Sie sind auf Seite 1von 22

LAPORAN KASUS

Identitas Pasien
Nama : HJ. Samsiah
Umur : 76 tahun
RM : 703686
MRS : 29-03-2015
Jaminan : Askes
Ruangan : PCC 218

Anamnesis
Keluhan Utama : Luka pada mulut
Anamnesis Terpimpin : dialami sejak kurang lebih 3 bulan yang lalu dan memberat
sejak 3 minggu yang lalu. Awalnya berupa luka pada gusi
yang tidak sembuh lama kelamaan timbul luka yang lebih
besar. Saat ini, pasien mengalami kesukaran makan dan
bicara, hanya makan makanan cair melalui NGT. Luka pada
mulut pasien berbau. Nyeri telinga disangkal. Pasien
mengalami penurunan berat badan sejak 5 bulan lalu.
Kebiasaan merokok, mengunyah sirih, konsumsi alcohol dan
jamu disangkal. Sebelumnya, pasien pernah mencabut gigi
dan ada riwayat pengobatan di dokter gigi selama 3 bulan.
Sebelum sakit, pasien pernah memakai gigi palsu. Pasien
tidak demam.
Biopsi FNA pada tanggal 10 maret 2015 dengan hasil
Squamous Cell Carcinoma.
Riwayat terapi sebelumnya tidak ada
Riwayat keluarga mengalami keluhan sama tidak ada.

1
Pemeriksaan fisik
Status Generalis:
Sakit sedang/gizi kurang/sadar

Status Vitalis:
T : 100/60 mmHg
N : 96 x/menit,
P : 22 x/menit,
S : Axilla : 36,9oC

Status Regional
Kepala : Anemis (-), ikterik (-)
Leher : Status lokalis
Thorax
I : Simetris kiri=kanan
P : MT (-), NT (-)
P : Sonor, batas paru hepar ICS V kanan
A : BP bronkovesikuler, BT Rh-/- , Wh-/-
Jantung
I : Ictus cordis tidak tampak
P : Ictus cordis tidak teraba teraba
P : Pekak, batas jantung kesan normal
A : BJ I/II murni reguler, bising jantung (-)

Abdomen :
I : perut datar, ikut gerak napas.
A : Peristaltik (+) kesan normal

2
P : Massa tumor (-) Nyeri tekan (-) Hepar dan Lien tidak teraba
pembesaran.
P : timpani (+)
Ekstremitas : Edema -/-

Status Lokalis

Regio Oral :
I : tampak benjolan seperti telur ayam dari bibir bawah sampai daerah buccal
kiri. Tampak ulkus, permukaan tidak rata. Tampak bagian nekrosis. Tidak
tampak gigi. Ada hipersalivasi
P : teraba massa ukuran 5 cm x 3 cm x 1 cm, konsistensi padat keras, permukaan
tidak rata, terfiksir, berbatas tegas, nyeri tekan (+),mudah berdarah (+).
Pembesaran kelenjar getah bening (-),

3
Foto klinis:

4
Pemeriksaan penunjang:

Darah rutin

Darah Rutin Hasil

WBC 8,2
RBC 3,11
HB 9,4
PLT 328
HCT 28

Kimia Darah Hasil

Ur/Cr 16/0,31
GOT/GPT 30/8
Na/K/CL 145/4,0/103
PT/APTT 10,4/24,5
CT/BT 730/200
GDS 118
albumin 2,5

5
Foto mandibula AP (6/3/2015)

1. Tampak loose tooth 11, 17, 18, 26, 32, 34, 35, 36, 37, 38, 44, 45, 46, 47, 48
2. Sisa akar : 12,13,16, 21, 22, 23, 24, 28, 42
3. Tampak soft tissue density pada regio superior corpus mandibula kanan kesan
destruksi corpus mandibula pada regio tersebut
4. Mineralisasi tulang

Kesan - sisa akar : 12, 13, 16, 21, 22, 23, 24, 28, 42

- Soft tissue mass suspek metastasis ke mandibula

Usul : MSCT scan mandibula

Foto thorax:

6
Kesan:

1. Cor dan pulmo normal


2. Tidak tampak tanda-tanda metastasis pada foto thorax ini.

Pemeriksaan USG abdomen:

1. Hepar : tidak membesar, echo parenkim dalam batas normal. Tidak tampak
dilatasi vaskular dan bile duct intra/ekstrahepatik. Tidak tampak echo
batu/mass/cyst.
2. Gallblader : Kontraktil
3. Pankreas : Ukuran dan echo parenkim normal. Tidak tampak dilatasi duktus
pankreatikus, Tidak tampak mass/cyst/lesi patologik lainnya.
4. Lien : Tidak membesar dengan echo parenkim normal. Tidak tampak
mass/cyst/lesipatologik lainnya.

7
5. Kedua ginjal : ukuran dan echo cortex/sinus normal. Tidak tampak dilatasi
PCS. Tidak tampak echo batu/cyst/mass.
6. VU : dinding dan mukosa regular. Tidak tampak echo batu/mass/cyst.

Kesan : Tidak tampak kelainan radiologis pada USG Abdomen ini

Resume:

Pasien perempuan umur 66 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan luka
pada mulut dialami sejak kurang lebih 3 bulan yang lalu dan memberat sejak 3
minggu yang lalu. Awalnya berupa luka pada gusi yang tidak sembuh lama
kelamaan timbul luka yang lebih besar. Saat ini, pasien mengalami kesukaran makan
dan bicara hanya makan makanan cair melalui NGT. Ulkus pada mulut pasien
berbau. Tidak ada otalgia. Pasien mengalami penurunan berat badan sejak 5 bulan
lalu. Kebiasaan merokok, mengunyah sirih, konsumsi alkohol dan jamu disangkal.
Sebelumnya, pasien pernah mencabut gigi dan ada riwayat pengobatan di dokter
gigi selama 3 bulan. Sebelum sakit, pasien pernah memakai gigi palsu. Pasien tidak
demam. Biopsi FNA pada tanggal 10 maret 2015 dengan hasil Squamous Cell
Carcinoma. Riwayat terapi sebelumnya tidak ada. Riwayat keluarga mengalami
keluhan sama tidak ada.
Pada pemeriksaan fisik status generalisata didapatkan pasien sakit sedang,
kurang gizi dan compos mentis. Tanda-tanda vital dalam batas normal. Pada
pemeriksaan lokalis regio oral didapatkan benjolan seperti telur ayam dengan
permukaan tidak rata. Pada palpasi teraba massa ukuran 5 cm x 3 cm x 1 cm,
konsistensi padat keras, permukaan tidak rata, terfiksir, berbatas tegas, nyeri tekan (+)
dan mudah berdarah. Tidak ada limfadenopati.
Pada pemeriksaan kimia darah didapatkan penurunan pada kadar red blood
cell, hemoglobin, hematocrit dan albumin. Pada pemeriksaan foto mandibula AP

8
didapatkan Soft tissue mass suspek metastasis ke mandibula. Pada pemeriksaan foto
thorax dan USG abdomen, tidak didapatkan tanda-tanda metastasis.

Diagnosis:
Oral Squamous cell carcinoma

Stadium:
CT4N0M1 stadium IVC

Status penampilan
Status penampilan berdasarkan Karnofsky dengan nilai 70%

Rencana tindakan:
Transfusi PRC 2 bag
Kemoterapi

Penatalaksanaan :
Kemoterapi
Erbitux
Cisplatin
5- flouroracil

Evaluasi
Follow up 3 bulan berikutnya

TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN:
9
Kanker mulut merupakan kelompok yang paling besar pada keganasan kepala
leher. Kanker ini paling banyak didapatkan pada laki-laki dibanding perempuan, dan
insidens tertinggi pada umur diatas 50.6
Terdapat 2 mekanisme pada keganasan mulut, kebanyakan lesi ( sekitar 75%)
disebabkan merokok, alkohol terutama pada kanker orofarings. 25% disebabkan oleh
infeksi virus HPV pada mukosa oral. Kanker mulut semakin meningkat insidens pada
pasien dibawah umur 45 tahun pada 20 tahun belakangan. Meski kadar terjadinya
kanker oral lebih tinggi pada laki-laki, wanita juga tidak terkecuali.6 Insidens tertinggi
dan prevalensi kanker mulut tipe SCC (squamous cell carcinoma) ditemukan pada
subkontinen India, dimana terdapat peningkatan resiko terjadinya SCC yang
disebabkan oleh kebiasaan mengkonsumsi tembakau, daun sirih dan buah pinang.
Efek mutagenik tembakau, alkohol, daun sireh atau buah pinang tergantung kepada
dosis pemakaian dan efeknya lebih kuat jika dua atau lebih bahan ini sering
digunakan.1
Namun, tidak semua orang yang mengkonsumsi bahan karsinogenik ini bakal
mengalami kanker oral SCC, kanker ini dapat berupa idiopatik dan dapat juga karena
dipengaruhi faktor genetik dan lingkungan.1,2,4

II. EPIDEMIOLOGI

Kanker oral lebih banyak didapatkan pada laki-laki dibanding wanita dengan
rasio 1,5:1 berkemungkinan besar disebabkan oleh substans karsionogenik.
Kemungkinan untuk mendapatkan kanker meningkat dengan lamanya paparan
terhadap bahan karsinogenik, umur yang meningkat dan perubahan mutagenik. Di
Amerika serikat umur yang sering mengalami kanker oral sekitar 62 tahun. Namun
insidens terjadinya kanker dibawah umur 45 tahun semakin meningkat dengan alasan
yang tidak diketahui.

10
Di negara barat, prevalensi kanker oral yang mengenai lidah adalah sebanyak
20-40% kasus, di dasar mulut sebanyak 15-20% kasus. Daerah gingiva, palatum,
retromolar area, mukosa buccal dan oral paling jarang terkena kanker oral SCC.
Permukaan ventral lidah dan dasar mulut merupakan daerah yang sering mengalami
perubahan malignansi karena dilapisi oleh epitel selapis gepeng tidak bertanduk yang
tipis. Karsinogen dapat melakukan penetrasi terhadap lapisan yang tipis ini ke
kompartmen sel-sel progenitor, dan selain itu bahan-bahan karsinogen seperti
tembakau sering berakumulasi di dasar mulut dan daerah ventral lidah.1
Purata rasio kelangsungan hidup 5 tahun pada pasien dengan kanker oral
adalah 50% tanpa perbedaan kelamin. Faktor sosio-demografik lain seperti umur,
merokok, konsumsi alkohol, daun sirih tidak terkait dengan rasio kelangsungan
hidup.1
Penentuan stadium lanjutan kanker oral SCC sewaktu pertama kali didiagnosa
merupakan faktor prognostik yang penting. Kanker oral SCC kebanyakannya
didiagnosa pada stadium akhir penyakit disebabkan pasien lambat mendapatkan
konsultasi ahli medis, karena pasien tidak memahami pentingnya diagnosis dan
deteksi dini atau mereka cuek tentang implikasi pada kesehatan diri.1,2

III. MANIFESTASI KLINIS KANKER ORAL SCC:

Squamous Cell Carcinoma Oral mempunyai bentuk klinis yang pelbagai. Ia


dapat terlihat sebagai leukoplakia, leukoplakia verruca, erythroleukoplakia atau
erythroplakia yang akhirnya dapat berubah menjadi ulkus nekrotik batas yang
irregular atau massa eksofitik dengan dasar yang luas. Jika terkena trauma,
permukaan SCC mudah berdarah dan sering terkena infeksi sekunder. SCC oral
biasanya tidak disertai nyeri melainkan sudah terkena infeksi. Lesi yang terlalu besar
dapat menggangu proses bicara normal, menelan dan mastikasi.1,2
Pada pemeriksaan oral, lesi eritroplasia jarang ditemukan dan dapat dilihat
sebagai plak merah. Setidaknya 85% kasus dengan dysplasia berat dan karsinoma

11
didapatkan 17 kali lipat lebih banyak dengan lesi erythroplakia dibanding
leukoplakia. Leukoplakia merupakan lesi malignant yang paling banyak didapatkan,
kadar transformasi 3-33% dalam waktu 10 tahun. Kadar transformasi lebih tinggi
pada lesi leukoplakia dan proliferatif leukoplasi verrukatif.2

Gambar 1: Tipe lesi pada SCC oral. Dikutip dari kepustakaan 2

Perjalanan penyakit SCC oral tidak dapat diprediksi, tapi stadium TNM
(tumor, nodal metastasis, metastasis distant) tumor primer terkait rapat dengan kadar
kelangsungan hidup. Prognosis terbaik bila tumor primer masih kecil dan tidak ada
bukti metastasis limfonodi regional atau metastasis jauh. Malah, kadar kelangsungan
hidup 5 tahun pada pasien SCC oral stadium dini dapat menjadi 80-90%, dan survival
rate untuk pasien dengan stadium lanjut biasanya Cuma 40%.1,6

12
Gambar 2: Lesi oral dan penyebab. Dikutip dari kepustakaan 2

Kemungkinan terdapat displastik mukosa yang luas atau neoplasma primer


yang kedua, kesemua daerah oral haruslah diperiksa, termasuk daerah traktus digestif
atas, dan kalenjar getah bening servikal haruslah diperiksa dengan palpasi. Daerah
insidens tertinggi yang harus diperiksa dengan teliti merupakan dasar mulut, vestibule
dan sisi lidah.2,9

Ciri-ciri klasik malignansi oral termasuk ulkus, nodul, indurasi dan fiksasi
pada jaringan sekitar dan kanker harus dicurigai terutama pada lesi oral persisten
selama lebih dari 3 minggu. Gejala dan tanda SCC oral dapat dilihat sebagai:1,2,10
Benjolan atau ulkus dengan indurasi ( infiltrasi berbatas tegas dibawah
lapisan mukosa)
Ulkus bergranulasi dengan batas eksofitik yang terelevasi
Gabungan lesi merah dan putih
Lesi berwarna merah ( erythroplasia)
Benjolan dengan suplai darah abnormal

13
Ulkus yang tidak menyembuh
Lesi yang terfiksir pada jaringan yang lebih dalam atau pada permukaan
mukosa
Gigi yang longgar
Pembesaran kalenjar getah bening. Pembesaran kalenjar dapat disebabkan
olej infeksi, hiperplasia reaktif disebabkan tumor, atau metastasis. 5% kasus
dapat terdeteksi pembesaran kalenjar tanpa lesi oral.
Nyeri
Disfagia
Penurunan berat badan.

Gambar 3: Squamous cell carcinoma pada ventral dan lateral lidah yang memberikan
gambaran plak putih5

Namun , ciri-ciri klasik SCC oral seperti ulkus, indurasi, elevasi ,pendarahan
dan servikal limfadenopati merupakan ciri-ciri stadium lanjut, bukan stadium
dini penyakit. Transformasi malignansi tidak dapat terdeteksi secara akurat hanya
dari pemeriksaan sifat klinis. Hanya pemeriksaan histopatologis sampel jaringan
yang dapat memastikan diagnosa dan memberikan indikasi prognosis yang
tepat.2,9

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

14
a) Pemeriksaan laboratorium

Prinsip pemeriksaan laboratorium adalah untuk mengkonfirmasi diagnosis


OSCC secara histopatologis dan untuk menentukan adanya penyebaran sel
malignan ke bagian lain tubuh, seperti:6
Tulang, otot, atau tumor primer: tumor primer lain biasanya terletak pada
traktus digestif atas ( mulut, nasal, farings, larings, esophagus).
Metastases: pertama terjadi pada kalenjar getah bening regional dan
selanjutnya ke hepar, tulang dan ke otak.
Pemeriksaan darah termasuk:6
Tes fungsi hepar: untuk mendeteksi metastase ke hepar
Darah rutin dan hemoglobin
Elektrolit dan urea
Kadar kalsium: sebanyak 4% pasien dengan kanker kepala leher biasa
didapatkan dengan peningkatan serum kalsium.
Serum ferritin, alfa-antitripsin dan alfa antiglikoprotein: peningkatan
biasanya terlihat pada pasien dengan kanker stadium lanjut.

b) Pemeriksaan radiografi:

Foto roentgen paru diindikasikan pada pasien kanker oral untuk melihat
metastase ke paru karena paru merupakan daerah paling sering terjadinya
metastasis. Radiografi, kadang termasuk CT scan kepala mungkin diperlukan
untuk menentukan derajat penyebaran tumor, terutama untuk menyingkirkan
adanya invasi ke tulang dan penyebaran ke kalenjar getah bening.6
Pemeriksaan radiografi yang lain seperti MRI atau CT scan daerah primer
kepala leher dan tempat lain yang dicurigai adanya metastasis jauh. Biopsi kalenjar
sentinel, MRI, PET scanning, atau ultrasonografi leher dapat digunakan untuk
melihat keluasan metastasis nodus servikal.6

15
c) Pewarnaan in vivo
Perwarnaan ini dapat digunakan sekiranya ada kesulitan dalam menentukan
daerah mana yang harus dibiopsi, terutama bila adanya lesi yag luas. Pewarnaan
dengan toluidine blue disertai membilas dengan asam asetat 1% dan saline dapat
mewarnai daerah yang harus dibiopsi. Karsinoma oral in situ dan karsinoma
invasive dini mempunyai afinitas terhadap warna toluidine blue dye. Walaupun
beberapa hasil positif palsu biasanya didapatkan, ia dapat diminimalkan dengan
pewarnaan semula setelah 14 hari. Counterstaining dengan larutan lugol iodine
dapat menambahkan daya guna toluidine. Pada populasi berisiko tinggi, toluene
blue mempunyai sensitivitas yang tinggi untuk mendeteksi carcinoma in situ (CIS)
dan OSCC (96.7% dan 40% masing-masing).2,6

d) Biopsi dan pemeriksaan histopatologis:

Daerah yang diambil sebagai sampel haruslah luas yang meliputi jaringan
kanker dan jaringan normal, supaya diagnosa dapat dilakukan dengan tepat tanpa
perlu meminta spesimen tambahan. Beberapa sampel diambil untuk menghindar
penundaan yang disebabkan oleh laporan biopsi yang negatif pada pasien yang
sangat disuspek mempunyai neoplasma malignan. Biopsi eksisi harus dihindar
karena ia dapat menyulitkan proses mendapatkan bukti klinis dan untuk
mengidentifikasi ciri asal lesi.2
Spesimen biopsi haruslah cukup besar untuk memuatkan jaringan yang
disuspek dan jaringan normal , supaya ahli patologis dapat membuat diagnosis
yang tepat dan tidak perlu meminta specimen tambahan. Kebanyakan luka biopsy,
samada 0,5cm atau 1,5cm biasanya sembuh dalam7-10 hari ; jadi pengambilan
spesimen yang cukup lebih baik daripada harus mengulangi prosedur yang sama.2,6

16
Gambar 4: contoh specimen biopsi. Dikutip dari kepustakaan 2

Sebuah karsinoma dapat dipastikan sekiranya pada pemeriksaan


histopatologis didapatkan:
Dysplasia yang menginvasi secara luas ke seluruh ketebalan epitelium
(dysplasia berat) disertai,
Adanya invasi ke basement membrane

Progresi lesi berpotensi malignan untuk menjadi SCC adalah setinggi 36%
bila terdapat dysplasia epitel moderat atau berat.2
Pada hasil histopatologis, didapatkan epitel yang membentuk pulau menyamai
epitel berlapis gepeng bertanduk, Cuma kelompok pulau ini menginvasi jaringan
dibawahnya dan mengalami keratinisasi. Keratin yang terbentuk tidak dapat
disingkirkan dan terbentuk dalam gugusan epitel menyerupai keratin pearl. Ini
merupakan karakteristik sebuah karsinoma dengan differensiasi sempurna.6
Pulau epitel dapat berbatas tegas atau tidak, walaupun dapat menginvasi
jaringan dibawah secara ekstensif dengan kerusakan membrana basal, kerusakan
membrana ini bukan syarat tumor invasif. SCC terdiri dari gugusan sel epitel
skuama dengan kadar mitotik yang tinggi dan disertai hiperkromatisan nuklear
tanpa keratinisasi.6

17
SCC dengan differensiasi jelek terdiri dari lapisan sel dengan pleomorfism
yang ekstrim, nucleus yang besar, proses mitosis abnormal, dan seringkali sulit
untuk dibedakan dengan malignansi lain seperti lymphoma dan melanoma
differensiasi jelek. Jika ini terjadi, pemeriksaan lain seperti marker
immunositologi, antigen leukosit dan antibodi spesifik melanoma diindikasikan.6

V. PENENTUAN STADIUM KANKER ORAL SCC

Penentuan stadium berdasarkan klasifikasi TNM dan staging of oral cancer


oleh American Joint Committee edisi ke-6, tahun 2002, seperti berikut:6,8

Klasifikasi:
Tumor primer:
Tx tumor primer tidak dapat dinilai
T0 - tidak ada tumor primer
Tis - karsinoma in situ
T1 - tumor 2cm atau lebih kecil
T2 tumor 4cm atau lebih kecil
T3 tumor lebih besar dari 4 cm
T4 tumor lebih besar dari 4cm dan menginvasi luas ke tulang, nervus
inferior alveolar, daerah dasar oral , atau kulit wajah.
T4a ( kavitas oral) tumor menginvasi struktur berdekatan ( melewati os
cortical, otot lidah seperti genioglossus, sinus maksilaris, dan kulit wajah)
T4b tumor menginvasi ruang mastikasi, pterygoid palatum atau basis
crania atau melingkari arteri karotis internal.

Nodus limfatik regional:


NX- nodus limfa tidak dapat dinilai
N0 tiada nodus
N1 metastasis ke satu nodus limfa ipsilateral , ukuran < 3cm
N2 metastasis ke satu nodus limfa ipsilateral, atau nodus limfa multiple
ipsilateral, nodus limfa bilateral , ukuran 3cm< x < 6cm
N2a metastasis nodus ipsilateral, ukuran 3cm< x < 6cm
N2b metastasis nodus multiple ipsilateral, ukuran 3cm< x < 6cm

18
N2c metastasis nodus bilateral atau kontralateral, ukuran 3cm< x < 6cm
N3 nodus bilateral/homolateral > 6 cm

Metastasis Jauh :
Mx metastasis tidak dapat di nilai
M0 tiada metastasis
M1 terdapat metastasis

Staging:
i. Stadium 0 - Tis, N0, M0
ii. Stadium I T1, N0, M0
iii. Stadium II T2, N0, M0
iv. Stadium III T3, N0, M0
T1, T2, T3, N1, M0
v. Stadium IVA T4a, N0, M0
T4a, N1, M0
T1, N2, M0
T2, N2, M0
T3, N2, M0
T4a, N2, M0
vi. Stadium IVB Any T , N3 , M0
T4b , Any N , M0
vii. Stadium IVC Any T, Any N, M1

VI. PENATALAKSANAAN:

Pengobatan kanker oral SCC secara dasarnya untuk eradikasi sumber kanker,
untuk menghindar terjadinya rekurensi dan untuk mengembalikan fungsi normal
bagian tubuh. Pemilihan modalitas terapi tergantung pada karakteristik kanker dan
status generalis pasien. Antara faktor penting penentuan terapi antaranya daerah
spesifik terkena kanker, ukuran, luas invasi lokal, karakteristik histopatologis,
penyebaran ke nodus limfa dan metastasis jauh. Faktor dari pasien termasuk umur,
kondisi umum, riwayat pengobatan sebalumnya dan kebiasaan berisiko tinggi.1

19
Beberapa modalitas merupakan terapi lini pertama untuk kanker oral SCC. Ini
termasuk eksisi / reseksi , radioterapi, kemoterapi sitotoksik sistemik, penghambat
epithelial growth factor (EGF-R), atau kombinasi beberapa modalitas ini. Sekiranya
terjadi rekurens, EGF-R inhibitor digabung dengan kemoradioterapi menjadi terapi
lini pertama.1,2
Reseksi karsinoma yang disertai tumor berbatas kurang dari 5mm mungkin
dapat menyebabkan terjadinya rekurensi lokal atau dari metastasis jauh, yang
biasanya memerlukan kemoterapi post operasi.1
Untuk pasien dengan kanker oral stadium dini, pilihan pertama yang
direkomendasikan adalah reseksi tumor atau radioterapi definitif. Terapi adjuvant
post operasi tergantung pada komplikasi operasi. Untuk pasien yang direseksi dan
terjadinya komplikasi seperti adanya penyebaran nodal ekstrakapsular dengan/tanpa
batas mukosa yang positif, kemoterapi post operasi direkomendasikan. Untuk pasien
dengan batas tumor positif, pilihan termasuk: 1) reseksi ulang; 2) Radioterapi atau
3) dipertimbangkan kemoterapi/ radioterapi untuk tumor T2 . Untuk pasien dengan
factor risiko lain, pilihan termasuk radioterapi atau pertimbangkan kemoterapi.7
Pasien dengan kanker stadium lanjut, dan terjadinya komplikasi seperti
adanya penyebaran nodal ekstrakapsular dengan/tanpa batas mukosa yang positif,
pilihan terapi adjuvant post operasi termasuk: 1) kemoterapi/radioterapi ; 2) reseksi
ulang tumor berbatas positif 3) Radioterapi. 7

VII. PROGNOSIS

Selain dari temuan yang didapatkan dari staging, faktor kondisi umum pasien
dapat mempengaruhi prognosis perjalanan penyakit. Komorbiditas dapat dinilai dari
pendekatan umum, seperti Status Performance berdasarkan Karnofsky (KPS). KPS
memberikan sebuah penilaian yang lebih struktural tentang status fungsional pasien.
Skala ini dapat digunakan sebagai predictor kelangsungan hidup untuk pasien

20
dengan tumor solid. AJCC sangat merekomendasi penggunaan skala KPS
disamping staging yang standar.8,11

Skala karnofsky. Dikutip dari kepustakaan 8

DAFTAR PUSTAKA

1. Lemmer J, Feller L. Oral Squamous Cell Carcinoma: Epidemiology, clinical


presentation dan treatment. Journal of cancer therapy,2012 March : 263-268.
2. Scully C, Bagan V.J, Hopper C, Oral cancer: current and feauture diagnostic
techniques. Am J Dent 2008; 21: 199-209.
3. Wolff K.D, Follmann M., Alexander N., Clinical Practice Guideline: the
diagnosis and treatment of oral cavity cancer. Dtsch Arztebl Int 2012; 109(48):
829-35
4. www.american cancer.org (accesed on 2015 ,24 April)
5. Vigneshwaran N.,Suarez P.,Bouquot J. Oral precancer and early detection in the
dental office. The journal of implant and advanced clinical dentistry 2010; 2(3):
47-60
6. http:// emedicine medscape.com/article/ treatment and diagnosis
7. NCCN Clinical practice guideline in Oncology Head and Neck cancer
ver.2.2013. 2013 April.
8. Lip and oral cavity cancer. AJCC cancer staging manual 6th edition 2002; p 23-26
9. Snehal G, Patel and Jatin P. Shah, TNM staging of cancers of the head and neck:
striving for uniformity among diversity. CA Cancer J Clin 2005; 242-258

21
10. http://www.cancer.gov?cancertopics/pdq/treatment/lip-and-oral-cavity..
11. http://www.medscape.org/viewarticle/ Clarifying diagnosis and prognosis in
cancer: Guidance for healthcare providers: Determining the prognosis

22

Das könnte Ihnen auch gefallen