Sie sind auf Seite 1von 14

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN


AKTIFITAS (MOBILISASI)

A. Masalah Keperawatan
Gangguan pemenuhan kebutuhan aktifitas (mobilisasi)

B. Pengertian
Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas, mudah
dan teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat. Mobilisasi
diperlukan untuk meningkatkan kesehatan, memperlambat proses penyakit
khususnya penyakit degeneratif dan untuk aktualisasi (Mubarak, 2008), selain itu
mobilisasi merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan bebas
mudah, teratur, mempunyai tujuan memenuhi kebutuhan hidup sehat dan penting
untuk kemandirian. (Barbara Kozier, 1995)
Mobilisasi menyebabkan perbaikan sirkulasi, membuat napas dalam dan
menstimulasi kembali fungsi gastrointestinal normal, dorong untuk menggerakkan
kaki dan tungkai bawah sesegera mungkin, biasanya dalam waktu 12 jam.
Imobilisasi adalah suatu kondisi yang relatif, dimana individu tidak saja
kehilangan kemampuan geraknya secara total, tetapi juga mengalami penurunan
aktifitas dari kebiasaan normalnya. (Mubarak, 2008)

Menurut A. Aziz Alimul Hidayat (2012) ada beberapa faktor yang


memengaruhi mobilisasi, yakni:
1. Gaya hidup
Perubahan gaya hidup dapat memengaruhi kemampuan mobilisasi
seseorang karena gaya hidup berdampak pada perilaku atau kebiasaan sehari-
hari.
2. Proses penyakit/Cedera
Proses penyakit dapat memengaruhi kemampuan mobilisasi karena dapat
memengaruhi fungsi sistem tubuh. Sebagai contoh, orang yang menderita
fraktur femur akan mengalami keterbatasan pergerakan dalam ekstremitas
bagian bawah. Demikian pula orang yang baru menjalani operasi. Karena
adanya nyeri mereka cenderung untuk bergerak lebih lamban. Ada kalanya
klien harus istirahat di tempat tidur karena mederita penyakit tertentu.
3. Kebudayaan
Kemampuan melakukan mobilisasi dapat juga dipengaruhi kebudayaan.
Sebagai contoh, orang yang memiliki budaya sering berjalan jauh memiliki
kemampuan mobilisasi yang kuat, sebaliknya ada orang yang mengalami
gangguan mobilisasi (sakit) karena adat dan budaya tertentu dilarang untuk
beraktivitas.
4. Tingkat energi
Energi adalah sumber untuk melakukan mobilitas. Agar seseorang dapat
melakukan mobilisasi dengan baik, dibutuhkan energi yang cukup. Seseorang
yang sedang sakit akan berbeda mobilitasnya dibandingkan dengan orang
sehat apalagi dengan seorang pelari.
5. Usia dan Status Perkembangan
Terdapat perbedaan kemampuan mobilisasi pada tingkat usia yang
berbeda. Hal ini dikarenakan kemampuan atau kematangan fungsi alat gerak
sejalan dengan perkembangan manusia. Usia berpengaruh terhadap
kemampuan seseorang dalam melakukan mobilisasi. Pada individu lansia,
kemampuan untuk melakukan aktifitas dan mobilisasi menurun sejalan
dengan penuaan.

A. Aziz Alimul Hidayat (2012) menyebutkan ada dua jenis mobilisasi yaitu
mobilisasi penuh dan mobilisasi sebagian.
1. Mobilisasi penuh
Mobilisasi penuh merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak
secara penuh dan bebas sehingga dapat melakukan interaksi sosial dan
menjalankan peran sehari-hari. Mobilisasi penuh ini merupakan fungsi saraf
motoris volunter dan sensorik untuk dapat mengontrol seluruh area tubuh
seseorang.
2. Mobilisasi sebagian
Mobilisasi sebagian merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak
dengan batasan yang jelas sehingga tidak mampu bergerak secara bebas
karena dipengaruhi oleh gangguan saraf motorik dan sensorik pada area
tubuhnya. Hal ini dapat dijumpai pada kasus cedera atau patah tulang dengan
pemasangan traksi.

C. Gejala Dan Tanda


a. Mayor
1. Hambatan kemampuan untuk bergerak dengan maksud tertentu di dalam
lingkungan
2. Keterbatasan rentang gerak
b. Minor
1. Pembatasan gerak yang dipaksakan
2. Enggan untuk bergerak
3. Penurunan waktu reaksi
4. Dispnea setelah beraktivitas
5. Gerakan bergetar
6. Pergerakan tidak terkoordinasi
7. Pergerakan lambat
8. Ketidakstabilan postur
9. Tremor akibat pergerakan

D. Pohon Masalah

Gangguan Kerusakan Trauma Langsung


Kelainan
Perkembangan Sistem Pada Sistem
Postur
Otak Saraf Pusat Muskuloskeletal

Gangguan
Mobilisasi
Gangguan Ketidakaktifan
Metabolisme Muskuloskeletal

Defisiensi Kalori Atrofi Otot


dan Protein

Hambatan
Kekurangan energi Mobilitas fisik

Kelemahan umum

Intoleransi
Aktivitas

E. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Rontgen
Menentukan lokasi / luasnya fraktur / trauma.
2. Scan tulang, tomogram, scan CT / MRI
Memperlihatkan fraktur juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi
kerusakan jaringan lunak.
3. Arteriogram
Dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai.
4. Hitung jumlah, komposisi dan volume darah
Ht mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau menurun (perdarahan
bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada trauma multipel).
Peningkatan jumlah SDP adalah respon stres normal setelah trauma.
5. Kreatinin
Trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens ginjal.
6. Profil koagulasi
Perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, trafusi mutipes, atau cedera
hati.

F. Penatalaksanaan Medis
a. Terapi
1. Penatalaksana Umum
a) Kerjasama tim medis interdisiplin dengan partisipasi pasien,
keluarga, dan pramuwerdha.
b) Edukasi pada pasien dan keluarga mengenai bahaya tirah baring
lama, pentingnya latihan bertahap dan ambulasi dini, serta mencegah
ketergantungan pasien dengan melakukan aktivitas kehidupan
sehari-hari sendiri, semampu pasien.
c) Dilakukan pengkajian geriatri paripurna, perumusan target
fungsional, dan pembuatan rencana terapi yang mencakup pula
perkiraan waktu yang diperlukan untuk mencapai target terapi.
d) Temu dan kenali tatalaksana infeksi, malnutrisi, anemia, gangguan
cairan dan elektrolit yang mungkin terjadi pada kasus imobilisasi,
serta penyakit/ kondisi penyetara lainnya.
e) Evaluasi seluruh obat-obatan yang dikonsumsi; obat-obatan yang
dapat menyebabkan kelemahan atau kelelahan harus diturunkan
dosisnya atau dihentikan bila memungkinkan.
f) Berikan nutrisi yang adekuat, asupan cairan dan makanan yang
mengandung serat, serta suplementasi vitamin dan mineral.
g) Program latihan dan remobilisasi dimulai ketika kestabilan kondisi
medis terjadi meliputi latihan mobilitas di tempat tidur, latihan gerak
sendi (pasif, aktif, dan aktif dengan bantuan), latihan penguat otot-
otot (isotonik, isometrik, isokinetik), latihan koordinasi/
keseimbangan, dan ambulasi terbatas.
h) Bila diperlukan, sediakan dan ajarkan cara penggunaan alat-alat
bantu berdiri dan ambulasi.
i) Manajemen miksi dan defekasi, termasuk penggunaan komod atau
toilet.
2. Tatalaksana Khusus
a) Tatalaksana faktor risiko imobilisasi
b) Tatalaksana komplikasi akibat imobilisasi.
c) Pada keadaan-keadaan khusus, konsultasikan kondisi medik kepada
dokter spesialis yang kompeten.
d) Lakukan remobilisasi segera dan bertahap pada pasienpasien yang
mengalami sakit atau dirawat di rumah sakit dan panti werdha untuk
mobilitas yang adekuat bagi usia lanjut yang mengalami disabilitas
permanen.
b. Penatalaksanaan lain
1. Pengaturan Posisi Tubuh sesuai Kebutuhan Pasien
Pengaturan posisi dalam mengatasi masalah kebutuhan mobilitas,
digunakan untuk meningkatkan kekuatan, ketahanan otot, dan
fleksibilitas sendi. Posisi-posisi tersebut, yaitu :
a) Posisi semi fowler (setengah duduk)
b) Posisi litotomi
c) Posisi dorsal recumbent
d) Posisi supinasi (terlentang)
e) Posisi pronasi (tengkurap)
f) Posisi lateral (miring)
g) Posisi sim
h) Posisi trendelenbeg (kepala lebih rendah dari kaki)
2. Ambulasi dini
Cara ini adalah salah satu tindakan yang dapat meningkatkan
kekuatan dan ketahanan otot serta meningkatkan fungsi kardiovaskular.
Tindakan ini bisa dilakukan dengan cara melatih posisi duduk di tempat
tidur, turun dari tempat tidur, bergerak ke kursi roda, dan lain-lain.
3. Melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri juga dilakukan untuk
melatih kekuatan, ketahanan, kemampuan sendi agar mudah bergerak,
serta meningkatkan fungsi kardiovaskular.
4. Latihan isotonik dan isometric
Latihan ini juga dapat dilakukan untuk melatih kekuatan dan
ketahanan otot dengan cara mengangkat beban ringan, lalu beban yang
berat. Latihan isotonik (dynamic exercise) dapat dilakukan dengan
rentang gerak (ROM) secara aktif, sedangkan latihan isometrik (static
exercise) dapat dilakukan dengan meningkatkan curah jantung dan
denyut nadi.
5. Latihan ROM Pasif dan Aktif
Latihan ini baik ROM aktif maupun pasif merupakan tindakan
pelatihan untuk mengurangi kekakuan pada sendi dan kelemahan otot.
Latihan-latihan itu, yaitu :
a) Fleksi dan ekstensi pergelangan tangan
b) Fleksi dan ekstensi siku
c) Pronasi dan supinasi lengan bawah
d) Pronasi fleksi bahu
e) Abduksi dan adduksi
f) Rotasi bahu
g) Fleksi dan ekstensi jari-jari
h) Fleksi dan ekstensi pergelangan kaki
i) Fleksi dan ekstensi lutut
j) Rotasi pangkal paha
k) Abduksi dan adduksi pangkal paha
6. Latihan Nafas Dalam dan Batuk Efektif
Latihan ini dilakukan untuk meningkatkan fungsi respirasi sebagai
dampak terjadinya imobilitas.
7. Melakukan komunikasi terapeutik
Cara ini dilakukan untuk memperbaiki gangguan psikologis yaitu
dengan cara berbagi perasaan dengan pasien, membantu pasien untuk
mengekspresikan kecemasannya, memberikan dukungan moril, dan lain-
lain.

G. Pengkajian Keperawatan
1. Riwayat Penyakit Sekarang
Pengkajian riwayat pasien saat ini meliputi alasan pasien yang
menyebabkan terjadi keluhan atau gangguan dalam mobilitas dan imobilitas,
seperti adanya nyeri, kelemahan otot, kelelahan, tingkat mobilitas dan
imobilitas, daerah terganggunya mobilitas dan imobilitas, dan lama terjadinya
gangguan mobilitas.
2. Riwayat Penyakit yang Pernah Diderita
Pengkajian riwayat penyakit yang berhubungan dengan pemenuhan
kebutuhan mobilitas, misalnya adanya riwayat penyakit system neurologis
(kecelakaan cerebrovascular, trauma kepala, peningkatan tekanan intracranial,
miastenia, gravis, guillain barre, cedera medulla spinalis, dan lain-lain),
riwayat penyakit system kardiovaskular (infark miokard, gagal jantung
kongestif), riwayat penyakit system musculoskeletal (osteoporosis, fraktur,
artritis), riwayat penyakit system pernapasan (penyakit paru obstruksi
menahun, pneumonia, dan lain-lain), riwayat pemakaian obat, seperti
sedativa, hipnotik, depresan system saraf pusat, laksansia, dan lain-lain.
3. Kemampuan Fungsi Motorik
Pengkajian fungsi motorik antara lain pada tangan kanan dan kiri, kaki
kanan dan kiri untuk menilai ada atau tidaknya kelemahan, kekuatan, atau
spastis.
4. Kemampuan Mobilitas
Pengkajian kemampuan mobilitas dilakukan dengan tujuan untuk menilai
kemampuan gerak ke posisi miring, duduk, berdiri, bangun, dan berpindah
tanpa bantuan.
Kategori tingkat kemampuan aktivitas adalah sebagai berikut :
Tingkat
Kategori
Aktivitas/Mobilitas
Tingkat 0 Mampu merawat diri sendiri secara penuh.
Tingkat 1 Memerlukan penggunaan alat.
Tingkat 2 Memerlukan bantuan atau pengawasan orang lain.
Memerlukan bantuan, pengawasan orang lain, dan
Tingkat 3
peralatan.
Sangat tergantung dan tidak dapat melakukan atau
Tingkat 4
berpartisipasi dalam perawatan

5. Kemampuan Rentang Gerak


Pengkajian rentang gerak (range of motion-ROM) dilakukan pada daerah
seperti bahu, siku, lengan, panggul, dan kaki.
Derajat Rentang
Gerak Sendi
Normal
Bahu
Adduksi : Gerakan lengan kelateral dari posisi
180
samping ke atas kepala, telapak tangan
menghadap ke posisi yang paling jauh.
Siku
Fleksi : Angkat lengan bawah ke arah depan 30
dan ke arah atas menuju bahu.
Pergelangan Tangan
Fleksi : Tekuk jari-jari tangan ke arah bagian 80-90
dalam lengan bawah.
Ekstensi : Luruskan pergelangan tangan dari 80-90
posisi fleksi.
Hiperekstensi:Tekuk jari-jari tangan ke arah belakang 70-90
sejauh mungkin.
Abduksi : Tekuk pergelangan tangan ke sisi ibu 0-20
jari ketika telapak tangan menghadap
ke atas. 30-50
Adduksi : Tekuk pergelangan tangan ke arah
kelingking, telapak tangan menghadap
ke atas.
Tangan dan Jari
Fleksi : Buat kepalan tangan 90
Ekstensi : Luruskan jari 90
Hiperekstensi: Tekuk jari-jari tangan ke belakang 30
sejauh mungkin.
Abduksi : kembangkan jari tangan. 20
Adduksi : Rapatkan jari-jari tangan dari posisi 20
abduksi.

6. Perubahan Intoleransi Aktivitas


Pengkajian intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan perubahan
pada system pernapasan, antara lain: suara napas, analisis gas darah, gerakan
dinding thorak, adanya mukus, batuk yang produktif diikuti panas, dan nyeri
saat respirasi. Pengkajian intoleransi aktivitas terhadap perubahan system
kardiovaskular, seperti nadi dan tekanan darah, gangguan sirkulasi perifer,
adanya thrombus, serta perubahan tanda vital setelah melakukan aktivitas
atau perubahan posisi.
7. Kekuatan Otot dan Gangguan Kordinasi
Dalam mengkaji kekuatan otot dapat ditentukan kekuatan secara bilateral
atau tidak.
Derajat kekuatan otot dapat ditentukan dengan :
Persentase Kekuatan
Skala Karakteristik
Normal
0 0 Paralisis sempurna
Tidak ada gerakan, kontraksi otot
1 10
dapat di palpasi atau dilihat
Gerakan otot penuh melawan
2 25
gravitasi dengan topangan
Gerakan yang normal melawan
3 50
gravitasi
Gerakan penuh yang normal
4 75 melawan gravitasi dan melawan
tahanan minimal
Kekuatan normal, gerakan penuh
5 100 yang normal melawan gravitasi dan
tahanan penuh

8. Perubahan Psikologis
Pengkajian perubahan psikologis yang disebabkan oleh adanya gangguan
mobilitas dan imobilitas, antara lain perubahan perilaku, peningkatan
emosi, perubahan dalam mekanisme koping, dan lain-lain.

H. Daftar Masalah Keperawatan


1. Intoleransi aktivitas
2. Hambatan Mobilitas Fisik

I. Intervensi Keperawatan
1. Intoleransi aktivitas

No Diagnosa Tujuan Keperawatan Rencana Tindakan Rasional


Keperawatan ( NOC ) (NIC )
(NANDA)
Setelah dilakukan
Asuhan keperawatan Tentukan penyebab Dengan
Intoleransi selama ...x 24 jam keletihan, nyeri, mengetahui
aktivitas diharapkan klien dapat aktifitas, perawatan , penyebab, dapat
menoleransi aktivitas pengobatan ditentukan asuhan
yang biasa dilakukan, keperawatan yang
yang dibuktikan oleh: sesuai.
- Toleransi aktivitas Monitor asupan
- Ketahanan nutrisi untuk Asupan nutrisi
- Penghematan energi memastikan ke penting untuk
- Kebugaran fisik adekuatan sumber mempertahankan
- Energi psikomotorik energi. energy untuk
aktivitas
Evaluasi motivasi dan
keinginan pasien Mengetahui
untuk meningkatkan apakah klien
aktifitas memang ingin
melakukan
aktivitas atau
Rencanakan jadwal tidak
antara aktifitas dan
istirahat. Dengan dijadwal
maka aktivitas
dan kebutuhan
Bantu dengan aktifitas istirahat klien
fisik teratur : misal: dapat diberikan
ambulasi, berubah secara tepat
posisi, perawatan
personal sesuai Aktivitas fisik
kebutuhan yang teratur dapat
memberikan
kenyamanan bagi
klien dan
Kolaborasi dengan menghindari
medis untuk kekakuan sendi
pemberian terapi, dan otot
sesuai indikasi
Terapi medis
penting untuk
menunjang proses
penyembuhan

2. Hambatan mobilitas fisik

No Diagnosa Tujuan Keperawatan Rencana Tindakan Rasional


Keperawatan ( NOC ) (NIC )
(NANDA)
Setelah dilakukan asuhan kaji kebutuhan dengan mengetahui
Hambatan keperawatan selama ...x 24 terhadap bantuan kebutuhan terhadap
mobilitas fisik jam klien akan : pelayanan bantuan pelayanan
Memperlihatkan kesehatan dan kesehatan dapat
penggunaan alat kebutuhan terhadap ditentukan asuhan
bantu secara benar peralatan keperawatan yang
dengan pengobatan yang sesuai.
pengawasan, tahan lama

melakukan aktifitas
secara mandiri ajarkan klien Diharapkan klien
dengan tentang dan pantau dapat berjalan
menggunakan alat penggunaan alat dengan baik dan
bantu bantu mobilitas pengguanaan alat
(tongkat,walker,kru bantu dapat
k atau kursi roda) mempermudah
dapat berjalan klien.
dengan Anjurkan untuk Melatih lengan
menggunakan menggunakan agar tidak kaku
langkah-langkah lengan yang sakit dan mempercepat
yang benar. jika memungkinkan pemulihan
Klien
Rujuk ke ahli terapi mendapatkan
fisik untuk program terapi yang lebih
latihan baik.

J. Referensi

Asmadi. 2008. Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta : Salemba
Medika.

Garrison, Susan J. 2004. Dasar-Dasar Terapi Dan Latihan Fisik. Jakarta : EGC.

Perry & Potter. 2006. Buku Ajar Fundal Mental Keperawatan Konsep, Proses dan
Prakti Edisi 4. Jakarta : EGC.

Tarwoto & Wartonah. 2003. Kebutuhan Dasar Manusia & Proses Keperawatan.
Jakarta : Salemba Medika.

Wilkinson, Judith M. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi


NIC dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta : EGC.

Das könnte Ihnen auch gefallen