Sie sind auf Seite 1von 15

Antibiotik Topikal untuk Penanganan Keratitis

Bakterial: Review Berbasis Bukti Berkualitas Tinggi


Penelitian Terkontrol Acak

ABSTRAK
Latar Belakang
Keratitis bakterial yang berat (BK) biasanya membutuhkan terapi antimikroba
intensif. Terapi empirik biasanya dengan fluorokuinolon topikal atau dikombinasi
dengan aminoglikosida-sefalosporin. Data penelitian terbaru sampai saat ini
belum ada yang mencapai konsensus mengenai regimen antibiotik yang paling
efektif untuk terapi BK.

Metode
Sebuah tinjauan sistematis dan meta-analisis menggunakan metodologi Cochrane
dilakukan untuk mengevaluasi efektivitas antibiotik topikal dalam penanganan
BK. Hasil penelitian meliputi keberhasilan pengobatan, waktu penyembuhan,
komplikasi serius dari infeksi dan efek samping.

Hasil
Berbagai sumber yang komprehensif untuk penelitian menghasilkan 27.956
abstrak untuk ditinjau. Hal ini pada akhirnya menghasilkan 16 penelitian
berkualitas tinggi yang melibatkan 1.823 peserta yang termasuk dalam tinjauan.
Keberhasilan pengobatan, waktu penyembuhan dan komplikasi serius dari infeksi
adalah sebanding pada semua penggunaan antibiotik yang termasuk dalam
tinjauan. Selain itu, tidak ada bukti perbedaan risiko perforasi kornea pada
penggunaan antibiotik atau golongan antibiotik. Fluorokuinolon dapat mengurangi
risiko ketidaknyamanan pada mata dan konjungtivitis kimia secara signifikan
tetapi meningkatkan risiko terbentuknya infiltrat dibandingkan dengan
aminoglikosida-sefalosporin. Kombinasi tobramisin-sefazolin 3 kali lipat lebih
besar dapat menyebabkan ketidaknyamanan okular dari pada antibotik topikal
lainnya.
Kesimpulan
Hasil tinjauan ini menunjukkan tidak ada bukti perbedaan pada perbandingan
efektivitas antara pilihan pengobatan fluorokuinolon dan aminoglikosida-
sefalosporin dalam pengelolaan BK. Namun, terdapat perbedaan pada keamanan.
Fluorokuinolon menurunkan risiko ketidaknyamanan pada mata dan
konjungtivitis kimia sedangkan ciprofloxacin meningkatkan risiko terbentuknya
infiltrat pada kornea dibandingkan dengan aminoglikosida-sefalosporin.

PENDAHULUAN
Keratitis bakterial (BK) merupakan penyebab utama morbiditas pada
penyakit mata di seluruh dunia. Komplikasi dari BK meliputi iritasi kornea ringan
hingga kehilangan penglihatan, perforasi kornea atau kebutaan. Infeksi berat
mungkin memerlukan rawat inap dan biasanya diobati dengan regimen empirik
intensif yang terdiri dari yang kombinasi aminoglikosida-sefalosporin (terapi
kombinasi) atau fluorokuinolon topikal (monoterapi) yang diberikan mulai setiap
15 menit berangsur-angsur setiap jam, bersamaan dengan dilakukannya scrapping
kornea dan kultur. Infeksi bakteri berat dapat mengakibatkan jaringan parut pada
stroma secara signifikan, yang pada akhirnya mungkin memerlukan transplantasi
kornea untuk mengembalikan visus.
Pengobatan empiris pada BK diperlukan sambil menunggu hasil kultur dan
uji sensitivitas. Apabila fasilitas kultur tidak tersedia, regimen antibiotik yang
dipilih harus dari spektrum luas untuk mengobati patogen dan juga melihat
prevalensi bakteri yang memungkinkan, sensitivitas antibiotik, dan data
epidemiologi geografis yang spesifik. Dalam hal ini, tinjauan sistematis untuk
menyelidiki variasi geografis pada keratitis mikroba memiliki perbedaan besar.
USA (Los Angeles) dan Australia (Adelaide) dilaporkan persentase tertinggi
kasus bakteri (95% di kedua negara), Paraguay memiliki persentase tertinggi
infeksi stafilokokus (79%), Thailand (Bangkok) dilaporkan memiliki persentase
tertinggi infeksi Pseudomonas (55%) sedangkan India (Tamil Nadu) dilaporkan
memiliki persentase tertinggi dari infeksi streptokokus (47%).
Meskipun berbagai uji klinis telah dipublikasikan, konsensus yang
mempublikasikan mengenai antibiotik topikal dan regimen (monoterapi atau
terapi kombinasi) yang memberikan hasil klinis unggul masih kurang. Oleh
karena itu, tujuan dari tinjauan sistematis ini adalah untuk mengukur
perbandingan efektivitas dan keamanan berbagai antibiotik topikal untuk
menangani BK.

BAHAN DAN METODE


Kriteria Kelayakan
Peninjauan sistematis dari randomized control trial dilakukan untuk
membandingkan efektivitas antibiotik topikal yang berbeda dalam penanganan
pasien dengan BK.

Kriteria Peserta
Peserta penelitian adalah pasien dari segala usia atau etnis yang didiagnosis
infeksi bakteri kornea baik berdasarkan hasil kultur atau penilaian klinis oleh
dokter berbasis komunitas atau aturan rumah sakit.

Kriteria Intervensi
Penelitian ini membandingkan dua atau lebih antibiotik mata topikal yang
diberikan selama minimal 7 hari. Pada penelitian ini kelompok plasebo
dieksklusikan. Sementara menetapkan variasi jadwal dosis yang sesuai, semua
penelitian diharapkan memberikan antibiotik mata topikal secara intensif (tetes
diberikan setiap 30-60 menit) untuk 48 jam pertama, kemudian diikuti 2-4 jam
regimen setiap hari, sampai hari kelima. Antibiotik mata diberikan oleh dokter
yang merawat. Selain itu juga dilakukan intervensi berupa pemberian siklopegik,
obat glaukoma, vitamin, analgetik oral, pelumas mata, kortikosteroid mata topikal
dan kebersihan kelopak mata.

Jenis Hasil
Hasil utama adalah keberhasilan pengobatan, yang didefinisikan sebagai re-
epithelialisasi kornea secara lengkap. keberhasilan pengobatan keseluruhan
dilaporkan pada akhir setiap penelitian untuk akun untuk semua peserta. Hasil
sekunder termasuk waktu untuk penyembuhan (lama hari pengobatan sebelum
dokter menyatakan sembuh), efek samping didefinisikan sebagai efek yang
berkaitan dengan penerapan obat pada penelitian seperti ketidaknyamanan okular
(misalnya, nyeri, pruritus, terbakar, menyengat, iritasi ), konjungtivitis kimia
(misalnya, toksisitas mata / konjungtiva atau bulbar ulserasi) atau endapan putih,
dan komplikasi serius dari infeksi didefinisikan sebagai komplikasi yang
memerlukan intervensi bedah biasanya terkait dengan infeksi bakteri mata dari
obat pada penelitian (misalnya, kornea perforasi, keratoplasty terapeutik atau
enukleasi ).

Pencarian Literatur
Database berikut digunakan dalam pencarian untuk uji potensial tanpa
pembatasan bahasa: Cochrane Central Register of Controlled Trials (CENTRAL),
PubMed, MEDLINE, EMBASE, Scopus, BioMed Central, Trials Central, Clinical
Trials, Controlled Clinical Trials, Web of Science, Latin American dan Caribbean
Health Sciences Literatures (LILIACS) dan situs jurnal medis online yang
relevan. Semua pencarian database dari awal sampai akhir Maret 2013, dan daftar
referensi dari pencarian artikel juga diidentifikasi guna uji kepentingan yang
potensial. Strategi pencarian tersedia secara online sebagai lampiran tambahan 1.
Peneliti dan perusahaan farmasi yang memproduksi antibiotik topikal dihubungi
untuk publikasi tambahan, tidak dipublikasikan atau penelitian berlangsung.
Peneliti juga dihubungi jika ada data yang kurang atau hilang. Ulasan ini
mengunakan pedoman metodologi berdasarkan Cochrane Handbook untuk
Systematic Review. Review Manajer 5.1 digunakan untuk meta-analisis.

Ekstraksi Data dan Manajemen


Satu pengulas terhubung dengan beberapa sumber elektronik. Dua pengulas (EM
dan FR) menyeleksi secara acak untuk dimasukkan ke dalam kriteria inklusi
penelitian dan menilai beberapa artikel penelitian yang relevan. Artikel lengkap
diambil dan diterjemahkan jika diperlukan. Pengulas ketiga (CNJM) bertugas
untuk menengahi jika ada kegagalan dalam menyelesaikan perselisihan antara dua
pengulas pertama. Urutan generasi acak, kerahasiaan data, peserta dan personil,
penilaian hasil, data yang belum lengkap, serta kriteria inklusi yang bias dihitung
menggunakan Risiko Cochrane alat Bias.

Analisis Statistik
perbedaan terapi dihitung menggunakan Mantel-Haenszel fixed-effect analisis,
dan random-effect analisys yang akan digunakan jika ada bukti heterogenitas
statistik. hasil berkelanjutan dianalisis menggunakan Mean Difference (MD) dan
dilaporkan dengan 95% CIs. risiko relatif (RR) dengan 95% CI dilaporkan untuk
hasil dikotomis. Apabila diperlukan, jumlah yang diperlukan untuk mengobati
untuk manfaat (NNTB) atau merugikan (NNTH) dan 95% CI dihitung. NNT
adalah kebalikan dari pengurangan risiko absolut. The NNTB memberikan ukuran
jumlah pasien yang harus dirawat agar dapat memberikan hasil keuntungan untuk
satu pasien. Demikian juga, NNTH memberikan ukuran yang sama untuk
mencegah hasil berbahaya bagi pasien.

HASIL
Seleksi Penelitian dan kualitas
pencarian elektronik menghasilkan 27,957 abstrak, dengan 27,924 dieksklusikan
karena tidak relevan. Sisanya 33 artikel teks lengkap diperoleh dan diulas secara
bebas oleh dua penulis, kemudian 17 penelitian dieklusikan. Sisanya 16
penelitian, yang melibatkan 1.823 peserta, dimasukkan seperti yang dijelaskan
dalam pernyataan Preferred Reporting of Systematic Review and Meta-Analysis
(PRISMA) (gambar 1). Dua pengulas (EM dan FR) setuju mengenai penelitian
yang terpilih. Karakteristik kriteria inklusi yang dilaporkan secara online dalam
tabel pelengkap S1.
Gambar 1 Ringkasan aliran penelitian dan profil meta-analisis yang dituangkan
dalam Pelaporan Ulasan Sistematis dan pernyataan Meta-Analisis. RCT:
penelitian terkontrol acak.

Penilaian risiko bias penelitian


Ringkasan risiko bias penelitian dilaporkan secara online gambar S1.

urutan generasi acak dan kerahasiaan data


Metode pengacakan digambarkan secara jelas dan adekuat dalam 12 penelitian.
Empat penelitian tidak memberikan informasi yang cukup dengan dua diantaranya
digambarkan secara acak, double masked, penelitan terkontrol, dan dua sebagai
penelitan terkontrol secara acak. Secara keseluruhan, risiko terjadinya bias cukup
rendah. Delapan penelitian mendeskripsikan metode kerahasiaan secara adekuat.

Kerahasiaan
Sembilan penelitian yang dideskripsikan bersifat double masked dan menyediakan
metode yang bersifat rahasia. Tiga dari penelitian bersifat single masked. Secara
keseluruhan, risiko bias cukup rendah.

Hasil data yang tidak lengkap


Semua penelitian diikuti oleh semua peserta. Risiko bias dianggap rendah.

Sumber potensial bias lainnya


Enam penelitian yang didanai oleh perusahaan obat yang memproduksi
setidaknya salah satu obat penelitian. Tiga penelitian dilaporkan tidak ada
keterlibatan dalam hal tersebut, sementara dua diantaranya tidak memberikan
informasi yang cukup atas keterlibatan perusahaan obat dan satu penelitian
menyatakan analisis statistik mereka didanai oleh perusahaan obat.

Pertimbangan tambahan
Dalam semua penelitiann, 10 dari 14 penelitian melaporkan keberhasilan
pengobatan memiliki durasi penelitian antara 21 dan 37 hari dengan dua
penelitian yang memungkinkan hingga 90 hari untuk follow up. Satu penelitian
melaporkan keberhasilan pengobatan selama 14 hari, sementara yang lain tidak
menjelaskan secara spesifik durasi keberhasilan pengobatan namun diukur dalam
7 sampai 14 hari. Durasi pengobatan dalam satu penelitian tertulis dalam Bahasa
Portugis yang tidak diterjemahkan. Rincian untuk perbandingan hasil dirangkum
dalam tabel 1-4. Tidak ada bukti heterogenitas dalam salah satu perbandingan.

Keberhasilan pengobatan
keberhasilan pengobatan yang dilaporkan dalam setiap penelitian dimasukkan
sebagai hasil dikotomis pada kesimpulan penelitian. meskipun beberapa penelitian
melaporkan keberhasilan pengobatan pada waktu tertentu. Tidak ada bukti dari
perbedaan RR keberhasilan pengobatan antara Moksifloksasin dibandingkan
dengan tobramycin-sefazolin (RR 1,02: 95% CI 0,91-1,14), ciprofloxacin
dibandingkan dengan gentamisin-sefazolin (RR 1,11: 95% CI 0,84-1,45) atau
moksifloksasin, ofloksasin atau ciprofloxacin dibandingkan dengan
aminoglikosida-cephalosporin (RR 0,93: 95% CI 0,64-1,36; RR 0,94: 95% CI
0,68-1,30, dan RR 1,02: 95% CI 0,83-1,25, masing-masing). Tidak ada bukti
perbedaan risiko keberhasilan pengobatan antara moksifloksasin, ofloksasin,
siprofloksasin, gatifloksasin atau tobramycin-sefazolin dibandingkan dengan
fluoroquinolones (RR 1,02: 95% CI 0,58-1,80; RR 0,82: 95% CI 0,57-1,16; RR
1.44: 95%: 0,94-2,21; RR 0,76: 95% CI 0,40-1,44, dan RR 1,03: 95% CI 0,85-
1,24, masing-masing).

Tabel 2 perbedaan waktu Rata-rata kesembuhan (hari) menggunakan berbagai


macam antibiotik topikal dibandingkan dengan floroquinolon atau
aminoglikosida-sefalosporin

Waktu Kesembuhan

Dalam rangka menyediakan konteks untuk MD, perkiraan waktu untuk


kesembuhan juga telah ditentukan untuk masing- masing kelompok pengobatan
pada tabel 2. Tidak ada bukti dalam perbedaan rata-rata waktu kesembuhan antara
moxifloxacin atau ofloxacin yang dibandingkan dengan aminoglikosida-
sefalosporin (MD -1,24: 95% CI -7,40 hingga 4,92 dan MD 3, 57 CI-4,23 hingga
11,37 secara berurutan) atau antara moxilofloxacin, ofloxacin, ciprofloxacin, gati-
floxacin, gentamisin-sefazolin atau tobramicin sefazolin yang dibandingkan
dengan floroquinolon (MD -4.30: 95% CI 10.86 hingga 2.25; MD 1.05: 95% CI
0.15 hingga 2.25; MD 1.14: 95% CI 0.51 hingga 2.79; MD 0.92: 95% CI
0.60 hingga 2.36; MD 1.97: 5.35 hingga 1.41; dan MD 0.08: 95% CI 2.47
hingga 2.62 secara berurutan).
Tidak ada bukti perbedaan rata-rata waktu kesembuhan antara
floroquinolon yang dibandingkan dengan aminoglikosida sefalosporin dalam 4
penelitian dengan 259 peserta (MD 2.09:95% CI- 1.26 hingga 5.44). Tidak ada
bukti heterogenitas yang signifikan dalam penilaian hasil ini.

Komplikasi Serius dari Infeksi


Tidak ada bukti perbedaan risiko perforasi kornea antara moxilofloxacin,
ofloxacin atau floroquinolon sebagai kelompok yang dibandingkan dengan
aminoglikosida-sefalosporin. Selain itu, tidak ada bukti perbedaan risiko perforasi
kornea ketika ofloxacin atau tobramisin-sefazolin dibandingkan dengan
floroquinolon. Tidak ada juga bukti perbedaan dari risiko terapeutik keratoplasti
antara moxilofloxacin dibandingkan dengan tobramisinsefazolin atau antara
ofloxacin dan floroquinolon dalam satu kelompok dibandingkan dengan
aminoglikosida-sefalosporin. Demikian pula, antara tobramisinsefazolin
dibandingkan dengan fluoroquinolon, juga tidak didapatkan perbedaan. Tidak ada
bukti dari perbedaan risiko enukleasi ketika floroquinolon dibandingkan dengan
aminoglikosida-sefalosporin. Tidak didapatkan bukti heterogenitas yang
signifikan dari masing-masing perbandingan.

Tabel 3 Risiko relatif komplikasi serius dengan berbagai antibiotik topikal

dibandingkan dengan fluroquinolon atau aminoglikosida-sefalosporin

Tabel 4 Risiko relatif dari efek berat pada berbagai antibiotik topikal
dibandingkan dengan fluoroquinolon atau aminoglikosida-sefalosporin

Efek Merugikan dari Pengobatan


Ketidaknyamanan Mata
Ketika dibandingkan dengan aminoglikosida-sefalosporin dalam 2
penelitian, ofloxacin dapat mengurangi risiko ketidaknyamanan pada mata sebesar
78% dengan signifikan (292 peserta, RR 0,22: 95% CI 0,13 hingga 0,39) dengan
NNTB dari 4 (tabel 4). RR dari ketidaknyamanan mata meningkat lebih dari 3 kali
lipat ketika tobramisinsefazolin dibandingkan dengan fluoroquinolon dalam 3
penelitian dengan 693 peserta (RR 3.13: 95% CI 2.13 hingga 4,60) dengan NNTH
dari 6. Fluoroquinolon dapat mengurangi risiko ketidaknyamanan pada mata
sebesar 68% dibandingkan dengan aminoglikosida-sefalosporin dalam 3
penelitian. (693 peserta, RR 0,32: 95% CI 0,22 hingga 0,47) dengan NNTB dari 6.

Konjungtivitis Kimia
Ketika ofloxacin dibandingkan dengan aminoglikosida-sefalosporin dalam
3 penelitian, risiko konjungtivitis kimia berkurang sebesar 80% (410 peserta, RR
0.20: 95% CI 0,10 hingga 0,41) dengan NNTB dari 7. Tidak ada bukti perbedaan
risiko konjungtivitis kimia ketika tobramisin-sefazolin dibandingkan dengan
fluoroquinolon dalam 2 penelitian.

Endapan Putih
Risiko terbentuknya endapan putih meningkat 24 kali lipat pada
penggunaan ciprofloxacin dibandingkan dengan aminoglikosida-sefalosporin pada
3 penelitian (395 peserta, RR 24,37: 95% CI 4.68 hingga 126.89) dengan NNTH
dari 6. Tidak ada bukti heterogenitas pada penelitian perbandingan
ketidaknyamanan mata, konjungtivitis kimia atau endapan putih.
Gambar 2 Grafik dari floroquinolon topikal dibandingkan dengan aminoglikosida-
sefalosporin yang mengindikasikan tidak terdapat perbedaan dari keberhasilan
pengobatan

Diskusi
Pada ulasan ini ditemukan tidak ada bukti dari perbedaan dalam
perbandingan keefktifan antibiotik topikal mata. Bagaimanapun, kombinasi terapi,
terutama dengan tobromasin-sefazolin, membuktikan terdapatnya peningkatan
resiko sebanyak 78% ketidaknyamanan mata, dibandingkan dengan
floroquinolon. Bahkan, terdapat bukti bahwa kombinasi terapi meningkatkan
resiko konjungtivitis kimia 80% dibandingkan dengan ofloxacin dimana
ciprofloxacin meningkatkan resiko endapan putih 24 kali lipat dibandingkan
dengan kombinasi terapi.
Terapi standar pada Konjungtivitis bakterial, terutama pada infeksi berat,
sering memakai kombinasi aminoglikosida-sefalosporin yang intensif. Kombinasi
ini khusus mencakup berbagai bakteri patogen gram negatif dan positif sambil
menunggu hasil kultur dan perbaikan klinis. Walaupun hasil dari ulasan ini
melaporkan tidak ada bukti perbedaan antara kombinasi floroquinolon, didapatkan
variabilitas kerentanan patogen di antara antibiotik mata topikal dengan
peningkatan resistensi dari Pseudomonas aeruginosa dan Stapilococcus aureus
pada penggunaan floroquinolon di berbagai area geografis, terutama pada daerah
India. Kemungkina penyebab peningkatan resistensi di daerah ini adalah
penggunaan sistemik untuk infeksi dan profilaksis, ketersediaan antibiotik
pengganti, meskipun tidak ada bukti dalam setiap penelitian termasuk yang
dilakukan di India.
Komponen penting dari keberhasilan pengobatan adalah penyesuaian dari
pasien. Uji klinis dilakukan dengan kondisi ideal, penyimpanan obat tetes mata,
administrasi dan lega artis dipantau dan didokumentasikan. Pada kenyataanya,
pasien mungkin lebih nyaman dengan floroquinolon dari terapi kombinasi karena
pada penyimpanan pada suhu kamar, kebutuhan pertetes pada dosis dan
ketidaknyamanan mata atau konjugtivitis kimia yang minimal.
Meta analisis ini tidak menemukan bukti dari perbedaan resiko perforasi
kornea dengan floroquinolon dibandingkan dengan terapi kombinasi pada 449
pasien. Floroquinolon termasuk dalam hasil ini adalah ofloxacin, ciprofloxacin, ,
gatifloxacin, dan moxifloxacin. Perforasi tidak dilaporkan pada gatifloxacin dan
moxifloxacin. Perforasi tidak dilaporkan pada penelitian perbandingan
lomefloxacin atau levofloxacin dengan terapi kombinasi. Dikatakan dalam
penelitian in vitro, efek sitotoksik pada keratosit kornea dipengaruhi oleh
floroquinolon, dengan ciprofloxacin disebut sebagai yang paling sitotoksik. Oleh
karena itu perubahan keratosit kornea kemungkinan dihasilkan dari inflamasi
stroma dan paparan floroquinolon berkontribusi pada perforasi kornea.
Ulasan terkini tidak menemukan bukti dari perbedaan resiko terapiutik
keratoplasti pada konjungtivitis bakterial ketika moxifloxacin atau ofloxacin
dibandingkan dengan kombinasi terapi atau ketika diperkuat tobramicin-sefazolin
dibandingkan dengan floroquinolon. Floroquinolon tidak menambah resiko
keratoplasti terapeutik dibandingkan dengan terapi kombinasi. Tidak ada juga
bukti perbedaan resiko dari enukleasi dengan floroquinolon dibandingkan dengan
terapi kombinasi. Ini mungkin mengindikasikan untuk membandingkan derajat
dari ulserasi dan berat infeksi pada kelompok untuk di uji. Hanya 1 penelitian
khusus pada pasien dengan infeksi berat, walaupun defenisi dari infeksi berat
tidak di tampilkan pada protokol.
Ofloxacin mengurangi resiko ketidaknyamanan mata 78% dibandingkan
dengan terapi kombinasi. Meskipun di bandingkan dengan floroquinolon, tidak
ditemukan bukti perbedaan resiko. Tobramycin-sefazolin menambah resiko
ketidaknyamanan mata 3 kali lipat dibandingkan dengan fluroquinolon. Pada 3
penelitian didapatkan hasil infeksi didominasi gram positif, paling sering
staphylococcus. Dua dari penelitian digunakan konsterasi obat yang sebanding
untuk kedua fluroquinolon dan terapi kombinasi. Meskipun OBrien dan kawan-
kawan menggunakan peningkatan konsentrasi tobramycin (1,5% dibandingkan
dengan 1,3%) dan sefazolin ( 10% dengan 5%), dan peningkatan frekuensi dosis
(setiap 30 menint dengan 1 Jam) pada 48 jam pertama, yang mungkin
mempengaruhi hasil ini. Meskipun ketika penelitian ini dihapus dari analisis,
peningkatan resiko dari ketidaknyamanan mata dengan terapi kombinasi adalah
tetap sama. Ketidaknyamanan mata kemungkinan didapatkan juga dengan
penggunaan kombinasi amynoglikosida-sefalosporin tetapi tidak dapat dibuktikan
juga karena kurangnya uji coba terkontrol secara acak.
Pada kelasnya, fluroquinolon mengurangi risiko ketidaknyamanan mata
66% dibandingkan dengan terapi kombinasi. Hasil ini sesuai dengan literatur saat
ini dimana terapi kombinasi meningkatkan iritasi kornea dan kemungkinan
keterlambatannya proses epitelisasi kornea. Namun, salah satu uji coba dalam
penelitian menemukan epitelisasi kornea lebih cepat dengan sefazolin-amikasin
dibandingkan dengan levofloxacin. Hal ini mungkin karena tidak adanya
gentamisin atau tobramisin yang keduanya telah teridentifikasi menyebabkan
keterlambatan dalam epitelisasi kornea.
Ofloxacin mengurangi resiko konjungtivitis kimia 80% dibandingkan
dengan terapi kombinasi. Pada kesimpulan penelitian dengan menggunakan
tambahan gentamisin 1.5% dan cefuroxime 5% yang dihilangkan mungkin
berkontribusi signifikan pada hasil ini. Bahkan, resiko konjugtivitis kimia tidak
bertambah denga tobramisin-sefazolin dibandingkan dengan fluroquinolon.
Penting disini dicatat bahwa ketika tobramisin-sefazolin memiliki resiko
ketidaknyamanan mata 3 kali lipat dibandingkan dengan fluroquinolon, Ini tidak
sejalan dengan peningkatan resiko konjungtivitis kimia dan tidak berdampak pada
keberhasilan pengobatan, waktu penyembuhan atau komplikasi infeksi serius.
Sebagaimana dijelaskan pada penelitian sebelumnya, penelitian meta-analisis
terbaru menyetujui peningkatan resiko endapan putih dengan ciprofloxacin, yang
diselesaikan dengan penghentian penggunaan obat.
Penting untuk mempertimbangkan aksesibilitas dan waktu penyembuhan
dimana pada uji coba tidak menampilkan analisis biaya. Fluroquinolon umumnya
terdapat dirumah sakit, apotek, dan dapat disimpan pada suhu kamar.
Aminoglikosida-cepalosporin diracik di apotik dan harus tetap didinginkan
karena hanya memiliki jangka waktu paruh 4 hari. Setiap tetes obat perlu
diberikan minimal 5 menit terpisah dalam setiap jam. Waktu yang diperlukan
untuk meracik antibiotik juga dipertimbangkan ketika pasien datan dengan infeksi
berat seperti P aeruginosa yang memerlukan intervensi segera. Penelitian terkini
juga melaporkan aminoglikosida-sefalosporin dapat menyebabkan
ketidaknyamanan mata dibandingkan dengan fluroquinolon yang menurunkan
penyesuaian pasien dengan rekomendasi jadwal menuju penghambatan bakteri
infektif.

Implikasi untuk Penelitian Lebih Lanjut


Terdapat kekurangan dari uji coba yang membandingkan perbedaan
kombinasi aminoglikosida-sefalosporin selain tobramycin-sefazolin. Peneliti
tertarik untuk menilai peningkatan resiko konjungtivitis kimia pada gentamisin-
cefuroxime dibandingkan dengan ofloxacin, dan waktu yang lebih cepat untuk
menyembuhkan dengan amikasin-sefazolin dan lefofloxacin dibandingkan dengan
ofloxacin. Namun, penelitian tunggal telah melaporkan hasil ini.

Rekomendasi Klinis
Penelitian ekstensif dari kualitas tinggi dengan penelitian acak ini
mengevaluasi efektivitas antibiotik topikal dalam manajemen konjungtivitis
bakterial menyimpulkan tidak ada bukti perbedaan resiko keberhasilan
pengobatan, waktu kesembuhan atau komplikasi infeksi serius ketika
fluroquinolon dibandingkan dengan aminoglikosida-sefalosporin dalam regimen
topikal intensif.
Sementara fluroquinolon mengurangi resiko ketidaknyamanan mata dan
ofloxacin mengurangi risiko konjungtivitis kimia, hal ini tidak berdampak pada
hasil klinis lainya. Oleh karena itu, kami melaporkan terdapatnya bukti perbedaan
dalam perbandingan efektivias antara fluroquinolon dan aminoglikosida-
sefalosporin sebagai regimen intesif dalam pengelolaan pasien dengan
konjungtivitis bakterial.

Das könnte Ihnen auch gefallen