Sie sind auf Seite 1von 39

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Tinjauan Teori

1. Kehamilan

a. Pengertian Kehamilan

Ada beberapa pengertian kehamilan dari berbagai sumber, diantaranya :

1) Kehamilan adalah masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai

lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu

atau 9 bulan 7 hari ) dihitung dari hari pertama haid terakhir

(Prawirohardjo, 2007, p.125).

2) Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari

spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau

implantasi. Pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterine mulai

sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan (Hanafiah,

2008, p. 213).

3) Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin.

Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7

hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi

dalam 3 triwulan, yaitu triwulan pertama dimulai dari konsepsi

sampai 3 bulan, triwulan kedua dari bulan keempat sampai 6 bulan,

triwulan ketiga dari bulan ke-7 sampai 9 bulan (Prawiroharjo, 2008,

p. 89).

10
11

b. Kehamilan Trimester III

Menurut Novaria dan Budi (2007) trimester III merupakan masa

kehamilan yang dimulai dari usia kehamilan 7 bulan atau 28 minggu

sampai 9 bulan atau 40 minggu.

Dalam kurun waktu tersebut terjadi beberapa pertumbuhan janin

yang meliputi :

1) Minggu ke 28 sampai 31

Pada minggu ini tejadi perkembangan janin sebagai berikut :

a) Janin masih leluasa berputar didalam rahim

b) Berat janin mencapai 1000 gram

c) Janin dapat menghisap jari

d) Kulit tipis merah yang ditutupi lemak disebut vernik

e) Pertumbuhan kepala mulai lambat, ukurannya sebanding ukuran

tubuh

f) Organ dalam sudah lengkap

g) Panjang janin mencapai 35 cm

2) Minggu 32 sampai 33

a) Janin mulai memasuki posisi siap lahir yaitu bokong diatas dan

kepala dibawah

b) Janin masih mempunyai cukup ruang berenang bebas

menendang dan jungkir balik dalam air ketuban.

c) Kulit janin merah dan keriput

d) Panjang janin 40-45 cm

12

3) Minggu 34 sampai 35

Perkembangan pada saat ini adalah tersaringnya cahaya yang akan

masuk ke dalam rongga rahim. Mata berkembang sepenuhnya dan

janin lebih banyak bergerak.

4) Minggu 36 sampai 37

a) Merupakan bayi prematur

b) Menghilangnya kerutan diwajah karena lemak menutupi wajah

dan kulit disekeliling bayi

c) Turunnya kepala kerongga panggul

d) Panjang janin sekitar 46 cm

e) Berat badan bayi mencapai 2500 gram

5) Minggu 38 sampai 39

Pada minggu ini kepala janin masuk dalam rongga panggul disertai

dengan berkurangnya tendangan keras janin

6) Minggu ke 40 dan seterusnya

a) Merupakan periode siap lahir

b) Perkembangan janin telah sempurna

c) Kondisi siap siaga untuk persalinan karena tanggal kelahiran

sudah dekat

d) Varniks masih ada sampai bayi lahir namun secara umum

sebagian lanugo sudah hilang

e) Panjang bayi mencapai 48-50 cm

f) Berat badan bayi sekitar 2750-3000 gram

13

Pada saat memasuki tahap kelahiran biasanya didahului dengan rasa

sakit. Rasa sakit disebabkan karena kontraksi rahim yang membuka

serviks untuk jalan bayi, plasenta dan membranus.

2. Primigravida Trimester III

a. Pengertian

Pada trimester ke tiga ini perut ibu sudah membesar, maka para

calon ibu sudah akan mempersiapkan untuk kehadiran si bayi baru

dalam keluarga. Pada tahap ini dimungkinkan muncul berbagai

perasaan emosional yang berbeda-beda. Kegembiraan untuk bertemu

bayi baru atau mungkin ada kekuatiran dengan kesehatan bayi. Pada

saat ini calon ibu akan mulai berfikir tentang persalinan, dengan

tambahan perubahan emosi, tubuh secara fisik juga mengalami

perubahan pada trimester akhir ini. Perubahan-perubahan tersebut

meliputi sakit punggung karena beban berat tubuh, payudara,

konstipasi, pernapasan, sering kencing, masalah tidur, varises,

kontraksi perut, bengkak, kram kaki dan cairan vagina. Sehingga pada

masa ini perlu persiapan yang sangat matang dari para calon ibu

(Suririnah, 2004).

Pada trimester III terjadi lebih mengarah kepada keselamatan

dirinya dan bayinya, dimana muncul rasa takut terhadap nyeri,

kekhawatiran tentang perilakunya dan kemungkinan ia kehilangan

kendali diri selama persalinan, ketidaknyamanan fisik dan gerakan

14

janin yang mengganggu istirahat ibu, peningkatan ukuran abdomen

serta posisi yang nyaman sulit didapat (Bobak, Lowdermik, Jensen,

2004, p.184).

b. Primigravida

Primigravida adalah ibu yang baru hamil untuk pertama kalinya

(chapman, 2006). Biasanya ibu hamil yang pertama kali hamil belum

mengetahui tentang tanda-tanda persalinan dan persiapan persalinan

karena mereka belum pernah mengalami dan merasakan hal tersebut,

sehingga banyak ibu hamil primigravida yang datang ke tempat

pelayanan kesehatan sudah dalam keadaan terlambat dan belum

menyiapkan perlengkapan persalinan.

Masa kehamilan adalah masa dari adanya pembuahan (konsepsi)

sampai lahirnya seorang bayi. Kehamilan yang normal berlangsung

selama 280 hari atau 40 minggu atau 10 bulan, dengan catatan 1 bulan

terdiri dari 4 minggu (Saidun, 2001).

Kalangan medis menghitung masa kehamilan sejak menstruasi

terakhir, bukan sejak terjadinya pembuahan, sebab yang bisa diketahui

pasti adalah hari haid terakhir. Kehamilan terjadi bila pada masa

ovulasi diadakan persetubuhan sehingga sel telur dan sel mani

(sperma) bertemu. Kehamilan adalah suatu krisis maturitas yang dapat

menimbulkan stress, tetapi berharga karena wanita tersebut

menyiapkan diri untuk memberi perawatan dan mengemban tanggung

jawab yang lebih besar (Bobak, Lowdermis, Jensen, 2004).

15

3. Tanda-Tanda Persalinan

Persalinan merupakan suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang

dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar yang terdiri

dari kala I sampai kala IV (Prawirohardjo, 2005, p.180).

Tanda-tanda persalinan adalah sama, walaupun proses persalinannya

berbeda pada setiap wanita. Dengan mengetahui tanda-tanda persalinan,

anda akan mengerti kapan saat yang tepat untuk pergi ke Rumah Bersalin

dan apa saja yang perlu dilakukan (Sholihah, 2008, p.92). Tanda-tanda

persalinan meliputi :

a. Mulainya Kontraksi Rahim

Secara umum, pertanda awal bahwa ibu hamil siap melahirkan adalah

mengejannya rahim atau dikenal dengan istilah kontraksi. Kontraksi

disertai rasa mules serta sakit dipinggang dan paha. Ada juga

kontraksi yang bukan merupakan tanda akan melahirkan, tanda-

tandanya kontraksi ini datang sebelum waktunya dan sehari hanya

sekali atau dua kali. Kontraksi yang sesungguhnya akan muncul dan

menghilang secara teratur dengan intensitas makin lama makin

meningkat. Kontraksi terjadi simetris di kedua sisi perut mulai dari

bagian atas dekat saluran telur ke seluruh rahim, dan nyeri tidak

berkurang dengan istirahat atau elusan. Ketika kontraksi mulai teratur,

mulailah untuk menghitung waktunya. Catatlah lamanya waktu antar

satu kontraksi dengan kontraksi berikutnya. Persalinan akan terjadi

16

bila kontraksi menjadi semakin dekat 40 detik antara kontraksi

lainnya. Secara garis besar, proses kontraksi hingga pembukaan ialah :

a) Pada kontraksi awal buka 1-3 cm, sang ibu diisyaratkan untuk

bersiap-siap. Suami harus siaga dan segera bersiap ke Rumah

Bersalin.

b) Pada kontraksi buka 4-6 cm, seluruh persiapan sudah harus selesai.

Bidan akan melakukan tindakan medis awal. Sementara suami

sudah harus memilih kamar dimana sang istri nanti akan

beristirahat pasca persalinan.

c) Kontraksi rahim akan terus berlangsung sampai buka 10 cm. Pada

saat ini disertai rasa sakit, nyeri atau kenceng yang semakin lama

semakin meningkat.

d) Kontraksi ini datang dan hilang secara teratur. Apabila kontraksi

terjadi setiap 5 menit sekali itu tandanya bayi mulai siap untuk

dilahirkan.

e) Pada bagian vagina akan keluar cairan lendir disertai darah karena

dorongan kontraksi yang membuka mulut rahim.

f) Karena kontraksi pula, maka ketuban akan pecah dan keluar cairan

jernih putih kekuningan dalam jumlah banyak pada vagina.

b. Keluarnya Lendir Berdarah

Sumbatan yang besar pada mulut rahim terlepas sehingga

menyebabkan keluarnya lendir yang berwarna kemerahan bercampur

darah. Pengeluaran darah dan lendir dapat terjadi beberapa hari

17

sebelum persalinan. Jika terjadi perdarahan yang hebat harus segera

datang ke tenaga kesehatan.

c. Air Ketuban Pecah

Proses penting menjelang persalinan adalah pecahnya air ketuban.

Jika ketuban yang menjadi tempat perlindungan bayi saja sudah

pecah, maka sudah saatnya sang bayi harus keluar. Bila ibu hamil

merasakan ada cairan yang merembes keluar dari vagina dan

keluarnya tidak dapat ditahan tetapi disertai rasa mules atau rasa sakit,

bila dipastikan dia mengalami ketuban pecah dini, yakni ketuban

pecah sebelum terdapat tanda-tanda persalinan (Indarti, 2006)

d. Persalinan Palsu

Ketika mendekati aterm, banyak wanita yang mengeluh mengalami

kontraksi uterus yang terasa nyeri, yang mungkin menunjukkan

permulaan persalinan. Tetapi meskipun terjadi kontraksi, kemajuan

dilatasi serviks tidak terjadi. Keadaan ini disebut persalinan semu.

Disini tidak terjadi triple descending gradient aktivitas uterus. Terjadi

aktifitas uterus yang sebaliknya, kekuatan kontraksi bagian bawah

uterus hampir sama besar dengan kontraksi bagian atas. Karena itu,

dilatasi serviks tidak terjadi dan nyeri karena kontraksi uterus sering

dirasakan pada punggung bawah (Liewellyn, 2002).

18

Menurut Huliana (2001) tanda tanda persalinan yaitu :

1. Kontraksi

Pada awal proses persalinan kontraksi akan sering terjadi dan lebih

teratur. Selain itu, waktunya lebih lama dan kekuatannya lebih

sering dengan kemajuan persalinan. Frekuensi kontraksi minimal

2x dalam 10 menit yang mengakibatkan perubahan serviks (JNPK-

KR, 2007, p.89).

2. Pengeluaran darah dan lendir

Selama kehamilan mulut rahim tersumbat oleh gumpalan lendir

yang lengket. Pada saat persalinan dimulai, pintu rahim mulai

membuka. Gumpalan lendir akan terlepas bersamaan dengan

pemisahan dan selaput ketuban dari dinding rahim. Akibatnya

darah kecil terputus sehingga darah dan lendir keluar berupa cairan

lengket berwarna merah muda dari vagina yang disebut bloody

show.

3. Selaput ketuban pecah

Jika air ketuban keluar sebelum tanda-tanda persalinan dengan cara

merembes, mengalir atau langsung keluar banyak dari vagina harus

segera ketempat pelayanan kesehatan.

4. Rasa Nyeri

Kadang-kadang timbul rasa nyeri pada selangkangan atau bokong

akibat masuknya bagian paling rendah janin ke rongga panggul.

19

Tanda-tanda persalinan dimulai oleh adanya rasa sakit karena

adanya kontraksi his yang datang lebih kuat, sering dan teratur. Keluar

lendir darah yang lebih banyak karena robekan-robekan kecil pada

servik, terkadang ketuban pecah dengan sendirinya, pada pemeriksaan

dalam didapat serviks yang mendatar dan pembukaan jalan lahir sudah

ada.

Kebijakan pelayanan asuhan kebidanan

Semua persalinan harus dihadiri dan dipantau oleh petugas kesehatan

terlatih. Rumah bersalin dan tempat rujukan dengan fasilitas memadai

untuk menangani kegawatdaruratan obstetri dan neonatal harus tersedia

24 jam. Obat-obatan esensial, bahan dan perlengkapan harus tersedia

bagi seluruh petugas terlatih.

Prosedur Persalinan Normal

1. Melihat tanda dan gejala kala dua

Ibu merasa ada dorongan kuat dan meneran, ibu merasakan tekanan

yang semakin meningkat pada rektum dan vagina, perineum tampak

menonjol, vulva dan sfingter anal membuka.

2. Lima benang merah dalam asuhan persalinan normal

a. Membuat keputusan klinik antara lain pengumpulan data subyektif

dan obyektif, diagnosis kerja, penatalaksanaan klinik, evaluasi

hasil implementasi tatalaksana.

b. Asuhan sayang ibu dan bayi antara lain, persalinan merupakan

peristiwa alami sebagian besar persalinan umumnya akan

20

berlangsung normal, penolong memfasilitasi proses persalinan,

tidak asing, bersahabat, rasa saling percaya, tahu dan siap

membantu kebutuhan klien, memberi dukungan moril, dan

kerjasama semua pihak (penolong-klien-keluarga).

c. Pencegahan infeksi antara lain : kewaspadaan standar, mencegah

terjadinya dan transisi penyakit, proses pencegahan infeksi

instrumen dan aplikasinya dalam pelayanan, budaya bersih dan

lingkungan yang aman.

d. Rekam medik (dokumentasi) antara lain : kelengkapan status klien,

anamnesis, prosedur dan hasil pemeriksaan fisik, laboratorium

dan uji atau penapisan tambahan lainnya, partograf sebagai

instrumen membuat keputusan dan dokumentasi klien, kesesuaian

kelaikan kondisi klien dan prosedur klinik terpilih, upaya dan

tatalaksana rujukan yang diperlukan.

4. Persalinan

a. Pengertian persalinan

Persalinan adalah proses pergerakan keluar janin, plasenta dan

membran dari dalam rahim melalui jalan lahir. Berbagai perubahan

terjadi pada sistem reproduksi wanita dalam hitungan hari dan minggu

sebelum persalinan dimulai (Bobak, Lowdermild, Jensen 2004, p. 245).

Persalinan merupakan suatu proses alami yang ditandai oleh

terbukanya serviks, diikuti dengan lahirnya bayi dan plasenta melalui

21

jalan lahir. Penolong persalinan perlu memantau keadaan ibu dan janin

untuk mewaspadai secara dini terjadinya komplikasi. Disamping itu,

penolong persalinan juga berkewajiban untuk memberikan dukungan

moril dan rasa nyaman kepada ibu yang sedang bersalin (DepKes RI,

2008).

b. Proses Persalinan

1) Tanda-tanda persalinan normal

a) Perut mules secara teratur

b) Mulesnya sering dan lama

c) Keluarnya lendir bercampur darah dari jalan lahir

d) Keluarnya air ketuban dari jalan lahir

2) Tanda-tanda persalinan patologi

a) Perdarahan lewat jalan lahir

b) Tali pusat atau tangan bayi keluar dari jalan lahir

c) Ibu tidak kuat untuk mengejan

d) Ibu mengalami kejang

e) Air ketuban keluar dan berbau

f) Ibu gelisah

g) Ibu merasakan sakit yang hebat

Proses persalinan, menurut ( varney et al, 2007) terdiri dari 3

tingkatan atau 3 kala sebagai berikut yaitu :

a. Kala satu persalinan merupakan permulaan kontraksi persalinan

sejati yang ditandai oleh perubahan serviks yang progresif dan

22

diakhiri dengan pembukaan lengkap (10 cm) pada primigravida kala I

berlangsung kira-kira 13 jam, sedangkan pada multigravida kira-kira 7

jam. Kala satu dibagi menjadi dua fase yaitu laten dan aktif.

1) Fase laten yaitu adalah periode waktu dari awal persalinan hingga

ke titik ketika pembukaan mulai berjalan secara progresif yang

umumnya dimulai sejak kontraksi mulai muncul hingga

pembukaan 3-4 cm atau permulaan fase aktif berlangsung dalam 7-

8 jam. Selama fase laten berlangsung bagian presentasi mengalami

penurunan sedikit hingga tidak sama sekali. Kontraksi terjadi lebih

stabil selama fase laten seiring dengan peningkatan frekuensi, 8

durasi dan intensitas dari setiap 10 menit sampai 20 menit,

berlangsung 15 detik sampai 20 detik, dengan intensitas ringan.

2) Fase aktif adalah periode waktu dari awal kemajuan aktif

pembukaan hingga pembukaan menjadi komplet dan mencakup

fase transisi. Pembukaan umumnya dimulai dari 3-4 cm (atau pada

akhir fase laten) hingga 10 cm dan berlangsung selama 6 jam.

Penurunan bagian presentasi janin yang progresif terjadi selama

akhir fase aktif dan selama dua persalinan.

a) Fase akselerasi, yaitu dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm

menjadi 4 cm.

b) Fase dilatasi, yaitu dalam waktu 2 jam pembukaan sangat

cepat dari 4 cm menjadi 9 cm.

23

c) Fase deselerasi, yaitu pembukaan menjadi lambat kembali

dalam waktu 2 jam pembukaan 9 cm menjadi lengkap.

3) Fase transisi selama terjadi, wanita mengakhiri kala satu persalinan

pada saat hampir memasuki dan sedang mempersiapkan diri untuk

kala dua persalinan. Sejumlah besar tanda dan gejala, termasuk

perubahan perilaku, telah diidentifikasi sebagai petunjuk transisi

ini. Tanda dan gejala fase transisi diantaranya adalah adanya

tekanan pada rektum, berulang kali pergi ke kamar mandi, tidak

mampu mengendalikan keinginan untuk mengejan, ketuban pecah,

penonjolan dan pendataran rektum dan perinium, bunyi dengkuran

pada saat mengeluarkan napas.

b. Kala dua persalinan dimulai dengan dilatasi lengkap serviks dan

diakhiri dengan kelahiran bayi. Menurut Depkes RI (2002), beberapa

tanda dan gejala persalinan kala II adalah:

1) Ibu merasakan ingin meneran bersamaan terjadinya kontraksi

2) Ibu merasakan peningkatan tekanan pada rectum atau vaginanya

3) Perineum terlihat menonjol

4) Vulva_vagina dan sfingter ani terlihat membuka

5) Peningkatan pengeluaran lender darah

Pada kala II his terkoordinir, kuat, cepat dan lama, kira-kira

2-3 menit sekali. Kepala janin telah turun masuk ruang panggul

sehingga terjadi tekanan pada otot-otot dasar panggul yang secara

reflektoris timbul rasa mengedan. Karena tekanan pada rectum, ibu

24

seperti ingin buang air besar dengan tanda anus terbuka. Pada waktu

his kepala janin mulai terlihat, vulva membuka dan perineum

meregang. Dengan his mengedan yang terpimpin akan lahirlah

kepala dengan diikuti seluruh badan janin. Kala II pada primi : 1 -

2 jam, pada multi - 1 jam (Mochtar, 2002)

3) Kala III (kala pengeluaran uri)

Kala tiga persalinan dimulai dengan saat proses kelahiran bayi

selesai dan berakhir dengan lahirnya plasenta. Proses ini dikenal

sebagai kala persalinan plasenta. Kala tiga persalinan berlangsung

rata-rata antara 5-10 menit. Adapun kala tiga terbagi dalam dua fase

yaitu :

a) Pelepasan plasenta adalah hasil penurunan mendadak ukuran

kavum uterus selama dan setelah kelahiran bayi, sewaktu uterus

berkontraksi mengurangi isi uterus.Pengurangan ukuran uterus

secara bersamaan berarti penurunan area pelekatan plasenta.

b) Pengeluaran plasenta adalah dimulai dengan penurunan plasenta

ke dalam segmen bawah uterus. Plasenta kemudian keluar

melewati serviks ke ruang vagina atas, dari arah plasenta keluar.

Menurut Depkes RI (2002) tanda-tanda lepasnya plasenta mencakup

beberapa atau semua hal dibawah ini :

a) Perubahan bentuk dan tinggi fundus.

Sebelum bayi lahir dan miometrium mulai berkontraksi, uterus

berbentuk bulat penuh (diskoit) dan tinggi fundus biasanya turun

25

sampai dibawah pusat. Setelah uterus berkontraksi dan uterus

terdorong ke bawah, uterus menjadi bulat dan fundus berada diatas

pusat (sering kali mengarah kesisi kanan).

b) Tali pusat memanjang

Tali pusat terlihat keluar memanjang atau terjulur melalui vulva

dan vagina (tanda Ahfeld).

c) Semburan darah tiba-tiba

Darah yang terkumpul dibelakang plasenta akan membantu

mendorong plasenta keluar dan dibantu oleh gaya gravitasi.

Semburan darah yang secara tiba-tiba menandakan darah yang

terkumpul diantara melekatnya plasenta dan permukaan maternal

plasenta (darah retroplasenter) keluar melalui tepi plasenta yang

terlepas.

Setelah bayi lahir kontraksi rahim istirahat sebentar. Uterus

teraba keras dengan fundus uterus setinggi pusat, dan berisi plasenta

yang menjadi tebal 2x sebelumnya. Beberapa saat kemudian timbul

his pelepasan dan pengeluaran uri. Dalam waktu 5-10 menit plasenta

terlepas, terdorong kedalam vagina akan lahir spontan atau sedikit

dorongan dari atas simfisis atau fundus uteri. Seluruh proses

biasanya berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran

plasenta disertai dengan pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc

(Mochtar, 2002).

26

Menurut Depkes RI (2002), manajemen aktif kala III yaitu :

(1) Beri oksitosin 10 unit IM waktu dua menit setelah bayi lahir.

(2) Lakukan penegangan tali pusat terkrndali.

(3) Segera lakukan masase pada fundus uteri setelah plasenta lahir.

4) Kala IV

Kala pengawasan selama 2 jam setelah plasenta lahir untuk

mengamati keadaan ibu terutama bahaya perdarahan postpartum.

5. Persiapan Persalinan

a. Persiapan Persalinan

Kehadiran seorang bayi, pasti akan menimbulkan reaksi pada orang-

orang disekitarnya. Agar reaksi ini tidak menjadi prahara, sejak dini

orang tua perlu mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk

menjelang persalinan/kelahiran bayi. Persiapan persalinan meliputi :

1) Persiapan fisik

a) Senam hamil tua

Pada umumnya, sejak trimester ketiga, para ibu telah

mempersiapkan diri untuk menyambut kehadiran si buah hati.

Dengan demikian penting bagi ibu untuk memelihara kebugaran

tubuhnya dengan mencoba latihan ringan, seperti senam hamil.

Ibu dapat meluangkan waktu beberapa saat untuk berjalan kaki

pada pagi hari untuk melakukan relaksasi.

27

Contoh latihan yang bisa dilakukan ibu hamil antara lain :

(1) Posisi jongkok

Ini adalah posisi yang dapat dicoba dalam persalinan karena

akan memudahkan janin melewati jalan lahir. Latihlah posisi

ini setiap hari selama beberapa menit.

(2) Posisi bersila

Ini adalah duduk dengan menyilangkan kaki semampunya

pakai alas, atau bersandarlah pada tembok. Dengan

mengambil posisi ini, oto-otot ibu akan menguat dan panggul

menjadi lentur. Gunakan alat bantu seperti bantal jika posisi

ini sulit untuk dilakukan.

b) Gizi yang seimbang

Semakin besar dan tua kehamilan maka semakin banyak asupan

yang dibutuhakan oleh ibu dan janinnya. Vitamin sangat

dibutuhkan bagi ibu dan janin. Disamping itu, ibu harus ingat

bahwa ibu dalam kandungannya sangat membutuhkan makanan

yang cukup. Tetapi juga jangan terlalu berlebihan, sebab hal ini

bisa mengakibatkan bayi besar dan berpengaruh pada proses

persalinan.

c) Istirahat yang cukup

Jika lelah segeralah istirahat, hiperaktifitas gerakan bayi karena

ibunya terlalu aktif dapat menyebabkan lilitan tali pusat.

28

d) Kursus mengurus bayi

Jauh dari keluarga sebaiknya mangikuti kursus mangurus bayi.

Didalam kursus ini, akan diajarkan bagaimana cara mulai

memandikan bayi sampai mengurus bayi. Libatkan suami untuk

mengikuti kursus, karena hal ini akan sangat membantu nanti.

2) Persiapan Mental

a) Hindari stress

Keadaan emosi yang mudah berubah pada saat hamil tentu saja

mempengaruhi orang-orang disekitarnya. Oleh sebab itu,

keluarga harus toleransi terhadap perubahan yang dialami. Sikap

yang harus diambil adalah dengan jalan mengungkapakan segala

perasaan yang dialami, sehingga dengan begitu ibu hamil itu

sendiri merasa dihargai.

b) Hilangkan rasa was-was

Rasa was-was wajar terjadi pada setiap ibu hamil, apalagi

kehamilan pertama. Berbagai rasa was-was itu dapat dihindari

dengan cara memeriksakan secara rutin kehamilannya.

c) Persiapan mental suami dan anak

Selain istri suami dan anak yang lain juga harus siap mental.

Dimana mereka merasa diabaikan oleh kehadiran sibuah hati. Ini

memicu kecemburuan terhadap anak yang masih dalam

kandungan (Sholihah, 2008, pp.23-25).

29

Persiapan persalinan merupakan salah satu program pada desa Siaga

yaitu desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan

kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-

masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan secara

mandiri. Dalam program desa siaga dimana para bidan desa, tokoh

masyarakat, ikut aktif berperan menangani kesehatan dan membantu

persalinan kepada ibu hamil dan ibu melahirkan dan melakukan

pemeriksaan ibu (Depkes, 2004).

Beberapa persiapan persalinan yang perlu ibu hamil lakukan yaitu:

a. Ibu hamil harus menayakan kepada bidan atau dokter kapan tanggal

perkiraan persalinan.

b. Suami dan keluarga mendampingi ibu hamil saat periksa ke fasilitas

pelayanan kesehatan (Puskesmas/RB/ BPS/RS).

c. Suami dan keluarga harus menyiapakan tabungan untuk biaya

persalinan nanti.

d. Suami, keluarga dan masyarakat menyiapkan kendaraan atau

transportasi jika sewaktu-waktu diperlukan.

e. Ibu hamil harus merencanakan akan melakukan persalinan

(Puskesmas/RB/BPS/RS).

f. Ibu hamil akan melahirkan ditolong oleh bidan atau dokter kandungan

di fasilitas pelayanan kesehatan.

g. Ibu hamil harus merencanakan ikut keluarga berencana (KB) dan

menanyakan caranya kepada petugas kesehatan.

30

h. Suami dan keluarga harus menyiapkan orang yang bersedia menjadi

donor darah jika sewaktu-waktu diperlukan.

Ada lima komponen penting dalam rencana atau persiapan persalinan

yaitu :

1) Rencana Persalinan

Idealnya suatu keluarga mempunyai kesempatan untuk membuat suatu

rencana persalinan. Untuk persiapan persalinan sebaiknya pasangan suami

istri mendiskusikannya dengan bidan, dokter atau ahli kandungan yang

menangani. Hal-hal yang harus digali dan diputuskan dalam membuat

rencana persalinan tersebut meliputi :

a) Tempat Persalinan

Tempat melahirkan hendaknya disesuaikan dengan kemampuan jarak

tempuh dari rumah. Hal ini menghindari terjadinya kelahiran bayi di

tengah perjalanan menuju tempat pelayanan. Jika kelahiran terjadi di

rumah bersalin, sebaiknya suami mempersiapkan tempat rujukan untuk

mengatasi jika terjadi sesuatu pada ibu bayi pada proses persalinan yang

dapat membahayakan ibu dan janin (Huliana, 2001).

b) Memilih persalinan di rumah

Wanita yang memilih untuk melahirkan di rumah mempunyai berbagai

alasan untuk keputusan mereka. Beberapa ibu di dalam hatinya merasa

bahwa disinilah bayi mereka harus dilahirkan, beberapa lainnya merasa

bahwa mereka akan santai di rumah, beberapa sangat menghargai privasi

yang bisa mereka dapatkan dirumah dan kebebasan untuk melakukan apa

31

yang mereka pilih, lainnya menganggap rumah sakit menakutkan dan

mereka takut harus menjalani banyak tindakan medis jika mereka

melahirkan disana (Nolan, 2003, p.145).

c) Persalinan di Rumah Sakit

Wanita hamil yang memilih melahirkan di rumah sakit mersa tenang

karena banyak dokter dan bidan berjaga di sana, sebagian lainnya merasa

bahwa melahirkan dengan peralatan teknologi tinggi lebih aman,

sebagian tertarik oleh fasilitas khusus yang ditawarkan rumah sakit

misalnya program melahirkan di kolam air, meskipun boleh dikatakan

bahwa layanan ini juga bisa didapat dari luar rumah sakit, misalnya

dengan menyewa kolam renang (Nolan, 2003, p.145).

a. Perlengkapan untuk persalinan

1) Perlengkapan ibu

a) Kartu periksa hamil

b) Alat mandi seperti handuk besar satu buah, handuk kecil dua

buah, sabun, sikat dan pasta gigi.

c) Pakaian ganti seperti:

(1) Baju atasan dengan kancing depan

(2) Kain panjang atau sarung

(3) Kutang

(4) Gurita Ibu

(5) Pembalut

32

2) Perlengkapan bayi

a) Popok bayi

b) Baju Bayi

c) Celana panjang bayi

d) Gurita bayi

e) Kaos tangan bayi

f) Topi bayi

g) Selimut bayi

h) Perlengkapan mandi seperti sabun bayi, bedak bayi dan waslap.

3) Perlengkapan ayah

Menurut Novaria dan Budi (2007) perlengkapan yang bisa dibawa

suami saat persalinan adalah :

a) Jam tangan

b) Kartu atau kunjungan pemeriksaan kehamilan, KTP, beserta

fotocopinya.

c) Alat mandi seperti sikat gigi, sabun dan pasta gigi

d) Makanan kecil

e) Baju ganti

4) Pendamping persalinan

Dukungan suami saat persalinan sangat dibutuhkan. Melahirkan

adalah perjuangan yang membutuhkan dukungan suami. Suami

dapat memberikan dukungan jauh sebelum saat kelahiran tiba,

kehadiran suami menjelang saat persalinan akan membuat istri lebih

33

tenang dan lebih siap dalam menghadapi proses persalinan. Apabila

memungkinkan, suami sebaiknya menemani istri di ruang bersalin.

Kehadiran suami, sentuhan tangannya, doa dan kata-kata penuh

motivasi yang diucapkannya akan membuat istri merasa lebih kuat

dan tabah menghadapi rasa sakit dan berjuang untuk melahirkan

bayinya (Musbikin, 2005, p.265).

5) Transportasi

Letak tempat tinggal yang jauh dengan fasilitas kesehatan dan sulit

dijangkau serta ketidakadaan biaya untuk mencapai fasilitas

kesehatan merupakan masalah di sebagian besar wilayah di

Indonesia, oleh sebab itu penting untuk pengadaan ambulan desa

yang bisa memfasilitasi ibu hamil yang perlu dirujuk atau dibawa ke

pelayanan kesehatan seperti bidan, puskesmas, ataupun Rumah

Sakit, ambulans desa tidak harus dalam bentuk mobil ambulans

tetapi dapat berupa alat transportasi lain yang dapat membawa ibu

hamil ke tempat pelayanan kesehatan seperti becak, mobil roda

empat milik warga yang dipinjamkan (Pusdiknakes, 2003).

6) Biaya

Keluarga sebaiknya dianjurkan untuk menabung sejumlah uang

sehingga dana akan tersedia untuk asuhan selama kehamilan dan jika

terjadi kegawatan, karena banyak sekali kasus dimana ibu tidak

mencari asuhan atau mendapatkan asuhan karena tidak mempunyai

dana yang diperlukan untuk persalinan (Pusdiknakes, 2003).

34

7) Donor darah

Donor darah juga perlu dipersiapkan untuk persalinan. Ini tambahan

darah bisa langsung ditangani, jadi ibu hamil perlu mencari orang

yang golongan darahnya sama dan bersedia untuk mendonorkan

darahnya (Pusdiknakes, 2003).

8) Pengambil keputusan utama

Sebelum bersalin ibu hendaknya mempersiapkan siapa yang akan

mengambil keputusan bila akan dilaksanakan tindakan pada ibu.

Biasanya pengambil keputusan utama adalah suami. Dan ibu juga

merupakan penambil keputusan kedua bila nanti keputusan utama

tidak ada (Pusdiknakes, 2003).

Rujukan dalam kondisi optimal dan tepat waktu ke fasilitas kesehatan

rujukan atau yang memiliki sarana lebih lengkap diharapkan mampu

menyelamatkan para ibu dan bayi baru lahir. Meskipun sebagian besar ibu

menjalani persalinan normal, namun sekitar 10-15 % di antaranya akan

mengalami masalah selama persalinan dan kelahiran sehingga perlu dirujuk

ke fasilitas rujukan, sangatlah sulit untuk menduga kapan penyulit itu terjadi,

sehingga kesiapan untuk merujuk ibu dan atau bayinya ke fasilitas kesehatan

rujukan secara optimal dan tepat waktu jika penyulit terjadi. Setiap tenaga

penolong atau fasilitas pelayanan, harus mengetahui lokasi fasilitas rujukan

terdekat yang mampu untuk melayani kegawatdaruratan obstetri dan bayi

baru lahir (Departemen Kesehatn Republik Indonesia, 2004).

35

Pada saat kunjungan antenatalcare, jelaskan bahwa petugas

kesehatan, klien dan suami akan selalu berupaya untuk mendapatkan

pertolongan terbaik, termasuk kemungkinan rujukan setiap ibu hamil jika

terjadi penyulit. Pada saat terjadi penyulit sering kali tidak cukup waktu dan

membuat rencana rujukan sehingga keterlambatan dalam membuat keputusan

dapat membahayakan jiwa klien. Anjurkan pada ibu untuk membahas rujukan

dan membuat rencana rujukan dengan suami dan keluarganya serta tawarkan

untuk berbicara dengan suami dan keluarganya untuk menjelaskan antisipasi

rencana rujukan (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004).

Selain hal-hal di atas, yang perlu menjadi pertimbangan adalah letak

tempat tinggal yang jauh dengan fasilitas kesehatan dan sulit dijangkau serta

ketidakadaan biaya untuk mencapai fasilitas kesehatan merupakan masalah di

sebagian besar wilayah di Indonesia, oleh sebab itu penting untuk pengadaan

ambulans desa yang bisa memfasilitasi ibu hamil yang perlu dirujuk atau

dibawa ke pelayanan kesehatan seperti bidan, puskesmas, ataupun rumah

sakit. Ambulans desa tidak harus dalam bentuk mobil ambulans tetapi dapat

berupa alat transportasi lain yang dapat membawa ibu hamil ke tempat

pelayanan kesehatan seperti becak, mobil roda empat milik warga yang

dipinjamkan (Kementrian Pemberdayaan Perempuan RI, 2004).

Sedangkan untuk pengorganisasian ambulans desa disesuaikan dengan

kondisi atau kesepakatan masing-masing daerah dan dapat dilakukan dengan

penginventarisasian kendaraan di desa yang dapat diikutsertakan, membuat

jadwal pendayagunaan kendaraan untuk membawa pasien dan mencari

36

dukungan dana dari pengusaha setempat untuk biaya operasional, semua

kegiatan tersebut dilakukan oleh Kepala Desa.

6. Tingkat Pengetahuan (Knowledge)

a. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan

terjadi melalui pancaindra manusia yakni melalui indra penglihatan,

penciuman, pendengaran, perasa dan peraba dengan sendiri. Pengetahuan

atau kognitif merupakan domain sangat penting dalam membentuk

tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan mencakup ingatan

yang dipelajari dan disimpan dalam ingatan, hal tersebut meliputi fakta,

kaidah, dan prinsip serta metode yang diketahui. Pengetahuan yang

disimpan dalam ingatan akan digali pada saat yang dibutuhkan melalui

bentuk mengingat atau mengenal kembali (Notoatmodjo, 2003, p.121).

b. Tingkat pengetahuan

Notoatmodjo (2003, pp.140-142), yang mengutip dari Bloom (1978)

tingkat pengetahuan di dalam domain kognitif, meliputi :

1) Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya, termasuk ke dalam pengetahuan dalam

tingkat ini adalah mengingat kembali (recall). Kata kerja untuk

mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain

37

mampu menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, dan

sebagainya.

2) Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang obyek yang diketahui materi tersebut secara

benar. Orang yang telah paham terhadap suatu objek materi harus

dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,

meramalkan terhadap obyek yang telah dipelajari.

3) Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi ataupun kondisi sebenarnya.

4) Analisis (Analysis)

Analisa adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu

struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5) Sintensis (Syntesis)

Sintesis yang dimaksud menunjukkan kepada suatu kemampuan

untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam

suatu bentuk keseluruhan yang baru.

6) Evaluasi (Evaluation)

Ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini berdasarkan

38

suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau berdasarkan kriteria yang

sudah ada.

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Menurut Wawan dan Dewi (2010, p.16-18) terdapat faktor-faktor yang

bisa mempengaruhi pengetahuan, diantaranya :

1) Pendidikan

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka dia akan lebih

mudah dalam menerima hal-hal baru sehingga akan lebih mudah pula

untuk menyelesaikan hal-hal baru tersebut.

2) Paparan media massa

Melalui berbagai media baik media cetak maupun elektronik berbagai

informasi dapat diterima oleh masyarakat, sehingga seorang yang

lebih sering berhadapan dengan media massa (televisi, radio, majalah,

dan lain-lain) akan memperoleh informasi yang lebih banyak

dibandingkan dengan orang yang tidak pernah terpapar informasi

media.

3) Pengalaman

Pengalaman seseorang individu tentang berbagai hal biasa di peroleh

dari lingkungan kehidupan dalam proses perkembangannya, misalnya

sering mengikuti kegiatan. Kegiatan yang mendidik misalnya seminar

organisasi dapat memperluas jangkauan pengalamannya, karena dari

berbagai kegiatan tersebut informasi tentang suatu hal dapat diperoleh.

39

4) Sosial Ekonomi

Tingkatan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup disesuaikan

dengan penghasilan yang ada, sehingga menuntut pengetahuan yang

dimiliki harus dipergunakan semaksimal mungkin. Begitupun dalam

mencari bantuan ke sarana kesehatan yang ada, mereka sesuaikan

dengan pendapatan keluarga.

5) Hubungan sosial

Manusia adalah makhluk sosial dimana dalam kehidupan saling

berinteraksi satu dengan yang lain. Individu yang dapat berinteraksi

secara continue akan dapat lebih besar mendapatkan informasi.

Sementara faktor hubungan sosial juga mempengaruhi kemampuan

individu sebagai komunikasi media dengan demikian hubungan sosial

dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang tentang suatu hal.

6) Perilaku kesehatan

Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang

(organisme) terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan

penyakit, sistem pelayanan kesehatan masyarakat serta lingkungan.

d. Cara memperoleh pengetahuan

Ada berbagai macam cara untuk mencari atau memperoleh kebenaran

pengetahuan sepanjang sejarah, yaitu :

1) Cara tradisional

Untuk memperoleh pengetahuan, cara kuno atau tradisional dipakai

orang memperoleh kebenaran pengetahuan, sebelum ditemukannya

40

metode ilmiah untuk metode penemuan secara sistematik dan logis

(Notoatmodjo, 2005, p.11).

2) Cara coba-salah (Trial and Error)

Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan

mungkin sebelum adanya peradaban. Pada waktu itu seseorang

apabila menghadapi persoalan untuk masalah, upaya

pemecahannya dilakukan dengan cara coba-coba saja. Di mana

metode ini telah digunakan orang dalam waktu yang cukup lama

untuk memecahkan berbagai masalah. Bahkan sekarang ini metode

coba-coba masih sering dipergunakan terutama oleh mereka yang

belum atau tidak mengetahui cara memecahkan masalah

(Notoatmodjo, 2005, p.11).

3) Kekuasaan atau otoritas

Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali kebiasaan dan

tradisi-tradisi yang dilakukan oleh orang tanpa melakukan

penalaran apakah yang dilakukan tersebut baik atau tidak.

Kebiasaan ini biasanya diwariskan turun temurun dari generasi

berikutnya. Dimana pengetahuan, diperoleh berdasarkan otoritas

atau kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin

agama, otoritas ilmu pengetahuan (Notoatmodjo, 2005, p.11)

4) Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman adalah guru yang baik, dimana pengalaman itu

merupakan sumber pengetahuan, atau pengetahuan itu merupakan

41

suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Pengalaman

pribadipun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh

pengetahuan. Perlu diperhatikan bahwa tidak semua pengalaman

pribadi dapat menuntut seseorang untuk menarik kesimpulan

dengan benar, maka perlu berfikir kritis dan logis (Notoatmodjo,

2005, p.11).

5) Melalaui jalan pikir

Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara

berfikir manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah

mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh

pengetahuannya. Dengan kata lain dalam memperoleh kebenaran

pengetahuannya manusia telah menggunakan jalan pikirannya baik

melalui induksi dan deduksi (Notoatmodjo, 2005, p.11).

6) Cara modern dalam memperoleh pengetahuan

Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau metodologi

penelitian, dimana cara ini mula-mula mengadakan pengamatan

langsung terhadap gejala-gejala alam atau kemasyarakatan

kemudian hasil pengamatannya tersebut dikumpulkan dan

diklasifikasikan dan akhirnya diambil kesimpulan umum

(Notoatmodjo, 2003, p.11).

e. Cara pengukuran pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau

angket yang bertujuan untuk mengetahui atau menanyakan tentang isi

42

materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden

(Notoatmodjo, 2003, p.11). Tingkat pengetahuan yang akan ingin kita

ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat pengetahuan

yang akan kita ketahui, dalam hal ini tentang persiapan menghadapi

persalinan.

Jumlah nilai pengetahuan dapat dikategorikan menjadi :

1) Kurang baik = jika nilai <60%

2) Cukup = jika nilai antara 60 75%

3) Baik = jika nilai >75%

7. Perilaku

a. Pengertian

Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang

dapat diamati langsung, maupun yang tidak diamati oleh pihak luar

(Notoatmodjo, 2007, p.133).

b. Macam-macam perilaku

Menurut Notoatmodjo (2007, p.134), perilaku dapat dibedakan

menjadi dua yaitu :

1) Perilaku tertutup (covert behaviour)

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung

atau tertutup (covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini

masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran

43

dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus

tersebut dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.

2) Perilaku terbuka (overt behaviour)

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata

atau terbuka. Respon tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan

atau praktik yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh

orang lain.

c. Model Perubahan Perilaku

Menurut Green perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama, yaitu

(Notoatmodjo, 2007, p.16):

1) Faktor Predisposisi (Presdisposing Factors)

Yaitu faktor-faktor yang mempermudah atau mempredisposisi

terjadinya perilaku seseorang, antara lain pengetahuan, sikap,

kepercayaan atau keyakinan, nilai-nilai tradisi, tingkat sosial

ekonomi, tingkat pendidikan dan sebagainya.

a) Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah

orang mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Penginderaan terhadap objek terjadi melalui panca indra manusia

yakni penglihatan, penciuman, rasa dan raba dengan sendiri. Pada

waktu pengindraan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut

sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi terhadap

44

objek. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui

mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007).

b) Sikap

Sikap adalah penilaian (bisa berupa pendapat) seseorang terhadap

stimulus atau objek (dalam hal ini adalah masalah kesehatan,

termasuk penyakit). Setelah seseorang mengetahui stimulus atau

objek, proses selanjutnya akan menilai atau bersikap terhadap

stimulus atau objek kesehatan tersebut (Notoatmodjo, 2003).

c) Kepercayaan atau keyakinan

Dalam bidang kesehatan perilaku seseorang sangat di pengaruhi

oleh kepercayaan orang tersebut terhadap kesehatan. Kepercayaan

yang dimaksud meliputi manfaat meliputi manfaat yang akan

didapat, hambatan yang ada, kerugian, dan kepercayaan bahwa

seseorang dapat terserang penyakit (Notoatmodjo, 2003).

2) Faktor Pemungkin (Enabling Factors)

Yaitu faktor-faktor yang memungkinkan atau yang memfasilitasi

perilaku atau tindakan. Yang dimaksud faktor pemungkin adalah

fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan atau tersedia tidaknya

fasilitas kesehatan yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.

Misalnya puskesmas, posyandu, rumah sakit, bidan, dokter dan

sebagainya.

45

3) Faktor Penguat (Reinforsing Factors)

Yaitu faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya

perilaku. Kadang-kadang, meskipun seseorang tahu dan mampu

untuk berperilaku sehat, tetapi tidak melakukannya. Untuk

berperilaku sehat memerlukan contoh dari para tokoh masyarakat,

tokoh agama, sikap dan perilaku petugas termasuk petugas

kesehatan.

Berdasarkan perilaku dan faktor-faktor yang mempengaruhinya,

ibu hamil memutuskan untuk melakukan persiapan persalinan. Proses

melakukan persiapan persalinan dapat dijelaskan oleh Anderson

(1974, dalam Notoatmodjo, 2007, pp.215-216) bahwa dalam

pelayanan kesehatan terdapat 3 kategori yaitu :

1) Karakteristik Predisposisi (Predisposing Characteristics)

Karakteristik ini digunakan untuk menggambarkan fakta bahwa

setiap individu mempunyai kecenderungan untuk melakukan

persiapan persalinan yang berbeda-beda. Karakteristik

predisposisi ini dibagi dalam 3 kelompok, yaitu :

a) Ciri-ciri demografi, seperti jenis kelamin dan umur.

b) Struktur sosial, seperti tingkat pendidikan, pekerjaan,

kesukuan atau ras.

c) Manfaat-manfaat kesehatan, seperti keyakinan terhadap

pelayanan kesehatan yaitu dokter, bidan.

46

2) Karakteristik pendukung (Enabling Characteristics)

Karakteristik ini mencerminkan bahwa meskipun mempunyai

predisposisi untuk menggunakan pelayanan kesehatan, individu

tidak akan bertindak untuk menggunakannya, kecuali bila

individu mampu menggunakannya. Penggunaan pelayanan

kesehatan tergantung kepada kemampuan konsumen untuk

membayar. Misalnya melakukan persiapan persalinan, apabila ibu

hamil mampu untuk membayar maka ibu hamil akan melakukan

persiapan persalinan tersebut.

3) Karakteristik Kebutuhan (Need Characteristics)

Faktor predisposisi dan faktor yang memungkinkan untuk

mencari pengobatan dapat terwujud di dalam tindakan apabila itu

dirasakan sebagai kebutuhan. Misalnya apabila predisiposisi dan

pendukung itu ada, maka ibu hamil akan melakukan persiapan

persalinan tersebut.

47

B. Kerangka Teori

Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah diuraikan dapat digunakan kerangka

teori sebagai berikut :

Faktor Predisposisi :

1) Pengetahuan
2) Sikap
3) Keyakinan

Faktor Pemungkin
1) Ketersediaan Persiapan persalinan
fasilitas kesehatan pada ibu hamil
2) Sarana prasarana trimester III

Faktor Penguat
1) Tokoh masyarakat
2) Tokoh agama
3) Sikap dan perilaku
petugas kesehatan

Bagan 2.1 Kerangka Teori


Sumber : Notoatmodjo (2007) modifikasi Lawrence Green (1980),
Anderson (1974)
Keterangan :

: yang di teliti

: yang tidak di teliti

48

C. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang

diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian yang akan dilakukan

(Notoatmodjo, 2005, p.69).

Variable Independent Variable Dependent

Pengetahuan ibu hamil


Persiapan
primigravida trimester III tentang
persalinan
tanda-tanda persalinan

1. Sikap
2. Keyakinan
3. Ketersediaan
fasilitas kesehatan

Keterangan : Variabel pengganggu

Variabel pengganggu tidak di ukur

Bagan 2.2 Kerangka Konsep

D. Hipotesis

Hipotesis adalah suatu pernyataan yang masih lemah dan membutuhkan

pembuktian untuk penegasan apakah hipotesis tersebut dapat diterima atau

harus ditolak, berdasarkan fakta atau ampiris yang telah dikumpulkan dalam

penelitian (Hidayat, 2007).

Ha : Ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu hamil primigravida

trimester III tentang tanda-tanda persalinan dengan persiapan

persalinan.

Das könnte Ihnen auch gefallen