Sie sind auf Seite 1von 3

ALERGI OBAT

Raksi imunologik yan merugikan terhadap obat melibatkan semua jenis mekanisma
hipersensitivitas yang dikenal. Reaksi-reaksi ini terjadi pada sekitar 2 sampati 3% populasi dan
merupakan 6 sampai 15% dari semua reaksi obat yang merugikan. Mekanisme non-imunologik
(yaitu reaksi idiosinkratik, efek samping, teratogenisitas, kelebihan dosis dan interaksi antarobat)
merupakan penyebab dari sisanya. Alergi terhadap penisilin dan turunannya merupakan
penyebab utama reaksi anafilatik oleh semua sebab. Anafilaksis yang dipicu oleh obat ini
mengisyaratkan sudah adanya IgE di sel mast jaringan yang mengenal obat yang bersangkutan.
Selain obat-obat yang sama dapat menimbulkan serum sickness, urtikaria, dermatitis kontak,
eruppsi makulopapular, dermatitis eksfoliativa, eritema difus, anemia hemolitik, nefritik,
interstisialis dan penumonitis eosinifilik, yang semuanya menlibatkan respon imun yang lebih
kompleks daripada sekedar IgF. Demikian juga, sejumlah obat lain, misalnya sulfonamide,
fentoin, fenobarbital dan karbamazepin, dapat memicu reaksi peradangan multisystem melalui
mekanisme rumit yang belum dipahami yang tidak semata-mata disebabkan oleh IgE. Alergi
obat lebih jarang terjadi pada anak daripada dewasa dan sering pada pasien yang pernah
mengalami reaksi alergi terhadap obat lain. Inseiden reaksi meningkat pada pemakaian obat
multiperl, perempuan, penyakit tertentu (mis. Lupus eritematosus sistemik), dan mungkin
melalui faktor genetic yang belum diketahui. Adanya alergi anhalan tidak meningkatkan resko
reaksi terhadap obat.

Pathogenesis

Respon imun pada reaksi hipersensitivitas mungkin ditujukan pada obat itu sendiri, pada
salah satu etabolisnya, adata pada komponen pejamu yang berubah akibat obat. Allergen obat
biasanya adalah hapten yang belum memicu respons mun, sampai berikatan secara kovalen
dengan proteinpembawa dari pejamu. Konjugat hapten-pebawa kemudian mampu memciu
respons imun hormonal dan selular pada orang yang sama. Tipe respons imun predominan akan
menentukan pola hipersensitivitas secara klinis. Reaksi anafilatik diperantarai oleh antibody IgE.
Anemia hemolitik diperantarai olah antibody IgG aau IgM yang ditujukan pada orbat yang
terikat ke memberan sela darah merah, atau ke protein pejamu abnormal yang terdapat di sel
darah merah (mi. antigen Rh yang berubah akibat metildopa) atau oleh kompleks imun dalam
sikulasi yang berikatan dengan sel darah merah melalui reseptor komplemen (seperti pada
hipersensitivitas fenasetin). Serum sickness yang dipicu oleh obat disebabkan oleh IgE dan IgG,
hiperensitivitas kontak diperantarai oleh lomfosit T yang bereaksi dengan konjungat hapten-
pembawa. Walaupun mekanisme imunologik pada reaksi terhadap penisilin atau turunannya
sudah banyak dipahami, tetapi informasi mengenai hipersensitivitas terhadap obat lain terbatas.
Antikejang aromatic (fenitoin, fenenbabrital, dan karbamazepin) memicu timbulnya dermatitis
dan hepatitis pada sejumlah kecil pasien, mungkin segai respons pejamu terhdap protein yang
terodifikasi oleh metabolit reaktif dari obat-obat tersebut. Ketiga obat antikejang ini memiliki
metabolit reaktif intermediate yang serupa, pasien yang peka terhadap salah satu jenis obat akan
beresiko untuk bereaksi terhada jenis obat kelompok ini.

Diagnosis

Ruam adalah alergi obat yang paling sering muncul. Riwayat pruritus merupakan faktor
kunci untuk mengetahui apabila ruam memilki dasar alergi. Ruam eksantematosa melebihi ruam
urtikaria, yang mengalahkan ruam lain. Menifestasi hipersensitivitas obat di kulit dengan
imunologik yang belum jelas antara eritema multiforme (syndrome Stevens Johnson) , reaksi tipe
hepatitis dermatitis eksfoliativa, erupsi obat fikstum purpura, vaskulitis, nekrolisis epidermal
toksis, eritema nodosum, dan erupsi fotosensitivitas. Obat-obat yang sering menyebabkan reaksi-
reaksi di atas antara lain sulfonamide, penisilin , sefalosporin, nitrofurantion, barbiturau, insulin
dan fenitoin. Alergi terhadap penislin semisntetik merupakan masalah utama pada pasien dengan
fibrosis kistik.

Uji kulit adalah cara untuk mendeteksi antibody IgE yang paling sensitive terhadap
obat. Uji ini telah digunakan untuk mendeteksi alergi terhadap penisilin dan turunannya, validasi
uji kulit untuk sebagian besar obat lain belum dipastikan. Alergi terhadap tutunan haptenik
utama penisilin (determinan benzilpenisiloil) lebih sering berkaitan degnan reaksi urtikaria dan
reaksi mirip serum sickness, sementara alergi terhadap determinan minor (missal penisiloat)
lebih sering berhubungan dengan reaksi anafilatik. Saat ini, satu-satunya reagen uji kulit penisilin
yang tersedia adalah benzilpennisiloilpolilisin (Pre-Pen) dan obat asli (yang cukup determinan
minor). Protocol untuk pemeriksaan berbagai turunan penisilin disajikan di Tabel. Untuk uji
intradermis dan uji tusuk kulit menggunakan pengencerean serial reahgen. Tempat percoban
diperiksa untuk melihat ada tidaknya reaksi wheal-andlflare selama 15 menit. Pemeriksaan
degnan reagen dihentikan pada pengenceran pertama yang member hasil reaksi 1+ attau lebi. Uji
kulit tipe cepat yang postitif terhadap satu atauu lebih reagen dikatakan berkaitan dengan reaksi
hipersnsitivitas tiep cepat pada dua pertiga pasien yang kemudian diberi obat yang bersagkutan.
Dipihak lain, hany 6% pasien dengan hasil uji kuli tipe cepat yang negative tetapi memiliki
riwayat reaksi alergi tipe cepat sebelumnya dan 2% pasien dengan hasil uji kulit dan riwayat
negative, mengalami raksi alergi, dan tidak ada yang ersifat tipe cepat.

Raksi terhadap medium kontras radiografik belum terbuki memilki dasar imunologis,
walaupun secara klinis mirip reaksi anafilaksis. Kekambuhan reaksi anafilaktois ini pada oran
dewasa yang memiliki riwayat reaksi sebelumnya dapat dikurangi dari lebih dari 30% menjadi
9% dengan pemberian premedikasi menggunakan prednisone 50mg setiap 6 jam dimulai 8 jam
sebelumnya, dan difenhidramin 50mg intramuskulus 1 jam sebelum prosedur. Jika timbul gejala
walaupun sudah dilakukan tindakan pengamanan ini, pasien harus segera diobati denan epinefrin
subkutis seperti dirindi dalam penatalaknsaan anafilaksis sejati. Angka reaksi juga dapat
dikurangi dengan penggunaan medium kontras nonionic.
Penatalaksanaan

Pengobatan alergi obat terdiri dari penghentian obat segera dan pemberian epinefrin,
antihistamin, dan steroid untuk menghilangkan gejala. Apabila pasien ernah mengalami reaksi
urtikasi atau reaksi tipe anafilaktik dan harus melanjutkan obatnya, dapat disuahakan
desensitisasi. Protocol desensitisasi oral terhadap penisilin telah dipublikasikan. Desensitisasi
terhdap penisilin semisintetik sering diperlukan pada pasien pediatric dan mungking diberikan
secara inravena, dimulai dengan dosisi 10-6 dosis trapeutik dalam 50mL lartan dekstrosa 5%,
natrium klorida 0,2%. Secara berturut-turut diinfuskan konsesntrasi lebih tinggi sepuluh kali
lipat, masing-masing selama 30-45 menit sampati tercapai dosis terapeutik, dan kemudian
dilanjutkan. Reaksi obat yang tidak diperantarai terutama oleh IgE tidak berespons dengan
protocol desensitisasi. Apabila timbul reaksi kulit orbiliforis terhadap obat, misalnya fenitoin dan
fenobarbital, obat harus dihentikan sesegera mungkin bila terdapat kecurigaan diagnosis ini.
Desensitisasi tidak dilakukan pada para pasien dengan reaksi imunologis yang rumit ini karena
pemberia obat selanjutnya dapat menyebabkan dermatitis eksfoliativa berat dengan hepatitis
yang berpotensi mematikan.

Reagen Aplikasi Pengenceran Konsentrasi Waktu (menit)


a
Benzilpenisilin Tusuk 10-4 10 U/mL 0
-2
Tusuk 10 103 U/mL 15
Tusuk Stok 105 30
Intradermisb 10-4 10 U/mL 45
-2
Intradermis 10 103 60
Intradermis Stok 105 75
Penisiloil polilisin Tusuk 6 x 10-5 molar 0
(Pre-Pen, Kremers) Intradermis 6 x 10-5 molar 45
Turunan penisilinc Tusuk 10-4 20 g/mL 0
-2
Tusuk 10 2 mg/mL 15
Tusuk Stok 200 g/mL 30
-4
Intradermis 10 20 g/mL 45
-2
10 2 mg/mL 60
Stok 200 mg/mL 75
Salin berdapar pospat (PBS) Tusuk 0
Intradermis 45
Histamin fosfat Tusuk Stok 1 mg/mL 0
a Interpretasi uji tusuk kulit: negative=ukuran wheal<2mm>PBS; 1+=2mm>PBS; 2+=3 sampai 5mm; 3+=6mm>PBS
b Interpretasi hasil uji kuli interdermis (disuntikan 0,002mL): negatif=ukuran wheal<3mm>PBS:1+mm>PB: 2+=8 sampai

12mm>PS;3+=>12
c Turunan penisilin yang dapat menerapkan metode ini, karbenisilin, tikarsilin, piperasilin, mezosilin dan azosilin.

Das könnte Ihnen auch gefallen