Sie sind auf Seite 1von 7

BENDERA MERAH PUTIH SEBAGAI IDENTITAS

NASIONAL BANGSA INDONESIA


Disusun untuk memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Civic Education

oleh Drs. Armein Daulay, M. Si.

Disusun oleh:

PUTRI PUSPITA

Program Studi Ilmu Politik

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

2014
I. Latar Belakang

Setiap makhluk hidup di dunia ini pasti memiliki identitas atau ciri khas. Selain
berfungsi sebagai penjelas dari kepribadian seseorang, identitas atau jati diri juga
berfungsi sebagai pembeda antara satu dan yang lain. Begitu pula dengan sebuah negara,
negara pun membutuhkan identitas nasional agar dapat dibedakan dengan negara lainnya.

Identitas nasional terdiri dari dua suku kata, identitas adalah ciri-ciri atau
keadaan khusus seseorang; jati diri, 1
sedangkan nasional memiliki arti bersifat
kebangsaan; berkenaan atau berasal dari bangsa sendiri; meliputi suatu bangsa.2 Kekhasan
yang melekat pada suatu bangsa banyak dikaitkan dengan sebutan identitas nasional.
Identitas nasional adalah ungkapan nilai-nilai budaya suatu bangsa yang bersifat khas dan
membedakannya dengan bangsa lain. 3 Identitas Nasional ini harus dihormati dan
dibanggakan oleh seluruh warganya, karena Identitas Nasional tidak semata-mata
dibentuk, melainkan memiliki unsur-unsur seperti kesamaan sejarah, kebudayaan
masyarakat yang tidak dimiliki bangsa lain, agama, dan bahasa. Karakter bangsa
menyangkut perilaku yang mengandung core values dan nilai-nilai yang berakar pada
filosofi Pancasila, dan simbol-simbol keindonesiaan seperti: Sang Saka Merah Putih,
semboyan Bhineka Tunggal Ika, lambang Garuda Pancasila, dan Lagu Indonesia Raya.4
Penulis hanya akan berfokus pada satu persoalan yaitu bendera Merah Putih. Berdasarkan
Pasal 35 UUD 1945, bendera negara Indonesia disebut dengan Sang Saka Merah Putih.

Salah satu cara untuk memahami identitas suatu bangsa adalah dengan
membandingkan bangsa satu dengan bangsa lainnya. Terdapat perbedaan antara Indonesia
dan Malaysia dalam memaknai bendera negara sebagai ciri khas bangsanya. Apalagi
dengan kondisi Malaysia saat ini yang dapat dikatakan tengah mengalami krisis identitas.
Seseorang berkewarganegaraan Malaysia, Johan Jaaffar, sampai membuat artikel berjudul
"Learn patriotism from Indonesians" (Belajar Patriotisme dari Masyarakat Indonesia)
karena melihat rakyat Indonesia yang begitu menghormati benderanya, dan meminta
negerinya dapat belajar dari Indonesia.

1
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 417.
2
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 775.
3
A. Ubaedillah & Abdul Rozak, Pancasila, Demokrasi, HAM, dan Masyarakat Madani, (Jakarta:
Prenadamedia Group, 2013), h. 51.
4
ALPTKI, Pemikiran tentang Pendidikan Karakter dalam Bingkai Utuh Sistem Pendidikan Nasional,
(Asosiasi Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan, 2009), h. 3.
II. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang di atas, penulis akan merumuskan masalah-


masalah dengan dua buah pertanyaan sebagai berikut :

1. Aspek hukum apa yang mendasari peraturan mengenai bendera Merah Putih?
2. Apa perbedaan Indonesia dan Malaysia dalam memaknai bendera negara
sebagai identitas nasional?

III. Pembahasan

Salah satu unsur pembentuk identitas nasional adalah sejarah. Bendera Merah
Putih mengandung nilai sejarah yang panjang. Pada masa Kerajaan Mataram, warna
bendera kita dikenal sebagai Gula Kelapa.5 Hal ini diidentikkan dengan warna gula merah
yang diartikan berani, dan kelapa putih yang berarti suci. Sejarah selanjutnya berkaitan
dengan Pangeran Diponegoro. Peperangan di tahun 1825-1830 melawan kolonial Belanda
tersebut mempunyai catatan sejarah yang berharga. Bendera Merah Putih berkibar dengan
gagahnya di rumah rakyat. Akan tetapi Pangeran Diponegoro kalah dalam peperangan itu
sehingga bendera Merah Putih pun tidak berkibar lagi. Selanjutnya yaitu pada tahun 1927
ketika Ir. Soekarno mendirikan Partai Nasional Indonesia (PNI) yang bertujuan mencapai
kemerdekaan bagi Bangsa Indonesia. Partai tersebut mengibarkan bendera Merah Putih
yang di tengahnya bergambar banteng.6

Kemudian pada tanggal 28 Oktober 1928, bertepatan dengan hari Sumpah


Pemuda, pertama kalinya digunakan hiasan merah putih tanpa gambar atau tulisan,
sebagai warna bendera kebangsaan dan untuk pertama kalinya pula diperdengarkan lagu
kebangsaan Indonesia Raya.

Pada tanggal 18 Agustus 1845, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)


mengadakan sidang pertama dan menetapkan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia,
yang kemudian dikenal sebagai UUD 45. Dalam Pasal 35, ditetapkan bahwa bendera
negara Indonesia adalah Sang Saka Merah Putih.

5
Budiono Za, Mytha-Logic dan Metalogika Simbol Nasional.
6
http://www.republika.co.id/berita/senggang/review-senggang/13/08/16/mrmd3j-mengapa-
bendera-kita-menggunakan-merahputih, diakses pada 22 Juni 2014.
Dahulu, bendera, lambang negara, dan lagu kebangsaan Indonesia hanya diatur
dengan Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1958 yang merupakan produk hukum
berdasarkan UUDS 1950. Mengingat bahwa pengaturan tentang bendera, bahasa, dan
lambang negara, serta lagu kebangsaan Indonesia belum diatur di dalam bentuk undang-
undang, maka dibentuklah UU No. 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan
Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan. Secara parsial, bendera, bahasa, dan lambang
negara, serta lagu kebangsaan diatur dalam berbagai peraturan perundang-undangan
menurut kebutuhan isinya.

Dalam Pasal 4 UU No. 24 diatur ukuran bendera negara yang berbeda-beda


tergantung dimana bendera Merah Putih ditempatkan. Waktu pengibaran bendera pada
setiap peringatan Hari Kemerdekaan Bangsa Indonesia, dan hari-hari besar nasional antara
lain Hari Pendidikan Nasional (2 Mei), Hari Kebangkitan Nasional (20 Mei), Hari
Kesaktian Pancasila (1 Oktober), Hari Sumpah Pemuda (28 Oktober), dan Hari Pahlawan
(10 November) diatur dalam Pasal 7.

Pasal 9 ayat 1 membahas dimana saja Bendera negara wajib dikibarkan seperti
istana Presiden dan Wakil Presiden, kantor atau gedung lembaga pemerintah, rumah
pejabat negara, pos perbatasan dan pulau-pulau terluar Indonesia, lingkungan TNI dan
Kepolisian, dan makam pahlawan nasional. Di Pasal 12 UU No. 24 tertulis bendera negara
dapat digunakan sebagai tanda perdamaian, tanda berkabung, dan penutup peti jenazah
Presiden atau Wakil Presiden, mantan Presiden atau mantan Wakil Presiden, anggota
lembaga negara, menteri, kepala daerah, anggota DPRD, kepala perwakilan diplomatik,
anggota TNI, dan anggota Kepolisian RI. Bendera Merah Putih digunakan sebagai
penutup peti jenazah (Alm.) Dr. H. Muhammad Taufiq Kiemas, Ketua MPR-RI periode
2009-2014, yang meninggal dunia pada Juni 2013 lalu. Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono juga menghimbau rakyat Indonesia untuk mengibarkan bendera setengah
tiang selama dua hari sebagai tanda duka cita. Bendera Merah Putih sebagai tanda
berkabung dikibarkan setengah tiang yang diperjelas lagi dengan Pasal 14 UU No. 24.

Sesuai dengan Pasal 24 UU No. 24, seseorang dilarang merusak, merobek,


menginjak-injak, membakar, atau melakukan perbuatan lain dengan maksud menodai,
menghina, atau merendahkan kehormatan bendera negara, jika tidak akan dipidana dengan
pidana penjara paling lama 5 tahun atau denda paling banyak Rp500.000.000,00 seperti
yang tertera pada Pasal 66 UU No. 24. Pelanggaran ini jarang sekali terjadi rasa hormat
masyarakat Indonesia terhadap bendera nasionalnya masih cukup tinggi. Paling tidak,
perlakuan terhadap 'Merah Putih' jauh lebih terhormat bila dibandingkan dengan 'Jalur
Gemilang' yang jadi simbol Malaysia. Itulah yang diungkapkan Johan Jaaffar, seorang
kolumnis negeri Jiran.

Seperti yang dilansir Liputan6, Johan merasa iri dengan bangsa Indonesia secara
keseluruhan. Saat bicara tentang manifestasi patriotisme, rakyat Indonesia berdiri dalam
satu kesatuan. Walaupun kerap terjadi perselisihan politik, keyakinan, sektarian, bahkan
etnis, namun Sang Saka Merah Putih kembali mempersatukan Indonesia. Tak perlu debat,
wacana, atau kampanye, penduduk Nusantara dengan rela dan bangga mengibarkan Merah
Putih. Berbeda dengan sejumlah warga Malaysia yang tidak nasionalis. Sejumlah warga
tersebut malu dengan bendera Malaysia sekarang yang menurut mereka terlihat seperti
gabungan antara bendera Indonesia dan Singapura, serta mengikuti corak bendera
Amerika Serikat. Pada hari kemerdekaan Malaysia ke 55 pada 31 Agustus 2012 lalu,
mereka meluncurkan bendera baru yang mereka rancang sendiri. Tentu saja aksi ini
menuai kecaman dari berbagai pihak, termasuk sejarawan. Khoo Kay Kim mengeluhkan
kurangnya pemahaman generasi muda akan simbol negara, apapun perselisihan yang ada
di partai politik, fakta-fakta tertentu ada di simbol bendera itu harus diterima rakyat, tanpa
ada penolakan.7

Johan juga menulis, peringatan kemerdekaan Malaysia bukan hanya tentang


parade, lagu-lagu patriotik dan mengibarkan bendera, dan bukan cuma meniru seruan
"Merdeka!" yang pernah dipekikan Tunku Abdul Rahman, Perdana Menteri pertama
Malaysia.8 Pernyataan yang diutarakan Johan Jaaffar agar Malaysia belajar dari Indonesia
menunjukkan seolah-olah sama sekali tidak ada bentuk pelanggaran terhadap bendera
Merah Putih yang diakukan masyarakat Indonesia. Pelanggaran tentu saja ada, walaupun
sedikit sekali.

Kasus pelanggaran terhadap bendera Merah Putih paling fenomenal adalah


ditemukannya bendera Merah Putih yang dipenuhi dengan coretan-coretan gambar palu

7
http://merdeka.com/piala-dunia/warga-malaysia-mulai-benci-bendera-negaranya.html, diakses
pada 22 Juni 2014.
8
http://news.liputan6.com/read/679920/warga-malaysia-soal-merah-putih-belajar-patriotisme-
dari-ri, diakses pada 22 Juni 2014.
arit khas Partai Komunis Indonesia (PKI) di Desa Paciran, Lamongan, Jawa Timur pada
tahun 2013 lalu. Selain palu arit, juga terdapat gambar bulan bintang, salip, bintang segi
lima, dan tulisan "Aku tak butuh bendera ini", "Yang Kuinginkan Hanya Kemerdekaan".
Bendera tersebut adalah milik warga sekitar yang dicuri pada dini hari tetapi terpasang
kembali pada pagi harinya disertai coret-coretan. Pemilik bendera langsung melaporkan
peristiwa ini ke Polisi. Pelaku aksi pencoretan ini masih belum tertangkap .9

IV. Kesimpulan

Identitas Nasional adalah jati diri yang telah dimiliki suatu bangsa, yang juga
diadopsi dari nilai-nilai budaya, agama, dan sejarah. Identitas Nasional dapat dilihat dari
pola perilaku yang nampak dalam suatu masyarakat, lambang-lambang yang menjadi ciri
bangsa dan negara, termasuk bendera nasional. Bendera nasional Indonesia yang disebut
Sang Saka Merah Putih mengandung sejarah yang panjang mulai dari asal usulnya hingga
kini. Karena merupakan identitas nasional, bendera Merah Putih tidak dapat digunakan
seenaknya, terdapat undang-undang yang membahas tentang identitas nasional yang
meliputi bendera, bahasa, lambang negara, dan lagu kebangsaan. Undang-undang tersebut
adalah UU No. 24 Tahun 2009 yang merupakan pengembangan lebih lanjut dari Peraturan
Pemerintah No. 40 Tahun 1958.

Bendera negara merupakan manifestasi sejarah dan juga ciri khas suatu negara,
yang harus dihormati oleh setiap warga negara. Harus ada sanksi apabila warga negara
menodai, menghina, dan merendahkan bendera negara. Selanjutnya yang tak kalah penting
untuk dilakukan adalah meneguhkan dan mengaktualisasikan kembali nilai-nilai budaya
bangsa yang diyakini mampu meningkatkan semangat kebangsaan, contohnya seperti
membudayaan upacara bendera, dan menanamkan nasionalisme serta patriotisme,
sehingga masyarakat dengan sendirinya mempertahankan identitas nasional karena
kecintaannya terhadap tanah air. Tidak mau mau mengibarkan bendera seperti yang terjadi
di Malaysia dan pencoretan bendera seperti yang terjadi di Lamongan tidak lain adalah
bentuk penghinaan terhadap bendera nasional. Setiap aksi penodaan terhadap identitas
nasional harus dikenakan sanksi yang tegas. Bila masyarakat Indonesia sendiri tidak
menghormati bendera negara sebagai identitas nasional, jangan harap bangsa lain akan
menghormati Indonesia.
9
http://news.detik.com/read/2013/09/03/003713/2347499/10/, diakses pada 22 Juni 2014.
Daftar Pustaka

Buku:

ALPTKI. 2009. Pemikiran tentang Pendidikan Karakter dalam Bingkai Utuh Sistem Pendidikan
Nasional, Asosiasi Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Ubaedillah, Ahmad dan Abdul Rozak. 2013. Pancasila, Demokrasi, HAM, dan Masyarakat
Madani, Prenadamedia Group, Jakarta.

Internet:

http://www.republika.co.id/berita/senggang/review-senggang/13/08/16/mrmd3j-mengapa-bendera-
kita-menggunakan-merahputih, diakses pada 22 Juni 2014.

http://merdeka.com/piala-dunia/warga-malaysia-mulai-benci-bendera-negaranya.html, diakses
pada 22 Juni 2014.

http://news.liputan6.com/read/679920/warga-malaysia-soal-merah-putih-belajar-patriotisme-dari-
ri, diakses pada 22 Juni 2014.

http://news.detik.com/read/2013/09/03/003713/2347499/10/, diakses pada 22 Juni 2014.

Das könnte Ihnen auch gefallen