Sie sind auf Seite 1von 32
BAB IIL TINJAUAN PUSTAKA A. Sungai 1, Pengertian Sungai Suatu alur yang panjang di atas permukaan bumi tempat mengalirnya air yang berasal dari hujan disebut alur sungai dan perpaduan antara alur sungai dan aliran air didalamnya disebut sungai (Sosrodarsono, 1984). Sungai merupakan sistem alur alam, dapat terdiri dari satu atau lebih alur-alur yang bertemu atau bercabang. Dengan kondisi fisik alami seperti diatas, sungai akan ‘menjadi terminal dari perjalanan gerakan air di sungai (kuantitas dan kualitas), beserta interaksinya dengan tampang basah sungai, sangat dipengaruhi oleh perjalanan menuju ke sungai tersebut Sungai mempunyai fungsi mengumpulkan curah hujan dalam suatu daerah tertentu (DAS Daerah Aliran Sungai) dan mengalirkannya ke laut Apabila intensitas hujan yang jatuh di suatu DAS melebihi kapasitas dari suatu sungai akan menyebabkan debit sungai meningkat. Apabila debit sungai lebih besar dari kapasitas sungai untuk mengalirkan debit maka akan terjadi luapan Di DAS bagian hulu dimana kemiringan lahan dan kemiringan sungai besar, atau disuatu DAS kecil pada tebing sungai schingga terjadi_ ban kenaikan debit banjir dapat terjadi dengan cepat, sementara pada sungai-sungai besar kenaikan debit terjadi lebih lambat untuk mencapai debit puncak (Triatmodjo, 2008). Air yang mengalir dalam saluran atau sungai dapat berasal dari aliran Kontribusi air permukaan atau dari air tanah yang merembes didasar sung tanah pada aliran sungai disebut aliran dasar (baseflow), sementara total al n disebut debit (runoff). Air yang tersimpan di waduk, danau dan sungai disebut air permukaan (surface water) (Suripin, 2004). 2, Perilaku Sungai Sungai adalah suatu saluran drainase yang terbentuk secara alamiah. Akan tetapi disamping fungsiny: fa sebagai saluran drainase (alam) dan dengan adanya air yang mengalir di dalamnya, sungai menggerus tanah dasarnya secara terus-menerus sepanjang masa exsistensinya dan terbentuklah lembah- lembah sungai. Volume sedimen yang sangat besar yang dihasilkan dari keruntuhan tebing-tebing sungai di daerah pegunungan dan tertimbun di dasar sungai tersebut, terangkut ke hilir oleh aliran sungai. Karena di daerah pegunungan kemiringan sungainya curam, gaya tarik aliran airnya cukup besar. Tetapi setelah aliran sungai mencapai dataran, maka gaya tariknya sangat menurun, Dengan demikian beban yang terdapat dalam arus sungai berangsur- angsur diendapkan. Karena itu ukuran butiran sedimen yang mengendap di bagian hulu st ingai lebih besar dari pada di bagian hilirnya. 3. Alur Sung: Suatu alur sungai dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu : a, Bagian Hulu Bagian hulu sungai merupakan daerah sumber erosi karena pada umumnya alur sungai melalui daerah pegunungan, bukit, atau lereng gunung yang kadang-kadang mempunyai ketinggian yang cukup besar dari muka air laut. Alur sungai dibagian hulu ini biasanya mempunyai kecepatan yang lebih besar dari pada bagian hilir. b. Bagian Tengah Bagian ini merupakan daerah peralihan dari bagian hulu dan_ hilir. Kemiringan dasar sungai lebih landai sehingga kecepatan aliran relatif lebih kecil dari pada bagian hulu. Bagian ini merupakan daerah keseimbangan antara proses erosi dan sedimentasi yang sangat bervariasi dari musim ke musim, c. Bagian Hilir Alur sungai dibagian hilir biasanya melalui dataran yang mempunyai kemiringan dasar sungai yang landai sehingga kecepatan alirannya lambat Keadaan ini sangat memudahkan terbentuknya pengendapan atau sedimen. Endapan yang terbentuk biasanya berupa endapan pasir halus, lumpur, endapan organik, dan jenis endapan lain yang sangat labil B. Daerah Aliran Sungai 1. Pengertian Daerah Aliran Sungai Daerah aliran sungai adalah suatu wilayah daratan yang secara topografik dibatasi oleh punggung-punggung gunung yang menampung dan menyimpan air hujan untuk kemudian menyalurkannya ke laut melalui sungai utama (Asdak, 2002). Dengan demikian, DAS dapat kesatuan wilayah tempat air hujan mengumpul ke sungai menjadi aliran sungai jpandang sebagai suatu unit Garis batas antara DAS adalah punggung permukaan bumi yang dapat memisahkan dan membagi air hujan menjadi aliran permukaan di masing- masing DAS. Wilayah daratan tersebut dinamak daerah tangkapan air (catchment area) yang merupakan suatu ekosistem dengan unsur utamanya terdiri atas sumber daya alam (tanah, air, dan vegetasi) dan sumber daya manusia sebagai pemanfaat sumber daya alam. 2. Bentuk Daerah Aliran Sungai Sifat-sifat sungai sangat dipengaruhi oleh Iuas dan bentuk daerah alirannya, Bentuk suatu daerah aliran sungai sangat berpengaruh terhadap kecepatan terpusatnya air. Secara umum bentuk daerah aliran sungai dibedakan menjadi 4 macam (Sosrodarsono, 1976) : a, Daerah aliran radial Daerah aliran radial adalah daerah aliran sungai yang berbentuk seperti kipas atau lingkaran dimana anak-anak sungainya mengkonsentrasi di suatu titik secara radial. Daerah aliran sungai yang demikian mempunyai banjir yang hesardi dekat titik pada pertemuan anak-anak sungai b. Daerah aliran sejajar (pararel) Bentuk ini mempunyai corak dimana dua jalur daerah aliran bersatu di bagian hilir Banjir itu terjadi di sebelah hilir titik pertemuan sungai-sungai ¢. Daerah aliran kompleks Dalam keadaan yang sesungguhnya kebanyakan sungai-sungai tidaklah 10 sesederhana sebagaimana uraian diatas, akan tetapi merupakan perpaduan dari ketiga tipe tersebut. Daerah aliran yang demikian dinamakan daerah aliran kompeks. d. Daerah aliran bulu burung (memanjang) Jalur daerah di kiri kanan sungai utama dimana anak-anak sungai mengalir ke sungai utama dengan jarak tertentu disebut daerah aliran bulu burung. Daerah aliran yang demikian mempunyai debit banjir yang kecil, oleh Karena waktu tiba banjir dari anak-anak sungai itu berbeda-beda. Sebaliknya banjir berlangsung agak lama. Cla Laut Laut laut co) 0) © «@ Gambar 3.1. Bentuk-bentuk DAS, (a) Bentuk Radial, (b) Bentuk Pararel, (©) Bentuk Kompleks (d) Bentuk Bulu Burung (Sumber : Sosrodarsono, 1976) C. Curah Hujan Presipitasi merupakan istilah umum yang digunakan untuk menyatakan uap air yang mengkondensasi dan jatuh dari atmosfir ke bumi dalam segala bentuknya dalam rangkaian siklus hidrologi. Jika air yang jatuh berbentuk cair disebut hujan (rainfall) dan jika berupa padat disebut salju (snow) (Suripin, 2004). Hujan berasal dari uap air yang berada di atmosfir, sehingga bentuk dan jumlahnya dipengaruhi oleh faktor klimatologi seperti angin, temperatur dan tekanan atmosfir. Uap tersebut akan naik ke atmosfer sehingga mendingin dan terjadi kondensasi menjadi butit-butir air dan kristal-kristal es yang akhirnya jatuh, sebagai hujan. Hujan merupakan sumber dari semua air yang mengalir di sungai. Jumlah dan variasi debit sungai tergantung pada jumlah, intensitas dan distribusi hujan. Terdapat bubungan antara debit sungai dan curah hujan yang jatuh pada suatu DAS. Sifat umum hujan adalah makin singkat hujan berlangsung maka intensitasnya cenderung makin tinggi dan makin besar periode ulangnya makin ‘modo, 2008). Hujan merupakan faktor terpenting dalam analisis hidrologi. Karakteristik tinggi pula intensitasnya ¢ fhujan yang perlu ditinjau dalam analisis dan perencanaan hidrologi: meliputi (Suripin, 2004) 1. Intensitas (j) adalah laju hujan atau sama dengan tinggi air per satuan waktu, misalnya mm/menit, mm/jam, atau mm/hari. N Lama waktu (duration, t) adalah lamanya waktu yang dibutuhkan pada saat hujan turun yang dinyatakan dala m menit atau jam. 3. Tinggi hujan (d) adalah jumlah atau banyaknya hujan yang terjadi selama durasi hujan dan dinyatakan dalam ketebalan air di atas permukaan datar, dalam mm. 4, Frekuensi adalah frekuensi kejadian dan anya dinyatakan dengan kala ulang (return period, T), misalnya sekali dalam 2 tahun (T = 2), 5, Luas adalah luas geografis daerah sebaran hujan, D. Analisa Hidrologi 1. Uji Abnormalitas Dari hasil perhitungan curah hujan daerah harian maksimum, maka data yang diperoleh perlu diuji untuk mengetahui adanya data curah hujan yang abnormal. Data yang di uji dalam uji abnormalitas adalah data curah hujan yang terbesar dan yang terkecil Uji tersebut dapat (Sosrodarsono, 1983), sebagai berikut : Log (Xe +b) = Log ( X, + b) + Sx ikukan dengan menggunakan rumus way (1) Adapun prosedur pethitungannya adalah sebagai berikut a, Data curah hujan daerah harian maksimum yang ada dirangking dari kecil ke besar, singkirkan nilai terkecil dan terbesar kemudian dilogaritmakan. Menghitung X,, dengan persamaan DLoex, n LogX,, 2) . Menghitung harga b, dengan persamaan b . GB) m iM ) 2X, —(X,+X,) m5 ; angka bulat (dibulatkan ke angka yang terdekat) oecsnen (5) . Menghitung X., dengan persamaan : X, =Log(X, +b) .. .. (6) Ytos(x, +6) =H o n . Menghitung X”, dengan persamaan . Sleos (x, +P n x - (8) Menghitung derajat standar deviasi (Sx) dengan persamaan : (9) . Menentukan harga batas untuk penyingkiran («,) &=1-(1-B,)"™ . Menentukan laju abnormalitas (¢) (10) Cara perhitungan harga abnormal didasarkan pada nilai Y, yang diperoleh untuk abnormal (X.) yang. diperiksa, kemudian membandingkan laju abnormalitas (e) dengan harga batas untuk penyingkiran (¢,). Jika Laju abnormalitas (e) dari harga yang diperiksa (X,) tidak lebih kecil dari harga batas untuk penyingkiran (¢,), maka harga yang diperiksa (X,) tidak dapat disingkirkan. Keterangan : X= — data_curahhujan daerah arian maksimum setelah dirangking (mm) n = jumlah data yang digolongkan X, = data curah hujan yang diuji (mm) fo = —_—aju resiko (1% - 5%), biasanya diambil 5% S. = derajat standar deviasi Ye Jaju abnormalitas & = harga batas untuk penyingkiran e = laju abnormalitas Xs = —dataterbesar Xt = data terkecil b = harga limit bawah (untuk harga b yang kecil maka untuk mempermudah perhitungan dapat diambil b = 0). 2. Curah Hujan Raneangan Curah hujan rancangan adalah curah hujan yang terjadi pada suatu daerah dengan periode ulang tertentu. Dalam perhitungan curah hujan rancangan digunakan analisis frekuensi, akan tetapi sebelum menggunakannya perlu dikaji parameter statistik yang berkaitan dengan analisis frekuensi. Adapun pengujian parameter statistik analisis frekuensi adalah sebagai berikut (Soewamo, 1995) : a. Menghitung parameter statistik Cs, Cv, Ck untuk menentukan pemilihan agihan frekuensi. Syarat untuk EJ. Gumbell, Ck = 5.40 dan Cs = 1,14, Log Pearson III harga Cs dan Cvnya bebas, dan untuk Log Normal Cs = 0,00. b. Setelah diketahui agihan frekuensinya, maka sebaran data dapat diuji dengan metode Chi-Square dan metode Smirnov Kolmogorof Test. 3. Pemilihan Agihan Frekuensi Adapun langkah-langkah dalam pemilihan agihan frekuensi adalah (Subarkah, 1980) 1. Menghitung curah hujan maksimum rerata dengan persamaan : 2. (12) 3. Menghitung parameter statistik —-yang_—meliputi_—_koefisien skewness/penyimpangan (Cs), koefisien varians (Cv) dan koefisien kurtosis, (Ck) dengan persamaan : 4, Berdasarkan harga Cs, Ck dan Cv yang diperoleh maka dapat ditentukan agihan frekuensi yang akan digunakan, Keterangan : xi = curah hujan (mm) X. = curah hujan rata-rata (mm) n = jumlah data Sx = standar deviasi Cs = _ koefisien skewnes/ penyimpangan cy = koefisisen varians ck = koefisien kurtoris 4, Pengujian Kesesuaian Distribusi Frekuensi Setelah diketahui jenis distribusi frekuensi yang dipilih, maka perlu dilakukan pengujian parameter untuk menguji kecocokan (the goodness of fit test) distribusi frekuensi sampel data terhadap fungsi distribusi peluang yang diperkirakan dapat mewakili distribusi frekuensi tersebut, Pengujian parameter yang sering digunakan adalah Chi Square Test dan Smirnov Kolmogorov Test (Suripin, 2004). ‘Umumnya pengujian dilakukan dengan cara menggambarkan data pada kertas peluang dan menentukan apakah data tersebut merupakan garis lurus (ploming data dari hasil pengamatan pada kertas probabilitas Gumbell atau Log Person IM. Adapun tahapan pemeriksaan tersebut adalah sebagai berikut : a. Data curah hujan harian maksimum tiap tahun dirangking dari kecil ke besar atau sebaliknya. b. Hitung peluang dengan persamaan Weibull : P=100-~ 16) (n+1) dimana P = probabilitas (%) m = nomor urut data n = banyak data c, Plot data curah hujan versus peluang d. Plot persamaan Guinbell atau Log Person IIT (sesuai sebarannya), maka dengan mengambil dua besaran dapat ditarik sesuai garis durasi Untuk selanjutnya dapat dilakukan pemeriksaan uji kesesuaian distribusi frekuensi, sebagai berikut (Soewarno, 1995) . Uji Chi- Square (X*) Test Uji chi square dimaksudkan untuk menentukan apakah persamaan distribusi peluang yang telah dipilih dapat mewakili dari distribusi statistik sampel data yang dianalisis. Pengambilan keputusan uji ini menggunakan parameter X°. Parameter X” dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : $ (ef OF a Ef K=143322xlogn .. X, Derajat Bebas (Number of degrees Freedom) = K-h-1 Fa nnn sn20) Jumlah Kelas dimana XA, = Harga chi square hasil hitungan Of = Nilai yang diamati (nilai teoritis) Ef = Nilai yang diharapkan K = Jumlah Kelas = p= probabilitas = 99,9 % h = Jumlah parameter = 2 (nilai h = 2, untuk distribusi normal dan binomial, dan nilai h = 1 untuk distribusi poisson). Taraf Signifikan (a) = 10 % Tabel 3.1, Hubungan antara Derajat Nyata (a) dengan Derajat Kebebasan (dk) untuk Uji Chi Square | Derajat Derajat nyata Gevel of significance, @) Kebebasan 0,200 0,100 0,050 0,010 0,001 (aly 7 Teme] 27s | Se) Omas | TORT 2 sais a@s | soo | 9210 | isis 3 ao | 6251 | 7ais | rats | 16268 4 soso | 7.779 | 9488 | 13.277 | 1846s 5 7289 | 9236 | 1107 | 15086 | 20517 6 sss | 1064s | 12592 | 1gi2 | 22457 7 903 | 12017 | 14067 | isars | 24322 8 110% | 13362 | 15507 | 2090 | 26,425 ° nae | 1468 | 16919 | 21,666 | 27,877 to | 13482 | 15987 | 18307 | 23209 | 29,588 un | 1461 | rors | i975 | 24725 | 31.268 | assi2 | 18549 | 21026 | 26217 | 32909 | 16985 | 19812 | 22300 | 27688 | 34528 14 | asst | 21068 | 2368s | 29.11 | 36.123 as | isan | 22307 | 24995 | s0s78 | 37.607 1 | 20465 | 23,582 | 26296 | 32,000 | 39252 1 | aieis | 24,769 | 27587 | 33409 | 40,790 | 22,760 reso | s4g0s | 42.312 » | 23.900 so4s | 36191 | 43.820 20 | 25,038 sia | 37,566 | 45,315 a | 26171 szen | 38.932 | 46.797 2 | 27301 x30 | 40280 | 48,268 23 | 28.429 35am | aeas | 49,728 a 29,553 36415 42,980 31,179 2s | 30675 yes | agai4 | 52.0620 a | 31.795 seis | 45612 | 54052 a7 32,912 36,741 40,113 46,963 55,476 2s | 34027 | a7g16 | 41337 | 48.278 | 56.893 2» | 3539 | a9087 | 42557 | 49.588 | 58.302 30 36250 | 40,256 | 43773 | sos92 | 59,703 Sumber : Soewarno, 1995 Interpretasi hasil dari uji chi square adalah + 1) Apabila peluang lebih besar dari 5%, maka persamaan distribusi teoritis, yang digunakan dapat diterima, 2) Apabila peluang lebih kecil 1%, maka persamaan distribusi teoritis yang digunakan tidak dapat diterima, 3) Apabila peluang berada diantara 1 - 5% adalah tidak mung! mengambil keputusan, misal perlu penambahan data. Uji Smirnov Kolmogorov Dengan membandingkan kemungkinan (probability) untuk setiap variasi dan distribusi empiris dan teoritis, sehingga diperoleh perbedaan (A) tertentu, Plotting data sama dengan langkah-langkah plotting pada uji chi square, dengan persamaan smirnov kolmogorov : (Pru [Pe Pt |) < ACK, ey Apabila harga Aa. yang terbaca pada kertas peluang < A Cr yang diperoleh dari tabel A krit untuk suatu derajat signifikan (a), maka dapat disimpulkan bahwa distribusi frekuensi yang dipilih dapat digunakan. Tabel 3.2. Harga Kritis (Cr) untuk Smirnov Kolmogorov "oa | ao 0,05 001 5 oss | Ost 056 067 wo | OR | O37 oat 049 is) 027 | 030 034 0.40 20) 023 | O26 029 036 2 | oar | O24 027 032 30) 019 | On 028 029 35) O18 | 020 023 027 4 017 | aD Oar 025 018 | ols 020 oat 30) 015 | a7 019 023 1.22 1 Sumber : Soewarno, 1995 Pada umumnya taraf signifiksi atau derajat nyata (a) diambil sebesar 5% dengan asumsi bahwa 5 dari 100 kesimpulan kita akan menolak hipotesa yang seharusnya kita terima atau kira-kira 95% konfiden bahwa kita telah membuat kesimpulan yang benar, Analisa Debit Banjir Rancangan Menggunakan Data Curah Hujan dengan Persamaan Rasional Persamaan yang umum digunakan untuk memperkirakan laju_aliran puncak (debit banjir atau debit rencana) yaitu persamaan Rasional USSCS (1973). Metode ini digunakan untuk daerah yang luas pengalirannya kurang dari 300 ha (Goldman et.al., 1986) Persamaan Rasional adalah salah satu dari metode tertua dan awalnya. digunakan hanya untuk memperkirakan debit puncak (peak discharge) (Wanielista, 1990). Persamaan Rasional dikembangkan berdas: an asumsi bahwa curah hujan yang terjadi mempunyai intensitas seragam dan merata di seluruh daerah pengaliran selama paling sedikit sama dengan waktu konsentrasi (1.) (Suripin, 2004). Persamaan matematik persamaan Rasional adalah sebagai berikut : Q = 0.278.C.LA Keterangan : Q = Debit banjir puncak (m'/detik) C = Koefisien limpasan - (22) 1 = Intensitas curah hujan rata-rata selama waktu kosentrasi (mm/jam) ‘A = Luas daerah pengaliran sungai (km?) Beberapa hal yang membatasi persamaan Rasional antara lain 1, Debit puncak banjir untuk intensitas hujan tertentu akan maksimum bila durasi hujan tersebut lebih lama dari waktu kosentrasi; Periode ulang banjir sama dengan periode ulang hujan (Kenyataan di Japangan belum tentu), untuk itu hanya disarankan digunakan untuk DAS kecil agar periode ulang banjir sama dengan periode ulang hujan; 3. Koefisien aliran dianggap sama untuk berbagai frekuensi hujan; 20 . volume dan waktu 4. Hanya dapat dihiwng nilai debit puncaknya saj Jamanya hidrograf banjir naik dan turun tidak dapat ditentukan, Untuk menghitung debit banjir rancangan dengan persamaan Rasional terlebih dahulu harus ditentukan : a. Waktu Tiba Banjir (Te) b. Intensitas Hujan () c. Koefisien Pengaliran (C) . Waktu Tiba Banjir (Te) Waktu tiba banjir adalah selang waktu antara permulaan hujan dan saat pada seluruh areal daerah aliran ikut berperan pada pengaliran sungai atau waktu yang diperlukan oleh hujan yang jatuh dit ik terjauh dari daerah pengaliran untuk menca ipai titik yang ditinjau. Beberapa rumus yang digunakan untuk menghitug waktu tiba banjir adalah 1. Rumus Bayern Te = UW ee - Wo o= 72.(H/L)"* (knyjam) Wo = 20.(H/L)"* (midet) Persamaan Bransby ~ Williams Te = 0,975.L/(A™ i") (jam) 3. Persamaan Me Dermot Te = 0,76.A°* (jam) (27) 4. Persamaan Kirpich (1940) Te = (0,87 x L7)/ (1000 x sy Keterangan : Te= Waktu tiba banjir (jam) H = Beda tinggi antara titik yang ditinjau dengan titik yang terjauh dari alur sungai (m) L = Panjang alur sungai dari tik yang terjauh sampai titik yang dit (km) W = Kecepatan rambat banjir (km/jam) A = Luas daerah pengaliran (km*) S_ = Kemiringan dasar sungai rata-rata Intensitas Hujan Perhitungan debit banjir dengan metode Rasional memerlukan data intensitas curah hujan, Intensitas curah hujan adalah ketinggian curah hujan yang terjadi pada suaty kurun waktu di mana air tersebut terkonsentrasi (Loebis, 1992), Intensitas curah hujan dinotasikan dengan huruf I dengan atuan mm/jam. Durasi adalah lamanya suatu kejadian hujan, Intensitas hujan yang ggi pada umumnya berlangsung dengan durasi pendek dan meliputi daerah yang tidak sangat luas. Hujan yang meliputi daerah Tuas, jarang sekali dengan intensitas tinggi, tetapi dapat berlangsung dengan durasi_cukup panjang, Kombinasi dari intensitas hujan yang tinggi dengan durasi panjang jarang terjadi, tetapi apabila terjadi berarti sejumlah besar volume air bagaikan ditumpahkan dari langit (Sudjarwadi, 1987). Menurut Loebis (1992) intensitas hujan (mm/jam) dapat diturunkan dari data curah hujan harian (mm) empirik menggunakan metode mononobe sebagai berikut : 1=(2) @)" o Dengan : 1 =Intensitas hujan untuk lama hujan t (mm/jam) Ro, = Curah hujan (mm/hari) T = Lamanya curah hujan (jam) Pada persamaan ini hujan harian maksimum yang digunakan dalam hujan raneangan berdasarkan kala ulang tertentu yang diperoleh dari metode distribusi data, dengan demikian intensitas hujan didapat juga berdasarkan kala ulang tertentu. . Koefisien Pengaliran (C) Koefisien pengaliran adalah persentase jumlah air yang dapat melimpas melalui permukaan tanah dari keseluruhan air hujan yang jatuh pada suatu daerah (Eripin, 2005), Semakin kedap suatu permukaan tanah, maka sema tinggi nilai koefisien pengalirannya. Harga koefisien aliran berbeda — beda dan sulit ditentukan secara tepat. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai koefisien limpasan adalah : kondisi tanah, laju infiltrasi, kemiringan Jahan, tanaman penutup tanah dan intensitas hujan. Faktor ini merupakan variabel yang paling menentukan hasil perhitungan debit banjir. Pemilihan harga C yang tepat-memerlukan pengalaman hidrologi yang luas. Nilai C berkisar antara 0 — 1. Nilai C = 0 menunjukkan bahwa semua air hujan terintersepsi dan terinfiltrasi ke dalam tanah, sebaliknya untuk nilai C = 1 menunjukkan bahwa air hujan mengalir sebagai aliran permukaan, Pada DAS yang baik harga C mendekati nol dan semakin rusak suatu DAS maka harga C semakin mendekati satu (Kodoatie dan Syarief, 2005). Faktor utama yang mempengaruhi C adalah laju infiltrasi tanah atau prosentase lahan kedap air, kemiringan lahan, tanaman penutup tanah, dan intensitas hujan. Harga C berubah dari waktu ke waktw sesuai dengan perubahan pada faktor-faktor yang bersangkutan dengan aliran permukaan di dalam sungai, terutama kelembaban tanah. Koefisien limpasan (C), dapat diperkirakan dengan meninjau tata guna lahan Harga C berubah — ubah dari waktu ke waktu sesuai dengan perubahan dari faktor ~ faktor yang bersangkutan dengan aliran permukaan di dalam sungai, seperti: 1. Tipe bujan, . Intensitas hujan dan lama waktu hujan, 3. Topografi dan geologi, 4, Keadaan tumbuh-tumbuhan, 5, Perubahan-perubahan karena pekerjaan manusia, dan lain — lain, Jika DAS terdiri dari berbagai macam penggunaan lahan dengan koefisien aliran permukaan yang berbeda, maka C yang dipakai adalah koefisien DAS yang dapat dihitung dengan persamaan berikut (Suripin, 2004): sensnses (30) dimana : A; =Luas lahan dengan jenis penutup tanah i C; = Koefisien aliran permukaan jenis penutup tanah i n= Jumlah jenis penutup lahan, ‘Tabel 3.3. Nilai Koefisien Aliran Untuk Berbagai Penggunaan Lahan Penggunaan Lahan atau Bentuk Struktur Nila C7) Hutan Tropis <3 Hutan Produksi Semak Belukar 7 Sawah-sawah 15 ‘Daerah Pertanian, Perkebunan 40 Daerah Permukiman. 70 Jalan Aspal 95 Bangunan Padat 70-90 Bangunan Terpencar 30-70 Atap Rumah 70-90 Jalan Tanah 13-50 Lapis Keras Kerikil Batu Pecah 35-70 Lapis Keras Beton 70-90 Taman, Halaman 5-25 Tanah Lapang 10-30 Kebun, Ladang 0-20 Sumber : Soewarno, 2000 24 Tabel 3.4. Koefisien Pengaliran Untuk Penggunaan Secara Umum Tipe Daerah Aliran ‘Jenis Tanah Harga C Perumputan Tanah pasir, datar, 2 % 0,05 - 0,10 Tanah pasir, rata-rata 2 - 7 % 0,10 - 015 ‘Tanah pasir, curam, 7 % 0,15 - 0,20 Tanah gemuk, datar, 2 % 0,13 - 0.17 ‘Tanah gemuk, rata-rata2-7% | 0,18 - 0,22 ‘Tanah gemuk, curam 7 % 0,25 - 0,35, Business Daerah kota lama 0,75 - 0,95, Daerah pinggiran 0,50-070 Perumahan Daerah "Single Family" 0,30- 0,50 "Multi Units", terpisah-pisah 0,40 - 0,60, "Multi Units", tertutup 0,60 - 0,75, "Suburban" 0,25 - 0,40 Daerah rumah-rumah apartemen | 0,50 - 0,70. Industri Daerah ringan 0,50 - 0,80 Daerah berat 0,60 - 0,90 Jalan Beraspal 0,70 - 0,95, Beton 0,80 - 0,95, Batu 0,70 - 0,85, Pertamanan, kuburan 0,10 - 0,25 Tempat bermain 0,20 - 0,35, Halaman kereta api 0,20 - 0.40 Daerah yang tidak dikerjakan 0,10 - 0,30 Untuk berjalan dan naik kuda_ 0,75 - 0.85 Atap 0,75 - 0,95, Sumber : Subarkah, 1980 25 ‘Tabel 3.5. Koelisien Limpasan Berdasarkan Fungsi Lahan Koefisien Tata Guna Lahan Karakteristik Limpasan (C) Pusat bisnis dan perbelanjaan 0.90 Industri Penuh 0.80 Perumahan kepadatan sedang -tinggi | 20 rumah /Ha 08 po 30 rumah Ha | 0,55 40 rumah /Ha 0.65 60 rumah /Ha 0,75 Sawah - 0,15 Kolam Daerah datar 020 Kebun campuran - 0.10 Sumber : Haryono, 1999. Tabel 3.6, Nilai Faktor Pengelolaan Tanaman (C) No. ‘Macam Penggunaan Lahan Nilai Faktor C 1 | Tanah terbuka/anpa tanaman 1,00 2 | Sawah 0.01 3. | Tegalan 0,70 4 | Ubikayu 0,80 3 | Jagung 070 6 | Kedelai 0,399 7 | Kentang 0.40 8 | Kacang tanah 0.20 9 | Padi 0.561 0 Tebu 0,20 11 | Pisang 0,60 12 | Akar wangi (sereh wangi) 0,40 13 | Rumput bede (tahun pertama) 0,287 14 | Rumput bede (tahun keduay 0,002 26 15 | Kopi dengan penutup tanah buruk 0.20 16 | Talas 0.85 17 | Kebun campuran 0,10 18 | Kerapatan sedang 0,20 19 | Kerapatan rendah 0,50 20 | Perladangan 0,40, 21 | Hutan alam: serasah banyak 0,001 22 | Serasah kurang 0,005 23 | Hutan produksi: tebang habis 050 24 | Tebang pilih 0.20 25 | Semak belukar/padang rumput 0.30 26 | Ubi kayu + kedelai 0.181 27 | Ubi Kayu + kacang tanah 0,195 28 | Padi - Sorgum 0,345 29 | Padi - Kedelai 0417 30 | Kacangtanah + gude (tanaman polongan) 0495 31 | Kacang tanah + kacang tunggak 0371 32 | Kacang tanah + mulsa jerami 4 ton/ha 0,049 33 | Padi + mulsa jerami 4 ton/ha 0,096 34 | Kacang tanah + mulsa jagung 4 ton/ha 0,128 35 | Kacang tanah + mulsa kacang tunggak 0,259 36 | Kacang tanah + mulsa jerami 2 towha 0377 37 | Pola tanam tumpang gilir + mulsa jerami 0,079 38 | Pola tanam berurutan + mulsa sisa tanaman 0,357 39 | Alang-alang mumi subur 0.007 Sumber : Kironoto, 2003 a bel 3.7. Harga Koefisien Limpasan (C) Penutupan Lahan Harga C Houtan Lahan Kering Sekunder 0,03 Belukar 0.07 Hotan Primer 0,02 Hutan Tanaman Industri 0,05 Hutan Rawa Sekunder 0,15 Perkebunan 04 Pertanian Lahan Kering 01 Pertanian Lahan Kering Campur Semak Ol Pemukiman 06 Sawah 0.15 Tambak 0,05 Terbuka 02 Perairan 0,05 Sumber : Kodoatie dan Syarief, 2005 F. Pengukuran Debit Sungai Data debit diperlukan dalam studi-studi untuk menentukan volume aliran atau perubahan-perubahannya yang diakibatkan oleh bangunan-bangunan yang dibuat di sungai oleh manusia. Karena besamya debit sama dengan Iuas penampang basah dikalikan kecepatan arus maka pengukurannya diarahkan pada kedua faktor tersebut (Soemarto, 1995) : 1, Pengukur Duga Air Karena sulitnya untuk mengukur debit, maka data primer yang dapat dikumpulkan di pos pengukur debit adalah duga air. Cara yang paling sederhana untuk mengukur duga air adalah dengan menggunakan rambu duga air (staff gauge), yang merupakan skala yang dipasang sedemikian rupa sehingga ada bagian yang selalu tenggelam dalam air. Rambu tersebut terdiri dari skala vertikal tunggal yang ditempelkan pada pilar jembatan, di tiang 28, pancang, tembok penahan tanah atau konstruksi lain yang mencapai palung aliran kecil (low water channel) sungai. Jika tidak terdapat konstruksi atau bangunan yang dapat digunakan untuk menempelkan rambu duga air pada segala kedalaman, maka dipasang rambu duga air seksional (sectional staff gauge). Potongan-potongan rambu dipasang pada bangunan yang ada atau pada konsstruksi khusus yang dibuat sedemikian rupa sehingga setiap potongan rambu tersebut dapat dibaca atau diamati. . Pencatat Duga Air Otomatis (Automatic Water Level Recorder) Pencatat duga air otomatis (Automatic Water Level Recorder) memiliki pelampung yang bergerak akibat perubahan permukaan air sungai yang dicatat di atas suatu grafik. Alat ini ditempatkan di dalam suatu shelzer. Pelampungnya ditempatkan di dalam pipa casing yang dihubungkan dengan pipa intake ke sungai agar tidak terganggu oleh benda-benda asing. Pengukur Debit Salah satu cara yang dapat digunakan dalam mengukur debit sungai yaitu dengan mengukur kecepatan anus dapat dilakukan dengan menggunakan pelampung atau alat pengukur kecepatan (current meter). Jika digunakan alat pelampung, pengukur kecepatan arus dapat dilakukan dengan mudah meskipun permukaan air sungai tinggi. Tempat yang dipilih untuk Keperluan ini merupakan bagian sungai yang lurus dengan perubahan lebar, kedalaman dan ik gradient sungai yang kecil. Tiang-tiang pengamatan dipancangkan di dua ti yang berjarak 50 - 100 m, waktu tempuh pelampung di antara dua buah garis pengamatan diukur dengan stopwatch. Setelah itu, debit dapat dihitung dengan cara mengalikan kecepatan dengan Juas penampang basah sungai. G. Analisa Debit Banjir Rancangan Menggunakan Data Debit ‘Metode Distribusi Frekuensi ungai dengan Masalah banjir sangat berkaitan erat dengan kemanan bangunan-bangunan persungaian, seperti bendung, bendungan, tanggul dan sebagainya. Pada musim penghujan debit sungai akan melimpah, sehingga perlu dilakukan suatu analisis, untuk memperhitungkan keamanan bangunan persungaian serta kehidupan dan fasilitas lain yang dapat terancam keselamatannya (Triatmodjo, 2008). Tujuan dari analisis frekuensi data debit sungai guna mencari hubungan antara besamya kejadian ekstrim (banjir) terhadap frekuensi kejadian dengan menggunakan distribusi__probabilitas. Besarnya kejadian ekstrim —(banjir) mempunyai hubungan terbalik dengan probabilitas kejadian debit sungai, misalnya frekuensi kejadian debit banjir bandang (sangat besar) adalah lebih kecil dibanding dengan debi debit sedang atau kecil. Dengan analisis frekuensi (distribusi frekuensi) menggunakan data debit sungai maksimum tahunan, yaitu data terbesar yang terjadi selama satu tahun yang terukur selama beberapa tahun, dapat diperkirakan besarnya banjir dengan interval kejadian tertentu , seperti 10 tahunan, 100 tahunan, dan frekuensi banjir dengan besar tertentu yang mungkin terjadi sclama suatu periode tertentu (Suripin, 2004). Dalam ilmu statistik dikenal beberapa macam distribusi frekuensi dan empat jenis distribusi yang banyuk digunakan dalam bidang hidrologi adalah (Suripin, 2004) 1. Distribusi Normal Distribusi normal atau kurva normal adalah simetris terhadap sumbu vertikal dan fungsi densitas peluang normal (PDF = probability density function) yang paling dikenal adalah berbentuk lonceng yang disebut pula distribusi Gauss, Distribusi normal mempunyai dua parameter yaitu rerata yt dan deviasi standar o dari populasi . Dalam praktck, X dan deviasi S diturunkan dari data sampel untuk menggantikan x dan o. Fungsi distribusi normal mempunyai bentuk sebagai berikut : 30 GI) dengan : p(X) = fungsi densitas peluang normal (probabilitas kontinyu) X variable acak kontinyw X = rata-rata nilai X s = simpangan baku dari nilai X Dalam pemakaian praktis, umumnya rumus tersebut tidak digunakan secara langsung karena telah dibuat tabel untuk keperluan perhitungan dan persamaan umum yang sering digunakan adalah X,=X,+K,S (32) dimana K,= (33) dengan : Xr = perkiraan nilai yang diharapkan terjadinya dengan periode ulang T tahunan X,, =nilai rata-rata hitungan variat S__=deviasi standar nilai variat Kr = faktor frekuensi, merupakan fungsi dari peluang atau periode ulang dan tipe model matematik distribusi peluang yang digunakan untuk analisis, peluang Nilai faktor frekuensi Ky umumnya tersedia dalam tabel untuk mempermudah perhitungan, seperti ditunjukkan dalam tabel 3.8 yang umum disebut sebagai tabel nilai variable reduksi Gauss (variable reduced Gauss). 31 ‘Tabel 3.8. Nilai Variabel Reduksi Gauss Periode ulang, T No. Peluang Kr (tahun) T 7.001 0.999) 2 1,005 0,995 3 1,010 0.990 + 1,050 0,950 5 i110 0,900 6 1.350 0,800 ii 1,330 0,750 8 1.430 0.700 9 1.670 0,600 10 2,000 0,500 i 2.500 0.400 2 3330 0,300 13 4,000 0.250 4 5,000 0,200 15 10,000 0,100 | 16 20,000 7 30,000 0,020 18 100,000 0.010 19 200,000 0.005 20 500,000 0,002 2 1,000,000 0,001 Sumber : Suripin, 2004 Distribusi Log Normal Distribusi log normal digunakan apabila nilai-nilai dari variabel random tidak mengikuti distribusi normal, tetapi nilai logaritmanya _memenuhi distribusi normal. Jika variabel acak Y = log X terdistribusi secara normal, maka X dikatakan mengikuti distribusi log normal. Fungsi_ densitas probabilitas (PDF = probability density function) untuk distribusi log normal dapat dituliskan dalam bentuk rata-rata dan simpangan bakunya, sebagai berikut : dengan : P(X) = peluang log normal x variat pengamatan Y — =logX Y = rata-rata populasi Y S = deviasi standar nilai variat Y Apabila nilai P(X) digambarkan pada kertas, maka peluang logaritma akan merupakan persamaan garis lurus, sehingga dapat dinyatakan sebagai model matematik dengan persamaan (Soewarno, 1995) ¥,=¥+K,S - 35) dimana - (36) dengan : Yr = perkiraan nilai yang diharapkan terjadi dengan periode ulang T tahunan ¥ =nilai rata-rata hitungan variat S_ = deviasi standar nilai variat Kr faktor frekuensi, merupakan fungsi dari peluang atau periode ulang dan tipe model matematik distribusi peluang yang digunakan untuk analisis, peluang. 33 Hitungan distribusi log normal dilakukan dengan menggunakan tabel yang sama dengan distribusi normal yaitu tabel 3.8, dimana dapat dihitung debit banjir puncak dengan periode ulang tertentu. Distribusi Log Person IIL Pada situasi tertentu, walaupun data yang diperkirakan mengikuti distribusi sudah dikonversi ke dalam bentuk logaritmis, ternyata kedekatan antara data dan teori tidak cukup kuat untuk menjustifikasi pemakaian distribusi log normal. Person telah mengembangkan serangkaian fungsi probabilitas yang dapat dipakai untuk hampir semua distribusi probabilitas empiris dari suatu distribusi adalah Log Person tipe II (LP Il). Tiga parameter penting dalam Log Person Ill, yaitu harga rata-rata, simpangan baku dan koefisien kemencengan, Jika koefisien kemencengan sama dengan nol, maka distribusi kembali ke distribusi log normal. Adapun prosedurpenggunaan distribusi Log Person HT adalah (Soewamo, 1995) a, Tentukan logaritma dari semua nilai variat X b. Menghitung harga rerata log Xo 1S loex, G7) ao ¢. Hitung standar deviasi dari log X, dengan persamaan : > (logX, -logx, ) 38) Slogx =| = d. Hitung koefisien penyimpangan, dengan persamaan n> (log X, (a=D(a—2)S* logX,)* Cs = 39) €. Menghitung logaritma dengan persamaan : log Xr = log Xo+ Kry. $ log X . 40) 34 f, Harga Ky, diperoleh dari tabel hubungan antara Cs dengan kala ulang (tabel 3.9). Dimana nilai Ky, adalah variabel standar (standardized variable) untuk nilai X yang besamya tergantung koefisien kemencengan. Tabel 3.9. Faktor Penyimpangan Ky, untuk Log Person IIL ‘Waktu Balik (Tahun) Koef. | 1,0101 | 1,25 2 5 10 | 25 | 50 | 100 Cs Peluang (%) 99 20 | 10 | 4 2 1 3 | -0,667 0,420 | 1,180 | 2,278 | 3,152 | 4,051 25 | -0,799 0518 | 1,250 | 2,262 | 3,048 | 3.845 22 | -0.905 0,574 | 1,284 | 2,240 | 2,970 [3.705 2 | -0.990 0,609 | 1,302 | 2.219 1,8 | -1,087 0,643 | 1,318 | 2.193 1,6 | -1,197 0,675 | 1,329 | 2.163 14 | -1318 0,705 | 1,337 | 2.128 12 | 1.449 0,732 | 1,340 | 2,087 1) -1588 0,758 | 1,340 | 2,043 09 | -1,660 0,769 | 1,339 | 2018 08 0.780 | 1,336 | 1,998 07 | -1,806 0.790 | 1,333 | 1.967 06 | -1.880 0,800 | 1,328 | 1.939 05 | -1,955 0,808 | 1,323 | 1,910] 2,311 | 2.686 04 | -2,029 0,816 | 1,317 | 1,880 | 2,261 | 2.615 03 | -2,104 0,824 | 1,309 | 1,849] 2,211 | 2.544 02 | -2,178 0,830 | 1,301 | 1,818 | 2,159 | 2,472 OL | -2,252 0,836 | 1,292 | 1,785 | 2,107 | 2,400 0 | -2326 0,842 | 1,282 | 1,751 | 2,054 | 2,326 -0,1 | -2,400 0,836 | 1,270 | 1,716 | 2,000 | 2,252 -0,2 | -2.472 0,850 | 1,258 | 1,680 | 1,945 | 2.178 35 =0,3 | -2,544 | -0,824 | 0,050 | 0.853 | 1.245 | 1,643 | 1,890 | 2,104 -0,4 | -2.615 | -0,816 | 0,066 | 0.855 | 1.231 | 1,606 | 1.834 | 2,029 -0,3 | -2,686 | -0,808 | 0,083 | 0,856 | 1,216 | 1,567] 1,777 | 1,955 -0,6 | -2,755 | -0,800 | 0,099 | 0,857 | 1,200 | 1,528 | 1,720 | 1,880 0,7 -2,824 | -0,790 | 0,116 | 0,857 | 1,183 | 1,488 | 1,663 | 1,806 0,8 | -2,891] -0,780 | 0,132 | 0.856] 1,166 | 1,448 | 1,606 | 1,733 0,9 | -2,957 | -0,769 | 0,148 | 0,854] 1,147 | 1,407] 1,549 | 1,660 =L| -3022 | -0,758 | 0,164 | 0.852 [1,128 | 1.366 | 1,492 | 1.588 1,2 | -3.149 | -0,732 | 0,195 | 0.844 | 1,086 | 1.282 [1,379 | 1.449 =L4 | -3.271 | 0,705 | 0225 | 0.832 | 1,041 | 1,198 | 1.270 | 1.318 =1,6 | -3.388 | -0,675 | 0.254 | 0.817 | 0,994 | 1.116 | 1.166 | 1.197 =1,8 | -3,499| 0,643 | 0,282 | 0,799 | 0,945 | 1,035 | 1,069 | 1,087 -2 | -3,605 | -0,600 | 0,307 | 0,777 | 0,895 | 0,959 | 0,980 | 0,990 -2,2 -3,705 | -0,574 | 0,330 | 0,752 | 0,844 | 0,888 | 0,900 | 0,905 25 -3,845 | -0,518 | 0,360 | 0,711 | 0,771 | 0,793 | 0,798 | 0,799 =3__| 4.051 | 0420) 0,396 | 0,636 | 0,660 | 0,666 | 0,666 | 0.667 Sumber : Suripin, 2004 g. Hitung nilai anti log dari Xp, untuk mendapatkan curah hujan raneangan dengan kala ulang T tahun, Keterangan : X= curah hujan (mm) curah hujan rancangan dengan kala ulang T tahun (mm) koefisien penyimpangan/kemencengan standar deviasi fungsi Cs terhadap kala ulang Jogaritma curah hujan rerata Jogaritma curah hujan harian maksimum 36 Distribusi Gumbel Distribusi gumbel banyak digunakan untuk analisis data maksimum, seperti untuk analisis frekuensi banjir. Gumbel menggunakan harga ekstrim untuk menunjukkan bahwa dalam deret harga-harga ekstrim X}, X2, X3, X, mempunyai fungsi distribusi eksponensial ganda. Fungsi densitas kumulatif dari distribusi Gumbel mempunyai bentuk = P(X)=e* sevtennee (41) dimana = 2,7182818.. Apabila jumlah populasi yang terbatas (sampel), maka dapat didekati dengan persamaan berikut : Xp SX ASK csecsnnnnnnnntnnsnnn (42) Menghitung nilai K dengan persamaan : _Yt-Yn “Sn kK (43) Untuk memperoleh nil -r juga dapat digunakan rumus berikut : bax, 58 (45) (46) dengan X,, = harga rata-rata sampel S,, = standar deviasi sampel Xr = curah hujan rancangan dengan periode ulang T tafun (mm) 37 Yt = reduced variate (fungsi periode ulang) yang dapat dihitung dengan persamaan berikut fel Tabel 3.9 memperlihatkan hubungan antara reduced variate dengan (47) periode ulang Yn = reduced mean (rata-rata tereduksi) yang tergantung jumlah sampel/data n (Tabel 3.11) Sn = reduced standard deviation (standar deviasi tereduksi), tergantung jumlah sampelV/data n (Tabel 3.12) Sn = simpangan baku K = faktor penyimpangan Gumbel X, =curah hujan maksimum rerata (mm) Tabel 3.10. Reduced Variate, Yt sebagai Fungsi Periode Ulang Kala Ulang, Faktor Kala Ulang Faktor (Tahun) Reduksi (Yt) (Tahun) Reduksi (Yt) 2 0,3668 100 4,6012 5 1,5004 200 5,2969 10 2,2510 250 5,5206 20 2,9709 500 6,2149 25 3,1993 1000 6,9087 50 3,9028 5000 8,518 75 43117 10000 9,2121 Sumber : Suripin, 2008 38 Tabel 3.11. Reduced Mean (Yn) n [| o 1 2] 3 47s 6.7 s]? raf 04952] oq] _ososs] sora] osion] osizs| osisr] osiei| oso] os: i 055 aol 05236] 0.5252] 0520s] osona] oro] asso] ossza) ass] 0536 30 _oss02]_ossri]_osswo] ossxs] ons] asa] asain) osais] asia osu] aif ostaq] osta] asus] o5tsa] ostss] osteal asses) osa7a] oar] 05a sof _o5iss] osiwo oss] ost] sso] ossoi oss] ossni] assis] ost oo] _o5sai] 0. 05330] 05533] 0.5535 ro] _ossae] 0.550] 05850] asses] osss7] ossso] ssw] ossas] asses] _0.ser| se] 05540) 05 | _o5: 05: wo] 05569] ossro] oss72| ossra] ssa] ossrs] ossno] ossei] oss] ose ‘oof _ossse] _ossni] ossva] ossoi] ossva] ossos] assos| osson] asses] asso roof _oseon] _oscon] seo] asco] ose] oscar] ose] oscox] aseio] oscil Sumber : Suripin, 2004 Tabel 3.12. Reduced Standard Deviation (Sn) x [fo 1 2 >f4fsfe« 7[s [To wo) 0.0454] 0.9676] 09835] ooo7i] 1.0005 Losi Losi] 1.0993] 10565) Tosa] Lose] —107sa) 10st ovo] 1 ooaf 1047] 109} 2 ea) wns nes) 122d Lan) Liss) 1c) 118 of cians] case] tase nas] 11409 3] rie] 1623] ese] tess 11667] Lasse] tise] tas 1is9] ieee] —1ct0e) r72if 117) CC) Es Lis) Lisi) tesa) tsa] To) Lissa 1803 Tesi] 1189] tivo _Li9ns] 1923) 1193 wal 11954] 1.1955 1959] 1967] Tia) 1.1987] 1.1994] 1200 vol 12007) 12015 12029 1203] aoe] 20s] 12055] 1204 reo] 12003) 1.2065) Lao 1208 12097[ 205] 2093 2004 Sumber : Suripin, 2004 39.

Das könnte Ihnen auch gefallen