Sie sind auf Seite 1von 153

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tumbuh kembang sebenarnya mencakup dua peristiwa yang sifatnya berbeda tapi saling
berkaitan dan sulit dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan mempunyai
dampak terhadap aspek fisik sedangkan perkembangan berkaitan dengan pematangan fungsi
organ atau individu. Untuk pencapaian tumbuh kembang yang optimal tergantung pada potensi
biologisnya. Selain itu untuk mengetahui apakah pertumbuhan dan perkembangn anak dapat
berjalan secara optimal bisa dilakukan penilaian tumbuh kembang.
Pada masa kanak-kanak merupakan fase yang sangat penting bagi perkembangan anak. Bila
terdapat keterlambatan yang tidak diketahui sejak awal, maka perkembangan anak akan
terganggu hingga dewasa nanti.
Pada saat ini berbagai metode deteksi dini untuk mengetahui gangguan perkembangan anak telah
dibuat. Demikian pula dengan skrining untuk mengetahui penyakitpenyakit yang potensial
dapat mengakibatkan gangguan perkembangan anak. Karena deteksi dini kelainan perkembangan
anak sangat berguna, agar diagnosis maupun pemulihannya dapat dilakukan lebih awal, sehingga
tumbuh kembang anak dapat berlangsung seoptimal mungkin. Sayangnya, banyak ahli kesehatan
yang percaya bahwa tidak banyak yang dapat dikerjakan untuk mengatasi kelainan ini dan
mereka percaya pula bahwa kelainan yang ringan dapat normal dengan sendirinya. Sikap seperti
ini dapat menghambat pemulihannya, bahkan pada kasuskasus tertentu dapat mengakibatkan
cacat yang permanen.
(Soetjiningsih, 2004)
Hal tersebut membuat penulis merasa tertarik dan berminat untuk membuat Asuhan Kebidanan
Pada Anak A Usia 17 Bulan dengan Tumbuh Kembang Meragukan.
1.2 TUJUAN
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah melaksanakan praktek penilaian perkembangan anak dengan menggunakan metode
DDTK diharapkan mahasiswa mampu mendeteksi adanya keterlambatan perkembangan pada
anak.
1.2.2 Tujuan Khusus
Setelah melakukan penilain perkembangan anak dengan menggunakan metode DDTK,
diharapkan mahasiswa mampu :
a. Mahasiswa mampu melaksanakan pengkajian pada klien dengan kasus asuhan kebidanan
pada Anak A Usia 17 bulan dengan Tumbuh Kembang Meragukan.
b. Mahasiswa mampu mengidentifikasi masalah yang mungkin muncul dari hasil pengkajian
c. Mahasiswa mampu menentukan antisipasi masalah potensial yang mungkin terjadi
d. Mahasiswa mampu menentukan kebutuhan segera
e. Mahasiswa mampu merencanakan tindakan yang akan dilakukan sesuai dengan diagnosa
kebidanan dan masalah yang ada.
f. Mahasiswa mampu melaksanakan implementasi dari rencana yang telah disusun.
g. Mahasiswa mampu melaksanakan evaluasi atas tindakan yang telah dilakukan.

1.3 Manfaat
a. Mahasiswa dapat lebih mengerti dan memahami tentang Asuhan Kebidanan pada anak
dengan tumbuh kembang meragukan.
b. Memberikan pelayanan kesehatan kepada anak dengan tumbuh kembang meragukan secara
komprehensif dan menyeluruh sesuai dengan manajemen kebidanan.
c. Mengevaluasi institusi dalam pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standart pelayanan
operasional yang telah ditetapkan.
1.4 Metode Penulisan
1.4.1 Studi Kepustakaan
Dengan membaca dan mempelajari bukubuku referensi yang berhubungan dengan masalah
yang ditulis. Tujuannya agar mendapatkan data dasar yang teoritis dan bersifat ilmiah.
1.4.2 Observasi
Melakukan pengamatan langsung kepada anak
1.4.3 Wawancara
Mengadakan Tanya jawab langsung pada ibu atau keluarga untuk mengetahui keluhankeluhan
yang dirasakan oleh ibu, sehingga dapat memberikan intervensi yang tepat dan benar dengan
masalah perkembangannya.

1.5 Sistematika Penulisan


BAB I : Pendahuluan
Berisi tentang latar belakang, tujuan yang terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus, metode
penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II : Tinjauan Pustaka
Berisi tentang teori tumbuh kembang, teori DDTK dan teori manajemen kebidanan varney.
BAB III : Tinjauan Kasus
Berisi tentang pengkajian data, identifikasi diagnosa/masalah, antisipasi masalah potensial,
identifikasi kebutuhan segera, intervensi, implementasi, dan evaluasi.
BAB IV : Pembahasan
Membahas ada tidaknya kesenjangan antara teori dengan kasus dan praktek dilapangan.
BAB V : Penutup
Berisi tentang kesimpulan dan saran.
DAFTAR PUSTAKA

BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1. KONSEP TUMBUH KEMBANG


2.1.1. Pengertian Tumbuh Kembang
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang terjadi pada tiap makhluk. Pada
manusia terutama anak-anak, proses tumbuh kembang ini terjadi dengan sangat cepat, terutama
pada periode tertentu.
(Depkes RI : 2004)
Tumbuh kembang sebenarnya mencakup 2 peristiwa, yaitu pertumbuhan dan perkembangan.
Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, atau ukuran
atau dimensi tingkat sel, yang diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kg), ukuran panjang
(cm, meter).
Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan/ skill dalam struktur dan fungsi
tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari
proses pematangan.
(Soetjiningsih : 2004)

2.1.2. Faktor Faktor yang mempengaruhi Tumbuh Kembang


Secara umum terdapat 2 faktor yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak :
a. Genetik / Dalam
Yaitu faktor-faktor yang ada dalam diri anak itu sendiri baik faktor bawaan maupun faktor yang
diperoleh, termasuk :
1) Hal-hal yang diturunkan dari orang tua, kakek nenek atau generasi sebelumnya (warna
rambut, bentuk tubuh)
2) Unsur berfikir dan kesempatan intelektual (kesempatan berfikir)
3) Keadaan kelenjar zat-zat dalam
4) Emosi dan sifat-sifat (temperamen) tertentu
(Depkes RI : 2004)
Faktor genetik merupakan modal dasar mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang. Melalui
instruksi genetik yang berkembang di dalam sel telur yang telah dibuahi, dapat ditentukan
kualitas dan kuantitas pertumbuhan. Potensi genetik yang bermutu hendaknya dapat berinteraksi
dengan lingkungan secara positif sehingga diperoleh hasil akhir yang optimal.
(Soetjiningsih : 2004)
b. Faktor Lingkungan
Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan tercapainya atau tidaknya potensi
bawaan. Faktor lingkungan ini secara garis besar menjadi :
a) Faktor Lingkungan yang berpengaruh anak pada waktu masih di dalam kandungan
(pranatal).
b) Lingkungan yang mempengaruhi tumbuh kembang anak setelah lahir (postnatal).
Keterangan :
1. Faktor Lingkungan Prenatal
Faktor lingkungan prenatal berpengaruh terhadap tumbuh kembang janin mulai dari konsepsi
sampai lahir, antara lain :
1) Gizi ibu pada waktu hamil
Gizi ibu yang jelek sebelum terjadinya kehamilan maupun pada waktu sedang hamil, lebih sering
menghasilkan bayi BBLR atau mati dan jarang menyebabkan cacat bawaan. Anak yang lahir dari
ibu bergizi kurang dan hidup di lingkungan miskin maka akan mengalami kurang gizi juga dan
mudah terkena infeksi dan selanjutnya akan menghasilkan wanita dewasa yang berat dan tinggi
badannya kurang pula.

2) Mekanis
Trauma dan cairan ketuban yang kurang dapat menyebabkan kelainan pada bayi yang akan
dilahirkan. Demikian pula dengan posisi janin pada uterus dapat mengakibatkan talipes, dislokasi
panggul, tortikolis congenital palsi fasialis atau krania tabes.
3) Toksin/ Zat Kimia
Masa organogenesis adalah masa yang sangat peka terhadap zat-zat teratogen. Misal:
thalidomide, phenitosin, metadion, obat-obat anti kanker dapat menyebabkan kelainan bawaan.
Demikian pula ibu hamil yang perokok berat/ peminum alkohol kronis sering melahirkan bayi
BBLR, lahir mati atau cacat atau retardasi mental. Keracunan logam berat pada ibu hamil dapat
menyebabkan mikrosefali dan palsi serebral.
4) Endokrin
Hormon-hormon yang mungkin pada pertumbuhan janin adalah somatropoin, hormon plasenta,
hormon tiroid, insulin dan peptida-peptida lain dengan aktifitas mirip insulin (Insulin Like
Growth Factors / IGFS).
5) Radiasi
Radiasi pada janin sebelum umur kehamilan 18 bulan dapat menyebabkan kematian janin,
kerusakan otak atau cacat lainnya.
6) Infeksi
Infeksi intrauterin yang sering menyebabkan cacat bawaan adalah TORCH (toxoplasmesis,
rubella, cytomegalovirus, herpes simplex). Sedangkan infeksi yang lainnya dapat menyebabkan
penyakit pada janin adalah varisela, caxackie malaria, virus HIV, polio dan lain-lain. Diduga
setiap hiperpireksia pada ibu hamil dapat merusak janin.

7) Stress
Stress yang dialami ibu waktu hamil dapat mempengaruhi tumbuh kembang janin antara lain
cacat bawaan, kelainan kejiwaan dan lain-lain.
8) Imunitas
Rpresus atau ABD inkontabilitas sering menyebabkan abortus, hidrops fetalistern ikterus atau
lahir mati.
9) Anoreksia Embrio
Oksigenasi janin mengalami gangguan pada plasenta atau tali pusat, menyebabkan berat badan
janin lahir rendah.
2. Faktor Lingkungan Post Natal
Bayi baru lahir harus berhasil melewati masa transisi, dari suatu sistem yang teratur yang
sebagian besar tergantung pada organ-organ ibunya, ke suatu sistem yang tergantung pada
kemampuan genetik dan mekanisme homeostatik bayi itu sendiri. Lingkungan post natal yang
mempengaruhi tumbuh kembang anak secara umum dapat digolongkan menjadi:
1) Lingkungan Biologis
a. Ras Suku Bangsa
Pertumbuhan somatik juga dipengaruhi oleh ras/ suku bangsa. Bangsa kulit putih/ Eropa
mempunyai pertumbuhan somatik yang lebih tinggi dari pada asia.
b. Jenis Kelamin
Dikatakan anak laki-laki lebih sering sakit dibanding anak perempuan, tetapi belum diketahui
secara pasti mengapa demikian.
c. Umur
Umur yang paling rawan adalah masa balita, dan oleh karena itu anak mudah sakit dan mudah
terjadi kurang gizi. Di samping itu masa balita merupakan dasar pembentukan kepribadian anak
sehingga diperlukan perhatian khusus.
d. Gizi
Makanan memegang peran penting yang sangat penting dalam tumbuh kembang anak, dimana
kebutuhan anak berbeda dengan orang dewasa, karena makanan bagi anak dibutuhkan juga untuk
pertumbuhan, dimana dipengaruhi oleh ketahanan makanan (food security) keluarga.
e. Perawatan Kesehatan
Perawatan kesehatan yang teratur, tidak saja kalau anak sakit, tetapi pemeriksaan kesehatan dan
menimbang anak secara rutin setiap bulan, akan menunjang pada pertumbuhan dan
perkembangan anak.
f. Kepekaan Terhadap Penyakit
Dengan imunisasi, maka diharapkan untuk terhindar dari penyakit-penyakit yang sering
menyebabkan cacat atau kematian.
g. Penyakit Kronis
Anak yang menderita penyakit menahun atau terganggu tumbuh kembangnya dan
pendidikannya. Di samping itu anak juga mengalami stress yang berkepanjangan akibat
penyakitnya.
h. Fungsi Metabolisme
Khusus pada anak, karena adanya perbedaan yang mendasar dalam proses metabolisme pada
berbagai umur, maka kebutuhan akan berbagai nutrien harus didasarkan atas perhitungan yang
tepat atau setidaknya memadai.
i. Hormon
Hormon yang bepengaruh terhadap tumbuh kembang antara lain : growth hormone, tiroid,
hormon seks, I?GFS dan hormon yang dihasilkan kelenjar adrenal.
2) Faktor Fisik :
a. Cuaca, Musim, Keadaan Geografis Suatu Daerah
Musim kemarau yang panjang dapat berdampak pada tumbuh kembang anak antara lain sebagai
akibat gagalnya panen, sehingga banyak anak yang kurang gizi.
b. Sanitasi
Sanitasi lingkungan memiliki peran cukup dominan dalam penyediaan lingkungan yang
mendukung kesehatan anak dan tumbuh kembangnya.
c. Keadaan rumah
Struktur rumah, ventilasi, cahaya dan kepadatan hunian.
d. Radiasi
Tumbuh kembang anak dapat tergantung akibat adanya radiasi yang tinggi.
3) Faktor Psikososial
a. Stimulasi
Stimulasi merupakan hal yang penting dalam tumbuh kembang anak. Anak yang mendapat
stimulasi yang terarah dan teratur akan lebih cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang
kurang/tidak mendapat stimulasi.
b. Motivasi Belajar
Motivasi belajar dapat ditimbulkan sejak dini dengan memberikan lingkungan yang kondusif
untuk belajar.
c. Ganjaran ataupun hukuman yang wajar
Yang penting hukuman harus diberikan secara objektif disertai pengertian dan maksud dari
hukuman, bukan hukuman untuk melampiaskan kebencian dan kejengkelan terhadap anak.

d. Stress
Stress pada anak juga berpengaruh terhadap tumbuh kembangnya misalnya anak akan menarik
diri, rendah diri terlambat bicara, nafsu makan menurun.
e. Sekolah
Dengan mendapat pendidikan yang baik, maka diharapkan dapat meningkatkan taraf hidup anak-
anak tersebut.
f. Cinta dan Kasih Sayang
Salah satu hak anak adalah hak untuk dicintai dan dilindungi.
g. Kualitas Interaksi Anak-Orang tua
Interaksi tidak ditentukan oleh seberapa lama kita bersama anak. Tetapi lebih ditentukan oleh
kualitas dari interaksi tersebut yaitu pemahaman terhadap kebutuhan masing-masing dan upaya
optimal untuk memenuhi kebutuhan tersebut yang dilandasi oleh rasa saling menyayangi.
4) Faktor Keluarga dan Adat Istiadat
a. Pekerjaan / Pendapatan Keluarga
Pendapatan keluarga yang memadai akan menunjang pertumbuhan dan perkembangan anak.
b. Pendidikan ayah / Ibu
Dengan pendidikan orang tua yang baik, maka orang tua dapat menerima segala informasi dari
luar terutama tentang cara pengasuhan anak yang baik, bagaimana menjaga kesehatan anaknya,
pendidikannya dan sebagainya.
c. Jumlah Saudara
Jumlah anak yang banyak pada keluarga yang keadaan sosial ekonominya cukup akan
mengakibatkan berkurangnya perhatian dan kasih sayang yang diterima anak.

d. Jenis Kelamin dalam keluarga


Pada masyarakat tradisional, wanita mempunyai status yang lebih rendah dibandingkan laki-laki,
sehingga angka kematian bayi dan malnutrisi masih tinggi pada wanita.
e. Stabilitas Rumah Tangga
Tumbuh kembang anak akan berbeda pada keluarga yang harmonis, dibandingkan dengan
mereka kurang harmonis.
f. Keprihatinan orang tua
Keprihatinan orang tua terbuka tentu pengaruhnya berbeda terhadap tumbuh kembang anak, bila
dibandingkan dengan orang tua dengan keprihatinan tertutup.
g. Adat Istiadat dan Norma
Adat istiadat yang berlaku di tiap daerah berpengaruh terhadap tumbuh kembang.
h. Agama
Pengajaran Agama harus sudah ditanamkan pada anak sedini mungkin.
i. Urbanisasi
Salah satu dampak dari urbanisasi adalah kemiskinan dengan segala permasalahannya.
j. Kehidupan politik dalam masyarakat yang mempengaruhi prioritas kepentingan anak,
anggaran dan lain-lain.
Ada berbagai macam tes perkembangan yang sering digunakan dalam menilai perkembangan
anak yaitu :
1. Skala Yaumil-Mimi
Perkembangan mental.
Gerakan-gerakan kasar dan halus, emosi, sosial dan perilaku bicara.
a. Lahir sampai 3 bulan
Belajar mengangkat kepala.
Belajar mengikuti obyek dengan matanya.
Melihat ke muka orang dengan tersenyum.
Bereaksi terhadap suara / bunyi.
Mengenal ibunya dengan penglihatan, penciuman, pendengaran dan kontak.
Menahan barang yang dipegangnya.
Mengoceh spontan.
b. 3 sampai 6 bulan
Mengangkat kepala 90 dan mengangkat dada dengan bertopang dada.
Mulai belajar meraih benda-benda yang ada dalam jangkauan.
Menaruh benda-benda di mulut.
Tertawa dan menjerit karena gembira bila diajak main.
c. 6 sampai 9 bulan
Dapat duduk tanpa dibantu.
Dapat tengkurap dan berbalik sendiri.
Dapat mengangkat meraih benda atau mendekati seseorang.
Memegang benda kecil dengan ibu jari dan jari telunjuk.
Bergembira ria dengan melempar benda-benda.
Mulai berpartisipasi dalam permainan tepuk tangan dan sembunyi-sembunyian.
d. 9 sampai 12 bulan
Dapat berjalan sendiri tanpa dibantu.
Dapat berjalan dengan dibantu.
Menirukan suara.
Mengulang bunyi yang didengar.
Belajar mengatakan 1 atau 2 kata.
Mengerti perintah sederhana atau larangan.
Berpartisipasi dalam permainan.
e. 12 sampai 18 bulan
Berjalan dan mengeksplorasi rumah.
Menyusun 2 atau 3 kotak.
Dapat mengatakan 5 dari 10 kata.
f. 18 sampai 24 bulan
Naik turun tangga.
Menyusun 6 kotak.
Menunjuk garis di kertas atau pasir.
g. 2 sampai 3 tahun
Belajar melompat, memanjat dengan 1 kaki.
Membuat jembatan dengan 3 kotak.
Menggambar lingkungan.
h. 3 sampai 4 tahun
Berjalan-jalan sendiri mengunjungi tetangga.
Berjalan pada jari kaki.
Menggambar garis silang.
Mengenal 2 atau 3 warna.
Banyak bertanya.
i. 4 sampai 5 tahun
Melompat dan menari
Menggambar orang berdiri dari kepala, lengan, badan.
Menggambar segi empat dan segi tiga.
Pandai berbicara.
Mengenal 4 warna.
2. Pendidikan / Stimulasi yang perlu diberikan :
a. Akademik sederhana, pengenalan ruang, bentuk, warna, persiapan berhitung.
b. Pendidikan alam sekitar, sosialisasi, mengenal lingkungan masyarakat.
c. Menyanyi, menggambar.
d. Bermain bebas untuk mengembangkan fantasi dan memperkaya pengalaman.
e. Bahasa : bercakap-cakap, membaca gambar, bercerita, mengucap syair sederhana.
f. Membuat permainan dari kertas.
g. Bermain musik.
h. Mengenal tugas atau larangan.
i. Aktifitas sehari-hari (makan sendiri, minum sendiri, kontrol buang air kencing dan besar)

2.2 Konsep DDTK


2.2.1 Pengertian
Deteksi Dini Tumbuh adalah kegiatan/pemeriksaan untuk menemukan secara dini adanya
penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan anak pra sekolah.
Deteksi Dini Perkembangan adalah kegiatan/pemeriksaan untuk mengetahui perkembangan anak
normal atau ada penyimpangan.
2.2.2 Jenis Deteksi Dini Tumbuh Kembang
a. Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan
b. Deteksi dini perkembangan
c. Deteksi dini penyimpangan mental emosional
2.2.3 Alat Yang Diperlukan
- Lembar formulir DDTK
- Buku petunjuk sebagai referensi yang menjelaskan cara-cara melakukan test dan penilaian.
2.2.4 Prosedur DDTK terdiri dari 2 tahap :
a. Tahap Pertama
Secara periodik dilakukan pada semua anak yang berusia :
a) 3 6 bulan
b) 9 12 bulan
c) 18 24 bulan
d) 3 tahun
e) 4 tahun
f) 5 tahun
b. Tahap Kedua
Dilakukan pada anak yang dicurigai adanya hambatan perkembangan kemudian dilanjutkan
dengan evaluasi diagnostik lengkap.

2.2.5 Instrumen Tumbuh Kembang Anak


a. Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP)
- Jadwal :
3, 6, 9....24, 30....72 bulan
- Pelaksana :
Tenaga kesehatan, guru TK, dan petugas terlatih.
- Alat / Instrumen :
1. Formulir
2. Alat Bantu
- Cara :
1. Tentukan umur
2. Pilih formulir sesuai umur bayi
3. Beritahukan pada ibu agar tidak raguragu dalam menjawab pertanyaan
- Interpretasi :
1. Hitung berapa jumlah jawaban YA
2. Jawaban TIDAK Perlu dirinci
- Intervensi :
1. S (YA = 9 10)
2. M (YA = 7 8)
3. P (YA = < 6)

b. Tes Daya Dengar (TDD)


- Tujuan :
Menemukan gangguan pendengaran sejak dini, agar dapat segera ditindak lanjuti untuk
tingkatkan kemampuan daya dengar dan bicara anak.
- Jadwal :
1. Tiap 3 bulan pada bayi umur < 12 bulan
2. Tiap 6 bulan umur 12 bulan ke atas
- Pelaksana :
1. Tenaga Kesehatan
2. Guru TK
3. PADU (Pusat Pendidikan Anak Dini Usia)
4. Petugas Terlatih
- Cara :
1. Tentukan Umur
2. Pilih formulir yang sesuai
3. Anak < 24 bulan ditanyakan pada orang tua jika jawaban YA bila bisa melakukan 1
bulan terakhir, jawaban TIDAK bila anak tidak bisa melakukan 1 bulan terakhir.
Anak > 24 bulan pertanyaan yang ditujukan pada orang tua untuk dikerjakan anak
- Interpretasi :
Mengalami kemungkinan gangguan pendengaran (ada 1 atau > jawaban tidak) cacat
- Intervensi :
Tindak lanjut sesuai buku paduan, rujuk ke RS bila tidak dapat ditanggulangi.

c. Tes Daya Lihat (TDL)


- Tujuan :
Deteksi dini kelainan daya lihat agar dapat segera ditanggulangi sehingga kesempatan
memperoleh ketajaman daya lihat menjadi lebih.
- Jadwal :
Tiap 6 bulan (3 6 tahun)
- Pelaksana :
1. Tenaga Kesehatan
2. Guru TK
3. PADU
4. Petugas Terlatih
- Alat :
1. Ruangan yang bersih
2. 2 kursi
3. Poster E
4. Alat penunjuk
- Cara :
1. Pilih ruangan bersih, tenang, penyinaran baik
2. Gantungkan poster E setinggi mata anak
3. Letakkan kursi sejauh 3 meter
4. Letakkan kursi untuk pemeriksa
5. Tunjukkan huruf E yang ada di poster, perintahkan anak untuk mengarahkan kartu E
yang dipegangnya sesuai dengan kartu E yang ada pada poster.
6. Tutup mata bergantian
7. Beri pujian
8. Tulis baris E terkecil yang bisa dilihat
- Interpretasi :
Kemungkinan mengalami gangguan penglihatan bila tidak bisa melihat baris ke 3 pada kartu E
- Intervensi :
Minta anak datang lagi
Bila tetap rujuk
d. KMME (Kuesioner Masalah Mental Emosional)
- Tujuan :
Deteksi dini penyimpangan masalah mental emosional pada anak pra sekolah
- Jadwal :
Tiap 6 bulan pada anak umur 36 72 bulan
- Alat :
KMME
- Cara :
1. Tanyakan secara jelas, satu persatu pada orang tua
2. Catat jumlah jawaban YA
- Interpretasi :
Bila ada jawaban YA kemungkinan +
- Intervensi :
1. Bila ada jawaban YA beri konseling pada orang tua dengan buku pedoman pola asuh anak
yang mendukung perkembangan. Lakukan evaluasi 3 bulan tetap rujuk.
2. Bila jawaban YA 2 / > rujuk
e. CHAT (Checklist for Autism in Toddlers)
- Tujuan :
Deteksi dini autis pada anak umur 18 36 bulan
- Jadwal :
Atas indikasi ada keluhan dari orang tua/pengasuh/guru TK mengenai :
1. Keterlambatan bicara
2. Gangguan komunikasi / interaksi sosial
3. Perilaku berulangulang
- Alat :
CHAT CARDS
- Cara :
1. Ajukan pertanyaan dengan lambat, dan jelas pada orang tua
2. Lakukan pengamatan kemampuan anak
3. Catat
- Interpretasi :
1. Resiko tinggi menderita autis tidak pada A3, A7, B2, B3, B4
2. Resiko rendah menderita autis tidak A7 dan B4
3. Kemungkinan gangguan pendengaran TIDAK jumlahnya 3 pada A1 A4, A6, A8, A9,
B1, B5
4. Anak dalam batas normal, bila tidak dalam kategori 1, 2, 3
- Intervensi :
Bila anak resiko menderita autis dan kemungkinan ada gangguan perkembangan rujuk ke RS
yang memiliki fasilitas kesehatan jiwa / tumbuh kembang anak
f. GPPH (Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas)
- Tujuan :
Deteksi Dini anak adanya gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas
- Jadwal :
Atas indikasi ada keluhan dari orang tua / pengasuh / guru TK mengenai :
1. Anak tidak bisa duduk tenang
2. Anak selalu bergerak tanpa tujuan dan tidak mengenal lelah
3. Perubahan suasana hati yang mendadak / impulsif
- Alat :
Formulir GPPH
- Cara :
1. Ajukan pertanyaan
2. Lakukan pengamatan
3. Keadaan diamati pada anak dimanapun dia berada
4. Catat
- Interpretasi :
Beri nilai
0 tidak ditemukan
1 kadang kadang
2 sering ditemukan
3 selalu ada
- Intervensi :
Bila total 13 uji ulang 1 bulan lagi
Anak dengan GPPH perlu dirujuk ke RS

2.3 Konsep Manajemen Kebidanan Varney


I. PENGKAJIAN

Untukmengetahui kapan dimulai dilakukan pengkajian


pada klien
Tanggal :
Jam :
A. Data Subjektif
1. Biodata
Anak
Nama Anak : untuk mengenal, memanggil, dan menghindari terjadinya
kekeliruan.
Usia : untuk mengetahui penilaian tumbuh kembang anak yang akan
dilakukan pada umur tersebut.
Jenis Kelamin : untuk mencocokkan identitas sesuai nama bayi, serta
menghindari kekeliruan bila terjadi kesamaan nama dengan bayi lain.
Anak ke : untuk mengetahui paritas dari orang tua
Orang Tua
Nama : untuk mengenal/memanggil klien, serta sebagai penanggung
jawab terhadap anak.
Umur : untuk mengetahui umur dari ibu serta suami.
Suku : untuk mengetahui dari suku mana ibu dan suami berasal dan
menentukan cara pendekatan serta pemberian asuhan kepada anak.
Agama : untuk mengetahui kepercayaan klien terhadap agama yang dianutnya dan mengenali
hal-hal yang berkaitan dengan masalah asuhan kebidanan
Pendidikan: untuk mengetahui tingkat pengetahuan sebagai dasar dalam
memberikan asuhan.
Pekerjaan : jenis pekerjaan dapat menunjukkan tingkat keadaan ekonomi keluarga
juga dapat mempengaruhi kesehatan.
Penghasilan : mengetahui taraf hidup ekonomi dan berkaitan dengan status
gizi pada anak.
Alamat : untuk mengetahui tempat tinggal klien dan menilai apakah
lingkungan cukup aman bagi kesehatannya serta mempermudah untuk melakukan kunjungan
ulang.
2. Alasan Datang
Untuk mengetahui alasan ibu datang ke puskesmas.
3. Keluhan Utama
Ditanyakan untuk mengetahui bagaimana kondisi anak.
4. Riwayat Kesehatan Sekarang
Untuk mengetahui apakah anak sekarang menderita suatu penyakit.
5. Riwayat Kesehatan Yang Lalu
Untuk mengetahui apakah anak pernah menderita penyakit menurun atau menular yang dapat
mempengaruhi perkembangannya sekarang.
6. Riwayat Kesehatan Keluarga
Untuk mengetahui adakah penyakit menurun atau menular yang diderita anggota keluarga yang
bisa mempengaruhi kesehatan anak dan adakah keturunan kembar dalam keluarga.
7. Riwayat Prenatal, Natal, Postnatal dan Neonatal
a. Prenatal
Ditanyakan pada ibu ini kehamilan ke berapa, keluhan ibu pada saat hamil ini, periksa ke mana
dan sudah berapa kali periksa, mendapat obat apa saja setelah periksa.
b. Natal
Ditanyakan pada ibu melahirkan dimana, ditolong siapa, bagaimana caranya serta penyulit yang
dialami sewaktu ibu melahirkan.
c. Postnatal
Ditanyakan pada ibu mengeluarkan darah yang bagaimana, seberapa banyak, , ada luka jahitan.
d. Neonatal
Ditanyakan pada ibu tentang jenis kelamin, berat badan, panjang badan bayi yang dilahirkan.
8. Riwayat Imunisasi
Untuk mengetahui imunisasi apa saja yang telah didapat oleh bayi.
9. Pola Kebiasaan Sehari-hari
Untuk mengetahui bagaimana pola nutrisi, eliminasi, istirahat, aktivitas, personal hygiene.
10. Riwayat Psikososial dan Budaya
a. Psikologi
Bagaimana respon ibu dan keluarga terhadap kelahiran anaknya
b. Sosial
Apakah hubungan ibu dengan suami, keluarga serta petugas kesehatan baik atau tidak.
c. Budaya
Untuk mengetahui tradisi yang dianut keluarga yang merugikan termasuk pantang makanan,
minum jamu dan kebiasaan berobat jika sakit.
11. Riwayat Spiritual
Untuk mengetahui bagaimana sikap ibu terhadap agama yang diyakininya.

B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
Pernafasan : normal (40 - 60 x/menit)
Nadi : normal (100 - 160 x/menit)
Suhu : normal (36,5 37,5 oC)
BB : apakah berat badan anak dalam keadaan normal
TB : apakah tinggi badan anak dalam keadaan normal
LILA : lingkar lengan anak menentukan status gizi anak
LIKA : apakah lingkar kepala anak dalam keadaan normal
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Kepala : Simetris, tidak ada benjolan abnormal, rambut hitam, bersih
Wajah : Simetris, tidak kuning, tidak pucat
Mata : Simetris, sclera tidak ikterus, konjungtiva tidak pucat
Telinga : Simetris, tidak ada serumen.
Hidung : Simetris, tidak ada polip, tidak ada pernafasan cuping hidung,
tidak ada secret .
Mulut : Simetris, bibir tidak kering, tidak ada labiochizis, tidak ada
labiopalatochizis, lidah bersih.
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan pembesaran kelenjar
limfe
Dada : Simetris, tidak terlihat retraksi dada
Abdomen : Bentuk normal, tidak kembung
Genetalia : Bersih, tidak ada pengeluaran sekret
Ekstremitas
Atas : Pergerakan aktif, simertis, tidak ada polidaktil dan sindaktil
Bawah : Pergerakan aktif, simetris, tidak ada polidaktil dan sindaktil
b. Palpasi
Kepala : Tidak teraba benjolan abnormal.
Leher : Tidak teraba pembesaran kelenjar tyroid, tidak teraba
pembesaran kelenjar limfe, dan tidak teraba pembesaran vena jugularis.
Abdomen : Tidak teraba benjolan abnormal
c. Auskultasi
Dada : Tidak terdengar ronchi atau wheezing
d. Perkusi
Abdomen : Tidak kembung

3. Pemeriksaan Penunjang
Deteksi Dini Penyimpangan Perkembangan
Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP)
1. Tanpa bantuan, apakah anak dapat Gerak Halus Ya Tidak
mempertemukan dua kubus kecil yang ia pegang?
Kerincingan bertangkai dan tutup panci tidak ikut
dinilai
2. Apakah anak dapat jalan sendiri atau jalan dengan Gerak Kasar Ya Tidak
berpegangan ?
3. Tanpa bantuan apakah anak dapat bertepuk tangan Sosialisasi & Ya Tidak
atau melambai-lambai? Jawab tidak jika ia kemandirian
membutuhkan bantuan
4. Apakah anak dapat mengatakan papa ketika ia Bicara & Ya Tidak
memanggil/melihat ayahnya, atau mengatakan mama bahasa
jika memanggil/melihat ibunya? Jawab YA bila anak
mengatakan salah satu diantaranya
5. Dapatkah anak berdiri sendiri tanpa berpegangan Gerak Kasar Ya Tidak
selama kira-kira 5 detik
6. Dapatkah anak berdiri sendiri tanpa berpegangan Gerak Kasar Ya Tidak
selama kira-kira 30 detik atau lebih
7. Tanpa berpegangan atau menyentuh lantai, apakah Gerak Kasar Ya Tidak
anak dapat membungkuk untuk memungut mainan di
lantai dan kemudian berdiri kembali
8. Apakah anak dapat menunjukkan apa yang Sosialisasi Ya Tidak
diinginkannya tanpa menangis atau merengek? Jawab Kemandirian
YA bila ia menunjuk, menarik atau mengeluarkan
suara yang menyenangkan
9. Apakah anak dapat berjalan disepanjang ruangan Gerak Kasar Ya Tidak
tanpa jatuh atau terhuyung-huyung?
10. Apakah anak dapat mengambil benda kecil seperti Gerak Halus Ya Tidak
kacang, kismis, atau potongan biskuit dengan
menggunakan ibu jari dan jari telunjuk
II. IDENTIFIKASI DIAGNOSA / MASALAH
Dx : An. ... Umur dengan tumbuh kembang meragukan.
Ds : Data yang diperoleh melalui anamnesa
Do : Data hasil pemeriksaan petugas kesehatan yang menunjang diagnosa.

III. ANTISIPASI DIAGNOSA/ MASALAH POTENSIAL


Untuk mengetahui masalah potensial yang mungkin terjadi dalam tumbuh kembang anak.

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA


Menentukan tindakan yang akan segera dilakukan berdasarkan pada masalah potensial yang
terjadi (kolaborasi dengan dokter atau tenaga kesehatan lainnya).

V. INTERVENSI
Dx : An. ... Umur ... dengan tumbuh kembang meragukan
Tujuan : - Perkembangan anak sesuai dengan usianya
- Anak tumbuh dan berkembang tanpa ada hambatan
Kriteria Hasil : Anak dapat melakukan semua tugas yang sesuai dengan usianya dengan
baik
Intervensi :
1. Jelaskan pada ibu tentang hasil pemeriksaan dengan menggunakan metode DDTK.
R/ Ibu mengetahui tentang perkembangan anaknya terutama tentang keterlambatan
yang harus segera ditangani.
2. Jelaskan pada ibu tentang manfaat dari penilaian perkembangan dengan menggunakan
metode DDTK.
R/ DDTK merupakan metode skrining terhadap kelainan perkembangan tumbuh
kembang anak.
3. Motivasi orang tua untuk tetap memberikan nutrisi yang sesuai usia anak
R/ Gizi baik dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak.
4. Sarankan ibu untuk segera kontrol bila terdapat kelainan-kelainan dalam perkembangannya
R/ Untuk deteksi dini adanya kelainan perkembangan
5. Beritahu ibu tugas perkembangan selanjutnya
R/ Acuan untuk memberikan stimulus perkembangan
6. Anjurkan ibu untuk menimbang BB anak setiap bulan di Posyandu terdekat
R/ BB merupakan monitor pertumbuhan anak

VI. IMPLEMENTASI
Implementasi yang dilaksanakan adalah mengacu pada intervensi yang telah dibuat serta
menyesuaikan dengan situasi dan kondisi pasien.

VII.EVALUASI
Dilakukan untuk mengevaluasi keefektifan dan keberhasilan dari asuhan yang telah diberikan
dengan mengacu pada kriteria hasil.
BAB III
TINJAUAN KASUS

I. PENGKAJIAN
Hari/Tanggal : Selasa, 11 Januari 2011
Jam : 09.30 WIB
A. DATA SUBYEKTIF
1. Biodata
Anak
Nama anak : An. A
Tempat & tanggal lahir : Malang, 13 Agustus 2009
Usia : 17 bulan
Jenis kelamin : Laki - laki
Anak ke : II
Orang Tua
Nama ibu : Ny. N Nama ayah : Tn. E
Umur : 33 tahun Umur : 41 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/ Bangsa : Jawa Suku/ Bangsa : Jawa
Pendidikan : SMEA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Penghasilan : - Penghasilan : Rp. 750.000,00/bln
Alamat : Jl. MT Haryono 6 D no.921
2. Alasan datang
Ibu mengatakan ingin memeriksakan tumbuh kembang anaknya
3. Keluhan Utama
Ibu mengatakan tidak ada keluhan pada anaknya.
4. Riwayat Kesehatan yang Lalu
Ibu mengatakan anaknya tidak pernah menderita penyakit menular maupun menurun. Ibu
mengatakan anaknya tidak pernah sakit parah sampai opname. Ibu mengatakan anaknya pernah
sakit pilek, batuk dan panas. Bila anak sakit ibu segera memeriksakan ke puskesmas dan sembuh
setelah minum obat dari puskesmas.
5. Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu mengatakan saat ini anaknya sehat, tidak sakit apapun.
6. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan dari pihak keluarganya maupun suami tidak ada yang menderita penyakit
menular seperti penyakit kuning, TBC, dan penyakit typoid. Serta dalam keluarga tidak ada yang
menderita penyakit menurun seperti darah tinggi, kencing manis, jantung dan tidak ada riwayat
kembar.
7. Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas
a. Prenatal
Selama hamil kondisi ibu baik, pada bulan pertama kehamilan ibu mengalami mual muntah tapi
mulai menghilang seiring bertambahnya usia kehamilan. Ibu mendapat vitamin, tambah darah
dan kalk secara teratur dari Bidan. Ibu rutin memeriksakan kehamilannya kebidan.
b. Natal
Ibu mengatakan melahirkan secara SC saat usia kehamilnya 8 bulan karena KPD dan letak
lintang. Ibu melahirkan ditolong oleh dokter di RSU.
c. Post Natal
Selama nifas tidak ada keluhan, ibu tidak demam. Ibu tidak mengalami perdarahan. Ibu
mengeluarkan darah nifas selama 40 hari. Bekas jahitan operasi baik, tidak ada infeksi.
d. Neonatal
Ibu mengatakan dalam waktu beberapa jam melahirkan, bayinya sudah bisa berak dan kencing.
Tali pusat baik dan tidak terjadi perdarahan.
8. Riwayat Imunisasi
Ibu mengatakan imunisasi anaknya lengkap.
9. Pola Kebiasaan SehariHari
a. Nurtisi
Setiap hari makan 3-4 x sehari dengan komposisi nasi centong dengan sayur dimakan habis
dan lauk pauk. Anak masih minum ASI 4-5 x sehari.
b. Eliminasi
BAB : 1 x/hari
BAK : 5-7 x/hari
c. Istirahat
Anak tidur siang 2-3 jam. Tidur malam 8-9 jam.
d. Aktivitas
Anak suka bermain dengan temannya dan dengan saudaranya didalam rumah. Siang hari kadang
anak bermain tapi kadang tidak.
e. Personal Hygiene
Anak mandi 2 x/hari, ganti baju tiap kali habis mandi, ganti celana dalam tiap kali kotor/basah.
10. Riwayat Psikososial dan Budaya
a. Psikologi
Ibu tampak senang menerima kelahiran anaknya. Anak diasuh oleh ibu dan ayah.
b. Sosial
Ibu mengatakan hubungan ibu dengan keluarga dan tetangga terjalin dengan baik juga dengan
petugas kesehatan juga terjalin dengan baik.
c. Budaya
Dalam keluarga masih melakukan selamatan 7 bulanan, tidak ada budaya pantang makanan,
tidak pernah minum jamu, jika keluarga sakit selalu dibawa ke petugas kesehatan.

B. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : baik
Kesadaran : composmentis
Nadi : 100 x / menit
Pernafasan : 34 x /menit
Suhu : 36,6oC
BB : 7,1 kg
TB : 79 cm
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Kepala : Bentuk normal, rambut hitam, bersih
Muka : Simetris, tidak pucat, tidak kuning.
Mata : Simetris, sklera tidak kuning, konjungtiva merah muda.
Hidung : Bersih, tidak ada sekret
Gigi dan Mulut : Bersih, tumbuh gigi susu, gigi tidak ada karies, lidah bersih
Leher : Tidak terlihat adanya pembesaran pada kelenjar limfe,
kelenjar tiroid, maupun vena jugularis.
Dada : Simetris, tidak tampak retraksi dada
Abdomen : Bentuk normal, tidak tampak pembesaran hepar
Genetalia : Bersih, tidak ada pengeluaran sekret
Ekstremitas : Atas : simetris, gerak aktif , tidak ada polidaktil dan sidaktil
Bawah : simetris, gerakan aktif, tidak ada polidaktil dan
sidaktil

b. Palpasi
Kepala : Tidak teraba benjolan abnormal
Leher : tidak teraba pembekakan kelenjar tyroid, kelenjar limfe
maupun vena jugularis.
Abdomen : tidak ada nyeri tekan, tidak teraba benjolan abnormal.
Ekstremitas : Atas : tidak oedem
Bawah : tidak oedem
c. Auskultasi
Abdomen : Bising usus (+)
d. Perkusi
Abdomen : tidak kembung
e. Perhitungan Umur anak
Tanggal Test : 11 Januari 2011
Tanggal Lahir : 13 Agustus 2009
Perhitungan umur sebagai berikut : 2011 01 11
2009 08 13 _
1 - 4 - 29
Jadi An A berumur 1 Tahun 5 Bulan
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Deteksi Dini Penyimpangan Perkembangan
Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP)
1. Tanpa bantuan, apakah anak dapat Gerak Halus Ya Tidak
mempertemukan dua kubus kecil yang ia pegang?
Kerincingan bertangkai dan tutup panci tidak ikut
dinilai
2. Apakah anak dapat jalan sendiri atau jalan dengan Gerak Kasar Ya Tidak
berpegangan ?
3. Tanpa bantuan apakah anak dapat bertepuk tangan Sosialisasi & Ya Tidak
atau melambai-lambai? Jawab tidak jika ia kemandirian
membutuhkan bantuan
4. Apakah anak dapat mengatakan papa ketika ia Bicara & Ya Tidak
memanggil/melihat ayahnya, atau mengatakan mama bahasa
jika memanggil/melihat ibunya? Jawab YA bila anak
mengatakan salah satu diantaranya
5. Dapatkah anak berdiri sendiri tanpa berpegangan Gerak Kasar Ya Tidak
selama kira-kira 5 detik
6. Dapatkah anak berdiri sendiri tanpa berpegangan Gerak Kasar Ya Tidak
selama kira-kira 30 detik atau lebih
7. Tanpa berpegangan atau menyentuh lantai, apakah Gerak Kasar Ya Tidak
anak dapat membungkuk untuk memungut mainan di
lantai dan kemudian berdiri kembali
8. Apakah anak dapat menunjukkan apa yang Sosialisasi Ya Tidak
diinginkannya tanpa menangis atau merengek? Jawab Kemandirian
YA bila ia menunjuk, menarik atau mengeluarkan
suara yang menyenangkan
9. Apakah anak dapat berjalan disepanjang ruangan Gerak Kasar Ya Tidak
tanpa jatuh atau terhuyung-huyung?
10. Apakah anak dapat mengambil benda kecil seperti Gerak Halus Ya Tidak
kacang, kismis, atau potongan biskuit dengan
menggunakan ibu jari dan jari telunjuk

II. IDENTIFIKASI DIAGNOSA/MASALAH


Dx : Anak A Usia 17 bulan dengan Tumbuh Kembang Meragukan
Ds : Ibu mengatakan tidak ada keluhan pada anaknya
Do : Keadaan Umum : baik
Kesadaran : composmentis
Nadi : 100 x / menit
Pernafasan : 34 x /menit
Suhu : 36,6oC
BB : 7,1 kg
TB : 79 cm
Deteksi Dini Penyimpangan Perkembangan :
- Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP)
Tidak terdapat kegagalan dalam KPSP

III. ANTISIPASI MASALAH POTENSIAL


-
IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA
-
V. INTERVENSI
Dx : Anak A Usia 17 bulan dengan Tumbuh Kembang Meragukan
Tujuan : - Perkembangan anak sesuai dengan usianya
- Anak tumbuh dan berkembang tanpa ada hambatan
Kriterial Hasil : Anak dapat melakukan semua tugas yang sesuai dengan usianya dengan
baik
.Intervensi
1. Jelaskan pada ibu tentang hasil pemeriksaan dengan menggunakan metode DDTK
R/ Ibu mengetahui tentang perkembangan anaknya terutama tentang keterlambatan yang
harus segera ditangani
2. Jelaskan pada ibu tentang manfaat dari penilaian perkembangan dengan menggunakan
metode DDTK
R/ DDTK merupakan metode skrining terhadap kelainan perkembangan tumbuh kembang
anak
3. Motivasi orang tua untuk tetap memberikan nutrisi yang sesuai usia anak
R/ Gizi baik dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak
4. Motivasi orang tua untuk tetap melatih motorik kasar anak
R/ Latihan yang terus diberikan akan membantu merpercepat kemajuan perkembangan anak
5. Sarankan ibu untuk segera kontrol bila terdapat kelainan - kelainan dalam perkembangannya
R/ Untuk deteksi dini adanya kelainan perkembangan
6. Beritahu ibu tugas perkembangan selanjutnya
R/ Acuan untuk memberikan stimulus perkembangan
7. Anjurkan ibu untuk menimbang BB anak setiap bulan di Posyandu terdekat
R/ BB merupakan monitor pertumbuhan anak

VI. IMPLEMENTASI
Dx : Anak A Usia 17 bulan dengan Tumbuh Kembang Meragukan
Implementasi :
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada orang tua anak yaitu dari hasil pemeriksaan dengan
metode DDTK dapat diketahui bahwa masih terdapat beberapa point motorik kasar yang
tertinggal dalam penilaian Kuesioner Pra Skrining Perkembangan
2. Menjelaskan pada ibu tentang manfaat dari penilaian perkembangan dengan menggunakan
metode DDTK yang sangat diperlukan karena apabila ada keterlambatan perkembangan dapat
segera dikonsultasikan dan segera dapat dilakukan penanganan dengan cepat.
3. Memotivasi orang tua untuk tetap memberikan nutrisi yang sesuai dengan usia anak supaya
anak mendapat gizi dan nutrisi yang baik untuk proses perkembangannya.
4. Memotivasi orang tua untuk tetap melatih motorik kasar anak agar dapat mencapai tingkat
perkembangan yang sesuai dengan usianya.
5. Menyarankan ibu untuk segera kontrol bila terdapat kelainankelainan dalam perkembangan
anak supaya ibu bisa mengerti dan tahu apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan apa yang
terjadi pada anaknya.
6. Memberitahu ibu tugas perkembangan selanjutnya yaitu :
- Jika kita menggelindingkan bola ke anak, maka anak dapat menggelindingkan/melemparkan
kembali bola pada anak.
- Anak dapat memegang sendiri cangkir/gelasdan minum dari tempat tersebut tanpa tumpah.
7. Menganjurkan ibu untuk menimbang berat badan anaknya setiap bulan untuk memonitor
pertumbuhan anak.

VII. EVALUASI
Tanggal : 11 Januari 2011
Jam : 10.00 WIB
Dx : Anak A Usia 17 bulan dengan Tumbuh Kembang Meragukan
S : Ibu mengatakan agak khawatir setelah mengetahui hasil pemeriksaan
perkembangan anaknya
O : Anak dapat melakukan hampir dari semua perintah yang diberikan
A : Anak A Usia 17 bulan dengan Tumbuh Kembang Meragukan
P : - mengingatkan pada ibu untuk kembali kontrol 2 minggu lagi
- membagikan susu dan biscuit
- persiapan pasien pulang
BAB IV
PEMBAHASAN

Setelah melakukan asuhan kebidanan pada Anak A usia 17 bulan ditemukan bahwa anak
sekarang dalam keadaan sehat. Dalam penilaian didapatkan hasil masih terdapat kegagalan pada
beberapa point penilaian KPSP. Sehingga setelah melakukan pengkajian dari data subyektif dan
obyektif melalui tahap pengumpulan data dengan wawancara observasi, pemeriksaan umum dan
pemeriksaan fisik dapat ditegakkan diagnosa yaitu Anak A usia 17 bulan dengan tumbuh
kembang meragukan, tidak ada kesenjangan teori dengan prakteknya, terbukti semua anamnesa
sudah terkaji dengan baik.
Dalam identifikasi masalah tidak ditemukan masalah yang dialami klien. Pada masalah potensial
tidak ditemukan suatu masalah sehingga dalam identifikasi kebutuhan segera tidak memerlukan
tindakan segera.
Setelah diketahui diagnosa pada langkah berikutnya yaitu intervensi didapatkan penulis
mengintervensi sesuai apa yang dibutuhkan klien, pada dasarnya intervensi yang disusun sesuai
dengan penatalaksanaan pada umumnya. Dan pada langkah ini penulis tidak menemukan adanya
kesenjangan antara teori dan praktek.
Setelah merencanakan dalam langkah berikutnya yaitu implementasi telah dilakukan tindakan
sesuai protap dan kebutuhan klien serta senantiasa menghargai klien sehingga hubungan antara
petugas dan klien terjalin dengan baik, dan tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan
praktek. Pada langkah terakhir yaitu evaluasi petugas melakukan penilaian kembali dengan
wawancara serta observasi keadaan klien dan tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan
praktek.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan Asuhan Kebidanan pada Anak A Usia 17 bulan dengan Tumbuh Kembang
Meragukan, penulis menyimpulkan:
1. Pada pengkajian data asuhan yang diberikan sudah komprehensif untuk dapat menegakkan
diagnosa.
2. Pada identifikasi masalah/diagnosa asuhan yang diberikan sudah sesuai komprehensif dan
dapat menegakkan diagnosa.
3. Pada identifikasi masalah potensial juga dilakukan sesuai komprehensif dan langkah ini tidak
muncul masalah potensial.
4. Pada Identifikasi kebutuhan segera tidak dilakukan dengan komprehansif karena dalam
kasus ini tidak memerlukan kebutuhan yang segera.
5. Pada intervensi/perencanaan asuahan yang diberikan sudah dilakukan sesuai komprehansif
dan menyeluruh sesuai dengan teori dan praktek.
6. Pada implementasi/pelaksanaan asuhan sudah dilakukan sesuai komprehansif dan
menyeluruh sesuai dengan teori dan praktek.
7. Pada evaluasi asuhan yang diberikan sudah sesuai dengan komprehensif.
Data yang diperoleh pada asuhan kebidanan ini yaitu dari hasil wawancara dan observasi
langsung.

5.2 Saran
5.2.1 Bagi Petugas
1. Perlu ditingkatkan kerjasama yang baik antara pasien, keluarga pasien, serta paramedis dalam
proses asuhan kebidanan agar pelayanan kebidanan bertambah baik.
2. Dalam melakukan proses kebidanan perlu dilakukan asuhan secara menyeluruh agar tidak
terjadi komplikasi lebih lanjut.
3. Etika dan sopan santun diperhatikan dan diterapkan dalam menghadapi pasien maupun
keluarga pasien agar mereka tidak cemas dan percaya pada petugas kesehatan.

5.2.2 Untuk Mahasiswa


Manggali ilmu semaksimal mungkin untuk menambah pengetahuan dan keterampilan mahasiswa
tentang masalah masalah dan cara melakukan penilaian tumbuh kembang anak.
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN GANGGUAN TUMBUH
KEMBANG ( SPEECH DELAYED

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

DENGAN GANGGUAN TUMBUH KEMBANG

( SPEECH DELAYED )

I. Konsep dasar

A. Pengertian

Pertumbuhan dan perkembangan merupakan suatu proses dari manusia normal mulai janin hingga
meninggal. Meskipun pertumbuhan dan perkembangan terjadi sepanjang usia manusia, akan tetapi
perkembangan yang signifikan hanya terjadi pada fase janin hingga anak-anak 0 tahun hingga 21 tahun.
Pertumbuhan mencakup segala hal yang berhubungan dengan peningkatan jumlah maupun sel dari
seluruh sistem dalam tubuh manusia. Sedangkan perkembangan cenderung ditujukan pada makin
matangnya kemampuan aktivitas motorik halus dan kasar, makin meningkatnya kemampuan sosial anak
dengan orang maupun lingkungan disekitarnya serta makin banyaknya kemampuan anak dalam
menguasai perbendaharaan kata maupun mengertikan dan menyusun suatu tata bahasa yang bisa
diterima sesuai dengan lingkungan tempat anak tumbuh. Sebagai contoh anak yang terbiasa
berkomunikasi dengan bahasa Jawa maka diharapkan anak bisa mendengar dan berkomunikasi dengan
bahasa jawa.

Perkembangan bahasa secara normal pada anak dapat dibagi dalam beberapa fase yaitu:

1. Umur 1 tahun : dapat berbicara dua atau tiga kata yang sudah bermakna. Contoh menirukan
suara binatang, menyebutkan nama papa, mama. Dalam berbicara 25 % kata-katanya tidak jelas
dan kedengarannya tidak biasa (unfimiliar).

2. Umur 2 tahun : dapat menggunakan 2 sampai 3 phrase serta memiliki perbendaharaan bahasa
kurang-lebih 300 kata, serta mampu menggunakan kata saya,milikku. 50 % kata-kata konteksnya
masih belum jelas.
3. Umur 3 tahun : berbicara 4 hingga 5 kalimat serta memiliki sekitar 900 kata. Dapat menggunakan
kata siapa, apa, dan dimana dalam menanyakan suatu pertanyaan. 75 % kata-kata dan kalimat jelas.

4. Umur 4-5 tahun ; memiliki 1500 - 2100 kosa kata. Dapat menggunakan grammar dengan benar
terutama yang berhubungan dengan waktu. Dapat menggunakan kalimat dengan lengkap baik, kata-
kata, kata kerja, kata depan, kata sifat maupun kata sambung. 100 % kata-kata sudah jelas dan beberapa
ucapan masih belum sempurna.

5. Umur 5 - 6 tahun ; memiliki 3000 kata, dapat menggabungkan kata jika, sebab, dan mengapa.

Kegagalan yang sering ditemukan pada komunikasi selama perkembangan anak adalah:

1. Kesalahan dalam bahasa


a. Kesalahan dalam mengartikan suatu kata :
b. Kesalahan dalam mengorganisir kata dalam kalimat
c. Kesalahan bentuk kata

2. Kegagalan bicara
a. Gagap
b. Kekurangan dalam artikulasi
c. Kerusakan alat artikulasi

Macam-macam kegagalan bicara yang sering ditemukan pada anak-anak adalah:

1. Umur 2 tahun ; kesalahan dalam mengartikan kata-kata , kesulitan dalam mengikuti ucapan, gagal
dalam berespon terhadap suara.

2. Umur 3 tahun ; bicara yang tidak jelas, kegagalan menggunakan 2 atau 3 kata, lebih banyak
menggunakan vocal dibanding konsonan.

3. Umur 5 tahun ; Struktur kata tidak benar.


B. Pengkajian

Fokus pengkajian pada anak 2- 3 tahun yang mengalami gangguan bicara:

1. Data Subyektif :

a. Pada anak yang mengalami gangguan bahasa:

- Umur berapa anak saudara mulai mengucapkan satu kata ?

- Umur berapa anak saudara mulai bisa menggunakan kata dalam suatu kalimat ?

- Apakah anak anda mengalami kesulitan dalam mempelajari kata baru ?

- Apakah anak anda sering menghilangkan kata-kata dalam kalimat yang diucapkan.

- Siapa yang mengasuh dirumah

- Bahasa apa yang digunakan bila berkomunikasi di rumah

- Apakah pernah diajar mengucapkan kata-kata

- Apakah anak saudara mengalami kesulitan dalam menyususn kata-kata

b. Pada anak yang mengalami gangguan bicara :

- Apakah anak anda sering gagap dalam mengulang suatu kata

- Apakah anak anda sering merasa cemas atau bingung jika ingin mengungkapkan suatu ide ?

- Apakah anda pernah perhatikan anak anda memejamkan mata, menggoyangkan kepala, atau
mengulang suatu frase jika diberikan kata-kata baru yang sulit diucapkan ?

- Apa yang anda lakukan jika hal diatas ditemukan. ?

- Apakah anak anda pernah/sering mengilangkan bunyi dari suatu kata.

- Apakah anak anda sering menggunakan akata-kata yang salah tetapi mempunyai bunyi yang hampir
sama dalam suatu kata ?

- Apakah anda kesulitan dalam mengerti kata-kata anak anda ?

- Apakah orang lain merasa kesulitan dalam mengerti kata-kata anak anda ?

- Perhatikan riwayat penyakit yang berhubungan dengan gangguan fungsi SSP seperti infeksi antenatal
(rubbela syndrome), perinatal (trauma persalinan), post natal (infeksi otak, trauma kepala, tumor intra
kranial, konduksi elektrik otak)
2. Data obyektif :

- Kemampuan menggunakan kata kata

- Masalah khusus dalam berbahasa seperti (menirukan, gagap, hambatan bahasa, malas bicara ).

- Kemampuan dalam mengaplikasikan bahasa

- Umur anak

- Kemampuan membuat kalimat

- Kemampuan mempertahankan kontak mata

- Kehilangan pendengaran (kerusakan indera pendengaran)

- Gangguan bentuk dan fungsi artikulasi

- Gangguan fungsi neurologis.

C. Diagnose keperawatan :

Diagnose keperawatan yang muncul pada anak yang mengalami gangguan bicara meliputi:

1. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan kurangnya stimulasi bahasa


2. Gangguan komunikasi berhubungan dengan kerusakan fungsi alat-alat artikulasi
3. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan pendengaran
4. Gangguan komunikasi berhubungan dengan hambatan bahasa
5. Kecemasan orang tua berhubungan dengan ketidakmampuan anak berkomunikasi
6. Gangguan komunikasi berhubungan dengan kecemasan
7. Gangguan komunikasi berhubungan dengan kurangnya kemampuan memori dan
kerusakan sistem saraf pusat.
D. Tindakan Keperawatan
Diagnose Tindakan Rasional

Gangguan - Lakukan latihan komunikasi dengan - Latihan bicara yang sesuai


komunikasi verbal memperhatikan perkembangan mental dengan perkembangan anak akan
s.d kurangnya anak menghindari ekploatasi yang
stimulasi bahasa berakibat penekanan fungsi mental
anak.

- Lakukan komunikasi secara - Komunikasi yang komprehensif


komprehensif baik verbal maupun non akan memperbanyak jumlah
verbal. stimulasi yang diterima anak
sehingga akan memperkuat
memori anak terhadap suatu kata.

- Berbicara sambil bermain dengan


alat untuk mempercepat persepsi anak - Bermain akan menigkatkan daya
tentang suatu hal. tarik anak sehingga frekwensi dan
durasi latihan bisa lebih lama.

- Berikan lebih banyak kata meskipun


anak belum mampu mengucapkan Anak lebih suka mendengarkan
dengan benar. kata-akat dari pada mengucapkan
karena biasanya kesulitan dalam
mengucapkan.

- Lakukan sekrening lanjutan dengan - Untuk mengetahui jenis


mengggunakan Denver Speech Test. dan beratnya gangguan serta
keterlambatan dalam berbicara
pada anak.
Gangguan - Stimulasi bahasa dan latihn bicara - Untuk mengindari keter-
komunikasi s.e tetap dilakukan sesuai dengan lambatan perkembangan mental,
kerusakan fungsi perkembangan mentak anak. bahasa maupun bicara ketika alat
alat-alat artikulasi artikulasi sudah bisa diperbaiki.

- Perbaikan alat-alat artikulasi


- Kolaborasi: dengan ahli bedah untuk hanya bisa dilakukan secara
perbaikan alat-alat artikulasi. optimal dengan pembedahan.

Gangguan - Lakukan latihan komunikasi, dan Agar stimulasi tetap diterima anak
komunikasi verbal stimulasi dini dengan benda-benda sesuai dengan perlembangan
s.e gangguan atau dengan menggunakan bahasa mental anak yang didasarkan atas
pendengaran isyarat serta biasakan anak melihat kemampuan penerimaan anak
artikulasi orang tua dalam berbicara. terhadap informasi yang diberikan

- Perhatikan kebersihan telinga anak - Ganguan pendengaran sering


disebabkan oleh adanya hambatan
pendengaran akibat adanya
kotoran ditelinga.

- Kolaborasi dengan rehabilitasi - Alat bantu dengar diharapkan


untuk penggunaan alat bantu dengar. mampu mengatasi hambatan
pendengaran pada telinga anak.

- Gunakan bahasa yang sederhana


dan umum digunakan dalam - Untuk memudahkan pema-
komunikasi sehar-hari. haman menghindari stress dan
kebingungan anak yang akibat
bahasa yang berubah-ubah.

- Gunakab verifikasi bahasa sesuai - Difersifikasi bahasa dapat


dengan tingkat kematangan dan diberikan jika kemampuan mental
pengetahuan anak. anak sudah matang seperti setelah
Gangguan
umur 9 tahun, karena
komunikasi s.d
perkembangan selsel otak anak
hambatan bahasa
sudah mulai maksimal.
Kecemasan orang - Gali kebiasaan komunikasi dan - Untuk dapat menggali efektivitas
tua s.d stimulasi orang tua terhadap anak. dan kemampuan serta usaha yang
ketidakmampuan telah dilakukan oleh orang tua,
anak berbicara untuk mengindari overlaping
tindakan yang berakibat orang tua
menjadi bosan.

- Berikan penjelasan tentang kondisi


anaknya secara jelas, serta - Pengikutsertaan keluarga
kemungkinan penanganan lanjutan, terhadap perawatan anak secara
prognose serta lamanya tindakan atau langsung akan mampu mengurangi
pengobatan. tingat kecemasan orang tua
terhadap keadaan anaknya.

Gangguan - Hindari bicara pada saat kondisi - Komunikasi tidak efektif


komunikasi s.d bising. sehingga anak menjadi irritabel.
kecemasan
- Untuk meningkatkan
pandangan mata dan efektivitas
- Lakukan komunikasi dengan posisi komunikasi sehingga anak merasa
lawan bicara setinggi badan anak. lebih nyaman.

- Agar anak lebih tertarik dan


- Lakukan latihan bicara sambil bermain tidak lekas bosan.
dengan mainan kesukaan anak.

Gangguan - Lakukan observasi dan pemeriksaan - Untuk mengetahui kemungkinan


komunikasi s.e fisik neurologi secara mendetail. posisi kelainan dalam otak.
kurangnya
kemampuan
memori dan - Kolaborasi pemeriksaan EEG - Untuk mengetahui kemungkinan
kerusakan sistem kelainan pada SSP anak.
saraf pusat.
TINJAUAN KASUS

I. PENGKAJIAN

Pengkajian dilakukan tanggal 9 Mei 2001 pk. 08.00 10.00 WIB

A. Identitas

Nama klien : S. P. Register : 10045067

Umur : 2 tahun 8 bulan

Jenis kelamin : Perempuan

Orang tua :

Ayah Ibu

Nama : Ayik Enny

Agama : Islam Isalm

Suku bangsa : Jawa Jawa

Pendidikan : D-III SMA

Pekerjaan : Swasta Tidak bekerja

Alamat : Kedung Sroko 111 telp. (031) 5937601

B. Keluhan utama : anak umur 2,8 tahun belum bisa bicara

C. Riwayat keperawatan :

S.P merupakan anak pertama dari pasangan Ayik ( 29 tahun) dan Enny (29 tahun). SP. Lahir di Rs Haji
Surabaya tanggal 28 Agustus 1998. Lahir letak kepala dengan Vacum, dengan BB lahir 3350 gr, panjang
badan lahir lupa. Selama mengandung S.P Ibu tidak pernah menderita penyakit dan tidak pula pernah
mengkonsumsi makanan, obat atau jamu yang sembarangan. Pemeriksaan kehamilan dilaksanakan
secara teratur sebanyak 5 kali selama hamil di bidan. Selama hamil ibu mendapat TT 2 X. Sewaktu lahir
anak baru menangis setelah satu menit, kemudian dirawat di RS Haji selama 3 hari karena menderita
asfiksia sedang. Tidak ditemukan adanya kelaian fisik pada saat baru lahir terkecuali adanya capput
succedaneum post vacum.

Setelah dari RS anak tidak pernah menderita penyakit yang berat:

Perkembangan motorik :

Menurut Ibu perkembangan motorik anak normal seperti berikut:

- Bisa mengangkat kepala pada umur 1 bulan

- Menggerakkan kepala umur 2 bulan

- Tengkurep umur 3 bulan

- Duduk umu 8 bulan

- Merangkak umur 9 bulan

- Berdiri umur 10 bulan

- Berjalan umur 14 bulan

- Hingga sekarang anak masih perlu dibantu

- Saat ini anak paling suka main mobil-mobilan

Perkembangan bahasa:

- Anak bisa tersenyum pada umur 1,5 bulan

- Bisa mengucapkan papa umur 9 bulan

- Dapat melakukan tindakan yang diperintahkan

- Hingga kini anak hanya bisa bilang papa, mama, maem dan menangis jika minta sesuatu.

- Jika mendengar kata-kata ibunya anak sering diam, jika banyak anak sering berpaling.

- Orang tua sering sangat sulit menterjemahkan permintaan anak akrena anak tidak mampu
mengungkapkan.
-

Perkembangan sosial :

Anak diasuh sejak kecil oleh ibunya. Kedua orang tua harmonis dan sudah memberikan stimulasi dan
latihan bahasa semaksimal mungkin, akan tetapi anak sering tidak mau memperhatikan. Anak senang
diajak nonton TV terutama acara anak-anak, tetapi tidak mampu untuk menirukan kata-kata yang
diucapkan oleh pengisi acara TV. Anak hanya bisa menari-nari. Anak tidak pernah mengenal rasa takut.
Anak cepat merasa bosan dan cenderung cengeng. SP sekarang mempunyai seorang adik umur 1 tahun,
sehingga perhatian ibu terhadap SP mulai berkurang. Bapak terlalu sibuk, sehingga dirumah SP banyak
diasuh oleh neneknya (orang tuan ibu). Ibu sangat takut kalau terjadi sesuatu dengan anaknya sehingga
anaknya bisu. Ibu banyak bertanya tentang kenapa anaknya bisa begini dan kalau berobat berapa lama
?.

Perkembangan emosional anak :

Saat ini anak sering cengeng, cepat bosan, sering marah kepada adiknya dan ibunya. Dirumah anak
sering bermain sendiri, dan lebih suka main mobil-mobilan serta nonton TV. Pada saat diperiksa anak
koperatif tetapi setelah beberapa lama anak menolak dan menangis.

D. Pemeriksaan Fisik :

Keadaan umum : Kesadaran anak kompos mentis, penampilan anak ceria, anak sulit memusatkan
perhatian jika diajak bicara. Umur 2 tahun 8 bulan, BB : 11,5 kg, TB : 92 cm, LK : 46 cm, LD : 47 cm, LLK :
16,5 cm. Imunisasi lengkap dan sudah mendapat boster folio I.

Data dari kepala ke kaki :

a. Kepala : tulang kepala normal. Mata normal, konjunctiva merah muda, hidung normal, tidak
ditemukan gangguan pernafasan, telinga normal tidak ada sumbatan, tidak ada kelainan pada
pemeriksaan telinga. Mulut normal, gigi normal, nafsu makan baik, saraf-saraf kranialis normal.

b. Leher : normal, tidak ditemukan pembesaran getah bening, maupun pembesaran tyroid. Tidak ada
bendungan vena. Keringat (-)

c. Dada : normal; dada simetris, gerakan simetris, RR : 20 X/mnt, N : 88 X/mnt, S : 36,9 derajat Celcius,
Wh -/-, Rh -/-, Rales -/-, retraksi (-). S1 dan S2 normal. Pembesaran jantung (-).
d. Abdomen : normal ; peristaltik 5 X/mnt, turgor baik, distensi (-), Hepar tidak teraba, Lien tidak
teraba, ginjal tidak teraba, sky bala (-), flatus +. Ascites (-). Keringat (+).

e. Tulang belakang : normal ; spina bipida (-), tulang belakang intak, skoliosis (-), lordosis (-), kiposis (-).
Kulit baik..

f. Ektremitas : normal ; reflek fisiologis (+), reflek patologis (-), kekuatan otot normal, udema (-), paresa
(-), sensibilitas (+), motorik (+), keluhan nyeri (-). Polidaktili (-), simian line (-).

g. Kelamin : tidak diperiksa karena anak menolak.


E. Analisa data :

Data Etiologi Masalah

Data subyektif : Kurangnya informasi Kurangnya pengetahuan


tentang keterlambatan
- Anak 2,8 tahun belum
bicara pada anak,
bisa berbicara, dirumah sulit penanganan serta
untuk diajar karena sulit kemungkinan prognosenya.
memusatkan perhatian.
Apakah anak saya tidak bisu ?,
berapa lama anak saya akan
berobat. Dirumah anak
diasuh oleh ibu , bapak dan
nenek . Komunikasi dengan
bahasa Indonesia dan jawa.
Orang tua sering sulit
menterjemahkan permintaan
anak.

- Data obyektif :

- Anak hanya bisa bilang


papa pada umur 2 tahun 8
bulan.

- Ibu bicara dengan bahasa


jawa dan Indonesia.

- Anak sulit diajak


memusatkan perhatian pada
suatu obyek. Ibu tampak
gugup bila menjawab
pertanyaan.

- Anak baru pertama


diperiksakan.

Data Subyektif : Pemeriksaan yang lama Kecemasan anak

-
Data obyektif :

- Anak pada awalnya


kooperatif tetapi kemudian
menangis jika diperiksa,

F. Diagnose keperawatan :

1. Kurangnya pengetahuan tentang keterlambatan bicara pada anak, tindakan yang akan dilakukan,
serta lamanya pengobatan s.d kurangnya informasi

2. Kecemasan pada anak s.d pemeriksaan yang lama

G. Rencana keperawatan

Hari/tan Diagnose Tujuan Tindakan Rasional


ggal

Rabu, 9 Kurangnya Setelah diberikan - HE tentang - Ibu akan tahu


Mei pengetahuan tindakan selama 15 penyakit anak, dan dengan
2001 tentang menit ibu tahu : kemungkinan demikian akan
keterlambata penyebab, lama menambah
n bicara pada -Keterlambatan penanganan serta pengetahuan ibu
anak, bicara yang terjadi kemungkinan hasil yang pada ajhirnya
tindakan yang pada anaknya. penanganan. dapat mengurangi
akan - Ibu kooperatif. kecemasan pada
dilakukan, ibu.
serta lamanya - Ibu bersedia - Ibu diberi tahu
melanjutkan - Dengan
pengobatan tentang jenis
s.d kurangnya pemeriksaan penjelasan manfaat
pemeriksaan yang pemeriksaan untuk
informasi penunjang yang harus dilakukan
diperlukan. kepentingan anak,
untuk memastikan maka ibu akan
- Ibu bersedia penyebab gangguan
lebih kooperatif.
ikut serta merawat bicara poda anak,
anak dirumah. seperti lab, dan EEG.

- J - Jelaskan tentang
cara untuk
mencegah kondisi
- inaknya. anak lebih buruk - Dengan stimulasi
dengan memberikan bahasa yang
- stimulasi secara adekuat oleh
terus menerus di orang tua dan
rumah. keluarga
diharapkan
keterlambatan
anak tidak tambah
parah, sambil
menunggu hasil
pemeriksaan
tamabahan.

Rabu, 9 Kecemasan Setelah diberikan - Lakukan -Untuk mening-


Mei pada anak s.d tindakan selama komunikasi dengan katkan rasa
2001 pemeriksaan 20 menit anak posisi wajah sejajar percaya dan
yang lama tenang dan mau dengan anak. menarik per-hatian
dilakukan anak.
pemeriksaan tanpa
menangis. - Untuk
- Lakukan mengurangi
pemeriksaan sambil trauma dan me-
memberikan mainan
ningkatkan
yang ada di ruang
tumbuh kembang.

- Berikan
kesempatan kepada
anak untuk bermain - Untuk
mengurangi
dan mencoba alat-
alat yang akan trauma sehingga
dipakai untuk anak lebih
kooperatif.
memeriksa.

H. Tindakan Keperawatan
DX HariTgl Tindakan Evaluasi Perkembangan

/Jam

1 Rabu, 9 Mei -Menjelaskan -Ibu mau mengerti Tanggal


2001 kepada ibu 11/5/2001
bahwa
09.00-019.15 pemeriksaan S=-
anak agak lama O + ibu datang
dan tidak kembali untuk
mungkin pemeriksaan
dilakukan hanya EEG dan darah
sekai saja. anaknya.

A. Pengetahuan
- He agar ibu orang tua sudah
teratur mengon- bertambah.:
trolkan anaknya - Ibu bersedia
P:
ke poli tumbang
-He tujuan
pengambilan
- Untuk program hasil lab.
minggu depan
berupa
pemeriksaan - Lakukan pro-
EEG, dan Lab - Ibu bersedia sedur
Darah atraumatik
dalam
pengambilan
- He agar ibu darah anak
tetap melatih
anaknya bicara
di rumah, sambil -Berikan
menunggu hasil dukungan
pemeriksaan moral.
- Ibu bersedia
secara
keseluruhan

- Sarankan ibu
datang kembali
hari Jumat, 11/5
2001.

- Ibu bersedia

2 Rabu, 9 Mei -Lakukan komu- -Anak mau Rabu, 9 Mei


2001 nikasi dengan diperiksa dan 2001
mu-ka sejajar tersenyum.
Pk.09.00-09.25 anak. S:-

O : anak mau
diperiksa sambil
- Berikan mainan bermain, tanpa
yang ada di -Anak ceria menangis
ruang tumbang bermain
A: -

P : Lanjutkan
- Berikan anak metode setiap
memegang alat akan melakukan
yang akan tindakan.
dipakai untuk - Anak kooperatif
memeriksa dan mau diperiksa
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.D (1997), Nursing Diagnois; Application to Clinical Practice, 7th. Edition, Lippincott,
Philadelpia, New York.

Kozier Barbara et.al (1995), Fundamental Of Nursing ; Concept, Process and Practice , 5 th Edition,
Addison Wesley Nursing, Cuming Publishing, New York.

Whaley and Wong (1997), Pediatric Nursing; Clinical Manual, Mosby Year Book, Philadelpia.

Whaley and Wong (1996), Nursing Care of Infants and Children, 5 th Edition, Mosby Year Book,
Philadelpia.
ASUHAN KEPERAWATAN CHILD ABUSE APLIKASI NANDA, NOC, NIC

Diposkan oleh Rizki Kurniadi

A. PENGERTIAN
Child abuse atau perlakuan yang salah terhadap anak didefinisikan sebagai segala perlakuan
buruk terhadap anak ataupun adolens oleh orang tua, wali, atau orang lain yang seharusnya
memelihara, menjaga, dan merawat mereka.

Child abuse adalah suatu kelalaian tindakan atau perbuatan orangtua atau orang yang merawat
anak yang mengakibatkan anak menjadi terganggu mental maupun fisik, perkembangan
emosional, dan perkembangan anak secara umum.

Sementara menurut U.S Departement of Health, Education and Wolfare memberikan definisi
Child abuse sebagai kekerasan fisik atau mental, kekerasan seksual dan penelantaran terhadap
anak dibawah usia 18 tahun yang dilakukan oleh orang yang seharusnya bertanggung jawab
terhadap kesejahteraan anak, sehingga keselamatan dan kesejahteraan anak terancam.

B. KLASIFIKASI

Terdapat 2 golongan besar yaitu :

1. Dalam keluarga

Penganiayaan fisik, non Accidental injury mulai dari ringan bruiser laserasi sampai pada
trauma neurologik yang berat dan kematian. Cedera fisik akibat hukuman badan di luar batas,
kekejaman atau pemberian racun.

Penelantaran anak/kelalaian, yaitu: kegiatan atau behavior yang langsung dapat menyebabkan
efek merusak pada kondisi fisik anak dan perkembangan psikologisnya. Kelalaian dapat berupa:

Pemeliharaan yang kurang memadai. Menyebabkan gagal tumbuh, anak merasa kehilangan
kasih sayang, gangguan kejiwaan, keterlambatan perkembangan

Pengawasan yang kurang memadai. Menyebabkan anak gagal mengalami resiko untuk
terjadinya trauma fisik dan jiwa

Kelalaian dalam mendapatkan pengobatan

Kegagalan dalam merawat anak dengan baik


Kelalaian dalam pendidikan, meliputi kegagalan dalam mendidik anak agar mampu berinteraksi
dengan lingkungannya, gagal menyekolahkan atau menyuruh anak mencari nafkah untuk
keluarga sehingga anak terpaksa putus sekolah.

Penganiayaan emosional
Ditandai dengan kecaman/kata-kata yang merendahkan anak, tidak mengakui sebagai anak.
Penganiayaan seperti ini umumnya selalu diikuti bentuk penganiayaan lain.

Penganiayaan seksual mempergunakan pendekatan persuasif. Paksaan pada seseorang anak


untuk mengajak berperilaku/mengadakan kegiatan seksual yang nyata, sehingga menggambarkan
kegiatan seperti: aktivitas seksual (oral genital, genital, anal, atau sodomi) termasuk incest.

2. Di luar rumah

dalam institusi/ lembaga,

di tempat kerja,

di jalan,

di medan perang.

C. ETIOLOGI
Ada beberapa faktor yang menyebabkan anak mengalami kekerasan. Baik kekerasan fisik
maupun kekerasan psikis, diantaranya adalah:

Stress yang berasal dari anak


a. Fisik berbeda, yang dimaksud dengan fisik berbeda adalah kondisi fisik anak berbeda dengan
anak yang lainnya. Contoh yang bisa dilihat adalah anak mengalami cacat fisik. Anak
mempunyai kelainan fisik dan berbeda dengan anak lain yang mempunyai fisik yang sempurna.
b. Mental berbeda, yaitu anak mengalami keterbelakangan mental sehingga anak mengalami
masalah pada perkembangan dan sulit berinteraksi dengan lingkungan di sekitarnya.
c. Temperamen berbeda, anak dengan temperamen yang lemah cenderung mengalami banyak
kekerasan bila dibandingkan dengan anak yang memiliki temperamen keras. Hal ini disebabkan
karena anak yang memiliki temperamen keras cenderung akan melawan bila dibandingkan
dengan anak bertemperamen lemah.
d. Tingkah laku berbeda, yaitu anak memiliki tingkah laku yang tidak sewajarnya dan berbeda
dengan anak lain. Misalnya anak berperilaku dan bertingkah aneh di dalam keluarga dan
lingkungan sekitarnya.
e. Anak angkat, anak angkat cenderung mendapatkan perlakuan kasar disebabkan orangtua
menganggap bahwa anak angkat bukanlah buah hati dari hasil perkawinan sendiri, sehingga
secara naluriah tidak ada hubungan emosional yang kuat antara anak angkat dan orang tua.

Stress keluarga
a. Kemiskinan dan pengangguran, kedua faktor ini merupakan faktor terkuat yang menyebabkan
terjadinya kekerasan pada anak, sebab kedua faktor ini berhubungan kuat dengan kelangsungan
hidup. Sehingga apapun akan dilakukan oleh orangtua terutama demi mencukupi kebutuhan
hidupnya termasuk harus mengorbankan keluarga.
b. Mobilitas, isolasi, dan perumahan tidak memadai, ketiga faktor ini juga berpengaruh besar
terhadap terjadinya kekerasan pada anak, sebab lingkungan sekitarlah yang menjadi faktor
terbesar dalam membentuk kepribadian dan tingkah laku anak.
c. Perceraian, perceraian mengakibatkan stress pada anak, sebab anak akan kehilangan kasih
sayang dari kedua orangtua.
d. Anak yang tidak diharapkan, hal ini juga akan mengakibatkan munculnya perilaku kekerasan
pada anak, sebab anak tidak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh orangtua, misalnya
kekurangan fisik, lemah mental, dsb.

Stress berasal dari orangtua, yaitu:


a. Rendah diri, anak dengan rendah diri akan sering mendapatkan kekerasan, sebab anak selalu
merasa dirinya tidak berguna dan selalu mengecewakan orang lain.
b. Waktu kecil mendapat perlakuan salah, orangtua yang mengalami perlakuan salah pada masa
kecil akan melakuakan hal yang sama terhadap orang lain atau anaknya sebagai bentuk
pelampiasan atas kejadian yang pernah dialaminya.
c. Harapan pada anak yang tidak realistis, harapan yang tidak realistis akan membuat orangtua
mengalami stress berat sehingga ketika tidak mampu memenuhi memenuhi kebutuhan anak,
orangtua cenderung menjadikan anak sebagai pelampiasan kekesalannya dengan melakukan
tindakan kekerasan.
D. MANIFESTASI KLINIS

Akibat pada fisik anak


a. Lecet, hematom, luka bekas gigitan, luka bakar, patah tulang, perdarahan retina akibat dari
adanya subdural hematom dan adanya kerusakan organ dalam lainnya.
b. Sekuel/cacat sebagai akibat trauma, misalnya jaringan parut, kerusakan saraf, gangguan
pendengaran, kerusakan mata dan cacat lainnya.
c. Kematian.

Akibat pada tumbuh kembang anak


Pertumbuhan dan perkembangan anak yang mengalami perlakuan salah, pada umumnya lebih
lambat dari anak yang normal, yaitu:
a. Pertumbuhan fisik anak pada umumnya kurang dari anak-anak sebayanya yang tidak
mendapat perlakuan salah.
b. Perkembangan kejiwaan juga mengalami gangguan, yaitu:

Kecerdasan

- Berbagai penelitian melaporkan terdapat keterlambatan dalam perkembangan kognitif, bahasa,


membaca, dan motorik.

- Retardasi mental dapat diakibatkan trauma langsung pada kepala, juga karena malnutrisi.

- Pada beberapa kasus keterlambatan ini diperkuat oleh tidak adanya stimulasi yang adekuat atau
karena gangguan emosi.

Emosi

- Terdapat gangguan emosi pada: perkembangan kosnep diri yang positif, atau bermusuh dalam
mengatasi sifat agresif, perkembangan hubungan sosial dengan orang lain, termasuk kemampuan
untuk percaya diri.

- Terjadi pseudomaturitas emosi. Beberapa anak menjadi agresif atau bermusuhan dengan orang
dewasa, sedang yang lainnya menjadi menarik diri/menjauhi pergaulan. Anak suka ngompol,
hiperaktif, perilaku aneh, kesulitan belajar, gagal sekolah, sulit tidur, tempretantrum, dsb.

Konsep diri
Anak yang mendapat perlakuan salah merasa dirinya jelek, tidak dicintai, tidak dikehendaki,
muram, dan tidak bahagia, tidak mampu menyenangi aktifitas dan bahkan ada yang mencoba
bunuh diri.

Agresif
Anak mendapatkan perlakuan yang salah secara badani, lebih agresif terhadap teman sebayanya.
Sering tindakan agresif tersebut meniru tindakan orangtua mereka atau mengalihkan perasaan
agresif kepada teman sebayanya sebagai hasil miskinnya konsep harga diri.

Hubungan sosial
Pada anak-anak ini sering kurang dapat bergaul dengan teman sebayanya atau dengan orang
dewasa. Mereka mempunyai sedikit teman dan suka mengganggu orang dewasa, misalnya
dengan melempari batu atau perbuatan-perbuatan kriminal lainnya.

Akibat dari penganiayaan seksual


Tanda-tanda penganiayaan seksual antara lain:
Tanda akibat trauma atau infeksi lokal, misalnya nyeri perianal, sekret vagina, dan perdarahan
anus.
Tanda gangguan emosi, misalnya konsentrasi berkurang, enuresis, enkopresis, anoreksia, atau
perubahan tingkah laku.
Tingkah laku atau pengetahuan seksual anak yang tidak sesuai dengan umurnya. Pemeriksaan
alat kelamin dilakuak dengan memperhatikan vulva, himen, dan anus anak.

Sindrom munchausen
Gambaran sindrom ini terdiri dari gejala:
Gejala yang tidak biasa/tidak spesifik
Gejala terlihat hanya kalau ada orangtuanya
Cara pengobatan oleh orangtuanya yang luar biasa
Tingkah laku orangtua yang berlebihan

E. EVALUASI DIAGNOSTIK

Diagnostik perlakuan salah dapat ditegakkan berdasarkan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik
yang teliti, dokumentasi riwayat psikologik yang lengkap, dan laboratorium.
Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik
Penganiayaan fisik
Tanda patogomonik akibat penganiayaan anak dapat berupa:
Luka memar, terutama di wajah, bibir, mulut, telinga, kepala, atau punggung.
Luka bakar yang patogomonik dan sering terjadi: rokok, pencelupan kaki-tangan dalam air
panas, atau luka bakar berbentuk lingkaran pada bokong. Luka bakar akibat aliran listrik seperti
oven atau setrika.
Trauma kepala, seperti fraktur tengkorak, trauma intrakranial, perdarahan retina, dan fraktur
tulang panjang yang multipel dengan tingkat penyembuhan yang berbeda.
Trauma abdomen dan toraks lebih jarang dibanding trauma kepala dan tulang pada penganiayaan
anak. Penganiayaan fisik lebih dominan pada anak di atas usia 2 tahun.
Pengabaian
Pengabaian non organic failure to thrive, yaitu suatu kondisi yang mengakibatkan kegagalan
mengikuti pola pertumbuhan dan perkembangan anak yang seharusnya, tetapi respons baik
terhadap pemenuhan makanan dan kebutuhan emosi anak.
Pengabaian medis, yaitu tidak mendapat pengobatan yang memadai pada anak penderita
penyakit kronik karena orangtua menyangkal anak menderita penyakit kronik. Tidak mampu
imunisasi dan perawatan kesehatan lainnya. Kegagalan yang disengaja oleh orangtua juga
mencakup kelalaian merawat kesehatan gigi dan mulut anak sehingga mengalami kerusakan gigi.
Penganiayaan seksual
Tnda dan gejala dari penganiayaan seksual terdiri dari:
Nyeri vagina, anus, dan penis serta adanya perdarahan atau sekret di vagina.
Disuria kronik, enuresis, konstipasi atau encopresis.
Pubertas prematur pada wanita
Tingkah laku yang spesifik: melakukan aktivitas seksual dengan teman sebaya, binatang, atau
objek tertentu. Tidak sesuai dengan pengetahuan seksual dengan umur anak serta tingkah laku
yang menggairahkan.
Tingkah laku yang tidak spesifik: percobaan bunuh diri, perasaan takut pada orang dewasa,
mimpi buruk, gangguan tidur, menarik diri, rendah diri, depresi, gangguan stres post-traumatik,
prostitusi, gangguan makan, dsb.
Laboratorium
Jika dijumpai luka memar, perlu dilakuak skrining perdarahan. Pada penganiayaan seksual,
dilakukan pemeriksaan:
Swab untuk analisa asam fosfatase, spermatozoa dalam 72 jam setelah penganiayaan seksual.
Kultur spesimen dari oral, anal, dan vaginal untuk genokokus
Tes untuk sifilis, HIV, dan hepatitis B
Analisa rambut pubis

Radiologi
Ada dua peranan radiologi dalam menegakkan diagnosis perlakuan salah pada anak, yaitu untuk:
a. Identifiaksi fokus dari jejas
b. Dokumentasi
Pemeriksaan radiologi pada anak di bawah usia 2 tahun sebaiknya dilakukan untuk meneliti
tulang, sedangkan pada anak diatas 4-5 tahun hanya perlu dilakukan jika ada rasa nyeri tulang,
keterbatasan dalam pergerakan pada saat pemeriksaan fisik. Adanya fraktur multiple dengan
tingkat penyembuhan adanya penyaniayaan fisik.
CT-scan lebih sensitif dan spesifik untuk lesi serebral akut dan kronik, hanya diindikasikan pada
pengniayaan anak atau seorang bayi yang mengalami trauma kepala yang berat.
MRI (Magnetik Resonance Imaging) lebih sensitif pada lesi yang subakut dan kronik seperti
perdarahan subdural dan sub arakhnoid.
Ultrasonografi digunakan untuk mendiagnosis adanya lesi viseral
Pemeriksaan kolposkopi untuk mengevaluasi anak yang mengalami penganiayaan seksual.

F. PENATALAKSANAAN

Pencegahan dan penanggulangan penganiayaan dan kekerasan pada anak adalah melalui:

v Pelayanan kesehatan
Pelayanan kesehatan dapat melakukan berbagai kegiatan dan program yang ditujukan pada
individu, keluarga, dan masyarakat.

a. Prevensi primer-tujuan: promosi orangtua dan keluarga sejahtera.


Individu

Pendidikan kehidupan keluarga di sekolah, tempat ibadah, dan masyarakat

Pendidikan pada anak tentang cara penyelesaian konflik


Pendidikan seksual pada remaja yang beresiko

Pendidikan perawatan bayi bagi remaja yang merawat bayi

Pelayanan referensi perawatan jiwa

Pelatihan bagi tenaga profesional untuk deteksi dini perilaku kekerasan.

Keluarga

Kelas persiapan menjadi orangtua di RS, sekolah, institusi di masyarakat

Memfasilitasi jalinan kasih sayang pada orangtua baru

Rujuk orangtua baru pada perawat Puskesmas untuk tindak lanjut (follow up)

Pelayanan sosial untuk keluarga

Komunitas

Pendidikan kesehatan tentang kekerasan dalam keluarga

Mengurangi media yang berisi kekerasan

Mengembangkan pelayanan dukungan masyarakat, seperti: pelayanan krisis, tempat


penampungan anak/keluarga/usia lanjut/wanita yang dianiaya

Kontrol pemegang senjata api dan tajam

b. Prevensi sekunder-tujuan: diagnosa dan tindakan bagi keluarga yang stress


Individu

- Pengkajian yang lengkap pada tiap kejadian kekerasan pada keluarga pada tiap pelayanan
kesehatan

- Rencana penyelamatan diri bagi korban secara adekuat

- Pengetahuan tentang hukuman untuk meminta bantuan dan perlindungan

- Tempat perawatan atau Foster home untuk korban

Keluarga

- Pelayanan masyarakat untuk individu dan keluarga


- Rujuk pada kelompok pendukung di masyarakat (self-help-group). Misalnya: kelompok
pemerhati keluarga sejahtera

- Rujuk pada lembaga/institusi di masyarakat yang memberikan pelayanan pada korban

Komunitas

- Semua profesi kesehatan terampil memberikan pelayanan pada korban dengan standar prosedur
dalam menolong korban

- Unit gawat darurat dan unit pelayanan 24 jam memberi respon, melaporkan, pelayanan kasus,
koordinasi dengan penegak hukum/dinas sosial untuk pelayanan segera.

- Tim pemeriksa mayat akibat kecelakaan/cedera khususnya bayi dan anak.

- Peran serta pemerintah: polisi, pengadilan, dan pemerintah setempat

- Pendekatan epidemiologi untuk evaluasi

- Kontrol pemegang senjata api dan tajam

c. Prevensi tertier-tujuan: redukasi dan rehabilitasi keluarga dengan kekerasan


Individu

- Strategi pemulihan kekuatan dan percaya diri bagi korban

- Konseling profesional pada individu


Keluarga

- Reedukasi orangtua dalam pola asuh anak

- Konseling profesional bagi keluarga

- Self-help-group (kelompok peduli)


Komunitas

- Foster home, tempat perlindungan

- Peran serta pemerintah

- follow up pada kasus penganiayaan dan kekerasan

- Kontrol pemegang senjata api dan tajam


v Pendidikan

Sekolah mempunyai hak istimewa dalam mengajarkan bagian badan yang sangat pribadi, yaitu

penis, vagina, anus, mammae dalam pelajaran biologi. Perlu ditekankan bahwa bagian tersebut

sifatnya sangat pribadi dan harud dijaga agar tidak diganggu orang lain. Sekolah juga perlu

meningkatkan keamanan anak di sekolah. Sikap atau cara mendidik anak juga perlu diperhatikan

agar tidak terjadi aniaya emosional. Guru juga dapat membantu mendeteksi tanda-tanda aniaya

fisik dan pengabaian perawatan pada anak.

v Penegak hukum dan keamanan

Hendaknya UU no.4 thn 1979, tentang kesejahteraan anak cepat ditegakkan secara konsekuen.

Hal ini akan melindungi anak dari semua bentuk penganiayaan dan kekerasan. Bab II pasal 2

menyebutkan bahwa anak berhak atas perlindungan terhadap lingkungan hidup yang dapat

membahayakan atau menghambat pertumbuhan dan perkembangannya secara wajar.

v Media massa

Pemberitaan penganiayaan dan kekerasan pada anak hendaknya diikuti oleh artikel-artikel

pencegahan dan penanggulangannya. Dampak pada anak baik jangka pendek maupun jangka

panjang diberitakan agar program pencegahan lebih ditekankan.

G. ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
Fokus pengkajian secara keseluruhan untuk menegakkan diagnosa keperawatan berkaitan dengan
child abuse, antara lain:
Psikososial
1) Melalaikan diri (neglect), baju dan rambut kotor, bau
2) Gagal tumbuh dengan baik
3) Keterlambatan perkembangan tingkat kognitif, psikomotor, dan psikososial
4) With drawl (memisahkan diri) dari orang-orang dewasa
Muskuloskeletal
1) Fraktur
2) Dislokasi
3) Keseleo (sprain)
Genito Urinaria
1) Infeksi saluran kemih
2) Perdarahan per vagina
3) Luka pada vagina/penis
4) Nyeri waktu miksi
5) Laserasi pada organ genetalia eksternal, vagina, dan anus.
Integumen
1) Lesi sirkulasi (biasanya pada kasus luka bakar oleh karena rokok)
2) Luka bakar pada kulit, memar dan abrasi
3) Adanya tanda-tanda gigitan manusia yang tidak dapat dijelaskan
4) Bengkak.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Kerusakan pengasuhan b.d. usia muda terutama remaja, kurang pengetahuan mengenai
pemenuhan kesehatan anak dan ketidakadekuatan pengaturan perawatan anak.

b. Kapasitas adaptif: penurunan intracranial b.d cedera otak

c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan memasukkan,


mencerna, dan mengabsorpsi makanan karena faktor psikologis.

d. Resiko keterlambatan perkembangan b.d kerusakan tak akibat kekerasan.

3. Intervensi
Dx I: Kerusakan pengasuhan b.d. usia muda terutama remaja, kurang pengetahuan
mengenai pemenuhan kesehatan anak dan ketidakadekuatan pengaturan perawatan anak.
NOC: Setelah dilakukan asuhan keperawatan maka orangtua akan menujukan disiplin
yang konstruktif, mengidentifikasi cara yang efektif untuk mengungkapkan marah atau
frustasi yang tidak membahayakan anak, berpartisipasi aktif dalam konseling dan atau
kelas orangtua.
Intervensi:

- Dukung pengungkapan perasaan

- Bantu orangtua mengidentifikasi deficit atau perubahan menjadi orangtua

- Berikan kesempatan interaksi yang sering untuk orangtua atau anak

- Keterampilan model peran menjadi orangtua

Dx II: Kapasitas adaptif: penurunan intracranial b.d cedera otak


NOC: Setelah dilakukan asuhan keperawatan maka klien akan menunjukkan peningkatan
kapasitas adaptif intrakranial yang ditunjukkan dengan keseimbangan cairan, keseimbangan
elektrolit dan asam-basa. Status neurologis, dan status neurologis: kesadaran.

Intervensi:

- Pantau tekanan intrakranial dan tekanan perfusi serebral

- Pantau status neurologis pada interval yang teratur

- Perhatikan kejadian yang merangsang terjadinya perubahan pada gelombang TIK

- Tentukan data dasar tanda vital dan irama jantung dan pantau perubahan selama dan sesudah
aktivitas

- Ajarkan pada pemberi perawatan tentang tanda-tanda yang mengindikasikan peningkatan TIK
(misalnya: peningkatan aktivitas kejang)

- Ajarkan pada pemberi perawatan tentang situasi spesifik yang merangsang TIK pada klien
(misalnya: nyeri dan ansietas); diskusikan intervensi yang sesuai.

Dx III: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan


memasukkan, mencerna, dan mengabsorpsi makanan karena faktor psikologis.
NOC: Setelah dilakukan asuhan keperawatan maka klien akan menunjukkan status gizia; asupan
makanan, cairan, dan gizi, ditandai dengan indicator berikut (rentang nilai 1-5: tidak adekuat,
ringan, sedang, kuat, atau adekuat total).
Makanan oral, pemberian makanan lewat selang, atau nutrisi parenteral total.
Asupan cairan secara oral atau IV
Intervensi:

- Identifikasi faktor-faktor yang dapat berpengaruh terhadap hilangnya nafsu makan pasien

- Pantau nilai laboratorium, khususnya transferin, albumin dan elektrolit

- Pengelolaan nutrisi: ketahui makanan kesukaan klien, pantau kandungan nutrisi dan kalori pada
cetakan asupan, timbang klien pada interval yang tepat

- Ajarkan metode untuk perencanaan makanan

- Ajarkan klien/keluarga tentang makanan bergizi dan tidak mahal

- Pengelolaan nutrisi: berikan informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi dan bagaimana
memenuhinya.

DAFTAR PUSTAKA

Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC.

http://mercusuarku.wordpress.com/2008/08/10/perkembangan-manusia/
Situasi anak-anak Dunia, 1991. UNICEF
Adillah, Chairul. 1994. Penganiayaan Anak, Medika 3.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI DENGAN BBLR


LAPORAN PENDAHULUAN ASKEP BBLR DI SINI >>>
ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI P.R DENGAN BBLR
DI RUANG NEONATIE RSUP PROF. R. D KANDOU.MANADO

Tgl masuk RS : 22-01-2011 No. Medic Record : 034556


Tgl Pengkajian : 25-01-2011 Dx : BBLR

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Bayi
Nama Bayi : By. P.R
Jenis Kelamin : laki-laki
Tanggal lahir : 9-9-2010
BB/ PB : 1200 gr/ 45 cm.

2. Identitas orang tua


Nama ibu : Ny. O.R
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : SMP
Alamat :
Nama ayah : Tn. V.P
Pekerjaan : Buruh Bangunan
Pendidikan : SD

3. Riwayat Persalinan
1) ANC
By. P.R. merupakan anak pertama dari pasangan Tn. V. P dan Ny. O. R. Pada saat mengandung By
P.R. ibu selalu melakukan kontrol terhadap kehamilannya ke Bidan, dengan frekwensi 5 kali hingga
dilahirkan. Imunisasi saat kehamilan (TT) dua kali. Namun Ibu menderita Hipertensi selama mengandung
anaknya. Untuk mempertahankan kondisinya Ny. O.R secara teratur minum jamu yang dibeli di warung.
Keadaan ini hingga umur kehamilan cukup. Selama hamil ibu tidak punya masalah dengan nafsu makan.
HPHT :-
Riwayat persalinan :G1, P1, A0
Kenaikan BB selama kehamilan : 9 kg.
Komplikasi kehamilan : Jantung
Riwayat hospitalisasi : Ibu pernah dirawat karena penyakit
jantung.

2) Perinatal
By. P.R. dilahirkan di RSUP Prof Kandou pada umur kehamilan 35 36 Minggu. Bayi lahir spontan
dengan letak belakang kepala. Berat badan lahir 1.100 gr panjang 39 cm Lingkar kepala 26 cm dan
lingkar dada 24 cm. Saat persalinan bayi langsung menangis.
- Jenis persalinan : Spontan LBK
- Lama persalinan : 2 jam 15 menit
- Komplikasi persalinan : Resti karena penyakit jantung
- Ruptur perineum :Tidak ada
- Mekonium : Ada
- Lama kala II : 1 jam
- Cara persalinan : Spontan LBK
- APGAR skore : 8 - 10 .
- Tempat melahirkan : BLU RSU Prof Dr. R. D. Kandou Manado

3) Post natal
Sejak lahir bayi dirawat di inkubator dan samapi saat ini diberikan PASI melalui NGT. Tidak diberikan
ASI. K U bayi cukup baik, aktif (+), refleks moro (+), refleks menghisap (-), menggengam (-), menangis
lemah.

B. OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK (PENGKAJIAN PERSISTEM).


Keadaan Umum:
Anak tampak lemah, kuning dan kurus. Kesadaran baik, BB : 1.2 kg, PB : 39 cm, LK : 24 cm, LD : 26 cm.
Gambaran wajah : Simetris
1) Mata : Bersih
2) THT : Normal
Kepala
Kepala/ leher :
a. Fontanel anterior : Tegak datar
b. Sutura sagitalis : Tepat
Sistem Pernafasan
Tidak tampak kelainan pada bentuk dan fungsi hidung, kontraksi dada simetris tidak terlihat retraksi.
RR : 130 X/menit, Wh -/-, Rh -/-, Rales -/-,. Batuk tidak ada. Pilek tidak ada.
Paru-paru
a. suara nafas : Vesikuler
b. buny nafas : Terdengar disemua lapang paru.
c. respirasi : 44X/ menit

Sistem Kardiovaskuler
S : 36, 5 oC, nadi : 128 X/mnt, akral hangat, kapilari refill 2-3 dt, konjunctiva anemis, S1 dan S2 normal
tubuh tampak lemah dan kuning.
Sistem Persyarafan
Bayi tidak punya riwayat kejang. Tidak ditemukan kelainan pada fungsi susunan saraf pusat maupun
perifer termasuk terhadap fungsi saraf kranialis serta ektremitas.
Sistem Urogenital
Tidak ada tanda-tanda gatal, panas ataupun nyeri pada genital maupun simpisis, tidak ada perubahan
pola kencing. Kencing warna kuning bening. Jumlah kencing tidak ditampung karena menggunakan
pampers.
Tidak ditemukan kelainan pada bentuk dan ukuran genital. Genital bersih.
Sistem Pencernaan
Gaster terdengan suara agak redup, BAB + warna kuning kecoklatan dan lembek 1 kali sehari, peristaltik
normal. Tidak ditemukan kelainan pada anus. Tidak ditemukan pembesaran kelenjar limfe. Anus ada.
Sistem Muskuloskeletal
Tidak ditemukan gangguan dalam bentuk maupun fungsi dari ekstremitas atas dan bawah, tulang intak.
Sistem integumen
Rambut kusam dan jarang. Kulit tampak kuning dan kusam. Turgor baik, iritasi serta peradangan tidak
ada. Gatal-gatal tidak ada.
Sistem endokrin
Tidak ditemukan keluhan khusus. Tidak ditemukan pembesaran kelenjar tyroid. Belum dilakukan
pemeriksaan laboratorium yang menunjang tumbuh kembang anak seperti GH, insulin, Tyroid.
Psikososial
Anak menagis jika didekati oleh petugas kesehatan, anak lebih suka diam dan tiduran. Komunikasi
kurang, anak tampak lesu dan kurang bergairah.

C. DIAGNOSTIC TEST
Darah lengkap tanggal : 23 Januari 2011
- Hb : 15,0 mg/dl (L 13,5 18,0 P 11,5 16,0 mg/dl)
- Leukosit : 18.000 /uL (4000 11.000).
Darah lengkap tanggal : 25 Februari 2011
Faal Hati
0,25 mg/dl)- Bilirubin Direk : 1.04 mg/dl (
1,00 mg/dl)- Bilirubin Total : 13.43 mg/dl (

B. ANALISA DATA
Data yang menunjang Kemungkinan Penyebab Masalah/ diagnosa
DS :
DO :Keadaan umum lemah, reflek menghisap lemah, masih terdapat retensi pada sonde -
Reflek menghisap lemah Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi.
DS :
DO : keadaan umum lemah, ikterus. Data yang menunjang : Bilirubun total : 13.43
Bilirubin direck : 1.04 Ensim hati belum matur, dan bilirubin tidak terkonjungasi secara efektif. Efek
foto terapi. Gangguan integritas kulit
DS :
DO :Akral dingin, cyanosis pada ekstremmitas, keadaan umum lemah, suhu tubuh
dibawah normal lapisan lemak dalam kulit tipis Resiko terjadinya hipotermia
DS :
DO : tali pusat layu, ada tanda-tanda infeksi, abnormal kadar leukosit, kulit kuning, - Sistem Imunitas
yang belum sempurna
- Tindakan invasif Resiko terjadinya infeksi

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada neonatus dengan BBLR antara lain:
1. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi sehubungan dengan reflek menghisap lemah.
2. Gangguan integritas kulit b/d hiperbilirubinemia dan efek foto terapi
3. Resiko terjadinya hipotermia b/d lapisan lemak kulit yang tipis
4. Resiko terjadinya infeksi b/d tindakan invasif

D. PERUMUSAN DIAGNOSA BERDASARKAN NANDA, NIC, NOC.


1) Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi sehubungan dengan reflek menghisap lemah.
NANDA (Imbanlanced nutrition : more than body requirements, 1975, 2000)
Domain : 2- Nutrisi
Kelas : 1-Ingesti
Diagnosis : Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
Pengertian : Intake nutrisi tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolic.
Batasan karakteristik :
1. Berat badan dibawah ideal lebih dari 20%
2. Melaporkan intake makanan kurang dari kebutuhan yang dianjurkan
3. Lemah otot untuk mengisap menelan atau mengunyah
4. Melaporkan kurang makan
5. Penurunan berat badan dengan intake makanan adekuat
6. Kurang informasi

A. Nursing outcome (NOC) :


A. Status nutrisi (1004)
Domain : Physiologic health (II)
Class : Nutrition (K)
Scale : Extremely compromised to not compromised
(a)
Indikasi :
100401 : Intake nutrisi
100402 : Intake makanan dan minuman
100403 : Energy
100404 : Massa tubuh
100405 : Berat

B. Status nutrisi : Intake makanan dan minuman (1008)


Domain : Physiologic (II)
Class : Nutrition (K)
Scale : Not adequate to totallyadequate (f)
Indikasi :
100801 : Masukan makanan lewat mulut
100802 : Masukan makanan lewat slang
100803 : Masukan cairan lewat mulut
100804 : Masukan cairan
100805 : Masukan TPN

C. Status nutrisi : Intake nutrisi (1009)


Domain : Physiologic (II)
Class : Nutrition (K)
Scale : Not adequate to totallyadequate (f)
Indikasi :
100901 : Intake kalori
100902 : Intake protein
100903 : Intake lemak
100905 : Intake vitamin
100906 : Intake mineral
100907 : Intake zat besi
100908 : Intake kalsium

D. Control Berat Badan


Domain : Health knowledge and behavior (IV)
Class : Health behavior
Scale : Never demonstrated to consistenly
demonstrated
Indikasi :
161201 : Memantau berat badan
161202 : Mempertahankan intake kalori tiap hari
161203 : Menyeimbangi latihan dengan masukan kalori
161204 : Memilih nutrisi
161205 : Menggunakan suplemen nutrisi bila perlu
161206 : Makan pada saat lapar

B. NURSING INTERVENTION (NIC)


1) Pengaturan nutrisi (1100)
a. Meningkatkan (kolaborasi dengan ahli gizi/diet) jumlah kalori dan jenis nutrisi yang diperlukan
b. Menganjurkan pemasukan nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan tubuh
c. Menganjurkan peningkatan masukan zat besi
d. Menganjurkan peningkatan intake protein dan Vit C
e. Menyediakan makanan TKTP
2) Pengkajian berat badan (1240)
a. Memantau adanya Nausea dan muntah
b. Memantau asupan kalori harian
c. Mamantau albumin limfosit dan tingkat elektrolit
d. Menyiapkan perawatan mulut sebelum makan
e. Memastikan bahwa klien dalam posisi duduk sebelum makan
f. Menyediakan makanan yang sesuai untuk klien
g. Menciptakan lingkungan yang nyaman pada saat makan

2) Gangguan integritas kulit b/d hiperbilirubinemia dan efek foto terapi


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan integritas
klien kembali normal.
NOC I : Tissue Integrity : Skin and Mucous Membranes
Kriteria Hasil :
a. Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan.
b. Tidak ada luka / lesi pada kulit.
c. Perfusi jaringan baik.
d. Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya cedera berulang.
e. Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan alami.
Indicator skala :
1 : Tidak pernah menunjukkan.
2 : Jarang menunjukkan
3 : Kadang menunjukkan
4 : Sering menunjukkan
5 : Selalu menunjukkan

NOC II :
Kriteria Hasil :
a. Penyatuan kulit.
b. Resolusi drainase dari luka/drain.
c. Resolusi pada daerah sekitar eritema kulit.
d. Resolusi dari bau luka.
Indicator skala :
1 : Tidak pernah menunjukkan.
2 : Jarang menunjukkan
3 : Kadang menunjukkan
4 : Sering menunjukkan
5 : Selalu menunjukkan

NIC I :
Intervensi :
a. Pengumpulan dan analisa data pasien untuk mempertahankan integritas membran mukosa dan
kulit.
b. Pembersihan, pemantauan dan peningkatan proses inkubasi
c. Inspeksi adanya kemerahan, pembengkakan, tanda-tanda defisiensi/ efisiensi.
d. Ajarkan anggota keluarga atau pemberi asuhan tentang tanda kerusakan kulit jika diperlukan.

3) Risiko Penurunan Suhu Tubuh berhubungan dengan lapisan Kulit yang Masih Tipis
NANDA : Hypotermia (1986, 1988)
Pengertian : temperatur suhu dibawah rentang normal.
Batasan karateristik :
Penurunan suhu tubuh dibawah rentang normal.
Pucat
Kulit dingin
Kuku sianosis.
COC : Thermoregulasi : Neonatie
NOC : Thermoregulasi : neonatie (0801)
Domain : Physiologic- Health (II)
Class : Metabolic Regulation (I)
Scale : Extremely compromised to note compromised (a)
Indicator :
080101 Suhu tubuh dalam rentang normal
080102 Nadi dan RR dam rentang normal
080102 Tidak me nunjukan distress pernapasan
080103 Tidak menunjukan kegelisahan.
NIC :
a) Observasi tanda-tanda vital
b) Berikan penjelasan kedada pasien / keluarga untuk mengatasi demam
c) Letakkan bayi terlentang diatas pemancar panas (infant warmer
d) Singkirkan kain yang sudah dipakai untuk mengeringkan tubuh, letakkan bayi diatas tubuh, letakkan
bayi diatas handuk / kain yang kering dan hangat.
e) Observasi suhu bayi tiap 6 jam.
f) Kolaborasi dengan team medis untuk pemberian Infus Glukosa 5% bila ASI tidak mungkin diberikan.

4) Resiko terjadinya infeksi b/d tindakan infasive dan tubuh masih lemah
a. NANDA (Risk For Infection/1986)
Pengertian : peningkatan risiko utuk terinvasi oleh organisme pathogen
Factor Risiko :
o Prosedur invasive
o Tidak cukup pengetahuan dalam menghindari papran pathogen
o Destruksi jaringan dan peningkatan paparan lingkungan
o Rupture membrane amniotic
o Agen parmasetikal (misalnya imunosupresan)
o Malnutrisi
o Peningkatan paparan lingkungan terhadap pathogen
o Imunitas didapat tidak adekuat

b. NOC : Immobility Concequences : Physiological (0204)


Domain : Functional health (I)
Class : Mobility (C)
Scale : severe to none (n)
Indikator
020404. Penurunan status nutrisi
020405. Usus yang kurang aktif
020410. Infeksi saluran kemih
020411 Penurunan kekuatan otot

c. NIC : Infection Control (6540)


Aktivitas :
o Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan perawatan
o Mengajarkan klien (Ibu bayi) teknik mencuci tangan
o Menggunakan sabun anti mikrobakteri bila mencuci tangan
o Menggunakan sarung tangan steril
o Menginstruksikan kepada pengunjung untuk mencuci tangan saat masuk dan keluar dari ruangan
klien
o Menyendirikan klien yang terinfeksi

B. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Catatan Perkembangan

Hari/tgl/
IMPLEMENTASI EVALUASI
Jam

Rabu, 25- tanda vital di observasi tiap 2


11-2011 jam.

Jam N: 136 x/menit, R: 46x/menit


monitor tanda-tanda vital
09.00 SB: 36.5 oC
o memonitor BB
10.15. BB : 1100 gr.
o memberi PASI melalui NGT
11.00 PASI diberikan 12 X 10 cc
o monitor muntah
12.30 Muntah (-)
o monitor BAB/ BAK
BAB (+), BAK (+)
o memberikan kehangatan
12.45 Rawat inkubator
o menganti pakain bayi yang basah

Pakaian kering & bersih


o merawat tali pusat.

Tali pusat belum kering


Obs. TTV setiap 2 jam.

Kamis 26- N: 148 x/menit, R: 52x/menit


11-2011
Monitor tanda-tanda vital SB: 36.4 oC
jam
o memonitor BB BB : 1150 gr
10.00
o memberi PASI melalui NGT Muntah (-)
10.15
o monitor muntah PASI diberikan 12 X 15 cc
11.00
o monitor BAB/ BAK BAB (+), BAK (-)
12.30
o memberikan kehangatan Tali pusat belumkering

o menganti pakain bayi yang basah Rawat inkubator


12.50
o merawat tali pusat. Pakaian kering dan bersih

Obs. TTV setiap 2 jam.


Jumat 26-
Monitor tanda-tanda vital N: 148 x/menit, R: 52x/menit
11-2011

o memonitor BB SB: 36.4 oC


jam

o memberi PASI melalui NGT BB : 1150 gr


08.30

o monitor muntah Muntah (-)


09.00

o periksa lab : PASI diberikan 12 X 15 cc


10.00

o kolaborasi dengan dokter Hasil lab :


11.30

o monitor BAB/ BAK Bilirubin total : 13.49


11.45

12.00 o memberikan kehangatan Bilirubuin direck : 1.01


o menganti pakain bayi yang basah BAB (+), BAK (-)

Tali pusat belumkering

Rawat inkubator

Pakaian kering dan bersih

E. EVALUASI

Tgl/jam DIAGNOSA S O A P

27 1. Gangguan S: tidak O A: Masalah P:


Novemb Pemenuhan dikaji. belum Rencana
-PASI diberikan
er 2011 kebutuhan nutrisi teratasi inter-
personde 25-30
jam B/D reflek seluruh-nya. vensi
cc + extra via
13.00 menghisap lemah. tetap
spuit.
dite-
-Reflek menghi- ruskan.
sap mulai kuat.
2. Resiko
terjadinya infeksi
b/d tali pusat yang
O:
28 belum kering dan
novemb tubuh masih -Tubuh klien
S: tidak A: Masalah
er 2011 lemah. terlihat kuning.
dikaji. belum
P:
jam -tali pusat sudah teratasi.
Rencana
13.00 mulai tampak
inter-
kering
vensi
-Suhu= 37oC, HR= tetap
144x/ mnt, RR= dite-
40 x/mnt. ruskan.
3. Resiko
terjadinya -Leukosit= 6600.
hipotermia b/d
lapisan lemak kulit
yang tipis O:

29 Klien tetap
Novemb hangat, suhu=
er 2011 36,7oC. A: Masalah
S: tidak
4. Gangguan teratasi
jam dikaji. Akral hangat
integritas kulit b/d sebagian.
13.00
hiperbilirubinemia .
dan efek foto
O: P:
terapi
Teruska
-Kulit masih
n ren-
29 tampak kuning
cana
Novemb pucat A: Masalah
interven
er 2011 teratasi
- Popok/pakaian
jam S: tidak selalu diganti. sebagian. si
13.00 dikaji.

P:
Rencana
inter-
vensi
tetap di
teruska
n.

BAB IV

PEMBAHASAN

Bab ini akan disajikan tentang kesenjangan antara bab 2 dan bab 3, dengan prinsip pendekatan proses
perawatan antara lain:

Pengkajian
Pada bab tinjauan teori penkajian ditekankan pada adanya perubahan suhu, nutrisi, interitas kulit, dan
risiko infeksi. Sedangkan pada tinjauan kasus pengkajian yang didapat adalah adanya perubahan resiko
perubahan suhu, kurangnya kebutuhan nutrisi, infeksi dan keadaan integritas kulit.

Diagnosa Keperawatan

Pada tinjauan teori di dapatkan enam diagnosa keperawatan yakni :gangguan pertukaran gas, gangguan
pemenuhan nutrisi, resiko terjadi hipoglikemia, resiko terjadi hipotermia, resiko terjadi infeksi dan
gangguan hubungan interpersonal antara ibu dan bayi. Sedangkan pada kasus nyata penyusun hanya
mendapatkan 4 diagnosa dari klien yakni : gangguan nutrisi, gangguan integritas kulit, resiko hipotermia,
dan resiko terjadi infeksi.

Rencana Keperawatan

Pada tinjauan teori rencana keperawatan ditekankan pada nutrisi , termoregulator / lingkungan yang
nyaman, dan pelasanaan tindakan septik dan aseptik. Pada tinjauan kasus rencana keperawatan juga
ditekankan pada hal tersebut di atas.

Tindakan Keperawatan

Seperti halnya dengan intervensi yang direncanakan pada tinjauan teori, tindakan keperawatan yang
dilakukan baik dalan tinjauan teori dan tinjauan kasus adalah nutrisi , termoregulator / lingkungan yang
nyaman, dan pelasanaan tindakan septik dan aseptik.

Evaluasi Keperawatan
Evaluasi pada tinjauan kasus ditekankan pada tiap tiap diagnosa sehingga dapat mencapai tujuan yang
diharapkan yangtercantum pada tujuan rencana keperawatan. Memang pencapaian tujuan pada bayi
dengan BBLR ini harus benar- benar prosedural .
Asuhan Keperawatan Atresia Anii Aplikasi NIC, NOC, NANDA
Erfan Syah | Rabu, 21 November 2012 | 0 komentar

Asuhan Keperawatan Atresia Anii Aplikasi NIC, NOC, NANDA

A. Masalah yang lazim muncul pada klien

1. Cemas b/d pembedahan dan mempunyai anak yang tidak sempurna

2. Inkontinensia Bowel b/d struktur anus yang tidak komplit

3. Kerusakan integritas kulit b/d kolostomi

4. Kurang pengetahuan b/d perawatan di rumah dan pembedahan

5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidakmampuan mencerna


makanan

6. Resiko infeksi b/d pembedahan

7. Resiko defisit volume cairan b/d pengurangan intake cairan

B. Discharge Planning
v Berikan puian saat melakukan perawatan dan jawab pertanyaan secara jujur apa yang
dibutuhkan keluarga

v Ajarkan mengenai tanda dan gejala infeksi (demam, kemerahan di daerah luka, terasa panas)

v Ajarkan bagaimana menganai pengamanan pada bayi dan melakukan dilatasi anal

v Berikan instruksi secara tertulis dan verbal tentang alat alat yang dibutuhkan untu perawatan
di rumah

v Tekankan tetap mengadakan stimulasi pada bayi untuk mensupport tumbuh kembang
No Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

1 Cemas b/d pembedahan NOC : NIC :


dan mempunyai anak yang
tidak sempurna v Anxiety control Anxiety Reduction (penurunan
kecemasan)
v Coping
Gunakan pendekatan yang
Definisi : v Impulse control menenangkan

Perasaan gelisah yang tak Kriteria Hasil : Nyatakan dengan jelas


jelas dari ketidaknyamanan harapan terhadap pelaku pasien
v Klien mampu
atau ketakutan yang
mengidentifikasi dan Jelaskan semua prosedur
disertai respon autonom
mengungkapkan gejala dan apa yang dirasakan selama
(sumner tidak spesifik atau
cemas prosedur
tidak diketahui oleh
individu); perasaan v Mengidentifikasi, Pahami prespektif pasien
keprihatinan disebabkan mengungkapkan dan terhdap situasi stres
dari antisipasi terhadap menunjukkan tehnik
bahaya. Sinyal ini untuk mengontol cemas Temani pasien untuk
merupakan peringatan memberikan keamanan dan
adanya ancaman yang akan v Vital sign dalam batas mengurangi takut
datang dan memungkinkan normal
individu untuk mengambil Berikan informasi faktual
v Postur tubuh, ekspresi mengenai diagnosis, tindakan
langkah untuk menyetujui
wajah, bahasa tubuh dan prognosis
terhadap tindakan
tingkat aktivitas
Ditandai dengan menunjukkan Dorong keluarga untuk
berkurangnya kecemasan menemani anak
- Gelisah
Lakukan back / neck rub
- Insomnia
Dengarkan dengan penuh
- Resah perhatian

- Ketakutan Identifikasi tingkat


kecemasan
- Sedih
Bantu pasien mengenal
- Fokus pada diri situasi yang menimbulkan
- Kekhawatiran kecemasan

- Cemas Dorong pasien untuk


mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
Instruksikan pasien
menggunakan teknik relaksasi

Barikan obat untuk


mengurangi kecemasan

2 Inkontinensia Bowel b/d NOC: NIC :


struktur anus yang tidak
komplit v Bowel Continence Bowel Inkontinence care

v Bowel Elimination v Perkirakan penyebab fisik dan


psikologi dari inkontimemsia
Kriteria Hasil : fekal
v BAB teratur, mulai dari v Jelaskan penyebab masalah
setiap hari sampai 3-5 dan rasional dari tindakan
hari
v Jelaskan tujuan dari
v Defekasi lunak, feses managemen bowel pada
berbentuk pasien/keluarga
v Penurunan insiden v Diskusikan prosedur dan
inkontinensia usus criteria hasil yang diharapkan
bersama pasien

v Instruksikan pasien/keluarga
untuk mencatat keluaran feses

v Cuci area perianal


dengansabun dan air
lalukeringkan

v Jaga kebersihan baju dan


tempat tidur

v Lakukan program latihan BAB

v Monitor efek samping


pengobatan.

Bowel Training

v Rencanakan program BAB


dengan pasien dan pasien yang
lain

v Konsul ke dokter jika pasien


memerlukan suppositoria

v Ajarkan ke pasien/keluarga
tentang prinsip latihan BAB

v Anjurkan pasien untuk cukup


minum

v Dorong pasien untuk cukup


latihan

v Jaga privasi klien

v Kolaborasi pemberian
suppositoria jika
memungkinkan

v Evaluasi status BAB secara


rutin

v Modifikasi program BAB jika


diperlukan

3 Kerusakan integritas kulit NOC : Tissue Integrity : NIC : Pressure Management


b/d kolostomi Skin and Mucous
Membranes Anjurkan pasien
untuk menggunakan
Kriteria Hasil : pakaian yang longgar
Definisi : Perubahan pada Hindari kerutan
epidermis dan dermis v Integritas kulit yang padaa tempat tidur
baik bisa dipertahankan Jaga kebersihan
(sensasi, elastisitas, kulit agar tetap bersih
temperatur, hidrasi, dan kering
Batasan karakteristik : Mobilisasi pasien
pigmentasi)
(ubah posisi pasien)
- Gangguan pada setiap dua jam sekali
v Tidak ada luka/lesi
bagian tubuh Monitor kulit
pada kulit akan adanya kemerahan
- Kerusakan lapisa Oleskan lotion
kulit (dermis) v Perfusi jaringan baik atau minyak/baby oil
pada derah yang
v Menunjukkan
- Gangguan tertekan
pemahaman dalam Monitor aktivitas
permukaan kulit
proses perbaikan kulit dan mobilisasi pasien
(epidermis) dan mencegah terjadinya Monitor status
sedera berulang nutrisi pasien
Faktor yang berhubungan : pasien dengan
v Mampu melindungi sabun dan air hangat
Eksternal : kulit dan
mempertahankan
- Hipertermia atau
kelembaban kulit dan
hipotermia
perawatan alami
- Substansi kimia

- Kelembaban udara

- Faktor mekanik
(misalnya : alat yang dapat
menimbulkan luka,
tekanan, restraint)

- Immobilitas fisik

- Radiasi

- Usia yang ekstrim

- Kelembaban kulit

- Obat-obatan

Internal :

- Perubahan status
metabolik

- Tulang menonjol

- Defisit imunologi

- Faktor yang
berhubungan dengan
perkembangan

- Perubahan sensasi

- Perubahan status
nutrisi (obesitas,
kekurusan)

- Perubahan status
cairan

- Perubahan
pigmentasi

- Perubahan sirkulasi

Perubahan turgor
(elastisitas kulit)

4 Kurang pengetahuan b/d NOC : NIC :


perawatan di rumah dan
pembedahan. v Kowlwdge : disease Teaching : disease Process
process
v Berikan penilaian tentang
v Kowledge : health tingkat pengetahuan pasien
Definisi : Behavior tentang proses penyakit yang
spesifik
Tidak adanya atau Kriteria Hasil :
kurangnya informasi v Jelaskan patofisiologi dari
kognitif sehubungan v Pasien dan keluarga penyakit dan bagaimana hal ini
dengan topic spesifik. menyatakan pemahaman berhubungan dengan anatomi
tentang penyakit, dan fisiologi, dengan cara yang
kondisi, prognosis dan tepat.
program pengobatan
Batasan karakteristik : v Gambarkan tanda dan gejala
memverbalisasikan adanya v Pasien dan keluarga yang biasa muncul pada
masalah, ketidakakuratan mampu melaksanakan penyakit, dengan cara yang
mengikuti instruksi, prosedur yang dijelaskan tepat
perilaku tidak sesuai. secara benar
v Gambarkan proses penyakit,
v Pasien dan keluarga dengan cara yang tepat
mampu menjelaskan
Faktor yang berhubungan : kembali apa yang v identifikasi kemungkinan
keterbatasan kognitif, dijelaskan perawat/tim penyebab, dengna cara yang
interpretasi terhadap kesehatan lainnya tepat
informasi yang salah,
kurangnya keinginan untuk v Sediakan informasi pada
mencari informasi, tidak pasien tentang kondisi, dengan
mengetahui sumber- cara yang tepat
sumber informasi.
v Hindari jaminan yang kosong

v Sediakan bagi keluarga atau


SO informasi tentang kemajuan
pasien dengan cara yang tepat

v Diskusikan perubahan gaya


hidup yang mungkin diperlukan
untuk mencegah komplikasi di
masa yang akan datang dan atau
proses pengontrolan penyakit

v Diskusikan pilihan terapi atau


penanganan

v Dukung pasien untuk


mengeksplorasi atau
mendapatkan second opinion
dengan cara yang tepat atau
diindikasikan

v Eksplorasi kemungkinan
sumber atau dukungan, dengan
cara yang tepat

v Rujuk pasien pada grup atau


agensi di komunitas lokal,
dengan cara yang tepat

v Instruksikan pasien mengenai


tanda dan gejala untuk
melaporkan pada pemberi
perawatan kesehatan, dengan
cara yang tepat.

5 Ketidakseimbangan nutrisi NOC : Nutrition Management


kurang dari kebutuhan
tubuh b/d v Nutritional Status : Kaji adanya alergi makanan
ketidakmampuan mencerna food and Fluid Intake
Kolaborasi dengan ahli gizi
makanan Kriteria Hasil : untuk menentukan jumlah
kalori dan nutrisi yang
v Adanya peningkatan dibutuhkan pasien.
Definisi : Intake nutrisi berat badan sesuai
tidak cukup untuk dengan tujuan Anjurkan pasien untuk
keperluan metabolisme meningkatkan intake Fe
v Berat badan ideal
tubuh.
sesuai dengan tinggi Anjurkan pasien untuk
badan meningkatkan protein dan
vitamin C
Batasan karakteristik : v Mampu
mengidentifikasi
- Berat badan 20 % atau kebutuhan nutrisi Berikan substansi gula
lebih di bawah ideal
v Tidak ada tanda tanda Yakinkan diet yang dimakan
- Dilaporkan adanya malnutrisi mengandung tinggi serat untuk
intake makanan yang mencegah konstipasi
kurang dari RDA v Tidak terjadi
(Recomended Daily penurunan berat badan Berikan makanan yang
Allowance) yang berarti terpilih ( sudah dikonsultasikan
dengan ahli gizi)
- Membran mukosa dan
konjungtiva pucat Ajarkan pasien bagaimana
membuat catatan makanan
- Kelemahan otot yang harian.
digunakan untuk
menelan/mengunyah Monitor jumlah nutrisi dan
kandungan kalori
- Luka, inflamasi pada
rongga mulut Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi
- Mudah merasa kenyang,
sesaat setelah mengunyah Kaji kemampuan pasien
makanan untuk mendapatkan nutrisi
yang dibutuhkan
- Dilaporkan atau fakta
adanya kekurangan
makanan
Nutrition Monitoring
- Dilaporkan adanya
BB pasien dalam batas
perubahan sensasi rasa
normal
- Perasaan
Monitor adanya penurunan
ketidakmampuan untuk
berat badan
mengunyah makanan
Monitor tipe dan jumlah
- Miskonsepsi
aktivitas yang biasa dilakukan
- Kehilangan BB dengan
Monitor interaksi anak atau
makanan cukup
orangtua selama makan
- Keengganan untuk
Monitor lingkungan selama
makan makan
- Kram pada abdomen
Jadwalkan pengobatan dan
- Tonus otot jelek tindakan tidak selama jam
makan
- Nyeri abdominal dengan
atau tanpa patologi Monitor kulit kering dan
- Kurang berminat perubahan pigmentasi
terhadap makanan
Monitor turgor kulit
- Pembuluh darah kapiler
mulai rapuh Monitor kekeringan, rambut
kusam, dan mudah patah
- Diare dan atau
steatorrhea Monitor mual dan muntah

- Kehilangan rambut yang Monitor kadar albumin, total


cukup banyak (rontok) protein, Hb, dan kadar Ht

- Suara usus hiperaktif Monitor makanan kesukaan

- Kurangnya informasi, Monitor pertumbuhan dan


misinformasi perkembangan

Monitor pucat, kemerahan,


dan kekeringan jaringan
Faktor-faktor yang konjungtiva
berhubungan :
Monitor kalori dan intake
Ketidakmampuan nuntrisi
pemasukan atau mencerna
makanan atau Catat adanya edema,
mengabsorpsi zat-zat gizi hiperemik, hipertonik papila
berhubungan dengan faktor lidah dan cavitas oral.
biologis, psikologis atau
Catat jika lidah berwarna
ekonomi. magenta, scarlet

6 Resiko infeksi b/d NOC : NIC :


pembedahan
v Immune Status Infection Control (Kontrol
infeksi)
v Knowledge : Infection
Definisi : Peningkatan control Bersihkan lingkungan
resiko masuknya organisme setelah dipakai pasien lain
patogen v Risk control
Pertahankan teknik isolasi
Kriteria Hasil :
Batasi pengunjung bila
Faktor-faktor resiko : v Klien bebas dari tanda perlu
dan gejala infeksi
- Prosedur Infasif Instruksikan pada
v Mendeskripsikan pengunjung untuk mencuci
- Ketidakcukupan proses penularan tangan saat berkunjung dan
pengetahuan untuk penyakit, factor yang
menghindari paparan mempengaruhi setelah berkunjung
patogen penularan serta meninggalkan pasien
penatalaksanaannya,
- Trauma Gunakan sabun
v Menunjukkan antimikrobia untuk cuci tangan
- Kerusakan jaringan kemampuan untuk
dan peningkatan paparan mencegah timbulnya Cuci tangan setiap
lingkungan infeksi sebelum dan sesudah tindakan
kperawtan
- Ruptur membran v Jumlah leukosit dalam
amnion batas normal Gunakan baju, sarung
tangan sebagai alat pelindung
- Agen farmasi v Menunjukkan perilaku
(imunosupresan) hidup sehat Pertahankan lingkungan
aseptik selama pemasangan alat
- Malnutrisi
Ganti letak IV perifer dan
- Peningkatan paparan line central dan dressing sesuai
lingkungan patogen dengan petunjuk umum
- Imonusupresi Gunakan kateter
intermiten untuk menurunkan
- Ketidakadekuatan
infeksi kandung kencing
imum buatan
Tingktkan intake nutrisi
- Tidak adekuat
pertahanan sekunder Berikan terapi antibiotik
(penurunan Hb, bila perlu
Leukopenia, penekanan
respon inflamasi)

- Tidak adekuat Infection Protection


pertahanan tubuh primer (proteksi terhadap infeksi)
(kulit tidak utuh, trauma
jaringan, penurunan kerja Monitor tanda dan gejala
silia, cairan tubuh statis, infeksi sistemik dan lokal
perubahan sekresi pH,
Monitor hitung granulosit,
perubahan peristaltik)
WBC
- Penyakit kronik Monitor kerentanan
terhadap infeksi

Batasi pengunjung

Saring pengunjung
terhadap penyakit menular

Partahankan teknik
aspesis pada pasien yang
beresiko

Pertahankan teknik isolasi


k/p

Berikan perawatan kuliat


pada area epidema

Inspeksi kulit dan


membran mukosa terhadap
kemerahan, panas, drainase

Ispeksi kondisi luka /


insisi bedah

Dorong masukkan nutrisi


yang cukup

Dorong masukan cairan

Dorong istirahat

Instruksikan pasien untuk


minum antibiotik sesuai resep

Ajarkan pasien dan


keluarga tanda dan gejala
infeksi

Ajarkan cara menghindari


infeksi

Laporkan kecurigaan
infeksi

Laporkan kultur positif

7 Resiko defisit volume NOC:


cairan b/d pengurangan
intake cairan v Fluid balance Fluid management

v Hydration Timbang popok/pembalut


jika diperlukan
Definisi : Penurunan cairan v Nutritional Status :
intravaskuler, interstisial, Food and Fluid Intake Pertahankan catatan
dan/atau intrasellular. Ini intake dan output yang akurat
mengarah ke dehidrasi, Kriteria Hasil : Monitor status hidrasi (
kehilangan cairan dengan kelembaban membran mukosa,
pengeluaran sodium v Mempertahankan nadi adekuat, tekanan darah
urine output sesuai ortostatik ), jika diperlukan
dengan usia dan BB, BJ
urine normal, HT normal Monitor vital sign
Batasan Karakteristik :
v Tekanan darah, nadi, Monitor masukan
- Kelemahan suhu tubuh dalam batas makanan / cairan dan hitung
normal intake kalori harian
- Haus
v Tidak ada tanda tanda Kolaborasi pemberian
- Penurunan turgor
dehidrasi, Elastisitas cairan IV
kulit/lidah
turgor kulit baik,
- Membran mukosa/kulit membran mukosa Monitor status nutrisi
kering lembab, tidak ada rasa
Kolaborasikan pemberian
haus yang berlebihan
- Peningkatan denyut cairan
nadi, penurunan tekanan Berikan cairan IV pada
darah, penurunan suhu ruangan
volume/tekanan nadi
Dorong masukan oral
- Pengisian vena menurun
Berikan penggantian
- Perubahan status mental nesogatrik sesuai output
- Konsentrasi urine Dorong keluarga untuk
meningkat membantu pasien makan
- Temperatur tubuh Tawarkan snack ( jus
meningkat buah, buah segar )
- Hematokrit meninggi Kolaborasi dokter jika
tanda cairan berlebih muncul
- Kehilangan berat badan
seketika (kecuali pada third meburuk
spacing) Atur kemungkinan
Faktor-faktor yang tranfusi
berhubungan: Persiapan untuk tranfusi
- Kehilangan volume
cairan secara aktif

- Kegagalan mekanisme
pengaturan
Label: Serba Serbi Asuhan Keperawatan Keperawatan Anak, Nanda NIC NOC, Standar Operasional
Prosedur KMB

Kirimkan Ini lewat Email


TUMBUH KEMBANG BAHASA PADA ANAK

Diposkan oleh Rizki Kurniadi

A. Pengertian Gangguan Bahasa

Menurut Soetjiningsih (1995) gangguan bahasa merupakan keterlambatan dalam sektor bahasa yang dialami oleh
seorang anak. Kemampuan berbahasa merupakan suatu indikator seluruh perkembangan anak. Jika seorang anak
tidak mampu berbicara maka dapat menimbulkan kesulitan dalam berkomunikasi dan mengungkapkan perasaannya
kelak. Dalam artikel Frequently Asked Question, Jeniffer Fusco (2002) mengungkapkan bahwa gangguan bahasa
merupakan suatu keterlambatan dalam berbahasa ataupun bicara dimana jika dilakukan penanganan dini akan
sangat menolong anak dalam masalah bahasa.

B. Etiologi

Penyebab kelainan berbahasa bermacam-macam yang melibatkan berbagai faktor yang


dapat saling mempengaruhi, antara lain kemampuan lingkungan, pendengaran, kognitif,
fungsi saraf, emosi, psikologis dan lain sebagainya. Menurut Blager B.F (1981) membagi
penyebab gangguan bicara dan bahasa adalah sebagai berikut :

Penyebab Efek pada perkembangan bicara

1. Lingkungan

a. Sosial ekonomi kurang a. Terlambat

b. Tekanan keluarga b. Gagap

c. Keluarga bisu c. Terlambat pemerolehan bahasa

d. Dirumah menggunakan bahasa d. Terlambat pemerolehan struktur bahasa


bilingual

2. Emosi

a. Ibu yang tertekan


a. Terlambat pemerolehan bahasa
b. Gangguan serius pada orang tua
b. Terlambat atau gangguan perkembangan
bahasa
c. Gangguan serius pada anak c. Terlambat atau gangguan perkembangan
bahasa

3. Masalah Pendengaran
a. Terlambat/gangguan bicara yang
a. Kongenital permanen

b. Terlambat/gangguan bicara yang


permanen
b. Didapat

a. Terlambat bicara
4. Perkembangan terlambat

a. Perkembangan lambat b. Terlambat bicara

b. Perkembangan lambat, tetapi masih


dalam batas rata-rata c. Pasti terlambat bicara
c. Retardasi mental

5. Cacat bawaan
a. Terlambat dan terganggu kemampuan
a. Palatoshciziz bicaranya

b. Sindrom Down b. Kemampuan bicaranya lebih rendah

6. Kerusakan otak a. Mempengaruhi kemmapuan mengisap,


menelan, mengunyah dan akhirnya timbul
a. Kelainan neuromuskular gangguan bicara dan artikulasi seperti disartia

b. Mempengaruhi kemampuan mengisap


dan menelan, akhirnya menimbulkan gangguan
artikulasi seperti dispraksia

c. Berpengaruh pada pernafasan, makan


dan timbul juga masalah artikulasi yang dapat
b. Kelainan sensorimotor
mengakibatkan disartia dan dispraksia

d. Kesulitan membedakan suara, mengenal


bahasa, simbolisasi, mengenal konsep,
akhirnya menimbulkan kesulitan belajar
c. Palsi serebral disekolah.

d. Kelainan Persepsi

Sedangkan Aram D.M (1987), mengatakan bahwa gangguan bicara pada anak dapat disebabkan oleh kelainan
dibawah ini :

1. Lingkungan sosial anak

Interaksi antar personal merupakan dasar dari semua komunikasi dan perkembangan bahasa. Lingkungan yang
tidak mendukung akan menyebabkan gangguan bicara dan bahasa pada anak.

2. Sistem masukan/input

Adalah sistem pendengaran, penglihatan dan integritas taktil-kinestetik dari anak. Pendengaran merupakan alat yang
penting dalam perkembangan bicara. Anak deng otitis media kronik dengan penurunan daya pendengaran akan
mengalami keterlambatan kemampuan menerima ataupun mengungkapkan bahasa. Gangguan bicara juga terdapat
pada tuli oleh karena kelainan genetik dan metabolik (tuli primer), tuli neurosensorial, (infeksi intra uterin ; sifilis,
rubella, tolsoplasmosis, sitomegalovirus), tuli konduktif seperti akibat malformasi telinga luar, tuli sentral (sama sekali
tidak mendengar), tuli perseptif/afasia sensorik (terjadi kegagalan , integrasi aarti bicara yang didengar menjadi suatu
pengertian yang menyeluruh), dan tuli psikis seperti pada schizoprenia, autisme infantil, keadaan cemas dan reaksi
psikologis lainnya. Pola bahsa juga akan berpengaruh pada anak dengan gangguan penglihatan yang berat,
demikian juga dengan anak dengan defisit taktil kinestetik akan tejadi gangguan artikulasi.

3. Sistem pusat bicara dan bahasa

Kelainan susunan saraf pusat akan mempengaruhi pemahaman, inteprestasi, formulasi dan perencanaan bahasa,
juga pada aktifitas dan kemampuan intelektual dari anak. Gangguan komunikasi biasanya merupakan bagian dari
retasrdasi mental, misalnya pada Sindrom Down.

4. Sistem Produksi

Sistem produksi suara seperti laring, hidung, struktur mulut dan mekanisme neuromuskular yang berpengaruh
terhadap pengaturan nafas untuk berbicara, bunyi laring, pembentukan bunyi untuk artikulasi bicara melalui aliran
udara lewat laring, faring dan rongga mulut.

Menurut Jeniffer Fusco (2002) etiologi dari gangguan bahasa karena kehilangan pendengaran, infeksi
kronik telinga, stroke atau trauma otak, syndroms, retardasi mental, riwayat injuri otak selama prenatal, intranatal dan
postnatal, ketidakmampuan untuk memahami dan berbahasa, gangguan proses auditory, keterlambatan
perkembangan pada bayi prematur, kelemahan atau gangguan motorik, gangguan proses sensory, dan gangguan
otot. Dalam penelitiannya, Jeniffer Fusco menemukan bahwa keterlambatan bahawa lebih banyak dialami pada laki-
laki dibandingkan dengan perempuan. Fusco berpendapat bahwa secara umum laki-laki mempunyai kemampuan
nonverbal yang lebih bagus dibandingkan dengan kemampuan verbal.

C.Klasifikasi dan Tanda Gejala

Menurut Rutter (dikutip dari Toback C), berdasarkan atas sberat ringannya kelainan bahasa sebagai berikut :

Ringan Keterlambatan akuisi dari bunyi kata-kata, Dislalia


bahasa normal.

Sedang Keterlambatan lebih berat dari akuisi bunyi Disfasia ekspresif


kata-kata dan perkembangan bahasa
terlambat

Berat Keterlambatan lebih berat dari akuisisi dan Disfasia reseptif dan tuli
bahasa, gangguan pemahaman bahasa perseptif

Sangat berat Gangguan pada seluruh kemampuan Tuli perseptif dan tuli sentral
bahasa

Sedangkan Rapinda Allen (dikutip dari Klein, 1991) berdasar patofisologi membagi kelainan bahasa pada anak
menjadi 6 sub tipe :

1. 2 primer ekspresif

disfraksia verbal

anak mengerti sefala sesuatu yang dikatakan kepadanya, mereka lebih sering menunjuk daripada bicara

gangguan defisit produksi fonologi

anak bicara dengan kata-kata dan frase yang susah dimengerti bahkan pada orang-orang yang sering kontak
dengannya sehingga menimbulkan rasa marah dan frustasi bagi si anak.

2. 2 defisit represif dan ekspresif

gangguan campuran ekspresif represif

anak berbicara sulit dipahami dengan kalimat yang pendek dan banyak dari mereka yang autistik.

disfrasia verbal auditori agnosia

amak mengerti sedikit pada apa yang dikatakan kepadanya walaupun kadang-kadang mereka mengikuti suatu
pembicaraan dengan cara lain dan miskin dalam artikulasi kata-kata.
3. 2 defisit bahasa yang lebih berat

gangguan leksikal sintaksis

anak kesulitan dalam menemukan kata-kata yang tepat khususnya saat bercakap-cakap. Mereka tidak gagap dan
tidak menghindar untuk berbicara.

gangguan semantik pragmantik

Anak dapat berbicara lancar tetapi mereka bicara tanpa henti mengenai satu topik.

Aram D.M (1987) dan Towne (1983) gejala-gejala anak dengan gangguan bahasa adalah sebagai berikut :

1. Pada usia 6 bulan anak tidak mampu memalingkan mata serta kepalanya terhadap suara yang datang dari
belakang atau samping.

2. Pada usia 10 bulan anak tidak memberi reaksi terhadap panggilan namanya sendiri.

3. Pada usia 15 bulan tidak mengerti dan memberi reaksi terhadap kata-kata janga, da-da, dan sebagainya.

4. Pada usia 18 bulan tidak dapa menyebut sepuluh kata tunggal

5. Pada usia 2 bulan tidak memberi reaksi terhadap perintah (misalnya duduk, kemari, berdiri)

6. Pada usia 24 bulan tidak bisa menyebut bagian-bagian tubuh

7. Pada usia 24 bulan hanya mempunyai perbendaharaan kata-kata yang sangat sedikit/tidak mempunyai kata-
kata huruf z pada frase

8. Pada usia 24 bulan belum mampu mengetengahkan ungkapan yang terdiri ari 2 buah kata.

9. Pada usia 30 bulan ucapannya tidak dapat dimengerti oleh anggota keluarganya

10. Pada usia 36 bulan belum dapat menggunakan kalimat-kalimat sederhana

11. Pada usia 36 bulan tidak bisa bertanya dengan menggunakan kalimat tanya yang sederhana.

12. Pada usia 3,5 tahun selalu gagal untk menyebutkan kata akhir (ca untuk cat, ba untuk ban dan lain-lain)

C. Perkembangan Berbicara/Bahasa Normal pada Toddler

Menurut Towne perkembangan berbicara dan berbahasa pada anak normal usia toddeler adalah sebagai berikut :

Umur Bahasa Reseptif (Pasif) Bahasa Ekspresif (Aktif)


12 bulan Reaksi dengan melakukan gerakan Mengungkapkan kesadara tentang
terhadap berbagai pertanyaan verbal obyek yang telah akrab dan
menyebut namanya

15 bulan Mengetahui dan mengenali nama- Kata-kata yang benarterdengar


nama bagian tubuh diantara kata-kata yang kacau,
sering dengan disertai gerakan
tubuhnya.

18 bulan Dapat mengetahui dan mengenali Lebih banyak menggunakan kata-


gambar-gambar obyek yang sudah kata daripada gerakan, untuk
akrab dengannya, jika obyek disebut mengungkapkan keinginannya.
namanya

21 bulan Akan mengikuti petunjuk yang Mulai mengkombinasikan kata-kata


berurutan (ambil topimu dan (mobil papa, mama berdiri)
letakkan diatas meja)

24 bulan Mengetahui lebih banyak kalimat Menyebut nama sendiri


yang lebih rumit.

Sedangkan Fusco (2002) mengatakan bahwa perkembangan bahasa pada usia todlder antara lain :

12 bulan

Anak berkata 3-5 buruf

Anak mengenal namanya sendiri

Memahami perintah sederhana

Anak memahami beberapa obyek dan aktivitas

18 bulan

Anak menggunakan 10-20 kata termasuk nama dirinya.

Mengenali obyek berupa foto keluarga atau orang yang dikenalnya.

Dapat mengkombinasikan 2 suku kata

Anak senang meniru kegiatan dirumah

24 bulan

Anak memahami perintah sederhana


Mengidentifikasi kegiatan/aktivitas di dalam buku

Dapat berbicara rata-rata 3 kata

Bicara diakhiri dengan s

Anak bertahan dengan satu aktivitas selama 6-7 menit

Kosakata meningkat menjadi 300 kata, antara usia 2-4 tahun kosakata anak meningkat 2 kata perhari.

30 bulan

Kosakat meningkat menjadi 450 kata

Anak dapat menyebutkan nama anggota keluarga atau orang yang dikenalnya.

Dapat mengidentifikasi obyek secara terperinci

Konsep awal dapat membedakan besar dan kecil

3 tahun

Anak dapat menyebutkan nama warna

Anak cenderung senang bercerita

Dapat bercerita tentang cerita sederhana.

Kosakata bertambah menjadi 1000 kata-kata.

Anak sering menyebut namanya dan jalan.

D. Penatalaksanaan Klien dengan Gangguan Bahasa

Deteksi dan penanganan dini pada problem bicara dan bahasa pada anak, akan membantu anak-anak dan orang
tua untuk menghindari atau memperkecil kemungkinan kelainan pada masa sekolah antara lain yang dengan
menggunakan pemeriksaan DDST.

Parameter penilaian perkembangan dengan DDST

Aspek yang perlu diperhatikan dalam melakukan pemeriksaan DDSTadalah :

a. Alat yang Digunakan

Alat peraga : benang wol merah, kismis/manik-manik, kubus warna merah-kuning-hijau- biru, permainan anak,
botol kecil, bola tenis, bel kecil, kertas, dan pensil.

Lembar formulir DDST


Buku petunjuk sebagai referensi yang menjelaskan cara-cara melakukan tes dan cara menilainya.

b. Prosedur DDST terdiri dari dua tahap, yaitu:

Tahap pertama : secara periodik dilakukan pada semua anak yang berusia 3 6 bulan, 9 12 bulan, 18 24
bulan, 3 tahun, 4 tahun, 5 tahun.

Tahap kedua : dilakukan pada mereka yang dicurigai adanya hambatan perkembangan pada tahap pertama
kemudian dilarutkan dengan evaluasi diagnostik yang lengkap.

c. Penilaian

Penilaian apakah lulus (Passed: P), gagal (Fail: F), ataukah anak tidak mendapat kesempatan melakukan tugas (No
Opportunity: N.O). Kemudian ditarik garis berdasarkan umur kronologis, yang memotong garis horisontal tugas
perkembangan pada formulir DDST. Setelah itu dihitung pada masing-masing sektor, berapa yang P dan berapa
yang F, selanjutnya berdasarkan pedoman, hasil tes diklasifikasi dalam normal, abnormal, meragukan
(Questionable) dan tidak dapat dites (Untestable).

Abnormal

- Bila didapatkan 2 atau lebih keterlambatan, pada 2 sektor atau lebih

- Bila dalam 1 sektor atau lebih didapatkan 2 atau lebih keterlambatan plus 1 sektor atau lebih dengan 1
keterlambatan dan pada sektor yang sama tersebut tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis
vertikal usia.

Meragukan

- Bila pada 1 sektor didapatkan 2 keterlambatan atau lebih.

- Bila pada 1 sektor atau lebih didapatkan 1 keterlambatan dan pada sektor yang sama tidak ada yang lulus
pada kotak yang berpotongan dengan garis vertikal usia.

Tidak dapat dites

Apabila terjadi penolakan yang menyebabkan hasil tes menjadi abnormal atau meragukan.

Normal

Semua yang tidak tercantum dalam kriteria tersebut di atas.

Setelah terdeteksi terdapat masalah dalam perkembangan bahasa maka dapat dicarai penyebabnya. Dengan
perbaikan masalah medis seperti tuli konduksi dapat menghasiklan perkembangan bahasa yang normal pada anak
yang tidak retardasi mental. Sedangkan perkembangan bahasa dan kognitif pada anak dengan gangguan
pendengaran sensoris bervariasi. Dikatakan bahwa anak dengan gangguan fonologi biasaya prognosisnya lebih
baik. Sedangkan gangguan bicara pada anak yang itelegensinya normal perkembangan bahasanya lebih baik
daripada anak yang retardasi mental. Tetapi pada anak dengan gangguan yang multipel terutama dengan gangguan
pemahaman, gangguan bicara ekspresif atau kemampuan naratif yang tidak berkembang pada usia 4 tahu,
mempunyai gangguan bahasa yang menetap pada usia 5,5 tahun.

Berikut ini penatalaksanaan kelainan bicara dan bahasa menurut Blager (1981) :

Masalah Penatalaksanaan Rujukan

Lingkungan

a. Sosek rendah Meningkatkan stimulasi Kelompok BKB (Bina


Keluarga dan Balita) atau
kelompok bermain.

Konseling keluarga
b. Tekanan Mengurangi tekanan
Keluarga
Kelompok BKB
c. Keluarga bisu
Meningkatkan stimulasi Ahli, terapi wicara
d. Bahasa
Bilingual Menyederhanakan masukan
bahasa

Emosi

a. Ibu yang Meningkatkan stimulasi Konseling,


tertekan kelompok BKB/bermain

b. Gangguan Psikoterapi
serius pada keluarga Meningkatkan status emosi
anak
c. Gangguan
serius
Meningkatkan status emosi Psikoterapi
anak

Masalah
Pendengaran
Monitor dan obati kalau Audiologist/ahli THT
a. Kongenital memungkinkan

b. Didapat Monitor dan obati kalu


memungkinkan Audiologist/ahli THT
Perkembangan
lambat

a. Dibawah rata-
rata Meningkatkan stimulasi Ahli terapi wicara

b. Perkembangan
terlambat
Meningkatkan stimulasi Ahli terapi wicara
c. Retardasi
mental
Maksimalkan potensi Program khusus

Cacat bawaan

a. Palatum sumbing Monitor dan dioperasi Ahli terapi setelah operasi

b. Sindrom Down

Monitor dan stimulasi Rujuk ke ahli terapi wicara,


SLB C, monitor pendengarannya

Kerusakan otak

a. Kerusakan Atasi masalah makan dan Rujuk ke ahli terapi kerja,


neuromuskular meningkatkan kemampuan bicara ahli gizi, ahli patologi wicara
anak
Rujuk ke ahli terapi kerja,
Mengatasi masalah makan ahli gizi, ahli terapi wicara
b. Sensorimotor
dan meningkatkan kemampuan
bicara anak

Mengoptimalkan kemampuan Rujuk ke ahli rehabilitasi,


fisik kogntitif dan bicara anak ahli terapi wicara
c.Palsi Serebralis
Mengatasi masalah
keterlambatan bicara
Rujuk ke ahli patologi wicara
d. Masalah , kelompok BKB
persepsi

E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa Anak

Terdapat dua faktor utama yang berpengaruh terhadap tumbuh-


kembang anak, yaitu:

1. Faktor Genetik

Termasuk faktor genetik antara lain adalah berbagai faktor bawaan yang normal dan patologik, jenis kelamin, suku
bangsa atau bangsa. Seperti sindrom Down, sindrom Turner yang disebabkan oleh kelainan kromosom.

2. Faktor Lingkungan

Sosial Ekonomi Kurang

Anak dengan keluarga sosial ekonomi kurang akan mengalami keterlambatan dalam berbahasa karena fasilitas
berbahasa dan pendidikan yang rendah pulan dari orang tua.

Faktor Psikososial, antara lain: stimulasi, motivasi belajar, hukuman yang wajar, kelompok sebaya, stres,
sekolah, cinta dan kasih sayang, kualitas interaksi anak-orang tua.

Faktor Keluarga dan Adat Istiadat, antara lain: pekerjaan/ pendapatan keluarga, pendidikan ayah/ibu, jumlah
saudara, jenis kelamin dalam keluarga, stabilitas rumah tangga, kepribadian ayah/ibu, adat-istiadat, norma-norma,
agama, urbanisasi, kehidupan politik dalam masyarakat yang mempengaruhi prioritas kepentingan anak, angaran,
dll. (Soetjiningsih, 1998)

F. Stimulasi Dasar Perkembangan Bahasa pada Toddler

1. Usia 12 bulan

a. Bicara, bahasa dan kecerdasan

Latih anak menunjuk dan menyebutkan nama nama bagian tubuh. Beri label secara sering pada barang-barang
yang diminati oleh anak, cukup dengan satu atau dua kata. Jika anak berbicara untuk meminta barang maka pegang
barang tersebut kemudian beri label sebelum diberikan kepada anak sambil menyebutkan barang tersebut.
Lanjutkan dengan buku-buku berwarna dan bermain Ci Luk Ba.

b. Bergaul dan bicara

Beri kesempatan kepada anak untuk melepas pakaiannya sendiri.

2. Usia 18 bulan

a. Bicara, bahasa dan kecerdasan

Latih anak mengikuti perintah sederhana. Bernyanyilah lebih sering untuk anak, gunakan nada yang dikenal oleh
anak ulangi dan ulangi lagi setiap hari. Kata-kata dalam sebuah lagu dapat membuat anak menyesuaikan diri
dengan situasi. Bicara dengan bahasa sederhana, mudah dimengerti dan jelas. Tiru kata anak yang salah kemudian
perbaiki dengan kata yang jelas anak jika ada kesalahan ucap. Diskusikan apa yang anak rasakan, dengar dan
lakukan sepanjang hari.

b. Bergaul dan mandiri

Latih agar anak mau ditinggalkan untuk sementara waktu

3. Usia 2 tahun

a. Bicara, bahasa dan kecerdasan

Latih anak mengenal bentuk dan warna. Kata-kata baru terus diulng-ulang dan gunakan gerak tubuh serta intonasi
untuk memperjelas informasi. Ceritakan apa yang Ibu lakukan dan buatlah dengan percakapan yang mudah
dimengerti oleh anak. Ibu dapat menggunakan beberpa pertanyaan untuk menstimulasi penambahan bahasa
dengan waktu yang singkat dan sering. Terlalu banyak pertanyaan akan membuat anak frustasi jika tidak dapat
meresponnya.

b. Bergaul dan mandiri

Latih anak mencuci tangan dan kaki serta mengeringkanya sendiri.

4. Usia 2,5 tahun

Rangkaikan suku kata dengan menggunakan Saya, Dia kemudian bentuk kalimat sederhana seperti Saya suka
kue. Bacakan cerita atau dongeng yang terkenal atau dikenal oleh anak dan dorong anak untuk menceritakan apa
yang terjadi atau mengulang cerita yang sudah didengarkannya. Lanjutkan untuk mendengarkan atau bernyanyi
bersama lagu yang dikenal anak.

5. Usia 3 tahun

Dorong penambahan kosakata dengan melanjutkan untuk bercerita mengenai diri Ibu atau aktivitas yang dilakukan
Ibu sepanjang hari. Gunakan kata-kata yang sederhana antara 4-5 kata ketika bercerita dengan anak. Anak
berespon dengan bertanya dan ajak anak bermain dan Ibu bermain layaknya seperti anak-anak.

DAFTAR PUSTAKA

Engel, joyce. (1998). Pengkajian Pediatrik, Alih Bahasa Teresa, Jakarta : EGC
Beth cecily L, sowden Linda A. (2002). Buku Saku Keperawatan Pediatrik,

Jakarta : EGC.

Sacharin Rosa M. (1996). Prinsip Keperawatan Pediatrik. Alih bahasa : Maulanny

R.F. Jakarta : EGC

Markum, A.H. (1991). Buku Ajar Anak. Jilid I, Jakarta : Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia.

Soetjingsih. (1995). Tumbuh Kembang Anak, jakarta : EGC

Suherman ( 1999 ). Buku Saku Perkembangan Anak. Jakarta : EGC

.,Modul NCHS WHO. Unpublished

www.speechdelayed.com, Jeniffer Fusco , 2002, Fruequently Asked Question, Colombus, OH 43311.


ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN DIARE CAIR AKUT
APLIKASI NANDA, NOC, NIC

A. Pengertian
Diare adalah kondisi dimana terjadi frekuensi defekasi yang abnormal > 3 kali /
hari, serta perubahan isi / volume (>200 gr/hari) dan konsistensi feses cair. (Brunner dan
Suddarth, 2002)
Diareadalah defekasi encer > 3 kali / hari dengan / tanpa darah dan atau lendir dalam
tinja. (Kapita Selekta Kedokteran, 2000)
Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena
frekuensi satu kali atau lebih buang air besar dengan bentuk tinja yang encer atau cair. (Suriadi,
2001)
Diare akut adal ah diare yang terjadi secara mendadak dan berlangsung < 7 hari pada
bayi dan anak yang sebelumnya sehat. (Kapita Selekta Kedokteran, 2000)
Diare melanjut / berkepanjangan adalah episode diare akut yang melanjut hingga
berlangsung selama 7-14 hari. (Kapita Selekta Kedokteran, 2000)
Diare persisten / kronik adalah episode diare yang mula-mula bersifat akut namun
berlangsung selama 14 hari atau lebih. (Kapita Selekta Kedokteran, 2000).
Ada dua kategori diare kronik. Diare yang berhenti jika pemberian makanan atau obat-
obatan dihentikan disebut diare osmotik. Sedangkan diare yang menetap walaupun penderita
dipuasakan disebut diare sekretorik (Samih Wahab, 2000)
Disentri adalah diare yang disertai darah dalam tinja. (Kapita Selekta Kedokteran,
2000).

B. Etiologi
1. Infeksi virus (Rotavirus, Adenovirus), bakteri(E. Colli, Salmonella, Shigella, Vibrio dll),
parasit (protozoa : E. hystolitica, G. lamblia; cacing : Askaris, Trikurus; Jamur : Kandida)
melalui fecal oral : makanan, minuman,yang tercemar tinja atau kontak langsung dengan tinja
penderita.
2. Malabsorbsi : karbohidrat (intoleransi laktosa), lemak atau protein.
3. Makanan : alergi makanan, basi atau keracunan makanan
4. Imunodefisiensi / imunosupresi (kekebalan menurun) : Aids dll
5. Faktor lingkungan dan perilaku
6. Psikologi : rasa takut dan cemas
(Kapita Selekta Kedokteran, 2000)

C. Patofisiologi
Spesies bakteri tertentu menghasilkan eksotoksin yang mengganggu absorbsi usus
dan dapat menimbulkan sekresi berlebihan dari air dan elektrolit. Ini termasuk baik enterotoksin
kolera dan E. Coli. Spesies E. Coli lain, beberapa Shigella dan salmonella melakukan penetrasi
mukosa usus kecil atau kolon dan menimbulkan ulserasi mikroskopis. Muntah dan diare dapat
menyusul keracunan makanan non bakteri. Diare dan muntah merupakan gambaran penting yang
mengarah pada dehidrasi, akibat kehilangan cairan ekstrvaskuler dan ketidakseimbangan
elektrolit. Keseimbangan asam basa terpengaruh mengarah pada asidosis akibat kehilangan
natrium dan kalium dan ini tercermin dengan pernafasan yang cepat. ( Sacharin, R.M, 1996)
Patogen usus menyebabkan sakit dengan menginvasi mukosa usus, memproduksi
enterotoksin, memproduksi sitotoksin dan menyebabkan perlengketan mukosa yang disertai
dengan kerusakan di menbran mikrovili. Organisme yang menginvasi sel epitel dan lamina
propria menimbulkan suatu reaksi radang local yang hebat. Enterotoksin menyebabkan sekresi
elektrolit dan air dengan merangsang adenosine monofosfat siklik di sel mukosa usus halus.
Sitotoksin memicu peradangan dari sel yang cedera serta meluaskan zat mediator radang.
Perlengketan mukosa menyebabkan cedera mikrivili dan peradangan sel bulat di lamina propria.
Bakteri yang tumbuh berlebihan di usus halus juga mengganggu mukosa usus. Bakteri
menghasilkan enzim dan hasil metabolisme untuk menghancurkan enzim glikoprotein pada tepi
bersilia dan menggangggu pengangkutan monosakarida dan elektrolit. Cedera vili menyebabkan
lesi mukosa di sana sini yang disertai dengan segmen atrofi vili subtotal dan respon radang
subepitel yang mencolok. (Wahab, A Samih, 2000)

. Manifestasi klinik
1 Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer
2 Kram perut
3 Demam
4 Mual
5 Muntah
6 Kembung
7 Anoreksia
8 Lemah
9 Pucat
10 Urin output menurun (oliguria, anuria)
11 Turgor kulit menurun sampai jelek
12 Ubun-ubun / fontanela cekung
13 Kelopak mata cekung
14 Membran mukosa kering
(Suriadi, 2001)

Cara Menentukan Derajat Dehidrasi

A B C
Yang dinilai
(Tanpa dehidrasi) (Dehidrasi Tak Berat) (Dehidrasi Berat)
I. Riwayat
Diare < 4 x/hari cair 4-10 x/hari cair > 10 x/hari cair
Muntah sedikit / tidak beberapa kali sangat sering
Rasa haus minum biasa haus sekali, rakus ingin tidak dapat minum
tidak haus minum banyak

Air kemih normal sedikit gelap tidak ada dalam 6 jam


II. Periksa
Keadaan sehat, aktif tampak sakit, mengan- sangat mengantuk, le-
umum tuk,lesu, rewel, gelisah mah, letargi, tidak sa-
dar / koma
Air mata ada tidak ada tidak ada
Mata normal cekung * kering, sangat cekung
Mulut/lidah basah kering ** sangat kering
Nafas normal agak cepat cepat dan dalam
III. Raba
Kulit (dicubit) kembali cepat kembali lambat*** kembali sangat lambat
Denyut nadi normal agak cepat sangat cepat, lemah ti-
dak teraba
Ubun-ubun normal cekung sangat cekung
IV Kehilangan
Berat Badan < 40 g/KgBB 40-100g/KgBB >100 g/KgBB
Cairan < 5% BB 5-10 % BB > 10 % BB

Keterangan :
* Pada beberapa anak mata normalnya agak cekung : perlu dikonfirmasikan dengan orang tua
** Kekeringan mulut dan lidah dapat diraba dengan jari bersih dan kering, mulut selalu ke-ring pada
anak yang biasa bernafas dengan mulut, mulut anak dehidrasi dapat basah karena habis minum
*** Cubitan kulit kurang berguna pada anak dengan marasmus, kwashiorkor atau anak ge-muk.
(sangat lambat jika kembali > 2 detik)

A = Tidak / tanpa dehidrasi


B = Dehidrasi tidak berat : 2 atau lebih tanda dimana salah satu tanda adalah *
C = Dehidrasi berat : 2 atau lebih tanda dimana salah satu tanda adalah *
(SPM Kesehatan Anak IDAI, 2004 dan SPM Kesehatan Anak RSUD Wates, 2001)

E. Komplikasi
Kehilangan air dan elektrolit : dehidrasi, asidosis metabolic
Syok
Kejang
Sepsis
Gagal Ginjal Akut
Ileus Paralitik
Malnutrisi
Gangguan tumbuh kembang
(SPM Kesehatan Anak IDAI, 2004 dan SPM Kesehatan Anak RSUD Wates, 2001)

F. Penatalaksanaan
1. Keperawatan
Mengganti cairan dan elektrolit yang hilang : mengelola plan A, B, C
Memonitor tanda dehidrasi, syok
Memenuhi kebutuhan nutrisi : anak tidak boleh dipuasakan, makanan diberikan sedikit-sedikit
tapi sering (lebih kurang 6 kali sehari), rendah serat, buah-buahan diberikan terutama pisang.
Mengontrol dan mengatasi demam
Perawatan perineal
Penyuluhan kesehatan :
- Upayakan ASI tetap diberikan
- Kebersihan perorangan : cuci tangan sebelum makan
- Kebersihan lingkungan : buang air besar di jamban
- Imunisasi campak
- Memberikan makanan penyapihan yang benar
- Penyediaan air minum yang bersih
- Selalu memasak makanan
- Selalu merebus dot / botol susu sebelum digunakan
- Tidak jajan di sembarang tempat
2. Medis
a. Resusitasi cairan dan elektrolit
1) Rencana Pengobatan A, digunakan untuk :
Mengatasi diare tanpa dehidrasi
Meneruskan terapi diare di rumah
Memberikan terapi awal bila anak diare lagi
Tiga cara dasar rencana Pengobatan A :
Berikan lebih banyak cairan daripada biasanya untuk mencegah dehidrasi (oralit, makanan cair :
sup, air matang). Berikan cairan ini sebanyak anak mau dan terus diberikan hingga diare
berhenti.

Kebutuhan oralit per kelompok umur

Umur Ddiberikan setiap bab Yang disediakan


< 12 bulan 50-100 ml 400 ml / hari (2 bungkus)
1-4 tahun 100-200 ml 600-800 ml / hari (3-4 bungkus)
> 5 tahun 200-300 ml 800-1000 ml / hari (4-5 bungkus)
Dewasa 300-400 ml 1.200-2.800 ml / hari

Cara memberikan oralit :


o Berikan sesendok teh tiap 1-2 menit untuk anak < 2 tahun
o Berikan beberapa teguk dari gelas untuk anak lebih tua
o Bila anak muntah, tunggu 10 menit, kemudian berikan cairan lebih sedikit (sesendok teh tiap 1-2
menit)
o Bila diare belanjut setelah bungkus oralit habis, beritahu ibu untuk memberikan cairan lain atau
kembali ke petugas untuk mendapatkan tambahan oralit.
Beri anak makanan untuk mencegah kurang gizi :
o Teruskan pemberian ASI
o Untuk anak < 6 bln dan belum mendapatkan makanan padat dapat diberikan susu yang dicairkan
dengan air yang sebanding selama 2 hari.
o Bila anak > / = 6 bulan atau telah mendapat makanan padat :
Berikan bubur atau campuran tepung lainnya, bila mungkin dicampur dengan kacang-kacangan,
sayur, daging, tam-bahkan 1 atau 2 sendok teh minyak sayur tiap porsi.
Berikan sari buah segar atau pisang halus untuk menambah kalium
Dorong anak untuk makan berikan sedikitnya 6 kali sehari
Berikan makanan yang sama setelah diare berhenti dan berikan makanan tambahan setiap hari
selama 2 minggu.
Bawa anak kepada petugas bila anak tidak membaik selama 3 hari atau anak mengalami : bab
sering kali, muntah berulang, sangat haus sekali, makan minum sedikit, demam, tinja berdarah

2) Rencana Pengobatan B
Dehidrasi tidak berat (ringan-sedang); rehidrasi dengan oralit 75 ml / kg BB dalam 3 jam
pertama atau bila berat badan anak tidak diketahui dan atau memudahkan dilapangan, berikan
oralit sesuai tabel :

Jumlah oralit yang diberikan 3 jam pertama :

Umur < 1 tahun 1-5 tahun > 5tahun Dewasa


Jumlah oralit 300 ml 600 ml 1.200 ml 2.400 ml

Setelah 3-4 jam, nilai kembali, kemudian pilih rencana A, B, atau C untuk melanjutkan
pengobatan :
Bila tidak ada dehidrasi ganti ke rencana A
Bila ada dehidrasi tak berat atau ringan/sedang, ulangi rencana B tetapi tawarkan makanan,
susu dan sari bu-ah seperti rencana A
Bila dehidrasi berat, ganti dengan rencana C

3) Rencana Pengobatan C
Dehidrasi berat : rehidrasi parenteral / cairan intravena segera. Beri 100 ml/kg BB cairan RL,
Asering atau garam normal (larutan yang hanya mengandung glukosa tidak boleh
diberikan).

Umur 30 ml/kg BB 70 ml/kg BB


< 12 bulan 1 jam pertama 5 jam kemudian
> 1 tahun jam pertama 21/2 jam kemudian

Rehidrasi parenteral :
o RL atau Asering untuk resusitasi / rehidrasi
o D1/4S atau KN1B untuk maintenan (umur < 3 bulan)
o D1/2S atau KN3A untuk maintenan (umur > 3 bulan)
(SPM Kesehatan Anak RSUD Wates, 2001)
Ulangi bila nadi masih lemah atau tidak teraba
Nilai kembali tiap 1-2 jam. Bila rehidrasi belum tercapai percepat tetesan infuse
Juga berikan oralit 5 ml/kg BB/jam bila penderita bisa minum. Biasanya setelah 3-4 jam (bayi)
atau 1-2 jam (anak)
Setelah 3-6 jam (bayi) atau 3 jam (anak) nilai lagi, kemudian pilih rencana A, B, C untuk
melanjutkan pengobatan.
b. Obat-obat anti diare meliputi antimotilitas (loperamid, difenoksilat, kodein, opium), adsorben
(norit, kaolin, smekta).
c. Obat anti muntah : prometazin , domperidon, klorpromazin
d. Antibiotik hanya diberikan untuk disentri dan tersangka kolera : Metronidazol 50 mg/kgBB/hari
e. Hiponatremia (Na > 155 mEq/L), dikoreksi dengan D1/2S. Penurunan kadar Na tidak boleh
lebih dari 10 mEq per hari karena bisa menyebabkan edema otak
f. Hiponatremia (Na < 130 mEq/L), dikoreksi dengan RL atau NaCl
g. Hiperkalemia (K > 5 mEq/L), dikoreksi dengan kalsium glukonas perlahan-lahan 5-10 menit
sambil memantau detak jantung
h. Hipokalemia (K , 3,5 mEq/L), dikoreksi dengan KCl
(Kapita Selekta Kedokteran, 2000 dan SPM Kesehatan Anak RSUD Wates, 2001)

G. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Identitas : umur, alamat
Riwayat Kesehatan
Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian) : muntah, diare, kembung,
demam.
Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk rumah sakit)
Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang pernah
diderita oleh pasien) : diare, alergi makanan, intoleransi, riwayat operasi.
Riwayat kesehatan keluarga (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang pernah
diderita oleh anggota keluarga yang lain baik bersifat genetik atau tidak)
Riwayat Imunisasi : imunisasi campak ?
Riwayat tumbuh kembang
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : kesadaran, vital sign, status nutrisi (BB, PB, Usia)
Pemeriksaan persistem :
1) Sistem persepsi sensori :
a) Penglihatan : air mata ada / tidak, cekung / normal
b) Pengecapan : rasa haus meningkat/tidak, lidah lembab / kering
2) Sistem persyarafan : kesadaran, kejang.
3) Sistem pernafasan : kusmaul, sianosis, cuping hidung
4) Sistem kardiovaskuler : takikardi, nadi lemah dan cepat / tak teraba, kapilary refill lambat, akral
hangat/dingin, sianosis perifer.
5) Sistem Gastrointestinal :
a) Mulut : membrane mukosa lembab/kering, bibir lembab/kering
b) Perut : turgor ?, kembung / meteorismus, distensi, peristaltik meningkat, nyeri
c) Informasi tentang tinja : warna, volume, bau, konsistensi, lendir, darah, sisa makanan
6) Sistem integumen : kulit kering/lembab, ubun-ubun cekung/tidak, turgor ?, bibir kering/tidak,
diaper rash/iritasi di daerah perineal, ada lipatan kulit/keriput ?
7) Sistem perkemihan : bak 6 jam terakhir, oliguria/anuria
Pola Fungsi Kesehatan
1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan : kebiasaan bab di wc / jamban / sungai / kebun,
personal hygiene ?, sanitasi ?, sumber air minum ?
2) Pola nutrisi dan metabolisme : anoreksia, mual, muntah, makanan / minuman terakhir yang
dimakan, makan makanan yang tidak biasa / belum pernah dimakan, alergi, minum ASI atau
susu formula, baru saja ganti susu, salah makan, makan berlebihan, efek samping obat, jumlah
cairan yang masuk selama diare, makan / minum di warung ?
3) Pola eleminasi
a) Bab : frekuensi, warna, konsistensi, bau, lendir, darah
b) Bak : frekuensi, warna, bak 6 jam terakhir ?, oliguria, anuria
4) Pola aktifitas dan latihan : travelling
5) Pola tidur dan istirahat
6) Pola kognitif dan perceptual
7) Pola toleransi dan koping stress
8) Pola nilai dan keyakinan
9) Pola hubungan dan peran
10) Pola persepsi diri dan konsep diri
11) Pola seksual dan reproduksi

2. Diagnosa Keperawatan
1) Diare berhubungan dengan factor psikologis (tingkat stress dan cemas tinggi), faktor
situasional ( keracunan, penyalahgunaan laksatif, pemberian makanan melalui selang efek
samping obat, kontaminasi, traveling), factor fisiologis (inflamasi, malabsorbsi, proses infeksi,
iritas, parasit)
2) Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolic, dehidrasi, proses infeksi, medikasi
3) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan aktif, kegagalan
dalam mekanisme pengaturan.
4) PK : Syok hipovolemik b.d dehidrasi
5) Cemas orang tua b.d proses penyakit anaknya
6) Takut b.d tindakan invasive, hospitalisasi, pengalaman yang kurang menyenangkan.
7) Kurang pengetahuan tentang penyakit diare b.d kurang informasi, keterbatasan kognisi, tidak
familiar dengan sumber informasi
8) Resiko kelebihan volume cairan b.d overhidrasi
9) Penurunan cardiac output b.d penurunan suplai cairan/darah
10) Perubahan pola nafas b.d hiperventilasi
11) Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara kebutuhan dan suplai oksigen

Rencana Keperawatan

No Diagnosa Kep NOC / Tujuan NIC / Intervensi


1. Diare b.d faktor psiko- Setelah dilakukanManajemen Diare (0460)
logis (stress, cemas), tindakan perawatan
1. Identifikasi faktor yang mungkin me-nyebabkan
faktor situasional (kera- selama X 24 jam diare (bakteri, obat, makanan, selang makanan, dll )
cunan, kontaminasi, pem- pasien tidak me-ngalami 2. Evaluasi efek samping obat
berian makanan melalui diare / diare berkurang, 3. Ajari pasien menggunakan obat diare dengan tepat
selang, penyalahgunaan dengan criteria : (smekta diberikan 1-2 jam setelah minum obat
laksatif, efek samping yang lain)
obat, travelling, malab- Bowel Elemination4. Anjurkan pasien / keluarga untuk men-catat warna,
sorbsi, proses infeksi, (0501) volume, frekuensi, bau, konsistensi feses.
parasit, iritasi) - Frekuensi bab normal < 5.
3 Dorong klien makan sedikit tapi sering (tambah
kali / hari secara bertahap)
Batasan karakteristik : - Konsistensi feses normal6. Anjurkan klien menghindari makanan yang
- Bab > 3 x/hari (lunak dan berbentuk) berbumbu dan menghasilkan gas.
- Konsistensi encer / cair - Gerakan usus tidak me- 7. Sarankan klien untuk menghindari ma-kanan yang
- Suara usus hiperaktif ningkat (terjadi tiap 10 - banyak mengandung laktosa.
- Nyeri perut 30 detik) 8. Monitor tanda dan gejala diare
- Kram - Warna feses normal 9. Anjurkan klien untuk menghubungi pe-tugas setiap
- Tidak ada lendir, darah episode diare
- Tidak ada nyeri 10. Observasi turgor kulit secara teratur
- Tidak ada diare 11. Monitor area kulit di daerah perianal dari iritasi
- Tidak ada kram dan ulserasi
- Gambaran peristaltic 12. Ukur diare / keluaran isi usus
tidak tampak 13. Timbang Berat Badan secara teratur
- Bau fese normal (tidak 14. Konsultasikan dokter jika tanda dan gejala diare
amis, bau busuk) menetap.
15. Kolaborasi dokter jika ada peningkatan suara usus
16. Kolaborasi dokter jika tanda dan gejala diare
menetap.
17. Anjurkan diet rendah serat
18. Anjurkan untuk menghindari laksatif
19. Ajari klien / keluarga bagaimana meme-lihara
catatan makanan
20. Ajari klien teknik mengurangi stress
21. Monitor keamanan preparat makanan

Manajemen Nutrisi (1100)


1. Hindari makanan yang membuat alergi
2. Hindari makanan yang tidak bisa di-toleransi oleh
klien
3. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
kebutuhan kalori dan jenis makanan yang
dibutuhkan
4. Berikan makanan secara selektif
5. Berikan buah segar (pisang) atau jus buah
6. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi yang
dibutuhkan kien dan ba-gaimana cara makannya

Bowel Incontinence Care (0410)


1. Tentukan faktor fisik atau psikis yang
menyebabkan diare.
2. Terangkan penyebab masalah dan alasan dilakukan
tindakan.
3. Diskusikan prosedur dan hasil yang diharapkan
dengan klien / keluarga
4. Anjurkan klien / keluarga untuk mencatat keluaran
feses
5. Cuci area perianal dengan sabun dan air dan
keringkan setiap setelah habis bab
6. Gunakan cream di area perianal
7. Jaga tempat tidur selalu bersih dan kering

Perawatan Perineal (1750)


1. Bersihkan secara teratur dengan teknik aseptik
2. Jaga daerah perineum selalu kering
3. Pertahankan klien pada posisi yang nyaman
4. Berikan obat anti nyeri / inflamasi dengan tepat
2. Hipertermi b.d dehidrasi, Setelah dilakukan Pengaturan Panas (3900)
peningkatan metabolik, tindakan perawatan
1. Monitor suhu sesuai kebutuhan
inflamasi usus selama X 24 jam suhu 2. Monitor tekanan darah, nadi dan respirasi
badan klien normal,
3. Monitor suhu dan warna kulit
Batasan karakteristik : dengan criteria : 4. Monitor dan laporkan tanda dan gejala hipertermi
- Suhu tubuh > normal 5. Anjurkan intake cairan dan nutrisi yang adekuat
- Kejang Termoregulasi (0800) 6. Ajarkan klien bagaimana mencegah panas yang
- Takikardi - Suhu kulit normal tinggi
- Respirasi meningkat - Suhu badan 35,9C- 7. Berikan obat antipiretik
- Diraba hangat 37,3C 8. Berikan obat untuk mencegah atau mengontrol
- Kulit memerah - Tidak ada sakit kepala menggigil
- Tidak ada nyeri otot
- Tidak ada perubahan
war-na kulit Pengobatan Panas (3740)
- Nadi, respirasi dalam ba-1. Monitor suhu sesuai kebutuhan
tas normal 2. Monitor IWL
- Hidrasi adekuat 3. Monitor suhu dan warna kulit
- Pasien menyatakan nya- 4. Monitor tekanan darah, nadi dan respirasi
man 5. Monitor derajat penurunan kesadaran
- Tidak menggigil 6. Monitor kemampuan aktivitas
- Tidak iritabel / gragapan7. Monitor leukosit, hematokrit
/ kejang 8. Monitor intake dan output
9. Monitor adanya aritmia jantung
10. Dorong peningkatan intake cairan
11. Berikan cairan intravena
12. Tingkatkan sirkulasi udara dengan kipas angin
13. Dorong atau lakukan oral hygiene
14. Berikan obat antipiretik untuk mencegah pasien
menggigil / kejang
15. Berikan obat antibiotic untuk mengobati penyebab
demam
16. Berikan oksigen
17. Kompres dingin diselangkangan, dahi dan aksila
bila suhu badan 39C atau lebih
18. Kompres hangat diselangkangan, dahi dan aksila
bila suhu badan < 39C
19. Anjurkan klien untuk tidak memakai selimut
20. Anjurkan klien memakai baju berbahan dingin,
tipis dan menyerap keringat

Manajemen Lingkungan (6480)


1. Berikan ruangan sendiri sesuai indikasi
2. Berikan tempat tidur dan kain / linen yang bersih
dan nyaman
3. Batasi pengunjung

Mengontrol Infeksi (6540)


1. Anjurkan klien untuk mencuci tangan sebelum
makan
2. Gunakan sabun untuk mencuci tangan
3. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan
kegiatan perawatan
4. Ganti tempat infuse dan bersihkan sesuai dengan
SOP
5. Berikan perawatan kulit di area yang odem
6. Dorong klien untuk cukup istirahat
7. Lakukan pemasangan infus dengan teknik aseptik
8. Anjurkan koien minum antibiotik sesuai advis
dokter

3. Kekurangan volume ca- Setelah dilakukan


M Monitor Cairan (4130)
iran b.d intake kurang, tindakan perawatan1. Tentukan riwayat jenis dan banyaknya intake
kehilangan volume cairan selama X 24 jam cairan dan kebiasaan eleminasi
aktif, kegagalan dalam kebutuhan cairan dan2. Tentukan faktor resiko yang menyebabkan
mekanisme pengaturan elektrolit adekuat, dengan ketidakseimbangan cairan (hipertermi, diu-retik,
kriteria : kelainan ginjal, muntah, poliuri, diare, diaporesis,
Batasan karakteristik : terpapar panas, infeksi)
- Kelemahan Hidrasi (0602) 3. Menimbang BB secara teratur
- Haus - Hidrasi kulit adekuat 4. Monitor vital sign
- Penurunan turgor kulit- Tekanan darah dalam ba- 5. Monitor intake dan output
- Membran mucus / kulit tas normal 6. Periksa serum, elektrolit dan membatasi cairan
kering - Nadi teraba bila diperlukan
- Nadi meningkat, te- - Membran mukosa7. Jaga keakuratan catatan intake dan output
kanan darah menu-run, lembab 8. Monitor membrane mukosa, turgor kulit dan rasa
tekanan nadi menurun - Turgor kulit normal haus
- Penurunan pengisian - Berat badan stabil dan 9. Monitor warna dan jumlah urin
kapiler dalam batas normal 10. Monitor distensi vena leher, krakles, odem perifer
- Perubahan status mental- Kelopak mata tidak ce- dan peningkat
- Penurunan urin out-put kung an berat badan.
- Peningkatan konsen-trasi
- Fontanela tidak cekung 11. Monitor akses intravena
urin - Urin output normal 12. Monitor tanda dan gejala asites
- Peningkatan suhu tubuh- Tidak demam 13. Catat adanya vertigo
- Hematokrit mening-kat - Tidak ada rasa haus yang 14. Pertahankan aliran infuse sesua advis dokter
- Kehilangan berat ba-dan sangat
mendadak. - Tidak ada napas pendek Manajemen Cairan (4120)
/ kusmaul 1. Timbang berat badan dan monitor ke-
cenderungannya.
Balance Cairan (0601) 2. Timbang popok
- Tekanan darah normal 3. Pertahankan keakuratan catatan intake dan output
- Nadi perifer teraba 4. Pasang kateter bila perlu
- Tidak terjadi ortostatik5. Monitor status hidrasi (kelembaban membrane
hypotension mukosa, denyut nadi, tekanan darah)
- Intake-output seimbang 6. Monitor vital sign
dalam 24 jam 7. Monitor tanda-tanda overhidrasi / ke-lebihan
- Serum, elektrolit dalam cairan (krakles, edema perifer, distensi vena leher,
batas normal. asites, edema pulmo)
- Hmt dalam batas normal8. Berikan cairan intravena
- Tidak ada suara napas 9. Monitor status nutrisi
tambahan 10. Berikan intake oral selama 24 jam
- BB stabil 11. Berikan cairan dengan selang (NGT) bila perlu
- Tidak ada asites, edema 12. Monitor respon pasien terhadap terapi elektrolit
perifer 13. Kolaborasi dokter jika ada tanda dan gejala
- Tidak ada distensi vena kelebihan cairan
leher
- Mata tidak cekung Manajemen Hipovolemia (4180)
- Tidak bingung 1. Monitor status cairan intake dan output
- Rasa haus tidak berlebih-
2. Pertahankan patensi akses intravena
an 3. Monitor Hb dan Hct
- Membrane mukosa lem- 4. Monitor kehilangan cairan (muntah dan diare)
bab 5. Monitor tanda vital
- Hidrasi kulit adekuat 6. Monitor respon pasien terhadap perubahan cairan
7. Berikan cairan isotonic / kristaloid (Na-Cl, RL,
Asering) untuk rehidrasi eks-traseluler
8. Monitor tempat tusukan intravena dari tanda
infiltrasi atau infeksi
9. Monitor IWL (misalnya : diaporesis)
10. Anjurkan klien untuk menghindari meng-ubah
posisi dengan cepat, dari tidur ke duduk atau berdiri
11. Monitor berat badan secara teratur
12. Monitor tanda-tanda dehidrasi ( turgor kulit
menurun, pengisian kapiler lambat, membrane
mukosa kering, urin output menurun, hipotensi,
rasa haus meningkat, nadi lemah.
13. Dorong intake oral (distribusikan cairan selama 24
jam dan beri cairan diantara waktu makan)
14. Pertahankan aliran infus
15. Posisi pasien Trendelenburg / kaki elevasi lebih
tinggi dari kepala ketika hipotensi jika perlu

Monitoring Elektrolit (2020)


1. Monitor elektrolit serum
2. Kolaborasi dokter jika ada ketidak-seimbangan
elektrolit
3. Monitor tanda dan gejala ketidak-seimbangan
elektrolit (kejang, kram perut, tremor, mual dan
muntah, letargi, cemas, bingung, disorientasi, kram
otot, nyeri tulang, depresi pernapasan, gangguan
ira-ma jantung, penurunan kesadaran : apa-tis,
coma)

Manajemen Elektrolit (2000)


1. Pertahankan cairan infuse yang me-ngandung
elektrolit
2. Monitor kehilangan elektrolit lewat suc-tion
nasogastrik, diare, diaporesis
3. Bilas NGT dengan normal salin
4. Berikan diet makanan yang kaya kalium
5. Berikan lingkungan yang aman bagi klien yang
mengalami gangguan neurologis atau
neuromuskuler
6. Ajari klien dan keluarga tentang tipe, penyebab,
dan pengobatan ketidakse-imbangan elektrolit
7. Kolaborasi dokter bila tanda dan gejala
ketidakseimbangan elektrolit menetap.
8. Monitor respon klien terhadap terapi elektrolit
9. Monitor efek samping pemberian su-plemen
elektrolit.
10. Kolaborasi dokter pemberian obat yang
mengandung elektrolit (aldakton, kalsium
glukonas, Kcl).
11. Berikan suplemen elektrolit baik lewat oral, NGT,
atau infus sesuai advis dokter

4. PK: Syok hipovolemia Setelah dilakukan tindak- 1. Kaji dan catat status perfusi perifer. Laporkan
b.d dehidrasi an / penanganan selama temuan bermakna : ekstremitas dingin dan pucat,
1 jam diharapkan klien penurunan amplitude nadi, pengisian kapiler
mempunyai perfusi yang lambat.
adekuat, dengan criteria :2. Pantau tekanan darah pada interval sering ;
waspadai pada pembacaan lebih dari 20 mmHg di
Kriteria hasil : bawah rentang normal klien atau indicator lain dari
- Amplitudo nadi perifer hipotensi : pusing, perubahan mental, keluaran urin
meningkat menurun.
- 3.
Pengisian kapiler singkat Bila hipotensi terjadi, tempatkan klien pada posisi
(< 2 detik) telentang untuk meningkatkan aliran balik vena.
- Tekanan darah dalam Ingat bahwa tekanan darah > atau = 80/60 mmHg
rentang normal untuk perfusi koroner dan arteri ginjal yang
- CVP > atau = 5 cm H2O adekuat.
- Frekuensi jantung teratur4. Pantau CVp (bila jalur dipasang) untuk
- Berorientasi terhadap menentukan keadekuatan aliran balik vena dan
waktu, tempat, dan orang volume darah; 5-10 cm H2O biasanya dianggap
- Keluaran urin > atau = 30 rentang yang adekuat. Nilai mendekati 0
ml/jam menunjukkan hipovolemia, khususnya bila terkait
- Akral hangat dengan keluaran urin menurun, vasokonstriksi, dan
- Nadi teraba peningkatan frekuensi jantung yang ditemukan
- Membran mukosa pada hipovolemia.
lembab 5. Observasi terhadap indicator perfusi serebral
- Turgor kulit normal menurun : gelisah, konfusi, penurunan tingkat
- Berat badan stabil dan kesadaran. Bila indicator positif terjadi, lindungi
dalam batas normal klien dari cidera dengan meninggikan pengaman
- Kelopak mata tidak tempat tidur dan menempatkan tempat tidur pada
cekung posisi paling rendah. Reorientasikan klien sesuai
- Tidak demam indikasi.
- Tidak ada rasa haus yang6. Pantau terhadap indicator perfusi arteri koroner
sangat menurun : nyeri dada, frekuensi jantung tidak
- Tidak ada napas pen-dek teratur.
/kusmaul 7. Pantau hasil laboratorium terhadap BUN (>20
mg/dl) dan kreatinin (>1,5 mg/dl) meninggi ;
laporkan peningkatan.
8. Pantau nilai elektrolit terhadap bukti ketidak
seimbangan , terutama Natrium (>147 mEq/L) dan
Kalium (>5 mEq/L). Waspadai tanda hiperkalemia
: kelemahan otot, hiporefleksia, frekuensi jantung
tidak teratur. Juga pantau tanda hipernatremia,
retensi cairan dan edema.
9. Berikan cairan sesuai program untuk
meningkatkan volume vaskuler. Jenis dan jumlah
cairan tergantung pada jenis syok dan situasi klinis
klien : RL, Asering
10. Siapkan untuk pemindahan klien ke ICU/PICU
(Keperawatan Medical Bedah : Swearingen :
1996)

5. Takut b.d tindakan inva- Setelah dilakukan tindak- Coping enhancement (5230)
sif, hospitalisasi, penga- an keperawatan selama 1. Kaji respon takut pasien : data objektif dan
laman lingkungan yang X 24 jam rasa takut klien subyektif
kurang bersahabat. (00148) berkurang, dengan criteria
2. Jelaskan klien / keluarga tentang proses penyakit
: 3. Terangkan klien / keluarga tentang semua
Batasan karakteristik : pemeriksaan dan pengobatan
- Panik Fear control (1404) : 4. Sampaikan sikap empati (diam, memberikan sen-
- Teror - Klien tidak menyerang tuhan, mengijinkan mena-ngis, berbicara dll)
- Perilaku menghindar atau menghindari sumber 5. Dorong orang tua untuk selalu menemani anak
atau menyerang yang menakutkan 6. Berikan pilihan yang realistis tentang aspek
- Impulsif - Klien menggunakan tek- perawatan
- Nadi, respirasi, TD nik relaksasi untuk me- 7. Dorong klien untuk melakukan aktifitas sosial dan
sistolik meningkat ngurangi takut komunitas
- Anoreksia - Klien mampu mengontrol 8. Dorong penggunaan sumber spiritual
- Mual, muntah respon takut
- Pucat - Klien tidak melarikan Anxiety Reduction (5820)
- Stimulus sebagai an- diri 1. Jelaskan semua prosedur termasuk perasaan yang
caman - Durasi takut menurun mungkin dialami selama menjalani prosedur
- Lelah - Klien kooperatif saat di-
2. Berikan objek yang memberikan rasa aman
- Otot tegang lakukan perawatan dan 3. Berbicara dengan pelan dan tenang
- Keringat meningkat pengobatan 4. Membina hubungan saling percaya
- Gempar 5. Jaga peralatan pengobatan di luar penglihatan klien
- Ketegangan mening-kat Anxiety control (1402) 6. Dengarkan klien dengan penuh perhatian
- Menyatakan takut - Tidur pasien adekuat 7. Dorong klien mengungkapkan perasaan, persepsi
- Menangis - Tidak ada manifestasi dan takut secara verbal
- Protes fisik 8. Berikan aktivitas / peralatan yang meng-hibur
- Melarikan diri - Tidak ada manifestasi untuk mengurangi ketegangan
perilaku 9. Anjurkan klien menggunakan teknik relaksasi
- Klien mau berinteraksi10. Anjurkan orang tua untuk membawakan mainan
sosial kesukaan dari rumah
11. Mengusahakan untuk tidak mengulang
pengambilan darah
\ 12. Libatkan orang tua dalam perawatan dan
pengobatan
13. Berikan lingkungan yang tenang
14. Batasi pengunjung
6. Cemas orang tua b.d Setelah dilakukan Coping enhancement (5230)
perkembangan penyakit tindakan keperawatan1. Kaji respon cemas orang tua
anaknya (diare, muntah, selama X per-temuan 2. Jelaskan orang tua tentang proses penyakit
panas, kembung) kecemasan orang tua anaknya
berkurang, dengan criteria3. Bantu orang tua untuk mengenali penyebab diare.
Batasan karakteristik : : 4. Terangkan orang tua tentang prosedur pemeriksaan
- Orang tua sering dan pengobatan
bertanya Anxiety control (1402) 5. Beritahu dan jelaskan setiap perkem-bangan
- Orang tua meng- - Tidur adekuat penyakit anaknya
ungkapkan perasaan
- Tidak ada manifestasi 6. Dorong penggunaan sumber spiritual
cemas fisik
- Khawatir - Tidak ada manifestasi Anxiety Reduction (5820)
- Kewaspadaan me- perilaku 1 Jelaskan semua prosedur termasuk pera-saan yang
ningkat - Mencari informasi untuk mungkin dialami selama men-jalani prosedur
- Mudah tersinggung mengurangi cemas 2 Berikan objek yang dapat memberikan ra-sa aman
- Gelisah - Menggunakan teknik re- 3 Berbicara dengan pelan dan tenang
- Wajah tegang, me-merah laksasi untuk mengurangi 4 Membina hubungan saling percaya
- Kecenderungan me- cemas 5 Dengarkan dengan penuh perhatian
nyalahkan orang lain - Berinteraksi sosial 6 Ciptakan suasana saling percaya
7 Dorong orang tua mengungkapkan pera-saan,
Aggression Control (1401) persepsi dan cemas secara verbal
- Menghindari kata yang 8 Berikan peralatan / aktivitas yang meng-hibur
meledak-ledak untuk mengurangi ketegangan
- Menghindari perilaku 9 Anjurkan untuk menggunakan teknik re-laksasi
yang merusak 10 Berikan lingkungan yang tenang, batasi
- Mampu mengontrol ung- pengunjung
kapan verbal

Coping (1302)
- Mampu mengidentifikasi
pola koping yang efektif
dan tidak efektif
- Mampu mengontrol ver-
bal
- Melaporkan stress / ce-
masnya berkurang
- Mengungkapkan mene-
rima keadaan
- Mencari informasi ber-
kaitan dengan penyakit
dan pengobatan
- Memanfaatkan dukungan
social
- Melaporkan penurunan
stres fisik
- Melaporkan peningkatan
kenyamanan psikisnya
- Mengungkapkan membu-
tuhkan bantuan
- Melaporkan perasaan ne-
gatifnya berkurang
- Menggunakan strategi
ko-ping efektif
7 Kurang pengetahuan kli- Setelah dilakukan Teaching : Disease Process (5602)
en / orang tua tentang penjelasan selama X 1. Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan
diare b.d kurang informa- pertemuan klien / orang klien / orang tua tentang proses penyakitnya
si, keterbatasan kognisi, tua mengetahui dan
2. Jelaskan patofisiologi diare dan ba-gaimana hal ini
tak familier dengan sum- memahami tentang penya- berhubungan dengan ana-tomi dan fisiologi dengan
ber informasi. kitnya, dengan criteria : cara yang sesuai.
3. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul
Batasan Karakteristik : Knowledge : Disease pada diare dengan cara yang sesuai
- Mengungkapkan ma- Process (1803) : 4. Gambarkan proses penyakit diare dengan cara
salah - Mengetahui jenis / nama yang sesuai
- Tidak tepat mengiku-ti penyakitnya 5. Identifikasi kemungkinan penyebab de-ngan cara
perintah - Mampu menjelaskan pro- yang tepat
- Tingkah laku yang ses penyakit 6. Bantu klien / orang tua mengenali faktor penyebab
berlebihan (histeris,
- Mampu menjelaskan fak- diare
bermusuhan, agitasi, tor resiko 7. Berikan informasi upaya-upaya mencegah diare :
apatis) - Mampu menjelaskan efek selalu merebus air minum, mencuci tangan sebelum
penyakit makan, tidak makan di sembarang tempat, merebus
- Mampu menjelaskan tan- dot / botol susu sebelum digunakan,
da dan gejala penyakit memperhatikan kebersihan lingkungan dll
- Mampu menjelaskan 8. Berikan informasi pada klien / orang tua tentang
komplikasi kondisi / perkembangan kesehatan dengan tepat
- Mampu menjelaskan ba- 9. Sediakan informasi tentang pengukuran diagnostik
gaimana mencegah kom- yang tersedia
plikasi 10. Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin
diperlukan untuk mencegah komplikasi di masa
Knowledge : Health be- yang akan datang dan atau proses pengontrolan
havors (1805) penyakit
- Mampu menjelaskan pola Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
11.
nutisi yang sehat 12. Gambarkan pilihan rasional rekomendasi
- Mampu menjelaskan ak- manajemen terapi / penanganan
tifitas yang bermanfaat 13. Dukung klien/ orang tua untuk meng-eksplorasikan
- Mampu menjelaskan cara atau mendapatkan second opinion dengan cara
pencegahan diare yang tepat
- Mampu menjelaskan tek- 14. Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan
nik manajemen stress dengan cara yang tepat
- Mampu menjelaskan efek Instruksikan klien / orang tua mengenai tanda dan
15.
zat kimia gejala untuk melaporkan pada pemberi perawatan
- Mampu menjelaskan ba- Kuatkan informasi yang disediakan tim kesehatan
16.
gaimana mengurangi re- yang lain dengan cara yang tepat
siko sakit
- Mampu menjelaskan Teaching
ba- Procedur / Treatment (5618)
gaimana 1. Informasikan kepada klien dan orang tua kapan
menghindari
lingkungan yang berba- prosedur pengobatan akan di-laksanakan
haya (sanitasi kurang) 2. Informasikan seberapa lama prosedur pengobatan
- Mampu menjelaskan cara akan dilakukan
pemakaian obat sesuai 3. Informasikan tentang peralatan yang akan
resep digunakan dalam pengobatan
4. Informasikan kepada orang tua siapa yang akan
melakukan prosedur pengobatan
5. Jelaskan tujuan dan alasan dilakukan prosedur
pengobatan
6. Anjurkan kepada klien untuk kooperatif saat
dilakukan prosedur pengobatan
7. Jelaskan tentang perasaan yang mungkin akan
dialami selama dilakukan prosedur pengobatan
8. Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan Airway manajemen ( 3140)
b.d hiperventilasi tindakan 1
perawatan Buka jalan napas, gunakan teknik chin lift atau jaw
selama X 24 jam pola thrust bila perlu
Batasan karakteristik : nafas efektif, dengan 2 Posisikan klien untuk memaksimalkan ventilasi
- Penurunan tekanan criteria : 3 Identifikasi pasien perlunya pemasangan jalan
inspirasi / ekspirasi napas buatan
- Penurunan ventilasi per Respiratory status 4: Pasang mayo bila perlu
menit Airway patency (0410) 5: Lakukan fisioterapi dada bila perlu
- Penggunaan otot na-fas - Suara napas bersih 6 Keluarkan secret dengan batuk atau suction
tambahan - Tidak ada sianosis 7 Auskultasi suara napas , catat adanya suara
- Pernafasan nasal fla-ring- Tidak sesak napas tambahan
- Dispneu - Irama napas 8
dan Kolaborasi pemberian bronkodilator bila perlu
- Ortopneu frekuensi napas dalam 9 Monitor respirasi dan status oksigen
- Penyimpangan dada rentang nor-mal
- Nafas pendek - Pasien tidak merasa ter- Respirasi Monitoring (3350)
- Posisi tubuh menun- cekik 1 Monitor rata-rata, ritme, kedalaman, dan usaha
jukkan posisi 3 poin - Tidak ada sianosis napas
- Nafas pursed-lip (de- - Tidak gelisah 2 Catat gerakan dada apakah simetris, ada
ngan bibir) - Sputum berkurang penggunaan otot tambahan, dan retraksi
- Ekspirasi memanjang 3 Monitor crowing, suara ngorok
- Peningkatan diame-ter Respiratory status 4: Monitor pola napas : bradipneu, takipneu,
anterior-posterior ventilation (0403) kusmaull, apnoe
- Frekuensi nafas - Respirasi dalam rentang5 Dengarkan suara napas : catat area yang
Bayi : < 25 atau > 60 normal ventilasinya menurun / tidak ada dan catat adanya
1-4 th : < 20 atau > 30 - Ritme dalam batas suara tambahan
5-14 th : < 14 atau > 25 normal 6 K/p suction dengan mendengarkan suara ronkhi
> 14 th : < 11 atau > 24 - Ekspansi dada simetris atau crakles
- Kedalaman nafas - Tidak ada sputum di 7 Monitor peningkatan gelisah, cemas, air hunger
Volume tidal de-wasa saat jalan napas 8 Monitor kemampuan klien untuk batuk efektif
istira-hat 500 ml - Tidak ada penggunaan 9 Catat karakteristik dan durasi batuk
Volume tidal ba-yi 6-8 otot-otot tambahan 10 Monitor secret di saluran napas
ml/kg BB - Tidak ada retraksi dada 11 Monitor adanya krepitasi
- Penurunan kapasitas - Tidak ditemukan dispneu 12 Monitor hasil roentgen thorak
vital - 13
Dispneu saat aktivitas ti- Bebaskan jalan napas dengan chin lift atau jaw
- Timing rasio dak ditemukan thrust bila perlu
- Napas pendek-pendek ti- 14 Resusitasi bila perlu
dak ditemukan 15 Berikan terapi pengobatan sesuai advis (oral,
- Tidak ditemukan taktil injeksi, atau terapi in-halasi)
fremitus
- Tidak ditemukan suara Cough Enhancement (3250)
napas tambahan 1 Monitor fungsi paru-paru, kapasitas vital, dan
inspirasi maksimal
2 Dorong pasien melakukan nafas dalam, ditahan 2
detik lalu batuk 2-3 kali
3 Anjurkan klien nafas dalam beberapa kali,
dikeluarkan dengan pelan-pelan dan ba-tukkan di
akhir ekspirasi

Terapi Oksigen (3320)


1. Bersihkan secret di mulut, hidung dan tra-khea /
tenggorokan
2. Pertahankan patensi jalan nafas
3. Jelaskan pada klien / keluarga tentang pentingnya
pemberian oksigen
4. Berikan oksigen sesuai kebutuhan
5. Pilih peralatan sesuai kebutuhan : kanul nasal 1-3
l/mnt, head box 5-10 l/mnt, dll
6. Monitor aliran oksigen
7. Monitor selang oksigen
8. Cek secara periodik selang oksigen, air humidifier,
aliran oksigen
9. Observasi tanda kekurangan oksigen : gelisah,
sianosis dll
10. Monitor tanda keracunan oksigen
11. Pertahankan oksigen selama dalam trans-portasi
12. Anjurkan klien / keluarga untuk menga-mati
persediaan oksigen, air humidifier, jika habis
laporkan petugas
9. Intoleransi aktivitas b.d Setelah dilakukan
Activity therapy (4310)
ketidakseimbangan suplai tindakan keperawatan1 Catat frekuensi jantung irama, perubahan tekanan
dan kebutuhan O2, selama x 24 jam, klien darah sebelum, selama, setelah beraktivitas sesuai
kelemahan mampu mencapai : indikasi
activity toleransi , dengan
2 Tingkatkan istirahat, batasi aktivitas dan berikan
Batasan Karakteristik : indikator : aktivitas senggang yang tidak berat
- Laporan kerja : kele- 3 Batasi pengunjung
lahan dan kelemahan Activity 4
tolerance Monitor / pantau respon emosi, fisik, sosial dan
- Respon terhadap akti- (0005) spiritual
vitas menunjukkan na-di - Saturasi oksigen dalam 5 Jelaskan pola peningkatan aktivitas secara
dan tekanan darah batas normal ketika bertahap
abnormal beraktivitas 6 Bantu klien mengenal aktivitas dengan penuh arti
- Perubahan EKG me- - HR dalam batas normal Bantu klien mengenal pilihan untuk baktivitas
7
nunjukkan aritmia / ketika beraktivitas 8 Bantu klien mengenal dan memperoleh akal,
disritmia - Respirasi dalam batas sumber yang dibutuhkan untuk keinginan
- Dispneu dan ketidak- normal saat beraktivitas beraktivitas
nyamanan yang sangat - Tekanan darah sistolik 9 Tentukan kien komitmen untuk me-ningkatkan
- Gelisah dalam batas normal saat frekuensi dan atau jarak un-tuk aktivitas
beraktivitas 10 Kolaborasi yang berhubungan dengan fisik, terapi
- Tekanan darah diastolik rekreasi, pengawasan program aktivitas yang tepat
dalam batas normal saat 11 Bantu klien membuat rencana yang khusus untuk
beraktivitas pengalihan aktivitas rutin tiap hari
- EKG dalam batas Bantu klien / keluarga mengenal ke-kurangan mutu
12
normal aktivitas
- Warna kulit 13 Latih klien / keluarga mengenai peran fisik, sosial,
- Usaha bernafas saat spiritual , pengertian aktivitas didalam
beraktivitas pemeliharaan kesehatan
- Berjalan di ruangan 14 Bantu klien / keluarga menyesuaikan ling-kungan
- Berjalan jauh dengan keinginan aktivitas
- Naik tangga 15 Berikan aktivitas yang meningkatkan perhatian
- Kekuatan ADL dalam jangka waktu tertentu
- Kemampuan 16 Fasilitasi penggantian aktivitas ketika klien sudah
berbicara saat latihan melewati batas waktu, energi dan pergerakan
17 Berikan lingkungan yang tidak berbahaya untuk
berjalan sesuai indikasi
18 Berikan bantuan yang positif untuk partisipasi
didalam aktivitas
19 Bantu klien menghasilkan motivasi sendiri
20 Monitor emosi, fisik, sosial, dan spiritual dalam
aktivitas
21 Bantu klien / keluarga monitor men-apatkan
kemajuan untuk mencapai tujuan

Dysrhythmia management (4090)


Aktivitas :
1. Mengetahui dengan pasti klien dan ke-luarga yang
mempunyai riwayat penyakit jan-ung
2. Monitor dan periksa kekurangan oksigen
keseimbangan asam basa, elektrolit.
3. Rekam EKG
4. Anjurkan istirahat setiap terjadi serangan.
5. Catat frekuensi dan lamanya serangan .
6. Monitor hemodinamik.

DAFTAR PUSTAKA

- Arif Mansjoer dkk, Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius FKUI Jakarta, 2000
- Budi Santosa, Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006, Prima Medika
- Hardiono D. Pusponegoro dkk, Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak, IDAI, 2004
- Helen Lewer, Learning to Care on the Paediatric Ward : terjemahan, EGC, 996
- Joanne C. McCloskey, Nursing Intervention Classification (NIC), Mosby-Year Book, 1996
- Joyce Engel, Pocket Guide to Pediatric Assesment : terjemahan, EGC, 1998
- Judith M. Wilkinson, Prentice Hall Nursing Diagnosis Handbook with NIC Intervention and
NOC Outcomes, Upper Saddle River, New Jersey, 200
- Marion Johnson, Nursing Outcomes Classification (NOC), Mosby-Year Book, 2000
- Rosa M. Sacharin, Principles of Paediatric Nursing : terjemahan , EGC, 1996
- Samih Wahab, Ilmu Kesehatan Anak, EGC, 2000
- Suriadi, Asuhan Keperawatan pada Anak, CV Agung Seto, Jakarta, 2001
- Swearingen, Keperawatan Medikal-Bedah, EGC, Jakarta, 2001
- Tri Atmadja DS, Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak, RSUD Wates, 2001
- ---------------------, Kumpulan Materi Pelatihan Keperawatan Profesional Dasar Anak, RSUP Dr
Sardjito, 2002
- --------------------, Kumpulan Materi Pelatihan Paediatrik Intensive Care Unit, RSUP Dr.
Sardjito, Yogyakarta, 2005
You might also like:

Video Noah Band - Separuh Aku

10 Fakta Unik Tentang Tutankhamun Sang Firaun Mesir

Sejarah Kegagalan Satelit Indonesia

Linkwithin

Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

No comments:
Post a Comment

Newer Post Older Post Home


Subscribe to: Post Comments (Atom)

Read more: http://aneka-wacana.blogspot.com/2012/03/asuhan-keperawatan-klien-dengan-


diare.html#ixzz3qxOVwQh1
TUMBUH KEMBANG ANAK
Leave a reply

PENGERTIAN

Perawat harus memahami betul pertumbuhan dan perilaku yang normal sesuai yang diharapkan
pada tahap perkembangan awal untuk membimbing dan meningkatkan kenormalan dan untuk
mendeteksi dan mencegah abnormalitas. Contohnya tanpa pengetahuan bahwa anak usia 2,5 3
tahun adalah usia toilet training, perawat tidak dapat meningkatkan pembelajaran ketrampilan ini
pada anak yang usianya sesuai

Tumbuh adalah proses bertambahnya ukuran/dimensi akibat penambahan jumlah dan atau
ukuran sel dan jaringan interseluler.

Kembang / perkembangan adalah proses pematangan / maturasi fungsi organ tubuh termasuk
berkembangnya kemampuan mental intelegensia serta tingkah laku anak.

Pertumbuhan dan perkembangan adalah suatu proses yang sinkron yang saling ketergantungan
dalam kesehatan seseorang. Seseorang mengalami perubahan pertumbuhan dan perkembangan
yang kualitatif dan kuantitatif

Pertumbuhan fisik

Adalah aspek peningkatan individu yang kuantitatif atau dapat diukur dalam ukuran fisik.
Indicator pertumbuhan yang dapat diukur meliputi : berat badan, tinggi badan, an gigi, tulang
dan usia seksual. Peningkatan indicator ini berarti tumbuh.

semua perubahan ukuran tubuh akibat multiplikasi sel atau pertambahan seluler

bertambahnya ukuran fisik (anatomis) dan structural tubuh dalam arti sebagian atau seluruhnya

Ciri ciri pertumbuhan :

Bersifat kuantitatif (dapat diukur dengan tinggi/panjang dalam satuan)

Diukur dengan keseimbangan metabolic, missal : retensi Na dan Ca dan umur tulang

meliputi perubahan baik besar, jumlah maupun ukuran.


Perkembangan

Suatu aspek kualitatif atau behavioural (perilaku) dari adaptasi progresif terhadap lingkungan.
Suatu contoh dari perubahan kualitatif ini adalah peningkatan kapasitas fungsi yang dihasilkan
dengan menguasai beberapa ketrampilan. Misalnya pre school dapat berpartisipasi dalam
melakukan pembicaraan via telephone dengan orangtua mereka. Sebelum menguasai kapasitas
ini mereka terlebih dahulu belajar kosakata sderhana, belajar meletakkan kata menjadi suatu
kalimat atau frase dan mengembangkan suatu pemahaman kognitif terhadap suatu objek yang
permanen

Bertambahnya kemampuan ketrampilan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih
kompleks

Suatu proses yang majemuk yang berlangsung seumur hidup dan merupakan interaksi antara
bakat, bawaan, faktor lingkungan dan faktor belajar/latihan dan interaksi dari proses kematangan
(peningkatan kemahiran dalam penggunaan fungsi tubuh)

Ciri ciri perkembangan :

bersifat kualitatif (tidak dapat dihitung dengan satuan tertentu)

meliputi mental, sosial dan emosional

bertambahnya kemapuan (skill)

Faktor faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan :

forces of nature

herediter.

Herediter/bakat/keturunan/konstitusional. Menentukan potensi/kemampuan bawaan atau bakat


tumbuh kembang anak yang di bawa sejak lahir, meliputi : kecerdasan, ras, suku bangsa, jenis
kelamin, warna rambut dan kulit, pertumbuhan fisik

Temperament : pembawaan

Karakteristik mood fisiologis yang dibwa anak sejak lahir dan meliputi gaya kepribadian : santai,
lamban, hangat, perangai sulit/ sukar.

External forces

Keluarga, Teman sebaya, Pengalaman hidup, Lingkungan kesehatan (Kesehatan prenatal,


Nutrisi, Istirahat, tidur dan latihan, Keadaan kesehatan), Lingkungan tempat tinggal

Lingkungan (biopsikososial) Menentukan dicapai tidaknya potensi bawaan


biologi / fisik : Kesehatan tubuh; Gizi; Perumahan, fasilitas , kesejahteraan; Pendidikan; Tingkat
ekonomi; Lapangan kerja

Psikososial : Kesehatan jiwa, Cara pengasuhan anak, Pendidikan anak, Nilai sosial budaya,
Kebiasaaan, Kepercayaan, Tradisi.

Maturasi / kematangan:

Maturasi adalah suatu proses menjadi sepenuhnya tumbuh dan berkembang. Meliputi
kemampuan biologis individu, kondisi fisiologis, dan keinginan untuk belajar menjadi lebih
matur atau dewasa lagi.

Periode kritis dari perkembangan :

Periode kritis adalah suatu rentang waktu yang spesifik dimana lingkungan memiliki dampak
yang besar pada seseorang. Selama masa kritis ini, beberapa bentuk stimulasi sensori diperlukan
untuk proses perkembangan. Tanpa stimulasi, pemenuhan tahap tugas akan menjadi sulit atau
bahkan tidak mampu memenuhi ketrampilan atau kemampuan tsb. Contoh : toodler yang tidak
dilatih untuk belajar berjalan dalam suatu periode kemungkinan akan mengalami kesulitan dalam
belajar di lain waktu. Stimulus yang diberikan terlalu awal juga tidak ada manfaatnya. Jadi
tergantung dari waktu dan kadar stimulasi dan kesiapan distimulasi oleh lingkungan.

Prinsip dasar pertumbuhan dan perkembangan :

Perkembangan arah dan perjalanannya searah dengan aksis tubuh :Cephalocaudal,


Proximodistal, Differentiation
Perkembangan adalah suatu hal yang kompleks, dapat diperkirakan, terjadi dalam pola dan
kronologis yang konsisten.
Perkembangan unik pada masing-masing individu dan potensial genetiknya, dan setiap individu
cenderung untuk mencari potensial perkembangan yang maksimal
Perkembangan terjadi melalui konflik dan adaptasi dan aspek yang berbeda mengembangkan
perbedaan , periode equilibrium dan disequilibrium.
Perkembangan meliputi tantangan bagi individu dalam menciptakan beberapa tugas sesuai usia
spesifik dan kemampuan
Tugas perkembangan memerlukan latihan dan energy
JENIS TUMBUH KEMBANG

Tumbuh kembang fisis meliputi perubahan dalam bentuk besar dan fungsi organisme
individu;Tumbuh kembang intelektual berkaitan dengan kepandaian berkomunikasi dan
kemampuan menangani materi yang bersifat abstrak dan simbolik seperti
berbicara,bermain,berhitung dan membaca; Tumbuh kembang social emosional bergantung
kemampuan bayi untuk membentuk ikatan batin,berkasih sayang,menangani kegelisahan akibat
suatu frustasi dan mengelola rangsangan agresif.

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TUMBUH KEMBANG


Faktor Genetik, Faktor herediter konstitusional, Faktor lingkungan

Lingkungan ini meliputi aspek fisikobiopsikososial yang dapat berupa :

Orang tua : hidup rukun dan harmonis,persiaan jasmani,mental,social yang matang pada saat
membina keluarga,mempunyai tingkat ekonomo/kesejahteraan yang cukup,cukup waktu untuk
memperhatikan,membimbing dan mendidik anak

Pelayanan KIA dan KB yang cukup untuk perlindungan kesehatan Ibu dan Anak dengan jaringan
dan fasilitas yang memadai dalam tenaga,peralatan,anggaran dan mencakup seluruh populasi.

Didaerah perkotaan m,aupun pedesaan diciptakan keadaan yang cukup baik dalam segi-segi :
kesehatan,geografis,demografis,social ekonomi.

Pendidikan di rumah,sekolah, diluar sekolah dan rumah untuk pembinaan perkembangan emosi,
social, moral, etika, tanggung jawab,pengetahuan, ketrampilan dan kepribadian.

TAHAP TAHAP TUMBUH KEMBANG

Proses tumbuh kembang dimulai sejak sel telur dibuahi dan akan berlangsung sampai dewasa.

Tahap prenatal

Periode pre natal : konsepsi sampai dengan kelahiran

Germinal : konsepsi sampai kira-kira 2 minggu

Embrionik : 2-8 minggu

Fetal/janin : 8-40 minggu.

Pertumbuhan yang cepat dan ketergantungan total menjadikan fase ini sebagai suatu periode
yang krusial dalam proses perkembangan.

Tahap postnatal

Masa neonatal : lahir 1 bulan

Masa bayi awal : 1 bulan 1 tahun

Masa bayi lanjut : 1 tahun 2 tahun

Masa anak (wanita : 2-10 tahun, laki-laki : 2-12 tahun) :

Masa prasekolah : 2 6 tahun


Masa sekolah : wanita 6 10 tahun,laki-laki 6 12 tahun

Masa remaja (adolesen) : wanita 10-18 tahun, laki-laki 12-20 tahun

Pra pubertas : wanita 10-12 tahun,laki-laki 10-14 tahun

Pubertas : wanita 12-14 tahun,laki-laki 14-15 tahun

Post pubertas :wanita 14-18 tahun,laki-laki 16-20 tahun

SKRINING DAN PENGAWASAN TUMBUH KEMBANG

Pengawasan tumbuh kembang anak dilakukan secara kontinue dengan pencatatan yang baik
dimulai sejak dalam kandungan (Ante Natal Care) secara teratur dan pengawasan terutama anak
balita.

Untuk pertumbuhan anak dengan pengukuran BB dan TB menggunakan Kartu Menuju Sehat
(KMS).

Untuk perkembangan anak dengan menggunakan DDST (Denver Development Screening Test).

Sedangkan tahap-tahap penilaian perkembangan anak yaitu :

Anamnesis; Skrining gangguan perkembangan anak; Evaluasi penglihatan dan pendengaran


anak; Evaluasi bicara dan bahasa anak; Pemeriksaan fisik.

TEORI PERKEMBANGAN

Perkembangan Psikoseksual Menurut Sigmund Freud

Fase Oral : 0 1 tahun

Keuntungan : Kepuasaan/kebahagian terletak pada mulut. Mengisap,menelan,memainkan


bibir,makan,kenyang dan tidur.

Kerugian : menggigit,mengeluarkan air liur,marah,menangis jika tidak terpenuhi.

Fase Anal : 1 3 tahun

Keuntungan : belajar mengontrol pengeluran BAB dan BAK,senang melakukan sendiri

Kerugian : jika tidak dapat melakukan dengan baik.

Fase Phalic : 3 6 tahun

Dekat dengan orang tua lawan jenis. Bersaing dengan orang tua sejenis
Fase latent : 6 12 tahun

Orientasi social keluar rumah, Pertumbuhan intelektual dan social, Banyak teman dan punya
group, Impuls agresivitas lebih terkontrol

Fase genital

Pemusatan seksual pada genital, Penentuan identitas, Belajar tidak tergantung pada orang tua,
Bertanggung jawab pada diri sendiri, Intim dengan lawan jenis.

Perkembangan Psikososial (Erikson)

Percaya vs Tidak Percaya ( 0-1 tahun) kepercayaan darai orang tua dan rasa tidak percaya pada
orang lain karena kebutuhan dasar tidak terpenuhi.

Otonomi vs Rasa Malu dan dan ragu (1-3 tahun) otonomi berpusat apda pengontrolan tubuh
dan lingkungannya, belajar dari meniru, malu dan ragu muncul jika anak merasa dirinay kerdil.

Inisiatif vs Rasa Bersalah (3-6 tahun) inisiatif diperoleh dengan cara mengkaji lingkungan. jika
anak berprestasi dan ortu memberikan reinforcement positif, maka anak akan lebih kreatif.

Anak merasa bersalah jika dai tidak berprestasi.

Industry vs Inferiority (6-12 tahun) berinteraksi social dengan teman di lingkungannya,


perasaan rendah diri/inferior muncul jika mendapat tuntutan dari lingkungan.

Identitas vs Kerancuan peran kejelasan identitas diperoleh jika ada kepuasan yang diperoleh
dari orang tua atau lingkungan tempat tinggal anak.

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PADA BAYI (0-1 TAHUN)

Karakteristik fisik

Usia 0 6 bulan

Berat badan

BB akan menjadi 2 kali lipat pada usia 6 bulan, BB bayi akan bertambah kira kira 0,6 kg/bulan

Panjang badan

Panjang badan rata rata saat umur 6 bulan akan mencapai 65 cm, Panjang badan meningkat
dengan kecepatan 2,5 cm per tahun

Lingkar kepala
Lingkar kepala mencapai 42,5 cm pada usia 6 bulan, Lingkar kepala meningkat 1,25 cm
perbulan

Usia 6 12 bulan

berat badan

BB menjadi 3 kali lipat pada usia 1 tahun, Perkiraan BB pada usia 1 tahun adalah 10 kg, Bayi
menambah BB 0,45 kg perbulan

panjang badan

Bagian badan yang mengalami pertumbuhan terpesat adalah badan, Bayi bertambah 1,25 cm
perbulan, Panjang badan total meningkat 50% pada usia 1 tahun

lingkar kepala

rata rata pertambahan lingkar kepala adalah 0,5 cm perbulan, pada usia 1 tahun lingkar kepala
akan mencapai 46 47 cm

Karakteristik perkembangan penglihatan pada bayi

Lahir :

ketajaman penglihatan 20/100 20/400, dapat fiksasi dan mengikuti suatu objek bergerak
dengan 450 dengan jarak 20 25 cm, belum dapat mengintegrasikan kepala dan pergerakan mata
dengan baik

4minggu

dapat melihat objek bergerak 900, dapat melihat orang pada saat bayi diajak bicara, kelenjar air
mata mulai berfungsi

6 12 minggu

mempunyai pandangan perifer sampai 1800, pemusatan pandangan pada objek dekat mulai 6
minggu, berkembang baik pada usia 3 bulan,, refleks mata bayi menghilang

12 20 minggu

mengenal botol susu, melihat tangan ketika duduk/tengkurap, dapat mengakomodasikan objek
yang dekat

20 28 minggu
mengatur postur untuk melihat objek, dapat mengambil boneka yang jatuh, berkembangnya
pengertian tentang warna untuk kuning dan merah, lebih suka pada stimulus visual yang
komplek, perkembangan koordinasi tangan dan kaki

28 44 minggu

dapat fiksasi atau mengikuti objek yang kecil, tidak adanya pandangan binokuler

44 52 minggu

ketajaman pandangan 20/40 20/60, ketajaman hilang jika ada strabismus, dapat mengikuti
pergerakan objek yang cepat

Karakteristik perkembangan pendengaran pada bayi

Lahir

respon pada suara keras dan reflek terkejut/moro, respon pada suara orang lebih cepat dari yang
lain, suara rendah tinggi mempunyai efek mendiamkan

8-12 minggu: menoleh kepala ketika mendengar, dengan suara dekat telinga

12-16 minggu : menggerakan kepala ke sisi lokasi suara dan melihat objek yang dapat
menimbulkan suara secara langsung

16-24 inggu : menggerakan kepala ke sisi suara , kemudian melihat ke atas ke bawah

24-32 minggu : berespon terhadap namanya sendiri

32-40 minggu : menggerakan kepala langsung ke arah sumber suara

40-52minggu

mengetahui beberapa kata dan artinya seperti tidak dan nama anggota keluarga, berusaha
mengontrol sendiri respon terhadap suara seperti mendengar untuk mendengar suara itu ada lagi
atau tidak

Karakteristik perkembangan keinginan untuk makan pada bayi

Lahir

reflek menghisap, menelan dan rooting; rasa makan dan keinginan untuk makan ditunjukan
dengan menangis, bila sudah terpenuhi akan tidur; refleks ekstrusi kuat

3-4 bulan: reflek ekstrusi disadari, mulai terdapat koordinasi mata dan tangan
4-5 bulan : dapat mendekatkan bibir pada cangkir /tempat minum

5-6 bulan : menggunakan jari tangan untuk memasukan makanan ke dalam mulut

6-7 bulan : mengigit dan mengunyah

kadang kadang memegang botol sendiri tapi tidak untuk minum

7-9 bulan

jika menolak makanan akan menutup bibir; memegang sendok dan bermain selama makan;
kadang kadang dapat minum dengan menggunakan sedotan atau minum dari cangkir dengan
bantuan

9-12bulan

memasukan potongan makanan kecil sendiri; memegang botol sendiri dan minum dari botol
tersebut; mulai dapat minum dengan elas /angkir tetapi masih banyak yang berjatuhan; mulai
dapat menggunakan sendok tapi masih banyak yang berjatuhan

Perkembangan kognitif (tahap sensori motor)

Usia 0 1 bulan

perilaku involunter, refleksif primer, orientasi austistik, tidak ada konsep baik diri sendiri
maupun orang lain

Usia 1 4 bulan

perilaku refleksif secara bertahap digantikan dengan gerakan volunteer, aktivitas berpusat di
sekitar tubuh, membuat usaha awal untuk mengulang atau menirukan tindakan, banyak
menunjukan perilaku trial and error, berusaha memodifikasi perilaku sebagai respon terhadap
stimulus, menunjukan orientasi simbolik, terlibat dalam suatu aktivitas karena aktivitas tersebut
mnyenangkan

Usia 4 8 bulan

menunjukan pengulangan tindakan yang bertujuan, menunjukan keinginan berperilaku untuk


mencapai tujuan, menentukan perbedaan intensitas (suara dan penglihatan), menirukan tindakan
sederhana, menunjukan permulaan objek permanen, antisipasi kejadian di massa yang akan
datang (makan), menunjukan kesadaran bahwa diri sendiri terpisah dari orang lain

Usia 8 12 bulan

mengantisipasi kejadian sebagai sesuatu yang menyenangkan atau tidak menyenangkan,


menunjukan tingkat kegawatan pada kesengajaan perilaku, menunjukan perilaku yang mengarah
ke tujuan, mencari objek yang hilang, memahami arti dan kata kata sederhana, menjadi lebih
mandiri dari figure keibuan

Perkembangan bahasa

Usia 1 bulan : mendekur, membuat suara seperti huruf hidup, membuat suara merengek ketika
sdang kesal, membuat suara berdeguk ketika sedang kenyang dan tersenyum

Usia 1 4 bulan : bersuara dan tersenyum, dapat membuat suara bunyi huruf hidup, bersuara dan
berceloteh

Usia 4 8 bulan

menggunakan vokalisasi yang semakin banyak, menggunakan kata kata yang terdiri dari 2
suku kata, dapat membuat dua bunyi vokal secara bersamaan (misalnya :baba)

Usia 8 12 bulan

menggunakan kata kata pertama,menggunakan bunyi untuk mengidentifikasi objek, orang dan
aktivitas, menirukan berbagai bunyi kata, dapat mengucapkan serangkaian suku kata, memahami
arti larangan, berespon terhadap panggilan, menggunakan 3 kosakata, menggunakan kalimay
satu kata

Perilaku sosialisasi

Usia 0 1 bulan ; bayi tersenyum tanpa mebeda bedakan

Usia 1 4 bulan

tersenyum pada wajah manusia, membentuk siklus tidur bangun, menangis menjadi suatu yang
berbeda, membeda bedakan wajah yang dikenal dan tidak dikenal, senang menatap wajah yang
dikenalnya, diam saja jika ada orang asing

Usia 4 8 bulan

merasaterpaksa jika ada orang asing, mulai bermain dengan mainan, takut akan kehadiran orang
asing, mudah frustasi, memukul mukul lengan dan kaki jika kesal

Usia 8 12 bulan

bermain permainan yang sederhana, menangis jika dimarahi, mengenali anggota keluarga,
menunjukan peningkatan kecemasan terhadap perpisahan

ASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Review kembali catatan medik masalah kesehatan yang berkaitan dengan gangguan pada
perkembangan anak

Kaji pengetahuan keluarga akan penyakit/masalah yag berkaitan dengan gangguan tumbang anak

Tentukan perkembangan anak sesuai umurnya (dengan DDST)

Kaji kemampuan fungsional anak yang meliputi kemampuannya dalam


makan,mandi,berpakaian,berjalan,memecahkan masalah dan berkomunikasi.

Kaji persepsi orang tua kan tingkat perkembangan anak dan pengharapan mereka terhadap
anaknya.

Kaji tentang hubungan orang tua denagan anak

Kaji sumber-sumber yang mendukung seperti tingkat perekonomian keluarga dll yang dapat
mendukung perkembangan anak.

DIAGNOSE KEPERAWATAN

Isolasi social

Resiko cedera

Resiko pertumbuhan disproporsional

Resiko keterlambatann perkembangan

Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan

Adult failure to thrive

DAFTAR PUSTAKA

Doenges M.E. at al., 1992, Nursing Care Plans, F.A. Davis Company, Philadelphia

Donna L. Wong, 2004, Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik Edisi 4, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta\

Heardman T.H (2009), NANDA International NURSING DIAGNOSES: DEFINITIONS AND


CLASSIFICATION 2009-2011. Wiley Blackwell. United Kingdom.

Hudak C.M., 1994, Critical Care Nursing, Lippincort Company, Philadelphia.

Joane C. Mc. Closkey, Gloria M. Bulechek, 1996, Nursing Interventions Classification (NIC),
Mosby Year-Book, St. Louis
Kuncara, H.Y, dkk, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth, EGC,
Jakarta

Mansjoer A, 1999,kapita selekta Kedokteran Jilid II,media Aesculapius FK UI Jakarta

Potter PA, Perry AG, 1993. Fundamental of Nursing: concept, process and practice. Third
edition. Missouri, US : mosby year book inc.

Short JR, 1994 Penyakit anak Jilid 2,Bina Aksara,Jakarta

Soeparman. (1987). Ilmu Penyakit Dalam, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.

Wong DL, 1995, Nursing Care Of Infant and Children Fifth Edition,Mosby Year
Book,Philadelpia USA.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN DIAGNOSA MEDIS
BRONCHOPNEMONIA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN DIAGNOSA MEDIS


BRONCHOPNEMONIA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN DIAGNOSA MEDIS


BRONCHOPNEMONIA

A. KONSEP DASAR

1. Pengertian

a. Bronchopneumonia adalah peradangan yang terjadi pada bronchus dan parencym paru.

b. Bronchopneumonia adalah suatu peradangan paru yang biasanya menyerang di bronkeoli terminal.
Dimana bronkeoli tersumbat oleh mukopurulen yang membentuk akumulasi dan padatan di lobuli yang
berdekatan ( Sudigdiodi dan Imam Supardi, 1998 )

2. Etiologi

Pada umumnya bronchopneumoni ini disebabkan oleh bebeapa kuman seperti

a) Bakteri : Pneumokokus, streptokokus, staflokokus, H. influenza, klebsiela, M. tubercolosis,


mycoplasma pneumonia.

b) Virus : Virus respiratoris, sinsisial, virus adeno,virus para influenza, virus influenza.

c) Jamur : Kandida, histoplasma,koksidiodes.

d) Protozoa : Pneumolistis karini

e) Bahan kimia : ~ aspirsi makanan / susu / isi lambung

~ keracunan hidrokarbon (minyak tanah, bensin dsb)


3.
Patofisiologi
4. Gejala Klinis

Bronchopneumonia biasanyadidahului oleh infeksi teraktus respiratorius bagian atas selama beberapa
hari. Suhu badan naik mendadak sampai 40 derajat celsius dan mungkin disertai kejang demam yang
tinggi. Anak sangat gelisah, sesak dan sianosissekundder hidung dan mulut, pernafasan cuping hidung
merupakan trias gejalayang patogmonile, kadang-kadang disertai muntah dan diare, batuk mula-mula
kering kemudian menjadi produktif.

5. Pemeriksaan fisik

a. Dada bagian yang sakit tertinggal

b. Retraksi intercostal

c. Perkusi mungkin redup

d. Suara nafas menurun atau bronchial

e. Rales halus nyaring (khas) pada pemulaan dan kemudian menjadi kasar stadium resolusi

6. Pemeriksaan penunjang

a) Laboratorium

Leeukositosis ( 18 40.000 / mm )dengan geseran kekiri pada hitungan jenis

LED meningkat

b) X foto thorax : Bercak-bercak infiltrat tersebar atau meliputi satu atau sebagian lobus

7. Penatalaksanaan

Anti biotik :

a) Pada penyakit yang ringan mungkin virus tidak perlu anti biotika

b) Pada klien yang dirawat inap harus segera diberi antibiotika

c) Pemilihan jenis antibiotika didasarkan atas umur, keadaan klien dan dugaan kuman penyebab yaitu :

a. Umur 3 bulan 5 tahun bila toksis mungkin disebabkan oleh streptokokus pneumonia, ineofilus
influenza, atau stafilokokus. Pada umumnya tidak dapat diketahui kiman penyebab maka secara praktis
dipakai :
Kombinasi : Penicilin Prokain 50.000 100.000 KL/ Kg /24 jam IM 1 2 kali sehari dan Kloramfenikol 50
100 mg / kg / 24 jam IV atau oral 4 kali sehari

Atau kombinasi : Amphisilin 50 100 mg / kg / 24 jam IM atau IV 4 kali sehari dan Kloksasilin 50 / mg / kg
/ 24 jam IM atau IV 4 kali sehari

Atau kombinasi : Eritromisin 50 mg / kg /24 jam oral 4 kali sehari dan Kloramfenikol (dosis sda) bila ada
alergi terhadap penisilin

b. Umur lebih dari 3 bulan biasanya disebabkan oleh sreptokokus pneumonia, stafilokokus atau antero
bakteriase

Kombinasi : Penisilin Prokain (dosis sda ) dan Gentamisin 5 7 mg/kg/24 jam IV 2 3 kali sehari

Atau kombinasi : Kloksasilin (dosis sda) dan Gentamisin (dosis sda). Kombinasi ini juga diberikan kepada
anak anak lebih dari 3 bulan dengan mal nutrisi berat atau pasien dengan immuno compomized.

c. Anak-anak yang lebih dari 5 tahun yang non teknis biasanya disebabkan oleh :

a. Streptokokus pneumonia

Penisilin Prokain IM

Fenoksimetil Pinisilin25.000 50.000 ki/kg/24 jam oral 4 kali sehari

Eritromsin (dosis sda)

Kotrimoksasol 6 30 mg/kg/24 jam oral 2 kali sehari

b. Mycoplasm pneumonia

Diberikan Eritromisin (dosis sda)

Apabila kuman penyebab dapat diisolasi atau terjadi efek samping obat misalnya alergi atau hasil
pengobatan tidak memuaskan perlu dilakukan reevaluasi apakah perlu dipilih antibiotika lain.Lamanya
pemberian antibiotika begantung pada : kemajuan klinis penderita yang jenis kuman penyebabnya yaitu
:Stafilokokus mungkin perlu 6 minggu parenteral dan jika penyebabanya Hemophilus Influenza atau
Streptokokus pneumonia cukup 10 14 hari.
8. Komplikasi

a) Abses paru f) Afelektasis

b) Empiema g) Piopneuma thorax

c) Perdarahan paru h) Sepsis (renjatan)

d) Bronchiektasis i) Gagal nafas

e) Pneumatosel j) Meningitis

k) Artritis

9. Konsep imunisasi

Umur Jenis imunisasi

0 1 bulan BCG, Polio I, Hepatitis A

2 bulan DPT I, Polio II, Hepatitis II

3 bulan DPT II, Polio III

4 bulan DPT III

5 bulan -

6 bulan Hepatitis III

9 bulan Campak

10. Konsep tumbuh kembang anak

a. Pertumbuhan

Berat badan

1 1 6 tahun : Umur (tahun) x 2 + 8

Tinggi badan
Lahir : 50 cm

Umur 1 tahun : 75 cm

1 tahun : 1,5 x TB lahir

b. Perkembangan

Menurut Erik Erikson (perkembangan psikososial )

1. Tahap trust versus miss trust (0 1 tahun)

o Percaya versus tidak percaya

o Dasar kepribadian ibu untuk percaya atau tidak percaya

o Jasa kebutuhan dasarnya terpenuhi akan percaya atau sebaliknya

2. Tahap autonomi versus shame and doubt (1 3 tahun)

Tahap otonomi versus ragu dan malu


3. Tahap initiative versus built (4- 8 tahun)

Tahap inisiatif versus rasa bersalah

Anak selalu ingin tahu

4. Tahap industry versus inferiority (8 12 tahun)

Tahap kerajinan atau berkarya versus rendah diri

5. Tahap indentity versus role confusion (13 20 tahun)

Tahap indentitas diri versuss kebingungan peran

Merupakan akhir masa kanak-kanak menuju remaja

B. KONSEP ASUHAN KEPERWATAN

1. Pengkajian

a. Pengumpulan data

1. Indentitas

Meliputi indentitas klien, indentitas orang tua (ayah dan ibu) serta indentitas penanggung biaya.

2. Keluhan utama

Pada umumnya suhu badan klien tinggi (39 40), adanya pernafasan yang cepat atau sesak dan kadang
disertai kejang.

3. Riwayat kehamilan dan kelahiran

Perlu dikaji keadaan pada masa prenatal, natal dan natal.

4. Riwayat kesehatan

a. Riwayat penyakit sekarang

Mula mula batuk kering kemudian menjadi produktif, timbul panas yang mendadak tinggi kadang-
kadang disertai nyeri dada, kejang, muntah dan diare. Pada kondisi yang berlanjut klien akan gelisah,
takipnea bahkan dyspnea dan terjadi penurunan kesadaran.
b. Riwayat penyakit dahulu

Penurunan daya tahan tubuh atau malnutrisi energi proteinatau penyakit yang pernah diderita terutam
penyakit menahun, adanya faktor latrogenik (trauma paru, anasthesi, aspirasi), riwayat prenatal dan
post natal serta imunisasi yang kurang baikdapat menjadi faktor resiko terjadinya penyakit ini.

c. Riwayat imunisasi

Yang sering berkaiatn adalah imunisasi BCG, DPT dan campak


d. Riwayat penyakit keluarga

Adanya penyakit yang sama dalam keluarga, kebiasaan hidup yang kurang sehat serta pola makan yang
tidak pasti dapat berakibat mal nutrisi energi protein

e. Riwayat tumbuh kembang anak

Dalam hal ini pengkajiannya meliputi bagaimana adaptasi sosial klien, bahasa, motorik halus dan
motorik kasarnya disesuaikan dengan usia klien.

5. Pola fungsi kesehatan

a. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat

Perlu dikaji pada keluarga apakah keluarga mengerti tentang penyakit anaknya dan dibawah kemana
bila sakit

b. Pola nutrisi dan metabolisme

Pada kasus ini pula makan dan minum klien cenderung menurun, karena adanya sesak, batuk dan tidak
jarang karena klien mengalami muntah dan diare

c. Pola eliminasi

Pada umumnya klien diare

d. Pola istirahat dan tidur

Biasanya klien terganggu karena sesak dan batuk

e. Pola aktivitas dan latihan

Pada umumnya klien tidak bisa beraktivitas (bermain) dengan baik

f. Pola peersepsi dan konsep diri

Keluarga akan khawatir dengan anak karena mereka tidak mengetahui apa yang terjadi dan apa yang
harus dilakukan pada anak yang sakit dan dampak dirawat di rumah sakit

g. Pola sensasi dan kognitif


Disesuaikan dengan tahap tumbuh kembang anak

h. Pola reproduksi sosial

Perlu ditanyakan jenis kelamin pada klien,apakah ada kelainan dalam sistem reproduksinya
i. Pola hubungan peran

Perlu dikaji bagaimana sianak beradaptasi dengan lingkungan baru dan keluarganya

j. Pola penaggulangan stess

Perlu dikaji bagaimana sianak pola tingkah lakunya dalam mengatasi penyakitnya

k. Pola tata nilai dan kepercayaan

Dalam pola ini kadang ada yang mempercayakan diri pada hal-hal yang bersifat gaib.

6. Pemeriksaan fisik

a. Keadaan umum

Pada kasus ini klien lemah, suhu tinggi (390 400). Pernafasan cepat dan dangkal (sesak nafas), batuk,
adanya sianosis. Dapat juga terjadi kejang, gelisah sampai penurunan tingkat kesadaran

b. Kulit, rambut, kuku

Pada umumnya klien lemah ini turgor kulitnya menurun, rembut normal, kuku bisa cyanosis atau pucat

c. Kepala dan leher

Ubun-ubun cekung, mata tampak cowong karena kurang cairan akibat takipne, diaphoresis. Intake
peroral inadekuat. Leher terdapat kaku kuduk jika terjadi infeksi lebih lanjut pada meningeal dan adanya
pembesaran kelenjar lymfhe sebagai kompensasi infeksi

d. Mata

Pada kasus ini mata klien tampak cowong karena kurang cairan akibat takipnea, diaphoresis, intake
peroral inadekuat

e. Telinga, hidung, mulut, dan tenggorokan

Pada umumnya telinga normal, hidung terdapat sekret yang kental, pernafasan cuping hidung, adanya
cyanosis, mukosa mulut kering, dan sulit menelan.

f. Dada dan thorak


Terjadi retraksi supra sternal atau intercostal hampir selalu ditemukan, inspeksi seakan tertinggalpada
sisi yang sakit, persensi akan redupdan vokal fremitus akan meningkat atau melemah jika terjadi efusi
pleura, adanya ronchi pada sisi yang sakit dan weezing.

g. Abdomen

Terjadi keluhan dinding abdomen dan adanya pembesaran hepar dan nyeri tekan bila terjadi
dekompensisasi cordis

h. Ektremitas

Kekuatan otot cenderung melemah, akral dingin, pucat capillary refill time terganggu.

i. Integumen

Kulit kerinf, turgor menurun dan akral dingin.

7. Pemeriksaan penunjang

a. Laboratorium

LED meningkat

HB cenderung tetap atau sedang menurun

Analisa Gas Darah : asidosis metabolik dengan atau tanpa retensi

CO2

b. Radiologi

Tampak gambaran konsolidasi radang yang bersifat difus atau

berupa bercak yang mengikut sertakan alveoli secara tersebar.

2. Analisa data

Data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisa untuk menentukan masalh penderita, Analisa
merupakan proses intelektual yang meliputi kegiatan menyeleksi data, mengklarifikasikan dan
mengumpulkan data, mengaitkan dan menentukan kesenjangan informasi, membandingkan dengan
standart, menginterprestasikan serta akhirnya membuat diagnosa keperwatan (Lismidar 1990)
3. Diagnosa keperawatan

Adapun diagnosa keperawatan yang muncul baik aktual maupun potensial adalah sebagai berikut :

1. Bersihan Jalan Nafas tidak Efektif 1. Resiko Aspirasi

2. Pola Nafas tidak efektif 2. PK : Syok Septik

3. Gangguan Pertukaran gas 3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari


kebutuhan tubuh
4. Kurang Pengetahuan
4. Hipertermia
5. Disfungsi respon penyapihan ventilator
4. Perencanaan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan criteria Hasil Intervensi

1 Bersihan Jalan Nafas tidak NOC : NIC :


Efektif
Respiratory status : Airway suction
Ventilation
Pastikan kebutuhan oral / tracheal
Definisi : Ketidakmampuan untuk Respiratory status : Airway suctioning
membersihkan sekresi atau patency
obstruksi dari saluran pernafasan Auskultasi suara nafas sebelum dan
untuk mempertahankan Aspiration Control sesudah suctioning.
kebersihan jalan nafas. Informasikan pada klien dan keluarga
tentang suctioning
Kriteria Hasil :
Minta klien nafas dalam sebelum
Batasan Karakteristik : Mendemonstrasikan batuk suction dilakukan. ( sesuai dengan
efektif dan suara nafas yang umur )
- Dispneu, Penurunan suara bersih, tidak ada sianosis dan
nafas Berikan O2 dengan menggunakan
dyspneu (disesuaikan dengan
- Cyanosis umur anak ) nasal untuk memfasilitasi suksion
nasotrakeal
- Kelainan suara nafas (rales, Menunjukkan jalan nafas
wheezing) yang Ajarkan keluarga bagaimana cara
melakukan suksion
- Kesulitan berbicara
Hentikan suksion dan berikan oksigen
- Batuk, tidak efekotif atau apabila pasien menunjukkan bradikardi,
tidak ada peningkatan saturasi O2, dll.

- Produksi sputum

- Gelisah Airway Management

- Perubahan frekuensi dan Buka jalan nafas, guanakan teknik


irama nafas chin lift atau jaw thrust bila perlu

Posisikan pasien untuk


memaksimalkan ventilasi
Faktor-faktor yang berhubungan:
Identifikasi pasien perlunya
- Lingkungan : menghirup pemasangan alat jalan nafas buatan
asap rokok, perokok pasif-POK,
infeksi Lakukan fisioterapi dada jika perlu
- Fisiologis : alergi jalan nafas, Keluarkan sekret dengan batuk
asma. atau suction
- Obstruksi jalan nafas : Auskultasi suara nafas, catat
sekresi tertahan, banyaknya adanya suara tambahan
mukus, adanya eksudat di
alveolus, adanya benda asing di Atur intake untuk cairan
jalan nafas. mengoptimalkan keseimbangan.

Monitor respirasi dan status O2

2 Pola Nafas tidak efektif NOC : NIC :

Respiratory status :
Ventilation Airway Management
Definisi : Pertukaran udara
inspirasi dan/atau ekspirasi tidak Respiratory status : Airway Identifikasi pasien perlunya
patency pemasangan alat jalan nafas buatan
adekuat

Vital sign Status Lakukan fisioterapi dada jika perlu

Batasan karakteristik : Kriteria Hasil : Auskultasi suara nafas, catat


adanya suara tambahan
- Penurunan tekanan Mendemonstrasikan batuk
inspirasi/ekspirasi efektif dan suara nafas yang Monitor respirasi dan status O2
bersih, tidak ada sianosis dan
- Penurunan pertukaran udara Terapi Oksigen
dyspneu (mampu
per menit mengeluarkan sputum, mampu Bersihkan mulut, hidung dan secret
bernafas dengan mudah, tidak trakea
- Menggunakan otot pernafasan ada pursed lips)
tambahan Pertahankan jalan nafas yang paten
Menunjukkan jalan nafas
- Dyspnea yang paten (klien tidak merasa Atur peralatan oksigenasi
tercekik, irama nafas, frekuensi
- Tahap ekspirasi berlangsung Monitor aliran oksigen
pernafasan dalam rentang
sangat lama
normal, tidak ada suara nafas Pertahankan posisi pasien
- Peningkatan diameter anterior- abnormal)
posterior Observasi adanya tanda tanda
Tanda Tanda vital dalam hipoventilasi
- Pernafasan rata-rata/minimal rentang normal (tekanan darah,
nadi, pernafasan) Monitor adanya kecemasan pasien
Bayi : < 25 atau > 60 terhadap oksigenasi

Usia 1-4 : < 20 atau > 30 Vital sign Monitoring

Monitor TD, nadi,


Usia 5-14 : < 14 atau > 25 suhu, dan RR
Monitor kualitas dari
Usia > 14 : < 11 atau > 24 nadi
Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
Monitor suara paru
Faktor yang berhubungan : Monitor pola
pernapasan abnormal
- Hiperventilasi Monitor suhu, warna,
dan kelembaban kulit
- Kelainan bentuk dinding Monitor sianosis
dada perifer
Monitor adanya
- Penurunan energi/kelelahan cushing triad (tekanan nadi
yang melebar, bradikardi,
- Perusakan/pelemahan peningkatan sistolik)
muskulo-skeletal Identifikasi penyebab
dari perubahan vital sign
- Kelelahan otot pernafasan

- Nyeri

- Kecemasan
5. Pelaksanaan

Merupakan realiasasi dari rencana tindakan keperawatan. Dalam fase pelaksanaan terdiri dari
beberapa kegiatan validasi (penyerahan) rencana keperawatan, menulis dan mendokumentasikan
rencana keperawatan, memberikan asuhan keperawwtan dan pengumpulan data. (Lismidar 1990)

6. Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan. Evaluasi adalah kegiatan yang
disengaja dan terus menerus dengan melibatkan klien, perawat dan anggota kesehatan lainnya.
Tujuan evaluasi adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana keperawatan tercapai atau tidak
untuk melakukan pengkajian ulng. (Lismidar 1990)

DAFTAR PUSTAKA

1. Marlyn E. Donges. Rencana Asuhan Keperwatan Edisi III buku Kedokteran EGC Jakarta 2000

2. Ngastiyah. Perawatan Anak Sakit. Penerbit buku kedokteran EGC Jakarta 1997

3. Suryadi Skp. Asuhan keperawatan pada anak. CV Jagung Seto Jakarta 2001

4. Ely Susanti, amd.kep, dkk. 2011. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Nanda NIC NOC. Modya Karya :
Yogyakarta.

Das könnte Ihnen auch gefallen