Sie sind auf Seite 1von 3

Kajian Cadangan Karbon Pada Perkebunan Kakao

Dengan Pendekatan Neraca Energi Dan Leaf Area Index


Tanaman Kakao
Tugas Mata Kuliah : Prinsip Teknik Lingkungan
Oleh : Nahdia ; Nim : P0302216004 ; Jurusan : Teknologi Lingkungan
Prodi : Pengelolaan Lingkungan Hidup ; Pasca Sarjana/S2 Universitas
Hasanuddin.

I. LATAR BELAKANG

Konversi hutan dan perubahan penggunaan lahan di daerah tropis merupakan faktor utama
yang menyebabkan kerugian stok karbon dan meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer.
Praktik pertanian menyebabkan pengurangan cadangan karbon ekosistem terutama karena
pemindahan biomassa di atas tanah sebagai panen dengan pembakaran dan / atau penguraian,
hilangnya karbon tanah sebagai CO2, dan hilangnya tanah C akibat erosi. Penggundulan hutan tropis
menyumbang 25% dari emisi CO2 tahunan bersih _IPCC 2000_ dan 10% dari emisi N2O global
(Bouwman et al. 1995).
Estimasi potensial penyerapan C dan kehilangan karbon pada sistem penggunaan lahan yang
berbeda dapat diperoleh dengan menggabungkan informasi tentang stok C di atas tanah dan waktu
dan nilai C tanah dari sistem. Sebagian besar data yang tersedia mengenai penyerapan C dalam sistem
yang dikelola di daerah tropis lembab ada di padang rumput, dimana dilaporkan secara luas bahwa
ada kemungkinan untuk meningkatkan penyimpanan tanah C setelah konversi hutan ke padang
rumput di Amazon, seperti yang diulas ( Lugo dan Brown _1993_, Fisher Et al. _1994_, Guo dan
Gifford _2002_ dan Fernandes dkk. 2002). Namun, ulasan ini kontras dengan kesimpulan oleh
Cadisch dkk. _1998_ bahwa hanya padang rumput yang dikelola dengan baik yang berpotensi untuk
penyerapan C. Di sisi lain, konversi hutan dan padang rumput menjadi sistem tanam terus-menerus
secara konsisten menyebabkan penurunan 50% - 60% stok tanah C, seperti yang diulas (van
Noordwijk dkk. _1997_ dan Guo dan Gifford 2, 002).
Kehilangan cadangan C dari konversi hutan alam menjadi hutan bekas tebangan di Brasil,
Indonesia dan Kamerun Berkisar antara 100 Mg C ha-1 sampai 150 Mg C ha-1 (Palm et al. 2000;
Hairiah dkk. 2001). Data ini juga menunjukkan bahwa sebagian besar C hilang di vegetasi setelah
konversi hutan, dengan sedikit kerugian dari kolam bahan organik tanah. Konversi lebih lanjut ke
sistem tanam atau penggembalaan terus menerus menyebabkan hilangnya hampir semua persediaan di
atas tanah dan sekitar 25 Mg C ha-1 dari kolam bahan organik tanah di permukaan 20 cm .

Figure 1. Aboveground and soil time-averaged


carbon stocks in forests, agroforestry systems
and croplands/pastures under slash-and-burn
systems in the humid tropics of Brazil and
Cameroon _ , Palm et al. 2000_, and Indonesia
_", Hairiah et al. 2001; Murdiyarso et al.
2000_. Soil C stocks are given under the zero-
line. na _ not available.

Palm et al. 2000. Konversi hutan bekas tebangan menjadi hutan Sistem agroforestry berbasis
pohon menyebabkan kerugian Di atas permukaan C berkisar antara 70 sampai 140 Mg C ha-1. Dan
kurang dari 10 Mg C ha-1 dari permukaan tanah organik (Hairiah Et al. 2001). Dari lahan pertanian
Hasil penyerapan karbon yang dihasilkan berkisar antara 10 sampai 70 Mg C ha-1 di vegetasi Dan 5
sampai 15 Mg C ha-1 di tanah lapisan atas, selama periode tertentu d ari 25 tahun (Palm et al.2000).
Besarnya perubahan yang terjadi pada stok C, potensi untuk penyerapan C cepat di daerah
tropis lembab terutama di vegetasi, dan pada tingkat yang lebih rendah di lapisan atas, meski kurang
diketahui tentang potensi perubahan C di tanah pada kedalaman yang lebih dalam. Sebagian besar
analisis perubahan dalam stok karbon, bagaimanapun, tidak diperhitungkan Biomassa akar pohon di
hutan atau agroforestry Sistem, mungkin karena metodologisnya Kompleksitas untuk mengukurnya
secara akurat.

II. NERACA ENERGI

Neraca energi merupakan kesetimbangan antara masukan energi dari matahari dengan
kehilangan energi oleh permukaan setelah melalui proses-proses yang kompleks. Neraca energi dapat
digunakan sebagai penciri kondisi iklim lokal suatu lokasi yang memberikan informasi nilai masing-
masing komponen radiasi yang terkonversi menjadi fluks pemanasan laten, fluks pemanasan udara
dan fluks pemanasan tanah. Nilai radiasi netto (Rn) dapat dihitung dari persamaan (Imrak et al. 2003),

Rn = Rns + Rnl

Dimana ; Rn adalah radiasi netto (Wm-2); Rns adalah radiasi netto gelombang pendek (Wm-2);
Radiasi netto gelombang pendek merupakan selisih antara radiasi yang datang dengan radiasi yang
dipantulkan.

Rns = (1 )Rs

Dimana; albedo permukaan dan Rs adalah total radiasi gelombang pendek yang datang (Wm-2).

III. INTERAKSI RADIASI MATAHARI DENGAN KANOPI TANAMAN

Radiasi matahari mempunyai peran penting dalam pemanasan dan fotosintesis tanaman serta
dalam proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Radiasi matahari yang sampai pada kanopi
tanaman sebagian akan diserap, dipantulkan dan diteruskan atau masuk melalui celah daun hingga
sampai pada lantai hutan (Pinty et al. 1997).
Ketiga variabel tersebut merupakan komponen dasar dari hukum kekekalan energi. Jika
bagian yang dipantulkan (refleksi) dari tanah di bawah kanopi adalah nol, maka hukum kekekalan
energi dapat dinyatakan sebagai (Huang et al. 2006):

r() + a() + t() = 1

Persamaan diatas menunjukkan bahwa radiasi yang diserap (absorbsi), dipantulkan (refleksi) dan
diteruskan (transmisi) sama dengan insiden radiasi pada kanopi. Adanya proses-proses tersebut
menyebabkan terjadinya perubahan spektrum dari radiasi matahari dipuncak, tengah dan dasar kanopi.
IV. PERHITUNGAN LAI (LEAF AREA INDEX)

Pendugaan nilai LAI dilakukan dengan pendekatan neraca energi. LAI dapat dihitung melalui
hukum Beer-Lambert. Prinsip kerja hukum Beer-Lambert adalah hubungan empiris dari cahaya yang
meradiasi sebuah optik (permukaan homogen) dan optik tersebut menyerap (absorbsi) serta
meneruskan (transmisi) radiasi dari cahaya tersebut. Asumsi yang digunakan dalam perhitungan LAI
dengan pendekatan hukum Beer-Lambert diantaranya adalah bahwa tajuk tumbuhan adalah homogen
(dapat dipenuhi oleh sifat komposit nilai pixel satelit yang digunakan), semua radiasi matahari
langsung mengenai permukaan daun, langit dalam kondisi isotropik, dan nilai koefisien pemadaman
(k) adalah konstan.
Koefisien pemadaman untuk tanaman akasia sebesar 0.45 (Meinzer et al. 1996). Berdasarkan
besarnya radiasi surya yang diabsorbsi dan ditransmisi oleh kanopi tanaman Kakao serta nilai dari
suatu koefisien pemadaman, nilai LAI dapat diketahui dengan pendekatan hukum Beer-Lambert
(Pierce and Running 1988) :

I = Ioe-kLAI

Ln = -k.LAI

LAI = ((Ln )/(-k))

keterangan :
LAI = Leaf area index (unitless)
I = Radiasi yang ditransmisikan oleh su)atu kanopi (W m-2)
Io = Radiasi di permukaan kanopi (W m-2)
k = Koefisien pemadaman

V. PERHITUNGAN BIOMASSA DAN KARBON

Produksi biomassa potensial dihitung berdasarkan hasil kali antara efisiensi penggunaan
radiasi surya ( )dengan radiasi intersepsi (Qint). Efisiensi penggunaan radiasi surya pada tanaman A.
mangium sebesar 1.75 x10-3 kg MJ-1 (Khasanah et al. 2006).

Bb = Qint =10( (1- e-k LAI) Rs in )

Keterangan :

Bb = Produksi biomassa potensial (ton ha-1)


= Efisiensi penggunaan radiasi (kg MJ-1)
Qint = Radiasi intersepsi (MJ m-2)
10 = Faktor konversi (1 kg m-2 = 10 ton ha-1)
LAI = Leaf Area Index(unitless)
k = Koefisien pemadaman
Rs in = Radiasi surya di atas tajuk tanaman (W m-2)

Nilai karbon dapat diduga berdasarkan biomassa potensial tanaman dengan persamaan (Brown 1997)
:
C = 0.5*Biomassa (ton C ha-1`)

Das könnte Ihnen auch gefallen