Sie sind auf Seite 1von 7

Asep Setya Rini | Penatalaksanaan Holistik Ulkus Pedis Sinistra Et Causa Peripheral Arterial Disease

Judul : Penatalaksanaan Holistik Ulkus Pedis Sinistra Et Causa Peripheral Arterial Disease

Jenis Artikel : Case Report

Penulis : Asep Setya Rini

Affiliasi : Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung

Korespondensi Penulis :
Nama : Asep Setya Rini
Alamat Lengkap : Jalan Pangeran Antasari No 55, Bandar Lampung.
Telepon : 085369808882
E-mail : asepsetyarini@gmail.com

J Agromed Unila | Volume | Nomor | Bulan Tahun | 1


Asep Setya Rini | Penatalaksanaan Holistik Ulkus Pedis Sinistra Et Causa Peripheral Arterial Disease

suplai darah rendah menuju ektermitas bawah.


Penyakit arteri perifer dapat berkembang
HOLISTIC MANAGEMENT OF LEFT FOOT ULCER menjadi beberapa komplikasi, salah satunya
ET CAUSE PERIPHERAL ARTERIAL DISEASE berupa critical ischemic limb yang menyebabkan
amputasi pada beberapa pasien. Di Indonesia
Asep Setya Rini setidaknya setiap satu juta orang terdapat
Faculty of Medicine, University of Lampung 13,807 orang mengalami PAD
Kasus: Pria, 54 tahun, mengeuhkan luka kronis
Abstract di kaki kiri dengan peningkatan ukuran dan
kedalaman luka. Pasien juga mengalami nyeri
Background : Peripheral arterial disease (PAD) is dan kesemutan di kaki kiri.Didapatkan faktor
vacular disease that characterized with low internal pada kasus seperti faktor genetik,
blood supply to lower extermity. Peripheral pengobatan kuratif, asupan makanan yang
arterial disease could grow into several rendah, jarang berolahraga dan perokok berat.
complication, one of them is critical ischemic Faktor eksternal meliputi berpenghasilan rendah,
limb that caused amputation in a few patient. In aspek psikososial berupa kurangnya dukungan
Indonesia at least every one million people dan pengetahuan keluarga tentang penyakit
theres 13.807 people undergoes PAD. pasien. Dilakukan kunjungan ke rumah sebanyak
Case: Man, 54 years old, presenting with a 3 kali untuk melakukan intervensi terhadap
chronic wound in the left foot with increase in pasien dan keluarga tentang penyakit,
size and depth. The patient also presenting with pencegahan dan pentingnya pencegahan untuk
pain and numbness over the left foot, with the mencegah komplikasi penyakit .
obtained internal factors such as genetic factor, Simpulan: Ulkus pedis dengan kebiasaan
curative treatment, low intake of foods, rarelt perokok berat, asupan protein yang rendah dan
excercis and heavy smokers. The external factors latihan fsik yang buruk dapat meningkatkan
include low income, psychosocial aspects is lack infeksi jaringan lunak disertai dengan gangguan
of support and family knowledge about the aliran darah pada PAD. Hal ini menyebabkan
patients disease.We had been visits her house 3 perkembangan penyembuhan luka yang ertunda,
times to intervention patients and families about gangguan oksigenasi jaringan dan resistensi
the disease, prevention and the importance of bakteri terhadap terapi yang diberikan.
preventive to prevent complications of the
disease. Kata kunci: Hipertensi, stress, pola hidup
Conclusions: Foot ulcer with heavy smokers
habbits, low protein intake and poor excercise Korespondensi: Asep Setya Rini, alamat Jalan
lead to soft tissue infection with impaired blood Pangeran Antasari No 55, Bandar Lampung, HP
flow in PAD. It caused development of delayed 085369808882, e-mail asepsetyarini@gmail.com
wound healing, impaired tissue oxygenation and PENDAHULUAN
bacterial resistance to several patient.
Peripheral arterial disease (PAD) merupakan
Keywords: Peripheral arterial disease, chronic kondisi umum pada vaskular yang
woud healing, foot ulcer mempengaruhi kualitas hidup dan ekspentasi
hidup manusia dengan meningkatnya risiko
PENATALAKSANAAN HOLISTIK ULKUS PEDIS terjadinya cardiovascular event. Insidensi PAD
SINISTRA ET CAUSA PERIPHERAL ARTERIAL bervariasi dari 3% hingga 10% pada usia muda
DISEASE hingga 70 tahun. Tetapi, hanya sekitar 40%
pasien PAD bersifat asimtomatik dengan gejala
Asep Setya Rini kaludikasio, sehingga sulit untuk menilai
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung perkembangan PAD. Satu dari 3 pasien PAD akan
berkembang menjadi oklusi sempit yang akan
Abstrak berkembang menjadi ulkus dan gangrene. 1

Latar belakang: Penyakit arteri perifer (PAD) Peripheral arterial occlusive disease (PAOD) atau
adalah penyakit vaskular yang ditandai dengan dikenal dengan penyakit arteri perifer

2
Asep Setya Rini | Penatalaksanaan Holistik Ulkus Pedis Sinistra Et Causa Peripheral Arterial Disease

merupakan suatu kondisi adanya lesi yang yang berperan dalam early recognition, medical
menyebabkan aliran darah dalam arteri yang optimation, appropriate referral dan post
mensuplai darah menuju bagian distal operative care.Tujuan utamanya adalah
ekstremitas menjadi terbatas.2 Distribusi klinis mencegah progresivitas dari asimpomatik PAD
PAD pada pasien >50 tahun terdiri atas menjadi critical iskemic limb dan mencegah
asimtomatik sebanyak 20-50%, nyeri tungkai critical ischemic limb berkembang menjadi
atipikal sebanyak 40-50%, klaudikasio klasik 10- sepsis.Oleh sebab itu perlunya keaktifan dari
35% dan critical limb ischemia 1-2%. Salah satu tenaga kesehatan untuk melakukan screening
faktor risiko dari terbentuknya penyakit arteri terhadap penyakit PAD.5
perifer berupa riwayat ABI (ankle brachial index)
yang rendah, merokok, diabetes (terutama pada KASUS
keadaan glukosa tak terkontrol), hipertensi dan
dislipidemia.2,3 Tn. T, 54 tahun, sekitar 6 bulan yang lalu pasien
mengeluhakan rasa kebas pada kaki kirinya. Rasa
Saat ini, diperkirakan lebih dari 202 juta orang di kebas yang muncul bersifat hilang timbul
dunia menderita PAD. Prevalensi PAD di dengan kuantitas ringan. Rasa kebas muncul
Indonesia adalah 9,7%. Data prevalensi PAD pada telapak kaki kiri dan terkadang hingga
lainya didapat dari sebuah penelitian multi punggung kaki.Pasien juga mengeluhkan timbul
negara oleh PAD-SEARCH, dimana Indonesia juga rasa kesemutan yang hilang timbul pada bagian
menjadi salah satu subjek penelitian. Setiap satu kaki kiri yang muncul terutama pada saat
juta orang Indonesia, 13.807 diantaranya bekerja.Pasien juga merasakan nyeri hilang
menderita PAD. 3 timbul pada bagian telunjuk kiri yang muncul
terutama saat beraktivitas. Pada saat bekerja
Pada fase lanjut yaitu pada keadaan critical pasien tertusuk kayu pada bagian jari telunjuk
ischemic limb saat pembuluh darah tersumbat kiri, dikarenakan rasa kebas yang muncul pasien
akan dapat terbentuk gangren pada distal jari tidak sadar bahwa tertusuk kayu dan pasien juga
ekstermitas. Pada beberapa kasus penyakit menggunakan sepatu ketat.Akibatnya pada
vaskular perifer terjadi secara mendadak hal ini bagian yang tertusuk kayu timbul luka yang luas
terjadi saat ada emboli yang menyumbat hingga mencapai tulang pasien.Pasien lalu
pembuluh darah. Pasien akan mengalami nyeri dilakukan amputasi pada jari telunjuk kaki kiri.
yang tajam diikuti hilangnya sensari di area yang Pasien menyatakan bahwa setelah diamputasi
kekurangan suplai darah. Tangan akan menjadi luka post operasi sudah kering.
dingin dan kebas serta terjadi perubahan warna
menjadi kebiruan. Terkadang pasien diawali Pada 2 minggu terakhir pasien mengeluhkan
dengan trauma yang tidak disadari dan timbul luka pada tempat post amputasi yang
berkembang menjadi infeksi lokal. Penurunan semakin melebar sejak 2 minggu terakhir. Pada
vaskularisasi menyebabkan ketidakseimbangan awalnya luka hanya berada pada bagian tempat
antara laju penyembuhan dengan perkembangan post amputasi yaitu pada pangkal jari telunjuk
infeksi. Sehingga terbentuklah ulkus. Bentuk PAD kaki kiri yang lama kelamaan menyebar kebagian
berupa Critical limb ischemia didefinisikan punggung kaki kiri.Luka yang muncul
sebangai nyeri iskemia saat istirahat yang terus menimbulkan rasa nyeri yang cukup berat hingga
menerus, hilang timbul dan membutuhkan membuat pasien tidak dapat tertidur.
analgetik opiat selama paling sedikit 2 minggu,
terdapat ulserasi atau gangren pada kaki atau jari Pasien makan sebanyak tiga kali sehari. Makanan
dan tekanan sistolik ankle kurang dari 50 mmHg yang dimakan cukup bervariasi. Terdiri atas nasi
atau tekanan sistolik jari kurang dari 30 mmHg sebagai makanan pokok diikuti dengan lauk pauk
(atau hilangnya pulsasi a dorsalis pedis pada berupa sayur-sayuran. Pasien jarang
pasien diabetes melitus.3,4 mengonsumsi makanan protein hewani. Aktivitas
fisik pasien, jarang berolahraga. Olahraga
Pada dasarnya primary care di Indonesia dilakukan ketika sebelum pasien sakit.
memiliki peranan penting terhadap
perkembangan penyakit PAD. Dalam hal ini, Pasien merupakan seorang perokok berat sejak
primary care dapat bertindak sebagai wadah usia 18 tahun, frekuensi merokok mencapai 2

3
Asep Setya Rini | Penatalaksanaan Holistik Ulkus Pedis Sinistra Et Causa Peripheral Arterial Disease

bungkus perhari. Pasien juga seorang peminum adalah edukasi dan konseling mengenai
alcohol dengan frekuensi minum setiap 2 penyakitnya, dan pencegahan agar penyakit tidak
minggu.Sampai saat ini pasien masih merokok muncul kembali. Penatalaksanaan farmakologi
dan berhenti minum alcohol sejak 1 tahun yang berup ganti balutan setiap hari, antibiotik topical
lalu.Pasien bekerja sebagai seorang buruh kebun. kloramfenikol cream, dioleskan pada area luka,
Biasa menggunakan sepatu boot ketat yang antibiotik sistemik Metronidazol 500 mg 3x1,
jarang dibersihkan. Tidak menggunakan helm Cefixime 100 mg 3x1, analgetik Natrium
dan masker saat bekerja.Semenjak sakit pasien diklofenak 10 mg 2x1.6,7
tidak dapat beraktivitas seperti biasa kembali.
PEMBAHASAN
Riwayat keluarga dengan penyakit yang sama
disangkal. Tidak terdapat anggota keluarga yang Dari hasil anamnesis didapatkan poin penting
mengalami hal yang sama. Saudara kandung yang terdiri atas timbul rasa kebas, nyeri hilang
pasien memiliki penyakit diabetes melitus. timbul, riwayat terpapar luka dan riwayat
Riwayat penyakit degeneratif lainnya seperti amputasi. Perihal poin keluhan diatas didapatkan
hipertensi, artritis dan penyakit ginjal disangkal. pasien mengalami kelainan yang dialami oleh
pasien diawali dengan terjadinya neuropati
Penampilan astenikus, kurang terawat. Berat perifer dan klaudikasio intermiten diikuti dengan
badan 54 kg, tinggi badan 175 cm, IMT 17,6 paparan luka dan terbentuk iskemia pada
(underweight). Tampak sakit sedang, kesadaran telunjuk kaki pasien. Neuropati perifer adalah
compos mentis. Tekanan darah 120/80 mmHg, suatu keadaan yang melingkupi spektrum luas
nadi 74 x/menit, frekuensi napas 18x/menit dan penyakit yang ditandai berupa gangguan
suhu tubuh 37,1 o C sensorik dan motorik pada level perifer.
Klaudikasio adalah nyeri hilang timbul yang
Regio pedis sinistra tampak luka dengan luas 9 diakibatkan oleh aliran darah ke esktermitas
cm X 7 cm berbatas ireguler dengan dasar luka terhambat. Berdasarkan keadaan ini dicurigai
jaringan epidermis dan kutis. Pada permukaan pasien memiliki berberapa diagnosis banding
luka tampak pus multiple dengan jaringan terkait dengan underlying disease keadaan
hiperemis dan jaringan nekrotik. Pada area pasien, yaitu peripheral arterial disease, diabetes
terasa nyeri, pulsasi arteri dorsalis pedis, melitus tipe 2.8
maleolus media lebih lemah dibandingkan
dengan kolateral. Range of motion tidak Peripheral arterial disease adalah gangguan
terbatas pada level pedis sinistra. Range of aliran darah menuju ekstermitas yang
motion terbatas pada digiti 3 pedis sinistra. diaikibatkan oleh atherosclerotic oclusive
Tekanan darah 4 ekstermitas: Lengan atas kanan disease. Sedangkan diabetes melitus adalah
120/80 mmHg, lengan atas kiri: 120/80 mmHg, suatu kelompok penyakit metabolik dengan
tungkai bawah kanan: 110/70 mmHg, tungkai karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena
bawah kiri : 100/80. Ankle brachial index : 0,83. kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-
duanya.9
Reflek fisiologis normal, refleks patologis (-).
Pemeriksaan motorik dalam batas normal. Pada pemeriksaan fisik ditemukan pada regio
Sensorik pedis sinistra: sensorik halus terganggu, pedis sinistra. Look: tampak luka dengan luas 8
sensorik kasar terganggu, sensorik diskriminasi 2 cm X 5 cm berbatas ireguler dengan dasar luka
titik terganggu, stregteogenesis terganggu, tes jaringan epidermis dan kutis. Pada permukaan
vibrasi terganggu. luka tampak pus multiple dengan jaringan
hiperemis dan jaringan nekrotik. Feel: pada area
Hasil pemeriksaan penunjang pada pasien yaitu terasa nyeri, pulsasi arteri dorsalis pedis,
gula darah sewaktu 125, gula darah puasa 98, maleolus media lebih lemah dibandingkan
gula darah post prandial 100. dengan kolateral. Move: range of motion tidak
terbatas pada level pedis sinistra. Range of
Diagnosis kerja pada pasien ini yaitu Ulkus Pedis motion terbatas pada digiti 3 pedis sinistra.Pada
Sinistra Et Causa Peripheral Arterial Disease. pemeriksaan sensoris didapatkan Reflek fisiologis
Penatalaksanaan yang diberikan pada pasien ini normal, refleks patologis (-).Pemeriksaan

4
Asep Setya Rini | Penatalaksanaan Holistik Ulkus Pedis Sinistra Et Causa Peripheral Arterial Disease

motorik dalam batas normal.Sensorik pedis


sinistra: sensorik halus terganggu, sensorik kasar Penatalaksanaan nonfarmakologi berupa ganti
terganggu, sensorik diskriminasi 2 titik balutan per hari, dengan drainase menggunakan
terganggu, stregteogenesis terganggu, tes vibrasi NaCl 0,9 %, kasa steril dan obat topical berupa
terganggu. Nilai ABI 0,83. 9 madu alami. Apabila ditinjau kembali terlihat
terdapat ketidakseusuaian guideline pengobatan
Berdasarkan pemeriksaan fisik diatas didapatkan yang dilakukan terhadap pasien. Secara garis
bahwa pasien mengalami neuropati sensorik, besar terapi yang diberikan bersifat
angiopati dan ulkus pada dorsum pedis sinistra. mengeradikasi biofilm yang terdapat di kaki,
Ulkus yang timbul pada dorsum pedis pasien mengeradikasi infeksi pada lokasi ulkus,
dicurigai diawali dengan angiopati dan diikuti membuat perfusi aliran darah yang adekuat,
dengan neuropati sensorik. Pada umumnya kontrol infeksi dan bakteremia secara luas dan
neuropati sensorik dapat diakibatkan oleh tatalaksana underlying disease.10
beberapa berupa gangguan sistemik dan
neurologi. Gangguan neurologi yang umum Intervensi secara famakologis dengan
menyebaban neuropati adalah myasthesia gravis menambahkan obat berupa antibiotik spektrum
dan gullain-bare syndrome.7 Sedangkan luas yaitu cefixime dengan dosis 100 mg per 12
neuropati perifer akibat gangguan sistemik dapat jam oral dan menambahkan obat antibiotik
diakibatkan oleh diabetic neuropathy, peripheral topikal berupa kloramfenikol salep topikal 2 kali
arterial disease dan alcohol intoxication. per hari. Serta mengganti analgesik menjadi
Kebanyakan neuropati disebabkan oleh natrium diklofenak 10 mg per 12 jam oral. 11,12
komplikasi mikrovaskular dari diabetes melitus
tipe 2.9 Antibiotik cefixime merupakan antibiotik oral
aktif golongan cephalosporin yang memiliki
Pasien dilakukan pemeriksaan gula darah spektrum luas secara in vitro. Cefixime memiliki
sewaktu, gula darah puasa dan post prandial. spesifikasi dan aktif terhadap bakteri aerob
Ketiga parameter tersebut diukur dalam kurun seperti Enterobacteriaceae, Haemophilus
waktu yang berbeda. Ketiga prameter tersebut influenzae. Streptococcus pyogenes,
tidak menunjukan karakteristik diabetes melitus. Streptococcus pneumoniae dan Branhamella
Oleh sebab itu, diagnosis diabetes melitus tidak catarrhalis. Sehingga dengan penambahan
tegak, sehingga menilai dari anamnesis dan antibiotik spektrum luas yang mecangkup bkteri
pemeriksaan fisik pasien yang mengarah ke aerob. Diharapkan kontrol infeksi menjadi lebih
penyakit vaskular. Pasien didiagnosis dengan adekuat. 11,12
peripheral arterial disease dengan poin-poin
sebagai berikut: Intervensi non farmakologis memiliki tujuan
1. Klaudikasio intermiten pra tertentu yaitu sebagai berikut
amputasi. 1. Intervensi kebiasaan merokok
2. Klaudikasio remiten pasca bertujuan untuk mengurangi kebiasaan
amputasi. mengonsumsi rokok. Komponen
3. Gejala neuropati perifer yang intervensi meliputi kandungan rokok yang
menetap pasca amputasi: kesemutan, menggangu proses penyembuhan luka
rasa kebas dan baal. dengan cara menghambat aliran oksigen
4. Neuropati sensorik pada level ke daerah luka serta menghambat
dorsum pedis sinistra. tahapan penyembuhan luka. contoh
5. Pulsasi arteri maleolus media
kasus tekait penyaki arteri lainnya yang
sinistra dan arteri dorsalis pedis sinistra
disebabkan oleh rokok.
melemah dibandingkan dengan kolateral. 2. Intervensi perawatan luka
6. Ankle brachial index < 0,9
berupa review kembali bagaimana cara
7. Ulkus pada dorsum pedis sinistra
merawat luka dengan baik. Kegiatan
Berdasarkan poin diatas diagnosis klinis yang
ditegakan berupa ulkus pedis sinistra dengan diawali dengan menanyakan bagaimana
peripheral arterial disease. 8,9 tatacara perawatan luka yang benar.

5
Asep Setya Rini | Penatalaksanaan Holistik Ulkus Pedis Sinistra Et Causa Peripheral Arterial Disease

Dilanjutkan dengan edukasi dn praktek cefixime. Pasien juga menggunakan antibiotik


pencucian luka menggunakan air bersih. topikal berupa kloramfenikol salep. Sedangkan
Bahan yang digunakan berupa NaCl 0,9% faktor sistemik meliputi stress, merokok dan
status gizi yang buruk. Rokok sendir memang
diikuti dengan pemberian obat topikal
mempengaruhi proses penyembuhan luka, selain
antbiotik dan ditutup dengan sufratule merusak struktur endotel pembuluh darah dan
dan dibalut dengan kasa streril. menggangu oksigenasi. Rokok juga diestimasikan
3. Intervensi gizi seimbang berupa mengandung 4000 bahan toksin. Kandungan
pemberian informasi terkait pentingnya nicotine dan karbon monooksida merupakan
gizi terutama protein dalam proses bahan utaa yang menyebabkan hipoksia jaringan
penyembuhan luka. Kegiatan diawali dan menyebabkan kerusakan yang lebih parah.
14,15
dengan memberikan pengetahuan terkait
dengan pengaruh gizi dengan proses
Status gizi juga tentunya mempengaruhi proses
penyembuhan luka. Diikuti dengan penyembuhan luka. Protein-energy malnutrition
memberikan contoh porsi makanan yang (PEM) merupakan salah satu tipe malnutrisi
adekuat untukpasien. Selanjutnya serius yang terjadi akibat gangguan absorbsi atau
diberikan borang food record untuk inadekuat intake energi dan protein. Protein
mengealuasi komposisi makanan paska energy malnutrition menyebabkan pemecahan
edukasi. protein dan energi yang menyebabkan
4. Intervensi senam kaki berupa berkurangnya suplai asam amino yang berperan
dalam proses penyembuhan luka. Protein energy
latihan ringan pada kaki dengan
malnutrisi dihubungkan langsung dengan
melakukan dorsofleki selama 5 menit, kerusakan luka yang progresivitasnya
diikuti dengan plantar fleksi 5 menit, kesembuhannya lambat.14
eversi 5 menit, inversi 5 menit dan
melakukan endorotasi dan eksrotasi Apabila dilihat secara menyeluruh dari
selama 5 menit pada kedua kaki. kepatuhan pasien, dukungan keluarga pasien,
progresivitas penyakit dan reaksi tubuh pasien
Diharapkan dengan intervensi senam kaki
terhadap terapi. Prognosis pada kasus ini dubia
dengan durasi 30 menit per hari dapat
ad malam. Baik pada prognosis vitam,
meningkatkan ABI, menurunkan kejadian fungsionam dan sanationam mengarah e dubia
klaudikasio dan menunrunkan neuropati ad malam. Secara garis besar, pasien perlu tindak
sensorik. lanjut di fasilitas kesehatan sekunder terkait
terapi farmakologi PAD dan ulkus pedis sinistra.
Secara garis besar dengan penatalaksanaan Peranan primary care dalam hal ini sebagai alat
farmakologi yang cukup adekuat dan non pindai penyakit PAD, perawatan luka pasca
farmakologi yang cukup baik walau pasien tidak rujukan balik, kontrol infeksi dan meningkatkan
mematuhi evaluasi terapi tidak berhasil. Hal status gizi pasien.
tersebut dapat diakibatkan :
1. Delayed wound healing KESIMPULAN
2. Immunocomprimised
3. Resistesi bakteri 1. Didapatkan faktor internal pria 54 tahun
Delayed wound healing yang dialami oleh pasien merokok, mengonsumsi alkohol dan tidak taat
diakibatkan oleh oksigenasi jaringan yang tidak mengonsumsi obat.
adekuat dikarenakan pasien mengalami 2. Telah dilakukan pemeriksaan secara
angiopati yang menyebabkan perfusi oksigen ke holistik kepada pasien dan skrining diabetes
jaringan sedikit, sehingga jaringan perifer melitus pada keluarga pasien.
cenderung mengalami iskemia dan mudah 3. Telah dilakukan penatalaksanaan pada
mengalami insult. 13 Infeksi dikontrol dengan pasien secara holistik dan komprehensif,
menggunakan dua antibiotik dengan patient center, family appropried dengan
karakteristik spektrum luas yang berbeda yaitu pengobatan hipertensi secara literatur
anaerob berupa metronidazol dan aerob berupa berdasarkan EBM.
6
Asep Setya Rini | Penatalaksanaan Holistik Ulkus Pedis Sinistra Et Causa Peripheral Arterial Disease

4. Dalam melakukan intervensi terhadap 10. Chadwick P, Edmonds M, McCandle J,


pasien tidak hanya memandang dalam hal Armstrong D. Best practice guideline wound
klinis tetapi juga terhadap psikososialnya, management in diabetic foot ulcer. Braun
oleh karnanya diperlukan pemeriksaan dan
sharing expertise, London. 2013.
penanganan yang holistik, komperhensif dan
11. Katzung GB, Trevor AJ. Basic and clinical
berkesinambungan.
5. Pada pasien diberikan edukasi mengenai pharmacology 13 th edition. McGrawHill.
pola makan sesuai dengan gizi seimbang, pola 2014
olahrga terus menerus, dan pentingnya untuk 12. Bartholomew JR, Olin JW.
meminum obat dan kontrol tekanan darah. Pathophysiology of peripheral arterial
Dukungan keluarga diperlukan untuk disease and risk factors. Philadelphia. 2012
membantu pasien mengendalikan penyakit 13. Notoatmojo S. Pendidikan Dan Perilaku
pasien. Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. 2003.
14. Sunarti, Aini F, Efektivitas kombinasi
DAFTAR PUSTAKA diabetes melitus dan pijat kaki terhadap
1. Norgren L, Hiatt WR, Dormandy JA et al.
nilai ankle brachial index pada pasien DM di
Inter-society consensus for the management
RSUD Unggaran Semarang. Jurnal STIKES.
of peripheral arterial disease (TASC II). J Vasc
2014(1); 1-8.
Surg 2007;45(Suppl. S):S567. 15. Guo S, Dipietro LA. Factors affecting
2. Hirch AT, Crique MH, Dianne TJ, Judith
wound healing. J Dent Res. 2010 89(3); 219-
GR, Mark AG, Krook HS et al. Peripheral
229.
aterial disease detection, awarness dan 16. Antono D, Ismail D. Penyakit arteri
treatment in primary care. JAMA Journal perifer. Dalam: Sudoyo Aru, Alwi Idrus
American Medical Association. 2014; 1317- editor. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid I
1324. edisi V. Jakarta: Interna Publishing.
3. Lindeman JHN et al. A systematic review
2009;1831-32
of implementation of established
recommended secondary prevention
measures in patients with PAOD. Eur J Vasc
Endovasc Surg 2010;39:7086.
4. Faxon DP, Fuster V, Libby P et al.
Atherosclerotic vascular disease conference:
Writing Group III: pathophysiology.
Circulation 2004;109:261725.
5. Bignell M, Shearman C. Management of
Peripheral arterial disease in primary care.
Perscribing in practice. 2015(1); 27-30.
6. Djuanda A, Hamzah M, Afsah S. Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 2012
7. Sudoyo A, Setiyohadi B, Simadibratha
KM, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Edisi V. Internal Publishing. 2009
8. England JD, Ashbury KA. Peripheral
neuropathy. The Lancet. 2004; 363(3):2151-
2161.
9. Frykberg GR, Banks J. Challenge in the
treatment of chronic wounds, advance in
wound care. 2014:14(9):561-594.

Das könnte Ihnen auch gefallen