Sie sind auf Seite 1von 4

AKTIVITAS ANTIBIOTIK

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang pengujian antibiotik,


maka dapat diketahui bahwa antibiotik adalah bahan yang dihasilkan oleh
mikroorganisme atau sintetis yang dalam jumlah kecil mampu menekan
menghambat atau membunuh mikroorganisme lainnya. Antibiotik memiliki
spektrum aktivitas antibiosis yang beragam. Mekanisme kerja antibiotik antara
lain adalah menghambat sintesis dinding sel, merusak permeabilitas membran sel,
menghambat sintesis RNA (proses transkripsi), menghambat sintesis protein
(proses translasi), menghambat replikasi DNA. Penisilin adalah obat antibiotik
yang biasa digunakan untuk menangani infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Di
dalam tubuh, antibiotik ini akan bekerja mencegah bakteri untuk tumbuh dan
berkembang biak sekaligus membunuh bakteri yang sudah matang.
Prinsip dari percobaan ini adalah penghambatan terhadap pertumbuhan
bakteri, yaitu zona hambatan akan terlihat sebagai daerah jernih di sekitar daerah
yang mengandung zat antibakteri. Diameter zona hambatan pertumbuhan bakteri
menunjukkan sensitivitas bakteri terhadap zat antibakteri. Selanjutnya dikatakan
bahwa semakin lebar diameter zona hambatan yang terbentuk bakteri tersebut
semakin sensitif. Adanya zona hambat yang terbentuk disekeliling bakteri
menandakan adanya kemampuan isolat bakteri endofitik menghasilkan metabolit
sekunder berupa senyawa antibiotika yang mampu menghambat pertumbuhan
bakteri uji. Antibiotika diproduksi melalui alur sintetis khusus yang digolongkan
sebagai metabolisme sekunder yang dihasilkan dalam alur metabolisme dan
enzim yang tidak diperlukan untuk pertumbuhan dan pemeliharaan sel, dimana
zona hambat yang terbentuk akibat difusi senyawa antibiotika keluar dari cakram
yang mengandung supernatan ke dalam agar pada media dan mengakibatkan
terbentuknya zona hambat pada pertumbuhan bakteri uji (Schlegel dan
Schmidt,1994).
Pada percobaan ini medium yang digunakan adalah medium NA (Nutrien
Agar), karena medium ini dispesifikasikan untuk pembiakan bakteri dan sampel
fungi yang digunakan adalah jenis Penicillium chrysogenum. Aktivitas
antibiotika diujikan terhadap dua bakteri Gram negatif (S. thypi dan E. coli) dan
dua bakteri Gram positif (B. subtilis dan S. aureus).
Bacillus subtilis merupakan bakteri gram-positif yang berbentuk
batang,dan secara alami sering ditemukan di tanah dan vegetasi. Bacillus subtilis
juga telah berevolusi sehingga dapat hidup walaupun di bawah kondisi keras dan
lebih cepat mendapatkan perlindungan terhadap stres situasi seperti kondisi pH
rendah (asam) Beberapa keunggulan dari bakteri ini adalah mampu mensekresikan
antibiotik dalam jumlah besar ke luar dari sel (Scetzer, 2006).
B. subtilis tidak dianggap sebagai pathogen, dapat mencemari makanan
tetapi jarang menyebabkan keracunan makanan. B. subtilis menghasilkan enzim
proteolytic yang subtilisin. B. subtilis spores dapat hidup yang ekstrim pemanasan
yang sering digunakan untuk memasak makanan, dan bertanggung jawab untuk
menyebabkan kekentalan yang lengket, membenang konsistensi yang disebabkan
oleh bakteri produksi panjang rantai polysaccharides dan manja dalam adonan
roti.
Staphylococcus aureus (S. aureus) adalah bakteri gram positif yang
menghasilkan pigmen kuning, bersifat aerob fakultatif, tidak menghasilkan spora
dan tidak motil, umumnya tumbuh berpasangan maupun berkelompok, dengan
diameter sekitar 0,8-1,0 m. S. aureus tumbuh dengan optimum pada suhu 37oC
dengan waktu pembelahan 0,47 jam. Bakteri ini biasanya terdapat pada saluran
pernapasan atas dan kulit, dapat dikeluarkan pada waktu batuk atau bersin (Aziz,
2011)
Escherichia coli termasuk dalam famili Enterobacteraceae yang termasuk
Gram negatif dan berbentuk batang yang fermentatif. E. coli hidup dalam jumlah
besar di dalam usus manusia, yaitu membantu sistem pencernaan manusia dan
melindunginya dari bakteri patogen. Akan tetapi pada noda baru dari E. coli
merupakan patogen berbahaya yang menyebabkan penyakit diare dan sindrom
diare lanjutan serta hemolitik uremik. Peranan yang mengguntungkan adalah
dapat dijadikan percobaan limbah di air, indikator pada level pencemaran air serta
mendeteksi patogen pada feses manusia yang disebabkan oleh Salmonella typhi.
Salmonella typhimurium merupakan bakteri pathogen penyebab demam
tifoid dan infeksi saluran cerna. Organisme ini hampir selalu masuk melalui
saluran oral, biasanya bersama makanan dan minuman yang terkontaminasi.
Salmonella typhimurium yang tertelan mencapai usus halus, masuk ke dalam
aliran limfatik dan kemudian masuk ke aliran darah. Mikroorganisme ini dibawa
oleh darah ke berbagai organ, termasuk usus (Jawetz dkk., 2004)

A B

Gambar 3. Diameter zona hambatan hasil pengujian media fermentasi P. chrysogenum


terhadap B. subtilis, S. aureus, S. typhi dan E. coli dengan kecepatan aerasi (A) 100 (B)
150 dan (C) 200 RPM.

Hasil pengujian ditunjukkan pada Gambar 3. Pada kecepatan agitasi 200


RPM aktivitas antibiotika terhadap bakteri uji memberikan pola yang hampir
sama, yaitu diameter hambatan cenderung naik pada jam ke-120 dan tetap tinggi
sampai jam ke-192. Pada jam ke-216 diameter hambatan cenderung turun.
Aktivitas antibiotika tertinggi terdeteksi pada jam ke-192 untuk semua
bakteri yang diuji. Diameter hambatan untuk B. subtilis, S. aureus,S. typhi dan
E. coli masing-masing sebesar 12, 14, 15 dan 16 mm. Pada kecepatan agitasi 150
RPM, aktivitas antibiotika tertinggi untuk bakteri Gram negatif S. thypi dan E.
coli juga terdeteksi pada jam ke-192 masing-masing dengan diameter hambatan
sebesar 25 dan 26 mm. Sedangkan untuk bakteri Gram positif B. subtilis dan S.
aureus aktivitas antibiotika terdeteksi lebih awal, yaitu pada jam ke-168 dengan
diameter hambatan masing-masing sebesar 21 dan 25 mm. Kecepatan agitasi 100
RPM memberikan aktivitas antibiotika yang mirip dengan kecepatan agitasi 150
RPM, yaitu aktivitas tertinggi untuk bakteri Gram negatif pada jam ke-192 dan
untuk Gram positif pada jam ke-168. Namun, aktivitas antibiotika yang dihasilkan
dengan kecepatan agitasi 100 RPM lebih rendah dibandingkan dengan aktivitas
antibiotika dengan kecepatan agitasi 150 RPM. Pada kecepatan agitasi 100 RPM
aktivitas tertinggi terdeteksi untuk S. thypi dengan diameter hambatan 19 mm
pada jam ke-192.
Ardiansyah (2005) menyatakan bahwa ketentuan kekuatan antibakteri
adalah sebagai berikut: daerah hambatan 20 mm atau lebih berarti sangat kuat,
daerah hambatan 10-20 mm berarti kuat, 5-10 mm berarti sedang dan daerah
hambat 5 mm atau kurang berarti lemah.

Ardiansyah. 2005. Daun Beluntas sebagai Bahan Antibakteri dan Antioksidan.


(Online). (http://www.beritaiptek.com/zberita-beritaiptek-2005-05-31-
Daun-Beluntas-Sebagai-Bahan-Antibakteri-dan-Antioksidan.shtml.
diakses 17 Juli 2007)
Aziz, S. 2010. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun dan Umbi Bakung
Putih Terhadap Bakteri Penyebab Jerawat. Skripsi. Program Studi
Farmasi. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. UIN Syarif
Hidayatullah. Jakarta
Schlegel, H.G., dan Schmidt K. 1994. Mikrobiologi Umum Edisi ke enam. Alih
Bahasa: Baskoro T. UGMPress: Yogyakarta.

Das könnte Ihnen auch gefallen