Sie sind auf Seite 1von 224
Fetupux INDONESIA ‘SALINAN, PERATURAN MENTER( KEUANAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR 50/07/2017 ‘TENTANG PENOBLOLAAN TRANSFER KE: DAERAH DAN GANA DESA. Menimbang DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA'ESA. MENTERI KBUANGAN REPUBLIK INDONESIA, a. babwa —pelalesanaan —mengenai_—_penganggaran, pengulokasiass, yruyaliwan das penatausabaan, ppedoman penggunaen, dan pemantauan serta evalussi ‘Transfer ke Daerah dan Dana Desa telah diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 48/PMK.07/2016 tentang Pengelolaan Transfer ke Dgerah dan Dana Desa sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 187/PMI.07/2016 tentang Perubshan tas Peraturan Menteri—-Keuangan-Nomor 48/PMK.07/2016 tentang Pengelolaan Transfer ke Daerah dan Dana Desa dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 49/PMK.O7/2016 tentang Tata Cara Pengalokasian, Penyaluran, Pengguinaan, Pemantauan ddan Bvaluasi Dana Desa; b. bahwa dalam rangka meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan akuptabilitas penganggaran, —pengalokasian, penyaluran dan penateusahaan, pedoman penggunaan, dan pemantauan serta evaluasi Transfer ke Daerah dan Dana Desa, peri mengatur kembalj ketentuan mengenai pengelolaan Transfer ke Daerah danl Dana Desa ¢ Mengingst 25 bahwa berdasarkan pertimbangan sebagnimana imaksud dalam buruf a dan huruf , perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Pengelolsan ‘Transfer ke Daerah dan Dana Deas; Undang-Undang Nomor 21 Tabun 2001 tentang tonomi Khusus Bagi Provinsi Paplia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Npmor 135, Tambahan Lemberen Negara Republi Indonesia Nomor 4151) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang, Nomor $5 Tahun 2008 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Penggantl Undang Undang Nomor 1 Tahun 2008 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 21 ‘Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 112, Tambahan Lemberan Negara Republik Indonesia Nomor 4884); Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem eneicikan Nasional (Lembarax] Negara Republik Indonesia Tabun 2003 Nomor 78, Mambahan Lembaran [Negara Republi Indonesia Nomor 4301); Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Kevangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republi Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran_ [Negara Republik Indonesia Nomar 4438); Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang. Pemerintahan Aceh (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 62, Tambshan Lembaran [Nogara Republik Indonesia Nomar 4633); Undang-Undang Nomor 13 Tehun 2012 tentang Keistimewsan Daerah Istimewa Ypgyakarta (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahus 2012 Nomor 170, ‘Tambahan Lembaran Negara ‘Republi Indonesia Nomor 5339); r Menetapkan -3- 6. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik indonesia ‘Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republi Indonesia Nomor 4575); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang ‘Tata Cara Pelakesnaan Anggaran Pendapatan dan Belanje Negara (Lembaran Negar Republic Indonesia ‘Tahun 2013 Nomor 103, Tambahhn Lembaran Negara ‘Republik Indonesia Nomor 5423}; 8. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanje Negara (Lembaran Negara Republi Indonesia Tahun 2014 Nomor 168, Tambshan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor $558) sebageimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor § Tahun 2016 tentang Perubshan Kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang Bersumber dari Anggaran Pendapiaatt dann Delanja Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor $7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5864); 9. Peraturan Menteri Keuangan Nompr 231/PMK.02/2015 tentang Tata Cara Perencanaan, Penelashan, dan Penetapan Alokasi Anggaran Bagian Anggaran Bendahara ‘Umum Negara, dan Pengesshan Daftar Isian Pelaksanaan, ‘Anggaran Bendahara Umum Negara (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1903}; [MEMUTUSKAW: PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENGELOLAAN TRANSFER KE DABRAH DAN DANA DESA. BABI KETENTUAN UMUM. sal Dalam Peraturan Menten yg dias dengan 1. Transer ke Daerah dan Dana Desa yang slate disingat TDD adh bagan dar Blane Negara Jong Gialoastan lam AngguranPendaptan dan Beane Negra Hepada Dacrh dan ese dalam rangea wmendanas pelkaanaan urea yng telah dierban sepa Daerah dn Dea 2. Perna Pusat yng ante lab Peneritah adalah Presiden Republi Indonesia yang memegsng Yesatasn pemerinthan Negra Republi Indonesia sebeghimana dimalad dalam Undang-Undang Dasar ‘Negra Repub Inne Tahan 1945, 9. Pemernh Deer ada gubermur, dopa ata valle, dan perangkat daerh sehagal unsur enyelnggraPemerotahan Darth 4. Duerdh Otonom yang sclanjuaye daebut Daerah acalah esata masyaraat hl yang mempunye Tauetatas winysh bervenayg engtir dan mengurus run pemeritabah dan kepeningan maryeakat selempetmenurat prakarea sends inayat dalam sists Negra Derdasarkan aspire Kesatuan Republik Indonesia. 5, Transfer ke Daerah adalah bagian dari Belanja Negara alam rangka mendanai pelaksanasn desentralisast fiskal berupa Dana Perimbangan, Dana Insentif Daerah, Dana Otonomi Khusus, dan Dana Keistimewaan Daerah Intimews Your 6 Dana Desa adalah dana yang dialoasikan dalam Angearan Pendapatan dan Belanja Negara yang diperuntukkan bagi Desa yang ditransfer melalui Angenraa Pendapatan dan} Belanja Daerah ‘sauna tn deny en penyelenggaraan pemerintahan, _pellnanaan c 10. nL. pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat. Dana Perimbangan adalah dana yang dialokasiken dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka peloksanaan desentralisasi, yang teri ‘tas Dana Transfer Umum dan Dana Transfer Khusus. Dana Insentif Daerah yang selanjutnya disingkat DID adalah dana yang dialokasilan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara kepada daerah tertenta Derdasarkan kriteria tertenta dgogen tujuan untuk smemberikan penghargean atas| perbaikan kinerja tertentu di bideng tata kelola keuangan dacrah, pelayanan dasar publik, dan kesejahteraan masyarakat. Dana Otonomi Khusus adalah dana yang distokasikan ‘untuk membiayai pelaesanaan otonomi kusus suatu Daerah, sebageimana ditetapkan dalam Undang- Undang Nomor 35 Tahun 2008 tentang Penetapan Nomor 1 Tahun 2008 tentang Perubahan atas Undang- Undang Nomer 21 Tehun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinei Papua menjadi Undang-Undang, dan Undang-Undang Nomor 11 fabun 2006 tentang Pemerintahian Aceh, Dana Tambaban Infrastruktur Dalam Rangka Otonomi Khusus Papua dan Papua Barat yang selanjutnya disingkat DTI adalah dana tambahan yang besarnya Gitetapkan antaraPemerintah dengan Dewan Perwakilan Raigyat berdasarkan usulan Provinsi pada setiap tahun anggaran, yang terutama ditujukan untuk pembiayaan pembangunan infrastruktur. Dana Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyalarta yang selanjutnya disingkat Dana Keistimewaan DIY adalah dana yang dislokasikan untuk penyelenggaraan lurusan Keistimewaan Daerah Ijtimewa Yogyakarta, sebagaimana ditetapkan dalam Undang-Undang, £ 12, 13, 1. 15. 16. 17 18, <6. Nomor 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan Daerah Intimewa Yogyakarta Dana Transfer Umum adalah dana yang dialokasikan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara kepada dacrah untuk digunakan sesuai dengan kewenangan daerah guna mendanai kebutuhan daerab, {dalam rangka pelaksanaan desentralisa Dana Transfer Khusus adalah dana yang dialokasikan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara epada daerah dengan tujuan untuk membantu smendanai kegiatan Khusus, baik fsik maupun nonfisik yong merupakan urusan daerah, Dana Bagi Hasil yang selanjutnya Uisingkat DBH adalah dana yang dialokasikan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara kepada Daerah berdasarkan angka persentase tertentu dari pendapatan negara untule mendanai kebutuhan daerah_ dalam rangka pelaksanaan desentralisas Dana Alokasi Umum yang selanjutnya disingkeat DAU fadalsh dana yang dialokasikan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara kepada daerah dengan fujuan pemerataan kemampuan Keuangen antar Daerah untuk mendanai kebutihan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisa! Dana Bagi Hasil Pajale yang selapjutnya digebut DBH Pajak adalah agian daerah |yang berasal dari penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan, Pajake Penghasilan Pasal 21, Pajak Penghasilan Pasal 25 dant Pasal 29 Wajid Pajake Orang Pribadi Dalam Negeri Pajak Bumi dan Bangunan yang selanjutnya disingkat PEE adalah pejak yang dikenalan atas bumi dan Dangunan, kecusli Pajak Bumi dan Bangunan Perdessan dan Perkotaan, Pajak Penghasilan Pasal 21 yang selanjutnya disebut PPh Pasal 21 adalah pajak atas penghasilan berupa gai, ‘upah, honorarium, tunjangan dani pembayaran Iainnya, sebubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa dan ¢ 20 au, 22, 23, 26. keegiatan yang dilakukan oleh Wajib Pajak Orang Pribadi berdasarkan ketentuan Pagal 21 Undang-Undang smengenai Pajak Penghasilan. Pajak Penghasilan Pasel 25 dan Pasal 29 Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri yang selanjutnya disingkat PPh WPOPDN adalah Pajak Penghasilan terutang oleh Wajid Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri berdasarkan kketentuan Pasal 25 dan Pasal 29 Undang-Undang _mengenai Pajak Penghasilan yang berlaa kecuali Pajak Penghasilan sebagaimana diatur dalam Pasal 25 ayat (8) Undang-Undang mengenai Pajak Penghasilan. Dana Bagi Hasil Cukai Hadi Tembakau yang selanjutaya disingkat DBH CHT] adalah bagian dari ‘Transfer ke Daerah yang dibegikan kepada provinsi penghasil cukai dan/atau provinsi penghasil tembakau, Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam yang selanjutnya Gisingkat DBH SDA adalah bagian daerah yang berasal ari penerimaan sumber daya alam kebutansn, mineral Gaus Lululas, pevikanan, pertambangant minyale bum pertambangan gas bumi, dan pengusahean panas burn Dana Alokasi Khusus Fisik yang selanjutnya disebut DAK Fisic adalah dana yang dialokasikan dalam Anggaran Pendspatn dan Belanja Negara kepada Daerah tertentu dengan ‘ujuan untuk membent rmendanai kKegiatan khusus fisfe yang merupakan ‘urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional ana Alokasi Khusus Nonfisik yang selanjutnya disingkat DAK Nonfisik adalah dana yang dialokasikan, alan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara kepada Daerah dengan tujuan untuk membanta rmendanai kegiatan khusus nonfisik yang merupakan vurusan daerah. Dana Bantuan Operasional Sekolah yang selanjutnya isingkat Dana BOS adalah dana yang digunakan bagi ‘satuan pendidikan dassr dan menengah sebagai terutama untuk mendanai belanj nonpersonal pelaksana program walls felajer dan dapat & 25, 28, 29. écmangkinkan untae mendansi Se vegiatan ain sera ieentnan yoratiran peruofang-undange. Dana Bantuan Operational Penyeengparean Pendidikan Anal Usia Dink yang slaty disingkat Dana BOP AUD adalah dana yong digunakan untue biaya peasional pembelajaran dan ducungu Bia personal ‘bag ena yang meng penidcan anak ia dint Dana Tunjangan Profs Gum Pegavai Negeri Sip Daerah yong seanjunya dsebut Dana TP Guna PNSD adalah tunjangan profes yang diberikan kepada gure Pegawai Negeri Sip Daergh yang telah meni serif pend dan miemenubi peryaratan sexual degen ketentan pratran prudang-undangan, Dana Tambahan Penghasilan eal ‘Pegawai Negeri Sipil Daerah yang slanipa sight DTP Gura PSD adalah tambuban penghasan yang dberitan hepa ist Peat Negrh Sil Daerah yang. teh tmendapatkan tunjangan profes guru Pogawal Negeri Sip Daerah semua dengan Ketentuan peranaran penndang-undangan. Dana ‘Tunjangan Khasus Guru Pegawai Negeri Sip Daerah yang selanjutnya disingkat Dana KG PNSD alah torangan yang diterican pada gua Pegnwai Negeri Spl Daerah sebngkompensanst ats kerlitan idup dalam melakaanaan igre di daerwh Kruse, yaitu di desa-yang termamsk dflam Yaeger) sangat teringn! menurat indoka des membangun dar Kementerian Dees, Pembangunds Daerah Tertinggal dan Trees Bana Bantuan Operasinal Kesehatan dan Bantuan OperesonalKeiuarga Berencana yang. selanjtaya disinghat Dona BOK dan BOK adnah dane yang Gigunskan untuk meringakan eben masyarsat terhadap pembiayaan bidang keschatan, Khususnya pelayanan di Pusat Kesehatan Masyarakat, penurunan nga tematin ib, ange kematian bay, male seria meningkatkan ictertan Keloarge Berean a a 92. 33 3s, dengan peningkatan akses dan) Kualitas pelayanan Keluarga Berencana yang merata Dana Peningkatan Kapasitas Kqperasi, Usaha Kecil Menengah yang selanjutnya disifgkat Dana PK2UKM adalah dana yang digunakan untuk biaya operasional penyelenggnraan pelatihan pengelolaan koperasi, dan ‘usaha Keil menengah, Dana Pelayanan Administrasi Kependudukan yang selanjutaya disingkat Dana Pelayanan Adminduk adalah dana yang digunakan untuk menjamin Keberlanjutan dan Keamanan Sistem Administrasi Kependudulean (SAK) terpadu dalam menghasilkan data an dolumen kependudvkan yang alurat dan seragam i selurub Indonesia. Pembanta Pengguna Anggaran| Bendahars Umum [Negora yang selanjutnya disingkst PPA BUN adalah unit organisasi di lingleungan Kementerian Keuangan yang ditetapkan oleh -—Menteri_—-Keuangan dan Dercanggunujuwals uy peugslolaan anggeran yang. bberasal dari Bagian Anggaran Bendahara Umum Negara, Indikasi Kebutuhan Dana Transfer ke Daerah dan Dana Desa yang selanjutnya disingkat Indilasi Kebutuban Dana TKDD adalah indikasi dana yang perlu ‘dianggarikan dalam rangka pelaksanaan TKD, Bagian Anggaran Bendahara Umum Negara yang sclanjutnya disingkat BA BUN adflah bagian anggaran yang tidak dikelompokican dalam bagian anggaran kementerian negara/lembaga Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Bendahara Umum [Negara yang selanjutnya disingkat DIPA BUN adalah dokuumen pelaksanaan anggeran yang disusun oleh PPA BUN, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang. selanjutnya disingkat APBN adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat, ¢ 37, 38. 39, 40, 4a 42, 43. -10- Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disingkat APBD adalah rencana keuangan tabunan pemerintahan daerah |yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Pendapatan Asli Daerah yang selanjutnya disinglat PAD adalah pendapatan yang diperoich Daerah yang dipungut berdasarken Peraturan Daerah sesusi dengan peraturan perundang-undangan, Reneana Dana Pengeluaran Transfer ke Daerah dan Dana Desa yang selanjutnya disingkat Reneana Dana Pengeluaran TKDD adalah rencana kerja dan anggaran yang memuat rincian kebutuhan dana dalam ranglea ‘pelaksanaan TKD, Penerimaan Negara Bukan Pajak Sumber Daya Alam yang selanjutnya disingat PNBP SDA adalah bagian dri Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berasal dari sumber daya alam kehutanan, mfineral dan batubara, perikanan, minyak bumi, gas burhi, dan pengusahaan panas bum. Kontraktor Kontrak Kerja Sama yang selanjutnya disingkat KKKS adalah badan usaha atau bentuk usaha tetap yang ditetapkan untuk melakukan eksplorasi dan ksploitasi pada suatu wilayah kerja berdasarkan ‘kontrak kerja sama. Pengusaha Panas Bumi adalah Pertamina atau perusahaan penerusnya sesual dengan Ketentuan peraturan perundang-undangan, kontraktor kontrake operasi bersama (int operation contract, dan pemegang iin pengusahaan panas burn Kurang Bayar Dana Bagi Hasil yarlg selanjutnya disebut Kurang Bayar DBH adalah selisih learang antara DEH yong dibitung berdasarkan realisasi rampung, ppencrimaan negara dengan DBH yang telah disahurkan Ke Daerah atau DBH yang diitung berdasarkan prognosa realisasi penerimaan negara pada satu tahun anggaran tertentu, g& 44, 46. 46. a, 48, 49. 50, n Lebih Bayar Dana Bagi Hasil yang selanjutaya disingkat lebih Bayar DBH adalah selisih lebih antara DBH yang ihitung berdasarkan realisasi rampung penerimaan negara dengan DBH yang telah disalurkan ke Daerah atau DBH yang dihitung berdasarHan prognosa realisasi penerimaan negara pada satu tabun anggaran tertentu, Pemerintah Desa adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain dibanta perangkat Desa sebagai ‘unsur penyelenggara Pemerintahan Desa. Pengguna Anggaran Bendahara Umum Negara yang ‘selanjutnya disingkat PA BUN adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan snggaran kementerian negara /lembaga Kuasa Pengguna Anggaran Bendahara Umum Negara yang selanjutnya disingkat KPA BUN adalah satuan kerja pada masing-masing PPA BUN baik di kantor pusat maupun Kantor daerah stu satuan kerja di kkementerian negara/lembaga | yang memperoleh penugasan dart Menter! Kear untuk claksasihass kewenangan dan tanggung jawab pengelolaan anggaran ‘yang berasal dari BA BUN. Kantor Pelayanan Perbendahersan Negara yang selanjutnya disebut KPO adalah instansi vertkal Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang memperoleh Juasa dari BUN untule melaksanakan sebagian fungsi ‘Kuasa BUN. Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara yang selanjutnya disingkat SPAN adalah bagian dari sistem pengelolaan keuangan negara yang meliputi penetapan bisnis proses dan sistem jnformasi_manajemen perbendaharaan dan anggardn negara terkeait, manjemen DIPA, penyusunan anggaran, manajemen ‘kas, manajemen komitmen, manajemen pembayaran, ‘manajemen penerimaan, dan manajemen pelaporan. Sistem Apliasi Keuangan Tingkat Instansi yang selanjutnya disingkat SAKTI adalah aplikasi yang ibangun guna mendulung pelaksanaan sistem ¢ 51 52, 5a. 54, ss, n- perbendaharann dan penganggaran negara pada tingkat instansi meliputi modul penganggaran, modul omitmen, modul pembayaran, medul bendahara, rmodill persediaan, modul aset tetap, modul akuntans ddan pelaporan dengan memanfaatkan sumber daya dan teknologlinformasi. Aplkasi Ontine Monitoring Sisters |Perbendaharaan dan Anggaran Negara yang selanjutnya disingkat. Aplikast OMSPAN adalah aplikasi yang digunakan dalam rangka ‘memonitoring transaksi dalam Sistem Perbendaharaan dan Anggsran Negara dan menyajikan informasi sesuai kebutuhan yang diakses melalui jaringan berbasis web. Kepala Daerah adalah gubernur bagi daersh provinst atau bupati bagi daerah kabupaten atau walikota bagi dacrah kota, Rekening Kas Umum Negara yang selanjutnya disingkat RKUN adalah rekening tempat penyimpanan wang negara yang ditentulan oleh Menleri Keuangan selalk Bendahara Umum Negara untuk jmenampung seluruh penerimaan negara dan membayar seluruh pengelusrant negara pada bank sentral Rekening Kas Umum Daerah yang selanjutnya disingkat RKUD adalah rekening tempat penyimpanan uang daerah yang ditentuican oleh gubernur, bupati, atau walikota untuk menampung seluruh penerimaan daerah ddan membayar seluruh pengeluaran daerah pada bank vyang ditetapkan. Rekening Kas Desa yang selanjutnya disingkat RKD adalah rekening tempat penyimpanan ung Pemerintahan Desa yang menampung seluruh penerimaan Desa dan untuk | membayar seluruh pengeluaran Desa pada bank yang ditetapkcan, Surat Keputusan Penetapan Rincian Transfer ke Dacrab, yang selanjutnya disingkst SKPRTD adalah surat kkeputusan yang mengalibatkan pengeluaran ates beban anggaran yang memuat rincian jumlah transfer ge 87. 58, 59, 60, o, 62, -13 ee om ca a clinicians San no ae eerie oe le a att aan Miyahara os ee contra Ta ee Souci Shan Speman. haat eae neat on ena isingkat SPD walals suai yesiftah yang diterbitkan So oh soe te ahaa Sees oe Chonan Se = a “mona oon a Sonoma tt Seppe olch PA BUN/PPA BUN/KPA BUN untuk melakukan aa mea pembayaran dan oe 63, Lembar Konfirmasi Transfer ke Daerah dan Dana Desa ‘yang selanjutnya disingkat LET adalah dokumen yang, smemuat rincien penerimaan Transfer ke Daerah dan Dana Desa oleh Daerah, (4, Lembar Reksapitulasi Transfer ke Daerah dan Dana Desa ‘yang selanjutnya disingkat LRT adalah dokumen yang, memust rinelan penerimaan Trapsfer ke Daerah dan ana Desa oleh Daerah dalam 1 (satu) tahun anggaran, 67, Infrastruktur adalah faites thlnis, ‘fisik, sistem, perangkat eras, dan lunak yang diperlukan untuk melakukan pelayanan kepada masyarakat dan, ‘mendukung jaringan strultur agar pertumbuhan ekonomi dan sosial masyarakat dapat berjalan dengan bail, Pasal 2 (1) TDD meliputi 4. Transfer ke Daerah; dan b. Dana uesa, (2) Transfer ke Daerah, terdiri atas: ‘. Dana Perimbangan; b. DID; dan & Dana Otonomi Khusus seria Dana Keistimewaan bw. (@) Dana Perimbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, terri atas ‘4. Dana Transfer Umum; dan b, Dana Transfer Khusus, (4) Dana Transfer Umum scbagaimana dimaksud pada ayat (8) huruf a, terri ates a. DBH; dan b. DAU, (8) DBE sebagaimana dimaksud pala ayat (4) huruf a, teri atas BH Pajak, meliputi 1. DBH PBB; 2, DBH PPh Pasal 21 dan PPh WPOPDN; dan ¢ o18- 3. BKC CHT; dan b. DBH SDA, meliput 1, DBE Minyake Bumi dan Gas Buri; 2. DBH Pengusahaan Panas Buri; 3. DBH Mineral dan Batubara; 4, DBH Kehutanan; dan 5. DBH Perikanan. (6) Dana Transfer Khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (9) hunuf, terdiriatas: | a. DAK Fis; dan DAK Nonfisit, meliput Dana BOS; Dana BOP PAUD; Dana TP Guru PNSD; DTP Guru PNSD; Dana 7KG PNSD; Dana BOK dan BOK; Dana PK2UKM; dan ‘Dana Pelayunaes Ausioduh (7) Dana Otonomi Khusus sebagaimana dimakeud pada ayat (2) hurufe, teri atas: , ‘Dana Otonomi Khusus Provins| Aceh , Dana Otenomi Khusus Provins! Papu 1 Dana Otonomi Khusus Provinsi Papua Barat; Dana Tambahan Infrastruktur Provinei Pap; dan fe. Dana Tambaban Infrastruktur Provinsi Papua Barat, BABI RUANG LINGKUP PENGELOLAAN TKDD Pasal 3 Ruang lingkup pengelolaan TKDD, meliput: Penganggaran; Pengalokasian; | Penyaluran; Penatausshaan, Pertanggungjawabgn, dan Pelaporan; Pedoman Penggunaan; dan e oe £ Pemantauan dan Evaluasi BABI PENGANGGARAN Pasal (0), Direktorat Jendetal Pevimbangan Kevangan selaies PPA. BUN Pengelolaan TKD menyusun Indias Kebutuhan Dana TKDD. (2) indikasi Kebutuhan Dana }KDD — sebagaimana dlimakud paca ayat (1) disampaifan kepada Direltorat Jenderal Anggaran paling lambat Bulan Februari (2) Penyusunan dan penyampaian Indikasi Kebutuhan Dana TKDD sebagsimana dimalesud pada ayat (1) dan ayat (2) dlaksanakan seauat dengan Peraturan Menteri Keuangan smengenai tata cara perencansan, penelashan, dan penetapan alokasi BA BUN, dan pengesshan DIPA BUN. Pasal 5 (1) Indikasi Kebutuhan Dana TKDD —sebsgaimana imaksud dalam Pasal 4 ayat (1), terdiriatas ‘a Indikasi Kebutuban Dana Transfer ke Daerah; dan ', Indikasi Kebutuban Dana Dest (2) Indikasi Kebutuhan Dana Transfer ke Daerah untule Dana ‘Transfer Umum berupa DBH sebegaimana dimakstd dalam Pasal 2 ayat (6) huruf a, disusun dengan memperhatikan: ‘a. perkembangan DBH dalam 3 (tga) tahun terakhir; dan . perkiraan penerimaan pajak dan PNBP yang dibagibasitkan, (9) Indikasi Kebutuhan Dana Transfer ke Daerah untuke Dana Transfer Umum berupa DAU sebagaimana imaksud dalam Pasal 2 ayat (#) buruf b, disusun dengan memperbatikan: ‘a, perkiraan cela fskal per daerdh secara nasional; ") ° © “7 b. perkembangan DAU dalam 9 (tiga) tahun terakhir, can . perkirsan penerimaan dalam negeri neto. Indikasi Kebutuhan Dana Transfer ke Daerah untuk Dana Transfer Khusus berupa DAK Fisik sebagaimana imaksud dalam Pasal 2 ayat (6) buruf a, disusun dengan memperhatikan: fa. arah dan priortas. bidang/subbidang DAK Fisik untuk menduksang pencapaian prioritas. nasional dalam kerangkea pembangunan jangka menengsh; >. kebutuhan tabunan pendanatn prioritas nasional yang akan didanai melalui DAK Fisk; e kebutuhan pendanaan untuk pereepatan penyediaan infrastruktur dan earana dan prasarana dasar, serta percepatan pembangunan Daerah perbatasan, Daerah tertinggal, dan Daerah epulauan; @, kebutuhan pemenuhan anggaran _pendiican sebesar 20% (dui pulub persen) dau eschatan sebesar 9% (lima persen) sesusi dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan é. perkembangen DAK dan/atau DAK Fisk dalam 3 (ga) talsun teraleie. Indikasi Kebutuhan Dana Transfer ke Daerah untuk Dana Transfer Khusus benlpa DAK Nonfisie sebagalmana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (6) huruf b, isusun dengan memperbatikan: 4 pengalthan dana dekonsentrasi menjadi DAK Nonfisiks ». perkembangan dana transfer Iainnya dan/atau DAK Nonfisik dalam 3 (sige) tahun teralkhir; dan perkiraan kebutuban belanja operasional dan/atau biaya per unit (unit cos) untuk masing-masing jenis DAK Nonfsik Indikasi Kebutuhan Dana Transfer ke Daerah untuk DID sebagnimans dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) hhurufb, disueun dengan memperbatian: -18- a capaian kinerja Daerah di |bidang tata kelola kkeuangan daerah, pelayanan dasar publ, dan -esejahteraan masyarakat; . perkembangan DID dalam 3 (tiga) tahun terakhir; don. cara kebijakan DID. (7) Indikasi Kebutuhan Dana Transfer ke Daerah untule Dana Otonomi Khusus dan Dana Keistimewaan DIY ‘sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf ¢, disusun dengan mempeshatikan: ‘a besaran Dana Otonomi Khusus dan Dana Keistimewaan DIY yang ditetayean dalam peraturan perundang-undangan; dan >, kKinerja pelaksanaan Dana tonomi Khusus dan Dana Keistimewaan DIY (@) Indiiasi Kebutuhan Dana Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf b, disusun dengan smemperhatikan: a. persentase Dana Desa yang ditetapkan dalam keetentuan peraturan perundang-undangan; dan »b_kinerja pelaksanaan Dana Desa. Pasal 6 (1) Dalam rangka menyusun Indikasi Kebutuhan Dana por: 1, Direktorat Jenderal Pajake menyampaikan perkiraan penerimaan PPh Pasal 21 dail PPh WPOPDN serta PBB kepada Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan; b. Direktorat Jenderal Hea dan Cukai menyampaikan perkiraan penerimaan CHT kepada Direktorat \Jenderal Perimbangan Keuangan; dan cc. Disektorat Jenderal Anggaran-menyampailean perkiraan PNEP SDA minyale bumi dan gas bumi, pertambangan mineral dan batubara, pengusahaan panas bur, kehutanan, dan perikanan kepada Direicorat Jenderal Perimbangan Keuangan. ce <19- pertambangan mineral dan batubera, pengusshaan a Screen noe Pasal’7 (1) Kementerian Keuangan ¢q DirektoratJenderal Perimbangan Keuangan dan DirektoratJenderal ‘Anggaran bersama dengan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan—Pereneanaan, Pembangunan Nasional dan kementerian/lembaga tenis membabas arah kebijalban, sasaran, ruang Lingleup, dan pagu DAK Fisik (2) Kementerian Keuangan cq Disektorat Jenderal Perimbangan Keuangan bersama dengan Kementerian Perencanaan Pembangunan —_-Nasional/Badan verencanaan —Pssangusau scnentuken jenis/bidang/subbidang DAK Fisk. (9) Dalam rangka menentuken jenis/bidang/subbidang DAK Fisik cebagaimana dimaksud pada ayat (2) Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional eayampailean: 4 program dan/atau kegiatan yang menjadi prioritas nasional ', Iokasi deri program dan/atau Hepiatan yang menjadi prieritas nasional 6 perkirean kebutuhen anggaran untuk mendanai egiatan; dan data pendukang, kepada Kementerian Keuangan ¢.q, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan. -20- (@) Dalam rangka menentuken jenie/bidang/subbidang DAK Fisik sebagaimana dimalgud pada ayat (2), Kementerian Keuangan cq. Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan menyiapkan: ‘, kebutuhan pemenuhan anggaran pendidikan sebesar 20% (dua puluh persen) dan Kesehatan sebesar 5% ima persen) sesuai dengan ketentuan peratuiran perundang-undangan; dan '. perkembangan DAK Fisik dalam 3. (tga) tahun ‘eral, (9) Berdassrkan —penentuan —_jenis/bidang/subbidang sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Kementerian Keuangan ¢q. Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan, Kementerian Perenesnaan Pembangunan Nasional/Radan Perencanaan Pembangunan Nasional, dan kementerian/tembags —feknismelakukan pembahasan untuk menentukan jenisyjenis epiatan DAK Fisik (6) Dalam rangka menentukan jenisjenis kegiatan DAK Fisile sebagnimana dimaksud pada ayat (8), kementerian lembaga telsnis menyampaikan’ ‘a. nuang lingkup, sasaran, dan target manfaat program anata: kegiatan; », prioritas kegintan per bidang/ subbidang DAK Fisk; rincian Kegiatan berupa nama Kegiatan, target output kegiatan, satuan biaya, dan lokasi kegiatan; 4. perkiraan kebutuban anggarin untuk mendanai kegiatan; dan data pendukung, ‘kepada Kementerian Keuangan ¢.q, Ditektorat Jenderal Perimbangan Keuangan dan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan _—Perencanaan Pembengunan Nasional. -a1- Pasal 8 (1) Berdasarkan penentuan jenis/bidang/subbidang dan keegiatan DAK Fisik sebagalmafa dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) dan ayat (5), Menteri Keuangan ©. Direktur — Jenderal-—-Perimmangan -Keuangan menyampaikan surat pemberitahuan mengenai jenis/bidang/subbidang dan kegiatan DAK Fisik kepada Kepala Dacrab, @) Surat pemberitahuan sebegaimana dimaksud pada cya (1), paling sodilit memuat: ‘2. jenis DAK Fisik yang dapat diusulkan oleh Daerah: , bldang/subbidang DAK Fisik dan jenis-jenis, egiatan dari masing-masing bidang/subbidang DAK Fisik ‘6. Format usulan DAK Fisik; dan ,Batas waktu usulan DAK Fisik (9) Dalam hal setelah disampaitan burat pemberitabuan sebagtimana dimaksud pada | ayat (1) terdapat perubahan biduriy DAK Fiaih, Mentert Keuangan eq Direktur Jenderal--Perimbangnn —-Keuangan, meayampaikan pemberitahuan tersebut kepada Kepals Daerah, Pasal 9 (1) Kepala Daerah menyusun usulan DAK Fisike dengan mengacu pada surat pemberitehuan sebagaimana simaksud dalam Pasal 8 (2) Pengusunan usulan DAK Fiske mana dimaksud ‘pada ayat (1) dilaleukan dengan memnpertimbangkan: ‘4 kesesuaian usulan egiataht dengan priovitas nasional dan prioritas daerah; b, sinkronisasi usulan kegiatan antarbidang; ¢. skala prioritas kegiatan per bidang/ subbidang; target output kegiatan yang akan dicapai, termasuie ‘untuk memenuhi Standar Pelayanan Minimum; lokasi pelaksanaan kegiatan; . satuan biaya masing-masing kegiatan; dan r -2a- tingkat penyerapan dana dan capaian output DAK dan ata DAK Fisik dalam 3 (tga) tabsun terakhir, Pasal 10 (1) Kepala Daerah menyampaikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) dalam bentuk dokumen fis (hardcopy) dan/atau dokumen leetronik (softeopy) kepada: ‘2, menteri/pimpinan lembaga teknis terkalt; bi. Menteri Perencanaan Pembangunan wusulan DAK Fis ‘Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional; dan &. Menteri Keuangan. (2) Bupsti/walikota menyampaikan salinan usulan DAK Fiske sebagnimana dimaksud pada ayat (1} kepada ‘gubernur untule mendapatkan rekomendasi, (9) Penyampaian usulan DAK Pisik sqbagaimana dimaksud pada ayat (1) dan salinan fusulan DAK Fisil sebagaimana dimaksud paca ayat (2) paling lambat tanggal 15 Mei (4). Dalam hal tanggal 15 Mei bertepatan dengan hari libur atau hari yang diliburkan, maka batas waktu penyampaian usulen DAK Fisile dan salinan usulan DAK Fisik sebogaimana dimaksud pada ayat (9} pada bar Kerja berikutnya. Pasal 11 (1) Kementerian Keuangan cq. Direktorat Jendersl Perimbangan Keuangan, Kemesterian Perencanaan Pembangunan _Nasional/B Perencanaan, Pembangunan Nasional, dan fementerian/lembaga teknis terkait masing-masing melakukan verifcast uusulan DAK Fis -23 (2) Veriflasi usulan DAK Fisik sebagaimana dimaksud pda ayat (1), dilakukan teshadap fa kelengkapan dan Kesesuaian usulan DAK Fisik dengan surat pemberitahuan —sebagaimana imakesud dalam Pasal 8 ayat(}}; bb. kesesuaian antara relkapitulaji usulan DAK Fisik dengan rincianusulan | DAK Fisik per bidang/ subbidang: ce kesesuaian usulan DAK Fisik antara dolumen fisik (hardcopy) dengan doleamen elektronite (softopyh dan 4. batas waktu penyampaian usulan DAK Fisk, (9) Kementerian Keuangan eq. Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan mengkoordinasikan asi verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dengan Kementerian Perencanaan Pembangunan NNasionsl/Sadan Perencanaan Pembangunan Nasional dan kementerian/embaga teknis, Pasal 12 (1) Kementerian Keuangan cq Direktorat Jenderal Perimbangen Keuangan, Kementerian Perencanaan Pembangunan -Nasional/Badan —_‘Perencanaan Pembengunan Nasional, dan kementerian/lembaga teknis terkeit masing-masing melakukan penilaian ikelayakan usulan DAK Fisie berdasarkan hesil verikasi sebageimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (9), (2). Penilaian kelayakan usulen DAK Fisik oleb Kementerian Keuangan €q. Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan sebagnimana dimaksud pada ayat (1) dlakukan dengan mempertimbangan: a. kesesuaian usulan Kegiatan dngan menu kegiatan per bidang/subbidang DAK Fisile yang ditetapkan folch kementerian/lembaga teks; b. kewajaran nila usulan kegiatan dan indeks emahalan konstruksi; dan £ -24- fe alokasi dan kinerja penyerapan DAK Fisik serta ‘ingkat capaian output tahun sebelumnya, (@). Penilsian kelayakan usulan DAK Fisik oleh Kementerian Perencanaan Pembangunan —_Nasional/Badan fc eae ot oe fee ore rmempertinbangian | target ouput dan lke! pforian tepitan per (sdang ecto es cst 0 tm ead dan ah pron gain per bidengautidan dam angka menengan ecru a ck tne ote ope ann aes Rene, ea Pemernth dan Rencona Penbangonan Jeng tata Hae (0) Peaien emyahan sulan DAK Fist leh emerteran/lembaga tenis etait ebaguane Gimatoud peda aya (1) dnkulan dengan srewperambengi: i a. kesesuaian usulan egiatan| dengan jenis-jenis eon per Mima/oshiang DAK” Me setmginac ial aan Pasa 7 ye 2 tan tetova egatan dengan rmemperhatan eo ee usulan DAF a. perbndingan data Wh hegitan pe data Jean nes DK He gn Ga eis {oo mis lh metering kis 9. tat cepa Slandar Peyanan Minimum ‘iang/eubideng yang eral lh aera 4 tpt cuputfmmatet| lata per Sidng/owbideng DAK png divin eh fod Sit iene font de fi enemy Ee -25- 5. target oufput/manfaat per bidang/subbidang DAK secara nasional dalam jangka pendek dan Jangka menenga; dan (6. kewajaran nila usulan kegiatan. = Fisk per Daerah, (2) Nemesterian Kewangan ¢q itcktorat Jenderal Perimbangan Kevangen menyudun hasil penilaian keelayakan usulan DAK Fisik Yerupa persandingan target output, nilsi wajar kegiatah, indeks kemahalan onstruksi, alokasi, dan Kineyja penyerapan DAK Fisk serta capaian ouput tahun anggaran sebelumnya per bidang/subbidang DAK Fisik per Daerah. (4) Hasil penilsian Kelayakan usulan DAK Fisk sebagsimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) isampaikan oleh kementerian/lemboga teknis terkait dan KementerianPerencanaan Pembangunan [Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional ‘kepada Kementerian Keuangan ©. Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan paling lambat tanggal 15 Juni (o) Dalam hal tanggal 15 Juni bertepdtan dengan hari ibur ‘atau hari yang diliburkan, betas) waktu penyampaian hhasil penilaian Kelayakan Usulan DAK Fisik sebagsimana dimalwud pada ayat (4) pada hari kerja bert e -26 Pasal 16 (0) Berdasarkan hasil penilaian kelayakan Usulan DAK Ficik sebogsimana dimaksud dalam Pasal 13, Menteri Keuangan 4. Direktur Jenderal Perimbangan Kewangan menghitung dan menyusun rincian pagu per Jenis/bidang/ subbidang DAK Fisk, (@) Rincian pagu scbagaimana dimaksud pada ayat (1) dibahas antara Kementerian Keuangan cq. Direktorat Jenderal Perimbangan Keuahgan, _Kementerian Perencanaan Pembangunan | —_Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan | Nasional, dan kementerian/lembaga telanis terkait (9) Hasit pembahasan sebagaimana dimakssud pada ayat (2) lituangkan dalam berita acara pembshasan antara Kementerian Keuangan, Kementerian Pereneanaan Pembangunan Nasional/Badan—_Perencanaan Pembangunan Nasional, dan kementerian/lembagn teknis, Pasal 15 (2) Dalam sangkea menyusun Indikasi Kebutuhan Dana DAK Nonfisik: a. Kementerian Pendidikan [dan Kebudayaan ‘menyampeikan perkiraan kebutuhan Dana BOS, Dana BOP PAUD, Dana TP Guru PNSD, DTP Guru PNSD, dan Dana TKG PNSD; b. Kementerian Kesehatan menyampaikan perkiraan kebutuban Dana BOK; ©. Badan Kependudulan dan Keluarga Berencana ‘Nasional menyampaikan perkiraan kebutuban Dana BOKB; ‘4. Kementerian Koperasi dan Usaha Keeil dan Menengah menyampaikan perkirean kebutuhan Dana PKUKM; dan | ¢. Kementerian Dalam Negeri medyampaikan perkiraan kebutuhan Dana Pelayanan Adjuindu, ¢ 27 1 kepada Kementerian Keusngan c.q, Direktorat Jenderal Perimbengan Keuangan. (@) Perkiraan Kebutuhan pendanaan masing-masing jenis DAK Nonfsik sebagaimana dimaksud pada syat (1) isampaitan paling lambat minggu pertama bulan Februari, (@) Berdasarkan perkiraan Kebutuhan pendanaan yang isampaian oleh kementerian/lembaga teknis terkalt sebagaimana dimaksud pada gyat (I), Direktorat enderal Perimbangan Keuangan) menyusun Indiksi ‘Kebutuhan Dana DAK Nonfisik Pasal 16 (0), Dalam rangi menyusun kebutuhan pendanaan Dena ‘Tambahan Infrastruktur Provinat Papua dan Provinst Papua Barat, Gubemur Papua dan Gubernur Papua Barat menyampaikan uslan Dana Tambahan Inirastraktur kepada Mentert Kevangan 4. Direktur \JengeratPerimbarysss Keuasigs (2) Dalam rangks menyusun kebueuhan pendanaan Dana Keistimewaan DIY, Gubernur DIY menyampatkan uusulan Dana Keistimewaan DIY kepada Menteri Keuangan cq, Direktur Jerjderal_Perimbangan Keuangan 1 {@) Penyampaan usulan Dana Tambahan Infrastruktur dan Dana Keistimewaan DIY sebagaimana dimaksud pada vat (1) dan syst (@) paling lambet minggu pertama ‘balan Februari (@) Berdasarkan usulan sebagaimana dimaksud pada at (1} dan ayat (2), Diektorat Jenderal Perimbangan Keuangan menyusun Jndikasi Kebutukan Dana ‘Tambahan Infrastruktur Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat serta Dana Keistimewaan DW. Pasal 17 Indikasi Kebutuhan Dana TKDD sebagaimana dimaksud dalam Pesal 5 dan hasil pembshasan sebageimana imaleud dalam Pasal 14 ayat (3) digunalean sebagai dasar Kebutuhan Dana TKD dan penyusunan arah kebijakean ‘erta alokasi TKDD dalam Nota Keuangan dan Rancangan APBN. BaBiv PENGALOKASIAN Bagian Kesatu Dana Bagi Hasil Pasagrat { Reneana Penerimasn DBH Pajak dan DBH CHT Pasal 18 () Berdasarkan paga penerimaan pajak dalam Kancangan ‘Undang-Undang mengenai APBN yang disampatkan oleh Pemerintah kepada Dewan Perwalilan Rakyat, Direktur Jenderal Pajak menetapkan: fa. rencana penerimaan PBB; dan b, rencana penerimaan PPh Pasal 21 dan PPh. wrorDn, 2) Rencana penerimaan PBB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, terri atas rencana penerimaan PBB: 18. Perkebunens Perhutanan; ‘Minyak Bumi dan Gas Bumi; Pengusshaan Panas Buri, dam Pertambangs lainnya dan SektorIainnya, (@). Reneana penerimaan PBB dan rencana penerimaan PPh Pasa 21 dan PPh WPOPDN sebagaimana dimaksud pada ayat (I) disampailean oleh Direkeur Jenderal Pajale kepada Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan paling lambat minggu kedua bulan| September ¢ 29 j (4) Rencana penerimaan PBB dan renfana penerimaan PPh Pasal 21 dan PPh WPOPDN sebageimana dimaksud pada ayat (1) divine? menurut Daerah abupaten. dan ota, (9) Rencana penerimaan PBB Migas scbagaimana dimakesud pada ayat (2) huruf,dirinci berdasarkan: 44, PBB Minyale Bumi dan Gas Bumi dari areal daratan (onshore setiap KKKS menurut kabupaten dan kota; . PBB Minyak Bumi dan Gas Bumi dari areal perairan lepas pantai (offshore) setiap KKKS; dan ©. PBB Minyale Bum dan Gas Buri dari tubub bumi setiap KKKS (6). Rincianreneana penerimean PBB Minyale Burn! dan Gas ‘Bum sebagaimana dimaksod padh ayat (5), dibedakan vant a. PBB Minyak Bumi dan Gas Bumi yang ditanggung, Pemerinta dan bb PBB Minyale Bumi dan Gas Sumi yang dibayar tangs uel KIS he bank persepa (7) Rencana penerimaan PBB Pengusabaan Panas Buri sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d disinci berdasarian Pengusaha Panas Sumi setiap Daerah vabupaten dan kota (6) Reneana penerimaan PEB Fertambangan Jainnya dan sektor lainnya sebagsimana difaksud pada ayat (2) ean sektor pertambangan Jninnya dan sektor lainnya menusut Dacrah Kabupaten urate dirine’ bend dan kota. Pasa 13 (1) irekaur ender Hea dan Cu enya: a reales pncimaan CHT yang dist dk Indonesia tahun beluga yang ine seta Daca an ty sencena peneinaan CHT yang dat 2 Indonesia teouai dengan pga dalam Rencangan Undang- ee A ot cece a acini igo Des Ree Dig e @ @ a @ Cc -30- kepada Direktur Jenderal Perimbafigan Keuangan. RRealisasi penerimaan CHT dan |rencana penerimaan (CHT sebagaimane dimaksud pada ayat (1) disampailean paling lambat minggu kedua bulan September. Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian menyampsikan data rata-rata produkt tembakau ering untuk 3 (tiga) tahun sebelumnya kepada, Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan paling Jambat minggu kedua bulan September. Paragrat 2 Penetapan Daerah Penghasil dan Dasar Penghitungan 7 spa Pasal 20, Berdasarkan pagn PNBP SDA dalam Rancangan ‘Undang-Undang mengenai APBN yang disampailean oleh Pemerintah Kepada Dewan Perwakilan Rakyat, ‘Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral menerbitan: ‘a surat penetapan Daerah penghasil dan dasar penghitungan bagian Daerah pengbasil sumber daya ‘alam minyak bumi dan gas bumi, pengusahaan ppanas bum; dan . surat penetapan Daerah penghasil dan dasar penghitungan bagian Dacrah penghasil sumber daya alam mineral dan batubara, ‘untuk setiap Daerah provinsi, Habupaten, dan kota ‘penghasil tabun anggaran berkenagn, Surat penetapan Daerah penghasi penghitungan bagian Daerah pengh: ‘alam pengusahaan panas buml scbagaimans dimaksud dan dasar sumber daya pada ayat (1) huruf a disusun berdasarkan kontrake pengusahaan panas bumi scbelum dan setelah berlaicunya Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2003, tentang Panas Bumi ‘Surat penetapan Daerah penghasil dan dasar penghitungen bagian Daerah penghasil untule sumber ¢ a aya slam minyake bumi dan gas bumi, dan pengusahaan panas bumi sebagaifnana dimaksud pada ayat (1) huruf a disampaikan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral kepada Menteri Keuangan ©, Direktur Jenderal Anggaran dan Direktur Jenderal Perimbangan Keusngan paling lambat minggu kedua bbulan September. (4) Surat penetapan Daerah penghasil dan dasar penghitungan bagian Daerah penghesil untuk sumber daya alam mineral dan batubara sebagaimana dimakeud pada ayat (1) huruf b disampaikan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral kepada Menteri Keuangan 0.9, Direktur Jenderal Perimbangan, Keuangan paling lambat minggu kedua Bulan. September. Pasal 21 Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyah san Gaz Dumi, actslah Berkoordinaci dengan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi ddan Sumber Daya Mineral, menyampaikan data: a. estimasi distribusi revenue dan entitlement Pemerintah setiap KKKS; dan b, _estimasi reimbursement Pajak Pertambahan Nilai setiap KKKS, ‘kepada Direktur Jenderal Anggaran, paling lambat mings -keempat bulan Agustus. Pasal 22 (0) Direktur Jenderal Pajak menyampaikan data perkiraan PBB Minyak Bumi dan PBB Gas Bumi yang dirine! setiap KKKS Kepada Direktur Jenderal Anggaran sebagai faktor pengurang dalam penghitungsn PNBP ‘SDA Minyak Bum dan Gas Bum (2) Direitur Jenderal Anggaran menyampaikan data perkiraan PNEP SDA Minyale Buri dan Gas Bumi setiap KKKS serta PNBP SDA Pengusahaan Panas Bumi setiap (e @ a -32- pengussha untuk Setoran Bagian Pemerintah yang sudah memperhitungkan data perkiraan Komponen pengurang pajak dan pungutan laihnya kepada Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan, ata perkiraan sebagnimana dimaksud pada ayat (2) dlisampaikan paling lama 10 (sepulub) hari kerja setela literima secara lengkap: falcor pengurang berupa: 1, petkiraan PBB Minyak dan Gas Bumi setiap KKKS dari Direktorat_ Jenderal’Pajaie sebagaimana dimakesud pada ayat (1); 2, perkiraan PBB Pengusshaan Pans Buri setiap Pengusaha dari Direktorat Jenderal Pajak; 3. estimasi reimbursement Pajak Pertambahan Nilai Minyak dan Gas Bumi setiap KKKS dari Kepala Satuan Kerja Khusu Pelaisona Kegiatan Usaha Hult Minyak dan Gas | Bumi eebogaimana simaksud dalam Pasal 21; 4. estimas reimbursement Payal Vertambaban Miah Panas Bumi setiap pengusaha dari Direktorat venderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral; surat penctapan Daerah penghasil dan dasar penghitungan bagian Daerah sumber daya alam rminyale bumi dan gas bumi serta pengusahaan panas bumni untuk setiap provinsi, Kabupaten, dan ota talsun anggaran berkensah; dan data estimasi distribusi revdnue dan entitlement Pemerintah setiap KKKS untule sumber daya alam ‘minyalc bumi dan gas bumi dan setiap pengusaha ‘untuk sumber daya alam pengusshaan panas bum, Pasal 23, Berdasarkan pagu PNBP SDA dalam Rencangan ‘Undang-Undang mengenai APBN yang disampaikan oleh Pemerintah kepada Dewan Perwabilan Rakyat: E -33 fa Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan menerbitkan surat penetapan Daerah penghasil dan Gasar penghitungan bagian Daerah penghasil PNBP SDA Kebiutanan tahun anggarah berkenaan; dan b, Menteri Kelautan dan Perikehan menyusun data pendukung dan dasar penghitungan PNBP SDA Perikanan, (2) Surat penetapan Daerah penghasil dan das penghitungan bagian Daerah penghasil PNBP SDA Kehutanan sebagaimana dimakeud peda ayat (1) hhuruf a disampaikan olch Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutenan kepada Menteri Keuangan c.g. Direktur enderal Perimbangan Keuangan paling lambet mings edua bulan September. (@) Data pendukung dan dasar penghitungan PNEP SDA perikanan sebagaimane dimakesud pada ayat (1) hurat b Gisampaikan oleh Menteri Kelagtan dan Perikanan Neomda Ment Neungan ca] Disk Jenderal PPerimbangen Kewingars paling Idubul suing kedwa Dbulan September. Paragrat 3 Perubahan Data (1). Perubahan data dapat dilakukan dalam hal terjad 1a. perubahan APBN; 'b. perubahan Daerah penghasil dan/atau dasar penghitungan bagian Daerah jpenghasil DBH SDA ddan PNBP SDA; dan/ateu fo. salah hitung. (2), Direktur Jenderal Pajak, Dizektur Jenderal Bea Cuksi, atau Direktur Jendersl Anggaran menyampatkan, perubahan data ‘a. rencana penerimaan PBB, penerimaan PPh Pasal 21 dan PPh WPOPON sebagsimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1); 128 a a 34 , rencana penerimaan CHT sebagaimana dimaksud ‘dalam Pasat 19 ayat (1) huruf'b; atau . perkiraan PNBP SDA Minyak Bumi Dan Gas Bumi setiap KKKS dan PNBP SDA pengusahaan panas Dbumi setisp pengusaha seljagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (2, kepada Direktur Jenderal Perlmbengan Keuangan paling lambat minggu keempat bulan OXtober. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Menteri Lingleangan Hidup dan Kehutanan, atau Menteri Kelautan dan Perikanan menyampaikan perubahan data: fa. penetapan Daerah penghasil dan dasar penghitungan bagian Daerah penghasil untuk sumber daya alam minyak bumi dan gas bumi, pengusahann panas bumi, dan mineral dan Datubara scbagaimane dimaksud dalam Pasal 20 ayat (Ih b. penetapan daerah —pengtasil dans datas penghitungan bagian daerah penghasil PNBP SDA Kebutanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) huruf a; atau fe. penduleung dan dasar penghitungan PNBP SDA Perikanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) hurt, kepada Menteri Keuangan eq, Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan paling lambat minggu keempat bbulan Oktober tahun anggaran berkensan, Paragrat4 Prognosa Realisasi Penerimpan Pajale Pasal 25 Direktur Jenderal Pajak melakukan perhitungan prognosa realisast penerimaan: 8. PBB; dan 35 b. PPh Pasal 21 dan PPh WPOPDN setiap Daerah Ieabupaten dan kota, (2) Prognosa realisssi penerimasn PBB. sebagaimana imaksud pada ayat (1) buruf a terdiri atas prognosa realisasi penerimaan PBB: Perkebunan; Perhutanan; Minyaie Bumi dan Gas Bum; Pengusahaan Panas Bumi; dan Pertambangan Leinnya dan Seltor Lainnya. (9). Prognosa realisasi penerimaan PBB Minyak Buri dan Gas Bui sebegaimana dimaksud pada ayat (2} huruf ¢ divine berdasarkan: a, PBB Minyalc Bumi dan Gas Bumi yang ditanggung Pemerintah; dan b. PBB Minyak Bumi dan Gas Bumi yang dibeyar langoung oleh KKKS ke bank persepsi (4) Prognosa realisasi penerimaan PBB Minyake Bumi dan (Gas Bum! sevagaimans dinmakwud pau wyat (9) tinct berdasarkan: a. PBB Minyale Bumi dan Gas Bumi dari areal daratan (onshore) setigp KKKS menurut Daerah Kabupaten ddan kota; dan peor PBB Minyake Bumi dan Gas Bumi dari areal perairan lepas pantai (ofshors) dan PBB Minyaie Sumi dan Gas Bumi dari tubuh bumi setiap KKKS, (5) Prognosa realisasi penerimann PBB Pengusabaan Panas Bumi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) buraf dirinei menurut pengusaha setiap Dacrah kabupaten, dan kota (6) Prognosa realisasi penerimaan , PBB Pertambangan Lainnya dan Sektor Lainnya schagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf © dirinci| berdasarkan sektor pertambangan lainnya dan seklor lainnya menurut Daerah kabupaten dan kota. ” a a 6 “ a +36- Prognosa realisasi penerimaan sebagsimana dimakaud ‘pada ayat (1) disampaikan oleh Direktur Jenderal Pajake kepada Direktur Jenderal Perimbangan Kewangan paling lambat minggu keempat bulan Oktober, Paragrat 5 Prognosa Realisasi Penerimaah PNBP SDA Pasal 26 Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Mentert Lingleingan Hidup dan Kehutanan, serta Menteri Kelautan dan Perikanan masing-masing melakukan penghitungan prognosa realisasi penerimaan PNP SDA ‘yang dibagihasilkan pada tahun anggaran berkenaan setiap Daerah provinsi, kabupaten, dan kota penghasil, Penghitungan prognosa realisasi penerimaan PNEP SDA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui rekonsiliasi data antara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Lingleungan Hidup dan Kebutansn, dan Kementefian Kelautan dan Perikanan dengan Daerah pengh4sil, yang melibatkan Kementerian Keuangan, Hasil rekonsiliast data sebagaimana dimaksud pada ayat 2) dituangkan dalam berta acara rekonsiliai Prognosa reaisasi penerimaan PNBP SDA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan oleh Menteri Bnergi dan Sumber Daya Mineral, Menteri Lingkungan Hidup dan Kebutanan, dan Menteri Kelautan dan Perikanan kepada Menteri Keuangan eq, Ditektur Jenderal Perimbangan Keuangan paling lambat minggu kkeempat bulan Oktober. Pasal 27 Direleur Jenderal Minyak dan Gis Buri Kementerian Bnergi dan Sumber Daya Mineral melakulean penghitungan prognosa realisasi lting minyak bumi E @ @ #) o a a dan gas bumi setiap Daerah provinsi, kabupaten, dan kota penghasil tahun anggaran berkenaan, Direktur Jenderal Energi Bara Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral melaleskan penghitungan prognosa realisasi produksi Pengusshaan Panas Bumi setiap Daerah provinsi, Kabupaten, dan kota penghasil tahun anggaran berkenaan. Penghitungan _prognosa casi sebagaimana imaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilakeukean melalui rekonsiliasi. data antara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral dan daerah penghasil, dengan relibatkan Kementerian Keuangan, Hasil rekonsiliasi data sebagaimana dimalesud pada ayat (3) dituanglan dalam berita acara rekonsiliasi Prognosa realisasi iting minyak bumi dan gas bum sebagaimana dimakeud pada ayat (I) disampaikan oleh Direktur Jenderal Minyake dan Gas Bumi Kementerian Energ! dan Suuulsr Daya Mineral kepada Direktur Jenderal Anggaran dan Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan paling lambat minggu kedua bulan Oktober Prognosa realisasi produksi penghsahaan panas bumi sebagaimana diraksud pada ayat|(2) disampsikan oleh Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan. Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral kepada Direktur Jenderal Anggsran dan Direkur Jenderal Perimbangan Keuangan paling lambat ‘minggu kedua bulan Oktober. Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha, Hula Minyak dan Gas Bumi menyampaikan prognosa istribusi revenue dan entitlement Pemerintah setiap KKKS tahun anggaran berkenaan kepada Direktur Jenderal Anggaran paling lambat mings kedua bulan Oktober. | ¢ @ a ea e a -38- Prognosa distribusi revenue dan entitlement Pemerintah ‘untuk minyak bumi sebsgsimana dimaksud pada ayat (7) disampaikan menurut jenis minyak bumi setiap KKKS tahun anggaran berkenaan, Pasal 28 Berdasarkan prognosa realisas ffting minyale bumi dan. ‘gas bumi, prognosa realisast produksi pengusahaan panas bumi, dan prognosa distribusi revenue dan entitlement Pemerintah setiap |KKKS sebagaimana imaleud dalam Pasal 27 ayat (5)/avat (), dan ayat (7), Direktur Jenderal Anggaran meldiakan penghitungan prognosa realisasi penerimaan PNBP SDA 4 Minyak Bumi dan Gas Bumi setiap KKKS; dan », Pengusahaan Panas Buri setiap pengussha, Prognosa realisasi penerimaan PNBP SDA sebagsimana slimakcud pada ayat (1) sudah memperhitungkan faktor pengurang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (8) hurut a Prognosa reslisasi penerimaan PNBP SDA sebagaimana imakoud pada ayat (I) disampaikan oleh Direktur Jenderal Anggaran kepada | Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan paling larhbat minggu keempat bbulan Oktober. Paragrat 6 Realisasi Penesimaan Pajake, CHT, dan PNBP SDA Pasal 29 Direktur Jenderal Pajak menyampaikan dats realisast penerimaan PBB dan PPh Pasal 21 dan PPh WPOPDN setiap Kabupaten dan kota kepada Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan paling lama 1 (satu) bulan selelah hasil pemerikeagn LaporanKeuangan Pemerintah Pusst dikeluarkan olbh Badan Pemeriksa Keuangan. c a @ a @ e 239. Direktur Jenderal Bea dan Cuksi menyampalkan data realisasi penerimaan CHT setiap kabupaten dan kota kepada Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan, paling lama 1 (satu) bulan setelah hasil pemeriksaan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat dikeluarkan oleh Badan Pemeriksa Keuangan. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Menteri Kelautan, ddan Perikanan, dan Direktur Jenderal Anggaran sesusi tugas dan fungsi masing-masing menyampaikan, realisasi PNBP SDA Minyak Bumi flan Gas Buri, Panas Bumi, Mineral dan Batubard, Kehutanan, dan. Perikanan kepada Menteri Keuangan cq, Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan paling lama 1 (satu) bulan setclah hasil pemeriksan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat dikeluarkan oleh Badan Pemeriksa Kevangan. Pasagiat Penghitungan dan Penetapan Alokast Pasal 30 BH PBB terdisiatas: 4. DBH PBB bagien provinsi, kabpaten, dan kota; ', Biaya Pemungutan PBE bagiay provinsi, kabupaten, an kota; dan 6. DBH PBB bagi rata untuk kabupaten dan kota Berdasarkan rencana penerimaan PBB scbagaimana imal dalam Pasal 18 ayat (1) huraf a, Direktorat enderal Perimbangan -Keuangan —melaicukan penghitungan slokasi DBH PBB dan Biaya Pesungutan PRE bagian provinsi, kabupaten, dan kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hurufa dan huruf b, Biaya Pemunguten PBB Bagian provinsi, kabupaten, ddan kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b @ihitung sesuai dengan ytentuanperaturan F “ a a -40- a ee “EL nel gtmmasw sss = Pasal 31 Penghitungan alokasi DBH PBE sebagaimana dimalkud dalam Pasal 30 ayat (2) untuk PBB Minyale Bumi dan Gas Bumi dan PBB Pengusdhsan Pans Bum «ilacukan dengan ketentuan sebagai beret: PBB Minyale Buri dan Gas Bymi onshore dan PBB Pengusahaan Ponas Buri ditatausahalean erdasarkan letak dan kedudukan objek pajake ‘untuk selanjutaya dibegi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan >. PBB Minyak Bum dan Gas Bumi offshore dan PBB Minyak Bumi dan Gas Bumi tubuh bumi itatausahakan menurut Kabupaten dan kota dengan menggunakan formula dan selanjutnya ibagisesusi dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, Formula sebegaimana dimakeud pada ayat (1) huraf b eae eee Poe fees ee bed ea (asia Lifting Migs) Gave — ae og See an @ @ a a ‘Sow ewe sh He bak PEBAiga EBT = nasi Lftngtins x Pears Teoh ant Penghitungen PBB Minyak Bumi dan Gas Bumi offshore ‘dan PBB Minyak Bumi dan Gas Bumi tubuh bumi setiap Daerah kabupaten dan Kota dari PBB Minyale Bumi dan Gas Sumi yang ditanggung Pemerintah ditetaplan sebagal bereut: 4 10% {sepuluh persen) menggunakan formula ‘sebagaimana diatur pada ayat (2) huruf a; dan b. 90% (sembilan puluh perpen) dibagi secara proporsional sesuai dengan pfognosa realisasi PBB Minyak Bumi dan Gas Bumi tahun anggaran sebelumnya. Dalam hal data prognosa realisasi penetimaan PBB Minyak Bumi dan Gas Bumi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (9) tidak disampaikan sesuai dengan batas waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (7), penghitungan PBB Minyak Bumi dan Gas Bumi offshore dan PBB Minyale Bumi dan Gas ‘Bui tabuh bum sebagaimana dimalesud pada ayat (8) hurt b dibagi secara_proporsional dengan rmenggunaksn rencana penerimada PBB Minyak Buri Gan Gas Bumi tahun anggaran eelfelumnya, Pasal 32 Rasio jumiah penduduk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (2) huruf a dihitung dengan membagi jjumlah penduduk setiap Daerah kebupaten atau kota dengan total jumlah penduduk nasional 42- (2) Rasio tues wilayah sebagaimana dimalesud dalam Pasal 31 ayat 2} burufe dihitung dengan membagi luas vwilayah setiap Daerah kabupaten atau kota dengan total tas wilayah nasional (©) Rasio invers PAD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (2) huruf a dihitung dengan membagl invers PAD setiap Dacrah knbupaten ata kota (ran) dengan total invere PAD seluru Daerah Kabupaten dan ota Qualoas? (6) Rasio tjting Minyale Bumi dan Ges Bumi sebagaimana imalsud dalam Pasal $1 ayat (2) dibitung dengan membagi iting Minyak Bumi dan Gas Bumi setiap Daerah Kabupaten dan kota peghasil dengan total lifing Minyak Bui dan Gas Bhi seluruh Daerah Jabupaten dan kota penghasi Pasal 33 (1) Data jumlah penduduk, Iuas wilayah, dan PAD sebagaimana dimmaksud dalam Pasal 31 ayat (2) huruf a merupakan data yang digunakan dalam penghitungan DAU untuk tahun anggaran berkenaan. (2) Penggunaan data iftng Minyale Bumi dan Gas Bumi sebagtimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (4) diatur dengan ketentuan: a. untuk alokasi PBB Minyak Bumi dan Gi ‘menggunakan data prognosa| iting Minyak Buri ddan Gas Bumi tahun sebelumhya dari Kementerian ‘Energi dan Sumber Daya Mineral; dan b. untuk perubshan alokasi PBB Minyak Buri dan Gas Bumi menggunakan data prognosa atau realisasi ijting Minyak Sumi dan Gas Bumi tahun sebelumnya dari Kementerian Energi dan Sumber Bumi Daya Mineral -43- Pasal 94 Berdasarkan rencana penerimaan PPh sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1) |huruf b, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan meljicukan penghitungan alokasi DBH PPh Pasal 21 dan PPh WROPDN sesuai dengan ‘ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 35, (1) Berdasarkan hasil penghitungan alokasi DBI PBB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 dan hasil penghitungan alokasi DBH PPh Pasal 21 dan PPh WPOPDN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 94 itetaplan alokasi DBI Pajale untule Daerah provinst Ikabupaten, dan kota (2) Dolam hal reneana penerimaan, Pajak sebagaimana imaksud dalam Pasal 18 ayat| (1) berbeda sangat signifikxan dengan realisasi |penerimaan tahun sebelumnya sebagsimana dimaksud dalam Pasal 29 fayat (I, wluhasi DDI Pajale sebogeimana dimaleoud peda ayat (I) dapat disesuaikan dengan realis penerimaan pajak tabun-tehun sebelumnya, (9) Dalam hal rencana penerimaan Pajak tidak isampalian sesuai dengen batas waktu sebagsimana imaksud dalam Pasal 18 ayat (3, penghitungan alokast DBH Pajak dapat dilakukan hberdasarkan data ‘penerimaan Pajaik tahun sebelurmnya. (@). okasi DBH Pajak menurut provinsi, Kabupaten, dan ota tercantumn dalam Peraturay Presiden mengenai rincian APBN. Pasal 36 (0) Direktorat —Fenderal —Perimbangan—-Keuangan menctapkan alokasi DBH CHT setiap provinsi Derdasarkan formula pembagian sebagai berikut: BH CHT per provinsi = (58% x CHT) + (28% x TBI) + (4% x 1PM) x Pagu DBH CHT — 48 oterangan: out = proporsi realisasi penerimaan cukai basil tembakcau suatu provinsi tahun sebolumnya ferhadap —realisasi penerimaan nasil tembakaw nasional ex = proporsi —rata-rata —_produlksi tembakau ering suatu provinsi selama tiga tahun teralhir terhadap rata-rata produlesi tembakau kering rnasional PM. ‘= proporsi invers indeks pembangunan ‘manusia suatu provinsi tahun sebelumnya terhadap invers indeks pembangunan manusia seluruh provinsi penerima cukai hasil tembakau Pogs DBH ~ 2% (dua perfen) dari reneana cur penersmaan Cukat Hastl ‘tembakau ‘abun berkenaan @) Alokasi DBH CHT setiap provinsi sebagaimana imaksud pada ayat (1) disampaikan oleh Menteri Keuangan cq. Direktur Jenderal Perimbengan Keuangan kepada gubemnur paling lama 5 (lima) hari kerja setelah ditetapkannya Peraturan Presiden rmengenai rincian APBN atau setelah diinformasikan secara retmi melalui portal Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan, Pasal 37 (1) Berdasarkan alokasi DBH CHT setiap provinsi, sebaguimana dimskaud dalam Pasal 36 ayat (2), gubernur menetapkan pembagian DBH CHT, dengan ketentuan: ‘4. 30% (tiga puluh persen) untuk provinsi yang. bersangicutan; C

Das könnte Ihnen auch gefallen