Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
3.1 Pengkajian
Menurut Muttaqin (2008), pengkajian pada pasien dengan osteoporosis meliputi:
3.1.1 Anamnesa
Anamnesis pasien osteoporosis meliputi:
1) Keluhan utama
Pasien osteoporosis masuk rumah sakit dengak keluhan utama nyeri dan
biasanya pasien masuk karena terjadi cedera / akibat jatuh dan terjadi fraktur.
2) Riwayat kesehatan
Faktor yang perlu diperhatikan adalah usia dimana dengan pertambahan usia,
fungsi organ tubuh menurun. Pada usia 75-85 tahun, wanita memiliki resiko 2 kali lebih
besar dibandingkan pria dalam mengalami kehilangan tulang trabekular karena proses
penuaan, peyerapan kalsium menurun dan fungsi hormon paratiroid meningkat.
Jenis kelamin, pada osteoporosis lebih banyak terjadi pada wanita karena
penurunan kadar estrogen dalam tubuh sejak usia 35 tahun. Selain itu wanita
mengalami menopause yang dapat terjadi pada usia 45 tahun. Pada wanita hamil juga
beresiko, karena proses pembentukan janin membutuhkan banyak kalsium. Riwayat
haid, usia menarke, dan menopause, penggunaan obat kontrasepsi juga diperhatikan.
Ras juga terdapat perbedaan dimana ras kulit putih atau keturunan asia memiliki
resiko terbesar. Hal ini disebabkan secara umum konsumsi kasium wanita asia rendah.
Salah satu alasannya adalah sekitar 90% intoleransi latosa dan menghindari produk dari
hewan. Pria dan wanita kulit hitam memiliki risiko yang signifikan meskipun rendah.
Selain itu yang perlu di anamnesa juga seperti fraktur pada trauma minimal,
imobilisasi lama, penurunan tinggi badan pada orang tua, kurangnya paparan sinar
matahari, asupan kalsium, fosfat, dan vitamin D. Obat-obat yang diminum jangka
panjang, seperti kortikosteroid, antasid yang mengandung alumunium, hormon tiroid,
anti konvulsan, alkohol, merokok yang merupakan faktor resiko terjadinya
osteoporosis. Penyakit lain yang harus ditanyakan dan berhubungan dengan
osteoporosis adalah penyakit ginjal, saluran cerna, hati, endokrin, dan insufisiensi
pankreas. Riwayat keluarga dengan osteoporosis juga diperhatikan karena ada
beberapa penyakit tulang metabolik yang bersifat herediter.
3) Pengkajian psikososial
Perawat perlu mengkaji konsep diri pasien terutama citra diri, khususnya pada
pasien kifosis berat. Pasien mungkin membatasi interaksi sosial karena perubahan yang
tampak atau keterbatasan fisik, tidak mampu duduk di kursi, dan lain-lain. Perubahan
seksual dapat terjadi karena harga diri rendah atau tidak nyaman selama posisi
interkoitus. Osteoporosis dapat menyebabkan fraktur berulang sehingga perlu dikaji
perasaan cemas dan takut pada pasien.
4) Pola aktivitas sehari-hari
Pola aktivitas dan latihan biasanya berhubungan dengan olah raga, pengisian
waktu luang dan rekreasi, berpakaian, makan, mandi, toileting. Lansia memerlukan
aktivitas yang adekuat untuk mempertahankan fungsi tubuh. Aktivitas tubuh
memerlukan interaksi yang kompleks antara saraf dan muskuloskeletal. Beberapa
perubahan yang terjadi sehubungan dengan menurunnya gerak persendian adalah
agility (kemampuan gerak cepat dan lancar) menurun, stamina menurun, koordinasi
menurun, dan dexterity (kemampuan manipulasi keterampilan motorik halus) menurun.
5) Pemeriksaan fisik
(1) B1 (Breathing)
Inspeksi : ditemukan ketidaksimetrisan rongga dada dan tulang belakang.
Palpasi : taktil fremitus seimbang kanan dan kiri.
Perkusi : suara resonan pada seluruh lapang paru.
Auskultasi: pada kasus lanjut usia, bisa didapatkan suara ronki.
(2) B2 (Blood)
Pengisian kapiler kurang dari 1 detik, sering terjadi keringat dingin dan
pusing. Adanya pulsus perifer memberi makna terjadi gangguan pembuluh darah
atau edema yang berkaitan dengan efek obat.
(3) B3 (Brain)
Kesadaran biasanya kompos mentis. Pada kasus yang lebih parah, pasien
dapat mengeluh pusing dan gelisah. Kepala dan wajah: ada sianosis, mata: sklera
biasanya tidak ikterik, konjuungtiva tidak anemis, leher: biasanya JVP dalam batas
normal. Nyeri punggung yang disertai pembatasan pergerakan spinal yang disadari
dapat merupakan indikasi adanya fraktur atau kompresi vertebra.
(4) B4 (Bladder)
Produksi urin biasanya dalam batas normal, dan tidak ada keluhan pada
sistem perkemihan.
(5) B5 (Bowel)
Untuk kasus osteoporosis, tidak ada gangguan eliminasi, namun tetap perlu
dikaji frekuensi, konsistensi, warna, serta bau feses.
(6) B6 (Bone)
Look : pasien osteoporosis sering menunjukkan kifosis atau gibbus (dowagers
hump), penurunan tinggi, penurunan berat badan, perubahan gaya
berjalan, terdapat deformitas tulang, leg-lenght inequality. Lokasi fraktur
yang sering terjadi adalah antara vertebra torakalis 8 dan lumbalis 3.
Feel : pada pasien dengan osteoporosis akan terasa nyeri spinal jika
osteoporosis terjadi pada bagian tulang belakang dan nyeri pada tulang
saat beraktifitas.
Move : pada pasien osteoporosis terjadinya perubahan bentuk tulang, nyeri pada
tulang dan mudahnya terjadi pengeroposan hingga fraktur menyebabkan
kesulitan dalam begerak.
6) Pemeriksaan penunjang
(1) Pemeriksaan Laboratorium
(2) CT-Scan
(3) BMD (Bone Mineralo Densitometry)
(4) Pemeriksaan radioisotope
(5) Quantitative Computerized Tomography
(6) Magnetic Resonance Imaging (MRI)
(7) Dual-energy X Ray Absorbtiometry
(8) Pemeriksaan Biopsi
(9) Pemeriksaan Densitometer (Ultrasound)
3.2 Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri kronis berhubungan dengan terjepitnya syaraf pada vertebra
2) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan postur tubuh yang tidak seimbang
3) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan postur tubuh yang membungkuk
3.3 Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Nic
Noc
Keperawatan
1 Nyeri Kronis Noc: Nic:
(00133)
Pain Control (1605) Pain Management :
Domain 12 Class
1 Tujuan: 1. Cek Faktor Yang Meningkatkan
/ Memperburuk Nyeri
Setelah Dilakukan 2. Ajarkan Prinsip Manajemen
Tindakan Keperawatan Nyeri
Selama 3x24 Jam Klien 3. Ajarkan Penggunaan Teknik
Mampu Mentoleransi Non-Farmakologi
Nyeri Dengan Kriteria: 4. Kurangi Atau Hilangkan Faktor-