Sie sind auf Seite 1von 90

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Ekosistem mangrove merupakan salah satu dari beberapa ekosistem yang
mempunyai produktivitas tinggi. Produktivitas tersebut mencapai sekitar 2.500
sampai 3.600 gr/m2/th, yang merupakan urutan ke tiga sesudah produktivitas
primer hutan hujan (6.000 gr/m2/th) dan terumbu karang (4.900 gr/m2/th) (Lear
dan Turner dalam Soeroyo, 1996).
Serasah didefinisikan sebagai bahan organik mati yang berada di atas tanah
mineral. Hanya kayu mati yang ukuran diameternya kurang dari 10 cm
dikategorikan sebagai serasah yang umumnya diestimasi biomassanya dengan
metode pemanenan/pengumpulan (Sutaryo, 2009).
Produksi serasah merupakan bagian yang penting dalam transfer bahan
organik dari vegetasi ke dalam tanah. Unsur hara yang dihasilkan dari proses
dekomposisi serasah di dalam tanah sangat penting dalam pertumbuhan mangrove
dan sebagai sumber detritus bagi ekosistem laut dan estuari dalam menyokong
kehidupan berbagai organisme akuatik (Zamroni dan Rohyani, 2008).
Oleh karena itu penulis tertarik untuk mempelajari teknik pengukuran
produksi serasah mangrove demi melihat tingkat kesuburan di suatu perairan
pesisir. Praktek magang ini dilakukan di P2O-LIPI karena teknologi yang lebih
lengkap serta tenaga pengajar yang berkompeten dalam membimbing mahasiswa/i
yang ingin mempelajari metode-metode khususnya untuk penelitian.
2

1.2. Tujuan Praktek Magang


Tujuan dilakukannya praktek magang ini adalah untuk mengetahui teknik
pengukuran produksi serasah mangrove.
1.3. Manfaat Praktek Magang
Manfaat praktek magang ini diharapkan dapat memberi informasi mengenai
teknik pengukuran produksi serasah mangrove agar nantinya dapat dijadikan
sebagai metode pada penelitian.
3

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Ekosistem Mangrove


Ekosistem mangrove adalah suatu lingkungan yang mempunyai ciri khusus
karena lantai hutannya secara teratur digenangi oleh air yang dipengaruhi oleh
salinitas serta fluktuasi ketinggian permukaan air karena adanya pasang surut air
laut (Duke, 1992).
Ekosistem mangrove merupakan salah satu ekosistem wilayah pesisir yang
paling subur, produksi primer potensial hutan mangrove di Indonesia diduga
sekitar 40,40-45,50 kg C/ha/hari. Hutan mangrove memiliki produktivitas serasah
di Indonesia sekitar 20,50-29,35 ton/ha/th (Sukardjo dalam Mahmudi et al.,
2008).
2.2. Kondisi Ekosistem Mangrove
Tomlinson (1986) membagi flora mangrove menjadi tiga kelompok, yakni:
1. Flora mangrove mayor (flora mangrove sebenarnya), yakni flora yang
menunjukkan

kesetiaan

terhadap

habitat

mangrove,

berkemampuan

membentuk tegakan murni dan secara dominan mencirikan struktur komunitas,


secara morfologi mempunyai bentuk-bentuk adaptif khusus (bentuk akar dan
viviparitas) terhadap lingkungan mangrove, dan mempunyai mekanisme
fisiologis dalam mengontrol garam. Contohnya adalah Avicennia, Rhizophora,
Bruguiera, Ceriops, Kandelia, Sonneratia, Lumnitzera, Laguncularia dan
Nypa.
2. Flora mangrove minor, yakni flora mangrove yang tidak mampu membentuk
tegakan murni, sehingga secara morfologis tidak berperan dominan dalam
4

struktur komunitas, contoh : Excoecaria, Xylocarpus, Heritiera, Aegiceras.


Aegialitis, Acrostichum, Camptostemon, Scyphiphora, Pemphis, Osbornia dan
Pelliciera.
3. Asosiasi mangrove, contohnya adalah Cerbera, Acanthus, Derris, Hibiscus,
Calamus, dan lain-lain.
2.3. Zonasi Mangrove
Menurut Arief (2003) pembagian zonasi juga dapat dilakukan berdasarkan
jenis vegetasi yang mendominasi, dari arah laut kedataran berturut-turut sebagai
berikut:
1. Zona Avicennia, terletak pada lapisan paling luar dari hutan mangrove. Pada
zona ini, tanah berlumpur lembek dan berkadar garam tinggi. Jenis Avicennia
ini banyak ditemui berasosiasi dengan Sonneratia spp. karena tumbuh dibibir
laut, jenis ini memiliki perakaran yang sangat kuat yang dapat bertahan dari
hempasan ombak laut. Zona ini juga merupakan zona perintis atau pioner,
karena terjadinya penimbunan sedimen tanah akibat cengkeraman perakaran
tumbuhan jenis-jenis ini.
2. Zona Rhizophora, terletak dibelakang zona Avicennia dan Sonneratia. Pada
zona ini, tanah berlumpur lembek dengan kadar garam lebih rendah. Perakaran
tanaman tetap terendam selama air laut pasang.
3. Zona Bruguiera, terletak dibelakang zona Rhizophora. Pada zona ini tanah
berlumpur agak keras. Perakaran tanaman lebih peka serta hanya terendam
pasang naik dua kali sebulan.
5

4. Zona Nypah, yaitu zona pembatas antara daratan dan lautan, namun zona ini
sebenarnya tidak harus ada, kecuali jika terdapat air tawar yang mengalir
(sungai) ke laut.

Gambar 1. Contoh zonasi mangrove di Cilacap, Jawa Tengah (White et al.


dalam Noor et al., 2012).
Aa - Avicennia alba
Dh - Derris heterophylla
Ac - Aegiceras corniculatum
Ra - Rhizophora apiculata
Bc - Bruguiera cylindrica
Rm - R. mucronata
Bg - B. gymnorrhiza
Sb - Sarcolobus banksii
Bp - B. parviflora
Xg - Xylocarpus granatum
Ct - Ceriops tagal
2.4. Manfaat dan Fungsi Mangrove
Ekosistem mangrove berperan penting dalam mendukung kehidupan
organisme yang terdapat di dalamnya. Adapun fungsi hutan mangrove menurut
Saenger (1983), Salim (1986), and Naamin (1990) (dalam Priyandes dan Majid,
2009) dapat dibedakan ke dalam tiga macam, yaitu fungsi fisik, fungsi ekonomi
dan fungsi biologi seperti berikut.
1. Fungsi fisik :
- Menjaga garis pantai dan tebing sungai dari erosi/abrasi agar tetap stabil
6

- Mempercepat perluasan lahan


- Mengendalikan intrusi air laut
- Melindungi daerah belakang mangrove/pantai dari hempasan gelombang dan
angin kencang
- Menjadi kawasan penyangga terhadap rembesan air laut (intrusi)
- Mengolah bahan limbah organik
2. Fungsi ekonomi :
- Merupakan penghasil kayu sebagai sumber bahan bakar (arang, kayu bakar),
bahan bangunan (balok, atap rumah, tikar)
- Memberikan hasil hutan bukan kayu seperti madu, obat-obatan, minuman
serta makanan, tanin dan lain-lain.
- Merupakan lahan untuk produksi pangan dan tujuan lain (pemukiman,
pertambangan, industri, infrastruktur, transportasi, rekreasi dan lain-lain)
3. Fungsi biologi :
- Merupakan tempat mencari makan (feeding ground), tempat memijah
(spawning ground) dan tempat berkembang biak (nursery ground) berbagai
jenis ikan, udang, kerang dan biota laut lainnya.
- Menjadi tempat bersarang berbagai jenis satwa liar terutama burung
- Merupakan sumber plasma nutfah.
2.5. Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Pertumbuhan Mangrove
2.5.1. Salinitas
Kondisi salinitas sangat mempengaruhi komposisi mangrove. Tingkat
salinitas sangat bervariasi tergantung pada pasang surut, ketersediaan air tawar,
7

curah hujan dan angin musim timur laut. Salinitas di mangrove berkisar antara
1,25 - 33 %0 (Sukardjo, 2010).
2.5.2. Fisiografi Pantai
Fisiografi pantai dapat mempengaruhi komposisi, distribusi sepesies dan
lebar hutan mangrove. Pada pantai yang landai, komposisi ekosistem mangrove
lebih beragam jika dibandingkan dengan pantai yang terjal. Hal ini disebabkan
karena pantai landai menyediakan ruang yang lebih luas untuk tumbuhnya
mangrove sehingga distribusi spesies menjadi semakin luas dan lebar. Pada pantai
yang terjal komposisi, distribusi dan lebar hutan mangrove lebih kecil karena
kontur yang terjal menyulitkan pohon mangrove untuk tumbuh (LPP Mangrove,
2008).
2.5.3. Gelombang Arus
Gelombang dan arus dapat merubah struktur dan fungsi ekosistem
mangrove. Pada lokasi-lokasi yang memiliki gelombang dan arus yang cukup
besar biasanya hutan mangrove mengalami abrasi sehingga terjadi pengurangan
luasan hutan. Gelombang dan arus juga berpengaruh langsung terhadap distribusi
spesies misalnya buah atau semai Rhizophora terbawa gelombang dan arus
sampai menemukan substrat yang sesuai untuk menancap dan akhirnya tumbuh.
Gelombang dan arus berpengaruh tidak langsung terhadap sedimentasi pantai dan
pembentukan padatan-padatan pasir di muara sungai merupakan substrat yang
baik untuk menunjang pertumbuhan mangrove (Noor et al., 2006).
8

2.5.4. Iklim
Iklim mempengaruhi perkembangan tumbuhan dan perubahan faktor fisik
(substrat dan air). Pengaruh iklim terhadap pertumbuhan mangrove melalui
cahaya, curah hujan, suhu, dan angin (BLH kawasan pesisir dan laut, 2012).
2.5.4.1. Cahaya
Cahaya berpengaruh terhadap proses fotosintesis, respirasi, fisiologi, dan
struktur fisik mangrove. Intensitas, kualitas, lama (mangrove adalah tumbuhan
yang membutuhkan intensitas cahaya yang tinggi sehingga sesuai untuk hidup di
daerah tropis) pencahayaan mempengaruhi pertumbuhan mangrove. Cahaya
berpengaruh terhadap pembungaan dan germinasi dimana tumbuhan yang berada
di luar kelompok akan menghasilkan lebih banyak bunga karena mendapat sinar
matahari lebih banyak (BLH kawasan pesisir dan laut, 2012).
2.5.4.2. Curah hujan
Jumlah, lama, dan distribusi hujan mempengaruhi perkembangan tumbuhan
mangrove. Curah hujan yang terjadi mempengaruhi kondisi udara, suhu air,
salinitas air dan tanah (BLH kawasan pesisir dan laut, 2012).
2.5.4.3. Suhu
Spesies mangrove mempunyai toleransi yang berbeda terhadap peningkatan
suhu udara. Dalam hal ini fotosintesis dan beberapa variabel ekofisiologi mangrove
seperti produksi daun yang maksimal terjadi pada tingkat suhu optimal tertentu,
dibawah dan diatas suhu tersebut fotosintesis dan produksi daun menurun (Hogarth,
1999). Avicennia marina menunjukkan laju fotosintesis yang maksimum pada

suhu 200C, sedang laju fotosintesis maksimum Xylocarpus yang tersebar di


daerah tropika terjadi pada suhu lebih tinggi dari 280C (Kusmana, 2010).
9

2.5.4.4. Angin
Angin mempengaruhi terjadinya gelombang dan arus. Angin merupakan
agen polinasi dan diseminasi biji sehingga membantu terjadinya proses reproduksi
tumbuhan mangrove (BLH kawasan pesisir dan laut, 2012).
2.6. Produktivitas Primer
2.6.1. Produksi Serasah
Serasah adalah bahan-bahan yang telah mati, terletak diatas permukaan
tanah dan mengalami dekomposisi dan mineralisasi. Komponen-komponen yang
termasuk serasah adalah daun, ranting, cabang kecil, kulit batang, bunga dan buah
(Mindawati dan Pratiwi dalam Aprianis, 2011).
Produksi serasah hutan mangrove di Indonesia diduga sekitar 40,40 sampai
45,50 kg C/ha/hari dan untuk tanaman Rhizophora mucronata produksi serasah
bersihnya adalah 20,80 sampai 25,00 ton C/ha/tahun. Hutan mangrove memiliki
produktifitas serasah di Indonesia sekitar 20,50 ton/ha/tahun sampai 29,35
ton/ha/tahun (Sukardjo dalam Sa'ban et al., 2013).
10

III. METODE PRAKTEK

3.1. Waktu dan Tempat


Praktek magang ini dilaksanakan pada tanggal 26 Januari 2015 - 18 Februari
2015 di Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia,
Jakarta.
3.2. Alat dan Bahan
Peralatan yang dibutuhkan dalam penelitian produksi serasah yaitu roll
meter (50 dan 100 m), pita meter (1 m), tali plot (10x10, 5x5, dan 1x1 m2) dari
tali
rafia, perangkap serasah berukuran 50 x 50 cm2 dengan kedalaman 30-50 cm yang
dibuat dengan pipa pvc inch + jaring dengan size 1 mm, kantong plastik dan
kertas label untuk tempat serasah, GPS, alat tulis, kamera digital, coolbox, tisu
oven dan timbangan (ketelitian min < 0,001).
3.3. Metode Praktek Magang
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi, desk
study, studi kepustakaan, dan diskusi. Metode observasi yaitu observasi secara
langsung turun ke lapangan. Metode desk study yaitu pengumpulan data dan
informasi melalui informasi menggunakan data sekunder. Metode studi
kepustakaan yaitu pengumpulan data dengan studi penelaahan terhadap bukubuku,
literatur, catatan, dan laporan yang berhubungan. Metode diskusi yaitu
pengumpulan data dengan cara berdiskusi dengan para ahli. Untuk menganalisa
kondisi vegetasi mangrove digunakan metode transek kuadrat.
11

3.4. Jadwal Kegiatan Praktek Magang


Jadwal kegiatan praktek magang dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Jadwal Kegiatan Praktek Magang
Jenis kegiatan
Minggu keKeterangan
1
2
3
4
Pengenalan kepada
x
Kegiatan berupa penyerahan
staf peneliti dan
mahasiswa magang kepada
teknisi serta beberapa
pembimbing lapangan kemudian
Laboratorium.
pengenalan laboratorium beserta
para staf di Laboratorium.
Pengenalan tentang
mangrove.

Pembahasan sedikit tentang


mangrove, penjelasan mengenai
beberapa metode penelitian
tentang mangrove.

Perhitungan produksi
serasah mangrove

Dokumentasi

Mengikuti kegiatan Penelitian


bersama 2 staf LIPI dan 2 peneliti
dari Cina di Suaka Marga Satwa
Muara Angke. Mengerjakan data
mentah penelitian produksi serasah
dari penelitian Pak I Wayan Eka
Dharmawan di Bitung, Manado.
x

Kegiatan dilakukan di lokasi


praktek magang
12

IV. TEMPAT PRAKTEK MAGANG

4.1. Kondisi Umum Tempat Praktek Magang


Pusat Penelitian Oseaografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2OLIPI) merupakan
salah satu lembaga penelitian yang bergerak di bidang penelitian
sumberdaya kelautan. Pusat Penelitian Oseanografi LIPI terletak di Jalan Pasir
Putih 1 Ancol Timur Jakarta Utara. Terdiri dari beberapa bagian bidang penelitian
yaitu bidang penelitian Sumberdaya Hayati Laut dan bidang penelitian Dinamika
Laut.
Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI sebagai salah satu lembaga di bawah
naungan LIPI memiliki tugas dan fungsi menggali ilmu-ilmu dasar di bidang
kelautan yang dapat dijadikan sebagai landasan untuk mendukung perkembangan
ilmu terapan dan menjadi landasan ilmiah yang kuat dalam menunjang
pengelolaan sumberdaya kelautan secara berkelanjutan dan lestari. Pusat
Penelitian Oseanografi-LIPI juga berperan dalam memberikan saran dan
pelayanan ilmiah dibidang kelautan kepada

instansi-instansi lain yang

memerlukannya.
4.2. Sejarah Berdirinya Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI
Sejarah Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI bermula pada awal abad ke 20,
tepatnya tahun 1905, ketika Visscherij Station didirikan di Pasar Ikan, Jakarta
atas
inisiatif dari Dr. J.C Koningsberger, seorang ahli Zoologi, kepala museum
Zoologi Bogor saat itu. Lembaga ini didirikan dengan tujuan melakukan
penelitian kelautan untuk menggali sumberdaya biota laut yang bernilai ekonomi
penting. Dalam perjalanan waktu lembaga telah beberapa kali berganti nama.
13

Tahun 1915 lembaga ini bernama "Visscherij Station te Batavia",


berdasarkan SK Pemerintah Belanda No. 37 Tanggal 31 Juli 1911, lembaga ini
secara resmi masuk dalam struktur "sLands Plantentuin". Tahun 1922 lembaga ini
berganti nama lagi menjadi Laboratorium Voor Het Onderzoek der Zee (LOZ)
dibawah pimpinan: Dr. A.L.J. Sunier. Tahun 1949 berubah lagi namaya menjadi
"Laboratorium Penyelidikan Laut".
Tahun 1955 lembaga ini berganti nama lagi menjadi "Lembaga
Penyelidikan Laut", dibawah pimpinan Prof. Klaus Wyrtki. Tahun 1962 namanya
berubah menjadi "Lembaga Penelitian Laut" sebagai salah satu bagian dari
Lembaga Biologi Nasional MIPI. Tahun 1970, melalui melalui keputusan
presiden No.10 tahun 1970, lembaga ini ditetapkan sebagai lembaga berskala
nasional dengan nama Lembaga Oseanologi Nasional (LON) sebagai bagian dari
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
Pada tahun 1986, terjadi reorganisasi di LIPI, berdasarkan Keppres R.I No.
1/1986, nama LON diubah menjadi Pusat Penelitian dan Pengembangan
Oseanologi-LIPI (Puslitbang Oseanologi - LIPI), dibawah kedeputian Ilmu
Pengetahuan Alam. Tahun 2001, berdasarkan keputusan Kepala LIPI No.
1151/M/2001, Puslitbang Oseanologi - LIPI, diubah lagi namanya menjadi Pusat
Penelitian Oseanografi - LIPI, dibawah naungan Deputi Ilmu Pengetahuan
Kebumian.
Berikut ini adalah beberapa nama Kepala P2O-LIPI
No NAMA PIMPINAN
1 Prof. Klaus Wyrtki
2 Raden Engkos Soeriaatmadja
3 Dr Gatot Rahardjo Joenoes Singonegoro
4 Suyatno Birowo, M.Sc
5 Dr. Aprilani Sugiarto

PERIODE
1954 1957
1957 1960
1960 1968
1969 1972
1973 1986
14

6
7
8
9
10

Prof. Dr. Kasijan Romimohtarto


Dr. Anugerah Nontji
Dr Ono Kurnaen Sumadhiharga, M.Sc
Prof. Dr. Suharsono
Dr. Zainal Arifin, M.Sc

1986 1993
1993 1996
1996 2004
2004 2011
2011 sekarang

4.3. Struktur Organisasi Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI


Struktur Organisasi Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI terdiri dari satu
orang pemimpin yang menjadi Kelapa Puslit Oseanografi-LIPI, yang kemudian
di bawah Kepala Puslit Oseanografi terdiri dari Bagian Tata Usaha (Sub-bagian
Jasa dan Informasi, Sub-bagian Umum, Sub-bagian Kepegawaian, Sub-bagian
Keuangan), Bagian Bidang Dinamika Laut (Laboratorium Plankton dan
Produktivitas Primer, Laboratorium Mikrobiologi, Laboratorium Ekotoksikologi,
Laboratorium Kimia Oseanografi, Laboratorium Kimia Organik, Laboratorium
Geologi Laut, Laboratorium Penginderaan Jarak Jauh, Laboratorium Oseanografi
Fisika). Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada Gambar 2.
Bagian Bidang Sumberdaya Laut (Laboratorium Ikan, Laboratorium Lamun,
Laboratorium Algae dan Rumput Laut,

Laboratorium Echinodhermata,

Laboratorium Koral dan Sponge, Laboratorium Krustacea, Laboratorium Moluska


dan Polikaeta, Laboratorium Mariekultur, Laboratorium Produk Alam Laut dan
Laboratorium Mangrove), Bagian Bidang Sarana Penelitian (Sub-bidang Sarana
Dinamika Laut, Sub-bidang Sarana Sumberdaya Laut, Sub-bidang Sarana Kapal
Penelitian), dan Kelompok Jabatan Fungsional, dan Unit-Unit Pelaksanaan
Teknis.
15

Gambar 2. Bagan Struktur Organisasi Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI


4.4. Visi dan Misi Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI
4.4.1. Visi Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI
Reformasi birokrasi di lingkungan Pusat Penelitian Oseanografi LIPI
diawali dengan meredefenisi visi dan misi organisasi, sebagai upaya mendorong
reposisi Pusat Penelitian Oseanografi LIPI di antara organisasi penelitian bidang
kelautan dengan meningkatkan fungsi dan core-competent Pusat Penelitian
Oseanografi LIPI, yaitu untuk
Menjadi Salah Satu Pusat Riset Terbaik Bidang Oseanografi dan
Berkontribusi Nyata Di Tingkat Regional Asia-Pasifik Pada Tahun 2025
4.4.2. Misi Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI
Dalam upaya mencapai peringkat terbaik di tingkat regional, Pusat
Penelitian Oseanografi LIPI diharapkan mampu menghasilkan riset dan inovasi
16

yang signifikan dalam memenuhi kebutuhan pemerintah, dengan memberi


pertimbangan ilmiah, saran dan kebijakan serta meningkatkan pelayanan kepada
publik, industri, dan pemangku kepentingan lainnya. Pencapaian Visi tersebut
dituangkan dalam 3 (tiga) misi utama, yaitu:
1. Meningkatkan output riset oseanografi yang berkontribusi signifikan terhadap
ilmu pengetahuan, nyata dirasakan pemangku kepentingan dan berdampak
besar bagi publik.
2. Meningkatkan pelayanan publik dalam bentuk penyediaan data dan informasi
oseanografi yang akurat, tepat waktu dan tepat guna.
3. Mendukung kelangsungan pemanfaatan sumberdaya laut dan lingkungannya
berbasis ilmu pengetahuan untuk kesejahteraan publik.
4.4.3. Sarana dan Prasarana Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI
Sarana dan prasarana yang ada di P2OLIPI seperti perpustakaan, stasiunstasiun
penelitian yang tersebar di beberapa lokasi di perairan Indonesia yaitu
UPT Balai Konservasi Biota Laut Ambon, UPT Loka Konservasi Biota Laut Tual,
Maluku Utara, UPT Loka Konservasi Biota Laut Biak Irian Jaya, UPT Loka
Konservasi Biota Laut Bitung, Sulawesi Utara, UPT Loka Pengembangan Bio
Industri Laut, Mataram, UPT Loka Pengembangan Kompetensi SDM Oseanografi
Pulau Pari. Kemudian juga tersedia sarana armada kapal penelitian sebanyak 6
buah yang dirancang khusus untuk penelitian dan berukuran cukup besar (KM.
Samudra, KR. Jalanidhi, KM. Tirta, KM. Rd. E. Soeriatmadja, KR. Baruna Jaya
VII dan KR. Baruna Jaya VIII), beberapa buah motor boat (Mutiara I-IV, Speed
Boat P. Pari II dan Mantipora) untuk penelitian di perairan dekat pantai. Selain
itu penambahan sarana dan prasarana juga banyak dilakukan di lingkungan UPT
17

(Unit Pelaksana Teknis). Sementara itu penambahan peralatan antara lain:


Peralatan laboratorium produk alam laut, AAS (eko-toksikologi), dan kalibrasi
alat oseanografi.
Untuk menunjang kegiatan penelitian dan tukar-menukar informasi
dengan pihak lain baik dari dalam maupun luar negeri, telah tersedia berbagai
buku dan jurnal baik nasional maupun internasional. Hingga saat ini ada sekitar
1200 judul buku dan 685 jurnal ilmiah baik nasional maupun internasional yang
tersedia di perpustakaan P2O-LIPI.
18

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Prosedur Analisis Vegetasi Mangrove


Metode Transect Line Plots digunakan untuk menganalisis kondisi vegetasi
mangrove. Sebanyak dua belas plot berukuran 10 x 10 m2 dibuat di sepanjang
garis transek untuk menghitung kondisi vegetasi pada tingkat pohon (DBH,
Diameter at Breast Height > 10 cm). Jumlah plot yang dibuat disesuaikan dengan
waktu yang tersedia. Plot dikelompokkan menjadi tiga zonasi, yaitu area dekat
pantai (seaward), area tengah (middle zone) dan area dekat darat (landward).
Dalam setiap plot tersebut dibuat dua subplot berukuran 5 x 5 m2 untuk
mengelaborasi tegakan pancang/tiang/sapling (DBH < 10 cm) dan 1 x 1 m2 untuk
kuantifikasi jumlah anakan/seedling. Dalam setiap plot dilakukan pencatatan
nama jenis dan keliling batang tanaman. Data keliling dikonversi menjadi DBH
untuk penghitungan parameter vegetasi seperti kerapatan tegakan dan indeks nilai
penting (INP). Untuk pendugaan jarak antar plot menggunakan google map.

10 m
10 m

5m

5m
1m
1m

Perairan Laut
Gambar 3. Model transek dan plot analisis vegetasi mangrove
19

Ket: 10x10 - DBH > 10 cm


- KLL > 30 cm
5x5 - DBH < 10 cm
- KLL < 30 cm
1x1 - T pohon < 1 m
5.2. Model Peletakan Plot
Peletakkan plot dilakukan secara teratur (systematic) (Sutaryo, 2009).
arah ke darat

arah ke laut
Gambar 4. Ilustrasi peletakan plot dalam pengambilan data lapangan
5.3. Desain Pemasangan Perangkap Serasah

Gambar 5. Desain pemasangan perangkap serasah (Rusrita et al., 2014)


20

5.4. Prosedur Pengukuran Produksi Serasah


Metode yang umum digunakan untuk pengambilan produksi serasah adalah
metode litter-trap (Brown dalam Indriani, 2008). Pengambilan contoh serasah
mangrove (daun, ranting, dan buah/bunga) menggunakan jaring berukuran 50 x 50
cm2 yang dibentangkan di bawah pohon mangrove. Pengambilan contoh serasah
selama 1 tahun dengan rentang waktu satu bulan sekali sebanyak 12 kali.
Mangrove yang tertampung dimasukkan ke dalam kantong plastik lalu diberi
label, setelah itu dibawa ke laboratorium untuk ditimbang berat basa (sebelum di
oven) dan berat kering (sesudah di oven selama 3 hari dengan suhu 60oC) dengan
ketelitian 0,0001 gram dalam satuan gram/0,25m2/bulan.
5.5. Perhitungan Produksi Serasah
Serasah yang di bawa ke laboratorium kemudian di pisahkan antara daun,
ranting, dan buah/bunga. Kemudian di timbang dengan ketelitian timbangan
0,0001 gram. Hasil rata-rata berat dari 4 titik sampling di setiap stasiun
pengukuran dihitung dengan satuan gram/0,25m2/bulan.
Pendugaan rata-rata produksi serasah pada setiap stasiun digunakan rumus
menurut Mahmudi et al.,2008:
(g/m2)
Ket:
Xj = rata-rata produksi serasah setiap ulangan pada periode waktu tertentu
xi = produksi serasah setiap ulangan pada periode waktu tertentu (1, 2, 3...dst)
n = jumlah litter trap pengamatan
21

5.6. Hasil Produksi Serasah


Total rata-rata produksi serasah di Desa Kema, Bitung arah ke darat yaitu
sekitar 166,5429 gr/0,25m2/tahun, di tengah 174,0979 gr/0,25m2/tahun, arah ke
laut 155,2480 gr/0,25m2/tahun.
Tabel 2. Produksi Serasah Mangrove Kema, Bitung (landward)
Rata-rata berat kering sesudah di oven (gr/0,25m2/bulan)
Bulan
Daun
Buah
Bunga
Total
Mei-13
12,3772
0
0
12,3772
Jun-13
10,2079
0
0
10,2079
Jul-13
7,9261
0
0
7,9261
Agust-13
7,6963
0
0
7,6963
Sep-13
18,6401
0
1,2973
19,9374
Okt-13
10,2543
1,8539
0,3609
12,4691
Nop-13
10,6879
0,9409
0
11,6288
Des-13
12,6625
0
1,6270
14,2895
Jan-14
9,7989
0,7095
0
10,5084
Feb-14
20,1659
0
1,0568
21,2227
Mar-14
16,5764
0
0
16,5764
Apr-14
18,2528
0
3,1631
21,4159
Total Keseluruhan
166,5429

Gambar 6. Grafik rata-rata berat kering sesudah di oven lokasi arah ke


darat (gram/0,25m2/tahun)
22

Tabel 3. Produksi Serasah Mangrove Kema, Bitung (middle zone)


Rata-rata berat kering sesudah di oven (gr/0,25m2/bulan)
Bulan
Daun
Buah
Bunga
Total
Mei-13
22,8663
3,9059
0
26,7722
Jun-13
18,5866
0
0
18,5866
Jul-13
6,4203
7,6607
0
14,0810
Agust-13
11,4317
1,1558
0
12,5874
Sep-13
23,4948
4,0040
0,2116
27,7104
Okt-13
14,3663
0
0,6850
15,0513
Nop-13
9,4276
0
2,6563
12,0839
Des-13
12,3840
0
1,9049
14,2889
Jan-14
11,2247
0
1,5816
12,8062
Feb-14
22,8684
1,3064
0,5857
24,7605
Mar-14
15,4999
6,8539
0,7259
23,0798
Apr-14
21,3818
0
0
21,3818
Total Keseluruhan
174,0979

Gambar 7. Grafik rata-rata berat kering sesudah di oven lokasi di tengah


(gram/0,25m2/tahun)
Tabel 4. Produksi Serasah Mangrove Kema, Bitung (seaward)
Rata-rata berat kering sesudah di oven (gr/0,25m2/bulan)
Bulan
Daun
Buah
Bunga
Total
Mei-13
13,7190
8,2198
0,3215
22,2603
Jun-13
14,6471
0
0
14,6471
Jul-13
10,3729
0,4886
0
10,8615
Agust-13
7,7530
0,3082
0,2649
8,3260
Sep-13
14,4785
0
0,2601
14,7386
23

Okt-13
Nop-13
Des-13
Jan-14
Feb-14
Mar-14
Apr-14

8,2241
1,1196
14,6099
0
12,6487
0
13,3301
0
17,1591
0
18,2850
0
15,2463
0
Total Keseluruhan

0,8039
0,1470
0
0
0
0
0

10,1475
14,7569
12,6487
13,3301
17,1591
18,2850
15,2463
155,2480

Gambar 8. Grafik rata-rata berat kering sesudah di oven lokasi arah ke laut
(gram/0,25m2/tahun)
Rata-rata produksi serasah di Desa Kema, Bitung lokasi arah ke darat yaitu
sekitar 6,66 ton/ha/tahun, di tengah 6,96 ton/ha/tahun, arah ke laut 6,21
ton/ha/tahun.
Menurut Proctor (dalam Aprianis, 2011), bahwa yang mempengaruhi
jatuhan serasah baik dalam jumlah maupun kualitasnya, yaitu keadaan lingkungan
(iklim, ketinggian, kesuburan tanah), jenis tanaman (hutan alam dan hutan buatan)
dan waktu (musim dan umur tegakan).
Beberapa parameter yang mempengaruhi produksi serasah mangrove
seperti:
24

1.

Vegetasi Mangrove
Kerapatan pohon mangrove mempengaruhi produksi serasah, semakin

tinggi kerapatan pohon, maka semakin tinggi pula produksi serasahnya. Begitu
pula sebaliknya, semakin rendah kerapatan pohonnya, semakin rendah pula
produksi serasahnya (Gayuh et al., 2011).
Nilai kerapatan vegetasi bakau ditentukan dengan mengacu pada Kadi
(dalam Harold dan Nababan, 2010) dengan kriteria sebagai berikut:
NDVI < 0.0001
NDVI 0.0001 0.1
NDVI 0.1 0.2
NDVI 0.2 0.3
NDVI 0.3 0.4
NDVI > 0.4
2.

Lingkungan

a.

pH

= tidak bervegetasi
= sangat jarang
= vegetasi jarang
= vegetasi sedang
= vegetasi lebat
= vegetasi sangat lebat,

Menurut LLPM (dalam Susana et al. 2013), ekosistem mangrove akan


tumbuh dengan baik pada daerah kisaran pH 5,0-9,0. Hal ini dibenarkan oleh
Hilmi (2005), bahwa mangrove dapat tumbuh pada kisaran pH normal. Apabila
pH terlalu tinggi atau rendah dan tidak dapat di toleransi oleh mangrove, maka
akan mengakibatkan kematian pada mangrove tersebut.
b.

Suhu
Menurut Triswanto (dalam Zamroni dan Rohyani, 2008) tumbuhan

mangrove akan mengugurkan daun segarnya di bawah suhu optimum dan


menghentikan produksi daun baru apabila suhu lingkungan di atas suhu optimum.
Penelitian Hutchings dan Saenger (dalam Zamroni dan Rohyani, 2008)
menunjukkan bahwa temperatur optimum untuk R. stylosa dan Ceriops spp.
adalah 26 - 28oC, dan Bruguera spp. adalah 27oC.
25

c.

Salinitas
Menurut Ilugo (dalam Susana et al. 2013), menyatakan bahwa tumbuhan

mangrove tumbuh subur di area estuaria dengan salinitas 10-30 0/00, jika salinitas
yang sangat tinggi melebihi 35 0/00 maka dapat berpengaruh buruk terhadap
vegetasi mangrove tersebut.
d.

Nitrat (NO3)
Menurut Effendi (dalam Indriani, 2008) nitrat adalah bentuk utama nitrogen

di perairan alami dan merupakan nutrien utama bagi pertumbuhan tanaman dan
alga. Nilai nitrat di perairan berkisar antara 0,085 - 0,502 ppm.
e.

Fosfat (PO4)
Kriteria tingkat kesuburan perairan berdasarkan kandungan fosfat 0,000 -

0,020 mg/liter (rendah), 0,021 - 0,050 mg/liter (cukup), 0,051 - 0,100 mg/liter
(baik), > 0,100 mg/liter (sangat subur) (Vollenweider dalam Indriani, 2008).
3.

Jenis Daun
Faktor yang menyebabkan perbedaan yang sangat jauh antara serasah daun

dengan serasah ranting maupun buah dan bunga diduga erat karena kondisi
lingkungan serta ciri biologis, dikarenakan bentuk dan ukuran daun yang lebar
dan tipis sehingga mudah digugurkan oleh hembusan angin dan terpaan air hujan
(Gayuh et al., 2011).
Menurut Murdiyanto (dalam Zamroni dan Rohyani, 2008), terdapat 3 cara
mangrove untuk bertahan terhadap air garam:
(i) Mangrove menghindari penyerapan garam berlebihan dengan cara menyaring
melalui bagian akarnya,
26

(ii) Secepatnya mengeluarkan garam yang masuk ke dalam sistem pepohonan


melalui daun,
(iii) Menumpuk kelebihan garam pada kulit pohon dan daun tua lalu digugurkan.
5.7. Jenis Kerapatan
Data mengenai jenis, jumlah tegakan dan diameter pohon yang telah dicatat,
diolah lebih lanjut untuk memperoleh kerapatan jenis (Bengen, 2003).
Kerapatan Jenis (Di) adalah jumlah tegakan jenis I dalam suatu unit area:

Keterangan:
Di
Ni
A

: kerapatan jenis i
: jumlah total tegakan dari jenis i
: luas total area

Total rata-rata kerapatan mangrove di Desa Kema, Bitung arah ke darat


yaitu sekitar 3.600 ind/ha, di tengah 5.333 ind/ha, arah ke laut 966 ind/ha (dapat
di
lihat pada tabel 5).
27
28

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan
Metode yang diajarkan untuk pengambilan produksi serasah adalah metode
litter-trap (Brown dalam Indriani, 2008). Pengambilan contoh serasah mangrove
(daun, ranting, dan buah/bunga) menggunakan jaring.
Dari teknik pengukuran produksi serasah mangrove yang dipelajari di Pusat
Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia di dapat rata-rata
produksi serasah di Desa Kema, Bitung lokasi arah ke darat (Landward) yaitu
sekitar 6,66 ton/ha/tahun, di tengah (Middle Zone) 6,96 ton/ha/tahun, arah ke laut
(Seaward) 6,21 ton/ha/tahun.
6.2. Saran
Sebaiknya prosedur pengambilan serasah mangrove langsung di lakukan di
lapangan agar metode serta cara-cara dalam memasang setiap plot dapat dipahami
dengan mudah.
29

DAFTAR PUSTAKA

Amira, S. 2008. Pendugaan Biomassa Jenis Rhizophora apiculata BI. di Hutan


Mangrove Batu Ampar Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Aprianis, Y. 2011. Produksi Dan Laju Dekomposisi Serasah Acacia crassicarpa
A. Cunn. di PT. Arara Abadi. Balai Penelitian Hutan Penghasil Serat.
Bangkinang.
Arief, A. 2003. Hutan Mangrove, Fungsi dan Manfaatnya. Kanisius. Yogyakarta.
Badan Lingkungan Hidup (BLH). 2012. Laporan Pengendalian Pencemaran
Kawasan Pesisir dan Laut. Pemerintah Kota Surabaya. Di akses di
http://lh.surabaya.go.id/Laporan%20Laut%202012/LAPORAN%20PESIS
IR%202012.pdf pada 27 Februari 2015.
Bengen D.G. 2001. Pedoman Teknis Pengenalan dan Pengelolaan Ekosistem
Mangrove. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan lautan. Institut Pertanian
Bogor.
Bengen, D. G. 2003. Recognition and Management of Mangrove Systems. Center
of Coastal and Marine Resources Studies, Bogor Agricultural University.
Bogor.
Duke, N. C. 1992. Mangrove floristics and biogeography, In Tropical Mangrove
Ecosystems (eds Robertson, A. I. and Alongi, D. M.). American
Geophysical Union. Washington, D.C.
Fiqa, A. P. dan S. Sofiah. 2010. Pendugaan Laju Dekomposisi Dan Produksi
Biomassa Serasah Pada Beberapa Lokasi Di Kebun Raya Purwodadi. UPT
Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Purwodadi. Surabaya.
Galaxy, H., A. Pratomo dan D. Apdillah. 2013. Produksi Dan Laju Dekomposisi
Serasah Daun Mangrove Di Pulau Los Kota Tanjungpinang. Fakultas Ilmu
Kelautan dan Perikanan. Universitas Maritim Raja Ali Haji.
Gayuh, A. S., T. Widyaleksono dan T. Soedarti. 2011. Produktivitas Serasah
Mangrove di Kawasan Wonorejo Pantai Timur Surabaya. Jurnal Ilmiah
Biologi. Surabaya.
Harold, J. D. W. dan B. Nababan. 2010. Pemetaan Dan Analisis Index Vegetasi
Mangrove Di Pulau Saparua, Maluku Tengah. Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan, Universitas Pattimura. Ambon.
30

Herlina, R. S., Khairijon dan S. Fatonah. 2014. Produksi Serasah Berdasarkan


Zonasi Di Kawasan Mangrove Bandar Bakau, Dumai-Riau. Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau. Pekanbaru.
Hilmi, E. 2005. Ekologi Mangrove (Pendekatan Karakteristik, Statistik dan
Analisis Bagi Suatu Ekosistem). Program Sarjana Perikanan dan Kelautan.
Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto.
Hogarth, P. J. 1999. The Biology of Mangroves. Oxford University Press. New
York.
Indriani, Y. 2008. Produksi Dan Laju Dekomposisi Serasah Daun Mangrove ApiApi
(Avicennia marina Forssk. Vierh) Di Desa Lontar, Kecamatan Kemiri,
Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Kuriandewa, T.E. 2003. Produksi Serasah Hutan Mangrove Di Kawasan Suaka
Margasatwa Sembilang, Propinsi Sumatera Selatan. Pusat Penelitian
Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta.
Kurniawan, F. 2009. Keanekaragaman Jenis Fungi Pada Serasah Daun Avicennia
marina Yang Mengalami Dekomposisi Pada Berbagai Tingkat Salinitas.
Fakultas Tarbiyah IAIN STS Jambi.
Kusmana, C. 2005. Rencana Rehabilitasi Hutan Mangrove dan Hutan Pantai
Pasca Tsunami di NAD dan Nias. Makalah dalam Lokakarya Hutan
Mangrove Pasca Tsunami, April 2005. Medan.
Kusmana, C. 2010. Respon Mangrove Terhadap Perubahan Iklim Global: Aspek
Biologi dan Ekologi Mangrove. Departemen Silvikultur Fakultas
Kehutanan IPB. Bogor.
LPP Mangrove. 2008. Ekosistem Mangrove Di Indonesia. Di akses di
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27011/4/Chapter%20II.pdf
pada 3 Desember 2014.
Mahmudi, M., K. Soewardi., C. Kusuma., H. Hardjomidjojo dan A. damar. 2008.
Laju Dekomposisi Serasah Mangrove dan Kontribusinya Terhadap Nutrien
di Hutan Mangrove Reboisasi. Fakultas Perikanan dan Kelautan
Universitas Brawijaya. Institut Pertanian Bogor.
Marlina, I. G. 2009. Laju Dekomposisi Serasah Daun Rhizophora mucronata Pada
Berbagai Tingkat Salinitas. Departemen Kehutanan. Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara.
Noor, Y. R., M. Khazali dan I.N.N. Suryadiputra. 2006. Panduan Pengenalan
Mangrove di Indonesia. Ditjen PHKA. Bogor.
31

Noor, Y. R., M. Khazali dan I.N.N. Suryadiputra. 2012. Panduan Pengenalan


Mangrove di Indonesia. Wetlends Internasional-Indonesia Programe.
Bogor.
Priyandes, A. dan M. R. Majid. 2009. Impact Of Reclamation Activities On The
Environment Case Study: Reclamation In Northern Coast Of Batam.
Department of Urban and Regional Planning. Universiti Teknologi
Malaysia. Johor.
Purwanto, I, S. 2014. Analisis Vegetasi Mangrove dan Pemanfaatannya oleh
Masyarakat di Teluk Bose Kecamatan Siberut Utara Kabupaten Kepulauan
Mentawai. BCL ALLPDF Converter trial software. Padang.
Rani, C. 1990. Model Produksi Serasah Daun Mangrove Rhizophora apiculata,
Blume Dan Sumbangannya Terhadap Perikanan Lamun Dan Terumbu
Karang. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin.
Rusrita, G. A., Y. Wardiatno., A. Fahrudin dan M.M. Kamal. 2014. Produksi
Serasah Mangrove Di Pesisir Tangerang, Banten. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Saban., M. Ramli dan W. Nurgaya. 2013. Produksi dan Laju Dekomposisi
Serasah Mangrove dengan Kelimpahan Plankton di Perairan Mangrove
Teluk Moramo. FPIK Universitas Halu Oleo Kampus Hijau Bumi
Tridarma Anduonohu Kendari.
Siarudin, M dan E. Rachman. 2008. Biomassa Lantai Hutan Dan Jatuhan Serasah
Di Kawasan Mangrove Blanakan, Subang, Jawa Barat. Balai Penelitian
Kehutanan Ciamis.
Soeroyo, 1996. Produktivitas Primer Netto Hutan Mangrove Di Grajagan,
Banyuwangi Selatan. Pusat Penelitian dan Pengembangan OseanologiLIPI. Jakarta.
Sukardjo, S. 2010. The South China Seas Mangrove: Ecology, Social and Uses,
Natural and Human Induced Stresses Informations in Indonesia. The
Centre For Oceanography, Indonesian Institute Of Sciences. Jakarta.
Sukardjo, S., D. M. Alongi dan C. Kusuma. 2013. Rapid Litter Production And
Accumulation In Bornean Mangrove Forests. The Centre For
Oceanography, Indonesian Institute Of Sciences. Jakarta.
Susana. T. R. Said dan W. M. Retna. 2013. Struktur Vegetasi Mangrove di Sungai
Ladi Kelurahan Kampung Bugis Kecamatan Tanjung Pinang Kota
Provinsi Kepulauan Riau. Programme Study Management Aquatic
Resource Marine Science and Fisheries Faculty. Maritime Raja Ali Haji
University. Kepulauan Riau.
32

Sutaryo, D. 2009. Penghitungan Biomassa. Wetlands International Indonesia


Programme. Bogor.
Tomlinson, P. B. 1986. The botany of mangroves. Cambridge University Press,
Cambridge, United Kingdom.
Zamroni, Y dan I.S. Rohyani. 2008. Produksi Serasah Hutan Mangrove di
Perairan Pantai Teluk Sepi, Lombok Barat. Jurusan Biologi FMIPA
Universitas Mataram. Mataram.
33

LAMPIRAN
34

Lampiran 1. Peta Lokasi Pusat Penelitian OseanografiLIPI


35

Lampiran 2. Alat dan bahan pada penelitian serasah mangrove

Roll meter

Tali rafia

Pipa PVC inch

Sepatu bots

Pita meter

Alat transportasi

Coolbox

Tisu

Kantong plastik

Kamera digital

Jaring

GPS
36

Oven

Timbangan

Foto setelah
pengambilan sampel

Foto bareng peneliti


Cina dan LIPI
37

Lampiran 3. Tabel perhitungan produksi serasah mangrove


Tabel 6. Produksi Serasah Mangrove di Desa Kema, Bitung 2013
2014 Area Dekat Darat (Landward) (gram/0,25m2)
Bulan : Mei 2013
Berat awal

No

Berat kering sesudah di


oven
Daun
Buah
Bunga
19,815
0
0
15,0366
0
0
5,5057
0
0

1
2
3

Daun
23,1117
17,3822
7,1108

Buah
0
0
0

Bunga
0
0
0

11,2978

9,1515

Rata-rata 14,7256
Standar
7,0028
Deviasi

12,3772

6,3250

Total Berat
Kering
12,3772

Bulan : Juni 2013


Berat awal

No

Berat kering sesudah di


oven
Daun
Buah
Bunga
13,6609
0
0
9,2266
0
0
8,1178
0
0

1
2
3

Daun
16,0176
10,6282
9,7558

Buah
0
0
0

Bunga
0
0
0

11,6874

9,8263

Rata-rata 12,0223
Standar
2,7782
Deviasi

10,2079

2,4083

Total Berat
Kering
10,2079

Bulan : Juli 2013


Berat awal

No

Bunga
0
0
0

Berat kering sesudah di


oven
Daun
Buah
Bunga
6,4511 1,1495
0
6,8672
0
0
10,5249
0
0

1
2
3

Daun
Buah
8,1410 1,4284
7,9310
0
13,2457
0

9,3136

7,8613

Rata-rata
Standar
Deviasi

9,6578

0,3571

7,9261

2,4681
0,7142

1,8307

0,5748

Total Berat
Kering
8,2135
38

Bulan : Agustus 2013


Berat awal

No

Berat kering sesudah di


oven
Daun
Buah
Bunga
6,4244
0
0
4,6747
0
0
9,6234
0
0

1
2
3

Daun
7,4125
5,3437
11,1212

Buah
0
0
0

Bunga
0
0
0

11,5643

10,0627

Rata-rata
Standar
Deviasi
8,8604

7,6963

2,9937

2,5859

Total Berat
Kering
7,6963

Bulan : September 2013


Berat awal

No

Berat kering sesudah di


oven
Daun
Buah
Bunga
24,0340
0
0
21,4170
0
5,1890
12,4357
0
0

1
2
3

Daun
27,0597
23,8178
13,8173

Buah
0
0
0

Bunga
0
5,7639
0

18,6113

16,6738

Rata-rata 20,8265
Standar
5,8263
Deviasi

1,4410

18,6401

1,2973

2,8820

5,1370

2,5945

1
2
3

Daun
Buah
19,8462 8,3707
8,2749
0
11,2062
0
Bunga
0
0
0,7846

Berat kering sesudah di


oven
Daun
Buah
Bunga
17,4550 7,4156
0
6,8215
0
0
9,4219
0
0,6796

8,7662

0,8548

7,3189

0,4099

10,2543 1,8539

0,3609

0,4741

4,9310

0,4182

Total Berat
Kering
19,9374

Bulan : Oktober 2013


Berat awal

No

Rata-rata 12,0234 2,0927


Standar
5,3704 4,1854
Deviasi

3,7078
0,7640

Total Berat
Kering
12,4691
39

Bulan : November 2013


Berat awal

No
1
2
3

Daun
Buah
8,7324
0
17,7772
0
11,6948 4,2367

11,5932

Rata-rata 12,4494 1,0592


Standar
3,8081 2,1184
Deviasi

Bunga
0
0
0

Berat kering sesudah di


oven
Daun
Buah
Bunga
7,5032
0
0
16,0308
0
0
9,7593 3,7636
0

9,4581

10,6879 0,9409

0
0

3,6997

1,8818

Total Berat
Kering
11,6288

Bulan : Desember 2013


Berat awal

No

Berat kering sesudah di


oven
Daun
Buah
Bunga
10,4956
0
2,1729
12,5008
0
3,4020
11,2003
0
0,9331

1
2
3

Daun
12,1932
13,6795
13,0809

Buah
0
0
0

Bunga
2,3409
3,7447
1,0385

19,4396

0
0

16,4532

Rata-rata 14,5983
Standar
3,2848
Deviasi

1,7810

12,6625

1,6270

1,6220

2,6601

1,4807

Bunga
0
0
0

Berat kering sesudah di


oven
Daun
Buah
Bunga
5,0119
0
0
14,7233
0
0
9,2665 2,8378
0

Total Berat
Kering
14,2895

Bulan : Januari 2014


Berat awal
No
1
2
3

Daun
Buah
6,3429
0
16,7005
0
11,2669 3,2248

12,6860

Rata-rata 11,7491 0,8062


Standar
4,2760 1,6124
Deviasi

10,1940

9,7989

0,7095

3,9835

1,4189

Total Berat
Kering
10,5084
40

Bulan : Februari 2014


Berat awal

No

Berat kering sesudah di


oven
Daun
Buah
Bunga
17,6094
0
0
20,3408
0
0
16,1694
0
4,2270

1
2
3

Daun
23,4450
26,5253
19,7010

Buah
0
0
0

Bunga
0
0
4,9714

33,9786

26,5440

Rata-rata 25,9125
Standar
6,0583
Deviasi
0

1,2429

20,1659

1,0568

2,4857

4,5905

2,1135

Berat kering sesudah di


oven
Daun
Buah
Bunga
12,1075
0
0
14,8121
0
0
18,7727
0
0

Total Berat
Kering
21,2227

Bulan : Maret 2014


Berat awal

No
1
2
3

Daun
16,4655
18,5050
23,6249

Buah
0
0
0

Bunga
0
0
0

25,0124

20,6131

Rata-rata 20,9020
Standar
4,0718
Deviasi

16,5764

3,8385

Total Berat
Kering
16,5764

Bulan : April 2014


Berat awal

No

Berat kering sesudah di


oven
Bunga
Daun
Buah
Bunga
14,7007 20,6088
0
12,6524
0
17,0922
0
0
0
15,5396
0
0

1
2
3

Daun
27,5395
25,2334
21,4952

Buah
0
0
0

27,4647

19,7704

Rata-rata 25,4332
Standar
2,8350
Deviasi

3,6752

18,2528

3,1631

7,3504

2,3496
0

6,3262

Total Berat
Kering
21,4159
41

Tabel 7. Produksi Serasah Mangrove di Desa Kema, Bitung 2013


2014 Area Tengah (Middle Zone) (gram/0,25m2)
Bulan : Mei 2013
Berat awal

No

Berat kering sesudah di


oven
Bunga
Daun
Buah
Bunga
0
33,3486
0
0
0
7,4052 7,2876
0
0
27,528 8,3361
0

5
6
7

Daun
39,2809
9,2256
33,2515

Buah
0
9,1809
9,8842

26,089

23,1834

4,7663

22,8663
3,9059

5,5111

11,1169

4,5304

0
0
0

0
0
0

30,6781
17,6670
17,0481

0
0
0

0
0
0

10,5779

8,9532

Rata-rata 22,0214
Standar
10,4086
Deviasi

18,5866

0
0

8,9855

0
40,1009
0

0
0
0

7,0133
7,1098
5,8993

0
30,6428
0

0
0
0

Rata-rata 26,9618
Standar
12,9956
Deviasi
Bulan : Juni 2013
5
35,7996
6
21,7198
7
19,9883
8

Bulan : Juli 2013


5
8,2218
6
9,4650
7
7,4599
8

7,4028

0
0

5,6589

Rata-rata
Standar
Deviasi

8,1374

10,0252

6,4203

7,6607

0,9606

20,0505

0,7479

15,3214

Bulan : Agustus 2013


5
24,0666 5,1794
6
6,2869
0
7
17,9490
0

0
0
0

21,4963
5,7298
15,5546

4,6231
0
0

0
0
0

2,9459

1,2949

11,4317

1,1558

2,5897

8,6181

2,3116

3,6908

Rata-rata 12,9983
Standar
9,6383
Deviasi

Total Berat
Kering
26,7722

Total Berat
Kering
18,5866

Total Berat
Kering
14,0810

Total Berat
Kering
12,5874
42

Bulan : September 2013


5
35,5968 18,0060
6
17,4199
0
7
32,9512
0
8

21,1026

Rata-rata 26,7676
Standar
8,8631
Deviasi
Bulan : Oktober 2013
5
24,7573
6
10,1763
7
15,0007

0
0
0

31,3664 16,0159
15,6717
0
28,0130
0

0
0
0

0,9920 18,9282

0,8464

4,5015

0,2480 23,4948

4,0040

0,2116

9,0030
0,4960

8,0080

0,4232

7,4034

0
0
0

0,4495 22,1980
0
9,1032
0
13,1670

0
0
0

0,4053
0
0

14,7028

2,6569 12,9970

2,3345

Rata-rata 16,1593
Standar
6,1424
Deviasi

0,7766 14,3663

0,6850

1,2713

5,5482

1,1162
6,5187 9,3955
0
8,1154
1,0427 13,9152

0
0
0

5,5955
0
0,8756

Bulan : November 2013


5
10,7629
0
6
9,2734
0
7
16,2486
0
8

7,1193

5,0402

6,2843

4,1542

Rata-rata 10,8511
Standar
3,8968
Deviasi

3,1504

9,4276

2,6563

3,1243

3,2528
0

2,6526

0,9608 13,2996
0
10,7199
0
13,8368

0
0
0

0,8357
0
0

Bulan : Desember 2013


5
15,2184
0
6
12,1671
0
7
15,5636
0
8

13,5418

7,8882 11,6797

6,7840

Rata-rata 14,1227
Standar
1,5746
Deviasi

2,2123 12,3840

1,9049

3,8110

0
3,2765

1,4392

Total Berat
Kering
27,7104

Total Berat
Kering
15,0513

Total Berat
Kering
12,0839

Total Berat
Kering
14,2889
43

Bulan : Januari 2014


5
16,2859
6
11,0219
7
13,1871

0
0
0

2,9027 13,8443
0
9,0945
0
11,1013

0
0
0

2,5110
0
0

13,4887

4,4143 10,8586

3,8152

Rata-rata 13,4959
Standar
2,1603
Deviasi

1,8293 11,2247

1,5816

2,2005

1,9621

0
1,9023

0
0
0

0
0
0

30,0530
14,0572
24,9589

0
0
0

0
0
0

Bulan : Februari 2014


5
34,5226
6
16,1918
7
29,0889
8

26,2601

6,0649

2,6892 22,4046

5,2254

2,3429

Rata-rata 26,5159
Standar
7,6894
Deviasi

1,5162

0,6723 22,8684

1,3064

0,5857

3,0325

1,3446
2,6127

1,1715

0
0
0

0
1,7760
0

Bulan : Maret 2014


5
16,2438
6
19,2914
7
19,4312
8

0
0
0

6,6793

0
13,0537
2,1155 16,2958
0
16,2563

19,7753 31,2563 1,3210 16,3939 27,4157 1,1276

Rata-rata 18,6854 7,8141 0,8591 15,4999 6,8539 0,7259


Standar
1,6404 15,6282 1,0437 1,6318 13,7079 0,8790
Deviasi
Bulan : April 2014
5
21,0054
6
29,7274
7
32,7697

0
0
0

0
0
0

17,3499
23,9648
26,4068
0
0
0

0
0
0

22,4631

17,8055

Rata-rata 26,4914
Standar
5,6631
Deviasi

21,3818

4,5081

Total Berat
Kering
12,8062

Total Berat
Kering
24,7605

Total Berat
Kering
23,0798
Total Berat
Kering
21,3818
44

Tabel 8. Produksi Serasah Mangrove di Desa Kema, Bitung 2013


2014 Area Dekat Pantai (Seaward) (gram/0,25m2)
Bulan : Mei 2013

9
10
11

Berat kering sesudah di


oven
Daun
Buah
Bunga
Daun
Buah
Bunga
22,0403 41,8294
0
17,2750 32,879
0
29,8170
0
1,4717 25,9638
0
1,2860
5,5084
0
0
4,8373
0
0

12

7,8634

No

Berat awal

6,8000

Rata-rata 16,3073 10,4574 0,3679 13,7190 8,2198 0,3215


Standar
11,5945 20,9147 0,7359 9,8207 16,4395 0,6430
Deviasi
Bulan : Juni 2013
9
31,0562
10
8,8745
11
18,6108

0
0
0

0
0
0

27,0127
7,818
15,5356

0
0
0

0
0
0

9,4772

8,2221

Rata-rata 17,0047
Standar
10,3728
Deviasi

14,6471

8,9743

0
0

0
2,2972
0

0
0
0

9,1815
10,6622
10,3643

0
1,9544
0

0
0
0

11,2837

0,5743

10,3729

0,4886

1,1486

0,8818

0,9772

0
0
0

0
1,2036
0

8,1504
8,3207
6,4890

0
0
0

0
1,0594
0

12

Bulan : Juli 2013


9
11,0957
10
12,1333
11
12,7638
12

13,3933

Rata-rata 12,3465
Standar
0,9798
Deviasi
Bulan : Agustus 2013
9
9,4070
10
9,3736
11
7,6627
12

9,1987

1,9248

8,0519

1,2326

Rata-rata
Standar
Deviasi

8,9105

0,4812
0,3009

7,7530

0,3082

0,2649

0,8369

0,9624

0,6018

0,8500

0,6163

0,5297

Total Berat
Kering
22,2603

Total Berat
Kering
14,6471

Total Berat
Kering
10,8615

Total Berat
Kering
8,3260
45

Bulan : September 2013


9
22,4595
0
10
15,0840
0
11
19,6934
0
12

0
19,8975
1,2235 13,6458
0
17,0256

0
1,0403
0

7,3452

8,3608

Rata-rata 16,3994
Standar
6,1624
Deviasi

0,3059 14,4785

0,2601

0,6118

5,3985

0,5202

0
4,1849
0

5,4782
8,4842
9,5076

0
4,4784
0

0
3,2155
0

Bulan : Oktober 2013


9
6,3167
0
10
10,8222 7,2574
11
11,0849
0

0
0
0

12

10,5838

9,4262

Rata-rata
Standar
Deviasi

9,7019

1,8144

1,0462

8,2241

1,1196

0,8039
2,2661

3,6287

2,0925

1,8886

2,2392

1,6078

0
0
0

0
0,5880
0

11,5970

Bulan : November 2013


9
11,6605
0
10
25,0788
0
11
18,2897
0
12

0
10,0986
0,6775 21,5739
0
15,1701

13,3870

Rata-rata 17,1040
Standar
6,0125
Deviasi

0,1694 14,6099

0
0,1470

0,3388

5,1069

0,2940

0
0
0

9,4147
14,6808
14,2568

0
0
0

0
0
0

Bulan : Desember 2013


9
10,2971
0
10
16,5356
0
11
16,7429
0
12

13,5230

12,2425

Rata-rata 14,2747
Standar
3,0326
Deviasi
0

12,6487

2,4041

Total Berat
Kering
14,7386

Total Berat
Kering
10,1475

Total Berat
Kering
14,7569

Total Berat
Kering
12,6487
46

Bulan : Januari 2014


9
15,5088
10
18,7696
11
15,4977

0
0
0

0
0
0

13,1280
15,3378
12,3420

0
0
0

0
0
0

14,9512

12,5125

Rata-rata 16,1818
Standar
1,7447
Deviasi

13,3301

0
0

1,3804

0
0
0

0
0
0

10,3951
13,2402
27,9552

0
0
0

0
0
0

19,7185

17,0459

Rata-rata 20,4274
Standar
9,5038
Deviasi

17,1591

0
7,6958

0
0
0

0
0
0

22,2242
13,9069
15,5776

0
0
0

0
0
0

25,4670

21,4313

Rata-rata 22,7295
Standar
5,4404
Deviasi

18,2850

4,1599
0

0
0
0

0
0
0

18,1943
16,0054
10,2398

0
0
0

0
0
0

19,5155

16,5456

Rata-rata 19,6936
Standar
4,9780
Deviasi

15,2463

3,4651

0
0

12

Bulan : Februari 2014


9
12,5083
10
15,5075
11
33,9754
12

Bulan : Maret 2014


9
28,9673
10
17,2149
11
19,2686
12

Bulan : April 2014


9
25,2010
10
20,8876
11
13,1704
12

Total Berat
Kering
13,3301

Total Berat
Kering
17,1591

Total Berat
Kering
18,2850

Total Berat
Kering
15,2463
47
48

Das könnte Ihnen auch gefallen

  • Metode Pemantauan Karang
    Metode Pemantauan Karang
    Dokument43 Seiten
    Metode Pemantauan Karang
    Muhammad Ikhram Fuady
    Noch keine Bewertungen
  • 642 1373 1 SM PDF
    642 1373 1 SM PDF
    Dokument11 Seiten
    642 1373 1 SM PDF
    Muhammad Ikhram Fuady
    Noch keine Bewertungen
  • Antibiotik Fermentasi
    Antibiotik Fermentasi
    Dokument62 Seiten
    Antibiotik Fermentasi
    Laura Anas Tasya
    Noch keine Bewertungen
  • Book 1
    Book 1
    Dokument1 Seite
    Book 1
    Muhammad Ikhram Fuady
    Noch keine Bewertungen
  • BDP K
    BDP K
    Dokument9 Seiten
    BDP K
    Muhammad Ikhram Fuady
    Noch keine Bewertungen
  • Perancangan Percobaan
    Perancangan Percobaan
    Dokument37 Seiten
    Perancangan Percobaan
    Tri Wahyu InDcastle
    Noch keine Bewertungen
  • Photoshop
    Photoshop
    Dokument7 Seiten
    Photoshop
    Ricky Barnard
    Noch keine Bewertungen
  • KANZU
    KANZU
    Dokument62 Seiten
    KANZU
    Muhammad Ikhram Fuady
    Noch keine Bewertungen
  • 2009 Nau
    2009 Nau
    Dokument240 Seiten
    2009 Nau
    Muhammad Ikhram Fuady
    Noch keine Bewertungen
  • Manfaat
    Manfaat
    Dokument10 Seiten
    Manfaat
    Muhammad Ikhram Fuady
    Noch keine Bewertungen
  • Kelas
    Kelas
    Dokument5 Seiten
    Kelas
    Muhammad Ikhram Fuady
    Noch keine Bewertungen
  • 4 Mikroba Di Lingk Perairan
    4 Mikroba Di Lingk Perairan
    Dokument19 Seiten
    4 Mikroba Di Lingk Perairan
    Arlisa Inda
    Noch keine Bewertungen
  • Posfor
    Posfor
    Dokument29 Seiten
    Posfor
    Muhammad Ikhram Fuady
    Noch keine Bewertungen
  • M 4 Budidaya Nila Riza UMM
    M 4 Budidaya Nila Riza UMM
    Dokument53 Seiten
    M 4 Budidaya Nila Riza UMM
    Thee Yooc
    Noch keine Bewertungen
  • Kwt-Rancob1-7 TRANSFORMASI PPSX
    Kwt-Rancob1-7 TRANSFORMASI PPSX
    Dokument16 Seiten
    Kwt-Rancob1-7 TRANSFORMASI PPSX
    Muhammad Ikhram Fuady
    Noch keine Bewertungen
  • Mangrove
    Mangrove
    Dokument10 Seiten
    Mangrove
    Muhammad Ikhram Fuady
    Noch keine Bewertungen