Sie sind auf Seite 1von 10

SENSOR & AKTUATOR

RESUME
DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
SENSOR DAN AKTUATOR

Disusun oleh :

Fajar Dwika Darmawan 140431100057

Kelas :

Sensor dan Aktuator B

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
SEPTEMBER 2017
I. Sensor
A. Pengertian Sensor

Sensor adalah alat yang dapat digunakan untuk mendeteksi dan


sering berfungsi untuk mengukur magnitude sesuatu. Sensor adalah jenis
transduser yang digunakan untuk mengubah variasi mekanis, magnetis,
panas, sinar dan kimia menjadi tegangan dan arus listrik. Sensor biasanya
dikategorikan melalui pengukur dan memegang peranan penting dalam
pengendalian proses pabrikasi modern. Sensor memberikan ekivalen mata,
pendengaran, hidung lidah dan menjadi otak mikroprosesor dari sistem
otomatisasi industri.
B. Macam-macam Sensor
1. Sensor Proximity
Sensor proximity merupakan sensor atau saklar yang dapat
mendeteksi adanya target jenis logam dengan tanpa adanya kontak fisik.
Biasanya sensor ini tediri dari alat elektronis solid-state yang terbungkus
rapat untuk melindungi dari pengaruh getaran, cairan, kimiawi, dan korosif
yang berlebihan. Sensor proximity dapat diaplikasikan pada kondisi
penginderaan pada objek yang dianggap terlalu kecil atau lunak untuk
menggerakkan suatu mekanis saklar.

Gambar 1. Sensor proximity


2. Sensor Magnet

Sensor Magnet atau disebut juga relai buluh, adalah alat yang akan
terpengaruh medan magnet dan akan memberikan perubahan kondisi pada
keluaran. Seperti layaknya saklar dua kondisi (on/off) yang digerakkan oleh
adanya medan magnet di sekitarnya. Biasanya sensor ini dikemas dalam
bentuk kemasan yang hampa dan bebas dari debu, kelembapan, asap
ataupun uap.

Gambar 2. Sensor proximity


3. Sensor Ultrasonik

Sensor ultrasonik bekerja berdasarkan prinsip pantulan gelombang


suara, dimana sensor ini menghasilkan gelombang suara yang kemudian
menangkapnya kembali dengan perbedaan waktu sebagai dasar
penginderaannya. Perbedaan waktu antara gelombang suara dipancarkan
dengan ditangkapnya kembali gelombang suara tersebut adalah berbanding
lurus dengan jarak atau tinggi objek yang memantulkannya. Jenis objek
yang dapat diindera diantaranya adalah: objek padat, cair, butiran maupun
tekstil.

Gambar 3. Sensor ultrasonik


4. Sensor Sinar (Cahaya)

Sensor sinar terdiri dari 3 kategori. Fotovoltaic atau sel solar adalah
alat sensor sinar yang mengubah energi sinar langsung menjadi energi
listrik, dengan adanya penyinaran cahaya akan menyebabkan pergerakan
elektron dan menghasilkan tegangan. Demikian pula dengan Fotokonduktif
(fotoresistif) yang akan memberikan perubahan tahanan (resistansi) pada
selselnya, semakin tinggi intensitas cahaya yang terima, maka akan semakin
kecil pula nilai tahanannya. Sedangkan Fotolistrik adalah sensor yang
berprinsip kerja berdasarkan pantulan karena perubahan posisi/jarak suatu
sumber sinar (inframerah atau laser) ataupun target pemantulnya, yang
terdiri dari pasangan sumber cahaya dan penerima.

Gambar 4. Sensor Cahaya (LDR)


5. Sensor Kecepatan (RPM)

Proses penginderaan sensor kecepatan merupakan proses kebalikan


dari suatu motor, dimana suatu poros/object yang berputar pada suatu
generator akan menghasilkan suatu tegangan yang sebanding dengan
kecepatan putaran object. Kecepatan putar sering pula diukur dengan
menggunakan sensor yang mengindera pulsa magnetis (induksi) yang
timbul saat medan magnetis terjadi.

Gambar 5. Sensor RPM


6. Sensor Tekanan

Sensor tekanan - sensor ini memiliki transduser yang mengukur


ketegangan kawat, dimana mengubah tegangan mekanis menjadi sinyal
listrik. Dasar penginderaannya pada perubahan tahanan pengantar
(transduser) yang berubah akibat perubahan panjang dan luas
penampangnya.

Gambar 6. Sensor tekanan


7. Sensor Suhu
Terdapat 4 jenis utama sensor suhu yang umum digunakan, yaitu
thermocouple (T/C), resistance temperature detector (RTD), termistor dan
IC sensor. Thermocouple pada intinya terdiri dari sepasang transduser panas
dan dingin yang disambungkan dan dileburbersama, dimana terdapat
perbedaan yang timbul antara sambungan tersebut dengan sambungan
referensi yang berfungsi sebagai pembanding. Resistance Temperature
Detector (RTD) memiliki prinsip dasar pada tahanan listrik dari logam yang
bervariasi sebanding dengan suhu. Kesebandingan variasi ini adalah presisi
dengan tingkat konsisten/kestabilan yang tinggi pada pendeteksian tahanan.
Platina adalah bahan yang sering digunakan karena memiliki tahanan suhu,
kelinearan, stabilitas dan reproduksibilitas. Termistor adalah resistor yang
peka terhadap panas yang biasanya mempunyai koefisien suhu negatif,
karena saat suhu meningkat maka tahanan menurun atau sebaliknya. Jenis
ini sangat peka dengan perubahan tahan 5% per C sehingga mampu
mendeteksi perubahan suhu yang kecil. Sedangkan IC Sensor adalahsensor
suhu dengan rangkaian terpadu yang menggunakan chipsilikon untuk
kelemahan penginderanya. Mempunyai konfigurasi output tegangan dan
arus yang sangat linear.

Gambar 7. Sensor Suhu


8. Sensor Penyandi ( Encoder )

Sensor Penyandi ( Encoder ) digunakan untuk mengubah gerakan


linear atau putaran menjadi sinyal digital, dimana sensor putaran memonitor
gerakan putar dari suatu alat. Sensor ini biasanya terdiri dari 2 lapis jenis
penyandi, yaitu; Pertama, Penyandi rotari tambahan ( yang mentransmisikan
jumlah tertentu dari pulsa untuk masing-masing putaran ) yang akan
membangkitkan gelombang kotak pada objek yang diputar. Kedua,
Penyandi absolut ( yang memperlengkapi kode binary tertentu untuk
masing-masing posisi sudut ) mempunyai cara kerja sang sama dengan
perkecualian, lebih banyak atau lebih rapat pulsa gelombang kotak yang
dihasilkan sehingga membentuk suatu pengkodean dalam susunan tertentu.

Gambar 8. Sensor Penyandi (Encoder)


II. Aktuator
A. Pengertian Aktuator
Aktuator merupakan alat peralatan mekanis untuk menggerakan atau
menghasilkan masukan ke plant sesuai dengan sinyal kontrol sedemikian
sehingga sinyal umpan balik akan berkaitan denga sinyal masukan acuan.
Dapat digambarkan diagram bloknya seperti dibawah ini :
Reff output

penguat aktuator plant

sensor

Gambar 9. Diagram blok sistem dengan aktuator

Jenis jenis aktuator terdiri dari 3 jenis pokok :


1. Aktuator listrik
2. Aktuator Hidrolik
3. Aktuator Pneumatik

B. Macam-macam Aktuator
1. Aktuator Listrik
Aktuator elektrik merupakan aktuator yang mempunyai prinsip kerja
mengubah sinyal elektrik menjadi gerakan mekanik. Berikut macam
macam actuator elektrik :
a) Solenoid Valve

Gambar 10. Solenoid valve

Solenoid valve merupakan katup yang dikendalikan dengan arus


listrik baik AC maupun DC melalui kumparan / selenoida. Solenoid valve
ini merupakan elemen kontrol yang paling sering digunakan dalam sistem
fluida. Seperti pada sistem pneumatik, sistem hidrolik ataupun pada sistem
kontrol mesin yang membutuhkan elemen kontrol otomatis.
Prinsip kerja dari solenoid valve/katup (valve) solenoida yaitu katup
listrik yang mempunyai koil sebagai penggeraknya dimana ketika koil
mendapat supply tegangan maka koil tersebut akan berubah menjadi medan
magnet sehingga menggerakan plunger pada bagian dalamnya ketika
plunger berpindah posisi maka pada lubang keluaran dari solenoid valve
pneumatic akan keluar udara bertekanan yang berasal dari supply (service
unit)
b) Motor Servo

Gambar 11. Motor servo

Motor servo adalah sebuah perangkat atau aktuator putar (motor)


yang dirancang dengan sistem kontrol umpan balik loop tertutup (servo),
sehingga dapat di set-up atau di atur untuk menentukan dan memastikan
posisi sudut dari poros output motor.
c) Relay

Gambar 12. Relay

Relay merupakan peralatan kontorl elektromagnetik yang dapat


mengaktifkan dan mematikan kontaktor. Relay sendiri meruapak kontaktor
elektronik, karena terdapat koil/kumparan yang akan menggerakan kontak
membuka atau menutup biala kumparannya diberi aliran arus listrik.
d) Motor Stepper

Gambar 13. Motor stepper

Motor stepper adalah perangkat elektromekanis yang bekerja dengan


mengubah pulsa elektronis menjadi gerakan mekanis diskrit. Motor stepper
bergerak berdasarkan urutan pulsa yang diberikan kepada motor. Karena itu,
untuk menggerakkan motor stepper diperlukan pengendali motor stepper
yang membangkitkan pulsa-pulsa periodik.

2. Aktuator Pneumatik
Aktuator pneumatic adalah aktuator yang memanfaatkan udara
bertekanan menjadi gerakan mekanik. Dengan memberikan udara
bertekanan pada sisi permukaan piston sesuai dengan gerak pistonnya.
Aktuator pneumatik gerak lurus dibedakan menjadi 2
a) Silinder Kerja Tunggal
Dengan memberikan udara bertekanan pada satu sisi permukaan
piston, sisi yang lain terbuka ke atmosfir. Silinder hanya bisa memberikan
gaya kerja ke satu arah . Gerakan piston kembali masuk diberikan oleh gaya
pegas yang ada didalam silinder direncanakan hanya untuk mengembalikan
silinder pada posisi awal dengan alasan agar kecepatan kembali tinggi pada
kondisi tanpa beban.

Gambar 14. Silinder kerja tunggal

b) Silinder Kerja Ganda


Konstruksi silinder kerja ganda adalah sama dengan silinder kerja
tunggal, tetapi tidak mempunyai pegas pengembali. Silinder kerja ganda
mempunyai dua saluran (saluran masukan dan saluran pembuangan).
Silinder terdiri dari tabung silinder dan penutupnya, piston dengan seal,
batang piston, bantalan, ring pengikis dan bagian penyambungan.
Dengan memberikan udara bertekanan pada satu sisi permukaan
piston (arah maju) , sedangkan sisi yang lain (arah mundur) terbuka ke
atmosfir, maka gaya diberikan pada sisi permukaan piston tersebut sehingga
batang piston akan terdorong keluar sampai mencapai posisi maksimum dan
berhenti. Gerakan silinder kembali masuk, diberikan oleh gaya pada sisi
permukaan batang piston (arah mundur) dan sisi permukaan piston (arah
maju) udaranya terbuka ke atmosfir.
Gambar 15. Silinder kerja ganda

Prinsip kerja actuator tekanan sinyal pneumatic yang terakumulasi


didalam ruang (diaphragm dan diaphragm case) menimbulkan gaya yang
bekerja melawan pegas sehinga akan menggerakkan bagian stem untuk
bergerak membuka atau menutup body valve. Karena konstruksinya, body
valve akan menjadi terbuka dengan turunnya stem dan ada pula yang
menjadi tertutup dengan turunnya stem.

3. Aktuator Hidrolik
Aktuator hidrolik merupakan aktuator yang memanfaatkan aliran
fluida/oli bertekanan menjadi gerakan mekanik. Sama seperti halnya pada
sistem Pneumatik, aktuator hidrolik dapat berupa silinder tapi inputannya
hidrolik.

Gambar 16. Aktuator hidrolik & aplikasinya


Kelebihan:
- Fluida hidrolik bisa sebagai pelumas dan pendingin.
- Dengan ukuran kecil dapat menghasilkan gaya/torsi besar
- Mempunyai kecepatan tanggapan yang tinggi
- Dapat dioperasikan pada keadaan yang terputus-putus
- Kebocoran rendah
- Fleksibel dalam desain
Kekurangan:
- Daya hidrolika tidak siap tersedia dibanding dengan daya listrik
- Biaya sistem lebih mahal
- Bahaya api dan ledakan ada
- Sistem cenderung kotor
- Mempunyai karakteristik redaman yang rendah

Das könnte Ihnen auch gefallen