Sie sind auf Seite 1von 38

Kepada Yth

dr. Adriana, Sp.A

LAPORAN KASUS III


SEORANG ANAK DENGAN GEDB, LEUKOSITOSIS,
TROMBOSITOSIS, OBESITAS

PEMBIMBING :
dr. Slamet Widi Saptadi, SpA
dr. Zuhriah Hidajati, SpA, Msi.Med
dr. Lilia Dewiyanti, SpA, MSi.Med
dr. Adriana, SpA

DISUSUN OLEH
Dini Arintawati
03011081

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SEMARANG
PERIODE 19 DESEMBER 2016 25 FEBRUARI 2017
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
LEMBAR PENGESAHAN

NAMA : Dini Arintawati

NIM : 03011081

UNIVERSITAS :Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti

JUDUL KASUS : Seorang anak dengan GEDB, Leukositosis,


Trombositosis, Obesitas

BAGIAN : Ilmu Kesehatan Anak - RSUD Kota Semarang

PEMBIMBING : dr. Adriana, Sp.A

Semarang, Februari 2017

dr. Adriana, Sp.A

1
BAB I
LAPORAN KASUS

1. IDENTITAS PASIEN
Nama Pasien : An. M
Usia : 1 tahun 1 bulan
Jenis Kelamin : laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Penggalor Lor Genuk Kota Semarang Jawa Tengah
No. CM : 385955
Bangsal : ICU-Nakula IV
Masuk RS : 17 Januari 2017

Nama Ayah : Tn. A


Umur : 27 tahun
Pekerjaan : Karyawan
Pendidikan : SMA

Nama Ibu : Ny. S


Umur : 29 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SMA

2. ANAMNESIS
Alloanamnesis dilakukan dengan ibu pasien di ruang ICU
dilakukan pada tanggal 18 Januari 2017 pukul 13.00 WIB dan didukung
oleh catatan medis.
a. Keluhan utama : diare lebih dari 10 kali
b. Keluhan tambahan : Demam, muntah

2
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Sebelum masuk Rumah Sakit
Tujuh hari sebelum masuk ke rumah sakit, ibu os mengaku
anaknya batuk (+) tidak berdahak dan pilek (+), ingus encer berwarna
bening. Demam (+) tidak tinggi, nafsu makan turun (+), muntah (-) dan
mencret (-). Buang air besar 1 hingga 2 kali sehari, konsistensi padat.
Buang air besar kurang lebih 6x dalam sehari, warna kekuningan.
Enam hari sebelum masuk rumah sakit ibu os membawa os
berobat ke dokter umum, os mendapatkan obat penurun panas dan obat
batuk pilek dalam bentuk 2 botol sirup yang diminum 3 kali sehari
sebanyak 3x. Demam os menurun setelah meminum obat.
Dua hari sebelum masuk rumah sakit ibu os mengaku demam (-
), batuk dan pilek membaik, nafsu makan membaik. Menurut ibu
pasien buang air kecil masih dalam batas normal, sekitar 5 kali dalam
sehari, berwarna kekuningan. Buang air besar 2 kali sehari, konsistensi
padat.
Satu hari sebelum masuk rumah sakit ibu os mengku os demam
dari awalnya hangat menjadi semakin tinggi dan terus menerus, kejang
disangkal. Ibu pasien sempat memberi obat penurun panas pada
anaknya dan demam pun mereda, namun setelah beberapa jam anak
mulai demam lagi. Malam harinya anak muntah (+) , muntah 4x,
ampas (+), muntah putih seperti susu, kurang lebih setengah gelas
setiap muntah. Batuk (-) dan pilek (-).
Selasa siang, ibu pasien mengaku anaknya masih muntah,
muntah lebih dari 5 kali, ampas (+), muntah putih seperti susu, jumlah
kurang lebih setengah gelas setiap muntah. Buang air besar lebih dari
10 kali sejak selasa dini hari, BAB warna kuning, bau (+), lendir (-),
darah (-). Os tampak lemas, demam tinggi, batuk pilek (+) dan tidak
tampak sesak, tidak ada mengi. Bibir tampak kering. Oleh karena
demam yang tinggi tidak kunjung turun, BAB cair yang masih

3
berlanjut, dan anak tidak mau menyusui, pasien dibawa ke RSUD Kota
Semarang
Saat di IGD RSUD Semarang, pasien datang dengan keluhan
utama BAB cair lebih dari 10 kali, untah lebih dari 5 kali, mulai
demam sejak 1 SMRS dan semakin tinggi serta terus menerus. Anak
tidak mau menyusui. Buang air kecil belum sejak 5 jam SMRS.
Riwayat makan makanan basi disangkal. Riwayat ganti susu formula
disangkal. Setelah diperiksa, dokter menyarankan untuk rawat inap.

d. Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien pernah mengalami keluhan panas, batuk, pilek dan diare namun
tidak sampai di rawat di rumah sakit.
Pasien tidak ada riwayat alergi obat dan makanan.
Pasien tidak ada riwayat asam.

e. Riwayat penyakit keluarga


Keluarga pasien tidak memiliki keluhan yang sama.
Keluarga pasien tidak ada yang memiliki riwayat alergi obat dan atau
makanan.
Keluarga pasien tidak ada riwayat asma.
Di dalam keluarga tidak ada menderita asma dan TB paru.

f. Riwayat Persalinan dan Kehamilan


Selama kehamilan, ibu pasien mengaku rutin memeriksakan
kehamilannya di bidan. Ibu pasien mengaku tidak pernah mengalami
sakit atau keluhan selama kehamilan. Pasien merupakan anak kedua,
lahir secara spontan ditolong oleh bidan, anak lahir langsung
menangis, berat badan lahir 2800 gram, panjang badan, lingkar kepala
dan lingkar dada saat lahir ibu tidak mengingat.
Kesan: riwayat kehamilan dan persalinan baik

4
g. Riwayat Perkembangan dan Pertumbuhan Anak
- Pertumbuhan
Berat badan lahir 2800 gram, panjang badan lahir tidak ingat.
Berat badan sekarang 13 kg, panjang badan sekarang 78 cm.
- Perkembangan
Tersenyum : 2 bulan
Tengkurap : 4 bulan
Duduk : 7 bulan
Merangkak : 8 bulan
Kesan: tidak ada kecurigaan petumbuhan dan perkembangan

h. Riwayat makan dan minum


OS minum ASI sejak lahir sampai usia 4 bulan, kemudian os diberikan
susu formula (bebelac) dan makanan pendamping. Pagi os
mendapatkan makanan pendamping bubur, siang milna kurang lebih 3
butir, dan malam serelac.
Kesan: ASI ekslusif tidak terpenuhi.

i. Riwayat Imunisasi
BCG : 1x saat usia 2 bulan
Hepatitis B : 3x saat usia 0, 1, 6 bulan
DPT : 3x saat usia 2, 4, 6 bulan
Polio : 4x saat usia 0, 2, 4, 6 bulan
Campak : 1x saat usia 9 bulan
Kesan: riwayat imunisasi dasar lengkap di Puskesmas.

j. Riwayat lingkungan
Ayah pasien merupakan seorang perokok, sering merokok dalam jarak
yang dekat dengan pasien.Menurut pengakuan keluarga, rumah pasien

5
berada di lingkungan padat penduduk. Untuk makan, minum dan
kebutuhan sehari-harinya menggunakan air PAM.

k. Riwayat Sosial Ekonomi


Ayah pasien bekerja sebagai karyawan sedangkan ibu bekerja sebagai
ibu rumah tangga. Biaya pengobatan pasien ditanggung oleh biaya
BPJS NON-PBI.

3. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan tanggal 18 Januari 2017, pukul 13:30 WIB di
ruang ICU
a. Keadaan umum
Kesadaran : somnolen
Kesan sakit : tampak sakit berat
Kesan gizi : gizi cukup

b. Tanda vital
Nadi : 158x/menit
Pernapasan : 44x/menit
Suhu : 37,8C (Axilla)
Saturasi 02 : 99%

c. Data antropometri
Anak laki-laki, usia 1 tahun 1 bulan

6
Berat badan 13 kg
Panjang badan 78 cm
Status gizi (Z-score) :
WAZ = BB median = 13 9,9= 2.81 (Gizi lebih)
SD 1.1
HAZ = TB median = 78 74,5= 1.45 (Normal)
SD 2.4

WHZ = BB = 13 = >2 SD (Gemuk)


TB 78
Kesan : Obesitas perawakan normal

d. Status generalis
Pemeriksaan
Hasil pemeriksaan
fisik
Kepala Ubun-ubun besar cekung (+), bentuk kepala mesocephal, warna
rambut hitam, distribusi merata, dan tidak mudah dicabut
Mata Mata cekung (+), air mata (-), pupil isokor diameter 2mm/2mm,
refleks cahaya langsung +/+, refleks cahaya tidak langsung +/+,
konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Hidung Napas cuping hidung (-), bentuk normal, secret -/-
Telinga Bentuk normal, discharge (-)
Mulut Bibir kering (+), sianosis (-)
Tenggorok Tonsil T1/T1 permukaan rata, tidak hiperemis; Faring hiperemis (-)

Leher Kaku kuduk (-), kelenjar tiroid tidak teraba, pembesaran KGB(-)

7
Paru
I Retraksi (-), hemitoraks dextra dan sinistra simetris
Vokal fremitus sulit dinilai
P Sonor dikedua lapang paru
P Vesikular (+/+), ronki(-/-), wheezing (-/-)
A
Jantung
I Ictus cordis tidak tampak
P Sulit dinilai
P Sulit dinilai
A BJ I-II reguler, gallop (-), murmur (-)
Abdomen
I Cembung
A BU (+) 10x/menit
P Turgor kembali lambat, supel, hepar & lien tidak teraba
P Hipertimpani
Genitalia Anus:perianal eritem (-)
Laki-laki:dalam batas normal
Ekstremitas CRT 2 detik, akral hangat (-/-), edem pitting (-/-), sianosis (-/-)

4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan 17/1/2017 19/1/2017 20/1/2017 Nilai normal
Hb (g/dL) 14,5 12,5 13,0 11 15
Ht (%) 43,80 39,00 41,00 40 52
Leukosit (/mm3) 22.300 13.000 9100 3.800 10.600
Trombosit (/mm3) 717.000 456.000 457.000 150 400

8
Pemeriksaan 17/1/2017 18/1/2017 Nilai normal
Natrium (mmol/L) 136 138 135,0 147,0
Kalium (mmol/L) 4,20 4,60 3,50 5,00
Calcium (mmol/L) 1,25 1,25 1,12 1,32
Gula darah sewaktu 91 70 -115

Pemeriksaan Feses Rutin 18 Januari


2017
Makroskopis
Warna Kuning
Konsistensi Lembek
Bau Khas
Lendir Negatif
Darah Negatif
Mikroskopis
Protein Negatif
Karbohidrat Negatif
Lemak Negatif
Eritrosit 0-2
Amoeba Negatif
Telur cacing Negatif
Lekosit 1-2
Bakteri <8
Jamur Negatif
Lain-lain Negatif

9
5. RESUME
Telah diperiksa seorang anak laki-laki usia 1 tahun 1 bulan, BB 13
kg, PB 78 cm dengan keluhan diare sejak pagi hari SMRS, diare lebih dari
10 kali, diare warna kuning, konsistensi cair, lendir (-), darah (-), warna
kehitaman (-). Keluhan lainnya berupa batuk dan pilek sejak 7 hari SMRS,
demam tinggi sejak 1 hari SMRS dan muntah sejak 1 hari SMRS.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran somnolen dan tampak
sakit berat.Pemeriksaan tanda vital HR158x/menit; RR 44x/menitdan
T37.8C; Sp02 99%. Pemeriksaan status generalis didapatkan hasil ubun-
ubun besar cekung (+), mata cekung (+), air mata (-), bibir kering (+),
kaku kuduk (-), retraksi (-/-), suara napas vesikuler (+/+) dan ronkhi (-/-).
Abdomen cembung, BU10x/menit; pada palpasi didapatkan turgor
kembali lambat; dan pada perkusi hipertimpani. Perianal eritem (-). Akral
hangat pada keempat ekstremitas (-).
Pada pemeriksaan laboratorium darah rutin didapatkan hasil
leukositosis dan trobositosis, elektrolit didapatkan hiponatremia.
Pemeriksaan feses rutin menunjukkan adanya leukosit 1-2, bakteri <8 pada
sampel feces.

6. DIAGNOSIS BANDING
a. Diare
Dari derajat dehidrasi
1. GEDB
2. GEDS
Waktu
1. Akut
2. Kronis
Patofisiologi

10
1. Sekretorik
2. Osmotik
Etiologi
1. Infeksi
2. Makanan
3. Intoleransi
Konsistensi
1. Koliform
2. Disentriform
b. Obesitas

7. DIAGNOSIS SEMENTARA
1. Gastroenteritis dehidrasi berat
2. Leukositosis
3. Trombositosis
4. Obesitas

8. TERAPI
a. Non medikamentosa
Tirah baring

b. Medikamentosa
Pasang i.v line
Pasang O2 nasal kanul 2L/menit
Pasang oksimetri
Rehidrasi Infus RL 30mL/kgBB (390 mL) dalam jam
pertama, dilanjutkan 70mL/kgBB (910 mL) dalam 2 jam
berikutnya.
390 x 20 = 260 tpm dalam jam pertama
0,5 x 60
910 x 20 = 121 tpm dalam 2 jam berikutnya

11
2,5 x 60
Monitor tanda vital
Monitor balance cairan ketat tanda overload (udem palpebra, udem
paru, udem tungkai hepatomegali,) dan urin output (1
mL/kgBB/jam)
Inj cefotaxim 3x250 mg
Inj ranitidin 2x1/3 ampul
Inj ondansentron 1,5 mg (1/3 ampul)
Inj paracetamol 130 mg bila demam
Cek DR, GDS, Elektrolit, FR

9. PROGRAM USULAN
1. Darah rutin dan elektrolit ulang
2. Cek GDS
3. Kultur darah

10. EDUKASI
a.Menjelaskan kepada keluarga mengenai perjalanan penyakit dan
komplikasi yang bisa terjadi
b.Minum obat secara teratur
c.
d.Hindari paparan asap rokok

11. PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad functionam : ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam

12
FOLLOW UP HARIAN
NAMA : An. M NO. RM : 385956

UMUR : 1 tahun 1 Bulan RUANG : ICU

TANGGAL PERJALANAN PENYAKIT/ DIAGNOSA PERINTAH DOKTER

17/1/2017 S: mencret (+), muntah (+), demam (+) Terapi


BB: 13 kg Keadaan umum: somnolen Oksigenasi 2 lpm
HR: 124x/m O: Inf. RL 5cc/kgBB/jam dalam
RR: 20x/m Thoraks: simetris, retraksi (-) 4jam
T: 38,1oC Cor: BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-) Inf RL 3cc/kgBB/jam
Sp02: 99% Pulmo: suara napas vesikuler (+/+), ronkhi Inj. Cefotaxime 3x250mg
(-/-), wheezing (-/-) Inj. Ranitidine 2x10mg
Abdomen: cembung, BU (+), turgor kulit Inj. Ondansentron 1,5mg (1/3
kembali lambat ampul)
A: Inj paracetamol 130 mg bila
GEDB demam
Leukositosis

13
Trombositosis
Obesitas

18/1/2017 S: demam (+), diare 4x Terapi


BB: 13kg Keadaan umum: somnolen Inf. RL 5cc/kgBB/jam dalam 4
HR: 120x/m O: jam
RR: 20x/m Thoraks: simetris, retraksi (-) Inf RL 3cc/kgBB/jam
T: 37.8oC Cor: BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-) Inj. Cefotaxime 3x300mg
SpO2: 100% Pulmo: suara napas vesikuler (+/+), ronkhi Inj. gentamisin 1x50 mg
(-/-), wheezing (-/-) Inj. Ranitidine 2x1/4 amp
Abdomen: cembung, supel, BU (+) 10 x Inj. Ondansentron 1 mg (k/p)
A: Zinc p.o. 1x20mg
GEDB Parasetamol 3x150 mg (k/p)
Obesitas Dexametason ekstra ampul

Program
Cek DR dan elektrolit ulang
Pasang DC
19/1/2017 S: demam (-), mual (-), muntah (-) Terapi
BB: 13 kg Keadaan umum: compos mentis Inf RL 3cc/kgBB/jam
HR: 118x/m O: Inj. Cefotaxime 3x300mg
RR: 20x/m Thoraks: simetris, retraksi (-) Inj. gentamisin 1x50 mg
T: 37oC Cor: BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-) Inj. Ranitidine 2x1/4 amp
Pulmo: suara napas vesikuler (+/+), ronkhi Inj. Ondansentron 1 mg (k/p)
(-/-), wheezing (-/-) Zinc p.o. 1x20mg
Abdomen: datar, supel, BU (+) Parasetamol 3x150 mg (k/p)
A: Dexametason ekstra ampul
Pasca GEDB
Leukositosis

14
Trombositosis
obesitas

20/1/2017 S: demam (-), Terapi


BB: 13kg Keadaan umum: compos mentis, kurang Inf RL 3cc/kgBB/jam
HR: 116x/m aktif Inj. Cefotaxime 3x300mg
RR: 20x/m O: Inj. gentamisin 1x50 mg
T: 36,7oC Mata: pupil isokor d. 2mm/2mm Inj. Ranitidine 2x1/4 amp
Thoraks: simetris, retraksi (-) Inj. Ondansentron 1 mg (k/p)
Cor: BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-) Zinc p.o. 1x20mg
Pulmo: suara napas vesikuler (+/+), ronkhi Parasetamol 3x150 mg (k/p)
(-/-), wheezing (-/-) Dexametason ekstra ampul
Abdomen: datar, BU (+)
A:
pasca GEDB
trombositosis
Obesitas

15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

I. Definisi
Menurut WHO (1998) diare adalah buang air besar encer atau cair lebih
dari tiga kali sehari

Diare didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang BAB-nya


(buang air besar) ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja
melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi berak lebih dari biasanya,
lazinnya 3 kali atau lebih dalam satu hari (DINKES, 2006).

Diare akut adalah buang air besar dengan frekuensi yang meningkat dan
konsistensi tinja yang lebih lembek atau cair dan bersifat mendadak datangnya;
dan berlangsung dalam waktu kurang dari 2 minggu

Jenis - jenis diare secara klinik di bedakan tiga (3) yang masig-masing
mencerminkan pathogenesis yang berbeda dan memerlukan pendekatan yang
berlainan dalam pengobatannya.

Diare cair akut adalah diare yang terjadi secara akut dan berlangsung
kurang dari 7 hari dengan pengeluaran tinja yang lunak atau cair yang sering tanpa
darah. Mungkin disertai muntah atau panas. Diare cair akut dapat menyebabkan
dehidrasi dan bila masukan makanan berkurang, juga mengakibatkan kurang gizi.
Kematian terjadi karena diare. Peyebab diare cair akut di Negara berkembang

16
adalah : Eschericia coli enterotoxogenik, Shigella, Campylobacter Jejuni, dan
Crystoporidium . di beberapa tempat Vibrio cholera, Salmonella, dan E.coli
enteropatogenik. Diare melanjut adalah diare yang yang berlangsung antara 7
sampai 14 hari.

Diare Persisten adalah diare yang berlangsung lebih dari 14 hari. Episode
ini dapat di mulai sebagai diare cair atau disentri. penyebab diare pada diare
persisiten E.coli, Shigella, dan Criptosporidium.

Diare kronik adalah diare yang diare yang berlangsung lebih dari 14 hari
dan bukan disebabkan oleh non bakterial seperti penyakit sensitive terhadap
glutein dan gangguan metabolism yang menurun. 1,2

Disentri adalah diare yang disertai darah pada tinja. Akibat terpenting
disentri adalah anoreksi , penurunan berat badan dengan cepat , dan kerusakan
mukosa usus karena bakteri invasi. Penyebab utama disentri adalah Shigella, dan
Campilobacter jejuni. Yang jarang adalah E.coli enteroinvasiv atau Salmonella.
Entamoeba Histolytica dapat menyebabkan disentri yang serius pada orang
dewasa muda tapi jarang pada anak-anak.

II. Epidemiologi
Pada tahun 1995, diare akut karena infeksi sebagai penyebab kematian pada
lebih dari 3 juta penduduk dunia. Kematian karena diare akut dinegara
berkembang terjadi terutama pada anak-anak berusia kurang dari 5 tahun

17
Hasil survei pada 2006 menunjukkan bahwa kejadian diare di Indonesia
adalah 423 dari tiap 1.000 orang, dan terjadi 1-2 kali per tahun pada anak-anak
berusia di bawah 5 tahun. Pada 2001, angka kematian rata-rata yang diakibatkan
diare adalah 23 di tiap 100.000 orang penduduk, sedangkan angka yang lebih
tinggi terjadi pada kelompok anak berusia di bawah 5 tahun, yaitu 75 per 100.000
orang. Sementara kematian anak berusia di bawah tiga tahun akibat diare adalah
19 persen, dengan kata lain sekitar 100.000 anak meninggal dunia tiap tahunnya
akibat diare.4

1. Penyebaran Kuman yang menyebabkan diare


Kuman penyebab diare biasanya menyebar melalui fecal oral antara
lain melalui makanan/minuna yang tercemar tinja dan atau kontak langsung
dengan tinja penderita. Beberapa perilaku dapat menyebabkan penyebaran
kuman enterik dan meningkatkan risiko terjadinya diare perilaku tersebut
antara lain :

a) Tidak memberikan ASI ( Air Susi Ibu ) secara penuh 4-6 bulan pada
pertama kehidupan pada bayi yang tidak diberi ASI risiko untuk
menderita diare lebih besar dari pada bayi yang diberi AsI penuh dan
kemungkinan menderita dehidrasi berat juga lebih besar.

b) Menggunakan botol susu , penggunakan botol ini memudahkan


pencernakan oleh Kuman , karena botol susah dibersihkan

c) Menyimpan makanan masak pada suhu kamar. Bila makanan disimpan


beberapa jam pada suhu kamar makanan akan tercemar dan kuman akan
berkembang biak,

d) Menggunakan air minum yang tercemar . Air mungkin sudah tercemar


dari sumbernya atau pada saat disimpan di rumah, Perncemaran dirumah
dapat terjadi kalau tempat penyimpanan tidak tertutup atau apabila

18
tangan tercemar menyentuh air pada saat mengambil air dari tempat
penyimpanan.

e) Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar dan sesudah membuang
tinja anak atau sebelum makan dan menyuapi anak,

f) Tidak membuang tinja ( termasuk tinja bayi ) dengan benar Sering


beranggapan bahwa tinja bayi tidaklah berbahaya padahal sesungguhnya
mengandung virus atau bakteri dalam jumlah besar sementara itu tinja
binatang dapat menyebabkan infeksi pada manusia.

2. Faktor penjamu yang meningkatkan kerentanan terhadap diare


Beberapa faktor pada penjamu dapat meningkatkan insiden beberapa
penyakit dan lamanya diare. Faktor-faktor tersebut adalah :

a) Tidak memberikan ASI sampai 2 Tahun. ASI mengandung antibodi


yang dapat melindungi kita terhadap berbagai kuman penyebab diare
seperti : Shigella dan v cholerae

b) Kurang gizi beratnya Penyakit , lama dan risiko kematian karena diare
meningkat pada anak-anak yang menderita gangguan gizi terutama pada
penderita gizi buruk.

c) Campak, diare dan disentri sering terjadi dan berakibat berat pada anak-
anak yang sedang menderita campak dalam waktu 4 minggu terakhir
hal ini sebagai akibat dari penurunan kekebalan tubuh penderita.

d) Imunodefesiensi /Imunosupresi. Keadaan ini mungkin hanya


berlangsung sementara, misalnya sesudah infeksi virus ( seperti campak
) natau mungkin yang berlangsung lama seperti pada penderita AIDS (
Automune Deficiensy Syndrome ) pada anak imunosupresi berat, diare
dapat terjadi karena kuman yang tidak parogen dan mungkin juga
berlangsung lama.

19
3. Faktor lingkungan dan perilaku :
Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan
dua faktor yang dominan, yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja kedua
factor ini akan berinteraksi bersamadengan perilaku manusia Apabila faktor
lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare serta berakumulasi dengan
perilaku manusia yang tidak sehat pula. Yaitu melalui makanan dan minuman,
maka dapat menimbulkan kejadian penyakit diare. 2

III. Etiologi
Faktor infeksi

a. Infeksi enteral (infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan


penyebab utama diare)
i. Infeksi bakteri : vibrio, E. coli, salmonela, shigella,
campylobacter, yersinia, aeromonas, dan sebagainya
ii. Infeksi virus : enterovirus, adenovirus, rotavirus, astrovirus, daii
lain-lain
iii. Infeksi parasite : cacing (ascaris), protozoa (entamoeba
histolytica, giardia lamblia, tricomonas hominis dan jamur
(candida albicans)
b. Infeksi parenteral (infeksi diluar alat pencernaan) seperti: OMA (Otitis
Media Akut), tonsilitis, tonsilofaringitis, brankopneumoma, ensefalitis,
dan sebagainya (sering terjadi pada bayi dan umur dibawah 2 tahun)

Faktor Malabsorpsi

20
Malabsorbsi karbohidrat
Disakarida ; intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa
Monosakarida: intoleransi glukosa, fruktosadan galaktosa
Molabsorbsi lemak
Molabsorbsi protein
Faktor makanan

Makanan beracun
alergi terhadap makanan
Lain-lain

Imunodefisiensi
Gangguan psikologis (cemas dan takut)
Faktor-faktor langsung:
o KEP (Kurang Energi Protein)
o Kesehatan pribadi dan lingkungan
o Sosioekonomi 2,5

IV. Patofisiologi
Diare adalah kehilangan banyak cairan elektrolit melalui tinja. Bayi kecil
mengeluarkan tinja kira-kira 5g /kgbb/hari. Jumlah ini meningkat 200 gr /kgbb/
hari pada orang dewasa. Penyerapan air terbanyak terjadi di usus, kolon
memekatkan isi usus pada keadaan pada keadaan osmotik tinggi.kelainan yang
menggangu usus cenderung menyebabkan diare yang lebih banyak. Sedangkan
kelainan yang terjadi di kolon cenderung menyebabkan diare yang lebih sedikit.
Disentri dengan volume sedikit dan sering , tenesmus, rasa ingin buang air besar,
dan tinja betrdarah adalah gejala utama kolitis.

Dasar semua diare adalah gangguan transportasi larutan usus, perpindahan


air melalui membran usus berlangsung secara pasif dan ini di tentukan oleh aliran
larutan secara aktif maupun pasif terutama natrium dan klorida dan glukosa.
Patomekanisme diare kebanyakan dapat di jelaskan dari kelainan sekretorik,

21
osmotik, motilitas, kombinasi dari hal tersebut. Ada 3 prinsip mekanisme
terjadinya diare cair sekretorik dan osmotik. Infeksi usus dapat menyebabkan
diare dengan 3 mekanisme tersebut. Diare sekretori lebih sering terjadi dan
keduanya dapat terjadi pada satu pasien .

Gangguan sekretorik disebabkan oleh sekresi air dan elektrolit kedalam


usus halus. Hal ini terjadi bila absorbsi natrium oleh villi gagal sedangkan sekresi
klorida oleh sel epitel berlangsung terus atau meningkat. Hasil akhirnya adalah
sekresi cairan yang mengakibatkan kehilangan cairan dan elektrolit dari tubuh
sebagai tinja cair. Hali ini menyebabkan terjadinya dehidrasi. Pada infeksi
perubahan ini terjadi karena adanya rangsangan pada mukosa usus oleh toxin
bakteri seperti toxin Eschericia coli dan Vibrio colera atau rotavirus

Gangguan osmotik , mukosa usus halus adalah epitel berpori, yang dapat
dilewati air dan elektrolit dengan cepat untuk mempertahankan tekanan osmotik
antara isi usus dengan cairan ekstrasellular. Dalam keadaaan ini diare dapat terjadi
apabila suatu bahan yang secara osmotik aktif dan tidak dapat diserap. Jika bahan
semacam itu berupa larutan isotonik, air, dan bahan yang larut didalamnya akan
lewat tanpa diabsorsi sehingga terjadilah diare .

Gangguan motilitas usus, hiperperistaltik akan menyebabkan


berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan, sehingga timbul diare-
Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh
berlebihan, selanjutnya dapat timbul diare pula.1,2

Sebagai akibat diare akan terjadi:

1. Kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi) yang mengakibatkan


gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolik, hipokalemia)
2. Gangguan gizi bisa mengakibatkan penurunan berat badan dalam waktu
yang singkat oleh karena makanan sering dihentikan oleh orangtua
karena takut diare/muntah bertambah hebat. Walaupun susu diteruskan
sering diencerkan dalam waktu yang lama. Makanan yang diberikan sering

22
tidak dapat dicerna dan diabsorpsi dengan baik karena adanya
hiperperistaltik
3. Gangguan sirkulasi darah akibat diare dengan/tanpa muntah-muntah dapat
terjadi syok hipovolemik. Hal ini menyebabkan perfusi jaringan berkurang
dan dapat menyebabkan hipoksi.2

V. Manifestasi Klinis
Mula-mula anak cengeng, gelisah, suhu tubuh naik, nafsu makan
berkurang kemudian timbul diare. Tinja mungkin disertai lendir dan darah. Warna
tinja makin lama berubah kehijauan karena bercampur dengan, Daerah anus dan
sekitarnya timbul luka lecet karena sering deflkasi dan tinja yang asam akibat
laktosa yang tidak diabsorbsi usus selama diare. Gejala muntah dapat timbul
sebelum atau selama diare dan dapat disebabkan karena lambung turut meradang
atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit. Bila kehilangan
cairan terus berlangsung tanpa pergantian yang memadai gejala dehidrasi mulai
tampak yaitu : BB turun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun cekung
(bayi), selaput lender bibir dan mulut, serta kulit kering. Bila berdasarkan terus
berlanjut, akan terjadi renjatan hypovolemik dengan gejala takikardi, denyut
jantung menjadi cepat, nadi lemah dan tidak teraba, tekanan daran turun, pasien
tampak lemah dan kesadaran menurun, karena kurang cairan, deuresis berkurang
(oliguria-anuria). Bila terjadi asidosis metabolik pasien akan tampak pucat, nafas
cepat dan dalam (pernafasan kusmaul) 2,4

23
24
VI. Derajat Dehidrasi
Derajat dehidrasi dapat dibagi berdasarkan :

Kehilangan BB
1. Dehidrasi ringan ; menurun BB 0 - 5%
2. Dehidrasi sedang : menurun BB 5 - 10%
3. Dehidrasi berat : menurun BB > 10%

25
PENILAIAN A B C

Lihat

Keadaan Umum Baik, sadar *Gelisah, rewel *Lesu,lunglai, tidak


sadar

Mata Normal Cekung Sangat cekung

Air Mata Ada Tidak ada Tidak ada

Mulut dan lidah Basah Kering Sangat kering

Rasa Haus Minum Biasa, Tidak *Haus ingin minum *Malas minum atau
haus banyak tidak bias minum

Periksa Turgor Kembali cepat *Kembali lambat *Kembali sangat


Kulit lambat

Derajat Dehidrasi TANPA DEHIDRASI DEHIDRASI


DEHIDRASI RINGAN SEDANG BERAT

Bila ada 1 tanda* + Bila ada 1 tanda* + 1


1 atau lebih tanda atau lebih tanda lain
lain

Terapi Rencana Terapi A Rencana terapi B Rencana C

VII. Pemeriksaan Penunjang


Feses makroskopik (warna, konsistensi, darah(-/+), lendir (-/+) )
Mikrokopik (leukosit, kista, telur cacing, )
Darah (darah rutin, GDS, elektrolit.) 5
VIII. Diagnosis banding
Diare Akut
Diare Persisten

26
Diare Kronik
Disentri
IX. Kriteria Diagnosis
Anamnesis

Buang air besar lebih cair/ encer dari biasanya, frekuensi > 3 x / hari
Dapat disertai darah (disentri)
Dapat terjadi muntah , nyeri perut atau panas

Pemeriksaan fisik

Tanda dan gejala tanpa dehidrasi atau,


Tanda dan gejala dehidrasi ringan sedang atau,
Tanda dan gejala dehidrasi berat dengan atau tanpa syok
Dapat disertai atau tidak tanda dan gejala gangguan keseimbangan
elektrolit dan atau gangguan keseimbangan asam basa.
Laboratorium

Feses : dapat disertai darah atau lender


PH asam diare osmotic

Leukosit > 5 / LPB - disentri

ELISA (bila memungkinkan untuk etiologi virus)

Darah : Dapat terjadi gangguan elektrolit dan gangguan asam basa. 5

X. Komplikasi
1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat)
2. Renjatan hipovolemik
3. Hipokalemia/ dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah,
takikardia
4. Hipoglikemi

27
5. Kejang, yang biasanya disebabkan oleh hipogloikemik, hiponatremi,
hipernatremia.
6. Malnutrisi energi protein (muntah dan mual bila lama/ kronik) 2

XI. Tatalaksana
a. Mencegah terjadinya dehidrasi
Mencegah terjadinya dehidasi dapat dilakukan mulai dari rumah
dengan memberikan minum lebih banyak dengan cairan rumah tangga yang
dianjurkan seperti air tajin , kuah sayur, air sup. Bila tidak mungkin
memberikan cairan rumah tangga yang dianjukan , berikan air matang.

Macam Cairan yang dapat digunakan akan tergantung pada :

Kebiasaan setempat dalam mengobati diare


Tersedianya cairan sari makanan yang cocok
Jangkauan pelayanan Kesehatan
Tersedianya oralit
b. Mengobati dehidrasi
Bila terjadi dehidrasi (terutama pada anak), penderita harus segera
dibawa ke petugas atau sarana kesehatan untuk mendapatkan pengobatan
yang cepat dan tepat, yaitu dengan oralit. Bila terjadi dehidrasi berat,
penderita harus segera diberikan cairan intravena dengan ringer laktat
sebelum dilanjutkan terapi oral

c. Memberi makanan
Berikan makanan selama diare untuk memberikan gizi pada
penderita terutama pada anak tetap kuat dan tumbuh serta mencegah
berkurangnya berat badan. Berikan cairan termasuk oralit dan makanan
sesuai yang dianjurkan. Anak yang masih mimun ASI harus lebih sering
diberi ASI. Anak yang minum susu formula diberikan lebih sering dari
biasanya. Anak Usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang telah mendapat
makanan padat harus diberikan makanan yang mudah dicerna sedikit

28
sedikit tetapi sering Setelah diare berhenti pemberian makanan ekstra
diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat badan anak.

d. Mengobati masalah lain


Apabila diketemukan penderita diare disertai dengan penyakit lain,
maka diberikan pengobatan sesuai indikasi, dengan tetap mengutamakan
rehidrasi. Tidak ada Obat yang aman dan efektif untuk menghentikan
diare.2

Tentukan Derajat Dehidrasi

RENCANA TERAPI A

UNTUK MENGOBATI DIARE DIRUMAH

PENDERITA DIARE TANPA DEHIDRASI

GUNAKAN CARA INI UNTUK MENGAJARI IBU :

Teruskan mengobati anak diare dirumah


Berikan terapi awal bila terkena diare lagi

1. Berikan anak lebih banyak cairan daripada biasanya untuk mencegah


dehidrasi
Gunakan cairan rumah tangga yang dianjurkan, seperti larutan
oralit,makanan yang cair (seperti sup, air tajin ) dan kalau tidak ada air
matang. Gunakan larutan oralit untuk anak seperti dijelaskan dalam kotak
dibawah (catatan jika anak berusia kurang dari 6 bulan dan belum makan
makanan padat lebih baik diberi oralit dan air matang dari pada makanan
yang cair ). Berikan larutan ini sebanyak anak mau, berikan jumlah larutan
oralit seperti dibawah. Teruskan pemberian larutan ini hingga diare
berhenti 5

2. Beri anak makan untuk mencegah kurang gizi

29
Teruskan ASI , Bila anak tidak mendapat ASI berikan susu yang
biasa diberikan, untuk anak kurang dari 6 bulan dan belum mendapat
makanan padat , dapat diberikan susu,

Bila anak 6 bulan atau lebih atau telah mendapat makanan padat:

o Berikan bubur bila mungkin dicampur dengan kacanf-kacangan,


sayur, daging atau ikan , tambahkan 1 atau 2 sendok teh minyak
sayur tiap porsi
o Berikan sari buah segar atau pisang halus untuk menanbahkan
kalium
o Berikan makanan yang segar masak dan haluskan atau tumbuk
makanan dengan baik
o Bujuk anak untuk makan , berikan makanan sedikitnya 6 kali
sehari
o Berikan makanan yang sama setelah diare berhenti, dan
diberikan porsi makanan tambahan setiap hari selama 2 minggu
3. Bawa anak kepada petugas kesehatan bila anak tidak membaik dalam
3 hari atau menderita sebagai berikut :
Buang Air besar cair lebih sering
Muntah berulang-ulang
Rasa haus yang nyata
Makan atau Minum sedikit
Demam
Tinja berdarah 5

Usia Jumlah Oralit yang diberikan Jumlah Oralit yang di sediakan


tiap BAB (ml) di rumah ((ml/hari)

30
<1 50 100 400 (2 bungkus)

14 100-200 600-800 (3-4 bungkus)

> 5 200-300 800- 1.000 (4-5 bungkus)

Dewasa 300-400 1.200- 2600

Tunjukan kepada ibu cara mencampur oralit

Berikan sesendok the tiap 1-2 menit untuk usia < 2 tahun
Berikanlah beberapa gelas untuk anak yang lebih tua
Bila anak muntah tunggulah 20 menit. Kemudian berikan caiaran lain
untuk mendapatkankan tambahan oralit.
Komposisi Formula WHO (200 ml)

Na Klorida (garam ) : 0,7 g

Glukosa :4g

Atau

Sukrosa (gula biasa) :8g

Trisodium sitrat dihidrat :0,5 g

K Klorida : 0,3 g

31
RENCANA TERAPI B

UNTUK TERAPI DEHIDRASI RINGAN/SEDANG

JUMLAH ORALIT YANG DIBERIKAN DALAM 3 JAM PERTAMA

ORALIT yang diberikan dihitung dengan mengalikan berat badan


penderita ( kg ) dengan 75 ml

Bila berat badan anak tidak diketahui dan atau untuk memudahkan di lapangan berikan oralit
sesuai tabel dibawah ini

Umur Umur < 1 Tahun 1 4 Tahun > 5 Tahun Dewasa

Jumlah oralit 300 ml 600 ml 1200 ml 2400 ml

Bila anak menginginkan lebih banyak oralit berikanlah

Bujuk ibu untuk meneruskan ASI


Setelah 3-4 jam nilai kembali anak menggunakan bagan penilaian kemudian
Untuk
pilih bayi dibawah
rencana terapi6abulan yangc tidak
, b atau untukmendapat ASI berikan
melanjutkan juga 100 200 ml air masak
terapi
selama masa ini
Bila tidak ada dehidrasi , ganti ke rencana terapi A, Bila dehidras telah hilang
anak biasanya kemudian mengantuk dan tidur

32
Bila tanda menunjukkan dehidrasi ringan/ sedang ulang Rencana terap B ,
tetapi tawarkan makanan susu dan sari buah seperti rencana terapi A
Bila tanda menunjukkan dehidrasi berat ganti dengan rencana terapi C
Bila ibu harus pulang sebelum selesai rencana terapi B

Tunjukkan jumlah orait yang harus dihabiskan dalam terapi 3 jam di rumah
Berikan oralit untuk rehidrasi selama 2 hari lagi seperti dijelaskan dalam
rencana terapi A
Tunjukkan cara melarutkan oralit
Jelaskan 3 cara dalam rencana terapi A untuk mengobati anak dirumah
Memberikan oralit atau cairanlain hingga diare berhenti
Memberi makan anak sebagaimana biasanya
Membawa anak ke petugas kesehatan. 5

RENCANA TERAPI C

UNTUK DEHIDRASI BERAT

Mulai diberikan cairan IV bila penderita bisa minum segera berikan oralit. Sewaktu
cairan IV di mulai beri 100 ml/kgBB

Umur Pemberian 30 Pemberian 70 ml / kgBB


ml/kgBB (jam ) (jam)

< 1 tahun 1 jam 5 jam

1 tahun jam 2 jam

Di ulangi bila denyut nadi masih lemah atau tidak teraba

Nilai lagi penderita 1-2 jam bila nadi belum teraba percepat tetesan intravena
Berikan oralit 5ml/kgBB. Kemudian nilai kembali. Dan pilih rencana terapi yang
sesuai.

33
XII. Tatalaksana Nutrisi Pada Diare
Perlu bimbingan ibu-ibu untuk tentang cara pemberian cara pemberian
makanan yang aik pada anak, mengajari pentingnya meneruskan pemberian
makanan penuh selama diare dan membantu usaha mereka untuk mengikuti
anjuran ini. Empat kunci utama tatalaksana gizi diare yang benar:

Menilai status gizi


Memberi makanan yang tepat pada saat episode diare
Memberi makanan yang tepat pada waktu penyembuhan dengan tindak
lanjutnya.
Komunikasi yang efektif tentang anjuran diet kepada ibu.
Pemberian ASI selama diare tidak boleh di kurangi atau di hentikan tetapi
diperbolehkan sesering atau selama anak menginginkannya. ASI harus di
berikan untuk menambah larutan oralit. Susu sapi atau formula yang biasa di
terima bila timbul dehidrasi maka pemberian susu harus di hentikan selama
rehidrasi untuk 4-6 jam dan kemudian dilanjutkan lagi. Makanan lunak bila
anak berumur 4 bulan atau lebih sudah bisa menerima makanan lunak,
makanan ini harus di teruskan. Bayi umur 6 bulan atau lebih harus mulai di
berikan makanan lunak bila belum pernah di beri. Bila timbul dehidrasi
makanan ini harus di hentikan 4 6 jam untuk rehidrasi untuk kemudian di
lanjutkan lagi. Paling tidak separuh makanan diet harus berasal dari makanan
porsi kecil tetapi sering (6 kali atau lebih) dan mereka harus di bujuk untuk
makan.

Banyak literatur yang menyebutkan bahwa probiotik memberikan


kebaikan dalam penanganan diare akut pada bayi. Probiotik dengan pemberian
dua kali sehari selama 5 hari dipercaya terbukti memberikan kebaikan dalam
mengurangi frekuensi, serta durasi penyakit diare. Probiotik dipercaya dapat
mengurangi lama waktu kesakitan, dengan meningkatkan respon imun,

34
memperbaiki mukosa usus, sebagai substansi penting dalam antimikroba dan
menyeimbangan jumlah mikroba diusus. Angka penguranga dari frekuensi
defekasi secara drastis dalam <3 hari terdapat pada kelompok yang
memeperoleh probiotik dengan kelompok kontrol. Konsistensi faeces yang
lebih padat dan durasi yang lebih pendek pada kelompok probiotik. Rata-rata
lama durasi diare juga mengalami hasil yang signifikan pada kelompok
probiotik.5,8

XIII. Pencegahan
Air minum yang bersih dari sumber air yang terjaga kebersihannya dan
dimasak. Pengelolaan makanan yang dimasak dengan baik, untuk menghindari
kontaminasi. Cuci tangan dengan sabun setelah buang air besar, sebelum makan dan
sebelum menyiapkan makanan. Buang cepat tinja dengan cara memasukannya
kedalam jamban atau menguburkan. Berikan hanya ASI selama 4-6 bulan pertama,
teruskan pemberian ASI paling sedikit 1 tahun pertama. Berikan makanan sapihan
yang bersih dan bergizi mulai usia 4-6 bulan. Anak usia > 9 bulan yang tidak
menderita campak untuk imunisasi campak. 4

35
DAFTAR PUSTAKA

1
Behrman, Kliagman: Nelson Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 15. Vol2 Jakarta 2000

2
Budiarso, Aswita.dkk. Pendidikan Medik Pembatasan Diare Buku Ajar Diare
Pegangan Mahasiswa . Jakarta: Departement Kesehatan R.I PPM & PLP.
1999

3
Data Direktorat Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan. Selasa, 25
Maret 2008. www.kompas.com

4
Depatemen Kesehatan. Diare Pada Anak . Kamis, 31 desember. 2006.
www.depkes.go.id

5
Ganna, Herry. Melinda, Heda. Ilmu Kesehatan Anak Pedoman Diagnosis dan
Terapi. Edisi 3. Bandung : 2005

6
Gsianturi. Probiotik dan Prebiotik untuk Kesehatan. Senin , 28 Januari, 2002.
www.gizinet.com

7
Rampengan TH, Laurentz IR.. Penyakit infeksi tropik pada anak. Jakarta :

Penerbit Buku Kedokteran EGC 1993

36
8
Putra, Sanjaya. Suraatmaja, Sudaryat. Dkk. Effect of probiotics supplementation
on acute diarrhea in infants: a randomized double blind clinical trial.
Paediatrica Indonesiana, Vol. 47, No. 4, July 2007

37

Das könnte Ihnen auch gefallen