Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Semua sel hidup memerlukan material untuk bertahan hidup dan melakukan fungsi kerja
yang diperlukan untuk mempertahankan kehidupan. Perubahan massa sel darah merah
menimbulkan dua keadaan yang berbeda, jika jumlah sel darah merah kurang, maka timbul
anemia.
Anemia adalah tanda dari suatu proses perjalanan penyakit yang dapat diidentifikasikan
karena anemia bukan penyakit yang spesifik. Telah diketahui secara umum anemia yang berat
dapat membuat shock, biasanya gejalanya tidak diperhatikan oleh penderita.
B. TUJUAN PENULISAN
Penulisan makalah ini bertujuan mengaplikasikan semua teori yang telah penulis peroleh
melalui praktek asuhan keperawatan di lapangan.
1. Agar mahasiswa memahami anatomi, fisiologi dan patofisiologi yang berhubungan
dengan penyakit anemia.
2. Agar mahasiswa mampu menerapkan asuhan keperawatan pada pasien anemia.
3. Agar mahasiswa mampu memberikan penyuluhan terhadap pasien di rumah sakit
mengenai penanganan penyakit anemia.
C. METODE PENULISAN
Dalam menyusun makalah ini penulis mengumpulkan data dengan informasi dengan cara :
D. SISTEMATIKA PENULISAN
Penulisan makalah ini diawali dengan kata pengantar dan daftar isi, dilanjutkan Bab I.
Pendahuluan yang berisi tentang latar belakang, tujuan penulisan, metode dan sistematika
penulisan. Bab II. Tinjauan teoritis terdiri dari konsep dasar medik dan konsep asuhan
keperawatan. Bab III diuraikan mengenai pengamatan kasus. Hasil pengamatan kasus dibahas
pada Bab IV yang berisi tentang Pembahasan kasus. Bab V tentang kesimpulan, dan pada bagian
akhir makalah ini dilampirkan daftar pustaka.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. KONSEP MEDIK
1. Definisi
Anemia adalah suatu penurunan dari normal terhadap eritrosit, jumlah haemoglobin dan
hematokrit yang disebabkan oleh perdarahan, berkurangnya produksi eritrosit atau peningkatan
penghancuran sel darah merah. (Sharon Mantik Lewis, 2000, hal. 736).
Anemia adalah istilah yang menunjukkan rendahnya jumlah sel darah merah dan kadar Hb
dan Ht di bawah normal. (Brunner & Suddarth, 2000).
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar haemoglobin atau jumlah eritrosit lebih
rendah dari keadaan normal yaitu bila Hb berkurang dari 14 g/dl dan hematokrit kurang dari
41% pada pria atau Hb kurang dari 12 g/dl dan hematokrit kurang dari 37% pada wanita. (Kapita
Selekta Kedokteran, 2000, hal. 547).
Klasifikasi anemia :
Adalah keadaan dimana kandungan besi tubuh total turun di bawah tingkat normal (dewasa pria :
13,5-18 g/dl; wanita : 12-16 g/dl). Besi diperlukan untuk sintesa hemoglobin).
2) Anemia makrositik
Penurunan absorpsi asam folat jarang ditemukan karena absorbsi terjadi di saluran cerna.
d. Anemia hemolitik
Terjadi penurunan usia sel darah merah (normal 120 hari) baik sementara maupun terus-
menerus).
e. Anemia aplastik.
2. Anatomi Fisiologi
Darah adalah suatu jaringan tubuh berupa cairan yang terdapat di pembuluh darah yang
jumlahnya pada orang sehat dewasa 1/3 dari berat badan atau kira-kira 4-5 liter. Hal ini
tergantung dari umur, pekerjaan, keadaan jantung dan pembuluh darah. Darah terdiri dari
komponen cair (plasma) : 91-92% dan padat 7-9%.
Berbentuk bulat pipih, tidak mempunyai inti sel, jumlahnya kira-kira 5 juta/mm3 darah. Dibentuk
dalam sumsum tulang dan dirangsang oleh hormon eritropoetin yang berasal dari ginjal. Usia
eritrosit dalam peredarannya adalah 120 hari. Di dalam sel eritrosit dapat didapat hemoglobin
yaitu suatu senyawa kimiawi yang terdiri dari molekul Hem yang mempunyai ion Fe (besi) yang
terkait dengan rantai globin (suatu senyawa protein). Hemoglobin berperan mengangkut oksigen
dan CO2. Jumlah hemoglobin pada laki-laki 14-16 gr% dan wanita 12-14%.
Berwarna bening, dapat berubah-ubah serta mempunyai inti sel. Jumlah sel darah putih
normalnya adalah 4.800-10.800 /mm3. Fungsi utamanya adalah sebagai pertahanan tubuh.
Berupa benda-benda kecil yang mati dimana bentuk dan ukurannya bermacam-macam.
Trombosit dibuat di sumsum tulang, paru-paru dan limfa yang diameternya 1-4 m dan umur
peredarannya sekitar 10 hari. Jumlah trombosit normal 150.000-450.000 /ul.
1.1 Mengambil O2 atau zat pembakaran dari paru-paru untuk diedarkan ke seluruh jaringan tubuh.
1.3 Mengambil zat-zat makanan dari usus halus untuk diedarkan ke seluruh jaringan/alat tubuh.
1.4 Mengangkut dan mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh dan ginjal.
2. Sebagai pertahanan tubuh terhadap bibit penyakit dan racun yang akan membinasakan
tubuh dengan perantaraan leukosit, antibodi/zat anti racun.
3. Menyebarkan panas ke seluruh tubuh.
Gambar Anatomi
3. Etiologi
3.1.1. Peningkatan sintesis hemoglobin seperti defisiensi zat besi dan thalasemia.
3.1.2. Rusaknya sintesis DNA karena penurunan vitamin B12 (cobalamin) dan defisiensi asam folat.
3.1.3. Pencetus terhadap penurunan jumlah eritrosit seperti anemia aplastik, anemia dari leukemia, dan
penyakit kronik.
3.2. Perdarahan
3.2.1. Akut, bisa disebabkan karena trauma dan rupturnya pembuluh darah.
Anemia adalah sebagian akibat produksi sel darah merah tidak mencukupi dan sebagian
lagi akibat sel darah merah yang prematur, kehilangan darah, kurang nutrisi dan herediter.
Semuanya ini mengakibatkan gangguan atau kerusakan pada sumsum tulang. Sel darah merah
mengalami penghancuran dalam sirkulasi seperti pada berbagai kelainan hemolitik. Karena
jumlah efektif sel darah merah berkurang, maka lebih sedikit O2 yang dikirimkan ke jaringan.
Kehilangan darah yang mendadak (30% atau lebih), seperti pada perdarahan, menimbulkan
simtomatologi sekunder hipovolemia dan hipoksemia. Tanda dan gejala yang sering timbul
adalah gelisah, diaforesis (keringat dingin), takikardia, sesak nafas, kolaps sirkulasi yang
progresif cepat atau syok. Takikardia dan bising jantung (suara yang disebabkan oleh kecepatan
aliran darah yang meningkat. Angina (sakit dada), khususnya pada penderita yang tua dengan
stenosis koroner, dapat diakibatkan karena iskemia miokardium. Pada anemia berat, dapat
menimbulkan payah jantung kongestif sebab otot jantung kekurangan oksigen dengan beban
kerja jantung yang meningkat. Dispnea, nafas pendek dan cepat, lelah waktu melakukan aktivitas
jasmani merupakan manifestasi berkurangnya pengiriman O2. Sakit kepala, pusing, kelemahan
dan tinitus (telinga berdengung) dapat menggambarkan berkurangnya oksigenisasi pada susunan
saraf pusat. Pada anemia yang berat dapat juga timbul gejala saluran cerna yang umumnya
berhubungan dengan keadaan defisiensi. Gejala-gejala ini adalah anoreksia, nausea, konstipasi
atau diare dan stomatitis. Penghancuran sel darah merah dalam sirkulasi, dikenal dengan nama
hemolisis, terjadi bila gangguan pada sel darah merah itu sendiri yang memperpendek hidupnya
atau karena perubahan lingkungan yang mengakibatkan penghancuran sel darah merah. Keadaan
dimana sel darah merah itu terganggu, adalah :
6. Pemeriksaan Diagnostik
Darah lengkap
- Hemoglobin
- Hematokrit
- Retikulosit
- Bilirubin
- Eritrosit
- Trombosit
- Leukosit.
Pemeriksaan feses
Pemeriksaan urine
BMP hiperplasi pada sumsum tulang
Rontgen foto cholelithiasis
Scan liver splan
Serum vitamin B12
7. Komplikasi
Komplikasi umum anemia meliputi gagal jantung, parestesia dan kejang. Pada setiap tingkat
anemia, pasien dengan penyakit jantung cenderung lebih besar kemungkinannya mengalami
angina atau gejala gagal jantung kongestif daripada seseorang yang tidak mempunyai penyakit
jantung. Komplikasi dapat terjadi sehubungan dengan jenis anemia tertentu.
a. Kemoterapi
b. Imanotherapi
c. Radiasi
d. Transfusi darah.
1. Pengkajian
Riwayat perdarahan, misalnya ulcus, haemoroid, penyakit ginjal, penyakit hati, Ca, infeksi kronis,
adanya angina.
Adanya riwayat pengobatan.
Penurunan BB.
Mual muntah.
Penurunan latihan.
Gatal-gatal.
Impoten.
Metrokhagia.
2. Diagnosa Keperawatan
2.3. Risiko tinggi kerusakan integritas kulit b.d hypoxemia jaringan, bed rest, imobilisasi.
2.4. Ketidakmampuan merawat diri b.d kelemahan dan kelelahan karena penurunan oksigen dalam
darah.
2.5. Perubahan pola eliminasi : konstipasi atau diare b.d perubahan intake dan perubahan dalam
digestif efek samping obat.
2.6. Risiko tinggi infeksi b.d pertahanan sekunder yang tidak adekuat seperti penurunan Hb,
leucopeni.
3. Perencanaan
Rencana Tindakan :
Monitor dan catat tanda hypoxemia seperti kelemahan, kelelahan, dam confusi.
R/ Mengetahui lebih dini tanda hypoxemia dan menolong memberi intervensi selanjutnya.
Monitor AGD.
Monitor Hb.
R/ Mengurangi dispnea.
Rencana Tindakan :
Ajarkan pasien tentang diet dan hubungan diet dan hubungan dengan penyakitnya.
3.3. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit b.d hypoxemia jaringan, bedrest, imobilisasi.
Hasil yang diharapkan :
Rencana Tindakan :
R/ Penekanan pada daerah tertentu akan menghambat sirkulasi dan hypoxemia jaringan.
R/ Mencegah infeksi.
R/ Merangsang sirkulasi.
3.4. Ketidakmampuan merawat diri b.d kelemahan, kelelahan karena penurunan oksigen di dalam
darah.
Rencana Tindakan :
Kaji kemampuan pasien untuk melakukan aktifitas harian tanpa ada keluhan, kelemahan,
fatigue, kesulitan beraktifitas.
R/ Intervensi selanjutnya.
Dekatkan kebutuhan pasien seperti air, tissue, bel.
R/ Indikasi dari hipotensi postural atau hipoksia serebral dapat menyebabkan nausea/muntah, resiko
perlukaan.
3.5. Perubahan pola eliminasi : konstipasi/diare b.d penurunan intake, perubahan dalam digestif efek
samping obat.
Rencana Tindakan :
Konsultasi dengan ahli diet untuk pemberian diet seimbang tinggi serat.
3.6. Resiko tinggi b.d pertahanan sekunder yang tidak adekuat seperti Hb, leukopeni.
Rencana Tindakan :
Kembangkan cara mencuci tangan yang benar dalam memberikan perawatan kepada pasien.
Berikan perawatan kulit, mulut dan perianal secara teliti dan cermat.
4. Perencanaan Pulang
4.3. Mencegah adanya komplikasi dengan segera minta bantuan kesehatan terdekat.
C. PATOFLOWDIAGRAM
Nutrisi <<<
- Trauma
- Penyakit (leukimia, gastritis)
- Herediter
- Menstruasi
DP VI.
Risti Infeksi
Konsentrasi Hb terganggu
Transportasi
O2 dan CO2
terganggu
Hypoxia jaringan
Gelisah dan
sakit kepala
Diaporesis
Tachicardia
Sesak napas
Shock
Anoxia Jaringan
Asidosis Metabolik
DP I.
Hypoxemia
DP IV.
Aktivitas
DP III.
Risti Inte-gritas kulit
Transportasi
Makanan menurun
Gangguan saluran
cerna
Anoreksia
Nausea
Stomatitis
Diare
Konstipasi
DP II. Nutrisi
DP V. Eliminasi
BAB III
PENGAMATAN KASUS
Pasien bernama Ny. V berusia 19 tahun, beragama Islam, masuk RS Sint. Carolus pada
tanggal 9 Januari 2004 dengan diagnosa medik Anemia + GE, pasien masuk melalui UGD.
Alasan pasien masuk rumah sakit dan mencari perawatan adalah diare, mual, muntah,
panas dingin, pusing dan berkunang-kunang lalu penglihatan gelap lalu pasien memeriksakan
diri ke UGD dan dianjurkan untuk dirawat oleh dr.Eddy.
Keadaan umum tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis, observasi tanda-tanda
vital : TD : 100/70 mmHg, N : 76 x/menit, HR : 80 x/menit, Suhu: 36 oC. pernapasan : 22
x/menit. Pasien mengatakan sudah tidak diare, mual ada, pusing dan berkunang-kunang ada
kadang-kadang dan berkeringat. TB: 162 cm, BB: 45 kg, IMT : 17,2. Kesimpulan berat badan
berkurang. Pasien mengatakan bila duduk dan langsung berdiri kepala pusing, kunang-kunang
dan gelap. Dalam keluarga tidak ada yang mempunyai riwayat penyakit anemia.
Dalam hasil pemeriksaan diagnostik pada tanggal 9 Januari 2004: Hb: 8,9 g/dl (12,0-18,0
g/dl), Ht: 28% (37-52%), leukosit : 7200 /ul (4.800 10.800 /ul), trombosit : 420.000 /ul
(150.000-450.000 /ul). Tanggal 10 Januari 2004 : Si: 7,9 ug/dl (38-148 ug/dl), T, BC: 286 ug/dl
(248-419 ug/dl), retikulosit : 8% (5-12%), membran darah tepi: kesan GDT sesuai dengan
anemia mikrositik.
Terapi yang digunakan adalah New Diatab 3x2 tab, imodium 1x1 tab, Danaflox 3x200
mg, Wiacid 2x1, dan Sotatic 2x1 amp. Diit yang diberikan diit lunak. Dari hasil pengamatan
terdapat 3 masalah yaitu : perubahan nutrisi, resiko tinggi hipoxemia dan ketidakefektifan
regimen terapeutik. Perencanaan dan pelaksanaan adalah pemberian terapi medik sesuai dosis,
memberi penyuluhan untuk informasi pasien. Evaluasi yang didapat dari pelaksanaan yang
dilakukan ialah pengetahuan pasien bertambah, dan kebutuhan nutrisi masih belum teratas
sebelumnya.
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS
Berdasarkan studi kepustakaan dari berbagai literatur dan dilakukan pengamatan langsung
terhadap pasien Ny. V dengan anemia, penulis mencoba membandingkan antara teori dengan
kasus yang ada.
1. Pengkajian
Sampai dengan akhir pengamatan penulis menyimpulkan bahwa anemia yang diderita Ny.
V disebabkan oleh kurangnya asupan makanan yang mengandung zat besi seperti sayuran hijau
dan riwayat gastritis yang dideritanya, pasien suka makanan yang pedas, dan jarang makan hati.
Berdasarkan hasil laboratorium terdapat penurunan sel darah merah : Hb: 8,9 g/dl (12-18
g/dl), Ht: 28% (37-52%), membran darah tepi.
Pada tanda dan gejala tidak ditemukan dispnea, kelelahan, mual, pusing, mata berkunang-
kunang mulai berkurang.
2. Diagnosa Keperawatan
Tidak terjadi karena pasien sudah dapat memenuhi kebutuhannya dan bila lelah pasien istirahat
di tempat tidur.
b. Perubahan pola eliminasi : konstipasi atau diare b.d perubahan intake dan perubahan
dalam digestif efek samping obat.
Tidak terjadi karena pasien sudah mendapat therapi New Diatab 3x2 tab, Imodium 1x1 tablet.
Sehingga pada saat pengkajian perubahan eliminasi : diare sudah tidak terjadi.
c. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit b.d hypoxemia jaringan, bed rest, imobilisasi.
d. Resiko tinggi infeksi b.d pertahanan sekunder yang tidak adekuat seperti penurunan
Hb, leukopeni.
Sedangkan ada diagnosa yang diangkat penulis tapi tidak ada dalam literatur yaitu
ketidakefektifan regimen terapeutik b.d informasi tentang pengobatan, tanda gejala, penyebab
penyakit.
3. Perencanaan
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan kepada Ny. V dilakukan sesuai dengan rencana
keperawatan. Intervensi dapat dilakukan dan tidak menemukan hambatan yang berarti karena
tersedianya fasilitas dan kerja sama yang baik antara perawat dengan pasien. Dalam pelaksanaan
diutamakan penyuluhan kembali tentang penyakitnya dan penyebabnya agar tidak terulang lagi.
4. Evaluasi
Setelah dilakukan pelaksanaan, evaluasi semua belum dapat tercapai karena keterbatasan
waktu dalam pelaksanaan dan pelaksanaannya dibutuhkan ketaatan terhadap diit untuk
mengurangi terjadinya penyakit yang sama dan tidak terjadi komplikasinya.
BAB V
KESIMPULAN
Setelah mempelajari, membahas serta melihat pada kasus anemia yang dialami pada Ny.
V, penulis mencoba untuk menarik kesimpulan bahwa penyebab anemia Ny. V karena faktor
makanan yang kurang mengandung zat besi dan riwayat gastritis. Dari hasil pemeriksaan
diagnostik terdapat penurunan Hb : 8,9 g/dl (12-18 g/dl), Ht: 28% (37-52%), Albumin : 3,1 g/dl
(3,5-5,0 g/dl), Globulin : 4,4 g/dl (1,5-3,5 g/dl).
Pada kasus ditemukan 3 masalah yaitu : perubahan nutrisi, resiko hypoxemia dan
ketidakefektifan regimen terapeutik. Setelah dilakukan pelaksanaan selama 1hari, sebagian dapat
dilaksanakan dengan baik, tetapi evaluasi semua tidak dapat tercapai karena keterbatasan waktu
pelaksanaan.
DAFTAR PUSTAKA
Anthony, Catherine Parker (1976). Structure of Function of the Body. (Fifth edition). USA. CV.
Mosby Company.
Brunner and Suddarths (2000). Text book of Medical Surgical Nursing. (Ninth edition). USA.
Lippincott Williams and Wilkins.
Doengoes, M.E (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. (Edisi ketiga). Jakarta: EGC.
Lewis, S.M. et.al (2000). Medical Surgical Nursing : Assessment and Management of Clinical
Problems. (Fifth edition). USA. Mosby inc.
Mansjoer, A. et. al (1999). Kapita Selekta Kedokteran. (Edisi ketiga). Jakarta. Media Aesculapius.