Sie sind auf Seite 1von 16

Hukum Dagang dalam Islam Hj.

Darmawati

HUKUM DAGANG
DALAM ISLAM
Hj. Darmawati
Jurusan Syariah STAIN Samarinda
Jl. Wijaya Kusuma 7 No. 82 Samarinda./081347335672.

Abstract
The awareness of the world community to undertake the activities muamalah in Islamic
way grew rapidly. It is proofed by the rise of Sharia financial institutions in various parts
of the world. However, the rapid development of Islamic economy products has not been
offset yet by the rapid development of science. Therefore, the economic development of the
Islamic Science is absolute to become a stabilizer of the rapid development which occurred
at this time. The map of marketing seems to show signs of movement from rational market
to emotional market, even to spiritual market. Since in the rational markets, the consumer
buy goods or services with rational considerations (e.g., function and price), on an
emotional market with consideration of emotions (e.g., personal taste, prestige, self-image),
then on the spiritual market, consumer began to consider spiritual values (good or bad,
halal-haram). This is probably explain why syariah market shows the signs toward the
rapid development with supreme profitability. The syariah concept marketing consists of
strategy, tactics, and value. Syariah marketing strategy designed to win mind-share,
syariah marketing tactic designed to win market-share, and syariah marketing value
designed to win heart-share.
Kesadaran masyarakat dunia untuk melakukan kegiatan muamalah secara Islam tumbuh
dengan pesat. Hal ini dibuktikan dengan munculnya berbagai produk lembaga keuangan
syariah diberbagai belahan dunia. Namun, pesatnya perkembangan produk ekonomi Islam
belum bisa diimbangi dengan pesatnya perkembangan dari sisi keilmuan yang lebih luas.
Untuk itu pengembangan ekonomi Islam dari sisi keilmuan menjadi hal yang mutlak,
untuk menjadi penyeimbang pesatnya perkembangan yang terjadi saat ini. Peta
pemasaran tampaknya menunjukkan tanda-tanda pergerakan dari pasar rasional ke pasar
emosional, bahkan ke pasar spiritual. Jika pada pasar rasional konsumer membeli barang
atau jasa dengan pertimbangan rasional (misalnya, fungsi dan harga), pada pasar
emosional dengan pertimbangan emosi (misalnya, cita rasa personal, prestise, citra-diri),
maka pada pasar spiritual konsumer mulai mempertimbangkan nilai (baik-buruk, halal-
haram). Inilah barangkali yang menjelaskan mengapa pasar syariah menunjukkan tanda-
tanda ke arah perkembangan yang pesat, dengan profitabilitas tertinggi. Konsep syariah
marketing terdiri dari strategi, taktik, dan value. Syariah marketing strategy dirancang
untuk memenangkan mind-share, syariah marketing tactic didesain untuk memenangkan
market-share, dan syariah marketing value direkayasa untuk memenangkan heart-share.
Kata kunci : Muamalah dan Syariah Marketing Strategi

Al-Risalah | Volume 13 Nomor 1 Mei 2013 147


Hukum Dagang dalam Islam Hj. Darmawati

PENDAHULUAN

B
angkitnya peradaban Islam adalah salah-satu peristiwa yang menakjubkan
dalam sejarah hidup manusia. Dalam waktu yang relatif singkat, dari gurun
tandus dan suku bangsa terbelakang, Islam telah hampir menggenangi
separuh dunia, menghancurkan kerajaan-kerajaan besar, memusnahkan beberapa
agama besar yang telah dianut umatnya berabad-abad.1 Islam adalah agama
rahmat bagi seluruh alam (rahmatan lil alamin).2 Islam adalah agama yang
sempurna yang berarti bahwa Islam mengurusi semua hal dalam hidup manusia;
mulai dari aspek ibadah (hubungan manusia dengan Tuhannya), aspek keluarga
(seperti nikah, talak, nafkah, wasiat, warisan), aspek bisnis (perdagangan,
industri, perbankan, asuransi, utang-piutang, pemasaran, hibah), aspek ekonomi
(permodalan, zakat, bait al-maal, fai, ghanimah), aspek hukum dan peradilan, aspek
undang-undang hingga hubungan antar negara. MA. Mannan dalam bukunya
Ekonomi Islam Teori & Praktek menjelaskan bahwa Islam memberikan suatu
sintesis dan rencana yang dapat direalisasikan melalui rangsangan dan
bimbingan.
Perencanaan tidak lain daripada memanfaatkan karunia Allah secara
sistematik untuk mencapai tujuan tertentu, dengan memperhatikan kebutuhan
masyarakat dan nilai kehidupan yang berubah-ubah dalam arti yang lebih luas,
perencanaan menyangkut persiapan menyusun rancangan untuk setiap kegiatan
ekonomi.3 Konsep modern tentang perencanaan, yang harus dipahami dalam arti
terbatas, diakui dalam Islam. Karena perencanaan seperti itu mencakup
pemanfaatan sumber yang disediakan oleh Allah SWT dengan sebaik-baiknya
untuk kehidupan dan kesenangan manusia. Meskipun belum diperoleh bukti
tentang adanya sesuatu pembahasan sistematik tentang masalah tersebut, namun
berbagai perintah dalam Al Quran dan Sunnah menegaskan hal ini. Dalam Al-
Quran tercantum.4


Apabila telah ditunaikan sembahyang maka bertebaranlah kamu dimuka
bumi, dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak agar
kamu beruntung. (Q.S. Al .Jumu ah, 62:10).

1Stoddard L. Dunia Baru Islam, Jakarta : Panitya, 1966, h. 11.


2Djaelani, M. Bisri, Islam Rahmatan Lil Alamin, Yogyakarta : Warta Pustaka, 2005, h. 6.
3 M.A Manan. Ekonomi Islam : Teori dan Praktik, Yogyakarta : Penerbit PT. Dana Bhakti

Prima Yasa, 1997, h. 369.


4 QS Al-Jumuah : 10

148 Al-Risalah | Volume 13 Nomor 1 Mei 2013


Hukum Dagang dalam Islam Hj. Darmawati

Dalam ayat di atas dapat dijelaskan makna dalam kata carilah karunia
Allah yang digunakan didalamnya dimaksudkan untuk segala usaha halal yang
melibatkan orang untuk memenuhi kebutuhannya.
Islam adalah agama yang mampu menyeimbangkan antara dunia dan
akhirat antara hablum minallah (hubungan dengan Allah) dan hablumninannas
(hubungan antara sesama manusia).5 Islam agama yang sangat luar biasa. Islam
agama yang lengkap, yang berarti mengurusi semua hal dalam hidup manusia.
Islam agama yang mampu menyeimbangkan dunia dan akhirat; antara hablum
minallah (hubungan dengan Allah) dan hablum minannaas (hubungan sesama
manusia). Alasan dibalik sempurnanya ajaran Islam lengkap karena Islam agama
terakhir sehingga harus mampu memecahkan berbagai persoalan besar manusia.
Jika manusia hidup tanpa petunjuk dan hidayah Allah SWT, hasilnya adalah
kekacauan: manusia tidak peduli lagi dengan apa yang namanya baik dan apa
yang namanya buruk. Manusia menerapkan hukum rimba dalam menjalankan
aktivitas kehidupan sehari-hari.
Islam mengajarkan umatnya untuk melibatkan diri dalam berdagang
untuk mencapai kesejahteraan ekonomi.6 Dalam Al-Quran Surat An-Nisaa : 29
dinyatakan :7


Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu
membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu.
Berdasarkan ayat di atas, jelas bahwa Islam sangat mendorong umatnya
untuk menjadi seorang pedagang. Berdagang adalah sesuatu hal penting dalam
Islam, begitu pentingnya berdagang dalam Islam hingga Allah SWT menunjuk
Muhammad sebagai seorang pedagang sangat sukses sebelum beliau diangkat
menjadi nabi. Berbicara tentang dunia perdagangan, pasti tidak akan bisa lepas
dari pemasaran. Karena ketika sebuah perusahaan menjalankan bisnisnya,
departemen pemasaran memainkan perannya dalam mengirimkan produk dan
jasa yang disesuaikan dengan ekspektasi konsumen.8

5 Qodry Azizy. Pemikiran Islam Kontemporer di Indonesia, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005,
h. 47.
6 Muhammad Arham, "Islamic perspectives on marketing", Journal of Islamic Marketing, Vol.

1 Iss: 2, 2010, pp.149 - 164


7 QS An-Nisa : 29
8 Muhammad Arham, "Islamic perspectives on marketing", Journal of Islamic Marketing, Vol.

1 Iss: 2, 2010, pp.149 164.

Al-Risalah | Volume 13 Nomor 1 Mei 2013 149


Hukum Dagang dalam Islam Hj. Darmawati

Saat ini semakin banyak masyarakat dunia yang sadar tentang kegiatan
bermuamalah secara Islam. Salah satu buktinya adalah pesatnya perkembangan
minat masyarakat dunia terhadap ekonomi Islam dalam dua dekade terakhir,9
Indonesia sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia juga mengalami
hal yang sama. Hal ini dibuktikan dengan semakin bermunculan berbagai produk
yang berbau ekonomi Islam. Saat ini perkembangan yang mencolok adalah
produk yang bersentuhan dengan bidang lembaga keuangan. Namun, pesatnya
perkembangan produk ekonomi Islam belum bisa diimbangi dengan pesatnya
perkembangan dari sisi keilmuan yang lebih luas. Jika hal ini terjadi secara terus-
menerus maka akan terjadi ketimpangan didalam perkembangan ekonomi Islam
ke depan. Untuk itu pengembangan ekonomi Islam dari sisi keilmuan menjadi hal
yang mutlak, untuk menjadi penyeimbang pesatnya perkembangan yang terjadi
saat ini.
Tulisan yang diangkat ini mencoba untuk memperkaya khazanah
keilmuan bidang manajemen, khususnya manajemen pemasaran dengan
melakukan kajian teoritis terhadap konsep pemasaran dalam Islam. Dalam
melakukan kajian teoritis ini, konsep pemasaran dalam Islam yang dibahas masih
disandarkan pada teori pemasaran konvensional, karena perkembangan keilmuan
ekonomi Islam saat ini masih dalam tataran tahap introduction, berbeda dengan
konsep pemasaran konvensional yang sudah mapan.
Oleh karena itu, dari titik tolak yang terjadi ini, kami mencoba untuk
melakukan kajian teoritis terhadap konsep 4P (Product, Place, Price dan Promotion)
dalam marketing mix yang biasa digunakan dalam pemasaran konvensional.
Konsep 4P (Product, Place, Price dan Promotion) dalam marketing mix ini akan
dianalisis dan dikaji secara mendetail dengan menggunakan rujukan dari Al-
Quran, Al Hadits, Ijma dan Qiyas. Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah
diperoleh kajian tentang marketing mix berdasarkan tuntunan ajaran Islam.

PEMBAHASAN

Pergeseran dari ekonomi konvensional ke ekonomi syariah menarik untuk


dicermati. Kita berharap, ini bukan sekedar tren yang suatu saat akan redup
manakala ada tren baru dalam ekonomi nasional. Ekonomi syariah menjadi
tenggelam dan kenangan yang manis dalam ingatan kita. Ekonomi syariah di
Indonesia dipelopori oleh Bank Muamalat yang beroperasi sejak tahun 1992.
Perkembangannya menyentuh bidang-bidang antara lain asuransi, pembiayaan,
hotel, pasar modal dan berbagai aspek lainnya. Yang menarik, sejak krisis
ekonomi yang melanda Indonesia di tahun 1997, Bank Syariah mampu bertahan
hidup dibanding bank-bank konvensional yang sudah terimbas krisis.10

9 Amelia, Rendra.. Evaluasi Kesehatan Bank dengan Menggunakan. CAMELS di BPR / BKK di

Kabupaten Jepara. Skripsi Sarjana tidak dipublikasikan, 2010.


10 http://sigitwahyu.net/kembali-kepemasaran-spiritual. Diakses tanggal 10 April 2013,

Jam 10.23 Wita.

150 Al-Risalah | Volume 13 Nomor 1 Mei 2013


Hukum Dagang dalam Islam Hj. Darmawati

Perkembangan ekonomi syariah sendiri mampu mengembalikan nilai-


nilai Islam di tengah-tengah kehidupan perekonomian masyarakat kita. Dalam
berbisnis telah muncul kesadaran akan pentingnya etika, kejujuran dan prinsip-
prinsip Islam lainnya. Rasulullah saw., sendiri telah memberikan contoh kepada
kita, tentang cara-cara berbisnis yang berpegang teguh pada kebenaran, kejujuran,
sikap amanah serta tetap memperoleh keuntungan. Nilai-nilai inilah yang menjadi
landasan atau hukum dalam melakukan suatu bisnis. Rasulullah saw., adalah
profile kesuksesan dalam melakukan spititualisasi pemasaran.
Para ahli mengatakan, bahwa pasar merupakan tempat pertemuan antara
penjual dan pembeli, atau saling bertemunya antara kekuatan permintaan dan
penawaran untuk membentuk suatu harga.11 Pemasaran adalah sebuah disipilin
bisnis strategi yang mengarahkan proses penciptaan, penawaran dan perubahan
values dari satu inisiator kepada stakeholder-nya. Menurut prinsip syariah, kegiatan
pemasaran ini harus dilandasi oleh semangat ibadah kepada Tuhan Sang Maha
Pencipta, berusaha semaksimal mungkin dengan tujuan untuk kesejahteraan
bersama, bukan untuk kepentingan golongan apalagi kepentingan sendiri.12
Banyak yang mengatakan pasar syariah adalah pasar yang emosional
(emotional market) sedangkan pasar konvensional adalah pasar yang rasional
(rational market). Maksudnya orang tertarik untuk berbisnis pada pasar syariah
karena alasan-alasan keagamaan (dalam hal ini agama Islam) yang lebih bersifat
emosional, bukan karena ingin mendapatkan keuntungan finansial yang bersifat
rasional. Sebaliknya, pada pasar konvensional atau non syariah, orang ingin
mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya, tanpa terlalu peduli apakah
bisnis yang digelutinya tersebut mungkin menyimpang atau bahkan bertentangan
dengan ajaran agama (Islam).
Seorang kiai yang juga pakar ekonomi syariah dan anggota Dewan
Pengawas Syariah dari beberapa bank dan asuransi syariah, Dr. KH. Didin
Hafidhudin mengatakan bahwa orang-orang yang ada di pasar syariah justru
sebenarnya sangat rasional dalam menentukan pilihan. Beliau juga mengatakan,
orang yang berada dalam kategori pasar emosional biasanya lebih kritis, lebih
teliti dan sangat cermat dalam membandingkan dengan bank atau asuransi
konvensional yang selama ini digunakannya sebelum menentukan pilihannya ke
pasar syariah.13 Perilaku konsumen tidak terlepas dari pergerakan pasar karena
hubungan konsumen dan produsen dalam pasar saling berhubungan satu sama
lain. Kita mengenal kaidah ini dalam hukum penawaran dan permintaan, biasa
disebut dengan istilah supply dan demand. Setiap pergerakan supply dan demand
yang berubah akan mempengaruhi tingkat harga. Ini berkaitan erat dengan motif

11 Husain Umar. Manajemen Riset dan Perilaku Konsumen, Jakarta: PT. Gramedia. Pusat.

2005, h. 35.
12 Hermawan Kartajaya, Muhammad Syakir Sula. Syariah Marketing, MarkPlus & Co., ,

Bandung : Mizan Pustaka, 2006, h. 139.


13 http://elqorni.wordpress.com/dasar-marketing-syariah. Diakses tanggal 10 April 2013,

Jam 10.33 Wita.

Al-Risalah | Volume 13 Nomor 1 Mei 2013 151


Hukum Dagang dalam Islam Hj. Darmawati

konsumen meminta dan motif produsen menawar. Dalam permintaan konsumen,


bila permintaan (demand) meningkat sedangkan jumlah komoditi konstan, harga
akan meningkat. Ketika ini terjadi, produsen akan memperbanyak produksinya.
Kemudian dalam penawaran (supply), apabila supply menngkat, sementara demand
rendah atau konstan, harga akan jatuh.14
Pemasaran memainkan peran yang sangat penting dalam memenuhi
kebutuhan konsumen, disamping pencapaian tujuan perusahaan. Dalam
memenuhi tujuan ini, seorang pemasar muslim harus memastikan bahwa semua
aspek kegiatan pemasaran, seperti perencanaan barang dan jasa, harga dan
strategi distribusi, seperti halnya teknik promosi yang digunakan, haruslah sesuai
dengan tuntunan Al-Quran dan As-Sunnah.15
Untuk membangun sebuah strategi pemasaran yang efektif, suatu
perusahaan seyogyanya menggunakan variabel-variabel bauran pemasaran
(marketing mix).16 Konsep marketing mix telah diperkenalkan pertama kali oleh Neil
Borden pada AMA tahun 1953. Istilah marketing mix ditunjuk untuk menyebut
kombinasi berbagai elemen yang berfungsi untuk mencapai sebuah respon dari
pasar tertentu17. Istilah ini diteruskan oleh Rasmussen, kemudian dikembangkan
oleh McCharthy dan disempurnakan oleh Kotler.
Pengertian marketing mix menurut Kotler dan Amstrong dalam bukunya
yang berjudul Principles of Marketing adalah, Marketing mix is the set of marketing
tools that the firm uses to pursuit its marketing objectives in the target market.18
Yusanto dan Widjajakusuma mengatakan bahwa dalam menggagas bisnis Islami
haruslah memperhatikan implementasi syariat pada marketing mix. Implementasi
syariat dapat diterapkan dalam variabel-variabel marketing mix yakni product,
price, place, dan promotion.19
Berkaitan dengan bauran pemasaran konvensional, maka penerapan
dalam syariah akan merujuk pada konsep dasar kaidah fiqih yakni Al-ashlu fil-
muamalah al-ibahah illa ayyadulla dalilun ala tahrimiha yang berarti bahwa pada
dasarnya semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang
mengharamkannya.20 Berikut adalah marketing mix dalam perspektif syariah,
yakni:

14 Muflih, Muhammad. Perilaku Konsumen dalam Perspektif Ilmu Ekonomi Islam. Jakarta: PT.

Raja Grafindo Persada, 2006, h. 39.


15 Abdullah dan Ahmad. Hukum Pidana Ekonomi Dalam Pengendalian Perekonomian, 2010.
16 Dalam M. Ismail Yusanto & M. Karebet Widjajakusuma. Menggagas Bisnis Islami, Gema

Insani SEM Institute, 2002, h. 166.


17 van Waterschoot, Walter and Christophe Van den Bulte. 199), "The 4P Classification of the

Marketing Mix Revisited," Journal of Marketing, 56 (oktober), 83-93.


18 Kotler, Philip & Armstrong, Gary, Principles of Marketing, Tenth Edition, Pearson Prentice

Hall , New Jersey, 2004


19 Dalam M. Ismail Yusanto & M. Karebet Widjajakusuma. Menggagas Bisnis Islami, Gema

Insani SEM Institute, 2002, h. 170.


20 Kertajaya, Hermawan dan M. Syakir Sula. Syariah Marketing, Bandung: Mizan, 2006,

h.a27.

152 Al-Risalah | Volume 13 Nomor 1 Mei 2013


Hukum Dagang dalam Islam Hj. Darmawati

1. Produk
Definisi produk menurut Kotler adalah A product is a thing that can be
offered to a market to satisfy a want or need.21 Produk adalah sesuatu yang bisa
ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian, pembelian, pemakaian, atau
konsumsi yang dapat memenuhi keinginan atau kebutuhan. Kotler dan Keller
mendefinisikan produk sebagai segala sesuatu yang dapat ditawarkan pada pasar
untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan.22 Namun, jika ditinjau dari perspektif
syariah, Islam memiliki batasan tertentu yang lebih spesifik mengenai definisi
produk. Menurut Al Muslih (2004, 331-386), ada tiga hal yang perlu dipenuhi
dalam menawarkan sebuah produk; 1) produk yang ditawarkan memiliki
kejelasan barang, kejelasan ukuran/ takaran, kejelasan komposisi, tidak rusak/
kadaluarsa dan menggunakan bahan yang baik, 2) produk yang diperjual-belikan
adalah produk yang halal dan 3) dalam promosi maupun iklan tidak melakukan
kebohongan.23
Dalam sebuah haditst nabi yang diriwayatkan oleh Tirmidzi, Rasulullah
saw., mengatakan bahwa jika barang itu rusak katakanlah rusak, jangan engkau
sembunyikan. Jika barang itu murah, jangan engkau katakan mahal. Jika barang
ini jelek katakanlah jelek, jangan engkau katakan bagus.
Hadits tersebut juga didukung hadits riwayat Ibnu Majah dan Ibnu
Hambal, Tidak dihalalkan bagi seorang muslim menjual barang yang cacat, kecuali ia
memberitahukannya,. Pernyataan lebih tegas disebutkan dalam Al-Quran Surat Al
Muthaffifiin yang artinya kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, (yaitu)
orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, dan
apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi.24
Uraian di atas jelas mengatakan bahwa hukum menjual produk cacat dan
disembunyikan adalah haram. Artinya, produk meliputi barang dan jasa yang
ditawarkan pada calon pembeli haruslah yang berkualitas sesuai dengan yang
dijanjikan. Persyaratan mutlak yang juga harus ada dalam sebuah produk adalah
harus memenuhi kriteria halal. Dalam QS Surat An-Nahl Allah SWT berfirman :25

21 Kotler, Managemen Pemasaran : Analisis, Perencanaan, Implementasi, dan Pengendalian,


Edisi 8, Jakarta : Salemba Empat, 1995.
22 Kotler, Philip & Kevin L. Keller. Marketing Management, New Jersey: Prentice Hall. 2009,

h. 358.
23 Muflih, Muhammad. Perilaku Konsumen dalam Perspektif Ilmu Ekonomi Islam, Jakarta: PT.

Raja Grafindo Persada, 2006, h. 331-389.


24 QS Al Muthaffifin : 1-3
25 QS An-Nahl : 116

Al-Risalah | Volume 13 Nomor 1 Mei 2013 153


Hukum Dagang dalam Islam Hj. Darmawati

dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh


lidahmu secara Dusta "Ini halal dan ini haram", untuk mengada-adakan
kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang-orang yang mengada-
adakan kebohongan terhadap Allah Tiadalah beruntung. QS. An-Nahl: 116.
Kemudian dalam QS Al-Muminuun26


Makanlah olehmu makanan yang baik-baik (halal) dan kerjakan amal shalih.
(Al-Muminuun: 51).

2. Harga
Definisi harga menurut Kotler adalah Price is the amount of money charged
for a product or service. More broadly, price is the sum of all the value that consumers
exchange for the benefits of having or using the product or service.27 Harga adalah
sejumlah uang yang dibebankan untuk sebuah produk atau jasa. Secara lebih luas,
harga adalah keseluruhan nilai yang ditukarkan konsumen untuk mendapatkan
keuntungan dari kepemilikan terhadap sebuah produk atau jasa. Menurut Ferrel
dan Hartline, price merupakan isu kunci dari marketing mix.28 Karena harga
digunakan untuk mengartikan kualitas sebelum konsumen mendapatkan
pengalaman membeli. Kotler mengatakan harga adalah satu-satunya elemen
dalam marketing mix yang menghasilkan pendapatan; sedangkan elemen lain
hanya menghasilkan biaya.29
Kotler dan Keller mengklasifikasikan harga meliputi daftar harga diskon, periode
pembayaran, dan syarat kredit30. Menurut Yusanto dan Widjajakusuma terhadap
pelanggan, harga akan disajikan secara kompetitif.31 Senada dengan pendapat itu,
Arifin menjelaskan bahwa harga harus benar-benar kompetitif, antara pebisnis
satu dengan yang lainnya. Islam sependapat dengan penentuan harga yang
kompetitif.32 Namun dalam menentukan harga tidak boleh menggunakan cara-
cara yang merugikan pebisnis lainnya. Islam tentu memperbolehkan pedagang
untuk mengambil keuntungan. Karena hakikat dari berdagang adalah untuk
mencari keuntungan. Namun, untuk mengambil keuntungan tersebut janganlah

26 QS Al-Muminuun : 51
27 Kotler, Phillip. Manajemen Pemasaran, Edisi Kesebelas Jilid 1, Alih Bahasa: Hendra Teguh,
Ronny A. Rusli dan Benyamin Molan, Jakarta : Prenhallindo, 2005, h. 43
28 Michael G Hartline dan Farrell. Marketing Strategy By Ferrell & Hartline, 4th, Fourth

Edition, Publisher : Thomson Publication, 2005, h. 181


29 Armstrong, dan Kotler. Dasar-dasar Pemasaran, Jilid 1, Edisi Kesembilan, Jakarta :

Penerbit PT. Indeks Gramedia Balqiah, 2003, h. 470.


30 Kotler, Philip & Kevin L. Keller. Marketing Management. New Jersey: Prentice Hall. 2009,

h. 63.
31 M. Ismail Yusanto & M. Karebet Widjajakusuma. Menggagas Bisnis Islami, Gema Insani

SEM Institute, 2002, h. 170.


32 Arifin, A. Membaca Saham. Yogyakarta: Andi. Azis, 2002, h. 107.

154 Al-Risalah | Volume 13 Nomor 1 Mei 2013


Hukum Dagang dalam Islam Hj. Darmawati

berlebih-lebihan.33 Karena, jika harga yang ditetapkan adalah harga wajar, maka
pedagang tersebut pasti akan unggul dalam kuantitas. Dengan kata lain,
mendapat banyak keuntungan dari banyaknya jumlah barang yang terjual, dan
tampak nyatalah keberkahan rizkinya (Ghazali, 1983: 309). Dalam proses
penentuan harga, Islam juga memandang bahwa harga haruslah disesuaikan
dengan kondisi barang yang dijual. Nabi Muhammad saw., pernah marah saat
melihat seorang pedagang menyembunyikan jagung basah di bawah jagung
kering, kemudian si pedagang menjualnya dengan harga tinggi.34
Dalam sebuah haditst nabi yang diriwayatkan oleh H.R Muslim beliau
mengatakan:
Mengapa tidak engkau letakkan yang kebasahan itu diatas bahan makanan itu,
sehingga orang-orang dapat mengetahui keadaannya. Barang siapa menipu, maka ia
bukanlah masuk golongan kita.
Hadits di atas mengindikasikan jika memang barang itu bagus, maka
wajar jika harganya mahal. Namun jika barang itu jelek kualitasnya, sudah
sewajarnya dijual dengan harga murah. Nabi Muhammad saw., mengajarkan
penetapan harga yang baik. Barang yang bagus dijual dengan harga bagus. Dan
barang dengan kualitas lebih rendah dijual dengan harga yang lebih rendah.
Tidak selayaknya barang yang jelek dijual dengan harga mahal.
Rasulullah saw., juga melarang perihal najasy (false demand). Transaksi
najasy diharamkan karena si penjual menyuruh orang lain memuji barangnya atau
menawar dengan harga tinggi agar orang lain tertarik untuk membeli.35 Padahal,
si penawar sendiri tidak bermaksud untuk benar-benar membeli barang tersebut.
Ia hanya ingin menipu orang lain yang benar-benar ingin membeli. Sebelumnya,
orang ini telah mengadakan kesepakatan dengan penjual untuk membeli dengan
harga tinggi agar ada pembeli yang sesungguhnya dengan harga yang tinggi pula
dengan maksud untuk ditipu. Akibatnya terjadi permintaan palsu atau false
demand.

3. Place
Definisi menurut Kotler mengenai distribusi adalah The various the
company undertakes to make the product accessible and available to target customer.36
Berbagai kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk membuat produknya mudah
diperoleh dan tersedia untuk konsumen sasaran. Kotler dan Keller mengatakan
distribusi meliputi jenis hubungan, perantara, penyimpanan, lokasi, dan

33 Al-Ghazali. Inner Dimensions of Islamic Worship, ISBN-10: 0860371255. (1983,


Paperback) h. 303.
34 Ibid. h. 298.
35 Karim, Adiwarman Aswar. Ekonomi Islam Suatu Kajian Kontemporer. Jakarta: Gema Insani

Press, 2001, h. 182.


36 Kotler, Phillip. Manajemen Pemasaran, Edisi Kesebelas Jilid 1, Alih Bahasa: Hendra Teguh,

Ronny A. Rusli dan Benyamin Molan, Jakarta: Prenhallindo, 2005, h. 50.

Al-Risalah | Volume 13 Nomor 1 Mei 2013 155


Hukum Dagang dalam Islam Hj. Darmawati

transportasi.37 Seorang pebisnis muslim tidak akan melakukan tindakan


kedzaliman terhadap pesaing lain, suap untuk melicinkan saluran pasarannya,
dan machevialis tindakan lainnya.38 Dalam menentukan place atau saluran
distribusi, perusahaan Islami harus mengutamakan tempat-tempat yang sesuai
dengan target market, sehingga dapat efektif dan efisien. Sehingga pada intinya,
dalam menentukan marketing-mix harus didasari pada prinsip-prinsip keadilan
dan kejujuran. Yusanto dan Widjajakusuma berpendapat perbedaan antara bisnis
Islami dan non-Islami terletak pada aturan halal dan haram, sehingga harus
terdapat kehati-hatian dalam menjalankan strategi.39
Nabi Muhammad saw., melarang pemotongan jalur distribusi dengan
maksud agar harga naik. Sebagaimana diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim
dalam sebuah hadits: Rasulullah SAW melarang penghadangan rukban serta melarang
pula berlomba-lomba menaikkan penawaran. Adapun arti menghadang (talaqi)
rukban, dalam hadits tersebut, ialah menghadang para penjual yang biasanya (di
negeri Arab) dengan berkendaraan membawa dagangan dari daerahnya masing-
masing, lalu meminta supaya barang dagangannya diturunkan disitu dan dibeli
dengan harga semurah-murahnya.40 Sebab, si pembeli tersebut akan memberikan
berita bohong mengenai harga yang sebenarnya saat itu kepada penjual-penjual
yang dari daerah tadi, tujuan berdustanya itu adalah supaya mendapatkan
dagangan dengan harga semurah-murahnya.
Tujuan dari fungsi distribusi adalah mempercepat sampainya barang di
tangan konsumen atau pasar pada saat yang tepat. Kebijakan distribusi
setidaknya harus memenuhi tiga kriteria. Pertama, yaitu ketepatan dan kecepatan
waktu tiba di tangan konsumen. kedua, keamanan yang terjaga dari kerusakan,
dan yang ketiga sarana kompetisi dalam memberikan kecepatan dan ketepatan
memenuhi kebutuhan konsumen. Oleh karena itu, Islam melarang adanya
ikhtikar atau penimbunan (monopolys rent-seeking), sebab ikhtikar akan
menyebabkan berhentinya saluran distribusi yang mengakibatkan kelangkaan
sehingga harga barang tersebut akan meningkat.41 Larangan ikhtikar didasari
hadits yang diriwayatkan oleh HR Muslim, Ahmad, dan Abu Dawud
menyebutkan bahwa: Tidaklah orang melakukan ikhtikar itu kecuali ia berdosa.

37 Kotler, Philip & Kevin L. Keller. Marketing Management, New Jersey: Prentice Hall, 2009,
h. 63.
38 M. Ismail Yusanto & M. Karebet Widjajakusuma. Menggagas Bisnis Islami, Gema Insani
SEM Institute, 2002, h. 170.
39 Ibid. h. 21
40 Inner Dimensions of Islamic Worship by Al-Ghazali. ISBN-10: 0860371255. (1983,

Paperback), h. 305.
41 Karim, Adiwarman Aswar. Ekonomi Islam Suatu Kajian Kontemporer. Jakarta: Gema Insani

Press, 2001, h. 153

156 Al-Risalah | Volume 13 Nomor 1 Mei 2013


Hukum Dagang dalam Islam Hj. Darmawati

4. Promosi
Definisi menurut Stanton et al adalah Promotion mix is the combination of
operasional selling, sales person, public relation. These are the promotional tools that help
an organization to achieve its marketing objective.42
Sedangkan menurut Kotler yang dimaksud dengan promosi adalah:
Promotion includes all the activities the companyundertakes to communicate and
promote its product the target market43. Promotion adalah sarana yang digunakan
perusahaan dalam upaya untuk menginformasikan, membujuk dan
mengingatkan konsumen langsung atau tidak langsung- tentang produk dan
merek yang mereka jual.44 Salah satu tujuan promosi dalam periklanan adalah
untuk memberitahukan atau mendidik konsumen. Tujuan promosi lain menurut
Kotler dan Amstrong adalah menginformasikan keadaan terkini kepada
konsumen potensial tentang keberadaan produk atau jasa, untuk mengajak
konsumen merubah perilaku mereka dalam percobaan produk atau pembelian,
untuk mengembangkan sikap baik terhadap produk, merek atau perusahaan dan
untuk mengingatkan konsumen tentang keunggulan produk.
Pemasar perlu mempertimbangkan beberapa faktor dalam menciptakan
dan mengantarkan pesan yang efektif.45 Faktor-faktor ini meliputi, pembatasan
tipe media yang digunakan, kemampuan untuk mempromosikan produk-produk
tertentu, citra periklanan, grup sosial dan aturan pemerintah.46 Setiap pesan yang
disampaikan dalam promosi akan menawarkan dua hal, yaitu alasan untuk
membeli (melalui iklan) dan insentif untuk membeli (melalui promosi penjualan).
Dalam pemasaran konvensional, promosi tidak bersinggungan secara langsung
pada nilai-nilai religius yang mengatur setiap proses dalam promosi sesuai
dengan aturan-aturan agama Islam.47 Kavoossi dan Frank meneliti perilaku
berlebihan dalam membuat pernyataan dalam periklanan di Amerika. Mereka
mencatat penekanannya ada pada keawetan produk, kualitas dan berbagai hal
yang berkaitan dengan barang yang ditawarkan dan penjual.
Semua pesan dalam periklanan yang mengikuti ajaran Islam akan
menyebarkan moral yang baik, seperti wanita dengan perilaku dan pakaian yang
pantas, yang mengasumsikan pesan tersebut berperan sebagai kontribusi positif
untuk keluarga dan masyarakat secara keseluruhan, melawan kebiasaan wanita

42 Stanton, Neville, et.al. 2005. Handbook of Human Factors and Ergonomic Methods. USA. CRS
Press. 23.
43 Kotler, Phillip. Manajemen Pemasaran, Edisi Kesebelas Jilid 1, Alih Bahasa: Hendra Teguh,
Ronny A. Rusli dan Benyamin Molan, Jakarta: Prenhallindo, 2005, h. 53
44 Kotler, Philip, Keller Kevin Lane. Manajemen Pemasaran Edisi 12. Jilid 2. Jakarta : PT

Indek, 2007, h. 204.


45 Haque. Et.al. Journal of Technology Management & Innovation vol.6 no.1, 2010.
46 Waller, D.S. and K.S. Fam. 2000. Australian Journal of Business and Management Research

Vol.1 No.6 p. 152-157


47 Kavoossi, M and Frank. 1990. The Language Curture Interface in Persian Gulf States

Print Advertesiment : Impications for International Marketing. Journal of International Customer


Research. 31(3). pp. 5-25

Al-Risalah | Volume 13 Nomor 1 Mei 2013 157


Hukum Dagang dalam Islam Hj. Darmawati

sebagai objek hasrat seksual. Pemasar atau produser periklanan di dunia muslim
akan mendapat benefit dengan meningkatkan dan memahami nilai-nilai muslim.48
Dengan demikian, calon pembeli muslim akan merasakan keterkaitan secara
emosional. Calon pembeli non-muslim pun mungkin akan merasa lebih yakin
dengan produk tersebut karena adanya nilai universal yang baik dan berlaku
umum yang dapat ditunjukkan Islam sebagai agama yang rahmatan lil alamin.
Al-Quran tidak melarang adanya periklanan dan memang periklanan
dapat digunakan untuk mempromosikan kebenaran Islam.49 Namun, periklanan
yang berisi tentang pernyataan-pernyataan yang dilebih-lebihkan termasuk
kedalam bentuk penipuan, tidak peduli apakah deskripsi pernyataan tersebut
sebagai metafor atau sebagai kiasan tentu sudah pasti dilarang. Hal ini tersirat
dalam hadits-hadits berikut:
Pedagang yang jujur dan dapat dipercaya akan bersama para nabi, orang-orang yang
benar-benar tulus dan para syuhada (HR. Tarmidzi dan Ibnu Majah). Allah akan
memberikan rahmat-Nya kepada setiap orang yang bersikap baik ketika menjual, membeli,
dan membuat suatu pernyataan (HR. Bukhari). Sumpah palsu itu merusakkan dagangan
dan melenyapkan keberkahan pekerjaan (HR. Bukhari dan Muslim). Celakalah bagi
seseorang pedagang yang suka menyebutkan:..ya, demi Allah atau tidak, demi Allah.
Celaka pulalah bagi seorang pekerja yang menunda-nunda kerjanya sampai besok atau
besok lusa (HR. Anas r.a).
Dari pembahasan marketing mix di atas maka dapat diambil inti sari
bahwa bauran pemasaran (marketing mix) harus memenuhi karakteristik marketing
syariah yang menjadi panduan bagi pemasar di antaranya:50 1. Teistis (rabbaniyyah):
jiwa seorang syariah marketer meyakini bahwa hukum-hukum syariat yang teistis
atau bersifat ketuhanan ini adalah yang paling adil, paling sempurna, paling
selaras dengan segala bentuk kebaikan, paling dapat mencegah segala bentuk
kerusakan, paling mampu mewujudkan kebenaran, memusnahkan kebatilan dan
menyebarluaskan kemaslahatan; 2. Etis (akhlaqiyyah) yaitu keistimewaan lain dari
syariah marketer selain karena teistis (rabbaniyyah) juga karena ia sangat
mengedepankan masalah akhlak (moral dan etika) dalam seluruh aspek
kegiatannya, karena nilai-nilai moral dan etika adalah nilai yang bersifat
universal, yang diajarkan oleh semua agama; 3. Realistis (al-waqiyyah) yaitu
pemasaran syariah adalah konsep pemasaran yang fleksibel, sebagaimana
keluasan dan keluwesan syariah Islamiyah yang melandasinya. Pemasar syariah
adalah para pemasar professional dengan penampilan yang bersih, rapi dan
bersahaja, apapun model atau gaya berpakaian yang dikenakannya, bekerja
dengan mengedepankan nilai-nilai religius, kesalehan, aspek moral dan kejujuran

48 Rice and Al-Mossawi. Paper Islamic Credit and Microfinance. United Nations Human
Settlements Programme UN-HABITAT. 2002.
49 Al-Makaty, et. Al. 1996. The Saudi Arabian respondents in the study. Journal of the

Academy of Marketing Science 18: 101-112


50 Kertajaya, Hermawan dan M. Syakir Sula. Syariah Marketing. Bandung : Mizan., 2006,

h.a37

158 Al-Risalah | Volume 13 Nomor 1 Mei 2013


Hukum Dagang dalam Islam Hj. Darmawati

dalan segala aktivitas pemasarannya; 4. Humanistis (insaniyyah) yaitu


keistimewaan syariah marketer yang lain adalah sifatnya yang humanistis
universal, yaitu bahwa syariah diciptakan untuk manusia agar derajatnya
terangkat, sifat kemanusiaannya terjaga dan terpelihara. Syariat Islam diciptakan
untuk manusia sesuai dengan kapasitasnya tanpa menghiraukan ras, warna kulit,
kebangsaan dan status. Hal inilah yang membuat syariah memiliki sifat universal
sehingga menjadi syariah humanistis universal.
Syariah Marketing merupakan solusi terhadap kebutuhan pasar yang
memimpikan penerapan bisnis yang sesuai dengan nilai dan kaidah agama. Ada
empat hal yang menjadi Key Success Factors (KSF)51 dalam mengelola suatu bisnis,
agar mendapat celupan nilai-nilai moral yang tinggi. Untuk memudahkan
mengingat, kita singkat dengan SAFT, yaitu: 1 Shiddiq (benar dan jujur), jika
seorang pemimpin senantiasa berperilaku benar dan jujur dalam sepanjang
kepemimpinannya, jika seorang pemasar sifat shiddiq haruslah menjiwai seluruh
perilakunya dalam melakukan pemasaran, dalam berhubungan dengan
pelanggan, dalam bertransaksi dengan nasabah, dan dalam membuat perjanjian
dengan mitra bisnisnya; 2. Amanah (terpercaya, kredibel) artinya, dapat dipercaya,
bertanggung jawab, dan kredibel, juga bermakna keinginan untuk untuk
memenuhi sesuatu sesuai dengan ketentuan. Diantara nilai yang terkait dengan
kejujuran dan melengkapinya adalah amanah; 3. Fathanah (cerdas), dapat
diartikan sebagai intelektual, kecerdikan atau kebijaksanaan. Pemimpin yang
fathanah adalah pemimpin yang memahami, mengerti dan menghayati secara
mendalam segala hal yang menjadi tugas dan kewajibannya; 4. Thabligh
(komunikatif), artinya komunikatif dan argumentatif. Orang yang memiliki sifat
ini akan menyampaikannya dengan benar dan dengan tutur kata yang tepat (bi al-
hikmah). Berbicara dengan orang lain dengan sesuatu yang mudah dipahaminya,
berdiskusi dan melakukan presentasi bisnis dengan bahasa yang mudah dipahami
sehingga orang tersebut mudah memahami pesan bisnis yang ingin kita
sampaikan. Keempat KSF ini merupakan sifat-sifat Nabi Muhammad Saw yang
sudah sangat dikenal tapi masih jarang diimplementasikan khususnya dalam
dunia bisnis. Sejalan dengan sifat yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW
dalam berbisnis, ada 3 konsep dasar dalam syariah marketing ini yakni:52
a. Strategi untuk mind-share, yang berarti cara berfikir secara kreatif, inovatif dan
bijaksana dalam mencari ide untuk memasarkan suatu produk atau jasa.
b. Taktik untuk market share, yakni bagaimana usaha kita dalam mempengaruhi
sasaran pasar melalui tulisan, gambar atau ucapan yang baik dan santun.
c. Value to heart, pemasaran yang dilandaskan pada nilai-nilai agama dan
dilaksanakan dengan sepenuh hati dalam segala transaksi hingga mampu
memuaskan konsumen dan stake holder.
Selain tiga konsep dasar dalam marketing syariah, terdapat karakteristik
dalam marketing Islami ini, antara lain:53

51 http://aansubhan.wordpress.com/2009/07/21/key-success-factors/. Diakses tgl 10

April 2013. Jam 12.10 Wita.


52 Kertajaya, Hermawan dan M. Syakir Sula. Syariah Marketing. Bandung: Mizan, 2006, h. 42
53 Ibid. h. 46

Al-Risalah | Volume 13 Nomor 1 Mei 2013 159


Hukum Dagang dalam Islam Hj. Darmawati

1) Mencintai konsumen
Konsumen adalah seorang raja yang harus dihormati. Berdasarkan konsep
syariah, seorang marketer harus mencintai konsumen sebagaimana layaknya
mencintai diri sendiri. Layani calon konsumen dan pelanggan dengan sepenuh
hati.
2) Jadikan Jujur dan Transparan sebuah brand
Saat memasarkan sebuah barang, ungkapkanlah kelemahan serta keuntungan
dari produk tersebut. Dalam marketing konvensional hanya mengungkapkan
sisi kelebihan produk sedangkan kelemahan produk tidak ditampilkan.
Pemasaran jenis ini akan membahayakan konsumen sebagai pemakai yang
pada akhirnya akan berdampak pada citra buruk bagi perusahaan. Jadi orang
membeli karena butuh dan sesuai dengan keinginan dan kebutuhan, bukan
karena diskonnya.
3) Segmentasi Pasar Sistemnya Nabi
Berikan good value untuk barang yang dijual. Rasulullah mengajarkan
segmentasi, barang bagus dijual dengan harga bagus (tinggi) dan barang
dengan kualitas lebih rendah dijual dengan harga yang lebih rendah.
4) Penuhi Janji
Nilai sebuah produk harus disesuaikan dengan apa yang dijanjikan. Hal ini
akan menjamin kepuasan pelanggan.
5) Menjaga Keseimbangan Alam
Orang berbisnis itu harus menjaga kelangsungan alam, tidak merusak
lingkungan. Berbisnis juga ditujukan untuk menolong manusia yang miskin
dan bukan menghasilkan keuntungan untuk segelintir orang saja. Menurut
Hermawan Kartajaya (pakar dan Guru Marketing) bahwa syariah marketing
sangat baik diterapkan dalam peta bisnis di Indonesia dan dia akan bertahan,
karena prinsip dasarnya adalah kejujuran. Ini yang dibutuhkan oleh semua
orang.
Pasar dalam perspektif ekonomi Islam berbeda dengan yang ada pada
ekonomi konvensional. Karena sasaran yang hendak dicapai dari pergerakan
pasar adalah kebahagiaan bagi semua manusia, dalam hal ini terdiri dari
konsumen dan produsen, tanpa mencederai suatu pihak manapun. Kebahagiaan
adalah keinginan semua manusia, dia akan dicapai manakala manusia itu mampu
membatasi dirinya terhadap bentuk-bentuk kemungkaran. Dalam ekonomi Islam
mempunyai aturan khas dalam supply dan demand. Pasar yang mewadahi
interaksi supply dan demand hanya untuk jenis komoditi yang halal saja. Komoditi
haram, apapun bentuk dan sifatnya, sama sekali dilarang untuk diperjualbelikan.
Dalam demand, konsumen diajarkan untuk berbelanja pada jenis barang yang
dibutuhkan. Jumlah yang dibeli juga tidak boleh melebihi batas kewajaran. Hal ini
menghindarkan konsumen dari kebiasaan ishraf (berlebihan). Dalam supply,
produsen hanya memproduksi barang dalam kapasitas yang dibutuhkan
konsumen. Produsen selalu menghindari upaya yang mengakibatkan terkurasnya
cadangan sumber daya alam, kerusakan alam, termasuk upaya merugikan
konsumen maupun produsen sendiri. Supply yang berlebihan akan merugikan
alam dan produsen, karena alam yang tereksploitasi dengan cara yang tidak baik

160 Al-Risalah | Volume 13 Nomor 1 Mei 2013


Hukum Dagang dalam Islam Hj. Darmawati

dan menghancurkan masa depan kehidupan manusia, dan juga menyebabkan


biaya produksi akan tidak tertutupi dengan harga yang jatuh.
Batasan-batasan tersebut menimbulkan banyak manfaat. Pertama, sumber daya
alam (SDA) akan termanfaatkan dengan baik. Konsumen yang berkonsumsi
sesuai kebutuhan dan produsen yang berproduksi sesuai kapasitas kebutuhan
konsumen akan menghemat penggunaan SDA sehingga alam akan masih
menyimpan kekayaan dan perlahan-lahan menumbuhkan kembali kesuburannya.
Kedua, alam akan tetap terpelihara kelestariannya karena mineral tidak cepat
habis, hutan tidak gundul, dan habitat-habitat alam masih dapat tumbuh dan
berkembang biak dengan baik. Ketiga, hal ini berkaitan dengan permainan harga,
antara produsen dan konsumen tidak akan saling menjatuhkan dan merugikan
dalam melakukan aktivitas ekonomi.
Pemasaran dalam tinjauan syariah menyandarkan pedoman etikanya pada
nilai-nilai Islami yang terdapat dalam Al-Quran dan Hadits. Promosi dalam
tinjauan syariah harus sesuai dengan sharia compliance yang merefleksikan
kebenaran, keadilan dan kejujuran kepada masyarakat. Segala informasi yang
terkait dengan produk harus diberitahukan secara transparan dan terbuka
sehingga tidak ada potensi unsur penipuan dan kecurangan dalam melakukan
promosi. Promosi yang tidak sesuai dengan kualitas atau kompetensi, contohnya
promosi yang menampilkan imajinasi yang terlalu tinggi bagi konsumennya,
adalah termasuk dalam praktik penipuan dan kebohongan. Untuk itu promosi
yang semacam tersebut sangat dilarang dalam Islam.54

PENUTUP
Berdasar pembahasan kajian teoritis manajemen pemasaran dalam Islam
di atas, penulis berkesimpulan bahwa konsep pemasaran, yang dalam hal ini
difokuskan pada tinjauan marketing mix, sebenarnya telah ada sejak lebih dari 1400
tahun lalu. Penemuan-penemuan ahli pemasaran dunia tentang konsep marketing
mix seperti Neil Borden tahun 1953, lalu Rasmussen (1955), kemudian McCharthy
(1960) dan Kotler (1967), sebenarnya sudah dipraktikkan oleh Nabi Muhammad
SAW beserta para sahabat dan tabiin sejak ribuan tahun lalu. Namun memang
jarang bahkan mungkin belum ada yang mendefinisikan itu sebagai konsep
marketing mix. Di dalam konsep marketing mix Islami, ternyata di dapat
bahwasannya dalam melakukan suatu pemasaran, baik barang maupun jasa,
tidaklah bebas nilai. Sebagai seorang khalifah di muka bumi, manusia juga
dituntut untuk menjaga kesejahteraan masyarakat secara umum, dengan
berdagang menggunakan cara yang halal dan diridhoi oleh Allah SWT.
Penelitian lanjutan dapat dilakukan dengan meneliti lebih dalam dan
lebih luas lagi tentang manajemen pemasaran dalam Islam. Sehingga nantinya
akan di dapat suatu konsep manajemen pemasaran syariah yang kompleks dan
komprehensif, yang nantinya dapat digunakan untuk memperkaya khasanah
manajemen pemasaran syariah.

54 Ibid. hal 178.

Al-Risalah | Volume 13 Nomor 1 Mei 2013 161


Hukum Dagang dalam Islam Hj. Darmawati

DAFTAR PUSTAKA

Chobib. Pamong Praja Dalam Perspektif Sejarah. Jakarta: Citra Utama.


Abdullah dan Ahmad. Hukum Pidana Ekonomi Dalam Pengendalian Perekonomian
Stoddard L. 1966.Dunia Baru Islam. Jakarta: Panitya. 2010.
Al-Makaty, et. Al. The Saudi Arabian Respondents in the study. Journal of the Academy of
Marketing Science 18: (1996).
Amelia, Rendra. Evaluasi Kesehatan Bank dengan Menggunakan. CAMELS di BPR/BKK di
Kabupaten Jepara. Skripsi Sarjana tidak dipublikasikan. 2010.
Djaelani, M. Bisri. Islam Rahmatan Lil Alamin. Yogyakarta: Warta Pustaka, 2005.
Haque. Et.al. Journal of Technology Management & Innovation vol.6 no.1. 2010.
Hermawan Kartajaya, Muhammad Syakir Sula. Syariah Marketing. Bandung:
MarkPlus&Co, Mizan Pustaka, 2006.
Husain Umar. Manajemen Riset dan Perilaku Konsumen. Jakarta: PT. Gramedia. Pusat
2005
Inner Dimensions of Islamic Worship by Al-Ghazali (1983, Paperback). Al-Ghazali | ISBN-
10: 0860371255.
Karim, Adiwarman Aswar. 2001. Ekonomi Islam Suatu Kajian Kontemporer. Jakarta:
Gema Insani Press.
Kavoossi, M and Frank. 1990. The Language Curture Interface in Persian Gulf States Print
Advertesiment : Impications for International Marketing. Journal of International
Customer Research. 31(3). pp. 5-25
Kertajaya, Hermawan dan M. Syakir Sula. Syariah Marketing. Bandung: Mizan, 2006.
Kotler, Philip & Armstrong, Gary. Principles of Marketing. Tenth Edition, Pearson
Prentice Hall , New Jersey. Kotler, Philip & Gary Armstrong. 2004.
Kotler, Phillip,. Manajemen Pemasaran. Edisi Kesebelas Jilid 1, Alih Bahasa: Hendra
Teguh, Ronny A. Rusli dan Benyamin Molan, Jakarta: Prenhallindo, 2005.
Kotler. Managemen Pemasaran : Analisis, Perencanaan, Implementasi, dan Pengendalian.
Edisi 8, Jakarta: Salemba Empat, 1995.
Kotler, Philip, Keller Kevin Lane. Manajemen Pemasaran. Edisi 12. Jilid 2. Jakarta: PT
Indek, 2007.
Kotler, Philip & Kevin L. Keller. Marketing Management. New Jersey: Prentice Hall, 2009.
M.A Manan. Ekonomi Islam : Teori dan Praktik. Yogyakarta: Penerbit PT. Dana Bhakti
Prima Yasa, 1997.
Muflih, Muhammad. Perilaku Konsumen dalam Perspektif Ilmu Ekonomi Islam. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2006.
Muhammad Arham. Islamic perspectives on marketing. Journal of Islamic Marketing, Vol.
1 Iss: 2, pp.149 164, (2010).
M. Ismail Yusanto & M. Karebet Widjajakusuma. Menggagas Bisnis Islami. Gema Insani
SEM Institute, 2002.
Qodry Azizy. Pemikiran Islam Kontemporer di Indonesia,Yogyakarta. Pustaka Pelajar,
2005.

162 Al-Risalah | Volume 13 Nomor 1 Mei 2013

Das könnte Ihnen auch gefallen