Sie sind auf Seite 1von 12

BAB 2

LANDASAN TEORI

Meta-analisis merupakan suatu teknik statistika yang mengabungkan dua atau


lebih penelitian sejenis sehingga diperoleh paduan data secara kuantitatif. Dilihat
dari prosesnya, meta-analisis merupakan suatu studi observasional retrospektif,
dalam artian peneliti membuat rekapitulasi data tanpa melakukan manipulasi
eksperimental.
Meta-analisis lebih tidak bersifat subjektif dibandingkan dengan metode
tinjauan lain. Meta analysis tidak fokus pada kesimpulan yang didapat pada berbagai
studi, melainkan fokus pada data, seperti melakukan operasi pada variabel- variabel,
besarnya ukuran efek, dan ukuran sampel. Untuk mensintesis literatur riset, meta-
analisis statistikal menggunakan hasil akhir dari studi-studi yang serupa seperti
ukuran efek, atau besarnya efek. Fokus pada ukuran efek dari penemuan empiris ini
merupakan keunggulan meta-analisis dibandingkan dengan metode tinjauan literatur
lain.
Meta-analisis memungkinkan adanya pengkombinasian hasil-hasil yang
beragam dan memperhatikan ukuran sampel relatif dan ukuran efek. Hasil dari
tinjauan ini akurat mengingat jangkauan analisis ini yang sangat luas dan analisis
yang terpusat. Meta-analisis juga menyediakan jawaban terhadap masalah yang
diperdebatkan karena adanya konflik dalam penemuan-penemuan beragam studi
serupa.
Meta analisis adalah suatu analisis integratif sekunder dengan menerapkan
prosedur statistik terhadap hasil-hasil pengujian hipotesis penelitian.Analisis
sekunder itu merupakan analisis ulang (reanalysis) terhadap data untuk tujuan
menjawab pertanyaan penelitian dengan teknik-teknik statistik yang lebih baik atau
menjawab pertanyaan-pertanyaan baru dengan data lama yang dimiliki. Analisis
sekunder merupakan suatu ciri-ciri penting terhadap riset dan kegiatan evaluasi.
Banyak perusahaan yang banyak yang menggunakan metode EOQ untuk
peramalan biaya oprasional perusahaan sebagai acuan perusahaan untuk menentukan
jumlah investasi persediaan bahan baku. Untuk mengukur pengaruh EOQ dalam
menentukan investasi bahan baku perlu dilakukan penelitian menggunakan metode
yang dikenal dengan meta analisis untuk mengetahui hubungan antara data-data yang
diperlukan untuk menghitung EOQ.
11
12

2.1 Pengertian Meta Analysis


Menurut Glass (1981) meta analisis merupakan analisis kuantitatif dan
menggunakan sejumlah data yang cukup banyak serta menerapkan metode statistik
dengan mempraktekkannya dalam mengorganisasikan sejumlah informasi yang
berasal dari sampel besar yang fungsinya untuk melengkapi maksud-maksud lainnya.
Menurut Borg (1983) meta analisis merupakan teknik pengembangan paling
baru untuk menolong peneliti menemukan konsistensi atau ketidak-konsistenan
dalam pengkajian hasil silang dari hasil penelitian sejenis.
Sutjipto (1995) mengartikan meta analisis sebagai salah satu upaya untuk
merangkum berbagai hasil penelitian secara kuantitatif. Dengan kata lain, meta-
analisis sebagai suatu teknik ditujukan untuk menganalisis kembali hasil-hasil
penelitian yang diolah secara statistik berdasarkan pengumpulan data primer.
Sugiyanto (2004), berpendapat bahwa Meta-analisis merupakan studi dengan
cara menganalisis data yang berasal dari studi primer. Hasil analisis studi primer
dipakai sebagai dasar untuk menerima atau mendukung hipotesis,dan dapat pula
digunakan untuk menolak/menggugurkan hipotesis yang diajukan oleh beberapa
peneliti.
Barbora (2009) menyimpulkan bahwa meta analisis menurut Sutrisno, Hery
dan Kartono (2007) merupakan teknik yang digunakan untuk merangkum berbagai
hasil penelitian secara kuantitatif dengan cara mencari nilai effect size. Effect size
dicari dengan cara mencari selisih rata-rata kelas eksperimen dengan rata-rata kelas
control, kemudian dibagi dengan standard deviasi kelas control.
Saya mengartikan Penelitian Meta-Analisis sebagai kegiatan pengumpulan,
pengolahan, dan penyajian data yang dilakukan secara sistematis dan objektif untuk
memecahkan suatu masalah atau menguji sebuah hipotesis dengan melakukan
penyelidikan terhadap penelitian-penelitian yang telah ada dengan menguraikan dan
menelaah bagian-bagian dari tiap penelitian serta hubungan tiap penelitian untuk
memperoleh kesimpulan dan pemahaman yang mendalam terhadap penelitian yang
dikaji.
Dengan kata lain, meta-analisis adalah suatu bentuk penelitian kuantitatif
yang menggunakan angka-angka dan metode statistik dari beberapa hasil penelitian
untuk mengorganisasikan dan menggali informasi sebanyak mungkin dari data yang
diperoleh, sehingga mendekati kekomprehensifan dengan maksud-maksud lainnya.
13

Salah satu syarat yang diperlukan dalam melakukan meta analisis adalah pengkajian
terhadap hasil-hasil penelitian yang sejenis.

2.1.1 Kelebihan Meta Analisis Antara Lain (King & Jun He, 2005):
1. Meta analisis memungkinkan mengkombinasikan berbagai macam hasil
penelitian dengan cara yang kuantitatif,
2. Mampu menggambarkan hubungan antar penelitian dengan baik sehingga
dapat mengatasi adanya perbedaan hasil antar penelitian,
3. Meta analisis lebih objektif karena fokus pada data sedangkan review
literatur lainnya (seperti metode naratif) fokus pada kesimpulan dari berbagai
macam studi,
4. Meta analisis fokus pada effect size,
5. Meta analisis dilakukan secara kuantitatif, sehingga lebih mudah dilakukan.

2.1.2 Kekurangan Meta Analisis Antara Lain (DeCoster, 2009):


1. Sampling bias towards empirical studies
Sampling bias berarti pengambilan sampel yang tidak sesuai karena ketidak
seragaman tiap-tiap studi. Pengambilan sampel yang cocok untuk meta-
analisis adalah dengan cara survey, laboratorium experiment, dan studi
lapangan.
2. Publication Bias
Meta analisis menggunakan data yang terdapat dalam penelitian yangtelah
terpublikasi sehingga dianggap penelitian tidak representatif karenahasil-hasil
pengamatan yang signifikan lebih cenderung dipublikasikandaripada yang
tidak signifikan.
3. Apples and Oranges
Metode ini bisa dianalogikan seperti membedakan antara buah jerukdan apel,
artinya mengkombinasikan studi yang berbeda dalam analisis yangsama.
4. Methodological Error
Kesimpulan yang salah dapat dikarenakan kesalahan yang bersifat
metodologi. Dalam melakukan analisis, peniliti sebaiknya melakukan
ekstraksi pada data dan statistik yang terdiri dari effect size, ukuran
sampel,variabel moderator yang mungkin dan sebagainya.
14

2.1.3 Tujuan Meta-Analisis


Penelitian meta analisis secara lebih sederhana dan mencakup poin-poin
penting dalam pengertian para ahli yang telah dijabarkan adalah sebuah analisis atas
analisis, dari sejumlah hasil penelitian dalam masalah sejenis dengan merangkum
hasil-hasil penelitian tersebut secara kuantitatif. Penelitian meta analisis ini memiliki
tujuan, yaitu :
1. Untuk menyelesaikan ketidak pastian hasil laporan
2. Untuk menjawab pertanyaan atau menyelesaikan masalah yang belum dikaji
3. Untuk menemukan konsistensi atau ketidak-konsistenan suatu penelitian yang
sejenis.
4. Untuk memperoleh estimasi effect size, seberapa kuat hubungan atau
seberapa besar perbedaan antar variabel ditiap penelitian.
5. Melakukan interfensi dari data dalam sample ke dalam populasi, baik dengan
hipotesis (anggapan dasar yang masih perlu dibuktikan) maupun dengan
melakukan estimasi (perkiraan berdasarkan keadaan-keadaan yang ada).
6. Melakukan control terhadap variabel yang berpotensi mengacaukan agar
tidak mengganggu hubungan atau perbedaan dari penelitian-penelitian yang
ada.

2.1.4 Langkah-langkah dalam Meta Analisis


Langkah-langkah dalam melakukan meta analisis secara umum adalah
sebagai berikut (DeCoaster, 2009):
1. Menentukan dan mempelajari topik penelitian yang akan dirangkum,
2. Mencari dan mengumpulkan sejumlah penelitian dengan topik yang telah
ditentukan dan menyeleksinya. Pencarian literatur penelitian dapat dilakukan
secara manual ataupun melalui situs-situs internet.
3. Melakukan perhitungan effect size dengan metode dalam meta analisis dan uji
hipotesis terhadap effect size,
4. Mengidentifikasi ada tidaknya heterogenitas effect size dalam model pada
tahap ini, jika teridentifikasi adanya heterogenitas effect size, maka lanjut ke
langkah e. Namun, jika tidak teridentifikasi adanya heterogenitas effect size
maka menuju ke langkah f.
5. Analisis variabel moderator
6. Menarik kesimpulan dan menginterpretasi hasil penelitian meta analisis.
15

2.2 Effect Size

Effect size adalah indeks kuantitatif yang digunakan untuk merangkum hasil
studi dalam meta-analisis. Artinya, effect size mencerminkan besarnya hubungan
antar variabel dalam masing-masing studi. Pilihan indeks effect size bergantung pada
jenis data yang digunakan dalam studi. Ada empat jenis data dalam penelitian
menurut Borenstein, M. et al (2009), yaitu:
1. Dikotomi
Pada data yang dibangun secara dikotomi, sepert hidup/mati, sukses/gagal,
ya/tidak, maka effect size yang digunakan antara lain relative risk atau risk ratio
(RR), odds ratio (OR), atau risk difference (RD). Misalkan sebuah meta analisis
terdiri dari k penelitian. Penelitianpenelitian tersebut mempunyai variabel hasil
dikotomi atau biner.Hasil setiap penelitian dapat dipresentasikan dalam tabel
kontingensi 2 x 2.Tabel ini memberikan informasi jumlah partisipan yang terbagi
dalam dua grup, yaitu grup eksperimen dan kontrol baik yang mengalami kejadian
event maupun tidak no event.

Tabel 2.1Kontigensi 2 x 2 Untuk K Penelitian


16

Dimana :
aj = frekuensi event dalam grup eksperimen pada penelitian ke-j
bj = frekuensi no event dalam grup eksperimen pada penelitian ke-j
cj = frekuensi event dalam grup kontrol pada penelitian ke-j
dj = frekuensi no event dalam grup kontrol pada penelitian ke-j
n1j = banyaknya partisipan pada grup eksperimen pada penelitian ke-j
n2j = banyaknya partisipan pada grup kontrol pada penelitian ke-j
m1j = frekuensi event pada penelitian ke-j
m2j = frekuensi no event pada penelitian ke-j
nj = banyaknya partisipan pada penelitian ke-j (j = 1, 2, , k).

2. Continuous
Pada data yang dibangun secara kontinu, seperti kehilangan bobot, tekanan
darah, maka effect size yang digunakan antara lain mean difference (MD),
atau standardized mean difference (SMD).
3. Time-To-Event Atau Survival Time
Untuk data jenis ini, misalnya waktu kambuh, waktu sembuh, maka
digunakan rasio hazard.
4. Ordinal
Sebuah hasil yang dikategorikan berdasarkan kategori tertentu, misal
ringan/sedang/berat.

2.3 Metode Economic Order Quantity (EOQ)


Freddy Rangkuti (2004) menyatakan bahwa metode EOQ merupakan metode
yang digunakan untuk menentukan jumlah pembelian bahan mentah pada setiap kali
pesan dengan biaya yang paling rendah.Hal tersebut juga didukung oleh Herlina
(2007) yang menyatakan bahwa metode EOQ adalah metode untuk menentukan
berapa jumlah pesanan yang paling ekonomis untuk satu kali pesan.
Dalam bukunya, Don R. Hansen, Maryanne M. Mowen (2001) menjelaskan
hubungan EOQ sebagai metode manajemen persediaan tradisional dengan biaya
persediaan yang terkait didalamnya. Dikatakan bahwa jika persediaan bahan baku
yang ada dalam perusahaan merupakan bahan baku yang dibeli dari luar dan bukan
17

diproduksi atau dari dalam perusahaan, maka biaya yang terkait dengan persediaan
diketahui sebagai biaya pemesanan (ordering costs) dan biaya penyimpanan
(carrying costs).
Biaya pemesanan (ordering costs) merupakan biaya-biaya penempatan dan
penerimaan pesanan.Contohnya adalah biaya memproses pesanan (biaya klerikan
dan dokumen-dokumen), asuransi untuk pengiriman dengan kapal laut, dan biaya-
biaya bongkar muatan.Biaya penyimpanan (carrying costs) merupakan biaya-biaya
yang dikeluarkan untuk menyimpan persediaan.Termasuk didalamnya adalah
asuransi, pajak persediaan, keusangan, dan biaya kesempatan dari dana-dana yang
tersimpan dalam persediaan, biaya-biaya penanganan persediaan, dan biaya gudang.
Jika persediaan tidak diketahui dengan pasti, kategori ketiga dari biaya
persediaan disebut biaya kekurangan persediaan (stock-out costs).Biaya kekurangan
persediaan merupakan biaya-biaya yang timbul karena tidak memiliki produk disaat
ada permintaan oleh pelanggan. Misalnya penjualan yang hilang, biaya ekspedisi
(meningkatnya biaya transportasi, jam kerja lembur, dan sebagainya), dan biaya-
biaya kegiatan produksi yang terputus.
Dalam bukunya, Don R. Hansen, Maryanne M. Mowen (2001) menjelaskan
pula alasan-alasan untuk menyimpan persediaan (baik bahan baku maupun barang
jadi), yang mana hal ini sejalan dengan prinsip EOQ, yaitu:

1. Untuk menghadapi ketidakpastian dalam permintaan sebagaimana diketahui


bahwa adanya kemungkinan permintaan yang berfluktuasi, sehingga dapat
memuaskan permintaan pelanggan (misalnya utuk memenuhi jatuh tempo
pengiriman).
2. Untuk menghindari fasilitas manufaktur yang tidak bisa bekerja lagi karena
adanya kegagalan mesin, suku cadang yang rusak, suku cadang yang tidak
tersedia, dan pengiriman suku cadang yang terlambat.
3. Untuk mengambil keuntungan dari diskon-diskon.
4. Untuk berjaga-jaga jika terjadi kenaikan harga di masa datang.

Seperti pernyataan Freddy Rangkuti (2004) dan Herlina (2007) sebelumnya,


Don R. Hansen, Maryanne M. Mowen (2001) menyatakan dalam metode EOQ dapat
diketahui berapa banyak bahan baku yang harus dipesan atau diproduksi, tapi Akurat
18

pertanyaannya tidak hanya berhenti sampai disitu. Dalam metode EOQ juga dapat
diketahui kapan seharusnya pemesanan dilakukan kembali.
Menurut Don R. Hansen, Maryanne M. Mowen (2001) dan Herlina (2007),
untuk menghitung berapa banyak bahan baku yang harus dipesan, digunakan rumus
matematis EOQ sebagai berikut:
Adapun total biaya persediaan yaitu total biaya pemesanan dan biaya biaya
penyimpanan dapat dihitung dengan menggunakan rumus matematis sebagai berikut:
Biaya Total = Biaya pemesanan + Biaya penyimpanan
Keterangan:
P = Biaya pemesanan setiap kali pesan (dalam rupiah)
D = Jumlah kebutuhan bahan per tahun (dalam unit)
C = Biaya penyimpanan per unit bahan baku (dalam rupiah)
Q = Jumlah unit yang dipesan setiap kali dilakukan pemesanan
TC=Total biaya pemesanan dan biaya penyimpanan (dalam rupiah)
Titik Pemesanan Ulang (Reorder Point ROP)

Freddy Rangkuti (2004) menyatakan reorder point adalah titik pemesanan


yang harus dilakukan suatu perusahaan sehubungan dengan adanya lead time dan
safety stock. Seperti pernyataaan tersebut, Don R. Hansen, Maryanne M. Mowen
(2001) dan Herlina (2007) juga menyatakan bahwa reorder point merupakan titik
waktu di mana pemesanan kembali harus dilakukan.
Dalam reorder point, EOQ menjawab pertanyaan kapan seharusnya
pemesanan dilakukan. Reorder point atau titik waktu ini merupakan fungsi dari EOQ,
waktu tunggu, dan tingkat di mana persediaan sudah habis. Waktu tunggu (lead time)
merupakan waktu yang diperlukan untuk menerima kuantitas pesanan ekonomis
ketika suatu pesanan dilakukan. Dapat dikatakan reorder point adalah saat persediaan
mencapai titik di mana perlu dilakukan pemesanan kembali sehingga pesanan tiba
ketika unit terakhir dari persediaan digunakan.
Dalam bukunya, Don R. Hansen, Maryanne M. Mowen (2001)
mengemukakan bahwa dengan mengetahui tingkat pemakaian persediaan (rate of
usage) dan waktu tunggu, reorder point dapat dihitung sebagai berikut:
Reorder Point = tingkat pemakaian persediaan dalam unit per hari X waktu
tungguApabila tingkat pemakaian tidak diketahui secara pasti, maka untuk
menghindari masalah ini perusahaan seringkali memilih untuk menyimpan
19

persediaan pengaman (safety stock). Freddy Rangkuti (2004) dalam bukunya


manajemen persediaan, menyatakan: safety stock adalah persediaan pengaman
apabila penggunaan persediaan melebihi perkiraan. Don R. Hansen, Maryanne M.
Mowen (2001) juga dalam bukunya mengemukakan bahwa persediaan pengaman
(safety stock) merupakan persediaan ekstra yang disimpan sebagai jaminan dalam
menghadapi permintaan yang berfluktuasi.
Sehingga dapat dikatakan, safety stock yang disebut juga persediaan
minimum, merupakan sejumlah unit persediaan yang ditambahkan dalam pembelian
persediaan yang ekonomis yang digunakan untuk penjagaan atas permintaan
pelanggan yang tidak umum atau leadtime yang lama.
Dengan adanya persediaan pengaman, titik pemesanan ulang (reorder point)
dapat dihitung sebagai berikut :
Reorder Point = (tingkat pemakaian rata-rata X waktu tunggu) + safety stock
Ada beberapa asumsi pada metode EOQ menurut Herlina (2007) dan Taufik
Hidayanto (2007), yaitu:
a. Hanya satu item barang (produk) yang diperhitungkan.
b. Harga pembelian bahan per unit konstan.
c. Bahan yang dibutuhkan selalu tersedia dipasar setiap saat dibutuhkan.
d. Jumlah kebutuhan bahan tersebut relatif stabil sepanjang tahun.
e. Waktu tunggu (lead time) besifat konstan.
f. Setiap pesanan diterima dalam sekali pengiriman dan langsung dapat
digunakan.
g. Hanya ada 3 macam biaya, yaitu: harga barang, biaya simpan,dan biaya
pesan.

2.3.1 Keunggulan dan Kelemahan Metode EOQ


Kartika Hendra (2009) mengemukakan bahwa keunggulan metode EOQ
adalah:
1. Dapat digunakan untuk mengetahui berapa banyak persediaan yang harus
dipesan, dalam hal ini bahan baku, dan kapan seharusnya pemesanan
dilakukan,
2. Dapat mengatasi ketidakpastian permintaan dengan adanya persediaan
pengaman (safety stock),
3. Mudah diaplikasikan pada proses produksi secara massal,
20

4. Lazim digunakan pada rumah sakit, yaitu pada persediaan obat.


Adapun kelemahan yang terdapat pada metode ini, yaitu menempatkan
pemasok sebagai mitra bisnis sementara karena paradigma untung-rugi diterapkan
oleh mereka, sehingga penggunaan model ini menyebabkan berganti-ganti pemasok,
dan hal ini dapat mengganggu proses produksi akibat relasi perusahaan dengan
pemasok yang tidak berdasar pada hubungan kerjasama yang erat. Economic Order
Quantity (EOQ) adalah salah satu metode dalam manajemen persediaan yang klasik
dan sederhana. Perumusan metode EOQ pertama kali ditemukan oleh FW Harris
pada tahun 1915, tetapi metode ini sering disebut EOQ Wilson karena metode ini
dikembangkan oleh seorang peneliti bernama Wilson pada tahun 1934. Metode ini
digunakan untuk menghitung minimalisasi total biaya persediaan berdasarkan
persamaan tingkat atau titik equilibrium kurva biaya simpan dan biaya pesan
(Divianto, 2011). (Sumber : Akurat Jurnal Ilmiah Akuntansi Nomor 05 Tahun ke-2
Mei-Agustus 2011)
Metode EOQ mengasumsikan permintaan secara pasti dengan pemesanan
yang dibuat secara konstan serta tidak adanya kekurangan persediaan. Hal ini pun
dikemukakan oleh Rangkuti (2007) tentang asumsi yang harus dipenuhi dalam
metode EOQ, yaitu :

1. Tingkat permintaan dating secara konstan, berulang-ulang dan diketahui


2. Tidak diperbolehkan terjadinya kehabisan persediaan
3. Bahan yang dipesan dan diproduksi pada satu waktu
4. Biaya pemesanan setiap unit adalah konstan
5. Barang yang dipesan tunggal

Tetapi dalam kenyataan asumsi-asumsi di atas tidak dapat dipenuhi


semuanya, karena kondisi dan keadaan yang terkadang bisa terjadi tiba-tiba. oleh
karena itu metode EOQ mengalami pengembangan yang disesuaikan dengan kondisi
dan keadaan dari perusahaan itu sendiri.
21

2.6 Kerangka Pemikiran

Meta-Analysis
Signifikansi Economic
Order Quantity

Mengambil data hasil


penelitian yang akan
diolah dengan
menggunakan SPSS

Standartkan data yang


diolah

Regresi dan Kolerasi Automatic Linier Effect Size

Hasil

Kesimpulan dan
Saran

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran


22

Das könnte Ihnen auch gefallen