Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Darmawati
HUKUM DAGANG
DALAM ISLAM
Hj. Darmawati
Jurusan Syariah STAIN Samarinda
Jl. Wijaya Kusuma 7 No. 82 Samarinda./081347335672.
Abstract
The awareness of the world community to undertake the activities muamalah in Islamic
way grew rapidly. It is proofed by the rise of Sharia financial institutions in various parts
of the world. However, the rapid development of Islamic economy products has not been
offset yet by the rapid development of science. Therefore, the economic development of the
Islamic Science is absolute to become a stabilizer of the rapid development which occurred
at this time. The map of marketing seems to show signs of movement from rational market
to emotional market, even to spiritual market. Since in the rational markets, the consumer
buy goods or services with rational considerations (e.g., function and price), on an
emotional market with consideration of emotions (e.g., personal taste, prestige, self-image),
then on the spiritual market, consumer began to consider spiritual values (good or bad,
halal-haram). This is probably explain why syariah market shows the signs toward the
rapid development with supreme profitability. The syariah concept marketing consists of
strategy, tactics, and value. Syariah marketing strategy designed to win mind-share,
syariah marketing tactic designed to win market-share, and syariah marketing value
designed to win heart-share.
Kesadaran masyarakat dunia untuk melakukan kegiatan muamalah secara Islam tumbuh
dengan pesat. Hal ini dibuktikan dengan munculnya berbagai produk lembaga keuangan
syariah diberbagai belahan dunia. Namun, pesatnya perkembangan produk ekonomi Islam
belum bisa diimbangi dengan pesatnya perkembangan dari sisi keilmuan yang lebih luas.
Untuk itu pengembangan ekonomi Islam dari sisi keilmuan menjadi hal yang mutlak,
untuk menjadi penyeimbang pesatnya perkembangan yang terjadi saat ini. Peta
pemasaran tampaknya menunjukkan tanda-tanda pergerakan dari pasar rasional ke pasar
emosional, bahkan ke pasar spiritual. Jika pada pasar rasional konsumer membeli barang
atau jasa dengan pertimbangan rasional (misalnya, fungsi dan harga), pada pasar
emosional dengan pertimbangan emosi (misalnya, cita rasa personal, prestise, citra-diri),
maka pada pasar spiritual konsumer mulai mempertimbangkan nilai (baik-buruk, halal-
haram). Inilah barangkali yang menjelaskan mengapa pasar syariah menunjukkan tanda-
tanda ke arah perkembangan yang pesat, dengan profitabilitas tertinggi. Konsep syariah
marketing terdiri dari strategi, taktik, dan value. Syariah marketing strategy dirancang
untuk memenangkan mind-share, syariah marketing tactic didesain untuk memenangkan
market-share, dan syariah marketing value direkayasa untuk memenangkan heart-share.
Kata kunci : Muamalah dan Syariah Marketing Strategi
PENDAHULUAN
B
angkitnya peradaban Islam adalah salah-satu peristiwa yang menakjubkan
dalam sejarah hidup manusia. Dalam waktu yang relatif singkat, dari gurun
tandus dan suku bangsa terbelakang, Islam telah hampir menggenangi
separuh dunia, menghancurkan kerajaan-kerajaan besar, memusnahkan beberapa
agama besar yang telah dianut umatnya berabad-abad.1 Islam adalah agama
rahmat bagi seluruh alam (rahmatan lil alamin).2 Islam adalah agama yang
sempurna yang berarti bahwa Islam mengurusi semua hal dalam hidup manusia;
mulai dari aspek ibadah (hubungan manusia dengan Tuhannya), aspek keluarga
(seperti nikah, talak, nafkah, wasiat, warisan), aspek bisnis (perdagangan,
industri, perbankan, asuransi, utang-piutang, pemasaran, hibah), aspek ekonomi
(permodalan, zakat, bait al-maal, fai, ghanimah), aspek hukum dan peradilan, aspek
undang-undang hingga hubungan antar negara. MA. Mannan dalam bukunya
Ekonomi Islam Teori & Praktek menjelaskan bahwa Islam memberikan suatu
sintesis dan rencana yang dapat direalisasikan melalui rangsangan dan
bimbingan.
Perencanaan tidak lain daripada memanfaatkan karunia Allah secara
sistematik untuk mencapai tujuan tertentu, dengan memperhatikan kebutuhan
masyarakat dan nilai kehidupan yang berubah-ubah dalam arti yang lebih luas,
perencanaan menyangkut persiapan menyusun rancangan untuk setiap kegiatan
ekonomi.3 Konsep modern tentang perencanaan, yang harus dipahami dalam arti
terbatas, diakui dalam Islam. Karena perencanaan seperti itu mencakup
pemanfaatan sumber yang disediakan oleh Allah SWT dengan sebaik-baiknya
untuk kehidupan dan kesenangan manusia. Meskipun belum diperoleh bukti
tentang adanya sesuatu pembahasan sistematik tentang masalah tersebut, namun
berbagai perintah dalam Al Quran dan Sunnah menegaskan hal ini. Dalam Al-
Quran tercantum.4
Apabila telah ditunaikan sembahyang maka bertebaranlah kamu dimuka
bumi, dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak agar
kamu beruntung. (Q.S. Al .Jumu ah, 62:10).
Dalam ayat di atas dapat dijelaskan makna dalam kata carilah karunia
Allah yang digunakan didalamnya dimaksudkan untuk segala usaha halal yang
melibatkan orang untuk memenuhi kebutuhannya.
Islam adalah agama yang mampu menyeimbangkan antara dunia dan
akhirat antara hablum minallah (hubungan dengan Allah) dan hablumninannas
(hubungan antara sesama manusia).5 Islam agama yang sangat luar biasa. Islam
agama yang lengkap, yang berarti mengurusi semua hal dalam hidup manusia.
Islam agama yang mampu menyeimbangkan dunia dan akhirat; antara hablum
minallah (hubungan dengan Allah) dan hablum minannaas (hubungan sesama
manusia). Alasan dibalik sempurnanya ajaran Islam lengkap karena Islam agama
terakhir sehingga harus mampu memecahkan berbagai persoalan besar manusia.
Jika manusia hidup tanpa petunjuk dan hidayah Allah SWT, hasilnya adalah
kekacauan: manusia tidak peduli lagi dengan apa yang namanya baik dan apa
yang namanya buruk. Manusia menerapkan hukum rimba dalam menjalankan
aktivitas kehidupan sehari-hari.
Islam mengajarkan umatnya untuk melibatkan diri dalam berdagang
untuk mencapai kesejahteraan ekonomi.6 Dalam Al-Quran Surat An-Nisaa : 29
dinyatakan :7
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu
membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu.
Berdasarkan ayat di atas, jelas bahwa Islam sangat mendorong umatnya
untuk menjadi seorang pedagang. Berdagang adalah sesuatu hal penting dalam
Islam, begitu pentingnya berdagang dalam Islam hingga Allah SWT menunjuk
Muhammad sebagai seorang pedagang sangat sukses sebelum beliau diangkat
menjadi nabi. Berbicara tentang dunia perdagangan, pasti tidak akan bisa lepas
dari pemasaran. Karena ketika sebuah perusahaan menjalankan bisnisnya,
departemen pemasaran memainkan perannya dalam mengirimkan produk dan
jasa yang disesuaikan dengan ekspektasi konsumen.8
5 Qodry Azizy. Pemikiran Islam Kontemporer di Indonesia, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005,
h. 47.
6 Muhammad Arham, "Islamic perspectives on marketing", Journal of Islamic Marketing, Vol.
Saat ini semakin banyak masyarakat dunia yang sadar tentang kegiatan
bermuamalah secara Islam. Salah satu buktinya adalah pesatnya perkembangan
minat masyarakat dunia terhadap ekonomi Islam dalam dua dekade terakhir,9
Indonesia sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia juga mengalami
hal yang sama. Hal ini dibuktikan dengan semakin bermunculan berbagai produk
yang berbau ekonomi Islam. Saat ini perkembangan yang mencolok adalah
produk yang bersentuhan dengan bidang lembaga keuangan. Namun, pesatnya
perkembangan produk ekonomi Islam belum bisa diimbangi dengan pesatnya
perkembangan dari sisi keilmuan yang lebih luas. Jika hal ini terjadi secara terus-
menerus maka akan terjadi ketimpangan didalam perkembangan ekonomi Islam
ke depan. Untuk itu pengembangan ekonomi Islam dari sisi keilmuan menjadi hal
yang mutlak, untuk menjadi penyeimbang pesatnya perkembangan yang terjadi
saat ini.
Tulisan yang diangkat ini mencoba untuk memperkaya khazanah
keilmuan bidang manajemen, khususnya manajemen pemasaran dengan
melakukan kajian teoritis terhadap konsep pemasaran dalam Islam. Dalam
melakukan kajian teoritis ini, konsep pemasaran dalam Islam yang dibahas masih
disandarkan pada teori pemasaran konvensional, karena perkembangan keilmuan
ekonomi Islam saat ini masih dalam tataran tahap introduction, berbeda dengan
konsep pemasaran konvensional yang sudah mapan.
Oleh karena itu, dari titik tolak yang terjadi ini, kami mencoba untuk
melakukan kajian teoritis terhadap konsep 4P (Product, Place, Price dan Promotion)
dalam marketing mix yang biasa digunakan dalam pemasaran konvensional.
Konsep 4P (Product, Place, Price dan Promotion) dalam marketing mix ini akan
dianalisis dan dikaji secara mendetail dengan menggunakan rujukan dari Al-
Quran, Al Hadits, Ijma dan Qiyas. Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah
diperoleh kajian tentang marketing mix berdasarkan tuntunan ajaran Islam.
PEMBAHASAN
9 Amelia, Rendra.. Evaluasi Kesehatan Bank dengan Menggunakan. CAMELS di BPR / BKK di
11 Husain Umar. Manajemen Riset dan Perilaku Konsumen, Jakarta: PT. Gramedia. Pusat.
2005, h. 35.
12 Hermawan Kartajaya, Muhammad Syakir Sula. Syariah Marketing, MarkPlus & Co., ,
14 Muflih, Muhammad. Perilaku Konsumen dalam Perspektif Ilmu Ekonomi Islam. Jakarta: PT.
h.a27.
1. Produk
Definisi produk menurut Kotler adalah A product is a thing that can be
offered to a market to satisfy a want or need.21 Produk adalah sesuatu yang bisa
ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian, pembelian, pemakaian, atau
konsumsi yang dapat memenuhi keinginan atau kebutuhan. Kotler dan Keller
mendefinisikan produk sebagai segala sesuatu yang dapat ditawarkan pada pasar
untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan.22 Namun, jika ditinjau dari perspektif
syariah, Islam memiliki batasan tertentu yang lebih spesifik mengenai definisi
produk. Menurut Al Muslih (2004, 331-386), ada tiga hal yang perlu dipenuhi
dalam menawarkan sebuah produk; 1) produk yang ditawarkan memiliki
kejelasan barang, kejelasan ukuran/ takaran, kejelasan komposisi, tidak rusak/
kadaluarsa dan menggunakan bahan yang baik, 2) produk yang diperjual-belikan
adalah produk yang halal dan 3) dalam promosi maupun iklan tidak melakukan
kebohongan.23
Dalam sebuah haditst nabi yang diriwayatkan oleh Tirmidzi, Rasulullah
saw., mengatakan bahwa jika barang itu rusak katakanlah rusak, jangan engkau
sembunyikan. Jika barang itu murah, jangan engkau katakan mahal. Jika barang
ini jelek katakanlah jelek, jangan engkau katakan bagus.
Hadits tersebut juga didukung hadits riwayat Ibnu Majah dan Ibnu
Hambal, Tidak dihalalkan bagi seorang muslim menjual barang yang cacat, kecuali ia
memberitahukannya,. Pernyataan lebih tegas disebutkan dalam Al-Quran Surat Al
Muthaffifiin yang artinya kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, (yaitu)
orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, dan
apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi.24
Uraian di atas jelas mengatakan bahwa hukum menjual produk cacat dan
disembunyikan adalah haram. Artinya, produk meliputi barang dan jasa yang
ditawarkan pada calon pembeli haruslah yang berkualitas sesuai dengan yang
dijanjikan. Persyaratan mutlak yang juga harus ada dalam sebuah produk adalah
harus memenuhi kriteria halal. Dalam QS Surat An-Nahl Allah SWT berfirman :25
h. 358.
23 Muflih, Muhammad. Perilaku Konsumen dalam Perspektif Ilmu Ekonomi Islam, Jakarta: PT.
Makanlah olehmu makanan yang baik-baik (halal) dan kerjakan amal shalih.
(Al-Muminuun: 51).
2. Harga
Definisi harga menurut Kotler adalah Price is the amount of money charged
for a product or service. More broadly, price is the sum of all the value that consumers
exchange for the benefits of having or using the product or service.27 Harga adalah
sejumlah uang yang dibebankan untuk sebuah produk atau jasa. Secara lebih luas,
harga adalah keseluruhan nilai yang ditukarkan konsumen untuk mendapatkan
keuntungan dari kepemilikan terhadap sebuah produk atau jasa. Menurut Ferrel
dan Hartline, price merupakan isu kunci dari marketing mix.28 Karena harga
digunakan untuk mengartikan kualitas sebelum konsumen mendapatkan
pengalaman membeli. Kotler mengatakan harga adalah satu-satunya elemen
dalam marketing mix yang menghasilkan pendapatan; sedangkan elemen lain
hanya menghasilkan biaya.29
Kotler dan Keller mengklasifikasikan harga meliputi daftar harga diskon, periode
pembayaran, dan syarat kredit30. Menurut Yusanto dan Widjajakusuma terhadap
pelanggan, harga akan disajikan secara kompetitif.31 Senada dengan pendapat itu,
Arifin menjelaskan bahwa harga harus benar-benar kompetitif, antara pebisnis
satu dengan yang lainnya. Islam sependapat dengan penentuan harga yang
kompetitif.32 Namun dalam menentukan harga tidak boleh menggunakan cara-
cara yang merugikan pebisnis lainnya. Islam tentu memperbolehkan pedagang
untuk mengambil keuntungan. Karena hakikat dari berdagang adalah untuk
mencari keuntungan. Namun, untuk mengambil keuntungan tersebut janganlah
26 QS Al-Muminuun : 51
27 Kotler, Phillip. Manajemen Pemasaran, Edisi Kesebelas Jilid 1, Alih Bahasa: Hendra Teguh,
Ronny A. Rusli dan Benyamin Molan, Jakarta : Prenhallindo, 2005, h. 43
28 Michael G Hartline dan Farrell. Marketing Strategy By Ferrell & Hartline, 4th, Fourth
h. 63.
31 M. Ismail Yusanto & M. Karebet Widjajakusuma. Menggagas Bisnis Islami, Gema Insani
berlebih-lebihan.33 Karena, jika harga yang ditetapkan adalah harga wajar, maka
pedagang tersebut pasti akan unggul dalam kuantitas. Dengan kata lain,
mendapat banyak keuntungan dari banyaknya jumlah barang yang terjual, dan
tampak nyatalah keberkahan rizkinya (Ghazali, 1983: 309). Dalam proses
penentuan harga, Islam juga memandang bahwa harga haruslah disesuaikan
dengan kondisi barang yang dijual. Nabi Muhammad saw., pernah marah saat
melihat seorang pedagang menyembunyikan jagung basah di bawah jagung
kering, kemudian si pedagang menjualnya dengan harga tinggi.34
Dalam sebuah haditst nabi yang diriwayatkan oleh H.R Muslim beliau
mengatakan:
Mengapa tidak engkau letakkan yang kebasahan itu diatas bahan makanan itu,
sehingga orang-orang dapat mengetahui keadaannya. Barang siapa menipu, maka ia
bukanlah masuk golongan kita.
Hadits di atas mengindikasikan jika memang barang itu bagus, maka
wajar jika harganya mahal. Namun jika barang itu jelek kualitasnya, sudah
sewajarnya dijual dengan harga murah. Nabi Muhammad saw., mengajarkan
penetapan harga yang baik. Barang yang bagus dijual dengan harga bagus. Dan
barang dengan kualitas lebih rendah dijual dengan harga yang lebih rendah.
Tidak selayaknya barang yang jelek dijual dengan harga mahal.
Rasulullah saw., juga melarang perihal najasy (false demand). Transaksi
najasy diharamkan karena si penjual menyuruh orang lain memuji barangnya atau
menawar dengan harga tinggi agar orang lain tertarik untuk membeli.35 Padahal,
si penawar sendiri tidak bermaksud untuk benar-benar membeli barang tersebut.
Ia hanya ingin menipu orang lain yang benar-benar ingin membeli. Sebelumnya,
orang ini telah mengadakan kesepakatan dengan penjual untuk membeli dengan
harga tinggi agar ada pembeli yang sesungguhnya dengan harga yang tinggi pula
dengan maksud untuk ditipu. Akibatnya terjadi permintaan palsu atau false
demand.
3. Place
Definisi menurut Kotler mengenai distribusi adalah The various the
company undertakes to make the product accessible and available to target customer.36
Berbagai kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk membuat produknya mudah
diperoleh dan tersedia untuk konsumen sasaran. Kotler dan Keller mengatakan
distribusi meliputi jenis hubungan, perantara, penyimpanan, lokasi, dan
37 Kotler, Philip & Kevin L. Keller. Marketing Management, New Jersey: Prentice Hall, 2009,
h. 63.
38 M. Ismail Yusanto & M. Karebet Widjajakusuma. Menggagas Bisnis Islami, Gema Insani
SEM Institute, 2002, h. 170.
39 Ibid. h. 21
40 Inner Dimensions of Islamic Worship by Al-Ghazali. ISBN-10: 0860371255. (1983,
Paperback), h. 305.
41 Karim, Adiwarman Aswar. Ekonomi Islam Suatu Kajian Kontemporer. Jakarta: Gema Insani
4. Promosi
Definisi menurut Stanton et al adalah Promotion mix is the combination of
operasional selling, sales person, public relation. These are the promotional tools that help
an organization to achieve its marketing objective.42
Sedangkan menurut Kotler yang dimaksud dengan promosi adalah:
Promotion includes all the activities the companyundertakes to communicate and
promote its product the target market43. Promotion adalah sarana yang digunakan
perusahaan dalam upaya untuk menginformasikan, membujuk dan
mengingatkan konsumen langsung atau tidak langsung- tentang produk dan
merek yang mereka jual.44 Salah satu tujuan promosi dalam periklanan adalah
untuk memberitahukan atau mendidik konsumen. Tujuan promosi lain menurut
Kotler dan Amstrong adalah menginformasikan keadaan terkini kepada
konsumen potensial tentang keberadaan produk atau jasa, untuk mengajak
konsumen merubah perilaku mereka dalam percobaan produk atau pembelian,
untuk mengembangkan sikap baik terhadap produk, merek atau perusahaan dan
untuk mengingatkan konsumen tentang keunggulan produk.
Pemasar perlu mempertimbangkan beberapa faktor dalam menciptakan
dan mengantarkan pesan yang efektif.45 Faktor-faktor ini meliputi, pembatasan
tipe media yang digunakan, kemampuan untuk mempromosikan produk-produk
tertentu, citra periklanan, grup sosial dan aturan pemerintah.46 Setiap pesan yang
disampaikan dalam promosi akan menawarkan dua hal, yaitu alasan untuk
membeli (melalui iklan) dan insentif untuk membeli (melalui promosi penjualan).
Dalam pemasaran konvensional, promosi tidak bersinggungan secara langsung
pada nilai-nilai religius yang mengatur setiap proses dalam promosi sesuai
dengan aturan-aturan agama Islam.47 Kavoossi dan Frank meneliti perilaku
berlebihan dalam membuat pernyataan dalam periklanan di Amerika. Mereka
mencatat penekanannya ada pada keawetan produk, kualitas dan berbagai hal
yang berkaitan dengan barang yang ditawarkan dan penjual.
Semua pesan dalam periklanan yang mengikuti ajaran Islam akan
menyebarkan moral yang baik, seperti wanita dengan perilaku dan pakaian yang
pantas, yang mengasumsikan pesan tersebut berperan sebagai kontribusi positif
untuk keluarga dan masyarakat secara keseluruhan, melawan kebiasaan wanita
42 Stanton, Neville, et.al. 2005. Handbook of Human Factors and Ergonomic Methods. USA. CRS
Press. 23.
43 Kotler, Phillip. Manajemen Pemasaran, Edisi Kesebelas Jilid 1, Alih Bahasa: Hendra Teguh,
Ronny A. Rusli dan Benyamin Molan, Jakarta: Prenhallindo, 2005, h. 53
44 Kotler, Philip, Keller Kevin Lane. Manajemen Pemasaran Edisi 12. Jilid 2. Jakarta : PT
sebagai objek hasrat seksual. Pemasar atau produser periklanan di dunia muslim
akan mendapat benefit dengan meningkatkan dan memahami nilai-nilai muslim.48
Dengan demikian, calon pembeli muslim akan merasakan keterkaitan secara
emosional. Calon pembeli non-muslim pun mungkin akan merasa lebih yakin
dengan produk tersebut karena adanya nilai universal yang baik dan berlaku
umum yang dapat ditunjukkan Islam sebagai agama yang rahmatan lil alamin.
Al-Quran tidak melarang adanya periklanan dan memang periklanan
dapat digunakan untuk mempromosikan kebenaran Islam.49 Namun, periklanan
yang berisi tentang pernyataan-pernyataan yang dilebih-lebihkan termasuk
kedalam bentuk penipuan, tidak peduli apakah deskripsi pernyataan tersebut
sebagai metafor atau sebagai kiasan tentu sudah pasti dilarang. Hal ini tersirat
dalam hadits-hadits berikut:
Pedagang yang jujur dan dapat dipercaya akan bersama para nabi, orang-orang yang
benar-benar tulus dan para syuhada (HR. Tarmidzi dan Ibnu Majah). Allah akan
memberikan rahmat-Nya kepada setiap orang yang bersikap baik ketika menjual, membeli,
dan membuat suatu pernyataan (HR. Bukhari). Sumpah palsu itu merusakkan dagangan
dan melenyapkan keberkahan pekerjaan (HR. Bukhari dan Muslim). Celakalah bagi
seseorang pedagang yang suka menyebutkan:..ya, demi Allah atau tidak, demi Allah.
Celaka pulalah bagi seorang pekerja yang menunda-nunda kerjanya sampai besok atau
besok lusa (HR. Anas r.a).
Dari pembahasan marketing mix di atas maka dapat diambil inti sari
bahwa bauran pemasaran (marketing mix) harus memenuhi karakteristik marketing
syariah yang menjadi panduan bagi pemasar di antaranya:50 1. Teistis (rabbaniyyah):
jiwa seorang syariah marketer meyakini bahwa hukum-hukum syariat yang teistis
atau bersifat ketuhanan ini adalah yang paling adil, paling sempurna, paling
selaras dengan segala bentuk kebaikan, paling dapat mencegah segala bentuk
kerusakan, paling mampu mewujudkan kebenaran, memusnahkan kebatilan dan
menyebarluaskan kemaslahatan; 2. Etis (akhlaqiyyah) yaitu keistimewaan lain dari
syariah marketer selain karena teistis (rabbaniyyah) juga karena ia sangat
mengedepankan masalah akhlak (moral dan etika) dalam seluruh aspek
kegiatannya, karena nilai-nilai moral dan etika adalah nilai yang bersifat
universal, yang diajarkan oleh semua agama; 3. Realistis (al-waqiyyah) yaitu
pemasaran syariah adalah konsep pemasaran yang fleksibel, sebagaimana
keluasan dan keluwesan syariah Islamiyah yang melandasinya. Pemasar syariah
adalah para pemasar professional dengan penampilan yang bersih, rapi dan
bersahaja, apapun model atau gaya berpakaian yang dikenakannya, bekerja
dengan mengedepankan nilai-nilai religius, kesalehan, aspek moral dan kejujuran
48 Rice and Al-Mossawi. Paper Islamic Credit and Microfinance. United Nations Human
Settlements Programme UN-HABITAT. 2002.
49 Al-Makaty, et. Al. 1996. The Saudi Arabian respondents in the study. Journal of the
h.a37
1) Mencintai konsumen
Konsumen adalah seorang raja yang harus dihormati. Berdasarkan konsep
syariah, seorang marketer harus mencintai konsumen sebagaimana layaknya
mencintai diri sendiri. Layani calon konsumen dan pelanggan dengan sepenuh
hati.
2) Jadikan Jujur dan Transparan sebuah brand
Saat memasarkan sebuah barang, ungkapkanlah kelemahan serta keuntungan
dari produk tersebut. Dalam marketing konvensional hanya mengungkapkan
sisi kelebihan produk sedangkan kelemahan produk tidak ditampilkan.
Pemasaran jenis ini akan membahayakan konsumen sebagai pemakai yang
pada akhirnya akan berdampak pada citra buruk bagi perusahaan. Jadi orang
membeli karena butuh dan sesuai dengan keinginan dan kebutuhan, bukan
karena diskonnya.
3) Segmentasi Pasar Sistemnya Nabi
Berikan good value untuk barang yang dijual. Rasulullah mengajarkan
segmentasi, barang bagus dijual dengan harga bagus (tinggi) dan barang
dengan kualitas lebih rendah dijual dengan harga yang lebih rendah.
4) Penuhi Janji
Nilai sebuah produk harus disesuaikan dengan apa yang dijanjikan. Hal ini
akan menjamin kepuasan pelanggan.
5) Menjaga Keseimbangan Alam
Orang berbisnis itu harus menjaga kelangsungan alam, tidak merusak
lingkungan. Berbisnis juga ditujukan untuk menolong manusia yang miskin
dan bukan menghasilkan keuntungan untuk segelintir orang saja. Menurut
Hermawan Kartajaya (pakar dan Guru Marketing) bahwa syariah marketing
sangat baik diterapkan dalam peta bisnis di Indonesia dan dia akan bertahan,
karena prinsip dasarnya adalah kejujuran. Ini yang dibutuhkan oleh semua
orang.
Pasar dalam perspektif ekonomi Islam berbeda dengan yang ada pada
ekonomi konvensional. Karena sasaran yang hendak dicapai dari pergerakan
pasar adalah kebahagiaan bagi semua manusia, dalam hal ini terdiri dari
konsumen dan produsen, tanpa mencederai suatu pihak manapun. Kebahagiaan
adalah keinginan semua manusia, dia akan dicapai manakala manusia itu mampu
membatasi dirinya terhadap bentuk-bentuk kemungkaran. Dalam ekonomi Islam
mempunyai aturan khas dalam supply dan demand. Pasar yang mewadahi
interaksi supply dan demand hanya untuk jenis komoditi yang halal saja. Komoditi
haram, apapun bentuk dan sifatnya, sama sekali dilarang untuk diperjualbelikan.
Dalam demand, konsumen diajarkan untuk berbelanja pada jenis barang yang
dibutuhkan. Jumlah yang dibeli juga tidak boleh melebihi batas kewajaran. Hal ini
menghindarkan konsumen dari kebiasaan ishraf (berlebihan). Dalam supply,
produsen hanya memproduksi barang dalam kapasitas yang dibutuhkan
konsumen. Produsen selalu menghindari upaya yang mengakibatkan terkurasnya
cadangan sumber daya alam, kerusakan alam, termasuk upaya merugikan
konsumen maupun produsen sendiri. Supply yang berlebihan akan merugikan
alam dan produsen, karena alam yang tereksploitasi dengan cara yang tidak baik
PENUTUP
Berdasar pembahasan kajian teoritis manajemen pemasaran dalam Islam
di atas, penulis berkesimpulan bahwa konsep pemasaran, yang dalam hal ini
difokuskan pada tinjauan marketing mix, sebenarnya telah ada sejak lebih dari 1400
tahun lalu. Penemuan-penemuan ahli pemasaran dunia tentang konsep marketing
mix seperti Neil Borden tahun 1953, lalu Rasmussen (1955), kemudian McCharthy
(1960) dan Kotler (1967), sebenarnya sudah dipraktikkan oleh Nabi Muhammad
SAW beserta para sahabat dan tabiin sejak ribuan tahun lalu. Namun memang
jarang bahkan mungkin belum ada yang mendefinisikan itu sebagai konsep
marketing mix. Di dalam konsep marketing mix Islami, ternyata di dapat
bahwasannya dalam melakukan suatu pemasaran, baik barang maupun jasa,
tidaklah bebas nilai. Sebagai seorang khalifah di muka bumi, manusia juga
dituntut untuk menjaga kesejahteraan masyarakat secara umum, dengan
berdagang menggunakan cara yang halal dan diridhoi oleh Allah SWT.
Penelitian lanjutan dapat dilakukan dengan meneliti lebih dalam dan
lebih luas lagi tentang manajemen pemasaran dalam Islam. Sehingga nantinya
akan di dapat suatu konsep manajemen pemasaran syariah yang kompleks dan
komprehensif, yang nantinya dapat digunakan untuk memperkaya khasanah
manajemen pemasaran syariah.
DAFTAR PUSTAKA