Patofisiologi epilepsi mekanisme dengn sel saraf

Pada tingkat yang paling mendasar, sistem saraf bekerja dengan aktivitas lingkungan ionik,
gradien kimia dan listrik yang membuat pengaturan untuk aktivitas listrik. Oleh karena itu,
beberapa kontrol yang paling mudah dinilai adalah cara sistem saraf mempertahankan
lingkungan ionik. Contohnya adalah dasar listrik potensial membran istirahat. Potensial
resting diatur secara normal diman neuron tidak terus-menerus bekerja sampai ambang batas
sehingga masih memungkinkan untuk melepaskan muatan listrik, mengingat bahwa potensial
aksi sangat penting untuk fungsi SSP. Kontrol potensi istirahat menjadi penting untuk
mencegah pelepasan berlebihan yang biasanya terkait dengan kejang.
Biasanya konsentrasi potasium yang tinggi ada di dalam neuron dan konsentrasi natrium
ekstraselular yang tinggi, serta ion tambahan, yang menyebabkan potensi transmembran
sebesar -60 mV. Jika keseimbangan terganggu (misalnya jika potassium meningkat di ruang
ekstraselular), ini dapat menyebabkan depolarisasi yang mendorong aktivitas abnormal
dengan berbagai cara: terminal dapat terdepolarisasi, menyebabkan pelepasan transmitter,
dan neuron dapat terdepolarisasi, menyebabkan terlepasnya potensial aksi. Pompa dalam
membran plasma mempertahankan gradien kimia dan listrik, seperti ATPase sodium-
potassium, meningkatkan kemungkinan bahwa kelainan pada pompa ini dapat memicu
kejang. Memang, blokade ATPase sodium-potasium dapat menyebabkan aktivitas kejang
pada preparat percobaan, menunjukkan peran dalam epilepsi. Selain pompa, glia juga
memberikan kontrol penting pada konsentrasi ion ekstraselular, yang menyebabkan banyak
orang percaya bahwa glia sama pentingnya dengan neuron dalam pengaturan aktivitas kejang.
Dengan demikian, kontrol lingkungan ionik memberikan banyak target potensial untuk
antikonvulsan baru. Penting untuk diingat bahwa kejang dengan sendirinya dapat
menyebabkan perubahan pada gradien transmembran. Misalnya, kejang diikuti oleh kenaikan
potassium ekstraselular, akibat pelepasan berlebih. Hal ini dapat menyebabkan peningkatan
transien pada kalium ekstraselular yang selanjutnya dapat mendepolarisasi neuron. Dengan
demikian, potensi transmembran adalah titik kontrol bahwa, jika terganggu dapat
meyebabkan kejang, mungkin dikendalikan oleh banyak faktor yang menjaga homeostasis,
seperti pompa dan glia.

Dasar ion dari potensial aksi adalah contoh lain dari aspek neurobiologi mendasar
yang dapat menyarankan mekanisme kejang yang potensial. Neuron dirancang untuk
dilepaskan karena pengaturan saluran natrium dan kalium yang kompleks bergantung pada
gradien kimia dan ion di seluruh membran sel. Kelainan pada saluran natrium dapat
menyebabkan penurunan ambang batas untuk potensial aksi jika metode dimana aktivasi
saluran natrium terkontrol (misalnya, saluran natrium diaktifkan pada potensi istirahat yang
lebih negatif atau inaktivasi saluran natrium terganggu). Telah ditunjukkan bahwa mutasi
pada subunit saluran natrium yang bergantung pada voltase dapat menyebabkan epilepsi.
Sindrom tertentu, epilepsi umum dengan kejang demam, disebabkan oleh mutasi pada gen
tertentu yang bertanggung jawab atas subunit saluran natrium yang bergantung pada voltase.
Mutasi tidak menghalangi saluran natrium, mungkin karena mutasi semacam itu akan
mematikan, tapi juga memodulasi fungsi saluran natrium.
 Mekanisme lain dari sinkronisasi melibatkan, penghambatan secara paradoks. Banyak
neuron GABA-ergik yang menginervasi korteks sel pyramidal, seperti tipe sel yang
mengendalikan penghambatan somatik (sel basket), membuat banyak koneksi ke sel piramid
di daerah setempat. Oleh karena itu, keluarnya satu interneuron dapat secara serentak
hiperpolarisasi pada sel piramidal. Seiring penghambatan GABA-ergika semakin berkurang,
arus pyramidal yang bergantung pada voltase menjadi aktif. Arus ini, seperti saluran kalsium
tipe T dan lainnya, relatif tidak aktif pada potensial istirahat, namun hiperpolasiasi
mengurangi penghambatan ini. Hasilnya adalah depolarisasi yang sinkron dalam kelompok
sel piramid