersial.
Pupa yang merupakan bahan mentah dari tepung Pury diproses melalui
pemasakan kokon (tempat pupa hidup) selama 10 menit agar pupa mati.
Selanjutnya setelah diambil benang suteranya maka limbah pupa tersebut segera
diambil untuk dibersihkan dan dikukus kembali selama 10 menit agar tetap
higienis. Jadi proses penggunaan limbah pupa tidak termasuk makanan yang
diharamkan seperti yang tercantum dalam Al Quran, karena pupa yang digunakan
bukan termasuk bangkai. Pury maupun MPASI-Pury dapat dikatakan makanan
halal walau masih dalam proses untuk mendapatkan sertifikat resmi dari MUI.
47
ngengat. Pertumbuhan ulat dibagi menjadi 3 fase yaitu fase ulat kecil, fase ulat
besar dan fase pengokonan. Fase pengokonan terjadi pada saat umur ulat 21 hari
hingga 27 atau 28 hari. Pada fase ini larva akan mengeluarkan serat sutera selama
2 hari dan akan berhenti dan berubah menjadi pupa 24 jam kemudian.
Perkembangan kokon termasuk pupa akan sehat dan optimal bila diberi makanan
daun murbei atau mulberry yang cukup serta lingkungan hidup yang selalu bersih.
Selama proses pembentukan kokon, ulat sutera tidak makan lagi dan hanya
berputar-putar untuk membersihkan diri kemudian kemudian tidur sampai
menjadi kokon (Miyatani, 2007).
Melihat latar belakang kehidupan ulat sutera, maka Pury yang berasal dari
Pupae-Mulberry termasuk thayiban yaitu sehat, proporsional dan aman sesuai
hasil analisis mutu gizi dan keamanan pangan (Astuti dan Kusharto, 2009).
MPASI formula-Pury termasuk makanan yang sehat, karena terbukti tidak
menimbulkan kelainan organ pada hewan percobaan dan tidak menimbulkan
alergi kulit bayi pada studi efikasi. Pertumbuhan fisik dan perkembangan motorik
bayi yang diberi MPASI-Pury cenderung lebih baik dibanding bayi diberi
MPASI-komersial.
48
Tabel 24 Analisis beaya MPASI berdasarkan formula, teknik pengolahan dan
tempat penjualan
Beaya satuan (Rp): Beaya program (Rp):
Jenis MPASI per orang per hari per orang per 90 hari
Terendah Tertinggi Terendah Tertinggi
MPASI-Pury: 2620,- 3.720,- 235.800,- 334.800,-
(oven) (drum dryer)
49
BB (g)
20 PB (cm)
18
16
14
12
Komersial
10
Pury
8
Standar
6
4
2
0
H00 H03 H07 H10 H14 H17 H20 H24 H28
20
18
PE (cm)
16
14
12
Komersial
10
8 Pury
6 Standar
4
2
0
H00 H03 H07 H10 H14 H17 H20 H24 H28
50
Tabel 25 Rata-rata pertumbuhan fisik pada tikus sebelum dan setelah intervensi
berdasarkan kelompok perlakuan
Parameter Kelompok Perlakuan
pertumbuhan ransum ransum Pury ransum
komersial standar
Berat badan (g):
Sebelum 52.31.4 52.31.6 52.51.1
Setelah 82.48.3 125.312.7 141.08.1
Perubahan 30.17.6 73.013.1 88.57.8
P 0.000 0.000 0.000
Panjang badan (cm):
Sebelum 11.50.6 11.30.3 11.50.4
Setelah 15.70.7 17.00.2 17.60.6
Perubahan 4.20.9 5.70.5 6.10.8
P 0.000 0.000 0.000
Panjang ekor (cm):
Sebelum 10.60.6 11.00.5 10.70.5
Setelah 15.10.9 16.30.9 16.80.7
Perubahan 4.41.0 5.30.6 6.10.8
P 0.000 0.000 0.000
Hasil studi pada hewan tikus tersebut, menunjukkan bahwa ransum Pury
dapat meningkatkan berat badan lebih baik dari ransum komersial. Rata-rata
pertambahan berat badan tikus yang diberi ransum Pury meningkat dua kali lipat
dibanding rata-rata pertambahan berat badan tikus yang diberi ransum formula
komersial (gambar 7).
90
80
70
60
50 Standar
40 Pury
30 Komersial
20
10
0
Berat badan Panjang badan Panjang ekor
(g) (cm) (cm)
Rata-rata asupan sehari untuk energi dan protein adalah 619193 kcal dan
20.67.6 gram, bayi PG lebih tinggi dibanding CG (650192 vs 586191 kcal dan
23.56.7 vs 17.47.3 g). Terdapat peningkatan rata-rata asupan energi dan
protein yang signifikan pada masing-masing kelompok sebelum dan sesudah
intervensi (p<0.05). Secara statistik, asupan protein sesudah intervensi berbeda
nyata antar kelompok perlakuan dengan p=0.001. Rata-rata tingkat asupan sehari
(% AKG) untuk energi dan protein sebelum dan setelah intervensi pada Gambar 8.
Gambar 8 Rata-rata asupan energi dan protein pada bayi sebelum dan sesudah
intervensi berdasarkan kelompok perlakuan (a =0.05)
Rata-rata asupan energi (n=70) dari MPASI 42481 kcal atau
menyumbang sebesar 72.3% terhadap asupan total sehari. Kontribusi energi dari
52
MPASI terhadap angka kecukupan yang dianjurkan sedikit lebih tinggi pada CG
dibanding PG (73.4 vs 71.3%). Tingginya asupan energi dan protein seiring
dengan tingkat kepatuhan dalam mengkonsumsi MPASI. Tingkat kepatuhan
dalam mengkonsumsi MPASI sedikit lebih tinggi pada PG dibanding CG
(93.37.4% vs 91.611.7%). Uji korelasi Pearson dua arah dengan a 0.05
menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara tingkat kepatuhan dengan
asupan energi dari MPASI maupun asupan energi total sehari (p=0.000).
53
yaitu hanya 57.6%. Sementara tingkat kecukupan protein pada bayi PG sebesar
147% dan 109% pada bayi CG, jauh diatas tingkat kecukupan yang dicapai bayi
diluar program yang merupakan kelompok kontrol yaitu hanya 70.3% (Gambar
9). Jadi, rata-rata perbedaan asupan energi dan protein secara menyeluruh (n=70)
dibanding kelompok kontrol sebesar +244 kcal dan +9.3 gram protein sehari.
Asupan energi pada bayi PG lebih besar dari CG (275 kcal dan 12.3 gram vs 210
kcal dan 6.2 gram protein).
Asupan energi dan protein pada bayi yang diberi MPASI-Pury lebih tinggi
+65 kcal dan +6 gram dibanding bayi yang diberi MPASI-komersial. Penemuan
ini sejalan dengan kajian Caulfiled (1999) tentang peningkatan energi sehubungan
dengan intervensi di Bangladesh, namun berbeda dengan studi Saavedra et al.
(2004) di Baltimore yang tidak ditemukan perbedaan nyata antara ke tiga
kelompok bayi sehat 2-24 bulan yang diberi susu standar, susu formula dengan
B.Lactis dan S.thermophilus, dan susu formula tanpa suplemen.
Serum
Zinc seng
serum (mol/L)
(mol/L) p=0.57
Sebelum Sesudah Delta
15,1 14,82
11,59 11,75
3,52 3,08
PG CG
p=0.000 p=0.003
55
Serum T4 (ng/dl) p=0.79
Sebelum Sesudah Delta
1,11 1,13
1 1
p=0.003
p=0.003
PG -0,11 CG -0,13
Gambar 11 Kadar thyroxine (T4) dalam serum sebelum dan sesudah intervensi
berdasarkan kelompok perlakuan (a=0.05)
3,01
2,64
2,33 2,4
0,34
0,06
p=0.126 PG CG p=0.185
56
Dampak MPASI terhadap Pertumbuhan Fisik dan Status Gizi Bayi
57
Rata-rata perubahan berat badan dan panjang badan cenderung lebih tinggi
pada bayi CG, namun tidak cukup data untuk menyatakan beda antar ke dua
kelompok (Tabel 26). Penemuan ini sejalan dengan intervensi selama 6 bulan
yang dilakukan Heinig et al. (2006) pada bayi usia 4 bulan yang diberi 5 mg zinc
sulphate setiap hari dengan disain Randomized placebo-kontrolled trial, double
blind yang juga tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada pertambahan berat
badan, panjang badan dan lingkar kepala antara kelompok perlakuan dan
kelompok kontrol.
Pertumbuhan linier khususnya panjang badan dan lingkar kepala sangat
lamban. Pertumbuhan panjang badan pada tahun pertama diharapkan mencapai
25 cm, sementara hasil studi efikasi hanya 3.8 3.9 cm pada periode 3 bulan
intervensi atau 15 cm pada tahun pertama yang artinya baru mencapai 60%
pertumbuhan normal sehingga memungkinkan bayi tersebut menjadi pendek
(stunting). Stunting yang terjadi pada usia 3 tahun pertama tidak dapat diperbaiki
dikemudian hari (Shrimpton et al, 2001). Pemberian MPASI yang lebih baik
berasosiasi (p<0.001) dengan peningkatan berat badan dan panjang badan yang
lebih besar pada bayi (Saha et al, 2008). Pemberian suplemen setiap hari selama
12 bulan pada 182 bayi sehat usia 6 bulan di pedesaan Malawi Afrika
menunjukkan hasil bahwa suplemen yang berbasis lemak dapat menghasilkan
rata-rata perubahan panjang badan menurut umur yang lebih besar dibanding
suplemen lain yaitu -0.37 versus -0.47 dan -0.71 dengan p=0.27 (Phuka et al.,
2009).
58
Perubahan nilai z-skor
Dampak pemberian MPASI terhadap perubahan nilai z-skor sangat
signifikan pada pertambahan lingkar kepala khususnya untuk indeks LK/U pada
CG (0.30.7; p<0.05) dan penuruan pada indeks BB/PB pada PG dan CG
(-0.460.89 dan 0.790.95; p<0.05) (Tabel 27). Pencapaian perubahan nilai z-
skor indeks BB/U pada PG hanya sebesar +0.01 yang lebih kecil dibanding hasil
studi MPASI di Guatemala (0.25), Colombia (0.40), Jamaica (0.44), Indonesia
(0.29) dan Bangladesh (0.46) (Caulfield et al., 1999).
Perubahan nilai z-skor indeks PB/U pada PG pada studi efikasi ini sama
dengan studi di Indonesia tahun 1991 yaitu +0.04 SD, namun masih dibawah studi
di 3 negara yang lain (Caulfield et al., 1999). Studi Walvarens menunjukkan hasil
59
yang signifikan dengan pemberian 5 mg zinc sulphate heptahydrate selama 3
bulan pada 57 bayi keturunan Afrika usia 4-9 bulan yang masih mendapat ASI.
Panjang badan menurut umur meningkat +0,21, sementara pada kelompok
placebo munurun sebesar -0.13; p=0.029 (Walravens et al., 1992).
60
Dampak MPASI terhadap Perkembangan Motorik Bayi
61
Uji Pearson dua arah menunjukkan adanya korelasi yang signifikan antara
skor motorik kasar dengan nilai z skor BB/U pada akhir intervensi (r= 0.255; p
0.033; a=0.05) dan BB/U pada dua bulan setelah periode intervensi selesai (r=
0.306; p 0.010; a=0.01), serta skor motorik halus dengan nilai z skor LK/U pada
akhir intervensi (r= 0.279; p 0.019; a=0.05).
62
Table 31 Model faktor yang mempengaruhi pertumbuhan fisik bayi 9-10 bulan
Peubah Peubah B P OR 95% CI
Pertumbuh Bebas Wald Lower Upper
an
Model 1 (Constant) -1.090 0.925 0.336
(BB/Umur) Perlakuan : formula Pury -0.102 0.034 0.903 0.304 2.682
R = 0,085 Asupan Energi > 80% AKG -0.239 0.151 0.787 0.236 2.630
Asupan Protein > 80% AKG -0.383 0.323 0.682 0.182 2.555
Zinc Serum > 10,7 mkol/L 1.331 1.488 3.786 0.446 32.156
St. Kesehatan : sehat 1.570 4.428 4.807 1.114 20.748
(Constant) 0.637 0.308 0.529
Model 2 Perlakuan : formula Pury
(PB/Umur) -0.315 0.315 0.730 0.243 2.190
Asupan Energi > 80% AKG 0.293 0.227 1.340 0.402 4.471
R = 0,120 Asupan Protein > 80% AKG
Zinc Serum > 10,7 mkol/L -1.057 2.333 0.348 0.090 1.349
1.370 1.534 3.935 0.450 34.379
St. Kesehatan : sehat
1.446 3.738 4.247 0.980 18.397
(Constant)
Model 3 0.075 0.027 0.835
Perlakuan : formula Pury
Asupan Energi > 80% AKG -0.877 2.460 0.416 0.139 1.245
(BB/PB) -0.982 2.534 0.375 0.112 1.255
R = 0,075 Asupan Protein > 80% AKG
Zinc Serum > 10,7 mkol/L 0.921 1.851 2.512 0.666 9.475
St. Kesehatan : sehat 0.375 0.130 1.455 0.189 11.187
-0.412 0.379 0.662 0.178 2.461
Keterangan:
Perlakuan 0: formula komersial; 1: formula Pury
Asupan Energi 0: defisiensi (< 80% AKG) 1: cukup (>=80% AKG)
Asupan Protein0: defisiensi (< 80% AKG) 1: cukup (>=80% AKG)
Zinc Serum 0: defisiensi (< 10.7 mkol/L) 1: normal (>= 10.7 mkol/L)
Status Kesehatan 0: Sakit 1: Sehat
63
Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Motorik Bayi
Keterangan:
Perlakuan 0: formula komersial 1: formula Pury
Zinc Serum 0: defisiensi (< 10.7 mkol/L) 1: normal (>= 10.7 mkol/L)
Z-skor BB/U 0: < - 2.32 SD 1: > - 2.32 SD
Z-skor LK/U 0: < - 1.68 SD 1: > - 1.68 SD
64
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Pengolahan limbah sutera menjadi tepung pupa atau Pury secara ekonomi
dapat menguntungkan untuk meningkatkan ketersediaan bahan pangan
yang ramah lingkungan dan padat gizi.
2. Secara sosial, MPASI-Pury termasuk makanan yang sehat dan baik dengan
harga yang ekonomis. Hasil analisis laboratorium menunjukkan kualitas
protein, asam lemak tak jenuh (linoleat dan linolenat), kelompok vitamin
B dan mineral (Zinc, Fe, Iodin) yang lebih baik dari MPASI- komersial,
dengan kandungan energi yang cukup serta aman untuk dikonsumsi bayi.
Nilai protein efficiency ratio (PER) MPASI-Pury dua kali MPASI-
komersial dan mendekati PER telur.
4. Studi efikasi pada bayi gizi kurang yang diberi MPASI-Pury mempunyai
asupan energi dan protein masing-masing +65 kcal dan +6 gram lebih
tinggi dari MPASI-komersial.
65
rata-rata per bulan 228 gram dan 3.97 cm yang lebih tinggi dibanding
MPASI-komersial (210 gram dan 3.88 cm per bulan). Rata-rata
pertambahan lingkar kepala pada ke dua kelompok sama besar yaitu +0.1
cm per bulan.
8. Proporsi bayi dengan status gizi kurang tingkat sedang dan tingkat buruk
(BB/U) menurun pada PG sebesar 18.9% yaitu dari 44.5% menjadi 36.1%.
Saran
66
Sosialisasi peningkatan produksi tepung Pury dan pengembangan serta
produksi MPASI-Pury memerlukan mitra usaha: 1) usaha kecil menengah (UKM)
di sentra persuteraan untuk produksi tepung Pury; 2) pelatihan bidang
pengembangan, produksi dan pemanfaatan MPASI-Pury pada skala rumah
tangga; 3) sosialisasi pada masyarakat agar produk Pury secara sosial dapat
diterima masyarakat komersial; 4) upaya pemerintah dalam meningkatkan produk
sutera dan mendorong adanya permintaan masyarakat terhadap penggunaan pupa
sehingga ada prospek yang baik bagi industri persuteraan di Indonesia.
67
DAFTAR PUSTAKA
Astuti T dan Kusharto CM. 2009. Penggunaan bubuk pupae-mulberry (Pury) sebagai
alternative bahan pangan. Pergizi Pangan, 4(1), in press.
[ACC/SCN-IFPRI] Administrative Committee on Coordination/Sub-Committee on
Nutrition- International Food Policy Research Institute. 2000. Fourth Report on
the World Nutrition Situation: Nutrition Throughout The Life Cycle. In
collaboration with IFPRI. Geneva: ACC/SCN
Badan Litbangkes Depkes RI. 2008. Riset Kesehatan Daerah Tahun 2007. Jakarta:
Depkes RI.
Bayley N. 2006. Bayley Scale of Infant and Toddler Development : Manual 3nd ed.
San Antonio : Harcont Brace & Co.
Bender DA. 2003. Introduction to Nutrition and Metabolism. 3ed. London: Taylor
Black MM.2003a. The evidence linking Zinc deficiency with childrens cognitive
and motor functioning. The Journal of Nutrition, 133Supl:1473S-1476S.
Black RE. 2003b. Zinc deficiency, infectious disease and mortality in the developing
world. The Journal of Nutrition, 133Supl:1485S-1489S.
Black MM, Sunil Sazawal, Robert E Black, Sonu Khosla, Jitendra Kumar, and
Venugopal Menon. 2004. Cognitive and motor development among small-for-
gestational-age infants: Impact of Zinc supplementation, birth weigth, and
caregiving practices. Pediatrics,;113(5):1027-1305.
Brody T. 1999. Nutrutional Biochemistry. 2ed. San Diego: Academic Press.
Brown KH. 1998. Effect of infection on plasma zinc concentration and implications for
zinc status assessment in low-income countries. Am J Clin Nutr, 68Supl:425S-9S.
Brown KH, Peerson JM, Allen LH. 1998. Effect of Zinc Supplementation on Childrens
growth: a meta-analysis of intervfention trials. Bibl Nutr Dieta 1998;54:76-83.l
Brown JE. 2008. Nutrition Through the Life Cycle. 3ed. USA: Thomson.
Butte, NF., Wong WW, Hopkinson JM, Heinz CJ, Mehta NR and OBrian SE. 2000.
Energy requirements derived from total energy expenditure and energy
deposition during the first two years of life. Am J Clin Nutr, 2000;72:1558-69.
Caulfield LE, Huffman S L, and Piwoz G E. 1999. Intervention to improve intake
of complementary foods by infants 6 to 12 months of age in developing
countries: Impact on growth and on the prevalence of malnutrition and potential
contribution to child survival. Food and Nutrition Bulletin, 20:183-200.
Chandra,RK. 1985. Effect of macro and Micronutrient Deficiencies and Expresses on
Immune Response. Food Technology 39(2): 91-93.
Departemen Kesehatan RI. 2005. Pedoman pelaksanaan: Stimulasi, Deteksi dan
Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak di tingkat pelayanan Kesehatan Dasar.
Jakarta : Depkes RI.
Benoist de Bruno, Darnton-Hill I, Davidsson L, Fontaine O, and Hotz C. 2007.
Conclusions of the joint WHO/UNICEF/IAEA/IZiNCG Interagency Meeting on
Zinc Status Indicators. Food Nutr Bull, 28(3):S480-S486.
Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang. 2007. Pemantauan Status Gizi di Kabupaten
Tangerang Tahun 2007.
Direktorat Gizi Masyarakat Depkes RI. 2000. Makanan Pendamping Air Susu Ibu ((MP-
ASI). Jakarta: Depkes RI.
[FAO-UN and WHO] Food Agriculture Organization and World Health Organization.
2001. Human Vitamin and Mineral Requirement: Report of a joint FAO/WHO
Expert Consultation Bangkok, Thailand. FAO Rome: Food and Nutrition
Divis ion.
68
Gibson RS, Hotz C and Perlas LA. Influence of Food Intake, Composition and
Bioavailability on Micronutrient Deficiencies of Infant During the Weaning
Period and the First Year of Life. In:Pettifor JM, Zlottkin S, editors.
Micronutrient Deficiencies of Infant During the Weaning Period and the First
Year of Life. Nestle Nutrition Workshop Series Pediatric Program Vol 54.
Vevey: Nestle Ltd., Basel: S.Krager AG; 2004. p.83-103.
Gibson RS. 2005. Principle of Nutritional Assessment. 2nd ed. Oxford University Press.
Gillespie S and Haddad L. 2001. Attacking the Double Burden of Malnutrition in Asia
and Pacific. Asian Development Bank and the International Food Policy
Research Institute, USA.
Harjatmo TP. 2005. Penilaian Status Gizi di Wilayah Kabupaten Tangerang tahun 2005.
Tangerang: Dinas Kesehatan kabupaten Tangerang.
Heinig MJ, Brown KH, Bo Lnnerdal and Dewey KG. 2006. Zinc supplementation does
not affect growth, morbidity, or motor development of US term breastfed infants
at 410 mo of age. Am J Clin Nutr, 84(3):594-601,
Herawati N. Pengaruh Suplemen MPASI, Penyuluhan Gizi dan Stimulasi terhadap
Tumbuh kembang Bayi 6-12 Bulan. IPB: Disertasi 2005.
Huang Zi-Ran. 2001. Utilization of non-mulberry sericultural resources in China. Int J.
Wild Silkmonth & Silk 6,91-93.
Kaomani K. 2006a. Pengenalan Kegiatan Persuteraan Alam. Bogor: Puslitbang
Hutan dan Konservasi Alam.
Kaomani K. 2006b. Perkembangan Teknologi Persuteraan Alam. Bogor:
Puslitbang Hutan dan Konservasi Alam.
Kim FM, Weaver L, Branca F and Robertson A. 2000. Feeding and nutrition of infants
and young children: Guidelines for the WHO European Region, with emphasis
on the former soviet countries. WHO Regional Publications, European series, no.
87.
Koletzko, Berthold. 2008. Pediatric Nutrition in Practice. Switzerland: Nestle
Nutrition Institute.
Long KZ, Montoya Y, Hertzmark E, Santos JI, and Rosado JL. 2006.
A double-blind. Randomized, clinical trial on the effect of vitamin A and Zinc
supplementation on diarrheal disease and respiratory tract infections in children
in Mexico City, Mexico. Am J Clin Nutr, 83:693-700.
Madiyono, Bambang., S Moeslichan Mz, Sudigdo Sastroasmoro, I Budiman, S Harry
Purwanto dan Sofyan Ismail. 2002. Dasar-dasar Metodology Penelitian
Klinis. Jakarta: Sagung Seto.
Markum AH. 1991. Ilmu Kesehatan Anak : Buku Ajar jilid 1. Jakarta: Bagian
Ilmu Keshatan Anak FKUI.
Maryoto A. 2009. Jejak pangan: Sejarah, Silang Budaya, dan masa Depan. Jakarta:
Kompas.
Meerarani P, P Ramadass, Michael Toborek, Hans-Cristian Bauer, Hannelore Bauer, and
Benhard Hennig. 2001. Zinc protects against opoptosis of endothelial cell
induced by linoleic acid and tumor necrosis factor. Am J Clin Nutr, 71(1):81-87.
Menteri Kesehatan RI. 2005. Kep Menkes RI No 1593/MENKES/SK/XII/2005
tentang A ngka kecukupan gizi rata-rata yang dianjurkan bagi bangsa Indonesia
(per orang per hari). Jakarta: 24 Nopember 2005.
Menteri Kesehatan RI. 2007. Keputusan Menteri Kesehatan RI No
224/Menkes/SK/II/ 2007 Tentang Spesifikasi Teknis MPASI. Jakarta: 26
Februari 2007.
Ming YL and Roach J ONeale. Crash Cource: Metabolism and Nutrition. 3ed.
China: Mosby Elsevier. 2007.
69
Miyatani A. 2007. Karakteristik flavor bubuk pupa ulat sutra (Bombyx mori) dan
peluang aplikasinya pada produk pangan (Skripsi). Bogor: Institut Pertanian
Bogor.
Mishra N, Hazarika NC, Narain K, Mahanta J. 2006. Nutritive Value and Cultural
Acceptability of Pupae of Mulberry and Non-mulberry Silkworms in Northeast of
India. Jurnal Gizi dan Pangan, Juli 2006 1(1): 64-65. Bogor: IPB.
Myers R. 1992. The twelve who survive. Strengthening Programmes of Early
Childhood Development the Third World. Routledge in co-operation with
UNESCO for CGECCD. London anda New York.
Osendarp SJM, Mathuram Santosham, Robert E Black, MA Wahed, Joop MA van Raaij,
and George J Fuchs. 2002. Effect of zinc supplementation between 1 and 6
month of life on growth and morbidity of Bangladeshi infants in urban slums. Am
J Clin Nutr,76:1401-8.
[PAHO/WAHO] PAN American Health Oraganization/World Health Organization. 2003.
Guiding principles for complementary feeding of the breastfed child. Washington
DC: PAHO/WHO.
Pang, New Son, Budd, Gardiner. 2005. Crash course: Paediatric. Series editor: Dan
Horton-Szar. 2n d ed., Mosby. 2005.
Papalia DE, Olds SW, Feldman RD. 2001. Human Development. 8ed International
Edition.
Pojda Y and Kelley L. 2000. Low birthweight A report based on International Low
Birthweight Symposium and Workshop held on 14-17 June 1999 at the
International Centre for Diarrhoeal DiseaseResearch in Dhaka, Bangladesh.
ACC/SCN Nutrition Policy Paper # 18.
Phuka JC, Kenneth Maleta, Crissie Thakwalakwa, Yin bun Cheung, Andre Briend, Mark
J Manary, and per Ashorn. 2009. Postintervention growth of Malawian children
who received 12-mo dietary complementation with a lipid-based nutrient
supplement or maize-soy flour. Am J Clin Nutr, 89:382-90.
Puskesmas Teluknaga, Tangerang. 2009. Pemantauan status gizi di wilayah Kecamatan
Teluknaga tahun 2008.
Ragib R, Swapan Kumar Roy, Muhammad Jubayer Rahman, Tasmin Azim, Syeda
Shequfta Ameer, Jobayer Chisti, and Jan Anderson. 2004. Effects of Zinc
supplementation on immune and inflamatory responses in pediatric patient with
shigellosis. Am J Clin Nutr 79(3): 444-450.
Saavedra JM, Abi-Hanna A, Moore N and Yolken RH. 2004. Longterm
consumption of infant formulas containing live probiotic bacteria: tolerance and
safety. Am J Clin Nutr, 79(2):261-267.
Saha KK, Edward A Frongillo, Dewan S Alam, Shams E Arifeen, lars Ake Persson, and
Kathleen M Rasmussen. 2008. Appropriate infant feeding practices result in
better growth of infants and young children in rural Bangladesh. Am J Clin Nutr,
87(6):1852-1859.
Semba RD and Bloem MW, editor. 2008. Nutrition and Health in Developing Countries.
2ed, Totowa USA: Humana Press.
Sentika R. 2005. Tumbuh Ke mbang Anak, Faktor-faktor yang mempengaruhi, Deteksi
dini dan Stimulasi dini anak. Makalah pada Temu 0rang tua murid sekolah Tirta
Marta, Jakarta 2 april 2005.
Shils ME, Shike M, Ross AC, Caballero B, Cousins RJ. 2006. Modern Nutrition in
Health and Disease. 10 th ed. Lippincot Williams & Wilkins.
Singhal BK, Dhar A, Sharma A, Qadri SHM and Ahsan MM. 2001. Sericultureal by-
products for various valuable commercial products as emerging bio science
industry. Sericologia 41(3)369-391.
70
Shrimpton R, Cesar G Victora, Mercedes de Onis, Rosngela Costa Lima, Monika
Blssner, and Graeme Clugston. 2001. Worlwide Timing of Growth Faltering:
Implications for Nutritional Interventions. Pediatrics 2001;107:1-7.
Soetjiningsih. 1995. Tumbuh kembang anak (Editor: IG.N.Gde Ranuh).
Jakarta: EGC.
Sunaryo ES. Pengaruh Pemberian L-Glutamin pada MPASI Pemulih terhadap Mutu
Protein, Profil Imu nitas Seluler dan Pertumbuhan Bayi 6 Bulan yang mengalami
Berat Badan Kurang. IPB : Disertasi 2004.
Sunawang. 2005. Pengaruh Suplementasi zat Multi-Gizi-Mikro selama Hamil
Terhadap Hasil Kehamilan dan Pertumbuhan Bayi. Universitas Indonesia:
Disertasi.
The World Bank. 2006. Repositioning Nutrition as Central to development: A
Strategy for Large Scale Action. The World Bank, Washington D.C. 2006.
Thompson JM. 1998. Nutritional Requirements of Infants and Young Children:
Practical Guidelines. Australia: Blackwell Science.
[UNICEF] United Nation Childrens Fund. 1997. The Care Initiative:
Assessment, Analysis and Action to improve Care for Nutrition. New York :
Unicef.
[UNS-SCN]. 2004. Fifth Report on the World Nutrition Situation. Nutrition For
Improved Development Outcome. March, 2004.
van den Briel T, Clive E West, Nico Bleichrodt, Fons JR van de Vijver, Eric A
Ategbo, and Joseph GAJ Hautvast. 2000. Improved iodine status is associated
with improved mental performance of schoolchildren in Benin. Am J Clin Nutr
;72:1179-85.
Walravens PA, Chakar A, Mokni R. Denise J, Lemonnier D. Zinc supplements in
breastfed infants. Lancet. 1992;240:683-85.
Whitney E and Rolfes SR. Understanding Nutrition. 11ed. USA:Thomson. 2008.
[WHO] World Health Organization. 1998. Complementary Feeding of Young Children
in developing countries: a review of current scientific knowledge. WHO. Geneva.
[WHO-MGRS group] World Health Organization-Multicentre Growth Reference Study
Group. 2006a. WHO child growth standards: Length/height-for-age, weight-for-
age, weight-for-length, Weight-for-height and BMI-for-age: Methods and
development. Geneva: World Health Organization, 2006.
[WHO-MGRS Group] World Health Organization-Multicentre Growth Reference Study
Group. 2006b. WHO motor development study: window of achievement
for six gross motor development milestone. Acta Paediatric Suppl,
2006;95(450):86-95.
[WHO-MGRS Group] World Health Organization-Multicentre Growth Reference Study
Group. 2007. WHO child growth standard: Head circumference-for-age,
arm circumference-for-age, triceps skinfold-for age and subscapular skinfold-for-
age: Methods and development. Geneva: World Health Organization (Assessed
on http://www.who.int/growthref/tools/en/).
WHO. 2009. WHO AnthroPlus for personal computer manual: Software for assessing
growth of the worlds children and adolescents. Geneva: WHO, 2009 (Assessed
on http://www.who.int/growthref/tools/en/)
Widodo, Untung S. 2009. Hasil observasi penatalaksanaan pemberian hormone
lypothyroxine pada perineonatus di Balai Penelitian GAKI Borobudur,
Magelang sejak tahun 2000. Magelang: GAKI.
Winarno FG. 1992. Kimia pangan dan gizi. Jakarta: Gramedia.
71
Lampiran 1 Hasil penelitian pengaruh MPASI terhadap pertumbuhan dan perkembangan bayi
Dewey, et.al., 2004 di 119 usia 4 bulan dengan Klp control : EBF Analisa darah Pemberian MPASI tidak memberi dampak
Honduras. ASI Eksklusif (lahir dg Klp perlakuan (ASI+SF) pada usia 2,4,6 signifikan pada status vit A, B12, folat dan
berat 1500-2500 gram) diberi MPASI + Fe. bulan (Hb, Ht, Zn)
dibagi 2 klp : Fr, % transfer-
59 bayi EBF s/d usia 6 bln Bayi dg Hb< 100g/l pada rin saturation, Diantara bayi yg tidak diberi Fe pada usia 4
60 bayi ASI+SF usia 2 atau 4 bln, diberi Fe Vit A, B12, bln, status Fe lebih tinggi pada SF drpd EBF.
medicinal supplemen. Folat, Zn).
Diantara bayi diberi Fe pada usia 4 bln,
status Fe lebih tinggi pada EBF.
Saavedra et.al., 2004, RTC, double blind. Diberi susu standart isi: Dampak klinis
Baltimore Bayi sehat 3-24 bulan 1x10 7CFU/g Bifido lactis (intik formula, Tidak ada perbedaan nyata antara ke tiga
dan Streptococcus thermo- gastrointestinal kelompok dalam intik formula dan PB.
philus; Susu formu- la 1x10 tolerance,
6CFU/g B.lactis dan antropometri)
S.thremophilus; atau Susu
formula tanpa suplemen.
72
Hasil penelitian pengaruh MPASI terhadap pertumbuhan dan perkembangan bayi
Peneliti/Tempat Contoh/Disain Perlakuan Uji/test Hasil
Sus Widayani, 2007. 70 anak usia 18-38 bulan Intervensi 4 bulan pada Uji t dan Uji Kadar Hb dan Ferritin serum secara nyata
Bogor, Indonesia. dari GAKIN kelompok : Perlakuan Perbandingan lebih tinggi (p<0.05) pda kelompok
35 anak kelompok (Biskuit fortivikasi) dan rata-rata. perlakuan dibanding placebo dan Retinol
perlakuan dan 35 anak kelompok Kontrol serum lebih tinggi peningkatannya (p<0.05);
kelompok kontrol (placebo) Respon imun lebih tinggi (p<0.05) pada
RCT. kelompok perlakuan. Tidak terdapat
peningkatan status gizi anak pada ke2
kelompok
171 bayi 5-7 bulan dari 6 bulan intervensi : Diukur seblm Perubahan MDI dan PDI kelompok kontrol
Netty Herawati, 2005. GAKIN. Kelompok PS: diberi dan setlh lebih rendah dibanding PS, tetapi tidak berbe
Sukabumi dan Bogor Jawa Quasi-experimen. penyuluhan + stimulasi intervensi : dan nyata dibanding DPS.
Barat, Indonesia. Kelompok DPS: MPASI Bayley Test II,
Delvita + penyuluhan+ sti Pertumbuhan Faktor yang berkorelasi nyata dengan
mulus; Kelompok Kontrol BB, PB, status perubah an skor MDI dan PDI adalah PS,
hanya diberi penyuluhan. gizi , MDI, mutu konsumsi dan pengetahuan.
PDI; Diukur
akhir interven- Faktor determinan terhadap perubahan skor
si Hb dan Ht. PDI adlah penyuluhan dan stimulasi.
162 bayi sehat usia 6 Intervensi 3 bulan pada klp: Profil imunitas MPG secara bermakna (p<0.05) memiliki
Endang S. Sunaryo., 2004 bulan dengan BB/U antara 1.MPG (MPASI pemulih+ seluler, peluang untuk memperbaiki kekebalan tubuh
Indonesia. -0,5 SD sampai -2SD. L.Glutamat). pemeriksaan 4,3 kali lebih baik daripada MPK.
Experimen teracak buta 2.MPP (MPASI tanpa lab, test MPASI selama 3 bulan mampu meningkat-
ganda. L.Glutamat). tumbuh kan BB pada ketiga kelompok tersebut.
3.MPK (MPASI kontrol) kembang Penambahan L.Glutamat selama 3 bulan
pada kelompok MPG belum berdampak
terhadap pertumbuhan tapi ada kecenderung-
an bertambahan BB/U dan PB/U lebih baik.
73
Lampiran 2 Gambar proses pembuatan tepung Pury
75
Lampiran 3 Proses Pengemasan MPASI formula-Pury
76
Lampiran 4 Gambar Aktivitas skrining dan lingkungan desa
1. Puskesmas Teluknaga
2. Kegiatan skrining
77
Lampiran 5 Gambar Pengukuran pertumbuhan dan perkembangan bayi
1. Registrasi 2. Penimbangan
78
Lampiran 6 Gambar aktivitas studi pada hewan percobaan : persiapan tikus dan
ransum serta pengukuran pertumbuhan tikus
79
Lampiran 7 Questionaire
Form A: Data Umum
Efikasi MPASI-PURY terhadap Pertumbuhan Fisik dan Perkembangan Motorik
Bayi Gizi Kurang 6-11 Bulan (Kec. Teluk Naga, Tangerang)
=============================================================
I. IDENTITAS
80
Kode Sampel :
81
Kode Sampel :
Form B: Data Antropometri, Morbiditas dan Klinis.
Efikasi MPASI-PURY terhadap Pertumbuhan Fisik dan Perkembangan Motorik
Bayi Gizi Kurang 6-11 Bulan (Kec. Teluk Naga, Tangerang)
=============================================================
3. Lingka kepala : , cm
82
Kode Sampel:
FORM C: PA (Pola Asuh)
Efikasi MPASI-PURY terhadap Pertumbuhan Fisik dan Perkembangan Motorik
Bayi Gizi Kurang 6-11 Bulan (Kec. Teluk Naga, Tangerang)
=============================================================
I. ASI
1. Apakah bayi masih diberi ASI? (1.Ya, 2.Tidak)
Bila ya, lanjutkan ke pertanyaan no 2.
Bila tidak, lanjut ke pertanyaan no 4.
3. Berapa lama waktu untuk satu kali minum ASI? (sebutkan ..... menit)
5. Bila ya, berapa kali sehari bayi minum susu formula ? ( .... kali)
(sebutkan takaran per kali minum: ........ sendok/takar).
83
Kode Sampel :
I II. MP-ASI
1. Apakah bayi sudah diberi makanan selain ASI dan susu formula ?
(1 Ya, 2.Tidak)
Bila Ya, sebutkan jenis bahan makanan yang diberikan 1................................
2...............................
3...............................
4...............................
5...............................
2. Bila Ya, sejak usia berapa bulan diberi MPASI? (sebutkan .... bulan)
84
Lampiran 8 Form monitoring
Nomor ID :
3. Indeks BB/Umur :
- Nilai Z-skor .......... .......... .......... .......... ..........
- Status Gizi .......... .......... .......... .......... ..........
4. Indeks PB/Umur :
- Nilai Z-skor .......... .......... .......... .......... ..........
- Status Gizi .......... .......... .......... .......... ..........
5. Indeks BB/ PB :
- Nilai Z-skor .......... .......... .......... .......... ..........
- Status Gizi .......... .......... .......... .......... ..........
3. Protein (gram/hari)
Paraf Petugas/Tgl.
85
Form E: MonitoringStatus Kesehatan (Klinis dan Morbiditas)
Nomor ID :
86
FormF: MonitoringKepatuhan Konsumsi MP-ASI
Nomor ID :
No. Hari Jml di- Ket. No. Hari Jml di- Ket.
konsumsi konsumsi
1. 16.
2. 17.
3. 18.
4. 19.
5. 20.
6. 21.
7. 22.
8. 23.
9. 24.
10. 25.
11. 26.
12. 27.
13. 28.
14. 29.
15. 30.
31.
87
Form G: Monitoring Status Biokimia dan Skor Skala Bayley
Nomor ID
Data Biokimia:
1. Seng Serum ...................... ....................... .......................
2. fT4 Serum ....................... ....................... .......................
3. TSH serum ....................... ....................... .......................
Paraf petugas/tgl
.
Skor Skala bayley ....................... ......................... ..........................
Paraf Petugas/tgl.
88
Lampiran 10 Penjelasan mengenai penelitian efikasi MPASI terhadap tumbuh kembang
bayi gizi kurang.
90
KODE SAMPEL :
Formulir Persetujuan
Semua penjelasan diatas telah disampaikan kepada saya dan semua pertanyaan saya
telah dijawab oleh tim peneliti. Saya mengerti bahwa bila masih memerlukan penjelasan, saya
akan mendapat jawaban dari Ibu Juliasih, AMG atau Ir. Trina Astuti, MPS.
Dengan menandatangani formulir ini, saya setuju calon subyek untuk ikut dalam penelitian
ini.
Tandatangan saksi:
91
Lampiran 13 Monitoring hasil percobaan pada hewan tikus
Kelompok 23-6 26-6 30-6 3-7 7-7 10-7 14-7 17-7 21-7
I
(Komersial)
1 53,5 57,0 63,3 55,9 66,2 69,4 79,5 78,9 79,6
2 53,7 62,1 69,3 69,4 70,2 75,5 78,2 81,3 83,6
3 51,0 51,1 50,8 52,9 54,9 56,8 60,7 65,8 71,9
4 52,5 58,2 64,5 58,0 59,4 69,5 79,8 85,3 85,4
5 50,0 53,5 51,2 56,5 67,1 71,5 79,3 80,0 81,3
6 52,1 56,1 48,5 55,7 60,3 65,1 71,4 73,1 76,6
7 53,5 60,4 66,5 71,9 76,0 85,0 91,7 94,8 98,1
II (Pury)
1 53.9 63,0 74,6 80,5 86,5 91,6 95,4 99,5 115,3
2 53,8 67,1 81,6 89,2 98,9 105,1 118,1 127,2 141,3
3 50,9 57,1 70,5 75,2 77,7 77,8 92,1 102,0 116,2
4 52,6 59,2 74,3 85,2 92,3 102,8 112,8 119,5 131,8
5 51,8 50,0 66,3 77,6 89,8 97,7 107,3 116,0 129,4
6 49,7 57,1 73,6 81,5 91,5 102,2 113,2 120,6 136,4
7 53,3 59,6 72,1 78,7 84,3 88,2 91,8 104,8 106,6
III(Standar)
1 53,6 66,2 77,0 81,8 91,0 102,5 124,4 132,6 136,7
2 52,2 71,7 82,2 91,1 101,7 110,5 120,7 130,5 139,5
3 51,0 59,5 68,5 76,8 86,6 97,5 117,8 123,6 144,7
4 52,8 59,7 70,0 77,3 88,5 99,0 115,8 122,0 137,7
5 51,2 61,6 77,8 82,1 93,8 104,7 117,6 120,8 135,8
6 53,0 58,7 72,3 79,6 89,5 98,5 116,3 118,6 134,6
7 54,0 79,4 88,3 95,8 107,8 120,1 130,7 142,4 157,9
IV(PureSac)
1 52,8 53,7 72,7 79,6 83,5 91,1 99,3 107,7 125,6
2 53,2 64,7 86,0 91,4 97,8 108,6 125,0 121,2 146,7
3 51,2 59,5 81,8 95,4 113,3 119,1 127,7 123,4 141,7
4 52,2 63,0 76,9 85,6 86,2 98,7 114,3 109,4 115,1
5 53,7 58,0 69,5 74,7 76,7 86,7 99,8 100,5 124,2
6 51,7 53,9 67,5 77,4 87,8 96,2 110,7 109,8 115,1
7 53,4 68,2 75,8 93,1 107,9 122,2 126,2 130,8 135,3
99
b.Perkembangan Panjang Badan (gr)
Kelompok 23-6 26-6 30-6 3-7 7-7 10-7 14-7 17-7 21-7
I
(Komersial)
1 11,5 11,7 12,0 14,0 14,8 14,9 15,0 15,2 15,5
2 12,2 12,6 13,0 13,8 14,1 14,3 14,6 14,9 15,7
3 11,2 11,7 12,5 13,5 13,7 13,9 14,1 14,2 14,6
4 12,5 12,7 13,0 13,6 14,3 14,6 15,2 15,7 16,3
5 11,5 11,8 12,0 14,0 14,3 14,8 15,3 15,6 15,8
6 11,0 11,9 13,0 13,6 14,0 14,3 14,5 14,8 15,4
7 10,8 11,6 12,0 14,1 15,0 15,4 15.6 16,0 16,8
II (Pury)
1 11,8 12,6 13,5 14,2 15,0 15,3 15,6 16,1 16,8
2 11,1 11,9 13,0 14,7 15,5 16,3 16,3 16,8 16,9
3 11,5 12,3 13,5 13,6 14,4 15,2 15,7 16,2 16,8
4 10,9 11,8 12,5 14,8 15,4 16,2 16,6 16,9 17,4
5 11,2 12,1 13,0 13,8 15,2 16,4 16,8 16,8 17,0
6 11,0 12,1 13,0 14,9 15,2 15,8 16,6 16,7 16,9
7 11,6 12,2 13,0 14,9 15,4 16,2 16,4 16,7 17,0
III(Standar)
1 11,5 12,3 13,5 15,1 15,5 16,5 17,4 17,8 18,4
2 11,7 12,6 13,5 15,2 15,6 16,2 16,6 17,1 17,6
3 11,6 12,6 13,5 15,3 15,7 16,1 16,8 17,3 17,8
4 11,0 11,9 13,0 15,1 15,0 16,0 16,6 16,9 16,9
5 11,0 12,0 13,0 14,2 15,1 15,8 16,5 16,8 17,3
6 11,9 12,1 12,5 15,4 15,6 15,7 16,3 16,9 16,8
7 11,9 12,9 14,0 15,0 15,8 17,2 17,3 18,0 18,4
IV(Pur Sac)
1 11,4 12,3 13,5 15,0 15,5 15,9 16,0 17,4 17,6
2 11,6 12,3 13,5 16,1 15,2 15,8 16,8 17,2 17,3
3 11,1 12,0 13,0 15,5 15,8 16,8 17,1 17,3 17,8
4 12,0 13,1 14,0 15,0 15,3 15,6 15,8 16,4 17,5
5 11,0 12,0 13,0 13,8 14,3 14,9 15,7 16,2 16,7
6 11,0 12,1 13,0 14,8 15,4 15,5 15,6 16,0 16,8
7 12,2 13,1 14,0 15,4 16,0 17,0 17,2 17,5 18,0
Ket : Panjang badan diukur dari ujung kepala sampai pantat, menggnakan pengukur
panjang badan dengan ketelitian 0,1 cm
100
c. Perkembangan Panjang Ekor (cm)
Kelompok 23-6 26-6 30-6 3-7 7-7 10-7 14-7 17-7 21-7
I
(Komersial)
1 11,0 11,0 11,2 12,6 13,2 13,5 14,3 14,4 15,5
2 11,5 11,8 12,2 12,3 12,6 13,7 14,2 14,9 15,7
3 10,5 10,7 11,2 11,9 12,5 12,8 12,8 13,0 13,2
4 9,5 10,0 11,5 11,8 12,1 12,9 13,6 14,2 15,1
5 10,2 10,5 11,9 12,4 13,5 14,3 14,7 15,3 15,8
6 11,0 11,7 12,6 12,8 13,3 13,5 13,8 14,0 14,5
7 10,8 11,7 12,9 13,2 13,6 14,0 14,5 15,0 15,7
II (Pury)
1 10,5 11,6 13,6 13,8 14,2 14,4 14,6 14,9 15.2
2 10,5 11,8 13,8 14,1 14,4 14,5 14,8 15,0 15,2
3 10,5 11,9 13,8 14,2 14,7 15,0 15,4 15,8 16,2
4 11,5 12,1 13,3 14,1 14.8 15,3 15,8 16,8 17,5
5 11,5 12,7 14,2 14,5 15,0 15,5 15,7 16,2 17,3
6 11,0 12,2 13,1 13,9 14,7 15,1 15,7 15,9 16,4
7 11,7 12,3 13,5 13,8 14,5 15,0 15,6 16,1 16,5
III(Standar)
1 10,5 11,6 12,8 13,4 14,6 15,1 15,8 16,9 17,5
2 11,5 12,6 14,6 14,9 15,3 15,5 15,9 16,4 16,5
3 10,5 11,7 13,2 14,0 14,8 15,0 15,6 16,2 16,7
4 10,0 11,5 12,5 12,9 13,4 14,5 14,9 15,8 16,7
5 10,7 11,2 11,8 12,6 13,2 13,8 14,7 15,5 16,1
6 10,5 11,4 13,7 13,9 14,2 14,6 15,5 15,9 16,2
7 11,0 12,9 14,5 14,9 15,5 16,0 16,5 17,3 17,9
IV(Pur Sac)
1 11,0 11,5 12,2 12,9 14,0 14,8 15,2 15,5 15,8
2 11,0 12,4 13,1 13,6 14,3 14,7 15,1 15,4 15,5
3 10,1 12,8 13,5 13,8 14,5 15,1 15,6 16,1 16,4
4 11,2 11,6 12,8 13,0 13,5 13,8 14,1 14,8 15,7
5 10,3 11,6 12,8 12,9 13,1 13,8 14,5 14,8 15,2
6 10,7 11,2 12,7 13,0 13,4 13,8 14,4 14,9 15,5
7 11,5 12,4 13,1 13,6 14,0 15,7 16,9 17,3 17,4
Ket : Panjang ekor diukur mulai dari pangkal ekor sampai ujung ekor, menggnakan
pengukur panjang badan dengan ketelitian 0,1 cm
101
d. Ransum Percobaan untuk PER
102
Kesimpulan : Nilai PER MP ASI Pury dari penelitian ini ternyata lebih baik
dibandingkan dengan MPASI Komersial dan tidak menimbulkan
kelainan dari organ tubuh yang diperiksa pada pemeriksaan patologis
anatomis..
103
e. Berikut adalah berat organ (gr) dari beberapa perlakuan
II (Pury)
1 115,3 5,8085 1,0099 0,9362 0,4725 0,5276 1,5437
2 141,3 6,7492 1,1065 1,1720 0,5310 0,5855 1,4582
3 116,2 6,3208 1,1445 0,9745 0,5190 0,4756 1,6106
4 131,8 6,6346 1,1110 1,1199 0,5866 0,7106 1,5786
5 129,4 5,9564 1,1143 1,1877 0,5908 0,7373 1,6084
6 136,4 5,4169 1,0454 1,0852 0,5759 0,3388 1,3431
III(Standar)
1 136,7 6,4625 1,3171 1,2121 0,6037 0,7702 1,5485
2 139,5 6,2229 1,1168 1,0304 0,5564 0,7627 1,5754
3 144,7 5,0244 1,1590 1,2769 0,5625 0,4250 1,3370
4 137,7 5,5256 0,9776 0,9553 0,5194 0,3910 1,4076
5 135,8 5,2426 0,9272 0,9589 0,5466 0,3580 1,3935
6 134,6 4,8872 0,8387 1,1686 0,5208 0,3470 1,3632
IV(Pur Sac)
1 125,6 5,4692 1,0372 0,9766 0,5090 0,5786 1,5423
2 146,7 6,9973 1,2514 1,1752 0,5950 0,4731 1,5603
3 141,7 6,1646 1,0002 1,1832 0,5342 0,3345 1,4395
4 115,1 6,4574 1,0186 0,9395 0,4975 0,3324 1,3526
5 124,2 5,8463 1,0227 1,0815 0,5107 0,3441 1,4535
6 115,1 6,2182 0,9107 1,0332 0,4403 0,5233 1,4034
104