Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
PENDAHULUAN
1.3 Manfaat
a. Mahasiswa dapat lebih mengerti dan memahami tentang Asuhan Kebidanan pada anak
dengan tumbuh kembang meragukan.
b. Memberikan pelayanan kesehatan kepada anak dengan tumbuh kembang meragukan secara
komprehensif dan menyeluruh sesuai dengan manajemen kebidanan.
c. Mengevaluasi institusi dalam pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standart pelayanan
operasional yang telah ditetapkan.
1.4 Metode Penulisan
1.4.1 Studi Kepustakaan
Dengan membaca dan mempelajari bukubuku referensi yang berhubungan dengan masalah
yang ditulis. Tujuannya agar mendapatkan data dasar yang teoritis dan bersifat ilmiah.
1.4.2 Observasi
Melakukan pengamatan langsung kepada anak
1.4.3 Wawancara
Mengadakan Tanya jawab langsung pada ibu atau keluarga untuk mengetahui keluhankeluhan
yang dirasakan oleh ibu, sehingga dapat memberikan intervensi yang tepat dan benar dengan
masalah perkembangannya.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2) Mekanis
Trauma dan cairan ketuban yang kurang dapat menyebabkan kelainan pada bayi yang akan
dilahirkan. Demikian pula dengan posisi janin pada uterus dapat mengakibatkan talipes, dislokasi
panggul, tortikolis congenital palsi fasialis atau krania tabes.
3) Toksin/ Zat Kimia
Masa organogenesis adalah masa yang sangat peka terhadap zat-zat teratogen. Misal:
thalidomide, phenitosin, metadion, obat-obat anti kanker dapat menyebabkan kelainan bawaan.
Demikian pula ibu hamil yang perokok berat/ peminum alkohol kronis sering melahirkan bayi
BBLR, lahir mati atau cacat atau retardasi mental. Keracunan logam berat pada ibu hamil dapat
menyebabkan mikrosefali dan palsi serebral.
4) Endokrin
Hormon-hormon yang mungkin pada pertumbuhan janin adalah somatropoin, hormon plasenta,
hormon tiroid, insulin dan peptida-peptida lain dengan aktifitas mirip insulin (Insulin Like
Growth Factors / IGFS).
5) Radiasi
Radiasi pada janin sebelum umur kehamilan 18 bulan dapat menyebabkan kematian janin,
kerusakan otak atau cacat lainnya.
6) Infeksi
Infeksi intrauterin yang sering menyebabkan cacat bawaan adalah TORCH (toxoplasmesis,
rubella, cytomegalovirus, herpes simplex). Sedangkan infeksi yang lainnya dapat menyebabkan
penyakit pada janin adalah varisela, caxackie malaria, virus HIV, polio dan lain-lain. Diduga
setiap hiperpireksia pada ibu hamil dapat merusak janin.
7) Stress
Stress yang dialami ibu waktu hamil dapat mempengaruhi tumbuh kembang janin antara lain
cacat bawaan, kelainan kejiwaan dan lain-lain.
8) Imunitas
Rpresus atau ABD inkontabilitas sering menyebabkan abortus, hidrops fetalistern ikterus atau
lahir mati.
9) Anoreksia Embrio
Oksigenasi janin mengalami gangguan pada plasenta atau tali pusat, menyebabkan berat badan
janin lahir rendah.
2. Faktor Lingkungan Post Natal
Bayi baru lahir harus berhasil melewati masa transisi, dari suatu sistem yang teratur yang
sebagian besar tergantung pada organ-organ ibunya, ke suatu sistem yang tergantung pada
kemampuan genetik dan mekanisme homeostatik bayi itu sendiri. Lingkungan post natal yang
mempengaruhi tumbuh kembang anak secara umum dapat digolongkan menjadi:
1) Lingkungan Biologis
a. Ras Suku Bangsa
Pertumbuhan somatik juga dipengaruhi oleh ras/ suku bangsa. Bangsa kulit putih/ Eropa
mempunyai pertumbuhan somatik yang lebih tinggi dari pada asia.
b. Jenis Kelamin
Dikatakan anak laki-laki lebih sering sakit dibanding anak perempuan, tetapi belum diketahui
secara pasti mengapa demikian.
c. Umur
Umur yang paling rawan adalah masa balita, dan oleh karena itu anak mudah sakit dan mudah
terjadi kurang gizi. Di samping itu masa balita merupakan dasar pembentukan kepribadian anak
sehingga diperlukan perhatian khusus.
d. Gizi
Makanan memegang peran penting yang sangat penting dalam tumbuh kembang anak, dimana
kebutuhan anak berbeda dengan orang dewasa, karena makanan bagi anak dibutuhkan juga untuk
pertumbuhan, dimana dipengaruhi oleh ketahanan makanan (food security) keluarga.
e. Perawatan Kesehatan
Perawatan kesehatan yang teratur, tidak saja kalau anak sakit, tetapi pemeriksaan kesehatan dan
menimbang anak secara rutin setiap bulan, akan menunjang pada pertumbuhan dan
perkembangan anak.
f. Kepekaan Terhadap Penyakit
Dengan imunisasi, maka diharapkan untuk terhindar dari penyakit-penyakit yang sering
menyebabkan cacat atau kematian.
g. Penyakit Kronis
Anak yang menderita penyakit menahun atau terganggu tumbuh kembangnya dan
pendidikannya. Di samping itu anak juga mengalami stress yang berkepanjangan akibat
penyakitnya.
h. Fungsi Metabolisme
Khusus pada anak, karena adanya perbedaan yang mendasar dalam proses metabolisme pada
berbagai umur, maka kebutuhan akan berbagai nutrien harus didasarkan atas perhitungan yang
tepat atau setidaknya memadai.
i. Hormon
Hormon yang bepengaruh terhadap tumbuh kembang antara lain : growth hormone, tiroid,
hormon seks, I?GFS dan hormon yang dihasilkan kelenjar adrenal.
2) Faktor Fisik :
a. Cuaca, Musim, Keadaan Geografis Suatu Daerah
Musim kemarau yang panjang dapat berdampak pada tumbuh kembang anak antara lain sebagai
akibat gagalnya panen, sehingga banyak anak yang kurang gizi.
b. Sanitasi
Sanitasi lingkungan memiliki peran cukup dominan dalam penyediaan lingkungan yang
mendukung kesehatan anak dan tumbuh kembangnya.
c. Keadaan rumah
Struktur rumah, ventilasi, cahaya dan kepadatan hunian.
d. Radiasi
Tumbuh kembang anak dapat tergantung akibat adanya radiasi yang tinggi.
3) Faktor Psikososial
a. Stimulasi
Stimulasi merupakan hal yang penting dalam tumbuh kembang anak. Anak yang mendapat
stimulasi yang terarah dan teratur akan lebih cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang
kurang/tidak mendapat stimulasi.
b. Motivasi Belajar
Motivasi belajar dapat ditimbulkan sejak dini dengan memberikan lingkungan yang kondusif
untuk belajar.
c. Ganjaran ataupun hukuman yang wajar
Yang penting hukuman harus diberikan secara objektif disertai pengertian dan maksud dari
hukuman, bukan hukuman untuk melampiaskan kebencian dan kejengkelan terhadap anak.
d. Stress
Stress pada anak juga berpengaruh terhadap tumbuh kembangnya misalnya anak akan menarik
diri, rendah diri terlambat bicara, nafsu makan menurun.
e. Sekolah
Dengan mendapat pendidikan yang baik, maka diharapkan dapat meningkatkan taraf hidup anak-
anak tersebut.
f. Cinta dan Kasih Sayang
Salah satu hak anak adalah hak untuk dicintai dan dilindungi.
g. Kualitas Interaksi Anak-Orang tua
Interaksi tidak ditentukan oleh seberapa lama kita bersama anak. Tetapi lebih ditentukan oleh
kualitas dari interaksi tersebut yaitu pemahaman terhadap kebutuhan masing-masing dan upaya
optimal untuk memenuhi kebutuhan tersebut yang dilandasi oleh rasa saling menyayangi.
4) Faktor Keluarga dan Adat Istiadat
a. Pekerjaan / Pendapatan Keluarga
Pendapatan keluarga yang memadai akan menunjang pertumbuhan dan perkembangan anak.
b. Pendidikan ayah / Ibu
Dengan pendidikan orang tua yang baik, maka orang tua dapat menerima segala informasi dari
luar terutama tentang cara pengasuhan anak yang baik, bagaimana menjaga kesehatan anaknya,
pendidikannya dan sebagainya.
c. Jumlah Saudara
Jumlah anak yang banyak pada keluarga yang keadaan sosial ekonominya cukup akan
mengakibatkan berkurangnya perhatian dan kasih sayang yang diterima anak.
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
Pernafasan : normal (40 - 60 x/menit)
Nadi : normal (100 - 160 x/menit)
Suhu : normal (36,5 37,5 oC)
BB : apakah berat badan anak dalam keadaan normal
TB : apakah tinggi badan anak dalam keadaan normal
LILA : lingkar lengan anak menentukan status gizi anak
LIKA : apakah lingkar kepala anak dalam keadaan normal
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Kepala : Simetris, tidak ada benjolan abnormal, rambut hitam, bersih
Wajah : Simetris, tidak kuning, tidak pucat
Mata : Simetris, sclera tidak ikterus, konjungtiva tidak pucat
Telinga : Simetris, tidak ada serumen.
Hidung : Simetris, tidak ada polip, tidak ada pernafasan cuping hidung,
tidak ada secret .
Mulut : Simetris, bibir tidak kering, tidak ada labiochizis, tidak ada
labiopalatochizis, lidah bersih.
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan pembesaran kelenjar
limfe
Dada : Simetris, tidak terlihat retraksi dada
Abdomen : Bentuk normal, tidak kembung
Genetalia : Bersih, tidak ada pengeluaran sekret
Ekstremitas
Atas : Pergerakan aktif, simertis, tidak ada polidaktil dan sindaktil
Bawah : Pergerakan aktif, simetris, tidak ada polidaktil dan sindaktil
b. Palpasi
Kepala : Tidak teraba benjolan abnormal.
Leher : Tidak teraba pembesaran kelenjar tyroid, tidak teraba
pembesaran kelenjar limfe, dan tidak teraba pembesaran vena jugularis.
Abdomen : Tidak teraba benjolan abnormal
c. Auskultasi
Dada : Tidak terdengar ronchi atau wheezing
d. Perkusi
Abdomen : Tidak kembung
3. Pemeriksaan Penunjang
Deteksi Dini Penyimpangan Perkembangan
Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP)
1. Tanpa bantuan, apakah anak dapat Gerak Halus Ya Tidak
mempertemukan dua kubus kecil yang ia pegang?
Kerincingan bertangkai dan tutup panci tidak ikut
dinilai
2. Apakah anak dapat jalan sendiri atau jalan dengan Gerak Kasar Ya Tidak
berpegangan ?
3. Tanpa bantuan apakah anak dapat bertepuk tangan Sosialisasi & Ya Tidak
atau melambai-lambai? Jawab tidak jika ia kemandirian
membutuhkan bantuan
4. Apakah anak dapat mengatakan papa ketika ia Bicara & Ya Tidak
memanggil/melihat ayahnya, atau mengatakan mama bahasa
jika memanggil/melihat ibunya? Jawab YA bila anak
mengatakan salah satu diantaranya
5. Dapatkah anak berdiri sendiri tanpa berpegangan Gerak Kasar Ya Tidak
selama kira-kira 5 detik
6. Dapatkah anak berdiri sendiri tanpa berpegangan Gerak Kasar Ya Tidak
selama kira-kira 30 detik atau lebih
7. Tanpa berpegangan atau menyentuh lantai, apakah Gerak Kasar Ya Tidak
anak dapat membungkuk untuk memungut mainan di
lantai dan kemudian berdiri kembali
8. Apakah anak dapat menunjukkan apa yang Sosialisasi Ya Tidak
diinginkannya tanpa menangis atau merengek? Jawab Kemandirian
YA bila ia menunjuk, menarik atau mengeluarkan
suara yang menyenangkan
9. Apakah anak dapat berjalan disepanjang ruangan Gerak Kasar Ya Tidak
tanpa jatuh atau terhuyung-huyung?
10. Apakah anak dapat mengambil benda kecil seperti Gerak Halus Ya Tidak
kacang, kismis, atau potongan biskuit dengan
menggunakan ibu jari dan jari telunjuk
II. IDENTIFIKASI DIAGNOSA / MASALAH
Dx : An. ... Umur dengan tumbuh kembang meragukan.
Ds : Data yang diperoleh melalui anamnesa
Do : Data hasil pemeriksaan petugas kesehatan yang menunjang diagnosa.
V. INTERVENSI
Dx : An. ... Umur ... dengan tumbuh kembang meragukan
Tujuan : - Perkembangan anak sesuai dengan usianya
- Anak tumbuh dan berkembang tanpa ada hambatan
Kriteria Hasil : Anak dapat melakukan semua tugas yang sesuai dengan usianya dengan
baik
Intervensi :
1. Jelaskan pada ibu tentang hasil pemeriksaan dengan menggunakan metode DDTK.
R/ Ibu mengetahui tentang perkembangan anaknya terutama tentang keterlambatan
yang harus segera ditangani.
2. Jelaskan pada ibu tentang manfaat dari penilaian perkembangan dengan menggunakan
metode DDTK.
R/ DDTK merupakan metode skrining terhadap kelainan perkembangan tumbuh
kembang anak.
3. Motivasi orang tua untuk tetap memberikan nutrisi yang sesuai usia anak
R/ Gizi baik dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak.
4. Sarankan ibu untuk segera kontrol bila terdapat kelainan-kelainan dalam perkembangannya
R/ Untuk deteksi dini adanya kelainan perkembangan
5. Beritahu ibu tugas perkembangan selanjutnya
R/ Acuan untuk memberikan stimulus perkembangan
6. Anjurkan ibu untuk menimbang BB anak setiap bulan di Posyandu terdekat
R/ BB merupakan monitor pertumbuhan anak
VI. IMPLEMENTASI
Implementasi yang dilaksanakan adalah mengacu pada intervensi yang telah dibuat serta
menyesuaikan dengan situasi dan kondisi pasien.
VII.EVALUASI
Dilakukan untuk mengevaluasi keefektifan dan keberhasilan dari asuhan yang telah diberikan
dengan mengacu pada kriteria hasil.
BAB III
TINJAUAN KASUS
I. PENGKAJIAN
Hari/Tanggal : Selasa, 11 Januari 2011
Jam : 09.30 WIB
A. DATA SUBYEKTIF
1. Biodata
Anak
Nama anak : An. A
Tempat & tanggal lahir : Malang, 13 Agustus 2009
Usia : 17 bulan
Jenis kelamin : Laki - laki
Anak ke : II
Orang Tua
Nama ibu : Ny. N Nama ayah : Tn. E
Umur : 33 tahun Umur : 41 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/ Bangsa : Jawa Suku/ Bangsa : Jawa
Pendidikan : SMEA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Penghasilan : - Penghasilan : Rp. 750.000,00/bln
Alamat : Jl. MT Haryono 6 D no.921
2. Alasan datang
Ibu mengatakan ingin memeriksakan tumbuh kembang anaknya
3. Keluhan Utama
Ibu mengatakan tidak ada keluhan pada anaknya.
4. Riwayat Kesehatan yang Lalu
Ibu mengatakan anaknya tidak pernah menderita penyakit menular maupun menurun. Ibu
mengatakan anaknya tidak pernah sakit parah sampai opname. Ibu mengatakan anaknya pernah
sakit pilek, batuk dan panas. Bila anak sakit ibu segera memeriksakan ke puskesmas dan sembuh
setelah minum obat dari puskesmas.
5. Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu mengatakan saat ini anaknya sehat, tidak sakit apapun.
6. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan dari pihak keluarganya maupun suami tidak ada yang menderita penyakit
menular seperti penyakit kuning, TBC, dan penyakit typoid. Serta dalam keluarga tidak ada yang
menderita penyakit menurun seperti darah tinggi, kencing manis, jantung dan tidak ada riwayat
kembar.
7. Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas
a. Prenatal
Selama hamil kondisi ibu baik, pada bulan pertama kehamilan ibu mengalami mual muntah tapi
mulai menghilang seiring bertambahnya usia kehamilan. Ibu mendapat vitamin, tambah darah
dan kalk secara teratur dari Bidan. Ibu rutin memeriksakan kehamilannya kebidan.
b. Natal
Ibu mengatakan melahirkan secara SC saat usia kehamilnya 8 bulan karena KPD dan letak
lintang. Ibu melahirkan ditolong oleh dokter di RSU.
c. Post Natal
Selama nifas tidak ada keluhan, ibu tidak demam. Ibu tidak mengalami perdarahan. Ibu
mengeluarkan darah nifas selama 40 hari. Bekas jahitan operasi baik, tidak ada infeksi.
d. Neonatal
Ibu mengatakan dalam waktu beberapa jam melahirkan, bayinya sudah bisa berak dan kencing.
Tali pusat baik dan tidak terjadi perdarahan.
8. Riwayat Imunisasi
Ibu mengatakan imunisasi anaknya lengkap.
9. Pola Kebiasaan SehariHari
a. Nurtisi
Setiap hari makan 3-4 x sehari dengan komposisi nasi centong dengan sayur dimakan habis
dan lauk pauk. Anak masih minum ASI 4-5 x sehari.
b. Eliminasi
BAB : 1 x/hari
BAK : 5-7 x/hari
c. Istirahat
Anak tidur siang 2-3 jam. Tidur malam 8-9 jam.
d. Aktivitas
Anak suka bermain dengan temannya dan dengan saudaranya didalam rumah. Siang hari kadang
anak bermain tapi kadang tidak.
e. Personal Hygiene
Anak mandi 2 x/hari, ganti baju tiap kali habis mandi, ganti celana dalam tiap kali kotor/basah.
10. Riwayat Psikososial dan Budaya
a. Psikologi
Ibu tampak senang menerima kelahiran anaknya. Anak diasuh oleh ibu dan ayah.
b. Sosial
Ibu mengatakan hubungan ibu dengan keluarga dan tetangga terjalin dengan baik juga dengan
petugas kesehatan juga terjalin dengan baik.
c. Budaya
Dalam keluarga masih melakukan selamatan 7 bulanan, tidak ada budaya pantang makanan,
tidak pernah minum jamu, jika keluarga sakit selalu dibawa ke petugas kesehatan.
B. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : baik
Kesadaran : composmentis
Nadi : 100 x / menit
Pernafasan : 34 x /menit
Suhu : 36,6oC
BB : 7,1 kg
TB : 79 cm
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Kepala : Bentuk normal, rambut hitam, bersih
Muka : Simetris, tidak pucat, tidak kuning.
Mata : Simetris, sklera tidak kuning, konjungtiva merah muda.
Hidung : Bersih, tidak ada sekret
Gigi dan Mulut : Bersih, tumbuh gigi susu, gigi tidak ada karies, lidah bersih
Leher : Tidak terlihat adanya pembesaran pada kelenjar limfe,
kelenjar tiroid, maupun vena jugularis.
Dada : Simetris, tidak tampak retraksi dada
Abdomen : Bentuk normal, tidak tampak pembesaran hepar
Genetalia : Bersih, tidak ada pengeluaran sekret
Ekstremitas : Atas : simetris, gerak aktif , tidak ada polidaktil dan sidaktil
Bawah : simetris, gerakan aktif, tidak ada polidaktil dan
sidaktil
b. Palpasi
Kepala : Tidak teraba benjolan abnormal
Leher : tidak teraba pembekakan kelenjar tyroid, kelenjar limfe
maupun vena jugularis.
Abdomen : tidak ada nyeri tekan, tidak teraba benjolan abnormal.
Ekstremitas : Atas : tidak oedem
Bawah : tidak oedem
c. Auskultasi
Abdomen : Bising usus (+)
d. Perkusi
Abdomen : tidak kembung
e. Perhitungan Umur anak
Tanggal Test : 11 Januari 2011
Tanggal Lahir : 13 Agustus 2009
Perhitungan umur sebagai berikut : 2011 01 11
2009 08 13 _
1 - 4 - 29
Jadi An A berumur 1 Tahun 5 Bulan
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Deteksi Dini Penyimpangan Perkembangan
Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP)
1. Tanpa bantuan, apakah anak dapat Gerak Halus Ya Tidak
mempertemukan dua kubus kecil yang ia pegang?
Kerincingan bertangkai dan tutup panci tidak ikut
dinilai
2. Apakah anak dapat jalan sendiri atau jalan dengan Gerak Kasar Ya Tidak
berpegangan ?
3. Tanpa bantuan apakah anak dapat bertepuk tangan Sosialisasi & Ya Tidak
atau melambai-lambai? Jawab tidak jika ia kemandirian
membutuhkan bantuan
4. Apakah anak dapat mengatakan papa ketika ia Bicara & Ya Tidak
memanggil/melihat ayahnya, atau mengatakan mama bahasa
jika memanggil/melihat ibunya? Jawab YA bila anak
mengatakan salah satu diantaranya
5. Dapatkah anak berdiri sendiri tanpa berpegangan Gerak Kasar Ya Tidak
selama kira-kira 5 detik
6. Dapatkah anak berdiri sendiri tanpa berpegangan Gerak Kasar Ya Tidak
selama kira-kira 30 detik atau lebih
7. Tanpa berpegangan atau menyentuh lantai, apakah Gerak Kasar Ya Tidak
anak dapat membungkuk untuk memungut mainan di
lantai dan kemudian berdiri kembali
8. Apakah anak dapat menunjukkan apa yang Sosialisasi Ya Tidak
diinginkannya tanpa menangis atau merengek? Jawab Kemandirian
YA bila ia menunjuk, menarik atau mengeluarkan
suara yang menyenangkan
9. Apakah anak dapat berjalan disepanjang ruangan Gerak Kasar Ya Tidak
tanpa jatuh atau terhuyung-huyung?
10. Apakah anak dapat mengambil benda kecil seperti Gerak Halus Ya Tidak
kacang, kismis, atau potongan biskuit dengan
menggunakan ibu jari dan jari telunjuk
VI. IMPLEMENTASI
Dx : Anak A Usia 17 bulan dengan Tumbuh Kembang Meragukan
Implementasi :
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada orang tua anak yaitu dari hasil pemeriksaan dengan
metode DDTK dapat diketahui bahwa masih terdapat beberapa point motorik kasar yang
tertinggal dalam penilaian Kuesioner Pra Skrining Perkembangan
2. Menjelaskan pada ibu tentang manfaat dari penilaian perkembangan dengan menggunakan
metode DDTK yang sangat diperlukan karena apabila ada keterlambatan perkembangan dapat
segera dikonsultasikan dan segera dapat dilakukan penanganan dengan cepat.
3. Memotivasi orang tua untuk tetap memberikan nutrisi yang sesuai dengan usia anak supaya
anak mendapat gizi dan nutrisi yang baik untuk proses perkembangannya.
4. Memotivasi orang tua untuk tetap melatih motorik kasar anak agar dapat mencapai tingkat
perkembangan yang sesuai dengan usianya.
5. Menyarankan ibu untuk segera kontrol bila terdapat kelainankelainan dalam perkembangan
anak supaya ibu bisa mengerti dan tahu apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan apa yang
terjadi pada anaknya.
6. Memberitahu ibu tugas perkembangan selanjutnya yaitu :
- Jika kita menggelindingkan bola ke anak, maka anak dapat menggelindingkan/melemparkan
kembali bola pada anak.
- Anak dapat memegang sendiri cangkir/gelasdan minum dari tempat tersebut tanpa tumpah.
7. Menganjurkan ibu untuk menimbang berat badan anaknya setiap bulan untuk memonitor
pertumbuhan anak.
VII. EVALUASI
Tanggal : 11 Januari 2011
Jam : 10.00 WIB
Dx : Anak A Usia 17 bulan dengan Tumbuh Kembang Meragukan
S : Ibu mengatakan agak khawatir setelah mengetahui hasil pemeriksaan
perkembangan anaknya
O : Anak dapat melakukan hampir dari semua perintah yang diberikan
A : Anak A Usia 17 bulan dengan Tumbuh Kembang Meragukan
P : - mengingatkan pada ibu untuk kembali kontrol 2 minggu lagi
- membagikan susu dan biscuit
- persiapan pasien pulang
BAB IV
PEMBAHASAN
Setelah melakukan asuhan kebidanan pada Anak A usia 17 bulan ditemukan bahwa anak
sekarang dalam keadaan sehat. Dalam penilaian didapatkan hasil masih terdapat kegagalan pada
beberapa point penilaian KPSP. Sehingga setelah melakukan pengkajian dari data subyektif dan
obyektif melalui tahap pengumpulan data dengan wawancara observasi, pemeriksaan umum dan
pemeriksaan fisik dapat ditegakkan diagnosa yaitu Anak A usia 17 bulan dengan tumbuh
kembang meragukan, tidak ada kesenjangan teori dengan prakteknya, terbukti semua anamnesa
sudah terkaji dengan baik.
Dalam identifikasi masalah tidak ditemukan masalah yang dialami klien. Pada masalah potensial
tidak ditemukan suatu masalah sehingga dalam identifikasi kebutuhan segera tidak memerlukan
tindakan segera.
Setelah diketahui diagnosa pada langkah berikutnya yaitu intervensi didapatkan penulis
mengintervensi sesuai apa yang dibutuhkan klien, pada dasarnya intervensi yang disusun sesuai
dengan penatalaksanaan pada umumnya. Dan pada langkah ini penulis tidak menemukan adanya
kesenjangan antara teori dan praktek.
Setelah merencanakan dalam langkah berikutnya yaitu implementasi telah dilakukan tindakan
sesuai protap dan kebutuhan klien serta senantiasa menghargai klien sehingga hubungan antara
petugas dan klien terjalin dengan baik, dan tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan
praktek. Pada langkah terakhir yaitu evaluasi petugas melakukan penilaian kembali dengan
wawancara serta observasi keadaan klien dan tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan
praktek.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan Asuhan Kebidanan pada Anak A Usia 17 bulan dengan Tumbuh Kembang
Meragukan, penulis menyimpulkan:
1. Pada pengkajian data asuhan yang diberikan sudah komprehensif untuk dapat menegakkan
diagnosa.
2. Pada identifikasi masalah/diagnosa asuhan yang diberikan sudah sesuai komprehensif dan
dapat menegakkan diagnosa.
3. Pada identifikasi masalah potensial juga dilakukan sesuai komprehensif dan langkah ini tidak
muncul masalah potensial.
4. Pada Identifikasi kebutuhan segera tidak dilakukan dengan komprehansif karena dalam
kasus ini tidak memerlukan kebutuhan yang segera.
5. Pada intervensi/perencanaan asuahan yang diberikan sudah dilakukan sesuai komprehansif
dan menyeluruh sesuai dengan teori dan praktek.
6. Pada implementasi/pelaksanaan asuhan sudah dilakukan sesuai komprehansif dan
menyeluruh sesuai dengan teori dan praktek.
7. Pada evaluasi asuhan yang diberikan sudah sesuai dengan komprehensif.
Data yang diperoleh pada asuhan kebidanan ini yaitu dari hasil wawancara dan observasi
langsung.
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Petugas
1. Perlu ditingkatkan kerjasama yang baik antara pasien, keluarga pasien, serta paramedis dalam
proses asuhan kebidanan agar pelayanan kebidanan bertambah baik.
2. Dalam melakukan proses kebidanan perlu dilakukan asuhan secara menyeluruh agar tidak
terjadi komplikasi lebih lanjut.
3. Etika dan sopan santun diperhatikan dan diterapkan dalam menghadapi pasien maupun
keluarga pasien agar mereka tidak cemas dan percaya pada petugas kesehatan.
( SPEECH DELAYED )
I. Konsep dasar
A. Pengertian
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan suatu proses dari manusia normal mulai janin hingga
meninggal. Meskipun pertumbuhan dan perkembangan terjadi sepanjang usia manusia, akan tetapi
perkembangan yang signifikan hanya terjadi pada fase janin hingga anak-anak 0 tahun hingga 21 tahun.
Pertumbuhan mencakup segala hal yang berhubungan dengan peningkatan jumlah maupun sel dari
seluruh sistem dalam tubuh manusia. Sedangkan perkembangan cenderung ditujukan pada makin
matangnya kemampuan aktivitas motorik halus dan kasar, makin meningkatnya kemampuan sosial anak
dengan orang maupun lingkungan disekitarnya serta makin banyaknya kemampuan anak dalam
menguasai perbendaharaan kata maupun mengertikan dan menyusun suatu tata bahasa yang bisa
diterima sesuai dengan lingkungan tempat anak tumbuh. Sebagai contoh anak yang terbiasa
berkomunikasi dengan bahasa Jawa maka diharapkan anak bisa mendengar dan berkomunikasi dengan
bahasa jawa.
Perkembangan bahasa secara normal pada anak dapat dibagi dalam beberapa fase yaitu:
1. Umur 1 tahun : dapat berbicara dua atau tiga kata yang sudah bermakna. Contoh menirukan
suara binatang, menyebutkan nama papa, mama. Dalam berbicara 25 % kata-katanya tidak jelas
dan kedengarannya tidak biasa (unfimiliar).
2. Umur 2 tahun : dapat menggunakan 2 sampai 3 phrase serta memiliki perbendaharaan bahasa
kurang-lebih 300 kata, serta mampu menggunakan kata saya,milikku. 50 % kata-kata konteksnya
masih belum jelas.
3. Umur 3 tahun : berbicara 4 hingga 5 kalimat serta memiliki sekitar 900 kata. Dapat menggunakan
kata siapa, apa, dan dimana dalam menanyakan suatu pertanyaan. 75 % kata-kata dan kalimat jelas.
4. Umur 4-5 tahun ; memiliki 1500 - 2100 kosa kata. Dapat menggunakan grammar dengan benar
terutama yang berhubungan dengan waktu. Dapat menggunakan kalimat dengan lengkap baik, kata-
kata, kata kerja, kata depan, kata sifat maupun kata sambung. 100 % kata-kata sudah jelas dan beberapa
ucapan masih belum sempurna.
5. Umur 5 - 6 tahun ; memiliki 3000 kata, dapat menggabungkan kata jika, sebab, dan mengapa.
Kegagalan yang sering ditemukan pada komunikasi selama perkembangan anak adalah:
2. Kegagalan bicara
a. Gagap
b. Kekurangan dalam artikulasi
c. Kerusakan alat artikulasi
1. Umur 2 tahun ; kesalahan dalam mengartikan kata-kata , kesulitan dalam mengikuti ucapan, gagal
dalam berespon terhadap suara.
2. Umur 3 tahun ; bicara yang tidak jelas, kegagalan menggunakan 2 atau 3 kata, lebih banyak
menggunakan vocal dibanding konsonan.
1. Data Subyektif :
- Umur berapa anak saudara mulai bisa menggunakan kata dalam suatu kalimat ?
- Apakah anak anda sering menghilangkan kata-kata dalam kalimat yang diucapkan.
- Apakah anak anda sering merasa cemas atau bingung jika ingin mengungkapkan suatu ide ?
- Apakah anda pernah perhatikan anak anda memejamkan mata, menggoyangkan kepala, atau
mengulang suatu frase jika diberikan kata-kata baru yang sulit diucapkan ?
- Apakah anak anda sering menggunakan akata-kata yang salah tetapi mempunyai bunyi yang hampir
sama dalam suatu kata ?
- Apakah orang lain merasa kesulitan dalam mengerti kata-kata anak anda ?
- Perhatikan riwayat penyakit yang berhubungan dengan gangguan fungsi SSP seperti infeksi antenatal
(rubbela syndrome), perinatal (trauma persalinan), post natal (infeksi otak, trauma kepala, tumor intra
kranial, konduksi elektrik otak)
2. Data obyektif :
- Masalah khusus dalam berbahasa seperti (menirukan, gagap, hambatan bahasa, malas bicara ).
- Umur anak
C. Diagnose keperawatan :
Diagnose keperawatan yang muncul pada anak yang mengalami gangguan bicara meliputi:
Gangguan - Lakukan latihan komunikasi, dan Agar stimulasi tetap diterima anak
komunikasi verbal stimulasi dini dengan benda-benda sesuai dengan perlembangan
s.e gangguan atau dengan menggunakan bahasa mental anak yang didasarkan atas
pendengaran isyarat serta biasakan anak melihat kemampuan penerimaan anak
artikulasi orang tua dalam berbicara. terhadap informasi yang diberikan
I. PENGKAJIAN
A. Identitas
Orang tua :
Ayah Ibu
C. Riwayat keperawatan :
S.P merupakan anak pertama dari pasangan Ayik ( 29 tahun) dan Enny (29 tahun). SP. Lahir di Rs Haji
Surabaya tanggal 28 Agustus 1998. Lahir letak kepala dengan Vacum, dengan BB lahir 3350 gr, panjang
badan lahir lupa. Selama mengandung S.P Ibu tidak pernah menderita penyakit dan tidak pula pernah
mengkonsumsi makanan, obat atau jamu yang sembarangan. Pemeriksaan kehamilan dilaksanakan
secara teratur sebanyak 5 kali selama hamil di bidan. Selama hamil ibu mendapat TT 2 X. Sewaktu lahir
anak baru menangis setelah satu menit, kemudian dirawat di RS Haji selama 3 hari karena menderita
asfiksia sedang. Tidak ditemukan adanya kelaian fisik pada saat baru lahir terkecuali adanya capput
succedaneum post vacum.
Perkembangan motorik :
Perkembangan bahasa:
- Hingga kini anak hanya bisa bilang papa, mama, maem dan menangis jika minta sesuatu.
- Jika mendengar kata-kata ibunya anak sering diam, jika banyak anak sering berpaling.
- Orang tua sering sangat sulit menterjemahkan permintaan anak akrena anak tidak mampu
mengungkapkan.
-
Perkembangan sosial :
Anak diasuh sejak kecil oleh ibunya. Kedua orang tua harmonis dan sudah memberikan stimulasi dan
latihan bahasa semaksimal mungkin, akan tetapi anak sering tidak mau memperhatikan. Anak senang
diajak nonton TV terutama acara anak-anak, tetapi tidak mampu untuk menirukan kata-kata yang
diucapkan oleh pengisi acara TV. Anak hanya bisa menari-nari. Anak tidak pernah mengenal rasa takut.
Anak cepat merasa bosan dan cenderung cengeng. SP sekarang mempunyai seorang adik umur 1 tahun,
sehingga perhatian ibu terhadap SP mulai berkurang. Bapak terlalu sibuk, sehingga dirumah SP banyak
diasuh oleh neneknya (orang tuan ibu). Ibu sangat takut kalau terjadi sesuatu dengan anaknya sehingga
anaknya bisu. Ibu banyak bertanya tentang kenapa anaknya bisa begini dan kalau berobat berapa lama
?.
Saat ini anak sering cengeng, cepat bosan, sering marah kepada adiknya dan ibunya. Dirumah anak
sering bermain sendiri, dan lebih suka main mobil-mobilan serta nonton TV. Pada saat diperiksa anak
koperatif tetapi setelah beberapa lama anak menolak dan menangis.
D. Pemeriksaan Fisik :
Keadaan umum : Kesadaran anak kompos mentis, penampilan anak ceria, anak sulit memusatkan
perhatian jika diajak bicara. Umur 2 tahun 8 bulan, BB : 11,5 kg, TB : 92 cm, LK : 46 cm, LD : 47 cm, LLK :
16,5 cm. Imunisasi lengkap dan sudah mendapat boster folio I.
a. Kepala : tulang kepala normal. Mata normal, konjunctiva merah muda, hidung normal, tidak
ditemukan gangguan pernafasan, telinga normal tidak ada sumbatan, tidak ada kelainan pada
pemeriksaan telinga. Mulut normal, gigi normal, nafsu makan baik, saraf-saraf kranialis normal.
b. Leher : normal, tidak ditemukan pembesaran getah bening, maupun pembesaran tyroid. Tidak ada
bendungan vena. Keringat (-)
c. Dada : normal; dada simetris, gerakan simetris, RR : 20 X/mnt, N : 88 X/mnt, S : 36,9 derajat Celcius,
Wh -/-, Rh -/-, Rales -/-, retraksi (-). S1 dan S2 normal. Pembesaran jantung (-).
d. Abdomen : normal ; peristaltik 5 X/mnt, turgor baik, distensi (-), Hepar tidak teraba, Lien tidak
teraba, ginjal tidak teraba, sky bala (-), flatus +. Ascites (-). Keringat (+).
e. Tulang belakang : normal ; spina bipida (-), tulang belakang intak, skoliosis (-), lordosis (-), kiposis (-).
Kulit baik..
f. Ektremitas : normal ; reflek fisiologis (+), reflek patologis (-), kekuatan otot normal, udema (-), paresa
(-), sensibilitas (+), motorik (+), keluhan nyeri (-). Polidaktili (-), simian line (-).
- Data obyektif :
-
Data obyektif :
F. Diagnose keperawatan :
1. Kurangnya pengetahuan tentang keterlambatan bicara pada anak, tindakan yang akan dilakukan,
serta lamanya pengobatan s.d kurangnya informasi
G. Rencana keperawatan
- J - Jelaskan tentang
cara untuk
mencegah kondisi
- inaknya. anak lebih buruk - Dengan stimulasi
dengan memberikan bahasa yang
- stimulasi secara adekuat oleh
terus menerus di orang tua dan
rumah. keluarga
diharapkan
keterlambatan
anak tidak tambah
parah, sambil
menunggu hasil
pemeriksaan
tamabahan.
- Berikan
kesempatan kepada
anak untuk bermain - Untuk
mengurangi
dan mencoba alat-
alat yang akan trauma sehingga
dipakai untuk anak lebih
kooperatif.
memeriksa.
H. Tindakan Keperawatan
DX HariTgl Tindakan Evaluasi Perkembangan
/Jam
A. Pengetahuan
- He agar ibu orang tua sudah
teratur mengon- bertambah.:
trolkan anaknya - Ibu bersedia
P:
ke poli tumbang
-He tujuan
pengambilan
- Untuk program hasil lab.
minggu depan
berupa
pemeriksaan - Lakukan pro-
EEG, dan Lab - Ibu bersedia sedur
Darah atraumatik
dalam
pengambilan
- He agar ibu darah anak
tetap melatih
anaknya bicara
di rumah, sambil -Berikan
menunggu hasil dukungan
pemeriksaan moral.
- Ibu bersedia
secara
keseluruhan
- Sarankan ibu
datang kembali
hari Jumat, 11/5
2001.
- Ibu bersedia
O : anak mau
diperiksa sambil
- Berikan mainan bermain, tanpa
yang ada di -Anak ceria menangis
ruang tumbang bermain
A: -
P : Lanjutkan
- Berikan anak metode setiap
memegang alat akan melakukan
yang akan tindakan.
dipakai untuk - Anak kooperatif
memeriksa dan mau diperiksa
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L.D (1997), Nursing Diagnois; Application to Clinical Practice, 7th. Edition, Lippincott,
Philadelpia, New York.
Kozier Barbara et.al (1995), Fundamental Of Nursing ; Concept, Process and Practice , 5 th Edition,
Addison Wesley Nursing, Cuming Publishing, New York.
Whaley and Wong (1997), Pediatric Nursing; Clinical Manual, Mosby Year Book, Philadelpia.
Whaley and Wong (1996), Nursing Care of Infants and Children, 5 th Edition, Mosby Year Book,
Philadelpia.
ASUHAN KEPERAWATAN CHILD ABUSE APLIKASI NANDA, NOC, NIC
A. PENGERTIAN
Child abuse atau perlakuan yang salah terhadap anak didefinisikan sebagai segala perlakuan
buruk terhadap anak ataupun adolens oleh orang tua, wali, atau orang lain yang seharusnya
memelihara, menjaga, dan merawat mereka.
Child abuse adalah suatu kelalaian tindakan atau perbuatan orangtua atau orang yang merawat
anak yang mengakibatkan anak menjadi terganggu mental maupun fisik, perkembangan
emosional, dan perkembangan anak secara umum.
Sementara menurut U.S Departement of Health, Education and Wolfare memberikan definisi
Child abuse sebagai kekerasan fisik atau mental, kekerasan seksual dan penelantaran terhadap
anak dibawah usia 18 tahun yang dilakukan oleh orang yang seharusnya bertanggung jawab
terhadap kesejahteraan anak, sehingga keselamatan dan kesejahteraan anak terancam.
B. KLASIFIKASI
1. Dalam keluarga
Penganiayaan fisik, non Accidental injury mulai dari ringan bruiser laserasi sampai pada
trauma neurologik yang berat dan kematian. Cedera fisik akibat hukuman badan di luar batas,
kekejaman atau pemberian racun.
Penelantaran anak/kelalaian, yaitu: kegiatan atau behavior yang langsung dapat menyebabkan
efek merusak pada kondisi fisik anak dan perkembangan psikologisnya. Kelalaian dapat berupa:
Pemeliharaan yang kurang memadai. Menyebabkan gagal tumbuh, anak merasa kehilangan
kasih sayang, gangguan kejiwaan, keterlambatan perkembangan
Pengawasan yang kurang memadai. Menyebabkan anak gagal mengalami resiko untuk
terjadinya trauma fisik dan jiwa
Penganiayaan emosional
Ditandai dengan kecaman/kata-kata yang merendahkan anak, tidak mengakui sebagai anak.
Penganiayaan seperti ini umumnya selalu diikuti bentuk penganiayaan lain.
2. Di luar rumah
di tempat kerja,
di jalan,
di medan perang.
C. ETIOLOGI
Ada beberapa faktor yang menyebabkan anak mengalami kekerasan. Baik kekerasan fisik
maupun kekerasan psikis, diantaranya adalah:
Stress keluarga
a. Kemiskinan dan pengangguran, kedua faktor ini merupakan faktor terkuat yang menyebabkan
terjadinya kekerasan pada anak, sebab kedua faktor ini berhubungan kuat dengan kelangsungan
hidup. Sehingga apapun akan dilakukan oleh orangtua terutama demi mencukupi kebutuhan
hidupnya termasuk harus mengorbankan keluarga.
b. Mobilitas, isolasi, dan perumahan tidak memadai, ketiga faktor ini juga berpengaruh besar
terhadap terjadinya kekerasan pada anak, sebab lingkungan sekitarlah yang menjadi faktor
terbesar dalam membentuk kepribadian dan tingkah laku anak.
c. Perceraian, perceraian mengakibatkan stress pada anak, sebab anak akan kehilangan kasih
sayang dari kedua orangtua.
d. Anak yang tidak diharapkan, hal ini juga akan mengakibatkan munculnya perilaku kekerasan
pada anak, sebab anak tidak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh orangtua, misalnya
kekurangan fisik, lemah mental, dsb.
Kecerdasan
- Retardasi mental dapat diakibatkan trauma langsung pada kepala, juga karena malnutrisi.
- Pada beberapa kasus keterlambatan ini diperkuat oleh tidak adanya stimulasi yang adekuat atau
karena gangguan emosi.
Emosi
- Terdapat gangguan emosi pada: perkembangan kosnep diri yang positif, atau bermusuh dalam
mengatasi sifat agresif, perkembangan hubungan sosial dengan orang lain, termasuk kemampuan
untuk percaya diri.
- Terjadi pseudomaturitas emosi. Beberapa anak menjadi agresif atau bermusuhan dengan orang
dewasa, sedang yang lainnya menjadi menarik diri/menjauhi pergaulan. Anak suka ngompol,
hiperaktif, perilaku aneh, kesulitan belajar, gagal sekolah, sulit tidur, tempretantrum, dsb.
Konsep diri
Anak yang mendapat perlakuan salah merasa dirinya jelek, tidak dicintai, tidak dikehendaki,
muram, dan tidak bahagia, tidak mampu menyenangi aktifitas dan bahkan ada yang mencoba
bunuh diri.
Agresif
Anak mendapatkan perlakuan yang salah secara badani, lebih agresif terhadap teman sebayanya.
Sering tindakan agresif tersebut meniru tindakan orangtua mereka atau mengalihkan perasaan
agresif kepada teman sebayanya sebagai hasil miskinnya konsep harga diri.
Hubungan sosial
Pada anak-anak ini sering kurang dapat bergaul dengan teman sebayanya atau dengan orang
dewasa. Mereka mempunyai sedikit teman dan suka mengganggu orang dewasa, misalnya
dengan melempari batu atau perbuatan-perbuatan kriminal lainnya.
Sindrom munchausen
Gambaran sindrom ini terdiri dari gejala:
Gejala yang tidak biasa/tidak spesifik
Gejala terlihat hanya kalau ada orangtuanya
Cara pengobatan oleh orangtuanya yang luar biasa
Tingkah laku orangtua yang berlebihan
E. EVALUASI DIAGNOSTIK
Diagnostik perlakuan salah dapat ditegakkan berdasarkan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik
yang teliti, dokumentasi riwayat psikologik yang lengkap, dan laboratorium.
Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik
Penganiayaan fisik
Tanda patogomonik akibat penganiayaan anak dapat berupa:
Luka memar, terutama di wajah, bibir, mulut, telinga, kepala, atau punggung.
Luka bakar yang patogomonik dan sering terjadi: rokok, pencelupan kaki-tangan dalam air
panas, atau luka bakar berbentuk lingkaran pada bokong. Luka bakar akibat aliran listrik seperti
oven atau setrika.
Trauma kepala, seperti fraktur tengkorak, trauma intrakranial, perdarahan retina, dan fraktur
tulang panjang yang multipel dengan tingkat penyembuhan yang berbeda.
Trauma abdomen dan toraks lebih jarang dibanding trauma kepala dan tulang pada penganiayaan
anak. Penganiayaan fisik lebih dominan pada anak di atas usia 2 tahun.
Pengabaian
Pengabaian non organic failure to thrive, yaitu suatu kondisi yang mengakibatkan kegagalan
mengikuti pola pertumbuhan dan perkembangan anak yang seharusnya, tetapi respons baik
terhadap pemenuhan makanan dan kebutuhan emosi anak.
Pengabaian medis, yaitu tidak mendapat pengobatan yang memadai pada anak penderita
penyakit kronik karena orangtua menyangkal anak menderita penyakit kronik. Tidak mampu
imunisasi dan perawatan kesehatan lainnya. Kegagalan yang disengaja oleh orangtua juga
mencakup kelalaian merawat kesehatan gigi dan mulut anak sehingga mengalami kerusakan gigi.
Penganiayaan seksual
Tnda dan gejala dari penganiayaan seksual terdiri dari:
Nyeri vagina, anus, dan penis serta adanya perdarahan atau sekret di vagina.
Disuria kronik, enuresis, konstipasi atau encopresis.
Pubertas prematur pada wanita
Tingkah laku yang spesifik: melakukan aktivitas seksual dengan teman sebaya, binatang, atau
objek tertentu. Tidak sesuai dengan pengetahuan seksual dengan umur anak serta tingkah laku
yang menggairahkan.
Tingkah laku yang tidak spesifik: percobaan bunuh diri, perasaan takut pada orang dewasa,
mimpi buruk, gangguan tidur, menarik diri, rendah diri, depresi, gangguan stres post-traumatik,
prostitusi, gangguan makan, dsb.
Laboratorium
Jika dijumpai luka memar, perlu dilakuak skrining perdarahan. Pada penganiayaan seksual,
dilakukan pemeriksaan:
Swab untuk analisa asam fosfatase, spermatozoa dalam 72 jam setelah penganiayaan seksual.
Kultur spesimen dari oral, anal, dan vaginal untuk genokokus
Tes untuk sifilis, HIV, dan hepatitis B
Analisa rambut pubis
Radiologi
Ada dua peranan radiologi dalam menegakkan diagnosis perlakuan salah pada anak, yaitu untuk:
a. Identifiaksi fokus dari jejas
b. Dokumentasi
Pemeriksaan radiologi pada anak di bawah usia 2 tahun sebaiknya dilakukan untuk meneliti
tulang, sedangkan pada anak diatas 4-5 tahun hanya perlu dilakukan jika ada rasa nyeri tulang,
keterbatasan dalam pergerakan pada saat pemeriksaan fisik. Adanya fraktur multiple dengan
tingkat penyembuhan adanya penyaniayaan fisik.
CT-scan lebih sensitif dan spesifik untuk lesi serebral akut dan kronik, hanya diindikasikan pada
pengniayaan anak atau seorang bayi yang mengalami trauma kepala yang berat.
MRI (Magnetik Resonance Imaging) lebih sensitif pada lesi yang subakut dan kronik seperti
perdarahan subdural dan sub arakhnoid.
Ultrasonografi digunakan untuk mendiagnosis adanya lesi viseral
Pemeriksaan kolposkopi untuk mengevaluasi anak yang mengalami penganiayaan seksual.
F. PENATALAKSANAAN
Pencegahan dan penanggulangan penganiayaan dan kekerasan pada anak adalah melalui:
v Pelayanan kesehatan
Pelayanan kesehatan dapat melakukan berbagai kegiatan dan program yang ditujukan pada
individu, keluarga, dan masyarakat.
Keluarga
Rujuk orangtua baru pada perawat Puskesmas untuk tindak lanjut (follow up)
Komunitas
- Pengkajian yang lengkap pada tiap kejadian kekerasan pada keluarga pada tiap pelayanan
kesehatan
Keluarga
Komunitas
- Semua profesi kesehatan terampil memberikan pelayanan pada korban dengan standar prosedur
dalam menolong korban
- Unit gawat darurat dan unit pelayanan 24 jam memberi respon, melaporkan, pelayanan kasus,
koordinasi dengan penegak hukum/dinas sosial untuk pelayanan segera.
Sekolah mempunyai hak istimewa dalam mengajarkan bagian badan yang sangat pribadi, yaitu
penis, vagina, anus, mammae dalam pelajaran biologi. Perlu ditekankan bahwa bagian tersebut
sifatnya sangat pribadi dan harud dijaga agar tidak diganggu orang lain. Sekolah juga perlu
meningkatkan keamanan anak di sekolah. Sikap atau cara mendidik anak juga perlu diperhatikan
agar tidak terjadi aniaya emosional. Guru juga dapat membantu mendeteksi tanda-tanda aniaya
Hendaknya UU no.4 thn 1979, tentang kesejahteraan anak cepat ditegakkan secara konsekuen.
Hal ini akan melindungi anak dari semua bentuk penganiayaan dan kekerasan. Bab II pasal 2
menyebutkan bahwa anak berhak atas perlindungan terhadap lingkungan hidup yang dapat
v Media massa
Pemberitaan penganiayaan dan kekerasan pada anak hendaknya diikuti oleh artikel-artikel
pencegahan dan penanggulangannya. Dampak pada anak baik jangka pendek maupun jangka
G. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Fokus pengkajian secara keseluruhan untuk menegakkan diagnosa keperawatan berkaitan dengan
child abuse, antara lain:
Psikososial
1) Melalaikan diri (neglect), baju dan rambut kotor, bau
2) Gagal tumbuh dengan baik
3) Keterlambatan perkembangan tingkat kognitif, psikomotor, dan psikososial
4) With drawl (memisahkan diri) dari orang-orang dewasa
Muskuloskeletal
1) Fraktur
2) Dislokasi
3) Keseleo (sprain)
Genito Urinaria
1) Infeksi saluran kemih
2) Perdarahan per vagina
3) Luka pada vagina/penis
4) Nyeri waktu miksi
5) Laserasi pada organ genetalia eksternal, vagina, dan anus.
Integumen
1) Lesi sirkulasi (biasanya pada kasus luka bakar oleh karena rokok)
2) Luka bakar pada kulit, memar dan abrasi
3) Adanya tanda-tanda gigitan manusia yang tidak dapat dijelaskan
4) Bengkak.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Kerusakan pengasuhan b.d. usia muda terutama remaja, kurang pengetahuan mengenai
pemenuhan kesehatan anak dan ketidakadekuatan pengaturan perawatan anak.
3. Intervensi
Dx I: Kerusakan pengasuhan b.d. usia muda terutama remaja, kurang pengetahuan
mengenai pemenuhan kesehatan anak dan ketidakadekuatan pengaturan perawatan anak.
NOC: Setelah dilakukan asuhan keperawatan maka orangtua akan menujukan disiplin
yang konstruktif, mengidentifikasi cara yang efektif untuk mengungkapkan marah atau
frustasi yang tidak membahayakan anak, berpartisipasi aktif dalam konseling dan atau
kelas orangtua.
Intervensi:
Intervensi:
- Tentukan data dasar tanda vital dan irama jantung dan pantau perubahan selama dan sesudah
aktivitas
- Ajarkan pada pemberi perawatan tentang tanda-tanda yang mengindikasikan peningkatan TIK
(misalnya: peningkatan aktivitas kejang)
- Ajarkan pada pemberi perawatan tentang situasi spesifik yang merangsang TIK pada klien
(misalnya: nyeri dan ansietas); diskusikan intervensi yang sesuai.
- Identifikasi faktor-faktor yang dapat berpengaruh terhadap hilangnya nafsu makan pasien
- Pengelolaan nutrisi: ketahui makanan kesukaan klien, pantau kandungan nutrisi dan kalori pada
cetakan asupan, timbang klien pada interval yang tepat
- Pengelolaan nutrisi: berikan informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi dan bagaimana
memenuhinya.
DAFTAR PUSTAKA
http://mercusuarku.wordpress.com/2008/08/10/perkembangan-manusia/
Situasi anak-anak Dunia, 1991. UNICEF
Adillah, Chairul. 1994. Penganiayaan Anak, Medika 3.
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Bayi
Nama Bayi : By. P.R
Jenis Kelamin : laki-laki
Tanggal lahir : 9-9-2010
BB/ PB : 1200 gr/ 45 cm.
3. Riwayat Persalinan
1) ANC
By. P.R. merupakan anak pertama dari pasangan Tn. V. P dan Ny. O. R. Pada saat mengandung By
P.R. ibu selalu melakukan kontrol terhadap kehamilannya ke Bidan, dengan frekwensi 5 kali hingga
dilahirkan. Imunisasi saat kehamilan (TT) dua kali. Namun Ibu menderita Hipertensi selama mengandung
anaknya. Untuk mempertahankan kondisinya Ny. O.R secara teratur minum jamu yang dibeli di warung.
Keadaan ini hingga umur kehamilan cukup. Selama hamil ibu tidak punya masalah dengan nafsu makan.
HPHT :-
Riwayat persalinan :G1, P1, A0
Kenaikan BB selama kehamilan : 9 kg.
Komplikasi kehamilan : Jantung
Riwayat hospitalisasi : Ibu pernah dirawat karena penyakit
jantung.
2) Perinatal
By. P.R. dilahirkan di RSUP Prof Kandou pada umur kehamilan 35 36 Minggu. Bayi lahir spontan
dengan letak belakang kepala. Berat badan lahir 1.100 gr panjang 39 cm Lingkar kepala 26 cm dan
lingkar dada 24 cm. Saat persalinan bayi langsung menangis.
- Jenis persalinan : Spontan LBK
- Lama persalinan : 2 jam 15 menit
- Komplikasi persalinan : Resti karena penyakit jantung
- Ruptur perineum :Tidak ada
- Mekonium : Ada
- Lama kala II : 1 jam
- Cara persalinan : Spontan LBK
- APGAR skore : 8 - 10 .
- Tempat melahirkan : BLU RSU Prof Dr. R. D. Kandou Manado
3) Post natal
Sejak lahir bayi dirawat di inkubator dan samapi saat ini diberikan PASI melalui NGT. Tidak diberikan
ASI. K U bayi cukup baik, aktif (+), refleks moro (+), refleks menghisap (-), menggengam (-), menangis
lemah.
Sistem Kardiovaskuler
S : 36, 5 oC, nadi : 128 X/mnt, akral hangat, kapilari refill 2-3 dt, konjunctiva anemis, S1 dan S2 normal
tubuh tampak lemah dan kuning.
Sistem Persyarafan
Bayi tidak punya riwayat kejang. Tidak ditemukan kelainan pada fungsi susunan saraf pusat maupun
perifer termasuk terhadap fungsi saraf kranialis serta ektremitas.
Sistem Urogenital
Tidak ada tanda-tanda gatal, panas ataupun nyeri pada genital maupun simpisis, tidak ada perubahan
pola kencing. Kencing warna kuning bening. Jumlah kencing tidak ditampung karena menggunakan
pampers.
Tidak ditemukan kelainan pada bentuk dan ukuran genital. Genital bersih.
Sistem Pencernaan
Gaster terdengan suara agak redup, BAB + warna kuning kecoklatan dan lembek 1 kali sehari, peristaltik
normal. Tidak ditemukan kelainan pada anus. Tidak ditemukan pembesaran kelenjar limfe. Anus ada.
Sistem Muskuloskeletal
Tidak ditemukan gangguan dalam bentuk maupun fungsi dari ekstremitas atas dan bawah, tulang intak.
Sistem integumen
Rambut kusam dan jarang. Kulit tampak kuning dan kusam. Turgor baik, iritasi serta peradangan tidak
ada. Gatal-gatal tidak ada.
Sistem endokrin
Tidak ditemukan keluhan khusus. Tidak ditemukan pembesaran kelenjar tyroid. Belum dilakukan
pemeriksaan laboratorium yang menunjang tumbuh kembang anak seperti GH, insulin, Tyroid.
Psikososial
Anak menagis jika didekati oleh petugas kesehatan, anak lebih suka diam dan tiduran. Komunikasi
kurang, anak tampak lesu dan kurang bergairah.
C. DIAGNOSTIC TEST
Darah lengkap tanggal : 23 Januari 2011
- Hb : 15,0 mg/dl (L 13,5 18,0 P 11,5 16,0 mg/dl)
- Leukosit : 18.000 /uL (4000 11.000).
Darah lengkap tanggal : 25 Februari 2011
Faal Hati
0,25 mg/dl)- Bilirubin Direk : 1.04 mg/dl (
1,00 mg/dl)- Bilirubin Total : 13.43 mg/dl (
B. ANALISA DATA
Data yang menunjang Kemungkinan Penyebab Masalah/ diagnosa
DS :
DO :Keadaan umum lemah, reflek menghisap lemah, masih terdapat retensi pada sonde -
Reflek menghisap lemah Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi.
DS :
DO : keadaan umum lemah, ikterus. Data yang menunjang : Bilirubun total : 13.43
Bilirubin direck : 1.04 Ensim hati belum matur, dan bilirubin tidak terkonjungasi secara efektif. Efek
foto terapi. Gangguan integritas kulit
DS :
DO :Akral dingin, cyanosis pada ekstremmitas, keadaan umum lemah, suhu tubuh
dibawah normal lapisan lemak dalam kulit tipis Resiko terjadinya hipotermia
DS :
DO : tali pusat layu, ada tanda-tanda infeksi, abnormal kadar leukosit, kulit kuning, - Sistem Imunitas
yang belum sempurna
- Tindakan invasif Resiko terjadinya infeksi
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada neonatus dengan BBLR antara lain:
1. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi sehubungan dengan reflek menghisap lemah.
2. Gangguan integritas kulit b/d hiperbilirubinemia dan efek foto terapi
3. Resiko terjadinya hipotermia b/d lapisan lemak kulit yang tipis
4. Resiko terjadinya infeksi b/d tindakan invasif
NOC II :
Kriteria Hasil :
a. Penyatuan kulit.
b. Resolusi drainase dari luka/drain.
c. Resolusi pada daerah sekitar eritema kulit.
d. Resolusi dari bau luka.
Indicator skala :
1 : Tidak pernah menunjukkan.
2 : Jarang menunjukkan
3 : Kadang menunjukkan
4 : Sering menunjukkan
5 : Selalu menunjukkan
NIC I :
Intervensi :
a. Pengumpulan dan analisa data pasien untuk mempertahankan integritas membran mukosa dan
kulit.
b. Pembersihan, pemantauan dan peningkatan proses inkubasi
c. Inspeksi adanya kemerahan, pembengkakan, tanda-tanda defisiensi/ efisiensi.
d. Ajarkan anggota keluarga atau pemberi asuhan tentang tanda kerusakan kulit jika diperlukan.
3) Risiko Penurunan Suhu Tubuh berhubungan dengan lapisan Kulit yang Masih Tipis
NANDA : Hypotermia (1986, 1988)
Pengertian : temperatur suhu dibawah rentang normal.
Batasan karateristik :
Penurunan suhu tubuh dibawah rentang normal.
Pucat
Kulit dingin
Kuku sianosis.
COC : Thermoregulasi : Neonatie
NOC : Thermoregulasi : neonatie (0801)
Domain : Physiologic- Health (II)
Class : Metabolic Regulation (I)
Scale : Extremely compromised to note compromised (a)
Indicator :
080101 Suhu tubuh dalam rentang normal
080102 Nadi dan RR dam rentang normal
080102 Tidak me nunjukan distress pernapasan
080103 Tidak menunjukan kegelisahan.
NIC :
a) Observasi tanda-tanda vital
b) Berikan penjelasan kedada pasien / keluarga untuk mengatasi demam
c) Letakkan bayi terlentang diatas pemancar panas (infant warmer
d) Singkirkan kain yang sudah dipakai untuk mengeringkan tubuh, letakkan bayi diatas tubuh, letakkan
bayi diatas handuk / kain yang kering dan hangat.
e) Observasi suhu bayi tiap 6 jam.
f) Kolaborasi dengan team medis untuk pemberian Infus Glukosa 5% bila ASI tidak mungkin diberikan.
4) Resiko terjadinya infeksi b/d tindakan infasive dan tubuh masih lemah
a. NANDA (Risk For Infection/1986)
Pengertian : peningkatan risiko utuk terinvasi oleh organisme pathogen
Factor Risiko :
o Prosedur invasive
o Tidak cukup pengetahuan dalam menghindari papran pathogen
o Destruksi jaringan dan peningkatan paparan lingkungan
o Rupture membrane amniotic
o Agen parmasetikal (misalnya imunosupresan)
o Malnutrisi
o Peningkatan paparan lingkungan terhadap pathogen
o Imunitas didapat tidak adekuat
Catatan Perkembangan
Hari/tgl/
IMPLEMENTASI EVALUASI
Jam
Rawat inkubator
E. EVALUASI
Tgl/jam DIAGNOSA S O A P
29 Klien tetap
Novemb hangat, suhu=
er 2011 36,7oC. A: Masalah
S: tidak
4. Gangguan teratasi
jam dikaji. Akral hangat
integritas kulit b/d sebagian.
13.00
hiperbilirubinemia .
dan efek foto
O: P:
terapi
Teruska
-Kulit masih
n ren-
29 tampak kuning
cana
Novemb pucat A: Masalah
interven
er 2011 teratasi
- Popok/pakaian
jam S: tidak selalu diganti. sebagian. si
13.00 dikaji.
P:
Rencana
inter-
vensi
tetap di
teruska
n.
BAB IV
PEMBAHASAN
Bab ini akan disajikan tentang kesenjangan antara bab 2 dan bab 3, dengan prinsip pendekatan proses
perawatan antara lain:
Pengkajian
Pada bab tinjauan teori penkajian ditekankan pada adanya perubahan suhu, nutrisi, interitas kulit, dan
risiko infeksi. Sedangkan pada tinjauan kasus pengkajian yang didapat adalah adanya perubahan resiko
perubahan suhu, kurangnya kebutuhan nutrisi, infeksi dan keadaan integritas kulit.
Diagnosa Keperawatan
Pada tinjauan teori di dapatkan enam diagnosa keperawatan yakni :gangguan pertukaran gas, gangguan
pemenuhan nutrisi, resiko terjadi hipoglikemia, resiko terjadi hipotermia, resiko terjadi infeksi dan
gangguan hubungan interpersonal antara ibu dan bayi. Sedangkan pada kasus nyata penyusun hanya
mendapatkan 4 diagnosa dari klien yakni : gangguan nutrisi, gangguan integritas kulit, resiko hipotermia,
dan resiko terjadi infeksi.
Rencana Keperawatan
Pada tinjauan teori rencana keperawatan ditekankan pada nutrisi , termoregulator / lingkungan yang
nyaman, dan pelasanaan tindakan septik dan aseptik. Pada tinjauan kasus rencana keperawatan juga
ditekankan pada hal tersebut di atas.
Tindakan Keperawatan
Seperti halnya dengan intervensi yang direncanakan pada tinjauan teori, tindakan keperawatan yang
dilakukan baik dalan tinjauan teori dan tinjauan kasus adalah nutrisi , termoregulator / lingkungan yang
nyaman, dan pelasanaan tindakan septik dan aseptik.
Evaluasi Keperawatan
Evaluasi pada tinjauan kasus ditekankan pada tiap tiap diagnosa sehingga dapat mencapai tujuan yang
diharapkan yangtercantum pada tujuan rencana keperawatan. Memang pencapaian tujuan pada bayi
dengan BBLR ini harus benar- benar prosedural .
Asuhan Keperawatan Atresia Anii Aplikasi NIC, NOC, NANDA
Erfan Syah | Rabu, 21 November 2012 | 0 komentar
B. Discharge Planning
v Berikan puian saat melakukan perawatan dan jawab pertanyaan secara jujur apa yang
dibutuhkan keluarga
v Ajarkan mengenai tanda dan gejala infeksi (demam, kemerahan di daerah luka, terasa panas)
v Ajarkan bagaimana menganai pengamanan pada bayi dan melakukan dilatasi anal
v Berikan instruksi secara tertulis dan verbal tentang alat alat yang dibutuhkan untu perawatan
di rumah
v Tekankan tetap mengadakan stimulasi pada bayi untuk mensupport tumbuh kembang
No Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
v Instruksikan pasien/keluarga
untuk mencatat keluaran feses
Bowel Training
v Ajarkan ke pasien/keluarga
tentang prinsip latihan BAB
v Kolaborasi pemberian
suppositoria jika
memungkinkan
- Kelembaban udara
- Faktor mekanik
(misalnya : alat yang dapat
menimbulkan luka,
tekanan, restraint)
- Immobilitas fisik
- Radiasi
- Kelembaban kulit
- Obat-obatan
Internal :
- Perubahan status
metabolik
- Tulang menonjol
- Defisit imunologi
- Faktor yang
berhubungan dengan
perkembangan
- Perubahan sensasi
- Perubahan status
nutrisi (obesitas,
kekurusan)
- Perubahan status
cairan
- Perubahan
pigmentasi
- Perubahan sirkulasi
Perubahan turgor
(elastisitas kulit)
v Eksplorasi kemungkinan
sumber atau dukungan, dengan
cara yang tepat
Batasi pengunjung
Saring pengunjung
terhadap penyakit menular
Partahankan teknik
aspesis pada pasien yang
beresiko
Dorong istirahat
Laporkan kecurigaan
infeksi
- Kegagalan mekanisme
pengaturan
Label: Serba Serbi Asuhan Keperawatan Keperawatan Anak, Nanda NIC NOC, Standar Operasional
Prosedur KMB
Menurut Soetjiningsih (1995) gangguan bahasa merupakan keterlambatan dalam sektor bahasa yang dialami oleh
seorang anak. Kemampuan berbahasa merupakan suatu indikator seluruh perkembangan anak. Jika seorang anak
tidak mampu berbicara maka dapat menimbulkan kesulitan dalam berkomunikasi dan mengungkapkan perasaannya
kelak. Dalam artikel Frequently Asked Question, Jeniffer Fusco (2002) mengungkapkan bahwa gangguan bahasa
merupakan suatu keterlambatan dalam berbahasa ataupun bicara dimana jika dilakukan penanganan dini akan
sangat menolong anak dalam masalah bahasa.
B. Etiologi
1. Lingkungan
2. Emosi
3. Masalah Pendengaran
a. Terlambat/gangguan bicara yang
a. Kongenital permanen
a. Terlambat bicara
4. Perkembangan terlambat
5. Cacat bawaan
a. Terlambat dan terganggu kemampuan
a. Palatoshciziz bicaranya
d. Kelainan Persepsi
Sedangkan Aram D.M (1987), mengatakan bahwa gangguan bicara pada anak dapat disebabkan oleh kelainan
dibawah ini :
Interaksi antar personal merupakan dasar dari semua komunikasi dan perkembangan bahasa. Lingkungan yang
tidak mendukung akan menyebabkan gangguan bicara dan bahasa pada anak.
2. Sistem masukan/input
Adalah sistem pendengaran, penglihatan dan integritas taktil-kinestetik dari anak. Pendengaran merupakan alat yang
penting dalam perkembangan bicara. Anak deng otitis media kronik dengan penurunan daya pendengaran akan
mengalami keterlambatan kemampuan menerima ataupun mengungkapkan bahasa. Gangguan bicara juga terdapat
pada tuli oleh karena kelainan genetik dan metabolik (tuli primer), tuli neurosensorial, (infeksi intra uterin ; sifilis,
rubella, tolsoplasmosis, sitomegalovirus), tuli konduktif seperti akibat malformasi telinga luar, tuli sentral (sama sekali
tidak mendengar), tuli perseptif/afasia sensorik (terjadi kegagalan , integrasi aarti bicara yang didengar menjadi suatu
pengertian yang menyeluruh), dan tuli psikis seperti pada schizoprenia, autisme infantil, keadaan cemas dan reaksi
psikologis lainnya. Pola bahsa juga akan berpengaruh pada anak dengan gangguan penglihatan yang berat,
demikian juga dengan anak dengan defisit taktil kinestetik akan tejadi gangguan artikulasi.
Kelainan susunan saraf pusat akan mempengaruhi pemahaman, inteprestasi, formulasi dan perencanaan bahasa,
juga pada aktifitas dan kemampuan intelektual dari anak. Gangguan komunikasi biasanya merupakan bagian dari
retasrdasi mental, misalnya pada Sindrom Down.
4. Sistem Produksi
Sistem produksi suara seperti laring, hidung, struktur mulut dan mekanisme neuromuskular yang berpengaruh
terhadap pengaturan nafas untuk berbicara, bunyi laring, pembentukan bunyi untuk artikulasi bicara melalui aliran
udara lewat laring, faring dan rongga mulut.
Menurut Jeniffer Fusco (2002) etiologi dari gangguan bahasa karena kehilangan pendengaran, infeksi
kronik telinga, stroke atau trauma otak, syndroms, retardasi mental, riwayat injuri otak selama prenatal, intranatal dan
postnatal, ketidakmampuan untuk memahami dan berbahasa, gangguan proses auditory, keterlambatan
perkembangan pada bayi prematur, kelemahan atau gangguan motorik, gangguan proses sensory, dan gangguan
otot. Dalam penelitiannya, Jeniffer Fusco menemukan bahwa keterlambatan bahawa lebih banyak dialami pada laki-
laki dibandingkan dengan perempuan. Fusco berpendapat bahwa secara umum laki-laki mempunyai kemampuan
nonverbal yang lebih bagus dibandingkan dengan kemampuan verbal.
Menurut Rutter (dikutip dari Toback C), berdasarkan atas sberat ringannya kelainan bahasa sebagai berikut :
Berat Keterlambatan lebih berat dari akuisisi dan Disfasia reseptif dan tuli
bahasa, gangguan pemahaman bahasa perseptif
Sangat berat Gangguan pada seluruh kemampuan Tuli perseptif dan tuli sentral
bahasa
Sedangkan Rapinda Allen (dikutip dari Klein, 1991) berdasar patofisologi membagi kelainan bahasa pada anak
menjadi 6 sub tipe :
1. 2 primer ekspresif
disfraksia verbal
anak mengerti sefala sesuatu yang dikatakan kepadanya, mereka lebih sering menunjuk daripada bicara
anak bicara dengan kata-kata dan frase yang susah dimengerti bahkan pada orang-orang yang sering kontak
dengannya sehingga menimbulkan rasa marah dan frustasi bagi si anak.
anak berbicara sulit dipahami dengan kalimat yang pendek dan banyak dari mereka yang autistik.
amak mengerti sedikit pada apa yang dikatakan kepadanya walaupun kadang-kadang mereka mengikuti suatu
pembicaraan dengan cara lain dan miskin dalam artikulasi kata-kata.
3. 2 defisit bahasa yang lebih berat
anak kesulitan dalam menemukan kata-kata yang tepat khususnya saat bercakap-cakap. Mereka tidak gagap dan
tidak menghindar untuk berbicara.
Anak dapat berbicara lancar tetapi mereka bicara tanpa henti mengenai satu topik.
Aram D.M (1987) dan Towne (1983) gejala-gejala anak dengan gangguan bahasa adalah sebagai berikut :
1. Pada usia 6 bulan anak tidak mampu memalingkan mata serta kepalanya terhadap suara yang datang dari
belakang atau samping.
2. Pada usia 10 bulan anak tidak memberi reaksi terhadap panggilan namanya sendiri.
3. Pada usia 15 bulan tidak mengerti dan memberi reaksi terhadap kata-kata janga, da-da, dan sebagainya.
5. Pada usia 2 bulan tidak memberi reaksi terhadap perintah (misalnya duduk, kemari, berdiri)
7. Pada usia 24 bulan hanya mempunyai perbendaharaan kata-kata yang sangat sedikit/tidak mempunyai kata-
kata huruf z pada frase
8. Pada usia 24 bulan belum mampu mengetengahkan ungkapan yang terdiri ari 2 buah kata.
9. Pada usia 30 bulan ucapannya tidak dapat dimengerti oleh anggota keluarganya
11. Pada usia 36 bulan tidak bisa bertanya dengan menggunakan kalimat tanya yang sederhana.
12. Pada usia 3,5 tahun selalu gagal untk menyebutkan kata akhir (ca untuk cat, ba untuk ban dan lain-lain)
Menurut Towne perkembangan berbicara dan berbahasa pada anak normal usia toddeler adalah sebagai berikut :
Sedangkan Fusco (2002) mengatakan bahwa perkembangan bahasa pada usia todlder antara lain :
12 bulan
18 bulan
24 bulan
Kosakata meningkat menjadi 300 kata, antara usia 2-4 tahun kosakata anak meningkat 2 kata perhari.
30 bulan
Anak dapat menyebutkan nama anggota keluarga atau orang yang dikenalnya.
3 tahun
Deteksi dan penanganan dini pada problem bicara dan bahasa pada anak, akan membantu anak-anak dan orang
tua untuk menghindari atau memperkecil kemungkinan kelainan pada masa sekolah antara lain yang dengan
menggunakan pemeriksaan DDST.
Alat peraga : benang wol merah, kismis/manik-manik, kubus warna merah-kuning-hijau- biru, permainan anak,
botol kecil, bola tenis, bel kecil, kertas, dan pensil.
Tahap pertama : secara periodik dilakukan pada semua anak yang berusia 3 6 bulan, 9 12 bulan, 18 24
bulan, 3 tahun, 4 tahun, 5 tahun.
Tahap kedua : dilakukan pada mereka yang dicurigai adanya hambatan perkembangan pada tahap pertama
kemudian dilarutkan dengan evaluasi diagnostik yang lengkap.
c. Penilaian
Penilaian apakah lulus (Passed: P), gagal (Fail: F), ataukah anak tidak mendapat kesempatan melakukan tugas (No
Opportunity: N.O). Kemudian ditarik garis berdasarkan umur kronologis, yang memotong garis horisontal tugas
perkembangan pada formulir DDST. Setelah itu dihitung pada masing-masing sektor, berapa yang P dan berapa
yang F, selanjutnya berdasarkan pedoman, hasil tes diklasifikasi dalam normal, abnormal, meragukan
(Questionable) dan tidak dapat dites (Untestable).
Abnormal
- Bila dalam 1 sektor atau lebih didapatkan 2 atau lebih keterlambatan plus 1 sektor atau lebih dengan 1
keterlambatan dan pada sektor yang sama tersebut tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis
vertikal usia.
Meragukan
- Bila pada 1 sektor atau lebih didapatkan 1 keterlambatan dan pada sektor yang sama tidak ada yang lulus
pada kotak yang berpotongan dengan garis vertikal usia.
Apabila terjadi penolakan yang menyebabkan hasil tes menjadi abnormal atau meragukan.
Normal
Setelah terdeteksi terdapat masalah dalam perkembangan bahasa maka dapat dicarai penyebabnya. Dengan
perbaikan masalah medis seperti tuli konduksi dapat menghasiklan perkembangan bahasa yang normal pada anak
yang tidak retardasi mental. Sedangkan perkembangan bahasa dan kognitif pada anak dengan gangguan
pendengaran sensoris bervariasi. Dikatakan bahwa anak dengan gangguan fonologi biasaya prognosisnya lebih
baik. Sedangkan gangguan bicara pada anak yang itelegensinya normal perkembangan bahasanya lebih baik
daripada anak yang retardasi mental. Tetapi pada anak dengan gangguan yang multipel terutama dengan gangguan
pemahaman, gangguan bicara ekspresif atau kemampuan naratif yang tidak berkembang pada usia 4 tahu,
mempunyai gangguan bahasa yang menetap pada usia 5,5 tahun.
Berikut ini penatalaksanaan kelainan bicara dan bahasa menurut Blager (1981) :
Lingkungan
Konseling keluarga
b. Tekanan Mengurangi tekanan
Keluarga
Kelompok BKB
c. Keluarga bisu
Meningkatkan stimulasi Ahli, terapi wicara
d. Bahasa
Bilingual Menyederhanakan masukan
bahasa
Emosi
b. Gangguan Psikoterapi
serius pada keluarga Meningkatkan status emosi
anak
c. Gangguan
serius
Meningkatkan status emosi Psikoterapi
anak
Masalah
Pendengaran
Monitor dan obati kalau Audiologist/ahli THT
a. Kongenital memungkinkan
a. Dibawah rata-
rata Meningkatkan stimulasi Ahli terapi wicara
b. Perkembangan
terlambat
Meningkatkan stimulasi Ahli terapi wicara
c. Retardasi
mental
Maksimalkan potensi Program khusus
Cacat bawaan
b. Sindrom Down
Kerusakan otak
1. Faktor Genetik
Termasuk faktor genetik antara lain adalah berbagai faktor bawaan yang normal dan patologik, jenis kelamin, suku
bangsa atau bangsa. Seperti sindrom Down, sindrom Turner yang disebabkan oleh kelainan kromosom.
2. Faktor Lingkungan
Anak dengan keluarga sosial ekonomi kurang akan mengalami keterlambatan dalam berbahasa karena fasilitas
berbahasa dan pendidikan yang rendah pulan dari orang tua.
Faktor Psikososial, antara lain: stimulasi, motivasi belajar, hukuman yang wajar, kelompok sebaya, stres,
sekolah, cinta dan kasih sayang, kualitas interaksi anak-orang tua.
Faktor Keluarga dan Adat Istiadat, antara lain: pekerjaan/ pendapatan keluarga, pendidikan ayah/ibu, jumlah
saudara, jenis kelamin dalam keluarga, stabilitas rumah tangga, kepribadian ayah/ibu, adat-istiadat, norma-norma,
agama, urbanisasi, kehidupan politik dalam masyarakat yang mempengaruhi prioritas kepentingan anak, angaran,
dll. (Soetjiningsih, 1998)
1. Usia 12 bulan
Latih anak menunjuk dan menyebutkan nama nama bagian tubuh. Beri label secara sering pada barang-barang
yang diminati oleh anak, cukup dengan satu atau dua kata. Jika anak berbicara untuk meminta barang maka pegang
barang tersebut kemudian beri label sebelum diberikan kepada anak sambil menyebutkan barang tersebut.
Lanjutkan dengan buku-buku berwarna dan bermain Ci Luk Ba.
2. Usia 18 bulan
Latih anak mengikuti perintah sederhana. Bernyanyilah lebih sering untuk anak, gunakan nada yang dikenal oleh
anak ulangi dan ulangi lagi setiap hari. Kata-kata dalam sebuah lagu dapat membuat anak menyesuaikan diri
dengan situasi. Bicara dengan bahasa sederhana, mudah dimengerti dan jelas. Tiru kata anak yang salah kemudian
perbaiki dengan kata yang jelas anak jika ada kesalahan ucap. Diskusikan apa yang anak rasakan, dengar dan
lakukan sepanjang hari.
3. Usia 2 tahun
Latih anak mengenal bentuk dan warna. Kata-kata baru terus diulng-ulang dan gunakan gerak tubuh serta intonasi
untuk memperjelas informasi. Ceritakan apa yang Ibu lakukan dan buatlah dengan percakapan yang mudah
dimengerti oleh anak. Ibu dapat menggunakan beberpa pertanyaan untuk menstimulasi penambahan bahasa
dengan waktu yang singkat dan sering. Terlalu banyak pertanyaan akan membuat anak frustasi jika tidak dapat
meresponnya.
Rangkaikan suku kata dengan menggunakan Saya, Dia kemudian bentuk kalimat sederhana seperti Saya suka
kue. Bacakan cerita atau dongeng yang terkenal atau dikenal oleh anak dan dorong anak untuk menceritakan apa
yang terjadi atau mengulang cerita yang sudah didengarkannya. Lanjutkan untuk mendengarkan atau bernyanyi
bersama lagu yang dikenal anak.
5. Usia 3 tahun
Dorong penambahan kosakata dengan melanjutkan untuk bercerita mengenai diri Ibu atau aktivitas yang dilakukan
Ibu sepanjang hari. Gunakan kata-kata yang sederhana antara 4-5 kata ketika bercerita dengan anak. Anak
berespon dengan bertanya dan ajak anak bermain dan Ibu bermain layaknya seperti anak-anak.
DAFTAR PUSTAKA
Engel, joyce. (1998). Pengkajian Pediatrik, Alih Bahasa Teresa, Jakarta : EGC
Beth cecily L, sowden Linda A. (2002). Buku Saku Keperawatan Pediatrik,
Jakarta : EGC.
Markum, A.H. (1991). Buku Ajar Anak. Jilid I, Jakarta : Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
A. Pengertian
Diare adalah kondisi dimana terjadi frekuensi defekasi yang abnormal > 3 kali /
hari, serta perubahan isi / volume (>200 gr/hari) dan konsistensi feses cair. (Brunner dan
Suddarth, 2002)
Diareadalah defekasi encer > 3 kali / hari dengan / tanpa darah dan atau lendir dalam
tinja. (Kapita Selekta Kedokteran, 2000)
Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena
frekuensi satu kali atau lebih buang air besar dengan bentuk tinja yang encer atau cair. (Suriadi,
2001)
Diare akut adal ah diare yang terjadi secara mendadak dan berlangsung < 7 hari pada
bayi dan anak yang sebelumnya sehat. (Kapita Selekta Kedokteran, 2000)
Diare melanjut / berkepanjangan adalah episode diare akut yang melanjut hingga
berlangsung selama 7-14 hari. (Kapita Selekta Kedokteran, 2000)
Diare persisten / kronik adalah episode diare yang mula-mula bersifat akut namun
berlangsung selama 14 hari atau lebih. (Kapita Selekta Kedokteran, 2000).
Ada dua kategori diare kronik. Diare yang berhenti jika pemberian makanan atau obat-
obatan dihentikan disebut diare osmotik. Sedangkan diare yang menetap walaupun penderita
dipuasakan disebut diare sekretorik (Samih Wahab, 2000)
Disentri adalah diare yang disertai darah dalam tinja. (Kapita Selekta Kedokteran,
2000).
B. Etiologi
1. Infeksi virus (Rotavirus, Adenovirus), bakteri(E. Colli, Salmonella, Shigella, Vibrio dll),
parasit (protozoa : E. hystolitica, G. lamblia; cacing : Askaris, Trikurus; Jamur : Kandida)
melalui fecal oral : makanan, minuman,yang tercemar tinja atau kontak langsung dengan tinja
penderita.
2. Malabsorbsi : karbohidrat (intoleransi laktosa), lemak atau protein.
3. Makanan : alergi makanan, basi atau keracunan makanan
4. Imunodefisiensi / imunosupresi (kekebalan menurun) : Aids dll
5. Faktor lingkungan dan perilaku
6. Psikologi : rasa takut dan cemas
(Kapita Selekta Kedokteran, 2000)
C. Patofisiologi
Spesies bakteri tertentu menghasilkan eksotoksin yang mengganggu absorbsi usus
dan dapat menimbulkan sekresi berlebihan dari air dan elektrolit. Ini termasuk baik enterotoksin
kolera dan E. Coli. Spesies E. Coli lain, beberapa Shigella dan salmonella melakukan penetrasi
mukosa usus kecil atau kolon dan menimbulkan ulserasi mikroskopis. Muntah dan diare dapat
menyusul keracunan makanan non bakteri. Diare dan muntah merupakan gambaran penting yang
mengarah pada dehidrasi, akibat kehilangan cairan ekstrvaskuler dan ketidakseimbangan
elektrolit. Keseimbangan asam basa terpengaruh mengarah pada asidosis akibat kehilangan
natrium dan kalium dan ini tercermin dengan pernafasan yang cepat. ( Sacharin, R.M, 1996)
Patogen usus menyebabkan sakit dengan menginvasi mukosa usus, memproduksi
enterotoksin, memproduksi sitotoksin dan menyebabkan perlengketan mukosa yang disertai
dengan kerusakan di menbran mikrovili. Organisme yang menginvasi sel epitel dan lamina
propria menimbulkan suatu reaksi radang local yang hebat. Enterotoksin menyebabkan sekresi
elektrolit dan air dengan merangsang adenosine monofosfat siklik di sel mukosa usus halus.
Sitotoksin memicu peradangan dari sel yang cedera serta meluaskan zat mediator radang.
Perlengketan mukosa menyebabkan cedera mikrivili dan peradangan sel bulat di lamina propria.
Bakteri yang tumbuh berlebihan di usus halus juga mengganggu mukosa usus. Bakteri
menghasilkan enzim dan hasil metabolisme untuk menghancurkan enzim glikoprotein pada tepi
bersilia dan menggangggu pengangkutan monosakarida dan elektrolit. Cedera vili menyebabkan
lesi mukosa di sana sini yang disertai dengan segmen atrofi vili subtotal dan respon radang
subepitel yang mencolok. (Wahab, A Samih, 2000)
. Manifestasi klinik
1 Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer
2 Kram perut
3 Demam
4 Mual
5 Muntah
6 Kembung
7 Anoreksia
8 Lemah
9 Pucat
10 Urin output menurun (oliguria, anuria)
11 Turgor kulit menurun sampai jelek
12 Ubun-ubun / fontanela cekung
13 Kelopak mata cekung
14 Membran mukosa kering
(Suriadi, 2001)
A B C
Yang dinilai
(Tanpa dehidrasi) (Dehidrasi Tak Berat) (Dehidrasi Berat)
I. Riwayat
Diare < 4 x/hari cair 4-10 x/hari cair > 10 x/hari cair
Muntah sedikit / tidak beberapa kali sangat sering
Rasa haus minum biasa haus sekali, rakus ingin tidak dapat minum
tidak haus minum banyak
Keterangan :
* Pada beberapa anak mata normalnya agak cekung : perlu dikonfirmasikan dengan orang tua
** Kekeringan mulut dan lidah dapat diraba dengan jari bersih dan kering, mulut selalu ke-ring pada
anak yang biasa bernafas dengan mulut, mulut anak dehidrasi dapat basah karena habis minum
*** Cubitan kulit kurang berguna pada anak dengan marasmus, kwashiorkor atau anak ge-muk.
(sangat lambat jika kembali > 2 detik)
E. Komplikasi
Kehilangan air dan elektrolit : dehidrasi, asidosis metabolic
Syok
Kejang
Sepsis
Gagal Ginjal Akut
Ileus Paralitik
Malnutrisi
Gangguan tumbuh kembang
(SPM Kesehatan Anak IDAI, 2004 dan SPM Kesehatan Anak RSUD Wates, 2001)
F. Penatalaksanaan
1. Keperawatan
Mengganti cairan dan elektrolit yang hilang : mengelola plan A, B, C
Memonitor tanda dehidrasi, syok
Memenuhi kebutuhan nutrisi : anak tidak boleh dipuasakan, makanan diberikan sedikit-sedikit
tapi sering (lebih kurang 6 kali sehari), rendah serat, buah-buahan diberikan terutama pisang.
Mengontrol dan mengatasi demam
Perawatan perineal
Penyuluhan kesehatan :
- Upayakan ASI tetap diberikan
- Kebersihan perorangan : cuci tangan sebelum makan
- Kebersihan lingkungan : buang air besar di jamban
- Imunisasi campak
- Memberikan makanan penyapihan yang benar
- Penyediaan air minum yang bersih
- Selalu memasak makanan
- Selalu merebus dot / botol susu sebelum digunakan
- Tidak jajan di sembarang tempat
2. Medis
a. Resusitasi cairan dan elektrolit
1) Rencana Pengobatan A, digunakan untuk :
Mengatasi diare tanpa dehidrasi
Meneruskan terapi diare di rumah
Memberikan terapi awal bila anak diare lagi
Tiga cara dasar rencana Pengobatan A :
Berikan lebih banyak cairan daripada biasanya untuk mencegah dehidrasi (oralit, makanan cair :
sup, air matang). Berikan cairan ini sebanyak anak mau dan terus diberikan hingga diare
berhenti.
2) Rencana Pengobatan B
Dehidrasi tidak berat (ringan-sedang); rehidrasi dengan oralit 75 ml / kg BB dalam 3 jam
pertama atau bila berat badan anak tidak diketahui dan atau memudahkan dilapangan, berikan
oralit sesuai tabel :
Setelah 3-4 jam, nilai kembali, kemudian pilih rencana A, B, atau C untuk melanjutkan
pengobatan :
Bila tidak ada dehidrasi ganti ke rencana A
Bila ada dehidrasi tak berat atau ringan/sedang, ulangi rencana B tetapi tawarkan makanan,
susu dan sari bu-ah seperti rencana A
Bila dehidrasi berat, ganti dengan rencana C
3) Rencana Pengobatan C
Dehidrasi berat : rehidrasi parenteral / cairan intravena segera. Beri 100 ml/kg BB cairan RL,
Asering atau garam normal (larutan yang hanya mengandung glukosa tidak boleh
diberikan).
Rehidrasi parenteral :
o RL atau Asering untuk resusitasi / rehidrasi
o D1/4S atau KN1B untuk maintenan (umur < 3 bulan)
o D1/2S atau KN3A untuk maintenan (umur > 3 bulan)
(SPM Kesehatan Anak RSUD Wates, 2001)
Ulangi bila nadi masih lemah atau tidak teraba
Nilai kembali tiap 1-2 jam. Bila rehidrasi belum tercapai percepat tetesan infuse
Juga berikan oralit 5 ml/kg BB/jam bila penderita bisa minum. Biasanya setelah 3-4 jam (bayi)
atau 1-2 jam (anak)
Setelah 3-6 jam (bayi) atau 3 jam (anak) nilai lagi, kemudian pilih rencana A, B, C untuk
melanjutkan pengobatan.
b. Obat-obat anti diare meliputi antimotilitas (loperamid, difenoksilat, kodein, opium), adsorben
(norit, kaolin, smekta).
c. Obat anti muntah : prometazin , domperidon, klorpromazin
d. Antibiotik hanya diberikan untuk disentri dan tersangka kolera : Metronidazol 50 mg/kgBB/hari
e. Hiponatremia (Na > 155 mEq/L), dikoreksi dengan D1/2S. Penurunan kadar Na tidak boleh
lebih dari 10 mEq per hari karena bisa menyebabkan edema otak
f. Hiponatremia (Na < 130 mEq/L), dikoreksi dengan RL atau NaCl
g. Hiperkalemia (K > 5 mEq/L), dikoreksi dengan kalsium glukonas perlahan-lahan 5-10 menit
sambil memantau detak jantung
h. Hipokalemia (K , 3,5 mEq/L), dikoreksi dengan KCl
(Kapita Selekta Kedokteran, 2000 dan SPM Kesehatan Anak RSUD Wates, 2001)
G. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Identitas : umur, alamat
Riwayat Kesehatan
Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian) : muntah, diare, kembung,
demam.
Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk rumah sakit)
Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang pernah
diderita oleh pasien) : diare, alergi makanan, intoleransi, riwayat operasi.
Riwayat kesehatan keluarga (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang pernah
diderita oleh anggota keluarga yang lain baik bersifat genetik atau tidak)
Riwayat Imunisasi : imunisasi campak ?
Riwayat tumbuh kembang
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : kesadaran, vital sign, status nutrisi (BB, PB, Usia)
Pemeriksaan persistem :
1) Sistem persepsi sensori :
a) Penglihatan : air mata ada / tidak, cekung / normal
b) Pengecapan : rasa haus meningkat/tidak, lidah lembab / kering
2) Sistem persyarafan : kesadaran, kejang.
3) Sistem pernafasan : kusmaul, sianosis, cuping hidung
4) Sistem kardiovaskuler : takikardi, nadi lemah dan cepat / tak teraba, kapilary refill lambat, akral
hangat/dingin, sianosis perifer.
5) Sistem Gastrointestinal :
a) Mulut : membrane mukosa lembab/kering, bibir lembab/kering
b) Perut : turgor ?, kembung / meteorismus, distensi, peristaltik meningkat, nyeri
c) Informasi tentang tinja : warna, volume, bau, konsistensi, lendir, darah, sisa makanan
6) Sistem integumen : kulit kering/lembab, ubun-ubun cekung/tidak, turgor ?, bibir kering/tidak,
diaper rash/iritasi di daerah perineal, ada lipatan kulit/keriput ?
7) Sistem perkemihan : bak 6 jam terakhir, oliguria/anuria
Pola Fungsi Kesehatan
1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan : kebiasaan bab di wc / jamban / sungai / kebun,
personal hygiene ?, sanitasi ?, sumber air minum ?
2) Pola nutrisi dan metabolisme : anoreksia, mual, muntah, makanan / minuman terakhir yang
dimakan, makan makanan yang tidak biasa / belum pernah dimakan, alergi, minum ASI atau
susu formula, baru saja ganti susu, salah makan, makan berlebihan, efek samping obat, jumlah
cairan yang masuk selama diare, makan / minum di warung ?
3) Pola eleminasi
a) Bab : frekuensi, warna, konsistensi, bau, lendir, darah
b) Bak : frekuensi, warna, bak 6 jam terakhir ?, oliguria, anuria
4) Pola aktifitas dan latihan : travelling
5) Pola tidur dan istirahat
6) Pola kognitif dan perceptual
7) Pola toleransi dan koping stress
8) Pola nilai dan keyakinan
9) Pola hubungan dan peran
10) Pola persepsi diri dan konsep diri
11) Pola seksual dan reproduksi
2. Diagnosa Keperawatan
1) Diare berhubungan dengan factor psikologis (tingkat stress dan cemas tinggi), faktor
situasional ( keracunan, penyalahgunaan laksatif, pemberian makanan melalui selang efek
samping obat, kontaminasi, traveling), factor fisiologis (inflamasi, malabsorbsi, proses infeksi,
iritas, parasit)
2) Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolic, dehidrasi, proses infeksi, medikasi
3) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan aktif, kegagalan
dalam mekanisme pengaturan.
4) PK : Syok hipovolemik b.d dehidrasi
5) Cemas orang tua b.d proses penyakit anaknya
6) Takut b.d tindakan invasive, hospitalisasi, pengalaman yang kurang menyenangkan.
7) Kurang pengetahuan tentang penyakit diare b.d kurang informasi, keterbatasan kognisi, tidak
familiar dengan sumber informasi
8) Resiko kelebihan volume cairan b.d overhidrasi
9) Penurunan cardiac output b.d penurunan suplai cairan/darah
10) Perubahan pola nafas b.d hiperventilasi
11) Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara kebutuhan dan suplai oksigen
Rencana Keperawatan
4. PK: Syok hipovolemia Setelah dilakukan tindak- 1. Kaji dan catat status perfusi perifer. Laporkan
b.d dehidrasi an / penanganan selama temuan bermakna : ekstremitas dingin dan pucat,
1 jam diharapkan klien penurunan amplitude nadi, pengisian kapiler
mempunyai perfusi yang lambat.
adekuat, dengan criteria :2. Pantau tekanan darah pada interval sering ;
waspadai pada pembacaan lebih dari 20 mmHg di
Kriteria hasil : bawah rentang normal klien atau indicator lain dari
- Amplitudo nadi perifer hipotensi : pusing, perubahan mental, keluaran urin
meningkat menurun.
- 3.
Pengisian kapiler singkat Bila hipotensi terjadi, tempatkan klien pada posisi
(< 2 detik) telentang untuk meningkatkan aliran balik vena.
- Tekanan darah dalam Ingat bahwa tekanan darah > atau = 80/60 mmHg
rentang normal untuk perfusi koroner dan arteri ginjal yang
- CVP > atau = 5 cm H2O adekuat.
- Frekuensi jantung teratur4. Pantau CVp (bila jalur dipasang) untuk
- Berorientasi terhadap menentukan keadekuatan aliran balik vena dan
waktu, tempat, dan orang volume darah; 5-10 cm H2O biasanya dianggap
- Keluaran urin > atau = 30 rentang yang adekuat. Nilai mendekati 0
ml/jam menunjukkan hipovolemia, khususnya bila terkait
- Akral hangat dengan keluaran urin menurun, vasokonstriksi, dan
- Nadi teraba peningkatan frekuensi jantung yang ditemukan
- Membran mukosa pada hipovolemia.
lembab 5. Observasi terhadap indicator perfusi serebral
- Turgor kulit normal menurun : gelisah, konfusi, penurunan tingkat
- Berat badan stabil dan kesadaran. Bila indicator positif terjadi, lindungi
dalam batas normal klien dari cidera dengan meninggikan pengaman
- Kelopak mata tidak tempat tidur dan menempatkan tempat tidur pada
cekung posisi paling rendah. Reorientasikan klien sesuai
- Tidak demam indikasi.
- Tidak ada rasa haus yang6. Pantau terhadap indicator perfusi arteri koroner
sangat menurun : nyeri dada, frekuensi jantung tidak
- Tidak ada napas pen-dek teratur.
/kusmaul 7. Pantau hasil laboratorium terhadap BUN (>20
mg/dl) dan kreatinin (>1,5 mg/dl) meninggi ;
laporkan peningkatan.
8. Pantau nilai elektrolit terhadap bukti ketidak
seimbangan , terutama Natrium (>147 mEq/L) dan
Kalium (>5 mEq/L). Waspadai tanda hiperkalemia
: kelemahan otot, hiporefleksia, frekuensi jantung
tidak teratur. Juga pantau tanda hipernatremia,
retensi cairan dan edema.
9. Berikan cairan sesuai program untuk
meningkatkan volume vaskuler. Jenis dan jumlah
cairan tergantung pada jenis syok dan situasi klinis
klien : RL, Asering
10. Siapkan untuk pemindahan klien ke ICU/PICU
(Keperawatan Medical Bedah : Swearingen :
1996)
5. Takut b.d tindakan inva- Setelah dilakukan tindak- Coping enhancement (5230)
sif, hospitalisasi, penga- an keperawatan selama 1. Kaji respon takut pasien : data objektif dan
laman lingkungan yang X 24 jam rasa takut klien subyektif
kurang bersahabat. (00148) berkurang, dengan criteria
2. Jelaskan klien / keluarga tentang proses penyakit
: 3. Terangkan klien / keluarga tentang semua
Batasan karakteristik : pemeriksaan dan pengobatan
- Panik Fear control (1404) : 4. Sampaikan sikap empati (diam, memberikan sen-
- Teror - Klien tidak menyerang tuhan, mengijinkan mena-ngis, berbicara dll)
- Perilaku menghindar atau menghindari sumber 5. Dorong orang tua untuk selalu menemani anak
atau menyerang yang menakutkan 6. Berikan pilihan yang realistis tentang aspek
- Impulsif - Klien menggunakan tek- perawatan
- Nadi, respirasi, TD nik relaksasi untuk me- 7. Dorong klien untuk melakukan aktifitas sosial dan
sistolik meningkat ngurangi takut komunitas
- Anoreksia - Klien mampu mengontrol 8. Dorong penggunaan sumber spiritual
- Mual, muntah respon takut
- Pucat - Klien tidak melarikan Anxiety Reduction (5820)
- Stimulus sebagai an- diri 1. Jelaskan semua prosedur termasuk perasaan yang
caman - Durasi takut menurun mungkin dialami selama menjalani prosedur
- Lelah - Klien kooperatif saat di-
2. Berikan objek yang memberikan rasa aman
- Otot tegang lakukan perawatan dan 3. Berbicara dengan pelan dan tenang
- Keringat meningkat pengobatan 4. Membina hubungan saling percaya
- Gempar 5. Jaga peralatan pengobatan di luar penglihatan klien
- Ketegangan mening-kat Anxiety control (1402) 6. Dengarkan klien dengan penuh perhatian
- Menyatakan takut - Tidur pasien adekuat 7. Dorong klien mengungkapkan perasaan, persepsi
- Menangis - Tidak ada manifestasi dan takut secara verbal
- Protes fisik 8. Berikan aktivitas / peralatan yang meng-hibur
- Melarikan diri - Tidak ada manifestasi untuk mengurangi ketegangan
perilaku 9. Anjurkan klien menggunakan teknik relaksasi
- Klien mau berinteraksi10. Anjurkan orang tua untuk membawakan mainan
sosial kesukaan dari rumah
11. Mengusahakan untuk tidak mengulang
pengambilan darah
\ 12. Libatkan orang tua dalam perawatan dan
pengobatan
13. Berikan lingkungan yang tenang
14. Batasi pengunjung
6. Cemas orang tua b.d Setelah dilakukan Coping enhancement (5230)
perkembangan penyakit tindakan keperawatan1. Kaji respon cemas orang tua
anaknya (diare, muntah, selama X per-temuan 2. Jelaskan orang tua tentang proses penyakit
panas, kembung) kecemasan orang tua anaknya
berkurang, dengan criteria3. Bantu orang tua untuk mengenali penyebab diare.
Batasan karakteristik : : 4. Terangkan orang tua tentang prosedur pemeriksaan
- Orang tua sering dan pengobatan
bertanya Anxiety control (1402) 5. Beritahu dan jelaskan setiap perkem-bangan
- Orang tua meng- - Tidur adekuat penyakit anaknya
ungkapkan perasaan
- Tidak ada manifestasi 6. Dorong penggunaan sumber spiritual
cemas fisik
- Khawatir - Tidak ada manifestasi Anxiety Reduction (5820)
- Kewaspadaan me- perilaku 1 Jelaskan semua prosedur termasuk pera-saan yang
ningkat - Mencari informasi untuk mungkin dialami selama men-jalani prosedur
- Mudah tersinggung mengurangi cemas 2 Berikan objek yang dapat memberikan ra-sa aman
- Gelisah - Menggunakan teknik re- 3 Berbicara dengan pelan dan tenang
- Wajah tegang, me-merah laksasi untuk mengurangi 4 Membina hubungan saling percaya
- Kecenderungan me- cemas 5 Dengarkan dengan penuh perhatian
nyalahkan orang lain - Berinteraksi sosial 6 Ciptakan suasana saling percaya
7 Dorong orang tua mengungkapkan pera-saan,
Aggression Control (1401) persepsi dan cemas secara verbal
- Menghindari kata yang 8 Berikan peralatan / aktivitas yang meng-hibur
meledak-ledak untuk mengurangi ketegangan
- Menghindari perilaku 9 Anjurkan untuk menggunakan teknik re-laksasi
yang merusak 10 Berikan lingkungan yang tenang, batasi
- Mampu mengontrol ung- pengunjung
kapan verbal
Coping (1302)
- Mampu mengidentifikasi
pola koping yang efektif
dan tidak efektif
- Mampu mengontrol ver-
bal
- Melaporkan stress / ce-
masnya berkurang
- Mengungkapkan mene-
rima keadaan
- Mencari informasi ber-
kaitan dengan penyakit
dan pengobatan
- Memanfaatkan dukungan
social
- Melaporkan penurunan
stres fisik
- Melaporkan peningkatan
kenyamanan psikisnya
- Mengungkapkan membu-
tuhkan bantuan
- Melaporkan perasaan ne-
gatifnya berkurang
- Menggunakan strategi
ko-ping efektif
7 Kurang pengetahuan kli- Setelah dilakukan Teaching : Disease Process (5602)
en / orang tua tentang penjelasan selama X 1. Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan
diare b.d kurang informa- pertemuan klien / orang klien / orang tua tentang proses penyakitnya
si, keterbatasan kognisi, tua mengetahui dan
2. Jelaskan patofisiologi diare dan ba-gaimana hal ini
tak familier dengan sum- memahami tentang penya- berhubungan dengan ana-tomi dan fisiologi dengan
ber informasi. kitnya, dengan criteria : cara yang sesuai.
3. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul
Batasan Karakteristik : Knowledge : Disease pada diare dengan cara yang sesuai
- Mengungkapkan ma- Process (1803) : 4. Gambarkan proses penyakit diare dengan cara
salah - Mengetahui jenis / nama yang sesuai
- Tidak tepat mengiku-ti penyakitnya 5. Identifikasi kemungkinan penyebab de-ngan cara
perintah - Mampu menjelaskan pro- yang tepat
- Tingkah laku yang ses penyakit 6. Bantu klien / orang tua mengenali faktor penyebab
berlebihan (histeris,
- Mampu menjelaskan fak- diare
bermusuhan, agitasi, tor resiko 7. Berikan informasi upaya-upaya mencegah diare :
apatis) - Mampu menjelaskan efek selalu merebus air minum, mencuci tangan sebelum
penyakit makan, tidak makan di sembarang tempat, merebus
- Mampu menjelaskan tan- dot / botol susu sebelum digunakan,
da dan gejala penyakit memperhatikan kebersihan lingkungan dll
- Mampu menjelaskan 8. Berikan informasi pada klien / orang tua tentang
komplikasi kondisi / perkembangan kesehatan dengan tepat
- Mampu menjelaskan ba- 9. Sediakan informasi tentang pengukuran diagnostik
gaimana mencegah kom- yang tersedia
plikasi 10. Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin
diperlukan untuk mencegah komplikasi di masa
Knowledge : Health be- yang akan datang dan atau proses pengontrolan
havors (1805) penyakit
- Mampu menjelaskan pola Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
11.
nutisi yang sehat 12. Gambarkan pilihan rasional rekomendasi
- Mampu menjelaskan ak- manajemen terapi / penanganan
tifitas yang bermanfaat 13. Dukung klien/ orang tua untuk meng-eksplorasikan
- Mampu menjelaskan cara atau mendapatkan second opinion dengan cara
pencegahan diare yang tepat
- Mampu menjelaskan tek- 14. Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan
nik manajemen stress dengan cara yang tepat
- Mampu menjelaskan efek Instruksikan klien / orang tua mengenai tanda dan
15.
zat kimia gejala untuk melaporkan pada pemberi perawatan
- Mampu menjelaskan ba- Kuatkan informasi yang disediakan tim kesehatan
16.
gaimana mengurangi re- yang lain dengan cara yang tepat
siko sakit
- Mampu menjelaskan Teaching
ba- Procedur / Treatment (5618)
gaimana 1. Informasikan kepada klien dan orang tua kapan
menghindari
lingkungan yang berba- prosedur pengobatan akan di-laksanakan
haya (sanitasi kurang) 2. Informasikan seberapa lama prosedur pengobatan
- Mampu menjelaskan cara akan dilakukan
pemakaian obat sesuai 3. Informasikan tentang peralatan yang akan
resep digunakan dalam pengobatan
4. Informasikan kepada orang tua siapa yang akan
melakukan prosedur pengobatan
5. Jelaskan tujuan dan alasan dilakukan prosedur
pengobatan
6. Anjurkan kepada klien untuk kooperatif saat
dilakukan prosedur pengobatan
7. Jelaskan tentang perasaan yang mungkin akan
dialami selama dilakukan prosedur pengobatan
8. Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan Airway manajemen ( 3140)
b.d hiperventilasi tindakan 1
perawatan Buka jalan napas, gunakan teknik chin lift atau jaw
selama X 24 jam pola thrust bila perlu
Batasan karakteristik : nafas efektif, dengan 2 Posisikan klien untuk memaksimalkan ventilasi
- Penurunan tekanan criteria : 3 Identifikasi pasien perlunya pemasangan jalan
inspirasi / ekspirasi napas buatan
- Penurunan ventilasi per Respiratory status 4: Pasang mayo bila perlu
menit Airway patency (0410) 5: Lakukan fisioterapi dada bila perlu
- Penggunaan otot na-fas - Suara napas bersih 6 Keluarkan secret dengan batuk atau suction
tambahan - Tidak ada sianosis 7 Auskultasi suara napas , catat adanya suara
- Pernafasan nasal fla-ring- Tidak sesak napas tambahan
- Dispneu - Irama napas 8
dan Kolaborasi pemberian bronkodilator bila perlu
- Ortopneu frekuensi napas dalam 9 Monitor respirasi dan status oksigen
- Penyimpangan dada rentang nor-mal
- Nafas pendek - Pasien tidak merasa ter- Respirasi Monitoring (3350)
- Posisi tubuh menun- cekik 1 Monitor rata-rata, ritme, kedalaman, dan usaha
jukkan posisi 3 poin - Tidak ada sianosis napas
- Nafas pursed-lip (de- - Tidak gelisah 2 Catat gerakan dada apakah simetris, ada
ngan bibir) - Sputum berkurang penggunaan otot tambahan, dan retraksi
- Ekspirasi memanjang 3 Monitor crowing, suara ngorok
- Peningkatan diame-ter Respiratory status 4: Monitor pola napas : bradipneu, takipneu,
anterior-posterior ventilation (0403) kusmaull, apnoe
- Frekuensi nafas - Respirasi dalam rentang5 Dengarkan suara napas : catat area yang
Bayi : < 25 atau > 60 normal ventilasinya menurun / tidak ada dan catat adanya
1-4 th : < 20 atau > 30 - Ritme dalam batas suara tambahan
5-14 th : < 14 atau > 25 normal 6 K/p suction dengan mendengarkan suara ronkhi
> 14 th : < 11 atau > 24 - Ekspansi dada simetris atau crakles
- Kedalaman nafas - Tidak ada sputum di 7 Monitor peningkatan gelisah, cemas, air hunger
Volume tidal de-wasa saat jalan napas 8 Monitor kemampuan klien untuk batuk efektif
istira-hat 500 ml - Tidak ada penggunaan 9 Catat karakteristik dan durasi batuk
Volume tidal ba-yi 6-8 otot-otot tambahan 10 Monitor secret di saluran napas
ml/kg BB - Tidak ada retraksi dada 11 Monitor adanya krepitasi
- Penurunan kapasitas - Tidak ditemukan dispneu 12 Monitor hasil roentgen thorak
vital - 13
Dispneu saat aktivitas ti- Bebaskan jalan napas dengan chin lift atau jaw
- Timing rasio dak ditemukan thrust bila perlu
- Napas pendek-pendek ti- 14 Resusitasi bila perlu
dak ditemukan 15 Berikan terapi pengobatan sesuai advis (oral,
- Tidak ditemukan taktil injeksi, atau terapi in-halasi)
fremitus
- Tidak ditemukan suara Cough Enhancement (3250)
napas tambahan 1 Monitor fungsi paru-paru, kapasitas vital, dan
inspirasi maksimal
2 Dorong pasien melakukan nafas dalam, ditahan 2
detik lalu batuk 2-3 kali
3 Anjurkan klien nafas dalam beberapa kali,
dikeluarkan dengan pelan-pelan dan ba-tukkan di
akhir ekspirasi
DAFTAR PUSTAKA
- Arif Mansjoer dkk, Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius FKUI Jakarta, 2000
- Budi Santosa, Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006, Prima Medika
- Hardiono D. Pusponegoro dkk, Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak, IDAI, 2004
- Helen Lewer, Learning to Care on the Paediatric Ward : terjemahan, EGC, 996
- Joanne C. McCloskey, Nursing Intervention Classification (NIC), Mosby-Year Book, 1996
- Joyce Engel, Pocket Guide to Pediatric Assesment : terjemahan, EGC, 1998
- Judith M. Wilkinson, Prentice Hall Nursing Diagnosis Handbook with NIC Intervention and
NOC Outcomes, Upper Saddle River, New Jersey, 200
- Marion Johnson, Nursing Outcomes Classification (NOC), Mosby-Year Book, 2000
- Rosa M. Sacharin, Principles of Paediatric Nursing : terjemahan , EGC, 1996
- Samih Wahab, Ilmu Kesehatan Anak, EGC, 2000
- Suriadi, Asuhan Keperawatan pada Anak, CV Agung Seto, Jakarta, 2001
- Swearingen, Keperawatan Medikal-Bedah, EGC, Jakarta, 2001
- Tri Atmadja DS, Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak, RSUD Wates, 2001
- ---------------------, Kumpulan Materi Pelatihan Keperawatan Profesional Dasar Anak, RSUP Dr
Sardjito, 2002
- --------------------, Kumpulan Materi Pelatihan Paediatrik Intensive Care Unit, RSUP Dr.
Sardjito, Yogyakarta, 2005
You might also like:
Linkwithin
No comments:
Post a Comment
PENGERTIAN
Perawat harus memahami betul pertumbuhan dan perilaku yang normal sesuai yang diharapkan
pada tahap perkembangan awal untuk membimbing dan meningkatkan kenormalan dan untuk
mendeteksi dan mencegah abnormalitas. Contohnya tanpa pengetahuan bahwa anak usia 2,5 3
tahun adalah usia toilet training, perawat tidak dapat meningkatkan pembelajaran ketrampilan ini
pada anak yang usianya sesuai
Tumbuh adalah proses bertambahnya ukuran/dimensi akibat penambahan jumlah dan atau
ukuran sel dan jaringan interseluler.
Kembang / perkembangan adalah proses pematangan / maturasi fungsi organ tubuh termasuk
berkembangnya kemampuan mental intelegensia serta tingkah laku anak.
Pertumbuhan dan perkembangan adalah suatu proses yang sinkron yang saling ketergantungan
dalam kesehatan seseorang. Seseorang mengalami perubahan pertumbuhan dan perkembangan
yang kualitatif dan kuantitatif
Pertumbuhan fisik
Adalah aspek peningkatan individu yang kuantitatif atau dapat diukur dalam ukuran fisik.
Indicator pertumbuhan yang dapat diukur meliputi : berat badan, tinggi badan, an gigi, tulang
dan usia seksual. Peningkatan indicator ini berarti tumbuh.
semua perubahan ukuran tubuh akibat multiplikasi sel atau pertambahan seluler
bertambahnya ukuran fisik (anatomis) dan structural tubuh dalam arti sebagian atau seluruhnya
Diukur dengan keseimbangan metabolic, missal : retensi Na dan Ca dan umur tulang
Suatu aspek kualitatif atau behavioural (perilaku) dari adaptasi progresif terhadap lingkungan.
Suatu contoh dari perubahan kualitatif ini adalah peningkatan kapasitas fungsi yang dihasilkan
dengan menguasai beberapa ketrampilan. Misalnya pre school dapat berpartisipasi dalam
melakukan pembicaraan via telephone dengan orangtua mereka. Sebelum menguasai kapasitas
ini mereka terlebih dahulu belajar kosakata sderhana, belajar meletakkan kata menjadi suatu
kalimat atau frase dan mengembangkan suatu pemahaman kognitif terhadap suatu objek yang
permanen
Bertambahnya kemampuan ketrampilan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih
kompleks
Suatu proses yang majemuk yang berlangsung seumur hidup dan merupakan interaksi antara
bakat, bawaan, faktor lingkungan dan faktor belajar/latihan dan interaksi dari proses kematangan
(peningkatan kemahiran dalam penggunaan fungsi tubuh)
forces of nature
herediter.
Temperament : pembawaan
Karakteristik mood fisiologis yang dibwa anak sejak lahir dan meliputi gaya kepribadian : santai,
lamban, hangat, perangai sulit/ sukar.
External forces
Psikososial : Kesehatan jiwa, Cara pengasuhan anak, Pendidikan anak, Nilai sosial budaya,
Kebiasaaan, Kepercayaan, Tradisi.
Maturasi / kematangan:
Maturasi adalah suatu proses menjadi sepenuhnya tumbuh dan berkembang. Meliputi
kemampuan biologis individu, kondisi fisiologis, dan keinginan untuk belajar menjadi lebih
matur atau dewasa lagi.
Periode kritis adalah suatu rentang waktu yang spesifik dimana lingkungan memiliki dampak
yang besar pada seseorang. Selama masa kritis ini, beberapa bentuk stimulasi sensori diperlukan
untuk proses perkembangan. Tanpa stimulasi, pemenuhan tahap tugas akan menjadi sulit atau
bahkan tidak mampu memenuhi ketrampilan atau kemampuan tsb. Contoh : toodler yang tidak
dilatih untuk belajar berjalan dalam suatu periode kemungkinan akan mengalami kesulitan dalam
belajar di lain waktu. Stimulus yang diberikan terlalu awal juga tidak ada manfaatnya. Jadi
tergantung dari waktu dan kadar stimulasi dan kesiapan distimulasi oleh lingkungan.
Tumbuh kembang fisis meliputi perubahan dalam bentuk besar dan fungsi organisme
individu;Tumbuh kembang intelektual berkaitan dengan kepandaian berkomunikasi dan
kemampuan menangani materi yang bersifat abstrak dan simbolik seperti
berbicara,bermain,berhitung dan membaca; Tumbuh kembang social emosional bergantung
kemampuan bayi untuk membentuk ikatan batin,berkasih sayang,menangani kegelisahan akibat
suatu frustasi dan mengelola rangsangan agresif.
Orang tua : hidup rukun dan harmonis,persiaan jasmani,mental,social yang matang pada saat
membina keluarga,mempunyai tingkat ekonomo/kesejahteraan yang cukup,cukup waktu untuk
memperhatikan,membimbing dan mendidik anak
Pelayanan KIA dan KB yang cukup untuk perlindungan kesehatan Ibu dan Anak dengan jaringan
dan fasilitas yang memadai dalam tenaga,peralatan,anggaran dan mencakup seluruh populasi.
Didaerah perkotaan m,aupun pedesaan diciptakan keadaan yang cukup baik dalam segi-segi :
kesehatan,geografis,demografis,social ekonomi.
Pendidikan di rumah,sekolah, diluar sekolah dan rumah untuk pembinaan perkembangan emosi,
social, moral, etika, tanggung jawab,pengetahuan, ketrampilan dan kepribadian.
Proses tumbuh kembang dimulai sejak sel telur dibuahi dan akan berlangsung sampai dewasa.
Tahap prenatal
Pertumbuhan yang cepat dan ketergantungan total menjadikan fase ini sebagai suatu periode
yang krusial dalam proses perkembangan.
Tahap postnatal
Pengawasan tumbuh kembang anak dilakukan secara kontinue dengan pencatatan yang baik
dimulai sejak dalam kandungan (Ante Natal Care) secara teratur dan pengawasan terutama anak
balita.
Untuk pertumbuhan anak dengan pengukuran BB dan TB menggunakan Kartu Menuju Sehat
(KMS).
Untuk perkembangan anak dengan menggunakan DDST (Denver Development Screening Test).
TEORI PERKEMBANGAN
Dekat dengan orang tua lawan jenis. Bersaing dengan orang tua sejenis
Fase latent : 6 12 tahun
Orientasi social keluar rumah, Pertumbuhan intelektual dan social, Banyak teman dan punya
group, Impuls agresivitas lebih terkontrol
Fase genital
Pemusatan seksual pada genital, Penentuan identitas, Belajar tidak tergantung pada orang tua,
Bertanggung jawab pada diri sendiri, Intim dengan lawan jenis.
Percaya vs Tidak Percaya ( 0-1 tahun) kepercayaan darai orang tua dan rasa tidak percaya pada
orang lain karena kebutuhan dasar tidak terpenuhi.
Otonomi vs Rasa Malu dan dan ragu (1-3 tahun) otonomi berpusat apda pengontrolan tubuh
dan lingkungannya, belajar dari meniru, malu dan ragu muncul jika anak merasa dirinay kerdil.
Inisiatif vs Rasa Bersalah (3-6 tahun) inisiatif diperoleh dengan cara mengkaji lingkungan. jika
anak berprestasi dan ortu memberikan reinforcement positif, maka anak akan lebih kreatif.
Identitas vs Kerancuan peran kejelasan identitas diperoleh jika ada kepuasan yang diperoleh
dari orang tua atau lingkungan tempat tinggal anak.
Karakteristik fisik
Usia 0 6 bulan
Berat badan
BB akan menjadi 2 kali lipat pada usia 6 bulan, BB bayi akan bertambah kira kira 0,6 kg/bulan
Panjang badan
Panjang badan rata rata saat umur 6 bulan akan mencapai 65 cm, Panjang badan meningkat
dengan kecepatan 2,5 cm per tahun
Lingkar kepala
Lingkar kepala mencapai 42,5 cm pada usia 6 bulan, Lingkar kepala meningkat 1,25 cm
perbulan
Usia 6 12 bulan
berat badan
BB menjadi 3 kali lipat pada usia 1 tahun, Perkiraan BB pada usia 1 tahun adalah 10 kg, Bayi
menambah BB 0,45 kg perbulan
panjang badan
Bagian badan yang mengalami pertumbuhan terpesat adalah badan, Bayi bertambah 1,25 cm
perbulan, Panjang badan total meningkat 50% pada usia 1 tahun
lingkar kepala
rata rata pertambahan lingkar kepala adalah 0,5 cm perbulan, pada usia 1 tahun lingkar kepala
akan mencapai 46 47 cm
Lahir :
ketajaman penglihatan 20/100 20/400, dapat fiksasi dan mengikuti suatu objek bergerak
dengan 450 dengan jarak 20 25 cm, belum dapat mengintegrasikan kepala dan pergerakan mata
dengan baik
4minggu
dapat melihat objek bergerak 900, dapat melihat orang pada saat bayi diajak bicara, kelenjar air
mata mulai berfungsi
6 12 minggu
mempunyai pandangan perifer sampai 1800, pemusatan pandangan pada objek dekat mulai 6
minggu, berkembang baik pada usia 3 bulan,, refleks mata bayi menghilang
12 20 minggu
mengenal botol susu, melihat tangan ketika duduk/tengkurap, dapat mengakomodasikan objek
yang dekat
20 28 minggu
mengatur postur untuk melihat objek, dapat mengambil boneka yang jatuh, berkembangnya
pengertian tentang warna untuk kuning dan merah, lebih suka pada stimulus visual yang
komplek, perkembangan koordinasi tangan dan kaki
28 44 minggu
dapat fiksasi atau mengikuti objek yang kecil, tidak adanya pandangan binokuler
44 52 minggu
ketajaman pandangan 20/40 20/60, ketajaman hilang jika ada strabismus, dapat mengikuti
pergerakan objek yang cepat
Lahir
respon pada suara keras dan reflek terkejut/moro, respon pada suara orang lebih cepat dari yang
lain, suara rendah tinggi mempunyai efek mendiamkan
8-12 minggu: menoleh kepala ketika mendengar, dengan suara dekat telinga
12-16 minggu : menggerakan kepala ke sisi lokasi suara dan melihat objek yang dapat
menimbulkan suara secara langsung
16-24 inggu : menggerakan kepala ke sisi suara , kemudian melihat ke atas ke bawah
40-52minggu
mengetahui beberapa kata dan artinya seperti tidak dan nama anggota keluarga, berusaha
mengontrol sendiri respon terhadap suara seperti mendengar untuk mendengar suara itu ada lagi
atau tidak
Lahir
reflek menghisap, menelan dan rooting; rasa makan dan keinginan untuk makan ditunjukan
dengan menangis, bila sudah terpenuhi akan tidur; refleks ekstrusi kuat
3-4 bulan: reflek ekstrusi disadari, mulai terdapat koordinasi mata dan tangan
4-5 bulan : dapat mendekatkan bibir pada cangkir /tempat minum
5-6 bulan : menggunakan jari tangan untuk memasukan makanan ke dalam mulut
7-9 bulan
jika menolak makanan akan menutup bibir; memegang sendok dan bermain selama makan;
kadang kadang dapat minum dengan menggunakan sedotan atau minum dari cangkir dengan
bantuan
9-12bulan
memasukan potongan makanan kecil sendiri; memegang botol sendiri dan minum dari botol
tersebut; mulai dapat minum dengan elas /angkir tetapi masih banyak yang berjatuhan; mulai
dapat menggunakan sendok tapi masih banyak yang berjatuhan
Usia 0 1 bulan
perilaku involunter, refleksif primer, orientasi austistik, tidak ada konsep baik diri sendiri
maupun orang lain
Usia 1 4 bulan
perilaku refleksif secara bertahap digantikan dengan gerakan volunteer, aktivitas berpusat di
sekitar tubuh, membuat usaha awal untuk mengulang atau menirukan tindakan, banyak
menunjukan perilaku trial and error, berusaha memodifikasi perilaku sebagai respon terhadap
stimulus, menunjukan orientasi simbolik, terlibat dalam suatu aktivitas karena aktivitas tersebut
mnyenangkan
Usia 4 8 bulan
Usia 8 12 bulan
Perkembangan bahasa
Usia 1 bulan : mendekur, membuat suara seperti huruf hidup, membuat suara merengek ketika
sdang kesal, membuat suara berdeguk ketika sedang kenyang dan tersenyum
Usia 1 4 bulan : bersuara dan tersenyum, dapat membuat suara bunyi huruf hidup, bersuara dan
berceloteh
Usia 4 8 bulan
menggunakan vokalisasi yang semakin banyak, menggunakan kata kata yang terdiri dari 2
suku kata, dapat membuat dua bunyi vokal secara bersamaan (misalnya :baba)
Usia 8 12 bulan
menggunakan kata kata pertama,menggunakan bunyi untuk mengidentifikasi objek, orang dan
aktivitas, menirukan berbagai bunyi kata, dapat mengucapkan serangkaian suku kata, memahami
arti larangan, berespon terhadap panggilan, menggunakan 3 kosakata, menggunakan kalimay
satu kata
Perilaku sosialisasi
Usia 1 4 bulan
tersenyum pada wajah manusia, membentuk siklus tidur bangun, menangis menjadi suatu yang
berbeda, membeda bedakan wajah yang dikenal dan tidak dikenal, senang menatap wajah yang
dikenalnya, diam saja jika ada orang asing
Usia 4 8 bulan
merasaterpaksa jika ada orang asing, mulai bermain dengan mainan, takut akan kehadiran orang
asing, mudah frustasi, memukul mukul lengan dan kaki jika kesal
Usia 8 12 bulan
bermain permainan yang sederhana, menangis jika dimarahi, mengenali anggota keluarga,
menunjukan peningkatan kecemasan terhadap perpisahan
ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Review kembali catatan medik masalah kesehatan yang berkaitan dengan gangguan pada
perkembangan anak
Kaji pengetahuan keluarga akan penyakit/masalah yag berkaitan dengan gangguan tumbang anak
Kaji persepsi orang tua kan tingkat perkembangan anak dan pengharapan mereka terhadap
anaknya.
Kaji sumber-sumber yang mendukung seperti tingkat perekonomian keluarga dll yang dapat
mendukung perkembangan anak.
DIAGNOSE KEPERAWATAN
Isolasi social
Resiko cedera
DAFTAR PUSTAKA
Doenges M.E. at al., 1992, Nursing Care Plans, F.A. Davis Company, Philadelphia
Donna L. Wong, 2004, Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik Edisi 4, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta\
Joane C. Mc. Closkey, Gloria M. Bulechek, 1996, Nursing Interventions Classification (NIC),
Mosby Year-Book, St. Louis
Kuncara, H.Y, dkk, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth, EGC,
Jakarta
Potter PA, Perry AG, 1993. Fundamental of Nursing: concept, process and practice. Third
edition. Missouri, US : mosby year book inc.
Wong DL, 1995, Nursing Care Of Infant and Children Fifth Edition,Mosby Year
Book,Philadelpia USA.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN DIAGNOSA MEDIS
BRONCHOPNEMONIA
A. KONSEP DASAR
1. Pengertian
a. Bronchopneumonia adalah peradangan yang terjadi pada bronchus dan parencym paru.
b. Bronchopneumonia adalah suatu peradangan paru yang biasanya menyerang di bronkeoli terminal.
Dimana bronkeoli tersumbat oleh mukopurulen yang membentuk akumulasi dan padatan di lobuli yang
berdekatan ( Sudigdiodi dan Imam Supardi, 1998 )
2. Etiologi
b) Virus : Virus respiratoris, sinsisial, virus adeno,virus para influenza, virus influenza.
Bronchopneumonia biasanyadidahului oleh infeksi teraktus respiratorius bagian atas selama beberapa
hari. Suhu badan naik mendadak sampai 40 derajat celsius dan mungkin disertai kejang demam yang
tinggi. Anak sangat gelisah, sesak dan sianosissekundder hidung dan mulut, pernafasan cuping hidung
merupakan trias gejalayang patogmonile, kadang-kadang disertai muntah dan diare, batuk mula-mula
kering kemudian menjadi produktif.
5. Pemeriksaan fisik
b. Retraksi intercostal
e. Rales halus nyaring (khas) pada pemulaan dan kemudian menjadi kasar stadium resolusi
6. Pemeriksaan penunjang
a) Laboratorium
LED meningkat
b) X foto thorax : Bercak-bercak infiltrat tersebar atau meliputi satu atau sebagian lobus
7. Penatalaksanaan
Anti biotik :
a) Pada penyakit yang ringan mungkin virus tidak perlu anti biotika
c) Pemilihan jenis antibiotika didasarkan atas umur, keadaan klien dan dugaan kuman penyebab yaitu :
a. Umur 3 bulan 5 tahun bila toksis mungkin disebabkan oleh streptokokus pneumonia, ineofilus
influenza, atau stafilokokus. Pada umumnya tidak dapat diketahui kiman penyebab maka secara praktis
dipakai :
Kombinasi : Penicilin Prokain 50.000 100.000 KL/ Kg /24 jam IM 1 2 kali sehari dan Kloramfenikol 50
100 mg / kg / 24 jam IV atau oral 4 kali sehari
Atau kombinasi : Amphisilin 50 100 mg / kg / 24 jam IM atau IV 4 kali sehari dan Kloksasilin 50 / mg / kg
/ 24 jam IM atau IV 4 kali sehari
Atau kombinasi : Eritromisin 50 mg / kg /24 jam oral 4 kali sehari dan Kloramfenikol (dosis sda) bila ada
alergi terhadap penisilin
b. Umur lebih dari 3 bulan biasanya disebabkan oleh sreptokokus pneumonia, stafilokokus atau antero
bakteriase
Kombinasi : Penisilin Prokain (dosis sda ) dan Gentamisin 5 7 mg/kg/24 jam IV 2 3 kali sehari
Atau kombinasi : Kloksasilin (dosis sda) dan Gentamisin (dosis sda). Kombinasi ini juga diberikan kepada
anak anak lebih dari 3 bulan dengan mal nutrisi berat atau pasien dengan immuno compomized.
c. Anak-anak yang lebih dari 5 tahun yang non teknis biasanya disebabkan oleh :
a. Streptokokus pneumonia
Penisilin Prokain IM
b. Mycoplasm pneumonia
Apabila kuman penyebab dapat diisolasi atau terjadi efek samping obat misalnya alergi atau hasil
pengobatan tidak memuaskan perlu dilakukan reevaluasi apakah perlu dipilih antibiotika lain.Lamanya
pemberian antibiotika begantung pada : kemajuan klinis penderita yang jenis kuman penyebabnya yaitu
:Stafilokokus mungkin perlu 6 minggu parenteral dan jika penyebabanya Hemophilus Influenza atau
Streptokokus pneumonia cukup 10 14 hari.
8. Komplikasi
e) Pneumatosel j) Meningitis
k) Artritis
9. Konsep imunisasi
5 bulan -
9 bulan Campak
a. Pertumbuhan
Berat badan
Tinggi badan
Lahir : 50 cm
Umur 1 tahun : 75 cm
b. Perkembangan
1. Pengkajian
a. Pengumpulan data
1. Indentitas
Meliputi indentitas klien, indentitas orang tua (ayah dan ibu) serta indentitas penanggung biaya.
2. Keluhan utama
Pada umumnya suhu badan klien tinggi (39 40), adanya pernafasan yang cepat atau sesak dan kadang
disertai kejang.
4. Riwayat kesehatan
Mula mula batuk kering kemudian menjadi produktif, timbul panas yang mendadak tinggi kadang-
kadang disertai nyeri dada, kejang, muntah dan diare. Pada kondisi yang berlanjut klien akan gelisah,
takipnea bahkan dyspnea dan terjadi penurunan kesadaran.
b. Riwayat penyakit dahulu
Penurunan daya tahan tubuh atau malnutrisi energi proteinatau penyakit yang pernah diderita terutam
penyakit menahun, adanya faktor latrogenik (trauma paru, anasthesi, aspirasi), riwayat prenatal dan
post natal serta imunisasi yang kurang baikdapat menjadi faktor resiko terjadinya penyakit ini.
c. Riwayat imunisasi
Adanya penyakit yang sama dalam keluarga, kebiasaan hidup yang kurang sehat serta pola makan yang
tidak pasti dapat berakibat mal nutrisi energi protein
Dalam hal ini pengkajiannya meliputi bagaimana adaptasi sosial klien, bahasa, motorik halus dan
motorik kasarnya disesuaikan dengan usia klien.
Perlu dikaji pada keluarga apakah keluarga mengerti tentang penyakit anaknya dan dibawah kemana
bila sakit
Pada kasus ini pula makan dan minum klien cenderung menurun, karena adanya sesak, batuk dan tidak
jarang karena klien mengalami muntah dan diare
c. Pola eliminasi
Keluarga akan khawatir dengan anak karena mereka tidak mengetahui apa yang terjadi dan apa yang
harus dilakukan pada anak yang sakit dan dampak dirawat di rumah sakit
Perlu ditanyakan jenis kelamin pada klien,apakah ada kelainan dalam sistem reproduksinya
i. Pola hubungan peran
Perlu dikaji bagaimana sianak beradaptasi dengan lingkungan baru dan keluarganya
Perlu dikaji bagaimana sianak pola tingkah lakunya dalam mengatasi penyakitnya
Dalam pola ini kadang ada yang mempercayakan diri pada hal-hal yang bersifat gaib.
6. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Pada kasus ini klien lemah, suhu tinggi (390 400). Pernafasan cepat dan dangkal (sesak nafas), batuk,
adanya sianosis. Dapat juga terjadi kejang, gelisah sampai penurunan tingkat kesadaran
Pada umumnya klien lemah ini turgor kulitnya menurun, rembut normal, kuku bisa cyanosis atau pucat
Ubun-ubun cekung, mata tampak cowong karena kurang cairan akibat takipne, diaphoresis. Intake
peroral inadekuat. Leher terdapat kaku kuduk jika terjadi infeksi lebih lanjut pada meningeal dan adanya
pembesaran kelenjar lymfhe sebagai kompensasi infeksi
d. Mata
Pada kasus ini mata klien tampak cowong karena kurang cairan akibat takipnea, diaphoresis, intake
peroral inadekuat
Pada umumnya telinga normal, hidung terdapat sekret yang kental, pernafasan cuping hidung, adanya
cyanosis, mukosa mulut kering, dan sulit menelan.
g. Abdomen
Terjadi keluhan dinding abdomen dan adanya pembesaran hepar dan nyeri tekan bila terjadi
dekompensisasi cordis
h. Ektremitas
Kekuatan otot cenderung melemah, akral dingin, pucat capillary refill time terganggu.
i. Integumen
7. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
LED meningkat
CO2
b. Radiologi
2. Analisa data
Data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisa untuk menentukan masalh penderita, Analisa
merupakan proses intelektual yang meliputi kegiatan menyeleksi data, mengklarifikasikan dan
mengumpulkan data, mengaitkan dan menentukan kesenjangan informasi, membandingkan dengan
standart, menginterprestasikan serta akhirnya membuat diagnosa keperwatan (Lismidar 1990)
3. Diagnosa keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan yang muncul baik aktual maupun potensial adalah sebagai berikut :
- Produksi sputum
Respiratory status :
Ventilation Airway Management
Definisi : Pertukaran udara
inspirasi dan/atau ekspirasi tidak Respiratory status : Airway Identifikasi pasien perlunya
patency pemasangan alat jalan nafas buatan
adekuat
- Nyeri
- Kecemasan
5. Pelaksanaan
Merupakan realiasasi dari rencana tindakan keperawatan. Dalam fase pelaksanaan terdiri dari
beberapa kegiatan validasi (penyerahan) rencana keperawatan, menulis dan mendokumentasikan
rencana keperawatan, memberikan asuhan keperawwtan dan pengumpulan data. (Lismidar 1990)
6. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan. Evaluasi adalah kegiatan yang
disengaja dan terus menerus dengan melibatkan klien, perawat dan anggota kesehatan lainnya.
Tujuan evaluasi adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana keperawatan tercapai atau tidak
untuk melakukan pengkajian ulng. (Lismidar 1990)
DAFTAR PUSTAKA
1. Marlyn E. Donges. Rencana Asuhan Keperwatan Edisi III buku Kedokteran EGC Jakarta 2000
2. Ngastiyah. Perawatan Anak Sakit. Penerbit buku kedokteran EGC Jakarta 1997
3. Suryadi Skp. Asuhan keperawatan pada anak. CV Jagung Seto Jakarta 2001
4. Ely Susanti, amd.kep, dkk. 2011. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Nanda NIC NOC. Modya Karya :
Yogyakarta.