Sie sind auf Seite 1von 5

Nama : IIN MARLINA PUTRI

NIM : K7414024
LAPORAN AUDIT
Laporan merupakan hal yang esensial dalam penugasan audit dan assurance karena laporan
berfungsi mengkomunikasikan temuan-temuan auditor. Para pengguna laporan keuangan menyandarkan
diri pada laporan auditor untuk memperoleh keandalan dari laporan keuangan perusahaan. Agar para
pengguna laporan dapat memahami laporan audit, maka profesi auditor telah menyediakan standar kalimat
yang digunakan dalam laporan auditor. Laporan audit adalah tahap akhir dari keseluruhan proses audit.

A. Laporan Audit Bentuk Baku


1. Judul Laporan, biasanya di dalam judul laporan tercantum kata independen dengan maksud untuk
memberitahu para pengguna laporan bahwa audit tersebut dalam segala aspeknya dilaksanakan
secara objektif (tidak memihak).
2. Alamat Laporan Audit, alamat biasanya ditujukan kepada perusahaan, para pemegang saham, atau
dewan direksi perusahaan.
3. Paragraf Pendahuluan, paragraf ini berisi tiga hal :
a. Suatu pernyataan sederhana bahwa kantor akuntan public telah melaksanakan audit.
b. Pernyataan laporan keuangan yang telah diaudit, termasuk pencantuman tanggal neraca,
serta periode akuntansi dari laporan laba rugi dan laporan arus kas.
c. Pernyataan bahwa laporan keuangan merupakan tanggung jawab manajemen dan tanggung
jawab auditor terletak pada pernyataan pendapat atas laporan keuangan berdasarkan
pelaksanaan audit.
4. Paragraf Scope, paragraf ini berisi pernyataan faktual tentang apa yang dilakukan auditor selama
proses audit dan menyatakan bahwa audit dirancang untuk memperoleh keyakinan yang memadai
bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji yang material.
5. Paragraf Pendapat, merupakan paragraf yang menyajikan kesimpulan auditor berdasarkan hasil dari
proses audit yang dilakukan.
6. Nama KAP, nama akan mengidentifikasikan kantor akuntan publik atau praktisi mana yang yang
telah melaksanakan proses audit.
7. Tanggal Laporan Audit, tanggal yang tepat untuk dicantumkan dalam laporan audit adalah tanggal
pada saat auditor menyelesaikan prosedur audit terpenting di lokasi pemeriksaan.
B. Laporan audit standar tanpa syarat diterbitkan bila kondisi-kondisi berikut terpenuhi:
1. Semua laporan - neraca, laporan laba rugi, laporan laba ditahan, dan laporan arus kassudah
termasuk dalam laporan keuangan.
2. Ketiga standar umum telah dipatuhi dalam semua hal yang berkaitan dengan penugasan.
3. Bukti audit yang cukup memadai telah terkumpul, dan auditor telah melaksanakan audit ini dengan
cara yang memungkinkannya untuk menyimpulkan bahwa ketiga standar pekerjaan lapangan telah
dipenuhi.
4. Laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Hal itu juga berarti bahwa pengungkapan yang memadai telah tercantum dalam catatan kaki dan
bagianbagian lain dan laporan keuangan.
5. Tidak terdapat situasi yang membuat auditor merasa perlu untuk menambahkan sebuah paragraf
penjelasan atau modifikasi kata-kata dalam laporan audit.
Empat Kategori Laporan Audit

Wajar tanpa
Pengecualian Standar
Kelima kondisi telah dipenuhi.

Wajar tanpa
Suatu audit yang lengkap telah dilaksanakan dengan hasil yang
Pengecualian dengan
paragraf Penjelasan memuaskan dan laporan keuangan telah disajikan dengan wajar
atau Modifikasi Kalimat
tetapi auditor yakin bahwa penting atau wajib untuk memberi
informasi tambahan.

Auditor menyimpulkan bahwa keseluruhan laporan keuangan telah


Dengan Pengecualian disajikan dengan wajar, tetapi lingkup audit telah dibatasi secara
material atau prinsip akuntansi yang berlaku umum tidak diikuti
pada saat menyiapkan laporan keuangan.

Auditor menyimpulkan bahwa laporan keuangan tidak disajikan


Tidak wajar (Adverse)
atau Menolak secara wajar (pendapat tidak wajar), sehingga ia tidak dapat
Memberikan Pendapat memberikan pendapat mengenai apakah laporan keuangan telah
(Disclaimer)
disajikan secara wajar (menolak memberikan pendapat), atau
auditor tidak independen (menolak memberikan pendapat).

C. Laporan Audit Wajar tanpa syarat dengan paragraf penjelasan atau modifikasi kalimat
Beberapa penyebab ditambahkannya suatu paragraph penjelasan atau modifikasi kalimat pada
laporan audit bentuk baku antara lain :
1. Tidak adanya konsistensi dalam penerapan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
2. Ketidakpastian atas kelangsungan hidup perusahaan (going concern).
3. Auditor menyetujui terjadinya penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku umum.
4. Penekanan pada suatu masalah.
5. Laporan yang melibatkan auditor lainnya.
Keempat penyebab pertama dibutuhkan suatu paragraph penjelasan. Pada masing-masing kasus,
ketiga paragraf standar tetap disertakan tanpa ditambahi modifikasi apapun kemudian ditambahkan
sebuah paragraf penjelasan dan baru diikuti dengan paragraf pendapat.
D. Konsistensi versus Komparabilitas
Auditor harus dapat menentukan perbedaan antara perubahanyang dapat mempengaruhi
konsistensi pelaporan serta perubahan yang dapat mempengaruhi komparabilitas, tapi tidak
mempengaruhi konsistensi pelaporan. Perubahan yang mempengaruhi komparabilitas tetapi tidak
mempengaruhi konsistensi sehingga tidak perlu dimasukkan dalam laporan audit adalah sebagai
berikut :
1. Perubahan estimasi, seperti penurunan umur manfaat aktiva untuk tujuan penyusutan.
2. Koreksi kesalahan yang tidak melibatkan prinsip akuntansi, seperti kesalahan matematis dalam
tahun sebelumnya.
3. Variasi format dan penvajian informasi keuangan.
4. Perubahan yang terjadi akihat transaksi atau peristiwa yang sangat berbeda, seperti usaha dalam
riset dan pengembangan yang baru atau penjualan anak perusahaan.
Apabila akuntan publik mengandalkan kantor akuntan publik lain untuk melaksanakan sebagian
proses audit, yang biasa terjadi bila klien memiliki sejumlah cabang atau subdivisi yang tersebar
letaknva, maka kantor akuntan publik utama memiliki tiga altenatif. Hanya altenatif kedua yang
memberikan laporan audit wajar tanpa pengecualian dengan modifikasi kata-kata.
1. Tidak Memberikan Referensi dalam Laporan Audit
Ketika tidak ada referensi yang diberikan kepada auditor lainnya, maka pendapat wajar tanpa
pengecualian standar akan diberikan kecuali ada situasi lain yang mengharuskan adanya
penvimpangan.
2. Memberikan Referensi dalam Laporan (Modifikasi Kalimat)
Jenis laporan ini disebut juga sebagai laporan atau pendapat bersama. Laporan bersama yang wajar
tanpa syarat adalah laporan yang tepat untuk diterbitkan apabila tidak praktis untuk mereview
pekerjaan auditor lain, atau apabila proporsi laporan keuangan yang diaudit oleh auditor lain
material terhadap keseluruhan laporan.
3. Mengeluarkan Pendapat Wajar dengan Pengecualian
Pendapat wajar dengan pengecualian atau menolak memberikan pendapat, bergantung pada
materialitas, diperlukan jika auditor utama tidak ingin memikul tanggung jawab apa pun atas
pekerjaan auditor lain. Auditor utama dapat juga memutuskan bahwa diperlukan kualifikasi bagi
keseluruhan laporan jika auditor lain memberikan pendapat wajar dengan pengecualian atas
sebagian laporan keuangan yang telah diauditnya.
Penyimpangan dari laporan audit bentuk baku
Para auditor dan pembaca laporan audit perlu untuk memahami situasi dan kondisi yang tepat di
mana laporan audit wajar tanpa pengecualian perlu untuk diterbitkan. Dalam studi tentang laporan audit
yang menyimpang dan laporan wajar tanpa pengecualian, terdapat tiga topik yang berkaitan erat satu sama
lain : kondisi yang menyebabkan penyimpangan dari laporan audit bentuk baku, jenis pendapat audit selain
wajar tanpa pengecualian, dan materialitas.
Ketiga kondisi yang memerlukan penyimpangan diikhtisarkan secara singkat, antara lain :
1. Ruang Lingkup Audit Dibatasi (Pembatasan Ruang Lingkup)
Apabila auditor tidak dapat mengumpulkan bukti audit yang memadai untuk menyimpulkan apakah
laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan GAAP/PSAK, maka terdapat pembatasan atas
ruang lingkup audit.
2. Laporan Keuangan Tidak Sesuai Dengan Prinsip-prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum
(Penyimpangan GAAP)
Sebagai contoh, jika klien bersikeras menggunakan biaya pengganti (replacement cost) untuk aktiva
tetapnya atau menilai persediaannya pada harga jual daripada biaya historis, maka diperlukan
pendapat di luar pendapat wajar tanpa syarat.
3. Auditor Tidak Independen
Independensi umumnya ditentukan oleh Peraturan 101 dan aturan Kode Perilaku Profesional.
Persyaratan independensi auditor dan Kode Perilaku Profesional akan dibahas bab berikutnya.
Apabila salah satu dan dari tiga kondisi di atas menunjukkan gejala penyimpangan yang bernilai
material, maka laporan selain laporan wajar tanpa syarat harus diterbitkan. Tiga jenis utama laporan audit
yang diterbitkan sesuai dengan ketiga kondisi tersebut adalah laporan wajar dengan pengecualian (qualified
opinion), pendapat tidak wajar (adverse opinion), serta menolak memberikan pendapat (disclaimer of
opinion).
Laporan wajar dengan pengecualian (qualified opinion) dapat diterbitkan akibat pembatasan ruang
lingkup audit atau kelalaian untuk mematuhi prinsip akuntansi yang berlaku umum. Laporan pendapat
wajar dengan pengecualian dapat diterbitkan hanya apabila auditor menyimpulkan bahwa laporan
keuangan secara keseluruhan telah disajikan secara wajar. Laporan pendapat tidak wajar atau menolak
memberikan pendapat harus diterbitkan jika auditor merasa yakin bahwa kondisi yang dilaporkan tersebut
bersifat sangat material. Oleh karena itu, pendapat wajar dengan pengecualian ini dianggap sebagai jenis
laporan audit yang paling baik artinya setelah laporan audit wajar tanpa syarat (unqualified report).
Pendapat tidak wajar (adverse opinion) digunakan hanya apabila auditor yakin bahwa keseluruhan
laporan keuangan telah disajikan dengan tidak wajar sehingga tidak menyajikan posisi keuangan atau hasil
usaha dan arus kas yang wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Laporan pendapat
tidak wajar hanya dapat diterbitkan apabila auditor memiliki pengetahuan, setelah melakukan investigasi
yang mendalam, bahwa tidak ada kesesuaian dengan GAAP/PSAK namun hal ini jarang terjadi sehingga
pendapat tidak wajar jarang sekali diterbitkan.
Menolak memberikan pendapat (disclaimer of opinion) diterbitkan apabila auditor tidak dapat
meyakinkan dirinya sendiri bahwa laporan keuangan secara keseluruhan telah disajikan secara wajar.
Kebutuhan untuk menolak memberikan pendapat akan timbul apabila terdapat pembatasan ruang lingkup
audit atau terdapat hubungan yang tidak independent menurut Kode Perilaku Profesional antara auditor
dengan kliennya. Kedua situasi ini menghalangi auditor untuk mengeluarkan pendapat atas laporan
keuangan secara keseluruhan. Auditor juga meiniliki opsi untuk menolak memberikan pendapat pada
masalah kelangsungan hidup perusahaan (going concern).
Penolakan memberikan pendapat berbeda dengan pemberian pendapat tidak wajar di mana
penolakan memberikan pendapat hanya dapat terjadi apabila auditor kurang memiliki pengetahuan atas
penyajian laporan keuangan, sedangkan untuk menyatakan pendapat tidak wajar, auditor harus memiliki
pengetahuan bahwa laporan keuangan tidak disajikan secara wajar. Penolakan memberikan pendapat
maupun pendapat tidak wajar hanya digunakan apabila kondisinya sangat material.

Hubungan antara Materialitas dan Opini

Tingkat
Pengaruh terhadap keputusan pengguna laporan Jenis Opini
Materialitas

Tidak material Tidak mempengaruhi keputusan yang dibuat Wajar tanpa syarat
oleh pengguna laporan

Material Akan mempengaruhi keputusan pengguna Wajar dengan


laporan jika kesalahan penyajian tersebut pengecualian
sangat penting bagi keoutusan tertentu. Tetapi
keseluruhan laporan keuangan telah disajikan
secara wajar.

Sangat material Sebagaian besar atau seluruh keputusan yang Menolak memberikan
dibuat oleh para pengguna laporan sangat pendapat (disclaimer)
dipengaruhi oleh kesalahan penyajian tersebut. atau Pendapat Tidak
Wajar (adverse)

Das könnte Ihnen auch gefallen