Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
ILMU HADIS
Diajukan untuk memenuhi UAS (Ujian Akhir Semester) mata kuliah Ilmu Hadis
NIM: 1157040049
KIMIA 3B
JURUSAN KIMIA
BANDUNG
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. TUJUAN
. Laporan buku ini merupakan suatu bentuk penyajian, pemikiran, pemahan
dan pengkajian terhadap materi tentang Ilmu Hadis. Tujuan dibuatnya laporan buku
ini adalah untuk memenuhi salah satu UAS (Ujian Akhir Semester) mata kuliah Ilmu
Hadis. Adapun tujuan lainnya dari penulisan laporan buku ini adalah untuk lebih
mengetahui dan lebih memahami tentang materi Ilmu Hadis yang memiliki peranan
sangat penting bagi kehidupan bermasyarakat dan dapat menambah pengetahuan.
B. IDENTITAS BUKU
Buku yang berjudul Ilmu Hadis adalah karangan Dr. H. Munzier Suparta
M.A. Buku ini diterbitkan oleh Kharisma Putra Utama Offset (PT RAJAGRAFINDO
PERSADA) dan diterbitkan di Jl. Janur Kuning I Blok. WF I/I, Kelapa Gading
Permai, Jakarta Utara 14240. Buku ini diterbitkan pada tahun 2011 dan merupakan
cetakan ke-7. Jumlah halaman dari buku ini yaitu 266 halaman yang berjumlah
senbanyak VII BAB.
BAB II
ISI
A. BAB I: HADIS DAN ILMU HADIS
1. Pengertian Hadis
Hadis atau al-hadits menurut bahasa al-jadid yang artinya sesuatu yang
baru.hadis juga sering disebut dengan Al-Khabar, yang berarti berita, yaitu
sesuatu yang dipercakapkan dan dipindahkan dari seseorang kepada orang lain,
sama maknanya dengan hadis. Sedangkan menurut istilah (terminologi), para ahli
memberikan definisi (tarif) yang berbeda-beda sesuai dengan latar belakang
disiplin ilmunya. Seperti pengertian hadits menurut ahli ushul akan berbeda
dengan pengertian yang diberikan oleh ahli hadis. Menurut para ahli, pengertian
hadist ialah Segala perkataan Nabi, perbuatan dan hal ihwalnya. Yang dimaksud
dengan hal ihwal adalah segala yang diriwayatkan Nabi SAW yang berkaitan
dengan himmah, karakteristik, sejarah kelahiran, dan kebiasaan-kebiasaannya.
2. Pengertian Sunnah, Khabar, Atsar dan Hadis Qudsiy
Sunnah menurut bahasa artinya jalan yang terpuji dan atau yang tercela.
Sedangkan menurut istilah, dikalangan ulama terdapat perbedaan pendapat. Hal
ini disebabkan karena perbedaan latar belakang, persepsi, dan sudut pandang
masing-masing terhadap diri Rasulullah SAW. Secara garis besarnya merek
aterkelompok menjadi tiga golongan. Pertama, menurut ahli hadis sunnah adalah
segala yang bersumber dari nabi SAW baik berupa perkataan, perbuatan, taqrir,
perangai, budi pekerti, perjalanan hidup, baik sebelum diangkat mennjadi rasul
maupun sesusahnya. Kedua, menurut ahli usul mengatakan sunnah adalah segala
sesuatu yang disandarkan kepada Nabi SAW yang berhubungan dengan hukum
syara, baik berupa perkataan, perbuatan, maupun taqrir beliau. Sedangkan para
ahli Fiqih mendifinisikan sunnah sebagai segala ketetapan yang berasal dari Nabi
SAW selain yang difardukan dan diwajibkan dan termasuk hukun (taklifi) yang
lima.
Khabar menurut bahasa serupa dengan makna hadits, yakni segala berita yang
disampaikan seseorang kepada orang lain. Sedangkan pengetian khabar menurut
istilah, antara satu ulama dengan ulama lainnya berbeda pendapat. Menurut
ulama ahli hadis sama artinya dengan hadis, keduanya dapat dipakai untuk sesuatu
yang marfu, mauquf, dan maqthu, mencakup segala yang datang dari nabi
SAW, sahabat dan tabiin, baik perkataan, perbuatan maupun ketetapannya.
Adapun atsar menurut pendekatan bahasa sam pula artinya dengan khabar,
hadits dan sunnah. Sedangkan atsar menurut istilah terjadi perbedaan pendapat
diantara pendapat para ulama. Intinya, atsar menurut istilah yaitu segala sesuatu
yang diriwayatkan dari sahabat, dan boleh juga disandarkan pada perkataan Nabi
SAW.
Rasulullah SAW kadang menyampaikan kepada sahabat nasehat-nasehat
dalam bentuk wahyu, akan tetapi wahyu tersebut bukanlah bagian dari ayat Al-
Quran. Itulah yang biasa disebut dengan Hadis ilahy atau hadis rabbany. Yang
dimaksud dengan hadis qudsiy adalah setiap hadis yang Rasul menyandarkan
perkataannya kepada Allah Azza wa Jalla.
3. Bentuk-bentuk Hadis
a. Hadis Qauli
Hadis qauli adalah segala yang disandarkan kepada Nabi SAW yang berupa
perkataan atau ucapan yang memuat berbagai maksud syara peristiwa dan
keadaan, baik yang berkaitan dengan aqidah, syariah, akhlak, maupun yang
lainnya. Contohnya adalah hadis tentang bacaan Al-Fatihah dalam shalat.
b. Hadis Fili
Yang dimaksud dengan hadis fili adalah segala yang sandarkan kedapa Nabi
SAW berupa perbuatan yang sampai kepada kita. Seperti hadis tentang shalat
dan haji.
c. Hadis Taqriri
Hadis taqriri adalah segala hadis yang berupa ketetapan Nabi SAW terhadap
apa yang datang dari sahabatnya. Contohnya hadis ini yaitu, sikap Rasul SAW
membiarkan para sahabat melaksanakan perintahnya, sesuai dengan
penafsirannya masing-masing sahabat terhadap sabdanya yang berbunyi
Janganlah seorang pun shalat Ashar kecuali di Bani Quraizah.
d. Hadis Hammi
Hadis hammi adalah hadis yang berupa hasrat hasrat Nabi SAW yang belum
terealisasikan, seprerti halnya hasrat berpuasa pada tanggal 9 Asyura.
e. Hadis Ahwali
Hadis Ahwali ialah hadis yang berupa hal ihwal Nabi SAW yang menyangkut
keadaan fisik, sifat-sifat dan kepribadiannya.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Hadis adalah segala perkataan Nabi, perbuatan dan hal ihwalnya. Sedangkan ilmu
hadis adalah ilmu pengetahuan yang membicarakan tentang cara-cara
persambungan hadis sampai kepada Rasul SAW dari segi hal ihwal para
perawinya, kedabitan, keadilan, dan dari bersambung tidaknya sanad, dan
sebagainya.
2. Kedudukan hadis adalah sebagai sumber hukum islam dan mempunyain fungsi
sebagai Bayan ar-Taqrir, Bayan at-Tafsir, Bayan at-Tasyri dan Bayan al-Nasakh
3. Sejarah pertumbuhan dan perkembangan hadis dibagi menjadi 5 masa yaitu pada
masa Rasulullah SAW, masa sahabat, masa tabiin, masa tadwin hadis dan masa
seleksi dan penyempurnaan serta pengembangan sistem penyususnan kitab hadis.
4. Hadis dari segi kuantitasnya dibagi menjadi hadis mutawatir dan hadis ahad.
Sedangkan dari segi kualitasnya dibagi menjadi hadis maqbul dan hadis mardud.
5. Hadis maudhu menurut istilah adalah hadis yang disandarkan kepada Rasulullah
SAW secara dibuat-buat dan dusta, padahal beliau tidak mengatakan, berbuat atau
menetapkannya.
6. Jumhur ulama ahli hadis berpendapat, bahwa penerimaan suatu hadis oleh anak
yang belum sampai umur (belum mukhallaf) dianggap sah bila periwayatan hadis
tesebut disampaikan kepada orang lain pada waktu sudah mukhallaf. Sedangkan
mengenai penerimaan hadis bagi orag kafir dan orang fasik, jumhur ulama ahli
hadis menganggap sah asalkan hadis tersebut diriwayatkan kepada orang lain pada
saat mereka telah masuk islam dan bertobat.
7. Al-Mukatsirun fi Al-Riwayah, yakni para tokoh atau ulama yang banyak
meriwayatkan hadis. Para ahli hadis telah mengurutkan kelompok ini mulai dari
rawi yang paling banyak meriwayatkannya, yaitu Abu Hurairah (5.347 buah
hadis), Abdullah ibn Umar (2.630 buah hadis), Anas ibn Malik (2.286 buah hadis),
Siti Aisyah (2.210 buah hadis), Abdullah ibn Abbas (1.660 buah), Jabir ibn
Abdillah (1.540 buah) dan Abu said Al-Khudri (1.170 buah).