Sie sind auf Seite 1von 25

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang mana telah memberikan kami
semua kekuatan serta kelancaran dalam menyelesaikan makalah mata kuliah Penidikan
Agama Islam yang berjudul Konsep Tuhan dan Alam dalam Islam dapat selesai seperti
waktu yang telah kami rencanakan.

Dalam penulisan makalah ini kami menemui berbagai hambatan yang dikarenakan
terbatasnya Ilmu Pengetahuan kami mengenai hal yang berkenaan dengan penulisan makalah
ini. Oleh karena itu sudah sepatutnya kami berterima kasih kepada dosen pengajar mata
kuliah ini, yang telah memberikan limpahan ilmu yang sangat berguna kepada kami.

Adapun pepatah yang berbunyi bahwa tak ada gading yang tak retak, untuk itu
kamipun menyadari bahwa makalah yang telah kami susun dan kami kemas masih memiliki
banyak kelemahan serta kekurangan-kekurangan baik dari segi teknis maupun non-teknis.
Untuk itu kami membuka pintu yang selebar-lebarnya kepada semua pihak agar dapat
memberikan saran dan kritik yang membangun demi penyempurnaan penulisan-penulisan
mendatang. Sehingga kedepannya kami akan berusaha membuat makalah lebih baik lagi.

Jakarta, September 2015

Penulis

1|Page
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................1

DAFTAR ISI............................................................................................................2

BAB I

PENDAHULUAN....................................................................................................3

A. Latar Belakang...............................................................................................3
B. Rumusan Masalah.........................................................................................3
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................3

BAB II

PEMBAHASAN.......................................................................................................4

A. Konsep Tuhan Menurut Pandangan Islam......................................................4


B. Konsep alam semesta menurut pandangan Islam............................................13
C. Konsep Tuhan menurut filsafat Islam.............................................................15
D. Konsep alam semesta menurut filsafat Islam.................................................18

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan..................................................................................................23
B. Saran............................................................................................................23

2|Page
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengetahuan tentang Tuhan dan kesetiaan terhadap aturan-aturan-Nya


merupakan dasar bagi tiap agama, baik agama, langit atau pun bumi. Namun
kesadaran manusia akan eksistensinya menggiring ia untuk melihat bahwa
eksistensinya dipengaruhi oleh tiga sifat; faktisitas, transendensi dan kebutuhan untuk
mengerti.Faktisitas berarti, bahwa eksistentsi selalu Nampak di depan kesadaran
manusia sebagai sesuatu yang sudah ada. Sedangkan yang dimaksud dengan
transendensi pada eksistensi manusia merupakan sifat yang nampak secara langsung
dalam kesadaran manusia bahwa ia manusia, bukan hanya sekedar tubuh yang
nampak dalam ruang dan waktu bersama ada yang lain, namun manusia adalah
makhluk yang dapat melampaui dirinya melebihi dari batas ruang dan waktu dalam
kesadarannya. Keberadaan kebutuhan untuk mengerti merupakan modus yang paling
jelas dari transendensi kesadaran manusia. Termasuk dalam kesadaran ini adalah
bahwa manusia selalu terdorong untuk selalu mempertanyakan hakikat dirinya dan
dunianya. Karena hal inilah kemudian menimbulkan suatu pertanyaan mengenai dari
mana ia dan dunianya berasal.

B. Rumusan Masalah
1. Konsep Tuhan menurut pandangan Islam
2. Konsep alam semesta menurut pandangan Islam
3. Konsep Tuhan menurut filsafat Islam
4. Konsep alam semesta menurut filsafat Islam

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengenal lebih dalam tentang konsep ketuhanan dalam islam
2. Mengetahui konsep alam semesta dalam islam
3. Untuk memahami filsafat/hakikat ketuhanan
4. Untuk memahami filsafat/hakikat alam semesta

3|Page
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Tuhan menurut pandangan Islam


Istilah Tuhan dalam sebutan Al-Quran digunakan kata ilaahun, yaitu setiap
yang menjadi penggerak atau motivator, sehingga dikagumi dan dipatuhi oleh
manusia. Orang yang mematuhinya di sebut abdun (hamba). Kata ilaah (tuhan) di
dalam Al-Quran konotasinya ada dua kemungkinan, yaitu Allah, dan selain Allah.
Subjektif (hawa nafsu) dapat menjadi ilah (tuhan). Benda-benda seperti : patung,
pohon, binatang, dan lain-lain dapat pula berperan sebagai ilah. Demikianlah seperti
dikemukakan pada surat Al-Baqarah (2) : 165, sebagai berikut:




Diantara manusia ada yang bertuhan kepada selain Allah, sebagai
tandingan terhadap Allah. Mereka mencintai tuhannya itu sebagaimana
mencintai Allah.

Sebelum turun Al-Quran dikalangan masyarakat Arab telah menganut konsep


tauhid (monoteisme). Allah sebagai Tuhan mereka. Hal ini diketahui dari ungkapan-
ungkapan yang mereka cetuskan, baik dalam doa maupun acara-acara ritual. Abu
Thalib, ketika memberikan khutbah nikah Nabi Muhammad dengan Khadijah (sekitar
15 tahun sebelum turunya Al-Quran) ia mengungkapkan kata-kata Alhamdulillah.
(Lihat Al-Wasith,hal 29). Adanya nama Abdullah (hamba Allah) telah lazim dipakai
di kalangan masyarakat Arab sebelum turunnya Al-Quran. Keyakinan akan adanya
Allah, kemaha besaran Allah, kekuasaan Allah dan lain-lain, telah mantap. Dari
kenyataan tersebut timbul pertanyaan apakah konsep ketuhanan yang dibawakan Nabi
Muhammad? Pertanyaan ini muncul karena Nabi Muhammad dalam mendakwahkan
konsep ilahiyah mendapat tantangan keras dari kalangan masyarakat. Jika konsep
ketuhanan yang dibawa Muhammad sama dengan konsep ketuhanan yang mereka
yakini tentu tidak demikian kejadiannya.
Pengakuan mereka bahwa Allah sebagai pencipta semesta alam dikemukakan
dalam Al-Quran surat Al-Ankabut (29) ayat 61 sebagai berikut;






4|Page
Jika kepada mereka ditanyakan, Siapa yang menciptakan lagit dan bumi, dan
menundukkan matahari dan bulan? Mereka pasti akan menjawab Allah.

Dengan demikian seseorang yang mempercayai adanya Allah, belum tentu


berarti orang itu beriman dan bertaqwa kepada-Nya. Seseorang baru laik dinyatakan
bertuhan kepada Allah jika ia telah memenuhi segala yang dimaui oleh Allah. Atas
dasar itu inti konsep ketuhanan Yang Maha Esa dalam Islam adalah memerankan
ajaran Allah yaitu Al-Quran dalam kehidupan sehari-hari. Tuhan berperan bukan
sekedar Pencipta, melainkan juga pengatur alam semesta.
Pernyataan lugas dan sederhana cermin manusia bertuhan Allah sebagaimana
dinyatakan dalam surat Al-Ikhlas. Kalimat syahadat adalah pernyataan lain sebagai
jawaban atas perintah yang dijaukan pada surat Al-Ikhlas tersebut. Ringkasnya jika
Allah yang harus terbayang dalam kesadaran manusia yang bertuhan Allah adalah
disamping Allah sebagai Zat, juga Al-Quran sebagai ajaran serta Rasullullah sebagai
Uswah hasanah.

Tuhan sebagai wajib wujud


Tuhan sebagai wajibul wujud dapat dibuktikan dengan banyak bukti melalui rasio
yang sangat logis. Benda-benda yang nampak di hadapan kita baik yang hidup
maupun benda yang mati, susunan dan aturan serta pergerakan mereka menunjukkan
sebuah misteri yang mengagumkan. Jika semua itu dilihat dan dipikirkan oleh akal
yang sehat maka akan berakhir dengan sebuah keputusan bahwa itu semua tidaklah
terjadi melalui proses kebetulan atau ada dengan sendirinya, melainkan di belakang
itu ada penciptanya. Ada beberapa perkara yang hendak dilihat dalam perkara ini yang
itu merupakan sekian dari antara bukti-bukti wujud Allah swt lainnya:

Bukti wujud Allah pada Alam dan pada diri manusia adalah :

1. Wujud alam semesta


2. Susunan
3. Aturan
4. Pergerakan
5. Adanya nilai moral pada manusia. (batasan kebaikan dan keburukan)
6. Tawa dan tangis manusia dari Allah SWT

5|Page
7. Tantangan

a. Wujudnya alam semesta dan segala isinya

Wujud alam ini memiliki banyak bentuk, banyak model, banyak ragam mulai dari
yang besar-besar yang tampak dan tidak yang nampak, terindrawi hingga yang tidak
terinderawi dan tidak dapat dirasa oleh indera manusia tapi ia ada dan yang kecil-kecil
yang tampak oleh indera hingga yang tidak diindera namun dapat dirasa oleh jiwa dan
pikiran seperti cinta, keadilan, rindu, atom, neutron, ion dan lain-lain. Ada bentuk
dapat dirasa oleh indera manusia tapi tidak dapat dilihat seperti angin, udara, panas,
dingin, dan sebagainya. Ada juga yang dapat dilihat tapi tidak dapat dirasa, misalnya
cahaya, warna dan sebagainya. Ada juga yang dapat dirasa tapi tidak terlihat seperti
rasa manis, pahit, manis, dan sebagainya. Ada juga dapat didengar tapi tidak dapat
dilihat juga tidak dapat dirasa dan diraba, suara. Apa yang disebut di atas adalah
sedikit benda yang ada di alam semesta. Ada pula benda yang dapat dilihat dan dirasa
seperti benda-benda yang nampak di hadapan kita. Jadi wujudnya benda-benda itu
ada dengan wujud dari yang paling kasar hingga kepada paling halus. Benda-benda itu
ada karena hasil sebuah karya yang agung yang wujud tidak dengan sendirinya. Ia
dulu tiada lalu dijadikan dan menjadi ada. Ada langit dan segala isinya, ada bumi dan
segala isinya, yang keras kasar atau halus yang berupa angin, udara cahaya dan lain-
lain. Yang keras kasar juga ada berupa batu, tanah, pohon-pohonan dan sebaganya.
Mereka ada tidak mungkin ada dengan kata-kata bimsalabin begitu saja. Atau melalui
sistem mekanik tanpa ada yang mengerjakannya, atau sistem biologic tanpa ada yang
mempengaruhinya. Mereka tidak wujud dengan sendirinya. Melihat keteraturannya,
kelengkapan macamnya, kesempurnaan hukumnya, maka otak yang cerdas pasti tidak
akan mengatakan sebagai sesuatu yang terjadi secara kebetulan, karena kebetulan
tidak akan pernah mengulang-mengulang suatu peristiwa dengan detil yang sama.
Akal pikirannya, hati nurani pasti mengatakan bahwa semua yang ada ini ada
pembuatnya, ada penciptanya yang sangat-sangat Maha Pandai, Maha Pintar dan
Maha Bijaksana, Dialah Sang Maha Pencipta yakni Allah swt.

6|Page
b. Susunan elemen-elemen

Benda-benda yang begitu rapi, itu juga di luar jangkauan pikiran dan perasaan
manusia serta menunjukkan adanya Dzat Yang Maha Pintar dan Maha Agung yang
menciptakannya. Keberadaannya bukan karena proses kebetulan, karena proses
kebetulan tidak akan pernah memiliki kesinambungan sebuah susunan yang tetap dan
rapi. Kebetulan adalah suatu peristiwa lain yang ada di luar kejadian-kejadian yang
sudah menjadi kebiasaan. Adakah kandungan air Ho2 dan Hco2 akan sama di seluruh
dunia jika adanya adalah suatu kebetulan? Sesuatu yang terjadi dengan proses
kebetulan tidak menghasilkan nilai kesegaraman dalam jumlah yang banyak. Kata-
kata kebetulan adalah suatu kejadian yang berlaku pada suatu yang sedikit dan jarang
terjadi. Susunan anggota tubuh semut di seluruh dunia adalah seperti yang kita ketahui
setiap hari sama mengikut jenis dan rasnya, dan tidak pernah terdengar berita bahwa
telah terjadi susunan anggota tubuh semut menyerupai tubuh gajah atau tubuh
monyet, jika ada orang yang mengatakannya atau berpendapat seperti itu dapat
dipastikan semua orang akan mentertawakannya dan mencapnya sebagai orang gila.
Karena perkara itu disebut diluar kelaziman. Kata-kata kelaziman mengandung arti
adanya ketentuan struktur atau susunan yang telah ditentukan. Lalu siapakan yang
menentukan susuanan elemen setiap makhluk dan kejadiannya?. Jawabannya dapat
dipastikan adalah Dzat Yang Maha Agung, Sang Maha Pencipta. yaitu Allah. Dan
masih banyak lagi contoh-contoh untuk perkara ini.

c. Aturan

Adanya aturan peredaran darah dalam tubuh manusia setiap saat. Adanya aturan jeruk
berbuah jeruk, semangka berbuah semangka, pisang berbuah pisang dan tidak pernah
terjadi dalam sejarah alam ini ada jeruk akan berbuah apel, apel berbuah pisang.
Jagung berbuah semangka, padi berbuah nangka atau ayam beranak merpati, gajah
bertelor, kerbau melahirkan kuda nil. Aturan darah beredar dalam tubuh manusia ini
berlaku untuk semua manusia di seluruh penjuru jagad ini. Aturan jagung berbuah
jagung merupakan hukum untuk semua jenis jagung di seluruh alam, dan sebagainya.
Dan jika aturan tentang darah itu berubah pada diri seorang manusia yakni menjadi
tidak beredar tentu akan mempunyai konsekwensi yang berbeda, yaitu badan
dinyatakan tidak normal atau tidak sehat bahkan akibatnya kematian. Aturan
tumbuhan-tumbuhan tidak boleh jalan-jalan sekalipun mereka hidup. Aturan lapar

7|Page
perintah untuk makan dan haus untuk minum, tidak pernah terjadi jika seorang lapar
maka menimbulkan kelaziman kata kerja (perintah) selain makan misalnya; kalau
kamu lapar kamu mesti panjat gunung agar kenyang, kalau kamu haus kamu harus
lari 1000 meter agar hilang dahaganya, jika ada perut lapar menuntut pemiliknya
panjat gunung setinggi 2500 km dari permukaan laut, atau tenggorokan haus ada
tuntutan darinya lari 1000 meter itu adalah suatu yang di luar aturan, dan mustahil
terjadi. Aturan ini berlaku untuk semua orang bahkan binatang sekalipun. Siapakah
yang meletakkan aturan itu kalau bukan Yang Maha Agung, Sang Maha Pengatur,
Sang Maha Pandai dan Pintar. Adakah yang berpendapat bahwa itu adalah hasil
kesepakatan antar perut manusia maupun binatang untuk mempunyai aturan yang
sama, yakni jika lapar perlu makan, jika haus perlu minum. Jika ada, kapan
kesepakatan itu terjadi? Adakah orang atau makhluk lainnya yang mengaku bahwa
aturan itu telah dibuat olehnya bukan dibuat oleh Dzat Yang Maha Pencipta? Masih
banyak aturan-aturan dalam diri manusia dan dalam makhluk lainnya yang tidak
terhitung jumlahnya, berlaku tanpa campur tangan siapapun dari golongan makhluk
dan ia berjalan dengan baik, dan sampai kini belum ada yang mengaku telah membuat
aturan-aturan itu kecuali Sang Pencipta Sejati yaitu Allah swt.

d. Pergerakan

Matahari bergerak tidak pernah berhenti, ia selalu terbit dari timur dan terbenam di
barat, jantung tiap saat berdetak dengan nada yang rapi dan indah jika seorang itu
sehat. Pohon-pohonan selalu bergerak mencari cahaya matahari dalam
pertumbuhannya, siapakah yang menggerakkan itu semua? Adakah itu suatu proses
kebetulan atau adakah menusia yang sering membangkang dan meragukan adanya
Dzat Yang Maha Mengerakkan yaitu Allah. Bumi berotasi pada dirinya dan pada
planet lain, demikian juga planet-planet berotasi pada dirinya dan juga pada planet
lainnya. Pergerakannya adalah satu arah searah putaran jam dan juga searah putaran
orang-orang bertawaf di hadapan Kabah. Kemampuan siapakan yang ada untuk
memutar bumi? kemampuan siapakah yang dapat menerbitkan dan membenamkan
matahari setiap pagi dan petang tanpa berubah jadwalnya? Dan tidak pernah keliru
walau sekalipun untuk terbit dari barat dan terbenam di timur, yang bila itu terjadi
maka itu berarti berakhirnya alam dunia ini. Tentu tidak akan ada golongan manapun
untuk menyanggupi memberhentikan peredaran matahari, bulan, dan lain sebagainya.

8|Page
Adakah manusia yang angkuh mampu membuatnya? Dapatlah kita bayangkan
bagaimana gerak suara tangis bayi di seluruh dunia yang nampak sama, siapa yang
membuatnya? Gerak pipi untuk tersenyum, membuat seseorang merasa nyaman,
senang dan indah. Semua manusia suka akan senyuman itu. Kenapa gerak pipi yang
tidak seseberapa itu menimbulkan daya pikat tersendiri, padahal dengan mengangkat
bagian yang sangat terbatas dari pipi dan memanjang garis tutup bibir bukan
perubahan yang luar biasa, tetapi kenapa dengan senyum membuat orang yang
tersenyum dan yang melihatnya tersenyum menjadi lega dan berperasaan plooong?
Siapa yang membuat orang terpikat karena senyuman? Senyuman telah memikat
orang yang garang menjadi lembut di mana saja ia melihat dan menjumpainya dari
siapapun orangnya. Kenapa bisa terjadi? Adakah ini kemampuan manusia yang
membangkan terhadap penciptanya? Manusia juga pernah merasa senang dan gembira
ketika ia sedang disenyumi oleh monyet miliknya atau di kebun binatang atau di mana
saja. Dan senyuman yang diberikan tidaklah memakan waktu yang lama. Karena
senyuman yang diberikan dalam waktu yang lama akan membawa dampak yang
kurang baik bagi yang senyum dan yang disenyuminya. Dampak itu berupa imej
sebagai orang kurang waras dan yang disenyumi merasa berada dalam keadaan yang
kurang nyaman. Siapa yang membuat aturan demikian? Pasti jawabannya adalah
Allah Tuhan seru sekalian Alam.

e. Moral

Dapatlah satu lagi bukti di antara banyak bukti untuk menyatakan dan mengakui
keberadaan Sang Pencipta Yang Agung melalui teori moral, baik yang ada pada diri
manusia maupun binatang. Moral ini berlaku pada semua golongan, ras, agama,
bangsa atau apapun bentuk penggolongannya. Menghina itu merupakan suatu
perbuatan buruk yang sudah dikenal dan diakui oleh semua jenis, ras, suku manusia;
ketidakadilan itu menyengsarakan dapat dirasakan oleh semua ragam manusia; tidak
ada manusia mengatakan atau meyakini bahwa kebohongan, penindasan,
pengkhianatan, penghinaan, kebodohan, kejahatan, kesombongan, kedengkian,
kepengecutan dan lainnya yang senada dengan itu dianggap sebagai suatu kebaikan,
dan mengatakan serta meyakini juga bahwa adil, santun, ramah tamah, jujur, sabar
sebagai perbuatan buruk. Seluruh jenis manusia dengan berbagai latar belakang
dirinya baik yang terdidik maupun yan tidak terdidik dapat dipastikan mereka akan

9|Page
menganggap bahwa adil, santun, ramah tamah, jujur, sabar sebagai perbuatan baik
yang perlu dipraktekkan setiap hari. Sedang kebohongan, penindasan, pengkhianatan,
penghinaan, kebodohan, kejahatan, kesombongan, kedengkian, kepengecutan sebagai
suatu yang buruk, keji dan jahat yang patut dan wajib dihindari. Siapakan yang
meletakkan anggapan-anggapan ini dalam diri manusia. Menghadapi sifat buruk ini
tidak cuma dilihat oleh penganut agama tertentu tetapi dalam diri manusia telah
dipasang software yang menyatakan itu adalah buruk, atau yang buruk itu buruk dan
yang baik itu baik. Siapakah yang meletakkan software (perangkat lunak) demikian
itu? Adakah manusia sendiri? Bila ada orang yang menyatakan bahwa baik buruk bisa
didapat melalui logika, rasional bukan software yang telah ada dan tersedia, maka
pertanyaan selanjutnya adalah siapakah yang telah membuat kesepakatan untuk
melogikakan bahwa sifat-sifat di atas adalah buruk, dan siapakah yang memberikan
standard dan batasan sifat-sifat tersebut sehingga dapat dirasakan dan dipikirkan sama
dan berlaku untuk semua manusia. Kalau juga masih membangkang dengan itu maka
pertanyaan selanjutnya siapakah yang telah meletakkan akal untuk berpikir, dan
semua yang berpikir mesti memakai akal, lalu akalnya menentukan standar moral itu?,
adanya keseragaman pemakaian akal untuk berpikir siapakah yang meletakkan? Atau
kapan seluruh manusia berkumpul untuk sama-sama menyepakati penggunaan akal
untuk berpikir? Adakah akal sebagai instrument untuk berpikir pernah berhenti atau
dia berjalan terus cuma manusianya tidak menyadari bahwa dirinya sedang berpikir
dan menjadi lamunan kosong? Adakah seseorang yang memandang keadilan itu
buruk di seluruh dunia? Siapakah yang mengajari bahwa adil itu baik? Tentu semua
ini di luar jangkauan pikiran manusia, semua itu adalah setting Sang Maha Pencipta
Allah swt. Ini adalah bukti bahwa Tuhan itu ada dan Maha Pencipta dan tidak dicipta
dan tidak pernah dilahirkan atau melahirkan.

f. Tawa dan tangis manusia dari Allah swt

Allah untuk ke sekian kalinya menunjukkan akan ada-Nya, ayat sedikit sekali orang
memperhatikan akan existensi tawa dan tangis. Allah berfirman:

.dan bahwasanya Dialah yang menjadikan orang tertawa dan menangis, (An-
Najm 43)

10 | P a g e
Salah satu bukti keadilan Allah swt. Jika diperhatiakan model tawa dan tangis yang
diciptakan untuk manusia adalah sama meskipun bahasa dan bangsa mereka berbeda.
Tidak ada tertawa khas Arab, khas Perancis, khas Inggris, Khas Amerika, Khas
Indonesia. Tidak ada tangis dan tawa khas khas benua Asia, benua Afrika atu khas
Australia. Semua tangis dan tawa adalah sama kecuali tawa dan tangis yang dibuat-
buat sendiri oleh manusia. Dan bila ada tawa dan tangisan dibuat-buat pasti akan
segera dapat dibedakan antara tangis dan tawa yang asli dari Allah dengan tawa dan
tangis yang dibuat-buat.

g. Sebuah tantangan
Adakah seorang penemu yang mengaku telah menciptakan sesuatu dari yang tidak
ada? adakah sampai hari ini, detik ini yang mengaku telah menciptakan bumi, langit
dan segala isinya, menurunkan hujan, menumbuhkan tumbuh-tumbuhan? mencipta
seekor lalat? Menciptakan nyamuk dengue, ular, tikus, flu burung dan lain
sebagainya. Dengan penuh yakin sampai detik ini dan sampai berakhirnya alam ini
tidak akan pernah ada manusia mengaku telah menciptakan bumi dan langit beserta
isinya.

Sudah menjadi kebiasaan manusia apabila telah menemukan suatu teori atau mencipta
suatu karya maka ia akan berkoar-koar dengan gayanya sendiri untuk menyatakan
dirinya telah menemukan sebuah teori sehingga disebut sebagai penemu teori, atau
jika mencipta sebuah karya maka dia disebut sebagai pencipta atau penemu barang
karyanya itu dan mengakuinya dengan penuh kebanggaan. Misalnya Thomas Edison
telah menemukan listrik, maka dia disebut sebagai penemu listrik, dan mengaku
dirinya adalah penemunya, seorang pencipta lagu dia dengan bangga akan
mengatakan dan mengaku bahwa dia adalah pencipta lagu itu, sebuah teori yang
ditemukan Robert Eistein tentang gaya gravitasi bumi dia mengakuinya sebagai yang
menemukan teori itu dan disebut sebagai penemu teori tersebut dengan bangganya
karena telah menemukan teori itu. Menemukan teori dari suatu proses yang sudah ada
bukan berarti dia menciptakan dari tiada. Semua apa yang dihasilkan oleh karya dan
daya pikir manusia, dia akan mengakui dan mengatakan dia adalah penemu suatu teori
atau pencipta suatu karya. Adakah di antara manusia atau makhluk lainnya yang
mengakui telah menciptakan langit dan bumi beserta isi dan kegiatannya dari
ketiadaannya? Hanya Satu Dzat yang menyatakan diri telah menciptakannya, Dzat

11 | P a g e
Yang Maha Agung yakni Allah swt. Dia menantang siapa saja untuk membuktikan
adanya pencipta bumi dan langit beserta isinya selain Dia.

Hai Manusia telah dibuat perumpamaan, maka dengarkanlah oleh mu perumpamaan


itu sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat
menciptakan seekor lalatpun, walaupun mereka bersatu untuk menciptakannya. Dan
jika lalat-lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tidaklah mereka dapat merebutnya
kembali dari lalat itu. Amat lemahlah yang menyembah dan amat lemah pula yang
disembah. ( QS. al-Hajj 73).

Sebuah tantangan hanya untuk mencipta seekor lalat bukan bumi dan langit serta
planet-planet lainnya yang besar-besar, sebuah tantangan yang berlaku sepanjang
masa. Tantangan ini datang dari Allah swt. berlaku untuk semua dan siapa atau apa
saja baik secara bersendirian maupuh kolektif. Meskipun pakar-pakar ilmuan seluruh
dunia berkumpul dan bekerja sama untuk membuatnya, mereka pasti tidak akan
pernah mampu untuk mencipta seekor lalatpun. Sekalipun ilmu manusia telah sampai
menembus bulan atau bahkan melebihinya dan menghunjam perut bumi, akan tetapi
mereka tidak akan pernah mampu untuk menciptakan seekor lalat. Hanya seekor lalat,
ya hanya seekor lalat, tantangan yang kecil dari Allah untuk manusia pengingkar dan
pembangkang.

Bahkan pada kasus-kasus tertentu manusia tidak berdaya berhadapan dengan lalat.
Hinggapan kaki-kaki kecilnya di atas makanan manusia dapat menjadikan manusia
mengerang kesakitan dan dipaksakan untuk membiayai nikmat sehatnya yang hilang
dengan sebab seekor lalat. Mengapa masih ada manusia yang tidak berpikir, mengapa
masih ada manusia yang membangkan akan kewujudan Tuhannya. Mengapa juga
masih menafikan kekuasaan mutlak-Nya. Allahummahdini shirathakal mustaqim wa
audzu bika mimma sequuluuna wa yashifuun.

Allah swt Pencipta alam semesta

Allah adalah Khaliq (Pencipta segala sesuatu). Ciptaannya biasa disebut makhluq
(ciptaan). Khaliq dan Makhluq adalah sebuah kata dalam bahasa Arab yang diambil
dari kata kerja khalaqa yan artinya membuat atau mencipta. Kata Khaliq termasuk

12 | P a g e
kata subjek (isim fail) yang mengandung arti : yang membuat atau yang mencipta.
Sedang makhluq termasuk kata benda penderita (ism maful) yang bermakna: yang
dibuat atau dicipta.

Semua benda hidup ataiu mati yang ada di sekeliling kita termasuk manusia disebut
makhluk. Langit dan bumi beserta isinya yang ditangkap oleh pancaindera (alam
nyata) dan juga alam yangtidak ditangkap oleh pancaindera seperti barzakh, surga,
neraka, arsy, dan alam ghaib lainnya itu pun termasuk makhluq. Artinya selain Khaliq
adalah makhluq. Selain Allah swt adalah makhluq.

Allah adalah pencipta alam secara semesta dan seisinya. Maka, inilah arti
sesungguhnya dari ketergantungan manusia sebagai makhluq-Nya. Sesuatu yang
tergantung tidak dapat dibayangkan tanpa adanya tempat ia bergantung. Allah adalah
dimensi yang memungkinkan adanya dimensi-dimensi lain. Dia memberikan arti dan
kehidupan kepada setiap sesuatu. Dia serba meliputi secara harfiah. Dia adalah tak
terhingga dan hanya Dia sajalah yang tak terhingga. Di dalam kehidupan, setiap
sesuatu yang selain dari Dia terlihat tanda keterhinggaannya dan tanda bahwa ia
adalah ciptaan Allah. Segala sesuatu selain-nya akan musnah.

Dari sinilah kemudian muncul term syirik yang berarti ganda atau menyekutukan,
artinya perbuatan yang menganggap bahwa ada zat yang Maha Agung selain Allah,
tidak sebatas itu kemudian tenggelam dalam menuhankannya. Syirik merupakan
perbuatan dosa terbesar yang tidak akan diampuni oleh Allah.

Demikian indahnya konsep ketuhanan dalam Islam yang tiada tandingannya, ia


sempurna sehingga kesempurnaannya dapat dipahami oleh siapa saja, baik yang
sekolah maupun yang tidak sekolah, orang pelosok dan kota.

B. Konsep Alam Semesta menurut pandangan Islam

Al Quran dapati kesimpulan yang cukup besar peluang kebenarannya bahwa


sebenarnya seluruh kejadian di alam semesta ini, sudah terjadi dan kejadiannya
mengikuti segala rencana dan konsep yang sudah tertera di dalam Al Quran.
Gambaran jelasnya, bahwa semua proses alam semesta ini mengikuti dan mengekor

13 | P a g e
pada segala yang tertuang dalam Al Quran, apakah diketahui atau tidak tabir
rahasianya oleh manusia. Dengan kata lain, kejadian dunia ini adalah sebagai cermin
manifestasi dan kenyataan lahir dari rencana Allah yang sebenarnya sudah
diberitahukan kepada manusia lewat Al Quran, sebelum kejadian tersebut terjadi,
dengan tidak ada tekanan apakah manusia mau atau tidak memahaminya guna
mendapatkan takwil isyarat-Nya. Al Quran diturunkan bukan hanya kepada umat
Islam, tetapi sebagai mediator menyampaikan pesan Tuhan Pencipta Alam kepada
semua makhluk-Nya. Al Quran yang sedemikian sempurna ini memberi kabar dan
cerita semua kejadian di alam semesta ini. Kemukjizatan Al-Qur'an ditandai dengan
keorisinilannya sejak diturunkan . Kitab suci ini juga tidak dapat ditandingi oleh siapa
pun di dunia ini hingga akhir zaman. Ia tidak akan lekang dimakan pergeseran masa
dan dapat diuji dari sudut mana pun juga. Sekarang pun, saat ilmu pengetahuan
berkembang pesat, ternyata Al-Qur'an sanggup menjawab tantangan sains modern.
Salah satu hal yang membuat takjub para ilmuwan adalah adanya persesuaian antara
konsep penciptaan alam semesta menurut Al-Qur'an dan sains (ilmu pengetahuan)
modern. Dalam pandangan sains modern, pada awalnya alam semesta ini masih
berupa kabut gas yang panas dan kemudian terpisah. Terpisahnya kabut gas ini
merupakan proses awal terciptanya galaksi-galaksi. Dari pecahan-pecahan kabut gas
tersebut selanjutnya melalui proses evolusi terbentuk milyaran matahari dengan
planet-planetnya, termasuk bumi yang kita huni ini. Ilmuwan cerdas yang pertama
kali mengemukakan teori di atas bernama Laplace dari Perancis dan Immanue Kant
dari Jerman. Meskipun demikian, ratusan tahun sebelum ilmuwan itu mengemukakan
teorinya, Al-Qur'an telah menyebutkan secara gamblang. sebagaimana tertulis dalam
Surat Al Anbiya ayat 30: "Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui
bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah sesuatu yang padu,
kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan daripada air Kami jadikan segala
sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga yang beriman?" Ayat
tentang asal mula alam semesta dari kabut/nebula (QS 41/11).
Artinya : 11. Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih
merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu
keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa."
Keduanya menjawab: "Kami datang dengan suka hati." Teori alam semesta ini
berasal dari kabut gas yang panas, dapat juga dibaca dalam surat Fushillat ayat 9-12.

14 | P a g e
Ada beberapa kesimpulan penting yang dapat kita petik dari ayat-ayat di
atas,yaitu: 1. Disebutkan bahwa antara langit dan bumi (kosmos) semula merupakan
satu kesatuan (ratg) lalu mengalami proses pemisahan (fatg). Perlu ditegaskan di sini,
bahwa fatg dalam bahasa Arab artinya memisahkan dan ratg artinya perpaduan atau
persatuan beberapa unsur untuk dijadikan suatu kumpulan yang homogen. 2.
Disebutkan adanya kabut gas (dukhan) sebagai materi penciptaan kosmos. 3.
Disebutkan pula bahwa penciptaan kosmos (alam semesta) tidak terjadi
sekaligus,tetapi secara bertahap. Apabila dikaitkan dengan sejumlah teori seputar
terjadinya kosmos menurut sains modern, maka konsep penciptaan semesta yang
tertera dalam Al-Qur'an tidak dapat disangkal lagi kebenarannya. Adanya kumpulan
kabut gas dan terjadinya pemisahan-pemisahan kabut gas tersebut atau dikenal dengan
proses evolusi terbentuknya alam semesta, sudah dipaparkan secara jelas oleh Al-
Qur'an jauh sebelum sains modern mengemukakannya. Untuk lebih jelasnya, berikut
ini adalah penjelasan tentang proses terciptanya alam semesta menurut ilmu pengetahuan modern.
Semula alam semesta ini terdiri dari satu kumpulan gas, yakni gas hidrogen dan
sedikit helium yang berputar secara pelan. Itu terjadi pada zaman kuno, bermilyar-
milyar tahun yang lalu. Kumpulan gas tersebut kemudian menjasi potongan-potongan
yang sangat besar dan banyak. Ahli-ahli astrofisika (fisika bintang) memperkirakan
tiap potongan tersebut besarnya satu milyar sampai seratus milyar kali dari matahari.
Sedangkan besarnya matahari sekitar 300.000 kali dari bumi.

C. Konsep Tuhan di Dalam Filsafat Islam


Berbicara tentang ketuhanan, berarti membicarakan sebuah konsep yang
menjadi salah satu cabang filsafat yang umurnya seumur peradaban manusia itu
sendiri. Dari sudut pandang Islam, sendirinya wacana ketuhanan adalah salah sebuah
cabang keilmuan tersendiri. Al-Quran menyebut kata Allah sebanyak 2072 kali. Ini
sekiranya sudah cukup menjadi bukti bahwa eksistensi Tuhan di dalam Islam terbukti.
Maka tersebutlah nama Abu Nasr ibn al Farakh al Farabi dan Abu Ali al Husain
ibnAbdullah ibn Sina. Kedua Filsuf Neo-Platonism memang sedikit unik, karena
meskipun secara tidak langsung namun mereka berdua mempunyai hubungan murid
dan guru. Al Farabi (260-339 H/ 873-950 M) adalah salah seorang filsuf Muslim
yang mengasimilasi konsep ketuhanan Aristoteles, dan barulah sekitar satu abad
berikutnya Ibnu Sina (370-428 H/ 980-1037 M) datang dengan konsep yang

15 | P a g e
mengasimilasi lebih jauh filsafat Aristoteles, sekaligus menyempurnakan karya al
Farabi.

1. Konsep Ketuhanan al Farabi


Sebagaimana telah dijelaskan di atas, bahwasanya al Farabi adalah salah
seorang filsuf Neo-Platonism. Konon, dengan hadirnya al Farabi, jadilah dirinya
Filsuf pertama yang membangun Neo-Platonism di dunia Islam. Tuhan, menurut al
Farabi baginya Allah adalah sebab pertama bagi segala sesuatu di dunia ini (al
Maujud al Awwal). Bagi al Farabi, segala sesuatu yang bersifat ada di dunia ini
hanya ada dua; Wajib al wujud (Allah) dan mumkin al wujud (Alam Semesta). Maka
sebelum kita beranjak lebih jauh untuk memahami konsep Wajib al
wujud dan mumkin al wujud, kiranya kita untuk memahami teori gerak Aristoteles
yang menjadi dasar argumen ketuhanan al Farabi.
Menurut Aristoteles, setiap yang berwujud memiliki kemampuan untuk
bergerak. Gerak, menurut Aristoteles adalah perpindahan dari potensi ke aksi.
Perpindahan tersebut dilakukan karena adanya pelaku. Dan pelaku ini tidaklah lain
sebagai seorang penggerak yang tidak bergerak Sebagai asal muasal dari setiap
pergerakan yang ada di dunia ini. Dan teori gerak inilah yang digunakan al Farabi
untuk menjelaskan konsep wujudnya. Bagi al-Farabi, mumkin al wujud di dalam
ciptaan di dunia ini membutuhkan adanya Wajib al wujud yang menggerakkan secara
sistematis perputaran alam semesta ini. Di sinilah terlihat bagaimana al Farabi
berhasil memformulasikana filsaft Neo-Platonism di dalam Islam. Kaitannya, dalam
menerangkan Tuhan. Allah merupakan Wajib al wujud bi zatihi. Allah adalah Zat
yang ada dan merupakan sebab pertama bagi setiap yang bergerak. Wujud-Nya
merupakan wujud yang paling sempurna, ia tidak bisa disamakan dengan materi yang
lain di alam, dan dia juga sebagai objek pengetahuan. Maka jadilah konsep Allah
dalam pandangan al Farabi adalah Tuhan yang Wajib al Wujud. Tuhan yang baik
secara wujud dan esensi tidak terpisah.

2. Konsep Ketuhanan Ibnu Sina


Ibnu Sina, sebagai salah seorang yang juga dipengaruhi Neo-Platonism lewat
tangan al Farabi secara umum tidak jauh beda. Eksistensi Tuhan dibuktikan dengan
pendekatan ontologis sebagaimana telah dipaparkan oleh al Farabi. Ibnu Sina, perihal
argumen ketuhanannya menyampaikan sebagaimana berikut, Sesungguhnya sebab

16 | P a g e
(illah) atas tidak ada (adam)-nya sesuatu adalah sebab ketiadaan atas ada-(wujud)-
nya itu. Sedangkan sebab adanya sesuatu adalah perihal yang mewajibkan
daripadanya wujud. Di sini Ibnu Sina mengawali pendapatnya dengan sebuah
kelaziman betapa setiap yang ada wajiblah daripadanya sebab yang menjadikan ada
itu ada.
Namun, tatkala ditemukan sebab yang membuat ada itu tidak ada, Ibnu Sina
tidak serta merta memutuskan bahwa sebab itulah yang menyebabkan tidak ada-
nya ada itu. Hal ini dikarenakan jikalau setiap ada menjadi ada dikarenakan
sebab yang menyebabkan ada itu ada dari tidak ada maka yang akan terjadi adalah
jika tidak ada sebab yang menyebabkannya ada, maka ada itu akan abadi di tidak ada.
Di sini Ibnu Sina menyatakan, bahwa ketiadaan adalah kondisi pertama yang dimiliki
sebuah ada sebelum ia berwujud nyata. Maka dipastikanlah, setiap yang ada di dunia
berasal dari ketiadaan dan adanya sebab di luar zat ada yang bertugas
mengeluarkan ada dari sebab. Gejala semacam inilah yang dinamakannya mumkin
al wujud (Alam Semesta). Namun bagaimana kita bisa menemukan asal muasal
penciptaan, jikalau teori ini digunakan, jelas bahwa tidak akan ada habisnya.
Dari sinilah kemudian Ibnu Sina menerangkan argumen tentang Wajib al
wujud (Allah) sebagai Esensi mutlak yang menjadi sebab pertama dari segala macam
pergerakan yang ada di alam. Menurut Ibnu Sina, ketika
sesuatu wujud membutuhkan sebab yang berada di luar sebab, tidak mungkin juga
bersifat mumkin al wujud sebagai zatnya. Maka analisa logis yang bisa dianalisa dan
disimpulkan di sini adalah sebuah kesadaran atas kenyataan Wajib al wujud. Dengan
itu Ibnu Sina menyetujui keberadaan alam semesta ini merupakan akibat dari
kehendak Tuhan yang menjadikan wujud-wujud alam semesta.

3. Analisis Perbandingan
Berdasarkan dua konsep ketuhanan yang telah dipaparkan dari dua perspektif
filsuf muslim yang berbeda era, agaknya dapat kita ambil beberapa macam
kesimpulan di bawah ini sebagai wacana perbandingan:
a. Al Farabi sebagai filsuf pertama yang bermadzhabkan Neo-Platonism
nampaknya masih terpengaruh banyak oleh Aristoteles. Hal ini terlihat dari
penggunaan istilah-istilah asing yang masih menyisakan hawa Yunani.
Sedangkan di tangan Ibnu Sina yang hidup satu abad setelahnya definisi berkaitan
dengan ketuhanan terlihat sudah mulai mengalami islamisasi.

17 | P a g e
Seperti illah, wujud, dan adam. Ini agaknya mafhum, sebagai indikasi bahwa
Ibnu Sina berhasil mengembangkan dan mengasimilasi lebih jauh filsafat al
Farabi.
b. Keduanya sepakat akan proses penciptaan yang bernafaskan emanasi,
dengan Wajib al Wujud yakni Allah Subhanahu wa Taala.

Tuhan dalam pandangan al Farabi dan Ibnu Sina secara umum kita dapati
merupakan asimilasi dari filsafat ketuhanan yang berusaha mempertemukan antara
teori Aristoteles dan Neo-Platonism. Yang mana menekankan pada satu Wujud atau
Sumber Utama yang darinya alam semesta tercipta secara sedemikian rupa sehingga
tidak merusak kesatuan mutlak Sang Mahatunggal tersebut. Di sini, sebagai salah
satu wacana intelktual Islam, al Farabi dan Ibnu Sina berupaya mengadaptasi dan
mengasimilasi konsep-konsep yang adadi dunia Filsafat Yunani Kuno,
mengoreksinya, serta mengklasifikasi konsep-konsep filsafat yang cocok dengan
Islam.

D. Konsep Alam di Dalam Filsafat Islam

Al-Ghazali merupakan tokoh penentang filsafat Islam. Oliver Leaman dalam


Pengantar Filsafat Islam menulis bahwa Al-Ghazali seringkali menyerang para filsuf
dengan dasar argumen yang mereka pergunakan sendiri, sambil menyampaikan
pendapatnya secara filosofis dengan menyatakan bahwa tesis-tesis utama mereka
adalah tidak benar dilihat dari sudut-sudut dasar logika itu sendiri.
Sebagai contoh, dalam bukunya The Incoherence of the philosophers (Tahafut
al-Falasifah), Al-Ghazali membentangkan dua puluh pernyataan yang ia coba
buktikan kesalahannya. Tujuh belas di antaranya menimbulkan bidah karena
dianggap menyimpang dari ajaran yang asli, yakni Alquran. Dan, tiga di antaranya
benar-benar membuktikan apa yang ia kategorikan sebagai orang yang tidak
beriman, bahkan dengan tuduhan yang lebih berat lagi.
Mengenai pandangan yang keliru dari para filsuf ini, Al-Ghazali
mengungkapkan pendapatnya sebagaimana ia paparkan dalam bukunya yang
berjudul Munqidh min adh-Dhalal bahwa kekeliruan para filsuf terdapat dalam
ilmu-ilmu metafisik. Karena ternyata mereka tidak dapat memberikan bukti-bukti
yang pasti menurut persyaratan yang mereka perkirakan ada dalam logika. Maka,

18 | P a g e
dalam banyak hal mereka berbeda pendapat dalam persoalan-persoalan metafisik.
Ajaran Aristoteles tentang masalah-masalah ini, sebagaimana yang dilansir oleh
Farabi dan Ibnu Sina, mendekati inti pokok ajaran filsafat Islam.
Salah satu filsuf Muslim yang mendapat kritikan dari Al-Ghazali adalah Ibnu
Rusyd. Menurut Leaman, silang pendapat antara Al-Ghazali dan Ibnu Rusyd sangat
menarik karena argumen-argumen yang disampaikan oleh keduanya selalu
melahirkan masalah-masalah khusus yang bersifat kontroversial. Contohnya adalah
perdebatan Al-Ghazali dan Ibnu Rusyd tentang penciptaan alam.

1. Konsep Alam Al Ghazali

Tentang penciptaan alam, Al-Ghazali mempunyai konsep yang sangat berbeda


dari konsepsi yang dimiliki para filsuf Muslim. Para filsuf Muslim, termasuk Ibnu
Rusyd, berpendapat bahwa alam itu qadim, yakni tidak bermula dan tidak pernah
ada. Sementara itu, Al-Ghazali berpikir sebaliknya.
Bagi Al-Ghazali, bila alam itu dikatakan qadim, mustahil dapat dibayangkan
bahwa alam itu diciptakan oleh Tuhan. Jadi paham qadim-nya alam membawa
kepada simpulan bahwa alam itu ada dengan sendirinya, tidak diciptakan Tuhan.
Dan, ini berarti bertentangan dengan ajaran Alquran yang jelas menyatakan bahwa
Tuhanlah yang menciptakan segenap alam (langit, bumi, dan segala isinya).
Bagi Al-Ghazali, alam haruslah tidak qadim dan ini berarti pada awalnya
Tuhan ada, sedangkan alam tidak ada, kemudian Tuhan menciptakan alam, alam ada
di samping adanya Tuhan. Sebaliknya, bagi para filsuf Muslim, paham bahwa alam
itu qadim sedikit pun tidak dipahami mereka sebagai alam yang ada dengan
sendirinya. Menurut mereka, alam itu qadim justru karena Tuhan menciptakannya
sejak azali/qadim. Bagi mereka, mustahil Tuhan ada sendiri tanpa mencipta pada
awalnya, kemudian baru menciptakan alam.
Gambaran bahwa pada awalnya Tuhan tidak mencipta, kemudian baru
menciptakan alam, menurut para filsuf Muslim, menunjukkan berubahnya Tuhan.
Tuhan, menurut mereka, mustahil berubah, dan oleh sebab itu mustahil pula Tuhan
berubah dari pada awalnya tidak atau belum mencipta, kemudian mencipta.

19 | P a g e
2. Konsep Alam Ibnu Rusyd
Dalam rangka menangkis serangan Al-Ghazali terhadap paham qadim-nya
alam, Ibnu Rusyd menegaskan bahwa paham itu tidak bertentangan dengan ajaran
Alquran. Bahkan sebaliknya, pendapat para teolog yang mengatakan bahwa alam
diciptakan Tuhan dari tiada, justru tidak mempunyai dasar dalam Alquran.
Menurut Ibnu Rusyd, dari ayat-ayat Alquran (QS 11: 7; QS 41: 11; dan QS 21:
30) dapat diambil simpulan bahwa alam diciptakan Tuhan bukanlah dari tiada, tapi
dari sesuatu yang telah ada. Ia mengungkapkan hal ini dalam kitabnya Tahafut
Tahafut al-Falasifah (Kehancuran bagi Orang yang Menghancurkan Filsafat). Selain
itu, ia mengingatkan bahwa paham qadim-nya alam tidaklah harus membawa kepada
pengertian bahwa alam itu ada dengan sendirinya atau dijadikan oleh Tuhan.
Sementara itu, menurut Sulaiman Dunya dalam pengantarnya tentang "Al-Ghazali:
Biografi dan Pemikirannya", dalam Terjemahan Tahafut al-Falasifah, karya Al-
Ghazali ini belum menggambarkan secara keseluruhan pemikiran Al-Ghazali.
Sebab, komentar AlGhazali tentang kehancuran para filsuf ini, kata Sulaiman,
sebelum ia mendapatkan pencerahan petunjuk mengenai `ketersingkapan tabir
sufistik' (al-kasyf ash-Shufiyyah). Maksudnya, secara keseluruhan AlGhazali
menerima pemikiran filsafat selama pandangan itu sesuai dengan pandangan
Alquran dan hadis Nabi Muhammad SAW.

3. Konsep Alam Al Farabi


Salah satu filsafat al-Farabi adalah teori emanasi yang di dapatnya dari teori
Plotinus apabila terdapat satu zat yang kedua sesudah zat yang pertama, maka zat
yang kedua ini adalah sinar yang keluar dari yang pertama. Sedang Ia (Yang Esa)
adalah diam, sebagaimana keluarnya sinar yang berkilauan dari matahari, sedang
matahari ini diam. Selama yang pertama ini ada, maka semua makhluk terjadi dari
zat-Nya.
Oleh sebab itu, filsafat al-Farabi ini mencoba menjelaskan bagaimana yang
banyak bisa timbul dari Yang Satu. Tuhan bersifat Maha-Satu, tidak berobah, jauh
dari materi, jauh dari arti banyak, Maha Sempurna dan tidak berhajat pada apapun.
Kalau demikian hakekat Tuhan, bagaimana terjadinya alam materi yang banyak ini
dari Yang Maha Satu? Menurut al-Farabi alam ini terjadi dengan cara emanasi.
Persoalan di atas, adalah sebuah rasa penasaran dari al-Farabi karena ia menemui
kesulitan dalam menjelaskan bagaimana terjadinya banyak (alam) yang bersifat

20 | P a g e
materi dari Yang Maha Esa (Allah) jauh dari arti materi dan Mahasempurna. Dalam
filsafat Yunani, Tuhan bukanlah pencipta alam, melainkan Penggerak Pertama, ini
telah dikemukakan oleh Aristoteles. Di dalam doktrin ortodoks Islam (al-
mutakallimin), Allah adalah pencipta, yang menciptakan dari tiada menjadi ada. Al-
Farabi dan para filosof Muslim lainnya mencoba untuk mengIslamkan doktrin ini.
Maka mereka mencoba untuk melihat doktrin Neoplatonis Monistik tentang
emanasi. Dengan demikian, Tuhan yang dianggap penggerak Aristoles menjadi
Allah Pencipta, yang menciptakan sesuatu dari bahan yang sudah ada secara
pancaran. Dalam arti, Allah menciptakan alam semenjak azali, materi alam berasal
dari energi yang qadim, sedangkan susunan materi yang menjadi alam adalah
baharu. Sebab itu, menurut filosof Muslim, Kun (jadilah) Allah yang termaktub
dalam al-Quran ditujukan kepada Syai (sesuatu) bukan kepada La syai (nihil).
Sebagai contoh, Allah berfirman dalam Surat Yasin ayat 82.
Sesungguhnya segala urusan-Nya apabila dia menghendaki sesuatu hanyalah
Berkata kepadanya: "Jadilah!" Maka terjadilah ia. (Q.S. Yasin ayat 82).
Al-Farabi berpendapat Tuhan sebagai akal, berpikir tentang diri-Nya, dan dari
pemikiran ini timbul suatu maujud lain. Tuhan merupakan wujud pertama (al
wujudul awwal) dan dengan pemikirannya itu timbul wujud kedua (al wujudul tsani)
yang juga mempunyai substansi. Ia disebut akal pertama (al aklu awwal) yang tidak
bersifat materi. Sedangkan wujud kedua berpikir tentang wujud pertama dan dari
pemikiran inilah timbul wujud ketiga (wujudul tsalis) disebut Akal Kedua (al aklu
tsani).
a) Wujud II atau Akal Pertama itu juga berpikir tentang dirinya hingga
timbullah Langit Pertama (al-Asmaul awwal).
b) Wujud III / Akal kedua menimbulkan Wujud IV/Akal Ketiga yakni bintang-
bintang).
c) Wujud IV/Akal Ketiga menimbulkan Wujud V/Akal Keempat, yakni Planet
Saturnus.
d) Wujud V/Akal Keempat menimbulkan Wujud VI/Akal Kelima, yakni Planet
Jupiter.
e) Wujud VI/Akal Kelima menimbulkan Wujud VII/Akal Keenam, yakni
Planet Mars.
f) Wujud VII/Akal Keenam menimbulkan Wujud VIII/Akal Ketujuh, yakni
Matahari.

21 | P a g e
g) Wujud VIII/Akal Ketujuh menimbulkan Wujud IX/Akal Kedelapan,yakni
Planet Venus.
h) Wujud IX/Akal Kedelapan menimbulkan Wujud X/Akal Kesembilan, yakni
Planet Mercurius.
i) Wujud X/Akal Kesembilan menimbulkan Wujud XI/Akal Kesepuluh, yakni
Bulan.

Wujud yang dimaksud adalah Wujud Tuhan. Pada pemikiran Wujud XI/Akal
Kesepuluh, berhentilah terjadinya atau timbulnya akal-akal. Tetapi dari Akal
Kesepuluh muncullah bumi serta roh-roh dan materi yang menjadi dasar dari
keempat unsur, yaitu api, udara, air, dan tanah.
Sebuah pertanyaan, mengapa jumlah akal dibataskan kepada bilangan
sepuluh? Hal ini disesuaikan dengan bilangan bintang yang berjumlah sembilan.
Selain itu, ditiap-tiap akal diperlukan satu planet pula, kecuali akal pertama yang
tidak disertai sesuatu planet ketika keluar dari Tuhan. Tetapi mengapa jumlah
bintang tersebut ada 9 (sembilan)? Karena jumlah benda-benda angkasa menurut
Aristoteles ada tujuh. Kemudian barulah al-Farabi menambah dua lagi, yaitu benda
langit yang terjauhdan bintang-bintang tetap. Ia menyatakan bahwa jumlah akal ada
sepuluh , sembilan di antaranya untuk mengurus benda-benda langit yang sembilan,
sedangkan akal sepuluh yaitu akal bulan yang mengawasi dan mengurusi kehidupan
dibumi. Akal itu saling berurutan, maka pada Tuhan, yaitu Wujud Pertama yang
hanya terdapat pada satu objek pemikiran yaitu zat-Nya saja. Tetapi pada akal-akal
tersebut terdapat dua objek pemikiran yaitu Tuhan dan diri akal itu sendiri.
Pemikiran akal pertama dalam kedudukannya sebagai Wajibul Wujud karena Tuhan,
dan sebagai Wujud yang mengetahui Tuhan, keluarlah akal kedua dan seterusnya.

22 | P a g e
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Al Farabi (260-339 H/ 873-950 M) adalah salah seorang filsuf Muslim yang
mengasimilasi konsep ketuhanan Aristoteles, dan barulah sekitar satu abad berikutnya
Ibnu Sina (370-428 H/ 980-1037 M) datang dengan konsep yang mengasimilasi lebih
jauh filsafat Aristoteles, sekaligus menyempurnakan karya al Farabi. Al Farabi
mengatakan Allah merupakan Wajib al wujud bi zatihi. Allah adalah Zat yang ada
dan merupakan sebab pertama bagi setiap yang bergerak. Wujud-Nya merupakan
wujud yang paling sempurna, ia tidak bisa disamakan dengan materi yang lain di
alam. Ibnu Sina, perihal argumen ketuhanannya menyampaikan sebagaimana
berikut, Sesungguhnya sebab (illah) atas tidak ada (adam)-nya sesuatu adalah
sebab ketiadaan atas ada-(wujud)-nya itu. Sedangkan sebab adanya sesuatu adalah
perihal yang mewajibkan daripadanya wujud. Di sini Ibnu Sina mengawali
pendapatnya dengan sebuah kelaziman betapa setiap yang ada wajiblah daripadanya
sebab yang menjadikan ada itu ada.
Bagi Al-Ghazali, alam haruslah tidak qadim dan ini berarti pada awalnya
Tuhan ada, sedangkan alam tidak ada, kemudian Tuhan menciptakan alam, alam ada
di samping adanya Tuhan. Menurut Ibnu Rusyd, dari ayat-ayat Alquran (QS 11: 7; QS
41: 11; dan QS 21: 30) dapat diambil simpulan bahwa alam diciptakan Tuhan
bukanlah dari tiada, tapi dari sesuatu yang telah ada. Ia mengungkapkan hal ini dalam
kitabnya Tahafut Tahafut al-Falasifah (Kehancuran bagi Orang yang Menghancurkan
Filsafat). Selain itu, ia mengingatkan bahwa paham qadim-nya alam tidaklah harus
membawa kepada pengertian bahwa alam itu ada dengan sendirinya atau dijadikan
oleh Tuhan. Al-Farabi berpendapat Tuhan sebagai akal, berpikir tentang diri-Nya, dan
dari pemikiran ini timbul suatu maujud lain.

B. Saran
Kita sebagai manusia seharusnya lebih mengembangkan pengetehuan tentang
referensi konsep ketuhanan dalam islam sehingga pemahaman kita tentang konsep
ketuhanan dalam islam tidak terbatas terutama mengenai filsafat ketuhanan,pemikiran

23 | P a g e
manusia tentang tuhan,tuhan menurt wahyu,dan dalil dalil pembuktian eksintensi
tuhan.
Dan kita dikatakan sosok manusia yang seutuhnya apabila ada keselarasan
manusia dengan tuhannya.maka dari itu kita sebagai penerus pemuda bangsa dan
negara mari kita pahamkan dalam keseharian kita tentang pemahaman konsep dasar
ketuhanan dalam islam.

24 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

https://putrawijilsetyana.wordpress.com/2013/04/01/alam-semesta-menurut-
pandangan-islam
https://sites.google.com/site/ujppai/materi-kuliah/materi-03
https://www.academia.edu/4950245/MAKALAH_KONSEP_KETUHANAN_DLM_I
SLAM
http://wanmakatita.student.unidar.ac.id/2013/06/konsep-alam-semesta-dalam-
pandangan.html
http://www.lampuislam.org/2015/02/konsep-ketuhanan-dalam-islam.html
http://syafieh.blogspot.co.id/2013/04/filsafat-islam-al-ghazali-dan-pemikiran.html
http://zainuddin.lecturer.uin-malang.ac.id/2013/11/12/mengenal-filosuf-muslim-dan-
pemikirannya-a-filsafat-ketuhanan/

25 | P a g e

Das könnte Ihnen auch gefallen