Sie sind auf Seite 1von 3

PENATALAKSANAAN TUBERKOLUSIS (TB) PARU

NO.DOKUMEN : 440/149/35.07.103.113/2016
NO. REVISI : 00
SOP
TGL TERBIT : 2 FEBRUARI 2016
HALAMAN : 1/3

PEMERINTAH dr. ROSIHAN ANWAR


KABUPATEN NIP.1959011319890
MALANG 21003

Pengertian Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
kuman TB yaitu Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar kuman TB
menyerang paru, namun dapat juga mengenai organ tubuh
lainnya.Indonesia merupakan negara yang termasuk sebagai 5 besar dari
22 negara di dunia dengan beban TB. Kontribusi TB di Indonesia sebesar
5,8%. Saat ini timbul kedaruratan baru dalam penanggulangan TB, yaitu
TB Resisten Obat (Multi Drug Resistance/ MDR).
Tujuan Menangani TB Paru
Tujuan pengobatan
a. Menyembuhkan, mempertahankan kualitas hidup dan produktifitas
pasien.
b. Mencegah kematian akibat TB aktif atau efek lanjutan.
c. Mencegah kekambuhan TB.
d. Mengurangi penularan TB kepada orang lain.
e. Mencegah kejadian dan penularan TB resisten obat.
Kebijakan SK Kepala Puskesmas Donomulyo No 440/009/SK/35.07.103.113/2015
tentang kebijakan layanan klinis Puskesmas Donomulyo
Referensi Buku Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Primer Edisi I tahun 2013
Prosedur Sebagai pedoman penanganan TB Paru
1. Anamnesa
2. Pemeriksaan Fisik
3. Penegakan diagnosa: Penanganan TB Paru
4. Tatalaksana
Prinsip-prinsip terapi
a. Praktisi harus memastikan bahwa obat-obatan tersebut digunakan
sampai terapi selesai.
b. Semua pasien (termasuk pasien dengan infeksi HIV) yang tidak
pernah diterapi sebelumnya harus mendapat terapi Obat Anti TB
(OAT) lini pertama sesuai ISTC (Tabel 2).
1. Fase Awal selama 2 bulan, terdiri dari: Isoniazid, Rifampisin,
Pirazinamid, dan Etambutol.
2. Fase lanjutan selama 4 bulan, terdiri dari: Isoniazid dan
Rifampisin
3. Dosis OAT yang digunakan harus sesuai dengan Terapi
rekomendasi internasional, sangat dianjurkan untuk penggunaan
Kombinasi Dosis Tetap (KDT/fixed-dose combination/ FDC) yang
terdiri dari 2 tablet
(INH dan RIF), 3 tablet (INH, RIF dan PZA) dan 4 tablet (INH, RIF,
PZA, EMB).
PENATALAKSANAAN TUBERKOLUSIS (TB) PARU
PEMERINTAH dr. ROSIHAN ANWAR
NO.DOKUMEN : 440/149/35.07.103.113/2016
KABUPATEN NIP :
MALANG NO. REVISI : 00 195901131989021003
SOP
TGL TERBIT : 2 FEBRUARI 2016
HALAMAN : 3/3
Tabel 2. Dosis Obat TB
Rekomendasi dosis dalam mg/kgBB
Obat Harian 3x seminggu
INH* 5(4-6) max 10(8-12) max 900
300mg/hr mg/dosis
RIF 10 (8-12) 10 (8-12) max 600
max 600 mg/dosis
mg/hr
PZA 25 (20-30) 35 (30-40) max 2400
max 1600 mg/dosis
mg/hr
EMB 15 (15-20) 30 (25-35) max 2400
max 1600 mg/dosis
mg/hr

Note: Tahap lanjutan di beberapa literatur dianjurkan untuk setiap hari.


c. Untuk membantu dan mengevaluasi kepatuhan, harus dilakukan
prinsip pengobatan dengan:
1. Sistem Patient-centred strategy, yaitu memilih bentuk obat, cara
pemberian cara mendapatkan obat serta kontrol pasien sesuai
dengan cara yang paling mampu laksana bagi pasien.
2. Pengawasan Langsung menelan obat (DOT/direct observed
therapy)
d. Semua pasien dimonitor respon terapi, penilaian terbaik adalah
followup mikroskopis dahak (2 spesimen) pada saat:
1. Akhir fase awal (setelah 2 bulan terapi),
2. 1 bulan sebelum akhir terapi, dan pada akhir terapi.
3. Pasien dengan hasil pemeriksaan dahak positif pada 1 bulan
sebelum akhir terapi dianggap gagal (failure) dan harus
meneruskan terapi modifikasi yang sesuai.
4. Evaluasi dengan foto toraks bukan merupakan pemeriksaan
prioritas dalam follow up TB paru.
e. Catatan tertulis harus ada mengenai:
1. Semua pengobatan yang telah diberikan,
2. Respon hasil mikrobiologi
3. Kondisi fisik pasien
4. Efek samping obat
f. Di daerah prevalensi infeksi HIV tinggi, infeksi Tuberkulosis HIV
sering bersamaan, konsultasi dan tes HIV diindikasikan sebagai
bagian dari tatalaksana rutin.
g. Semua pasien dengan infeksi Tuberkulosis-HIV harus dievaluasi
untuk:
1. Menentukan indikasi ARV pada tuberkulosis.
2. Inisasi terapi tuberkulosis tidak boleh ditunda.
3. Pasien infeksi tuberkulosis-HIV harus diterapi Kotrimoksazol
apabila CD 4 < 200.
Selama terapi : evaluasi foto setelah pengobatan 2 bulan dan 6 bulan.
PENATALAKSANAAN TUBERKOLUSIS (TB) PARU
PEMERINTAH dr. ROSIHAN ANWAR
NO.DOKUMEN : 440/149/35.07.103.113/2016
KABUPATEN NIP :
MALANG NO. REVISI : 00 195901131989021003
SOP
TGL TERBIT : 2 FEBRUARI 2016
HALAMAN : 3/3
Pengobatan TB Anak

Gambar 1. Alur tatalaksana pasien TB Anak pada sarana pelayanan


kesehatan dasar
Tabel 3. OAT KDT pada anak (sesuai rekomendasi IDAI)
Berat 2 bulan tiap hari 4 bulan tiap hari
badan (kg) 3KDT Anak RHZ 2KDT Anak RH
(75/50/150) (75/50)
5-9 1 tablet 1 tablet
10-14 2 tablet 2 tablet
15-19 3 tablet 3 tablet
20-32 4 tablet 4 tablet
Keterangan:
a. Bayi dengan berat badan kurang dari 5 kg harus dirujuk ke
rumah sakit
b. Anak dengan BB >33 kg , harus dirujuk ke rumah sakit.
c. Obat harus diberikan secara utuh, tidak boleh dibelah.
d. OAT KDT dapat diberikan dengan cara : ditelan secara utuh
atau digerus sesaat sebelum diminum.
h. Sumber penularan dan Case Finding TB Anak
Apabila kita menemukan seorang anak dengan TB, maka harus
dicari sumber penularan yang menyebabkan anak tersebut tertular
TB. Sumber penularan adalah orang dewasa yang menderita TB aktif
dan kontak erat dengan anak tersebut. Pelacakan sumber infeksi
dilakukan dengan cara pemeriksaan radiologis dan BTA sputum
(pelacakan sentripetal).
Diagram Alir
Unit Terkait UGD, Rawat Jalan, Rawat Inap, Pustu dan Polindes

Das könnte Ihnen auch gefallen